THE PERFORMANCE OF THE OMBUDSMAN'S REPRESENTATIVES IN LAMPUNG PROVINCE OF INDONESIA COMPLETED A REPORT ON COMPLAINTS AND ITS EFFECTS ON PUBLIC SERVICES. KINERJA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG DALAM MENYELESAIKAN LAPORAN PENGADUAN

ABSTRACT
THE PERFORMANCE OF THE OMBUDSMAN'S REPRESENTATIVES IN
LAMPUNG PROVINCE OF INDONESIA COMPLETED A REPORT ON
COMPLAINTS AND ITS EFFECTS ON PUBLIC SERVICES.
By
Anis Septiana

Implementation of good governance and public service improvement efforts and
law enforcement required the existence of an external watchdog institutions are
effectively able to control task organizers and Government in 2000, the President
is attempting to come into being right the reform of the State and Government of
the organization by forming the national Ombudsman commission through
decision No. 44 in 2000. The national Ombudsman Commission aimed at helping
Created and developed a conducive conditions in carrying out eradication of
corruption, collusion and nepotism. Based on reports coming into the Office of the
Ombudsman Representative RI Lampung in 2013 amounts to 120 Reports
however that only 83 complaints resolved and the remaining 37 resolved entirely
in 2014.
Uses this research is to develop theory-theory government science pertaining to
theory organization pubik and may provide benefits and feedback, and the ideas to
the Ombudsman Representative province of Lampung in Indonesia improve

performance. While the methods used in this research deskriftif qualitative,

technical data by means of interview observation and documentation done with
some informants they are men considered interest and bound in full that concern
researchers.

This research result showed that the commission of ombudsman in Lampung by
function can do control function to the public service in the case of education and
board of investment and license city Lampung public complaints associated with
deviations in to the public service in two the agency could be repaired after
commission of ombudsman perform call for and investigative field that is
exercised directly

Keywords: Performance, An Assessment Of Performance, Changes To The Public
Service

ABSTRAK
KINERJA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN
PROVINSI LAMPUNG DALAM MENYELESAIKAN LAPORAN
PENGADUAN DAN PENGARUHNYATERHADAP

PELAYANAN PUBLIK
Oleh
Anis Septiana
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan upaya peningkatan pelayanan
publik dan penegakan hukum diperlukan keberadaan lembaga pengawas eksternal
yang secara efektif mampu mengontrol tugas penyelenggara dan pemerintahan
pada

tahun

2000

presiden

penyelenggaraan Negara dan

berupaya

untuk


pemerintahan

mewujudkan

dengan

membentuk

reformasi
Komisi

Ombudsman Nasional melalui keputusan No. 44 tahun 2000. Komisi Ombudsman
Nasional bertujuan membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang
kondusif dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Berdasarkan laporan yang masuk ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan Lampung
pada Tahun 2013 berjumlah 120 laporan namun yang terselesaikan hanya 83
pengaduan dan 37 sisanya terselesaikan seluruhnya di tahun 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Kinerja Ombudsman
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Lampung dalam menyelesaikan laporan
serta pengaruhnya terhadap pelayanan publik. Adapun pengukuran kinerja dilihat

dari aspek responsivtas, responsibilitas dan akuntabilitas. Kegunaan penelitian ini
adalah untuk mengembangkan teori-tori ilmu pemerintahan yang berkaitan
dengan teori organisasi pubik dan dapat memberikan manfaat dan masukan, serta
ide kepada Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Lampung

dalam meningkatkan kinerja. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriftif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan
dengancara wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan dengan
beberapa informan yaitu orang-orang yang dianggap berkepentingan dan terikat
secara penuh yang menjadi perhatian peneliti.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan Ombudsman

Republik

Indonesia Perwakilan Lampung secara fungsional bisa melakukan fungsi kontrol
terhadap pelayanan publik dalam kasus di Dinas Pendidikan dan Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung pengaduan masyarakat

yang terkait dengan adanya penyimpangan terhadap pelayanan publik di dua
lembaga tersebut bisa diperbaiki setelah Ombudsman melakukan pemanggilan
dan investigasi lapangan yang dilakukan secara langsung.

Kata kunci: Kinerja, Penilaian Kinerja, Perubahan Terhadap Pelayanan Publik

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Anis Septiana, dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 09 September 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari lima bersaudara yang merupakan
anak dari pasangan Bapak Daendels dan Ibu Ira Komariah
Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah TK Kemala
Bhayangkari Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negrei (SDN) 02
Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Kartika II-22 (Persit) Bandar Lampung pada tahun 2007, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Al- Azhar 3 Bandar
Lampung yang selesai tahun 2010. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis
terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.


MOTO
Lupa saja tidak baik apalagi melupakan.
Drs. Hi Agus Hadiawan

Semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat
riil.
Mutiara Tikha Aprilia

Maju tak gentar
Daendels

Dreaming Without Limit
Anis Septiana

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT
yang telah memberikan segala nikmat iman, islam, dan tetap
selalu melimpahkan rahmat kekuatan untuk tetap berada

dijalanNya.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Motivasi, Semangat dan Tujuan Hidupku
Ayahanda Daendels dan Ibunda Ira Komariah
Terima kasih untuk segala-galanya
Adik-adik ku tersayang
Annisa Fitriani, David Levi Agung, Devia Dora dan Darwin
Patih Paduka
Saudara dan sahabatku ku yang terbaik
Terima kasih untuk semua warna dan suka duka
kebersamaanya
Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Kinerja Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Lampung Dalam Menangani Laporan Pengaduan dan
Pengaruhnya Terhadap Pelayanan Publik”. Penulis menyadari banyak sekali
kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses penulisan skripsi ini. Namun
kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat bimbingan dan motivasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1.

Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik dan sekaligus pembimbing utama terimakasih telah menjadi
sesosok guru yang banyak mengajarkan, memotivasi serta mengarahkan
kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik dan maksimal.

2.

Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dosen Pembahas yang telah memotivasi
dan memberikan pengarahan, saran dan kritik yang dapat membangun dan
menjadi penyempurna untuk skripsi ini.


3.

Bapak Robi Cahyadi K, S.IP S selaku pembimbing akademik yang telah
memotivasi dan memberikan nasihat kepada penulis selama menjadi

mahasiswa, terima kasih atas masukan, pengarahan, saran dan kritik yang
telah diberikan.
4.

Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan FISIP Universitas Lampung.

5.

Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan FISIP Universitas Lampung.

6.

Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP

Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima
kasih yang setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan
kepada penulis.

7.

Bapak dan Ibu Staf Administrasi FISIP Universitas Lampung yang telah
membantu penulis.

8.

Mbak Nurmalena, A.Md. selaku staf ruang baca FISIP Universitas Lampung,
terimakasih atas motivasi dan senyum semangat yang selalu diberikan.

9.

Terima Kasih kepada Bapak Drs. H. Zulhelmi. SH. MH dan Bapak David
Faranto, SH. MH, Ibu Upi Fitrianti, S.P, Hardian Ruswan, S.IP, Atika
Mutiara Oktakevina dan Bapak Dodik Hermanto, SH. MH selaku Asisten
Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung yang telah banyak

membantu penulis ketika melakukan penelitian.

10. Para informan penelitian, Kepala BPMP Bapak Nizon Ansori dan Bapak Drs.
Tatang Setiadji selaku Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kota Bandar Lampung dan para masyarakat (pelapor) yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terima kasih telah meluangkan waktu dan
memberikan banyak informasi penting yang penulis butuhkan.

11. Kedua Orangtuaku, Ayahanda Daendels dan Ibunda Ira Komariah yang telah
membesarkan dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.
Terima kasih untuk cinta yang tidak terbatas apapun, kalianlah hidup dan
tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Adik-adik ku tersayang Annisa Fitriani, David, Devia dan Darwin semoga
kelak menjadi anak yang berguna, bisa buat bangga kedua orang tua.
13. Sepupu-sepupu tersayang Rani, Puja, Maya, Raffli yang tidak bisa disebutkan
satu persatu terimakasih atas semangat yang selalu menanyakan iyai kapan
wisuda.
14. Nenek tersayang Hayana dan Amah terimakasih untuk doa dan motivasi
yang telah diberikan disetiap waktu.
15. Terima kasih kepada sahabat yang sudah menjadi saudara, Mutiara Tikha
Aprilia, Arief Indra Setiawan, Ekky Rizki Amanda, Erna Ningsih, Gabriella
Ayu, Dina Ariesta, Rahmatika Zulham, Ellis, Mira Aprilika, Hadda Suhendra,
Debri, Bhernanda dan buat mbiw’s kesayangan Tiara Anggina Putri, Dwi
Kusumayanti, Annisa Rhafirna, Anggesti Irka Safitri, Deo Vita Effendi, Riri
Rianiti, Yusi Alvita, Febria Nurdauci, Anggi Dwi Pramono, Riska Gustiani.
Thank you preendss  Semoga kita bisa terus sama-sama yaa sukses buat
kita semua Aamiin.
16. Seluruh teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 reg A dan reg B
yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas segala
kebersamaannya.

17. Terima kasih kepada adik tingkat yang telah menyempatkan waktunya untuk
datang pada saat kompre Restia Permatasari, Indah Permata, Caca Natesya
dan Vivi Alvionita perjalanan kalian masih panjang semangat!
18. Terima kasih juga kepada Feri Eka Supratanda, Citra Saskia, Muhamad
Rianzar, Fachreza M. Ilham, Enty Ulya, Venti Azharia, Aristo Effandi dan
Agung Wahyudi yang telah menjadi keluarga KKN yang selama 40 hari
mencoba mengabdi di Desa Rusaba, Kabupaten Pesawaran.
19. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan, dalam upaya
menyelesaikan skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi, mohon maaf jika penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung,
Penulis

Anis Septiana

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................

i

DAFTAR TABEL....................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..

iii

I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang ..................................................................................
Rumusan Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Kegunaan Penelitian..........................................................................

1
8
9
9

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja ...............................................................................................

11

1. Konsep Kinerja............................................................................
2. Penilaian Kinerja .........................................................................
3. Tujuan Penilaian Kinerja.............................................................
4. Manfaat Penilaian Kinerja...........................................................
5. Indikator Kinerja .........................................................................
Pengawasan .......................................................................................
a. Pengertian dan Tujuan Pengawasan……………………………
b. Prinsip-Prinsip Pengawasan………………………………. .......
c. Jenis-Jenis Pengawasan……………….......................................
Pelayanan Publik………………………………………………….. .
a. Pengertian Pelayanan Dan Pelayanan Publik………………… ..
b. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik………………………………
Ombudsman ......................................................................................
Kerangka Pikir .................................................................................

11
14
16
18
21
22
22
23
23
25
25
28
29
30

B.

C.

D.
E.

III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ..................................................................................
B. Fokus Penelitian ................................................................................
C. Lokasi Penelitian ...............................................................................

33
34
35

ii

D. Sumber Data .....................................................................................
E. Sumber Informasi…………………………………………………...

36
36

F. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
G. Teknik Pengolahan Data ...................................................................
H. Teknik Analisis Data ........................................................................

37
40
40

IV. GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Ombudsman .........................................................
a. Ombudsman Republik Indonesia ................................................
b. Visi dan Misi Ombudsman ..........................................................
c. Fungsi, Tugas dan Wewenang ....................................................
d. Tempat Kedudukan Susunan Keanggotaan Ombudsman RI .....
e. Ombudsman RI Perwakilan Lampung ........................................
f. Mekanisme dan Tata Kerja Ombudsman RI Perwakilan
Provinsi Lampung ......................................................................
B. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Dinas Pendidikan
Kota Bandar Lampung ......................................................................
a. Visi dan Misi Dinas Pendidikan ..................................................
b. Tugas Pokok Dinas Pendidikan ...................................................
c. Fungsi Dinas Pendidikan .............................................................
d. Susunan Organisasi Dinas Pendidikan ........................................
C. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung .....
a. Dasar Hukum ..............................................................................
b. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................
c. Struktur Organisasi .....................................................................
d. Ruang Lingkup ...........................................................................
e. Sumber Daya Manusia ...............................................................
f. Sarana dan Prasarana ..................................................................
g. Rencana Strategis .......................................................................

42
42
44
44
46
47

50
51
51
51
52
53
54
55
56
60
61
62
63

V. Hasil dan Pembahasan .......................................................................

66

A. Prosedur Alur Penyelesaian Pengaduan.............................................

66

B. Deskripsi Masalah Pelayanan Publik ……………………….............

67

a. Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung ……………………..
b. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota BandarLampug..
…………………………………………………………………..

68

48

71

B. Penyelesaian Pengaduan Di Dinas Pendidikan Dan Badan
Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Bandar Lampung .......... .......... . 73
a. Resposivitas …………………………………………………….. 74
b. Responsibilitas ………………………………………………….. 77
c. Akuntabilitas ................................................................................. 81

iii

C. Pembahasan ................................................................................. .....

85

1. Penyelesaian Pengaduan Di Dinas Pendidikan Dan Badan
Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Bandar Lampung ......... …
a. Responsivitas………………………………………………………
b. Responsibilitas …………………………………………………….
c. Akuntabilitas ………………………………………………………

85
85
86
87

2. Perubahan Yang Terjadi Terhadap Pelayanan Publik Di Dinas
Pendidikan Kota Bandar Lampung ....................................................
a. Responsivitas ............................................................................... .
b. Responsibilitas ...............................................................................
c. Akuntabilitas ............................................................................... .

88
88
88
89

3. Perubahan Yang Terjadi Terhadap Pelayanan Publik Di Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung ...................

89

a. Responsivitas ...............................................................................
b. Responsibilitas .............................................................................
c. Akuntabilitas ...............................................................................

89
90
90

VI. Simpulan dan Saran ..........................................................................

90

a. Simpulan ............................................................................... .....
b. Saran ...........................................................................................

91
92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

93

LAMPIRAN ……………………………………………………………

94

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman

Republik

mengamanatkan

Indonesia

perubahan

menerangkan

kehidupan

bahwa

bernegara,

Reformasi

berbangsa,

dan

bermasyarakat yaitu kehidupan yang didasarkan pada penyelenggaraan negara
dan

pemerintahan

yang

demokoratis

dalam

rangka

meningkatkan

kesejahteraan, menciptakan keadilan, dan kepastian hukum bagi seluruh warga
Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Sebelum reformasi penyelenggara negara dan pemerintahan diwarnai dengan
praktek Maladministrasi antara lain terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme
sehingga mutlak diperlukan reformasi birokrasi penyelenggara negara dan
pemerintahan demi terwujudnya penyelenggaraa negara dan pemerintahan
yang efektif dan efisien, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya
dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara dan
pemerintahan dan penegakan asa-asa pemerintahan umum yang baik. Untuk
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan upaya peningkatan pelayanan

2

publik dan penegakan hukum diperlukan keberadaan lembaga pengawas
eksternal yang secara efektif mampu mengontrol tugas penyelenggara dan
pemerintahan. Pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah sendiri
dalam implementasinya ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat baik dari
sisi objektifitas maupun akuntabilitasnya.

Dari kondisi diatas, pada tahun 2000 presiden berupaya untuk mewujudkan
reformasi penyelenggaraan Negara dan pemerintahan dengan membentuk
Komisi Ombudsman Nasional melalui keputusan No. 44 Tahun 2000. Komisi
Ombudsman Nasional bertujuan Membantu menciptakan dan mengembangkan
kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi,
nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak masyarakat agar memperoleh
pelayanan publik, keadilan, dan kesejahteraan. Untuk lebih mengoptimalkan
fungsi, tugas dan wewenang Komisi Ombudsman Nasional, dibentuklah
undang-undang tentang Ombudsman R.I. sebagai landasan hukum yang lebih
jelas dan kuat. Hal ini sesuai pula dengan amanat Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat No.VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah
Kebijakan Pemeberntasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
yang salah satunya memerintahkan dibentuknya Ombudsman dengan undangundang.

Sebelum ada Komisi Ombudsman Nasional pengaduan pelayanan publik hanya
disampaikan kepada instansi yang dilaporkan dan penangananya sering
dilakukan oleh pejabat yang dilaporkan sehingga masyarakat belum
memperoleh perlindungan yang memadai. Selain itu, untuk menyelesaikan

3

pengaduan pelayanan publik, selama ini dilakukan dengan mengajukan
gugatan melalui pengadilan, penyelesaian melalui pengadilan tersebut
memerlukan waktu cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu,
diperlukan lembaga tersendiri yakni Ombudsman Republik Indonesia yang
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan
kekuasaan lainya.

Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga Negara yang mempunyai
wewenang

mengawasi

penyelenggaraan

pelayanan

publik

yang

diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Badan Hukum Milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang di
beri tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagaian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah. Tugas menyelenggarakan pelayanan
publik tertentu, yang dilakukan oleh swasta/perseorangan tersebut, antara lain
pekerjaan yang dilakukan oleh swasta atau perseorangan berdasarkan kontrak
yang dibiayai dari anggran pendapatan dan belanja Negara atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Ombudsman mendasarkan
beberapa asas yakni kepatutan, keadilan, non diskriminasi, tidak memihak,
akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan, dan kerahasian. Mengenai tugas
Ombudsman, antara lain memeriksa Laporan atas dugaan Maladministrasi
dalam penyelenggaran pelayanan publik. Maladministrasi adalah prilaku atau

4

perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, mengguanakan wewenang
untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk
kelalaian dan pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggraan pelayanan
publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang
menimbulkan kerugian materil dan inmateril bagi masyarakat dan orang
perseorangan. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan laporan, Ombudsman
wajib berpedoman pada prinsip Independen, non-diskriminasi, tidak memihak
dan tidak memungut biaya serta wajib mendengarkan dan mempertimbangkan
pendapat para pihak dan mempermudah Pelapor. Dengan demikian
Ombudsman dalam memeriksa laporan tidak hanya mengutamkan kewenangan
yang bersifat memaksa, misalnya pemanggilan, namun Ombudsman dituntut
untuk

memgutamkan

pendekatan

persuasif

kepada para

pihak agar

Penyelenggra Negara dan pemerintahan mempunyai kesadaran sendiri untuk
dapat

menyelesaikan

laporan

atas

dugaan

Maladministrasi

dalam

penyelenggaraan layanan publik. Dengan menggunakan pendekatan ini berarti
tidak semua Laporan harus diselesaikan melalui mekanisme rekomendasi.

Hal ini yang membedakan Ombudsman dengan lembaga penegak hukum atau
pengadilan dalam menyelesaikan laporan dan dalam melakukan pemeriksaan
atas laporan yang diterimanya, Ombudsman dapat memanggil terlapor dan
saksi untuk dimintai keteranganya. Apabila terlapor dan saksi telah dipanggil
tiga kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah,
Ombudsman dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk menghadirkan yang bersangkutan secara paksa (subpoena power).

5

Ombudsman menyampaiakan Laporan berkala dan laporan tahunan, atau dapat
menyampaiakan laporan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden yang dapat dijadikan bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat atau
Presiden untuk mengambil kebijakan dalam membangun pelayanan publik
yang lebih baik.

Demi memperlancar pelaksanaan tugas dan wewenang Ombudsman di Daerah,
maka didirikanlah Kantor Perwakilan Ombudsman RI di Provinsi Lampung
pada bulan Oktober tahun 2012 yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Bapak
Drs. H. Zulhelmi.,SH.M.M dan dibantu oleh 5 (lima) orang Asisten. Dengan
dibentuknya Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung diharapkan
terbentuknya pengawasan yang dapat berdampak kepada penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme.
sehinggga setiap anggota masyarakat dapat menerima pelayanan dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada hari jumat tanggal 24
Januari 2014, bapak Ahmad Saleh David Faranto sebagai Ketua Bidang
Penyelesaian Laporan dan mendapatkan data terkait Penyelesaian Laporan
Ombudsman RI Perwakilan Lampung Tahun 2013, dengan hasil pada tabel
berikut :

6

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pengaduan pada Ombudsman RI Provinsi
Lampung tahun 2013
No

Substansi Maladministrasi

Jumlah
pengaduan

Jumlah
terselesaikan

1

2

3

4

Persenta
se
(%)
5

1

Penundaan Berlarut

8

8

2

Penyalahgunaan wewenang

2

2

3

Tidak memberikan pelayanan

6

4

66,7

4

Penyimpangan prosedur
Permintaan uang, barang dan
jasa
Tidak Kompeten
Bertindak sewenang-wenang
Tidak patut
Melalaikan kewajiban
Total

30

24

80

12

6

50

11
8
35
8
120

3
4
29
3
83

27,8
50
82,8
33,4
69,1%

5
6
7
8
9

100
100

Sumber : Dokumen Kerja Ombudsman RI Provinsi Lampung Tahun 2013.

Secara terperinci laporan yang masuk ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan
Lampung pada Tahun 2013 berjumlah 120 Laporan, penyelesaian pengaduan
yang masuk ke Ombudsman RI Perwakilan Lampung mengenai penundaan
berlarut, penyalahgunaan wewenang berhasil diselesaikan 100%, tidak
memberikan pelayanan diselesaikan 66,7%, mengenai penyimpangan prosedur
80%, mengenai permintaan uang, barang dan jasa hanya berhasil 50%, tidak
kompeten diselesaikan 27,8%, mengenai bertindak sewenang-wenang berhasil
diselesaikan 50%, sedangkan masalah mengenai tidak patut berhasil
diselesaikan 82,8%, dan mengenai masalah melalaikan kewajiban terselesaikan
sebanyak 33%.

Lebih terperinci masalah penundaan berlarut yang masuk ke Ombudsman
Lampung yaitu mengenai

laporan substansi yang melakukan penundaan

kewajiban yaitu seperti masalah penanganan jamkesmas, masalah berkas kasasi

7

yang tidak dikirim kan oleh Pengadilan Negeri Kotabumi, masalah
permohonan liputan berita dari media cetak inspiratif ke BPN Kota Bandar
Lampung, masalah penanganan pasien Jamkesda di RSUD Kabupaten
Pringsewu, masalah penundaan pembuataan sertifikat. Selanjutnya masalah
penyalahgunaan wewenang adalah masalah yang tidak seharusnya dilakukan
oleh instansi pemerintah namun masih dirasakan oleh masyarakat (pelapor)
seperti masalah pengenaan tarif reklame dan masalah pengenaan tarif pajak
yang tidak sesuai peraturan. Kemudian masalah tidak memberikan pelayanan
yang artinya masyarakat tidak diberikan apa yang dibutuhkan, yaitu seperti
masalah sekolah SMK yang tidak mendapatkan mata pelajaran praktik
computer sedangkan pada saat daftar ulang membayar biaya praktik komputer
dan masalah korban bncana longsor yang belum mendapat pengaduan pemda
Kabupaten Tanggamus.
Penyimpangan prosedur adalah penimpangan di luar prosedur yang seharusnya
seperti masalah dugaan penyimpangan prosedur dalam pelaksanaan tes CPNS,
masalah penyimpangan prosedur penjualan angunan, masala PPDB online dan
komplain mngnai masalah arahan pengawas ruang ujian yang mngarahkan
peserta untuk mengerjakan soal tidak sesuai dengan waktu yang ditntukan.
Permintaan barang, uang dan jasa juga tidak seharusnya dilakukan yaitu seperti
masalah yang dikeluhkan masyarakat untuk jika membayar tarif sampah
sebesar 75 ribu di kampong Eldaorado dan keluhan wali murid terhadap besar
sumbangan yang ada di SMPN 14 Bandar Lampung. Tidak Kompten seperti
masalah keluhan keluarga pasien di RSUD Abdoel Muluk yang merasakan
tidak lancarnya pasokan air bersih. Bertindak sewenang-wenang seperti

8

masalah penanganan penyelsaian hubungan industrial (PHI) yang dilakukan
persekongkolan dan masalah pndataan pembebasan lahan dan tanam tumbuh
warga. Tidak patut masuk dalam substansi maladministrasi yaitu seperti
masalah pembangunan siring di Talang Sebaya Kecamatan Kasui Kabupaten
Way kanan dan masalah perlintasan kereta api belum terpasang palang pintu
dan

yang terakhir substansi maladministrasi melalaikan kewajiban yaitu

aeperti masalah keluhan warga yang kesulitan mengakses websit penerimaan
CPNS secara online di website Kabupaten Pesisir Barat.

Pada hari yang sama penulis bertemu dengan ibu Upi Fitriyanti Ketua Bidang
Pencegahan, penulis mendapatkan keterangan bahwa Ombudsman RI
Perwakilan Provinsi Lampung telah melakukan program Bidang Pencegahan
yang bekerjasama dengan Dr. Dedy Hermawan sebagai

Akademisi Fisip

Unila dengan tema penelitian ”Kepatuhan SKPD terhadap UU 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik” adapun yang menjadi objek penelitian berada 26
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi
Lampung dan Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan

uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap Kinerja Ombudsman RI Perwakilan Lampung dalam penyelesaian
laporan di Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dan Badan Penanaman
modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, dan penulis ingin melihat sejauh
mana pengaruh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung
terhadap peningkatan pelayanan publik di kedua instansi tersebut.

9

Kedua instansi tersebut dipilih karena dapat menjadi barometer dalam
mengukur Kinerja Ombudsman RI Perwakilan Lampung pada tahun 2013 dan
pengaruhnya terhadap peningkatan pelayanan publik, salah satunya Dinas
Pendidikan Kota Bandar Lampung adalah instansi Pemerintah yang terdapat
banyak laporan dan Bandan Penanaman Modal Kota Bandar Lampung masuk
dalam Zona Merah yang berarti menggambarkan kepatuhan yang rendah dari
penyelenggara perizinan terhadap pelaksanaan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2009 sehingga dapat mempermudah penulis untuk melakukan penelitan
di Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Kinerja Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung
dalam menyelesaikan laporan di Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dan
Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung serta
pengaruhnya terhadap pelayanan publik di kedua instansi tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui Kinerja Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung serta
pengaruhnya terhadap pelayanan publik di Dinas Pendidikan dan Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung.

10

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1.Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan turut mengembangkan teori-tori ilmu pemerintahan
yang berkaitan dengan teori kinerja organisasi publik.
2.Secara Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan, serta ide
kepada Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung dalam meningkatkan
kinerja.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kinerja

Menurut Fahmi (2012:2), kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu
organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit
oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas
Amstron dan Baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen (Amstrong dan Baron, 1998:15). Lebih lanjutan Bastian (2010:2)
menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan

suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan

dalam

mewujudkan

sasaran, tujuan,misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema
strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Mangkunegara (2005:32) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job
performance

atau

actual

performance

(prestasi

kerja

atau

prestasi

sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ada tiga variabel
yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu: variabel orang, variabel tugas, dan
variabel lingkungan. Variabel orang termasuk atribut yang dimiliki seseorang

12

sebelum melakukan tugas seperti konten pengetahuan, pengetahuan organisasi,
kemampuan, kepercayaan diri, gaya kognitif, motivasi intrinsik, nilai-nilai
budaya. Variabel tugas termasuk faktor-faktor yang bervariasi baik di dalam
maupun di luar tugas, seperti kompleksitas, format presentasi, pengolahan dan
respon modus siaga.Sementara itu, variabel lingkungan meliputi semua
kondisi, keadaan, dan pengaruh di sekitar orang yang melakukan tugas tertentu,
seperti tekanan waktu, akuntabilitas, tujuan yang telah ditetapkan dan umpan
balik.

Menurut Nasucha dalam Fahmi (2011:3) kinerja organisasi adalah sebagai
efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang
ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha yang
sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus
mencapai kebutuhannya secara efektif.Pengertian kinerja adalah suatu tingkat
peranan anggota organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, peranan
yang dimaksud adalah pelaksanaan suatu tindakan untuk menjalankan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
Sedangkan Robbins (1996:75) mendefinisikan kinerja pegawai dapat dilihat
dalam 3 kriteria, yaitu:
a. Hasil-hasil tugas individual. Menilai hasil tugas pegawai dapat
dilakukan pada suatu badan usaha yang sudah menetapkan standar
kinerja sesuai dngan jenis pekerjaan, yang dinilai berdasarkan
standar kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan, yang dinilai
berdasarkan periode waktu tertentu. Bila pegawai dapat mencapai
standar yang ditentukan berarti hasil tugasnya baik.
b. Perilaku, perusahaan tentunya terdiri dari banak pegawai baik
bawahan maupun atasan dan dapat dikatakan sebagai suatu
kelompok kerja yang mempunyai perilaku masing-masing berbeda
karena itu seorang pegawai dituntut untuk memiliki perilaku yang
baik dan benar sesuai dengan pekrjaan masing-masing

13

.
c. Ciri atau sifat, ini merupakan bagian terlemah dari criteria kinerja
yang ada. Ciri atau sifat pegawai pada umumnya berlangsung lama
dan tetap sepanjang waktu, tetapi adanya perubahan-perubahan dan
campur tangan dari pihak luar seperti diadakannya pelatihan akan
mempengaruhi kinrja dalam beberapa hal.

Menurut Moehariono (2012:69) manajemen kinerja instansi pemerintah adalah
Sebagai suatu sistem, membutuhkan suatu proses yang sistematis sehingga perlu
dibuat desain sistem manajemen kinerja yang tepatuntuk mencapai kinerja
optimal. Sistem merupakan serangkaian prosedur, langkah atau tahap yang tertata
dengan baik.Demikian juga dengan sistem manajemen kinerja organisasi publik
atau instansi pemerintah mengandung prosedur, langkah atau tahapan yang
mengandung suatu siklus kinerja. Secara garis besar, sebagai bagian dari sistem
akuntabilitas kinerja, siklus manajemen kinerja dibagi dalam lima fase atau lima
tahap, yaitu : perencanaan kerja, implementasi, pengukuran kinerja dan evaluasi
kinerja, pelaporan kinerja, dan audit kinerja.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan tingkat keberhasilan keseluruhan
pekerjaan selama periode tertentu dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut,
yang berorientasi pada standar hasil kinerja, target atau kriteria yang telah
disepakati bersama.

14

2. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja mempunyai peranan penting dalam peningkatan motivasi
ditempat kerja. Penilaian kinerja ini (performance appraisal) pada dasarnya
merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif
dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan balikan berkenaan dengan
prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan
balikan kepada mereka jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian
dapat di gunakan untuk meninjau kemajuan pegawai dan untuk menyusun
rencana peningkatan kerja.
Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanaan
tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan
kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan instansi. (www.feunpak.web.id/jima/isna.txt diakses pada:
7/2/2014).
Prestasi kerja menurut Rucky (2001:15) disebut juga sebagai kinerja atau
dalam bahasa Inggris disebut performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain
yang lebih menggambarkan pada prestasi dalam bahasa Inggris yaitu kata
achievement. Tetapi karena bahasa tersebut berasal dari kata to achieve yang
berarti mencapai, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi
pencapaian atau apa yang dicapai. Selanjutnya Hariandja (2002:35) juga
mengemukakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi baik formal ataupun
informal, publik maupun swasta yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

15

yaitu kuantitas pekerjaan, kualitas Pekerjaan, pengetahuan kerja, kerjasama tim
dan kreatifitas.

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak
manajemen perusahaan baik karyawan maupun manajer yang selama ini telah
melakukan

pekerjaannya.

Sedangkan

Mathis

dan

Jackson

(2001:65)

mengatakan bahwa penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa
baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan
satu set standar, dan kemudian mengomunikasikan informasi tersebut.
Penilaian yang dilakukan tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan yang
berarti dalam menilai kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan
perbaikan, atau yang biasa disebut perbaikan yang berkelanjutan.

Penilaian kinerja dalam rangka pengembangan sumber daya manusia adalah
sangat penting artinya. Hal ini mengingat bahwa dalam kehidupan organisasi
setiap orang atau pegawai ingin mendapatkan penghargaan dan perlakuan yang
adil dari pemimpin organisasi yang bersangkutan.
Siagian (2003:41) menekankan bahwa Penilaian merupakan upaya pembanding
antara hasil yang nyata dicapai setelah satu tahap tertentu selesai dikerjakan
dengan hasil yang seharusnya dicapai untuk tahap tersebut. Definisi tersebut
menunjuk kepada lima hal yaitu :
1. Penilaian berbeda dengan pengawasan yang sorotan perhatiannya
ditujukkan pada kegiatan operasionalyang sedang diselenggarakan,
sedangkan penilaian dilakukan setelah satu tahap tertentu dilalui.
2. Penilaian menghasilkan informasi tentang tepat tidaknya semua
komponen dalam proses manajerial, mulai dari tepat tidaknya
tujuan hingga pelaksanaan kegiatan pengawasan.

16

3. Hasil penilaian menggambarkan apakah hasil yang dicapai sama
dengan sasaran yang telah ditentukan, melebihi sasaran atau malah
kurang dari sasaran.
4. Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian diperlukan untuk
mengkaji ulang semua komponen proses manajerial sehingga
perumusan kembali berbagai komponen tersebut dapat dilakukan
dengan tepat.
5. Orientasi penilaian adalah masa depan yang pada gilirannya
memungkinkan organisasi meningkatkan kinerjanya. (Menurut
Sondang P. Siagian, 2003:41).
Penilaian kinerja adalah Suatu proses penilaian formal atas hasil kerja seseorang
yang dilakukan oleh seorang penilai, hasil penilaian harus disampaikan direksi,
atasannya dan kepada karyawan bersangkutan lalu dimasukkan dalam file
dokumen kepegawaian karyawan bersangkutan,

Menurut Sastrohadiwiryo (2003:231), penilaian kinerja adalah suatu kegiatan
yang dilakukan manajemen atau penyedia penilai untuk menilai kinerja tenaga
kerja dengan cara membandingkan kinerja dengan kinerja atas uraian atau
deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kerja merupakan
suatu penilaian tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal
dan dikaitkan dengan standar kerja yang telah ditentukan suatu instansi tertentu.

3.Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja atau penilaian prestasi kerja dilakukan untuk memperoleh
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan manajer Sumber Daya Manusia (SDM) yang lain, seperti perencanaan
SDM,

penarikan

dan

seleksi,

pengembangan

SDM,

perencanaan

dan

17

pengembangan karier, program-program kompensasi, promosi, demosi, pensiun,
serta pemecatan.

Sastrohadiwiryo (2003:233) mengemukakan bahwa penilaian kinerja dilakukan
dengan tujuan sebagai:
a. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan
pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
b. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam
perusahaan.
c. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong ke arah
kemajuan dan kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas
kerja bagi para tenaga kerja.
d. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang
pemegang tugas dan pekerjaan.
e. Landasan/bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang
ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi , maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.
f. Standar dalam penentuan tinggi rendahnya kompensasi serta administrasi
bagi tenaga kerja.
Kemudian menurut Faustino Cardoso Gomes (1997:135) tujuan penilaian
kinerja secara umum dibedakan atas dua macam, yaitu untuk mereward
performasi

sebelumnya

(to

reward

pastperformance)

dan

untuk

memotivasikan perbaikan performansi pada waktu yang akan datang (to
motivate future performance improvement).
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan penilaian kinerja
antara lain:
a. Sebagai sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan
pengembangan bagi instansi yang bersangkutan
b. Landasan atau bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang
ketenagakerjaan, misalnya: promosi, mutasi, penentuan tinggi rendahnya
kompensasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya.

18

c. Untuk mereward performansi sebelumnya dengan memberikan nasihat
kepada para tenaga kerja dalam instansi
d. Sebagai alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong ke
arah kemajuan dan kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas
dan motivasi kerja yang akan datang.

4. Manfaat Penilaian Kinerja

Orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia
sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses
kekaryaan karyawan yang bersangkutan.Manfaat yang diperoleh dari penilaian
kinerja ini terutama menjadi pedoman dalam melakukan tindakan evaluasi bagi
pembentukan organisasi yang sesuai dengan harapan.

Mangkuprawira (2003:224-225)

menjelaskan manfaat penilaian kinerja

ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan, khususnya
manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut:

a.

b.

c.

d.

Perbaikan Kinerja adalah Umpan balik kinerja bermanfaat bagi
karyawan, manajer, dan spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang
tepat untuk memperbaiki kinerja.
Penyesuaian Kompensasi adalah Penilaian kinerja membantu
mengambil keputusan menentukan siapa yang seharusnya menerima
peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan bonus yang
didasarkan pada sistem merit.
Keputusan Penempatan adalah Promosi, transfer, dan penurunan
jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif,
misalnya dalam bentuk penghargaan.
Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan adalah Kinerja buruk
mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan pelatihan
kembali. Setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan
diri.

19

e.

f.

g.

h.

i.
j.

k.

l.

Perencanaan dan Pengembangan Karir adalah Umpan balik kinerja
membantu proses pengambilan keputusan tentang karir spesifik
karyawan.
Defisiensi Proses Penempatan Staf adalah baik buruknya kinerja
berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam prosedur
penempatan staf di departemen SDM.
Ketidakakuratan Informasi adalah buruk dapat mengindikasikan
kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal
lain dari sistem menajemen personal. Hal demikian akan mengarah
pada ketidaktepatan dalam keputusan menyewa karyawan, pelatihan,
dan keputusan konseling.
Kesalahan Rancangan Pekerjaan adalah Kinerja buruk mungkin sebagai
sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang keliru. Lewat penilaian
dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan tersebut.
Kesempatan Kerja yang SamaPenilaian kinerja
Kesempatan Kerja yang Sama adalah Penilaian kinerja yang akurat
yang secara aktual menghitung kaitannya dengan kinerja dapat
menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah sesuatu yang
bersifat diskriminasi.
Tantangan-Tantangan Eksternal: Kadang-kadang kinerja dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan pekerjaan,seperti keluarga, finansial,
kesehatan, atau masalah-masalah lainnya. Jika masalah-masalah
tersebut tidak diatasi melalui penilaian, departemen SDM mungkin
mampu menyediakan bantuannya.
Umpan Balik pada SDM: Kinerja yang baik dan buruk di seluruh
organisasi mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi departemen
SDM diterapkan.

Manfaat penilaian kinerja adalah untuk penyesuaian kompensasi, keputusan
penempatan dan pengembangan karir dan memberikan kesempatan kerja yang
adil, sehingga karyawan dapat memperbaiki kinerjanya. Hal ini akan berdampak
pada perbaikan perencanaan dan pengembangan organisasi untuk menghadapi
tantangan masa depan.
Sedangkan

Notoatmodjo (2003:142 -143) mengemukakan bahwa ada tujuh

manfaat penilaian kinerja yaitu peningkatan prestasi kerja, kesempatan kerja yang
adil, kebutuhan-kebutuhan pelatihan pengembangan, penyesuaian kompensasi,
keputusan-keputusan promosi dan demosi, kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
serta penyimpangan-penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi.

20

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari
penilaian kinerja antara lain:
a. Manfaat bagi karyawan yang dinilai Penilaian kinerja bermanfaat sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti: kemampuan, keletihan, kekurangan,
dan potensi karyawan yang pada akhirnya bermanfaat untuk menentukan
tujuan, rencana, dan pengembangan karirnya.
b. Manfaat bagi penilai
Dengan adanya penilaian kinerja memberikan kesempatan bagi penilai untuk
mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan untuk
perbaikan manajemen selanjutnya serta kesempatan bagi penilaiuntuk
menjelaskan tujuan dan prioritas penilai dengan memberikan pandangan yang
lebih baik terhadap bagaimana karyawan dapat memberikan kontribusi yang
lebih besar kepada perusahaan.
c. Manfaat bagi perusahaan
Hasil penilaian kinerja sangat penting artinya bagi perusahaan dalam
pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti: identifikasi kebutuhan
program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan, dan berbagai aspek lainnya.

21

5. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur. Dalam
menetapkan indikator kinerja, harus dapat diidentifikasikan sesuatu bentuk
pengukuran yang akan menilai hasil outcome yang diperoleh dari aktivitas
yang dilaksanakan. Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan
bahwa kinerja hari demi hari pegawai tersebut membuat kemajuan menuju
tujuan dan sasaran dalam rencana strategis.

Berkenaan dengan penilaian kinerja organisasi publik Moehariono (2012:30)
indikator kinerja adalah menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan atas keberhasilan tersebut.
Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran
kinerja (performance measure). Namun, sebenarnya meskipun keduanya
merupakan sama-sama kriteria pengukuran kinerja, tetapi terdapat perbedaan
arti dan maknanya. Menurut Moehariono (2012:162) ada tiga konsep yang
dapat digunakan mengukur kinerja organisasi publik, yaitu:
1. Responsivitas (responsiveness) yaitu menggambarkan kemampuan
organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Responsibilitas (responsibility) yaitu pelaksanaan kegiatan organisasi
publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
atau sesuai dengan kebijakan secara implisit maupun eksplisit.
3. Akuntabilitas (accountability) yaitu menunjuk pada seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publikyang diharapkan dari

22

masyarakat, bias berupa penilaian dari wakil rakyat, pejabat dan
masyarakat.
B. PENGAWASAN

1. Arti dan Tujuan Pengawasan
Tidak dapat disangkal bahwa masing-masing fungsi pimpinan berhubungan
erat satu sama lain. Hal ini akan lebih jelas, bila kita ingat bahwa
sesungguhnya fungsi pimpinan yang lima itu, yakni merencanakan,
pengorganisasian, penyusunan, memberi perintah dan pengawasan adalah
prosedur atau urutan pelaksanaan dalam meralisasi tujuan badan usaha.
Walaupun terdapat kenyataan demikian, umumnya para ahli lebih
menonjolkan hubungan erat antara perencanaan, member perintah, dan
pengawasan.
Perencanaan berhubungan erat dengan fungsi pengawasan karena dapat
dikatakan rencana itulah sebagai standar atau alat pengawasan bagi
pekerjaan yang sedang dikerjakan. George R. Terry dalam Manullang
(2012:172)

mendefinisikan

pengawasan

sebagai

proses

untuk