PENERAPAN SEMBILAN ELEMEN JURNALISME BILL KOVACH DAN TOM ROSENSTIEL PADA BERITA CITIZEN JOURNALISM ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Pada Berita di situs Citizen Journalism Kompasiana Periode 1 – 30 Juni 2014)

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN SEMBILAN ELEMEN JURNALISME BILL KOVACH DAN TOM ROSENSTIEL PADA BERITA CITIZEN JOURNALISM ONLINE

(ANALISIS ISI KUANTITATIF PADA BERITA DI SITUS CITIZEN JOURNALISM ONLINE KOMPASIANA PERIODE 1 – 30 JUNI 2014)

Oleh

Oemar Madri Bafadhal

Perkembangan teknologi dan komunikasi menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi meningkat. Berdasarkan statistik Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan We Are Social saat ini terdapat 107 juta pengguna internet di Indonesia dengan alokasi waktu rata-rata 5 jam 27 menit di depan komputer untuk mengakses informasi. Dengan permintaan informasi yang sangat tinggi, banyak informasi yang luput dari media mainstream sehingga membuat masyarakat kini mulai kegiatan jurnalistik mereka sendiri yang disebut dengan citizen journalism.

Salah satu media citizen journalism adalah Kompasiana. Kompasiana adalah media warga yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia dengan anggota mencapai 127.068. Namun seiring dengan perkembangannya Kompasiana pernah tersandung kasus karena meloloskan berita yang merugikan Bank Mandiri dan kerap meloloskan konten yang memojokkan pihak tertentu. Dengan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui bagaimana penerapan sembilan elemen jurnalisme Kovach dan Rosentsiel pada berita di situs Kompasiana.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Populasi adalah berita pada periode 1 Juni – 30 Juni 2014 yang berjumlah 360 berita dan dengan menggunakan rumus Slovin maka sampel yang ditetapkan adalah 100 berita. Hasil uji validitas yang dilakukan oleh expert menunjukkan bahwa unit analisis telah teruji validitasnya dan hasil uji reliabilitas menunjukkan peneliti dan intercoder memiliki koefisien reliabilitas di atas 80% yang artinya peneliti dan intercoder memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi.

Hasil penelitian ini adalah berita dalam Kompasiana telah menerapkan enam dari Sembilan Elemen Jurnalisme yang pertama adalah kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran, dilihat dari kelengkapan unsur what (100% berita), when (88% berita), where (95% berita), why (91% berita), who (100% berita), how


(2)

pemantau kekuasaan (72% berita). Kelima adalah jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar (100% berita) dan keenam adalah jurnalisme harus mengikuti hati nurani (88% berita).

Berita di Kompasiana belum menerapkan dengan baik tiga elemen dari sembilan elemen jurnalisme yang pertama adalah jurnalisme harus independen dari pihak yang mereka liput, dilihat dari objektifitas (55% berita) dan keberimbangan (44% berita). Yang kedua adalah jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan (berita penting (54%), berita menarik (55%) dan berita relevan (62%). Ketiga jurnalisme harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional (berita yang tidak mengandalkan satu fakta (48%) dan berita yang sensasional (28%)).

Berdasarkan hasil temuan tersebut maka berita-berita yang ditulis oleh jurnalis warga dapat mengisi berita-berita yang luput dari media mainstream namun belum dapat dijadikan sumber acuan utama bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan informasi mereka. Hal yang harus ditingkatkan adalah kompetensi gate keeper sehingga proses seleksi berita dapat lebih baik lagi.


(3)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF BILL KOVACH AND

TOM ROSENSTIEL’S NINE ELEMENTS OF JOURNALISM IN CITIZEN JOURNALISM ONLINE NEWS

(A QUANTITATIVE CONTENT ANALYSIS OF CITIZEN JOURNALISM ONLINE NEWS IN KOMPASIANA.COM PERIOD 1 30 JUNE 2014)

by

Oemar Madri Bafadhal

The development of communication and technology caused a rise of information needed in community. Based on Association of Indonesian Internet Service Provider and We Are Social there are currently 107 million internet users in Indonesia with time-average 5 hours 27 minutes. With a very high demand of information, there were a lot of missed informations from mainstream media which makes begin to conduct their own journalistic activities called Citizen Journalism.

One of the citizen journalism media is Kompasiana. Kompasiana had rapid development in Indonesia with 127.068 members, but along with its development Kompasiana had credibility case when their published a fake news involves Bank Mandiri and often published a content which cornered some parties. With that background, the researchers want to do research which the objective was to knowing how the application of nine elements of journalism of Kovach and Rosentsiel in citizen journalism online news site Kompasiana.

The method of this study is quantitative content analysis. The population was news in the period 1 June to 30 June 2014 amounted to 360 news and using the formula Slovin to set 100 news as the sample. The validity of test results conducted by expert shows that the unit of analysis has proven its validity and reliability test results show researchers and intercoder reliability coefficient above 80% which means that researchers and intercoder has a high reliability coefficient. The results of this study showed news Kompasiana has implemented six from nine elements of journalism which the first element is first obligation is to the truth, seen from the completeness of 5W+1H, what (100% news), when (88% news), where (95% news), why (91 % news), WHO (100% news), how (93%


(4)

power (72% news). The fifth is journalism should provide a forum for criticism and comments (100% news) and sixth is journalism should follow their personal conscience (88% news).

And news in Kompasiana not yet implement three from nine elements of journalism, which the first element is journalism should be independent of the parties that they cover, seen from objectivity (55% news) and the balance (44% news). Second is journalism should strive to make things that are important to be interesting and relevant (important news (54 %), interesting news (55%) and relevant news (62%) and the third elements is journalism must keep the news comprehensive and proportional (news that does not rely on one fact (48%) and the sensational news (72%)).

Based on these findings, the news in Kompasiana can fill the news that missed from the mainstream media but can not be used as the main reference communities to fulfil their information needs. The gate keeper competence must be improved so in the selection process the gate keeper can published a better news.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Riduan M.O Bafadhal, SE, MM dan Ibu Endang Setyaningsih, SH.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) penulis selesaikan pada tahun 1998 di TK Nurul Islam Bandar Lampung, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Sukaraja Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Teluk Betung Selatan Bandar Lampung pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi sebagai anggota di Bidang Advertising. Pada Januari 2013, penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, dan pada bulan September s/d Oktober penulis melakukan Praktek Kuliah Lapangan di Radar Lampung TV.


(10)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan Puja, Puji serta ucapan Syukur ke hadirat Allah SWT, dan shalawat dan salam yang tak henti kita sampaikan kepada junjungan

kita Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis persembahkan karya skripsi ini untuk:

Kepada kedua orang tuaku tersayang, Riduan M.O Bafadhal, SE, MM dan Endang Setyaningsih, SH.

Kedua kakak tercinta Aniesa Samira Bafadhal, S.A.B, M.A.B dan M. Ersyad Bafadhal, SH.


(11)

MOTO


(12)

SANWACANA

I

Bagian ini saya khususkan untukMu Tuhan Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Semesta Alam Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Sembilan Elemen

Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel Pada Berita Citizen Journalism Online” .

Segala puji bagiMu.

II

Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada:

Kedua orang tua saya, Riduan Bafadhal, SE, MM dan Endang Setyaningsih, SH serta kedua kakak saya Aniesa Samira Bafadhal S.AB, M.AB dan M. Ersyad Bafadhal, SH terima kasih atas dukungan moral dan materil selama ini, semoga di kehidupan kelak saya bisa menerjemahkan ucapan terima kasih itu menjadi suatu tindakan yang membuat kalian semua bangga.


(13)

saya, saya ucapkan terima kasih, terima kasih, terima kasih banyak atas bimbingan, saran, masukan, pelajaran dan pengalaman yang telah diberikan kepada saya selama ini.

Juga kepada Bapak Drs. Teguh Budi Rahardjo, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, serta kepada seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu, pengalaman dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya.

III

Kepada sahabat-sahabat terbaik saya, pelipur lara, pengumpul semangat, Hesty Prihastuti, Amalia Nurdin, Siti Fatimah, Dina Ulia, Pratama Dio Ananto, Aji Putra Pangestu, Ani Annisa Lasmah, Imam Mubaroq, M. Hafiz Wiratama, Yunardi Hasan, Fitria Hani Aprina, Leni Destia Edward dan Fina Yulanda terima kasih atas semua yang saya dapat dan kalian tawarkan, skripsi ini juga saya persembahkan untuk kalian.

Berikutnya kepada teman-teman Ilmu Komunikasi Universitas Lampung, Sigit Pamungkas, Putra Gumilang, Rina Putri, Dewi Alifia, Deka Vivi, Tia Lidarni, Emirulita, Triadi Noviansyah, Ardika Dewantara, Genta Loga Sandiwa, Obi Riano, Martua DP. Sinaga, Dwi Setiawan, Galuh Adi Pranata, Agus Sudarwin, Waskito Ardi, Sayu Putu Wira, Bella Virlanda, Febrycha Manulang dan yang lain, yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan selama ini.


(14)

keluarga KKN saya di Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Gerchad Tobing, Jonatan Lambok Silalahi, Gusman Arfani, Agung Dwi Saputra, Fadhilatul Adha, juga kepada Tuan Muda Barata Dinata, saya ucapkan terima kasih banyak atas tempaannya selama disana, sangat berguna bagi diri saya.

Selanjutnya kepada, Ira Oktavia Safitri, Desima Putri, Cindy Cinthiya, Ulfa Marini akhirnya saya mengikuti jejak kalian, terima kasih ini buat kalian juga. Terima kasih juga kepada Desmayanti Eka Saputri, Andika Nafka Razak, M. Taufan Arifin, Hermawan Santoso. Juga kepada Winnie Eka Febriana dan Thoyyibah Bafadhal.Serta kepada Bapak Juwendra Asdiansyah dan Hendriansyah yang bersedia membantu saya dalam penelitian ini, terima kasih.

Pada akhirnya, terlalu banyak orang baik yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, yang namanya tidak bisa saya tuliskan di sini satu per satu. Untuk kalian semua, semoga suatu saat kita bertemu di persimpangan dan semoga beruntung di jalan yang masing-masing dari kalian tempuh. Dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin, Aamiin Ya Rabbal Al-Aamiin.

Bandarlampung, 10 Desember 2014 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

MOTO ... x

SAN WACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Tinjauan Historis ... 14

1. Sejarah Jurnalisme ... 14

2. Sejarah Elemen Jurnalisme Kovach dan Tom Rosenstiel ... 15

3. Sejarah Citizen Journalism ... 16

C. Tinjuan Tentang Jurnalisme ... 18

D. Tinjauan Tentang Citizen Journalism ... 20

E. Citizen Journalism Online ... 21

F. Elemen Jurnalisme Kovach dan Rosenstiel ... 23

G. Tinjauan Tentang Berita ... 29


(16)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 44

A. Tipe Penelitian... 44

B. Metode Penelitian ... 44

C. Definisi Konsep ... 45

D. Unit Analisis ... 50

E. Populasi ... 54

F. Unit Sampel ... 55

G. Unit Pencatatan ... 57

H. Data Penelitian ... 58

I. Teknik Pengumpulan Data... 58

J. Teknik Analisa Data ... 59

K. Uji Validitas ... 61

L. Uji Reliabilitas ... 62

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 64

A. Sejarah Kompasiana ... 64

B. Profil Kompasiana ... 65

C. Ketentuan dan Layanan Kompasiana ... 66

D. Rubrikasi Kompasiana ... 74

BAB V. PEMBAHASAN ... 81

A. Penyajian Hasil Penelitian ... 81

1. Hasil Analisis Berita Berdasarkan Lembar Koding ... 79

2. Hasil Uji Validitas ... 100

3. Hasil Uji Reliabilitas ... 103

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

BAB VI. KESIMPULAN ... 151

A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel No. Halaman

1. Perbedaan dan Kontribusi Penelitian Terdahulu ... 11

2. Kode Etik Jurnalistik ... 38

3. Tabel Unit Analisis ... 50

4. Rubrikasi Kompasiana ... 74

5. Sampel Berita Penelitian ... 76

6. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur What ... 82

7. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur When ... 83

8. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur Where ... 84

9. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur Why ... 85

10. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur Who ... 86

11. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur How ... 87

12. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Saksi dalam Berita ... 88

13. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Narasumber dalam Berita ... 89

14. Hasil Lembar Koding untuk Berita Tidak Mengandalkan Satu Fakta ... 90

15. Hasil Lembar Koding untuk Sensasional ... 91

16. Hasil Lembar Koding untuk Berita Bersifat Penting ... 92

17. Hasil Lembar Koding untuk Berita Bersifat Menarik ... 93

18. Hasil Lembar Koding untuk Berita Bersifat Relevan ... 93

19. Hasil Lembar Koding untuk Kepentingan Publik Jadi Utama ... 95

20. Hasil Lembar Koding untuk Keberpihakan Berita... 96

21. Hasil Lembar Koding untuk Keberimbangan Berita ... 96

22. Hasil Lembar Koding untuk Memantau Kinerja Pemerintah ... 97

23. Hasil Lembar Koding untuk Menyediakan Forum Kritik dan Komentar ... 99

24. Hasil Lembar Koding untuk Mengikuti Hati Nurani ... 99

25. Uji Validitas Expert... 101

26. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Analisis What ... 104

27. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Analisis When ... 105

28. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Kelengkapan Unsur Where ... 106


(18)

Untuk Kategori Kelengkapan Unsur Who ... 108 31. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Kelengkapan Unsur How ... 109 32. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Kelengkapan Unsur Saksi ... 110 33. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Kelengkapan Unsur Narasumber ... 111 34. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Tidak Mengandalkan satu fakta ... 112 35. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Sensasional ... 113 36. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Penting ... 114 37. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Menarik ... 115 38. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Relevan ... 116 39. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Berita Mengarah ke Kepentingan Publik ... 117 40. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Keberpihakan ... 118 41. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Kategori Keberimbangan ... 119 42. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk kategori Pemantau Kekuasaan ... 120 43. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Unit Analisis Menyediakan Forum Komentar Warga ... 121 44. Frekuensi Pernyataan yang Dikoding oleh Peneliti dan Pengkoding Untuk Keberpihakan pada hati nurani... 122 45. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis Kebenaran .... 124 46. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis

Disiplin Verifikasi ... 126 47. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis Komprehensif dan Proporsional ... 129 48. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis Menarik

dan Relevan ... 131 49. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis Loyalitas


(19)

Kekuasaan ... 139 52. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis Forum

Kritik dan Komentar ... 141 53. Rekapitulasi Hasil Lembar Koding pada Unit Analisis Mengikuti Hati Nurani ... 143 54. Rekapitulasi Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme pada Berita


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Pengguna Internet di Indonesia ... 4


(21)

DAFTAR BAGAN Bagan


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang sangat krusial dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat merasa perlu mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya maupun di belahan dunia lain. Hal ini menimbulkan suatu fenomena baru, masyarakat di era ini mulai berlomba-lomba mencari dan bertukar informasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Komunikasi massa yang semakin berkembang juga turut memudahkan masyarakat dalam memenuhi dahaga mereka akan informasi. Bentuknya pun semakin variatif, radio, televisi, dan majalah disatukan lewat konvergensi media. Kehadiran teknologi digital dan internet semakin memanjakan masyarakat yang ingin mengakses suatu informasi.

Banyak orang yang ingin menunjukkan bahwa ia tahu lebih dulu, lebih cepat dan tahu lebih banyak. Dengan permintaan informasi yang sangat tinggi, banyak peristiwa yang tidak mungkin dapat direportase dalam sebuah koran ataupun televisi. Entah karena keterbatasan space, pandangan politik media tersebut dan atau kepentingan industri atau bisnis. Media juga tidak mungkin dapat membayar para reporter untuk mengikuti semua peristiwa yang terjadi dalam suatu kota.


(23)

Masyarakat yang merasa kurang diperhatikan oleh media mainstream akhirnya mulai melakukan kegiatan jurnalistik sendiri. Kegiatan jurnalistik oleh masyarakat inilah yang disebut dengan citizen journalism. Pada akhirnya citizen journalism mulai mengisi kekosongan informasi di media mainstream.

Pepih (2012: 20) mengidentifikasikan citizen journalism sebagai kegiatan warga biasa yang bukan wartawan profesional mengumpulkan fakta di lapangan atas sebuah peristiwa, lalu menyusun, menulis, dan melaporkan hasil liputannya. Quinn dan Lamble (2008: 40) menjelaskan citizen journalism bangkit karena audience merasa banyak informasi yang terabaikan di media massa mainstream. Citizen journalism dinilai lebih cepat dalam menyampaikan suatu informasi karena bersifat spontan tidak seperti media konvensional. Dalam banyak hal citizen journalism justru membantu masyarakat dalam mendapatkan tambahan informasi, walaupun keberadaannya tetap tidak dapat menggantikan media konvensional.

Di Korea Selatan citizen journalism bangkit karena generasi muda disana merasa media mainstream mengabaikan mereka dan kerap kali memanipulasi berita demi agenda tertentu di bidang politik atau ekonomi. Ketertarikan terhadap citizen journalism ditandai dengan berkembang pesatnya situs citizen journalism seperti http://ohmynews.com di Korea Selatan. Per tahun 2007, http://ohmynews.com mempunyai 50.000 pewarta warga yang tersebar di seluruh Korea Selatan (Quinn dan Lamble, 2008: 44-45). Di Indonesia fenomena citizen journalism puncaknya di mulai ketika bencana tsunami di Nangroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2004, banyak footage yang didapat dari rekaman para warga biasa yang


(24)

pada akhirnya turut membantu media mainstream dalam memberikan reportase untuk pemirsanya. Dengan alat perekam seadanya berupa handycam, telpon genggam dan kamera digital, masyarakat turut aktif dalam kegiatan jurnalistik. Gillmor dalam Arif (2010: 158) menyebut bencana gempa tersebut sebagai titik balik kemunculan jurnalisme warga.

Inti dari citizen journalism adalah masyarakat menjadi obyek sekaligus subyek berita. Sehingga tiap orang bisa menulis berita. Hal ini bukan bentuk persaingan media, tapi merupakan perluasan media, artinya berita yang ditulis oleh para citizen journalist bukan bermaksud untuk menyaingi dan atau menggantikan tulisan wartawan biasa. Namun berita citizen journalism dimaksudkan untuk dapat berjalan beriringan dengan berita-berita yang ditulis oleh para wartawan profesional. Menurut Lasica, seorang online journalist dan social media consultant asal Amerika Serikat (www.ojr.org diakses pada 21 Maret 2014) dalam praktiknya citizen journalism tidak harus berdiri sendiri.

Beberapa media mainstream di Indonesia misalnya Metro TV membuka kesempatan bagi pemirsanya untuk dapat langsung mengirimkan hasil liputan yang nantinya akan disiarkan dalam acara Wide Shot di Metro TV. Surat Kabar Harian The Jakarta Post juga turut mempersilahkan masyarakat untuk mengirimkan beritanya yang akan diterbitkan di Surat Kabar mereka. Radio Elshinta pun demikian, ia mempersilahkan pendengarnya untuk turut serta melaporkan kejadian yang ada di sekitarnya dalam siaran-siarannya.


(25)

Namun, mengikuti perkembangan teknologi dan komunikasi, kemunculan citizen journalism pun mulai masuk dan berkembang pesat di ranah media baru. Sebagai salah satu produk media baru, citizen journalism online di Indonesia berkembang pesat seiring dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang berkembang setiap tahunnya.

Gambar 1. Pengguna Internet di Indonesia

Sumber: APJII tahun 2012 (http://apjii.or.id/ diakses pada 12 Maret 2014)

Berdasarkan statistik dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) saat ini terdapat 82.000.000 pengguna internet di Indonesia. WeAreSocial sebuah social media agency yang berkantor di Singapura menyatakan Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang menghabiskan waktu paling banyak di depan komputer dengan alokasi waktu rata-rata 5 jam 27 menit di depan komputer (sumber: http://wearesocial.sg diakses 12 Maret 2014).


(26)

Gambar 2. Alokasi Waktu Berinternet di Asia

Sumber: WeAreSocial.sg (diakses 12 Maret 2014)

Dengan penggunaan internet sebesar itu, kehadiran citizen journalism online akan berpengaruh dalam arus informasi di Indonesia. Di Indonesia citizen journalism online hadir lewat media-media warga yang menyediakan sarana untuk masyarakat Indonesia agar dapat menyalurkan warta nya dalam suatu media sosial. Salah satunya adalah Kompasiana, mengadopsi bentuk blog, Kompasiana merupakan salah satu pionir kebangkitan citizen journalism di Indonesia. Selain kompasiana juga ada beberapa situs citizen journalism online lain di Indonesia misalnya, CitizenJurnalism.com, AnakUI.com dan Citizen6.

Kompasiana yang beralamatkan di http://www.kompasiana.com, berdiri pada tanggal 1 September 2008. Kompasiana merupakan sebuah media warga dimana semua orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat, gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar, ataupun rekaman audio dan video. Di Kompasiana setiap orang didorong menjadi seorang pewarta warga yang atas namanya sendiri melaporkan peristiwa yang dialami atau terjadi di

0 1 2 3 4 5 6 7

Akses melalui Komputer

Akses Melalui Handphone


(27)

sekitarnya. Kompasianer (orang yang beraktifitas di Kompasiana) diberi kebebasan untuk mewartakan peristiwa, gagasan, pendapat ataupun ulasan sepanjang tidak melanggar ketentuan yang berlaku, setiap konten yang dipublikasikan menjadi tanggung jawab Kompasianer yang mempublikasikannya. Tulisan di Kompasiana dikelola oleh seorang admin yang memiliki akses untuk memoderasi dan mengelola konten serta memiliki hak untuk menghapus konten yang melanggar ketentuan, menyunting konten, mengatur waktu penayangan dan memblokir akun (kompasiana.com/term diakses pada 21 Maret 2014).

Begitu pesatnya perkembangan citizen journalism di situs ini membuat Kompasiana menjadi salah satu media warga yang cukup diperhitungkan. Masyarakat semakin lama semakin tertarik untuk mengikuti kegiatan jurnalisme warga, ini bisa dilihat dari jumlah kompasianer yang sekarang telah mencapai 127.068 (per tanggal 12 Maret 2014) anggota. Seiring dengan perkembangannya, kredibilitas citizen journalism di Indonesia tersandung masalah ketika Kompasiana sempat meloloskan sebuah tulisan dengan judul “TEMPO dan KataData „Memeras‟ Bank Mandiri dalam Kasus SKK Migas?” tulisan yang diupload oleh username Jilbab Hitam itu menuduh Tempo melakukan pemerasan terhadap Bank Mandiri terkait kasus Rudi Rubiandini. Sontak hal ini menimbulkan kegaduhan di media sosial. Dan Tempo sebagai pihak tertuduh menolak keras tuduhan ini (Sumber: http://www.tempo.co diakses pada 14 Juni 2014). Selain itu Kompasiana kerap meluluskan konten yang bersifat provokatif dan menyerang figur-figur tertentu.


(28)

Hal ini menimbulkan pertanyaan, karena yang menyampaikan berita bukanlah seorang wartawan profesional melainkan warga biasa yang belum tentu mengerti tentang prinsip jurnalistik, bagaimana isi berita citizen journalism ini? Apakah telah sesuai dengan kaidah jurnalistik? Idealnya seperti dikemukakan Kovach (2004: 12), tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan mengatur diri sendiri, bagaimana jika berita yang ditulis oleh para citizen journalist ini tidak mengikuti kaidah penulisan jurnalisme yang baik dan benar? Kovach (2004: 6) menyimpulkan ada sembilan elemen yang harus dipenuhi oleh jurnalisme. Sembilan elemen jurnalisme ini adalah prinsip–prinsip yang diharapkan dapat diterapkan oleh wartawan untuk mewujudkan tujuan utama jurnalisme tersebut. Sembilan elemen tersebut adalah:

a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran b. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat c. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi

d. Praktisi jurnalisme harus menjaga independesi terhadap sumber berita e. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan

f. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat g. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik

dan relevan

h. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional i. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka


(29)

Sembilan elemen itu menjadi dasar pokok yang dijadikan acuan untuk menjadi jurnalis yang berkualitas. Elemen-elemen itu mengatur tentang bagaimana isi berita yang ideal itu. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel mengatur isi pemberitaan dan berbagai hal yang berkaitan dengannya, misalnya seorang wartawan harus bersikap independen dan menghasilkan berita yang faktual, objektif dan berimbang.

Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian terkait bagaimana penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme dari berita yang dihasilkan oleh citizen journalist di Kompasiana. Kompasiana dipilih karena merupakan media warga yang terbesar di Indonesia saat ini. Kompasiana juga secara konsisten mengunggah berita-berita hasil liputan para jurnalis warga. Berita yang akan diteliti adalah berita teks pada rubrik „Berita‟ di situs Kompasiana. Rubrik „Berita‟ dipilih karena dibandingkan kategori lain seperti lifestyle, tekno, wisata, kesehatan dan lainnya yang lebih bersifat opini, rubrik Berita sebagai suatu reportase diharapkan dapat memenuhi sembilan kriteria dalam Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Rosenstiel. Berita yang termasuk dalam rubrik ini harusnya telah memiliki kedisiplinan dalam verifikasi fakta, kebenaran, cover both sides dan lain sebagainya.

Berita yang yang akan diteliti adalah berita-berita di Kompasiana 1 Juni 2014 sampai dengan 30 Juni 2014, karena berdasarkan observasi penulis, berita secara konstan berubah mengikuti perkembangan di masyarakat. Kompasiana pun berkembang mengikuti perkembangan teknologi yang ada setiap harinya, pengarsipan berita melalui internet pun rawan mengalami kehilangan data, oleh


(30)

karena itu dipilihlah periode terbaru yang dianggap mampu merepresentasi keadaan Kompasiana yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Resentsiel pada Citizen Journalism Online (Analisis Isi Kuantitatif Citizen Journalism Online di Situs Kompasiana periode 1 – 30 Juni 2014)”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel pada citizen journalism online di situs Kompasiana periode 1 – 30 Juni 2014 ?”

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui elemen jurnalisme apa saja yang telah diterapkan pada situs

citizen journalism online Kompasiana.

2. Mengetahui elemen jurnalisme apa saja yang belum diterapkan pada situs citizen journalism online Kompasiana.


(31)

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam menambah serta mengembangkan kajian ilmu komunikasi yang berkaitan citizen journalism, terutama tentang penerapan sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel di situs citizen journalism online dan diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan yang berharga bagi para pembaca untuk lebih dapat memahami elemen jurnalisme berita dalam kegitan citizen journalism online.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan referensi penulis dan memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini. Penulis telah menganalisis penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini, mencakup tentang citizen journalism dan elemen jurnalisme. Berikut ini tabel perbedaan mengenai tinjauan penelitian terdahulu beserta kontribusi bagi penelitian ini:

Tabel 1. Perbedaan dan Kontribusi Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Clara Ima Fitria, (2012: Universitas Atmajaya Yogyakarta) Judul Penelitian Penerapan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme Bill

Kovach dan Tom Rosenstiel Pada Berita Opini Bencana Gunung Merapi di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Hasil Penelitian Kedaulatan Rakyat telah menerapkan lima dari sembilan

elemen jurnalisme. Sedangkan keempat elemen yang lain belum diterapkan sesuai dengan teori yang sudah ada. Kontribusi

Penelitian

Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta membantu dalam proses penyusunan penelitian.

Perbedaan Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian cetak Kedaulatan Rakyat yang penulis beritanya adalah wartawan profesional. Berbeda dengan penelitian penulis yang obyeknya adalah citizen journalism online dan yang menulis berita adalah masyarakat awam.


(33)

Lanjutan Tabel 1

Nama Peneliti Fransiscus Asisi (2013: Universitas Atmajaya Yogyakarta) Judul Penelitian Kelayakan Berita Citizen Journalism (Studi Analisis Isi

Kuantitatif Mengenai Kelayakan Berita dalam Kolom Citizen Journalism Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode November 2012 – Februari 2013)

Hasil Penelitian Dengan mengacu pada 3 Pasal di Kode Etik Jurnalistik (Pasal 1, 2 dan 3) hasil penelitian ini menunjukkan berita citizen journalism di Tribun Jogja telah mengikuti Pasal 1 dan 2 sedangkan Pasal 3 kurang.

Kontribusi Penelitian

Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta membantu dalam proses penyusunan penelitian.

Perbedaan Penelitian

Dalam penelitian ini citizen journalism dianalisis kelayakannya dari sudut pandang Kode Etik Jurnalistik Indonesia, selain itu objek dalam penelitian pun berbeda.

Penelitian tentang penerapan elemen jurnalisme pernah dilakukan oleh Clara Ima, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2012. Masalah yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan elemen jurnalisme pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat dalam mewartakan informasi tentang bencana Gunung Merapi.

Menurut hasil penelitian, Kedaulatan Rakyat telah menerapkan lima dari sembilan elemen jurnalisme yaitu kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran, loyalitas pertama adalah kepada masyarakat, jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan, jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsial dan praktisi jurnalisme diperbolehkan mengikuti hati nurani mereka. Sedangkan keempat elemen yang lain belum diterapkan sesuai dengan teori yang sudah ada. Menurut peneliti masih ada celah yang dapat dikaji tentang penerapan elemen jurnalisme, misalnya adalah sebagai berikut:


(34)

1. Peneliti sebelumnya meneliti tentang Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, dimana para penulis berita opini merupakan wartawan profesional di suatu lembaga pers profesional yang mempunyai gatekeeper profesional, lalu bagaimana penerapan sembilan elemen jurnalisme pada berita yang ditulis oleh citizen journalism?

2. Peneliti sebelumnya meneliti tentang berita opini Bencana Gunung Merapi lalu bagaimana penerapan elemen jurnalisme pada berita peristiwa yang ditulis oleh citizen journalism?

Penelitian sebelumnya tentang citizen journalism juga pernah dilakukan oleh Fransiscus Asisi, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2013. Masalah dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan berita citizen journalism di surat kabar harian Tribun Jogja berdasarkan pada tiga pasal di Kode Etik Jurnalistik Indonesia. Dalam Pasal 1 kelengkapan berita citizen journalism dinilai sudah lengkap sehingga berita semakin akurat. Dari Pasal 2, berita yang dihasilkan para citizen journalist derajat kefaktualannya sangat tinggi karena menampilkan fakta sosiologis. Sedangkan pelaksanaan Pasal 3 terkait opini wartawan masih ditemukan opini para citizen journalist yang dicampurkan dalam body berita. Menurut peneliti masih ada celah yang dapat dikaji dari penelitian tentang jurnalisme warga, misalnya adalah sebagai berikut: Peneliti sebelumnya meneliti citizen journalism dari sudut pandang Kode Etik Jurnalistik yang dirancang khusus untuk jurnalis profesional dan mengikat mereka secara hukum, namun berita citizen journalism karena yang menulis bukanlah jurnalis profesional kurang etis untuk diteliti lewat kode etik jurnalistik, menurut peneliti sembilan elemen jurnalisme tepat baik secara teoritis ataupun praktis.


(35)

B. Tinjauan Historis 1. Sejarah Jurnalisme

Perkembangan journalism di awali dengan dibutuhkannya informasi. Sejarah journalism dapat ditelusuri pada saat awal mula surat kabar mulai beredar, yaitu semacam papan pengumuman di jaman Romawi yang pada waktu itu dipimpin oleh Julius Caesar. Di papan pengumuman itu ia mengumumkan kegiatan-kegiatan serta peraturan-peraturan setiap harinya. Pada waktu itu orang-orang yang ingin mendapatkan informasi harus berdatangan ke tempat media berita itu. Banyak kelompok orang terutama para tuan tanah dan para hartawan merasa segan untuk meninggalkan rumah untuk datang di papan berita itu. Mereka lalu menyuruh budaknya membaca dan mencatat hal yang ada di dalam papan pengumuman itu (Nasor, 1993: 1).

Namun seiring dengan perkembangannya banyak orang yang bukan berprofesi sebagai budak mulai mengumpulkan catatan-catatan tersebut bersamaan dengan itu pula informasi pun mulai berubah, beritanya tidak lagi bersifat resmi tetapi berita tidak resmi yang menyangkut kepentingan umum (Nasor, 1993: 1). Lalu perkembangan jurnalisme sampai ke Inggris pada tahun 1609 ketika itu para pengusaha percetakan mulai mengumpulkan berita, gossip, opini politik dari para pengunjung warung kopi dan mencetaknya ke dalam kertas (Kovach, 2004: 22).

Di Indonesia, jurnalisme mulai dikenal pada abad ke 18 tepatnya pada tahun 1774 ketika surat kabar bernama “Bataviasshe Nouvelles” diterbitkan oleh orang Belanda. Pada tahun 1854 mulai muncul surat kabar yang khusus diperuntukkan bagi kaum pribumi, yaitu Bianglala. Pada abad ke 20 terbit untuk pertama kalinya


(36)

koran milik bangsa Indonesia yaitu Medan Priyayi. Sejarah mencatat bahwa surat kabar Indonesia mempunyai andil besar dalam mengobarkan semangat kebangsaan (Nasor, 1993: 2).

2. Sejarah Elemen Jurnalisme Kovach dan Rosenstiel

Setelah ditemukan berbagai macam penemuan baru maka bidang penyampaian berita pun mulai menggunakan istilah media massa, yakni saluran untuk menyampaikan pesan yang dapat mencapai jumlah massa yang lebih besar dan heterogen. Saat ini kegiatan jurnalisme telah disejajarkan dengan industri raksasa yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap masyarakat. Pada dekade 1960-an di Amerika lahir jurnalisme baru yang menggambarkan keragaman penulisan yang tidak mudah dikategorikan ke dalam satu pengertian. Motivasi awal para penulis jurnalisme baru bermula dari penolakan mereka terhadap cara kerja jurnalisme tradisional yang menurut mereka membatasi kerja jurnalistik dalam aturan yang dianggap punya nilai sakral (Kurnia, 2002: 6).

Pada tahun 1997 para jurnalis di Amerika Serikat mulai gusar. Mereka merasa ada yang salah dengan profesi mereka. Bukannya melayani kemauan publik, mereka malah menakutinya, profesi mereka merusak kepercayaan publik. Lalu pada tahun 1999, 21% penduduk Amerika berpikir pers hanya alat promosi dari perusahaan di balik mereka dan berbaur dengan iklan hanya untuk meningkatkan keuntungan mereka. Lalu para jurnalis di Amerika Serikat berencana untuk menyatukan jurnalis dan publik dengan pemeriksaan cermat terhadap apa seharusnya jurnalisme tersebut.


(37)

Dua tahun berikutnya, mereka membentuk Committee of Concerned Journalist yang mengatur secara sistematis dan komprehensif tentang pencarian berita dan tanggung jawab seorang jurnalis (Kovach, 2004: 6-8). Mereka menggelar 21 forum publik yang diikuti oleh 3,000 orang dan mengumpulkan pendapat lebih dari 300 jurnalis. Bekerja sama dengan para peneliti dari para universitas dan hasilnya adalah 300 jam lebih wawancara dengan jurnalis tentang nilai-nilai mereka. Mereka juga meneliti tentang sejarah dari para jurnalis sebelum mereka. Hasil dari penelitian tersebut adalah „Sembilan Elemen Jurnalisme‟ suatu deskripsi dari teori dan budaya jurnalis yang didapat dari tiga tahun penelitian terhadap masyarakat dan jurnalis, dari penelitian empiris mereka dan pembelajaran sejarah tentang profesi mereka (Kovach, 2004: 8-10).

3. Sejarah Citizen Journalism

Bersamaan dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, praktik pencarian informasi mulai berubah. Masyarakat mulai aktif terlibat dalam pencarian berita. Hal ini dikarenakan audiens merasa banyak informasi yang terabaikan di media massa mainstream Quinn & Lamble (2008:40). Warga biasa yang tidak terlatih sebagai wartawan dengan peralan teknologi informasi yang dimiliki mulai meliput, mencatat, mengumpulkan, menulis dan menyiarkannya hal ini disebut dengan citizen journalism. Selain citizen journalism nama lainnya yang sering muncul untuk menunjukkan kegiatan warga menulis laporan peristiwa di internet adalah participatory journalism, public journalism, democratic journalism, independent journalism, wiki journalism, open-source journalism dan street journalism (Pepih, 2012: 18-20).


(38)

Konsep dimana warga biasa melakukan tindakan jurnalisme dalam sejarah merupakan memiliki sejarah panjang di dunia sama panjangnya dengan sejarah jurnalistik dahulu. Dikutip dari Pepih (2012: 8), Gillmor merunut akar peristiwa jurnalisme warga terjadi di akhir tahun 1700-an yang menurutnya adalah awal dari dimulainya kegiatan warga biasa, warga independen yang memulai menulis dan menyebarkan gagasannya lewat pamflet atau selebaran. Di Korea Selatan, situs citizen journalism OhMyNews.com menjadi populer dan sukses secara komersil, Dengan motto “Every Citizen is a Reporter” diprakrasai oleh Oh Yeon Ho pada Februari tahun 2000, OhMyNews.com diperkirakan telah mempunyai 50.000 pewarta warga di seluruh Korea Selatan dan turut membantu perubahan kondisi politik di Korea Selatan yang dulu konservatif menjadi lebih demokratis (Lee Tusman, 2010: 299).

Di Indonesia, fenomena citizen journalism puncaknya di mulai ketika bencana tsunami di Nangroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2004, banyak footage yang didapat dari rekaman para warga biasa yang pada akhirnya turut membantu media mainstream dalam memberikan reportase untuk pemirsanya. Dengan alat perekam seadanya berupa handycam, telpon genggam dan kamera digital, masyarakat turut aktif dalam kegiatan jurnalistik.Gillmor dalam Arif (2010:158) menyebut bencana gempa tersebut sebagai titik balik kemunculan jurnalisme warga. Blog, situs web, situs micro blog dan sms melalui telpon genggam mengalahkan sebaran berita di media massa konvensional. Fenomena-fenomena ini menurut Gillmor merupakan pertanda bangkitnya citizen journalism. Kata kuncinya disini adalah "kebangkitan" bukan "lahir" karena pada dasarnya sejarah citizen journalism sama dengan sejarah jurnalistik dahulu.


(39)

C. Tinjauan Tentang Jurnalisme

Ishwara (2011: 17) dalam bukunya Jurnalisme Dasar mendefinisikan jurnalisme sebagai seni dan profesi dengan tanggung jawab profesional–art and craft with professional responsibilites–yang mensyaratkan wartawannya melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik. Sumadiria (2006: 3) mengartikan jurnalisme sebagai suatu kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan cepat. Jurnalisme adalah sebuah proses pencarian, pengolahan dan penulisan sebuah naskah berita yang kemudian disebarluaskan kepada khalayak dengan menggunakan media berkala.

Sumadiria (2006: 3) juga menambahkan bahwa jurnalisme mencakup kegiatan pengiriman informasi atau laporan harian yang benar, seksama dan cepat, dalam rangka membela kebenaran serta keadilan berpikir selalu dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang ada di lapangan untuk kemudian dibarluaskan kepada khalayak luas. Jurnalisme menyentuh hampir setiap kehidupan manusia; maka perilaku dan standar moral dalam jurnalisme layak mendapat perhatian yang sama seperti belaku pada hakim, dokter dan sebagainya (Ishwara 2011: 34). Jurnalisme menjadi sangat penting dan akan terus penting kapan pun dan dimanapun. Hasil jurnalisme yaitu berita dapat disebarluaskan melalui pers yang bersifat sebagai media. Fedler dalam Kurnia (2002: 8), membagi jurnalisme dalam empat konsep yaitu advocacy journalism, alternative journalism, precision journalism dan literary journalism yang definisinya adalah sebagai berikut:


(40)

1. Advocacy Journalism

Advocacy journalism adalah kegiatan jurnalistik yang berupaya menyuntikkan opini ke dalam berita. Tiap reportase tanpa mengingkari fakta diarahkan untuk membentuk opini publik. Rangkaian opini yang terbentuk dan hendak diapungkan didapat dari kerja para jurnalis ketika memproses liputan fakta demi fakta secara intens dan sungguh-sungguh. Jadi kesimpulan opini mereka memiliki korelasi erat dengan realitas-fakta-peristiwa yang terjadi di masyarakat (Kurnia: 2002: 8)

2. Alternative Journalism

Alternative journalism atau jurnalisme alternatif adalah kegiatan jurnalistik yang menyangkut publikasi internal dan bersifat lebih personal. Berbeda dengan underground newspaper jurnal alternatif kerap lebih professional lebih terfokus pada item pemberitaan tertentu, dan coba menarik khalayak yang lebih berumur. Jurnal-jurnal alternatif memunculkan tulisan-tulisan yang hendak membasmi korupsi, dengan tampilan yang lain dari “anjing penyalak”, dan melebihi media underground konvensional dalam performa kritikan dan liputannya. Tujuan mereka adalah menggerakkan minat, dan sikap bahkan perilaku sekelompok khalayak yang mereka tentukan sebagai pangsa konsumen (Kurnia: 2002:13-14).


(41)

3. Precision Journalism

Precision journalism adalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan informasi dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses kerjanya. Perkembangan jurnalisme presisi difokuskan pada kerja pencarian data. Kerja jurnalistik dibatasi dengan ukuran ketepatan informasi yang empiris.Hasil kerja liputan para jurnalisnya harus memiliki kredibilitas akademis ketika di interpretasi oleh masyarakat (Kurnia, 2002:15-16).

4. Literary Journalism

Literary journalism adalah kegiatan jurnalistik dimana teknik pelaporan dipenuhi dengan gaya penyajian fiksi yang memberikan detail-detail potret subyek, yang sengaja diserahkan kepada pembaca untuk dipikirkan, digambarkan dan ditartik kesimpulannya. Pembaca disuruh mengimajikan tampilan fakta yang telah dirancangan jurnalis dalam urutan adegan, percakapan dan amatan suasana (Kurnia, 2002:15-17).

D. Tinjauan Tentang Citizen Journalism

Menurut Allan (2009, 172) citizen journalism merupakan konsep dimana warga difasilitasi untuk ikut serta dalam proses pembentukan suatu media sebagai seorang jurnalis yang bukan profesional, tanpa mengabaikan kebutuhan akan jurnalis profesional di industri media. Laemmerman, (2012: 63) menguraikan konsep citizen journalism adalah masyarakat biasa yang bukan wartawan „memainkan peran aktif dalam mengumpulkan, melaporkan, menganalisis dan


(42)

menyebarkan berita dan informasi‟. Citizen journalism tentu berbeda dengan civic journalism atau jurnalisme komunitas karena keduanya merupakan bentuk kerjasama antara wartawan amatir dan wartawan yang professional.

Citizen journalism merupakan bentuk semangat berbagi masyarakat biasa yang memiliki kepekaan atas fakta atau peristiwa yang terjadi sehingga mereka yang memiliki kemampuan menulis berbagi informasi dengan yang lainnya (Pepih, 2012: 19). Lasica, seorang online journalist dan social media consultant mengkategorikan citizen journalism (www.ojr.org, diakses pada 28 Maret 2014) menjadi enam kategori, yaitu:

1. Audience Participation (seperti komentar user yang di attach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, video, footage yang diambil dari handycam pribadi atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas. 2. Situs web berita atau informasi independen (Customer Reports, Drudge

Report),

3. Situs berita partisipatoris murni (OhMyNews, Kompasiana, Citizen6), 4. Situs media kolaboratif (slashdot, kuroshin),

5. Bentuk-bentuk lain dari media tipis (mailing list, newsletter email), 6. Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran audio, seperti Ken Radio)

E. Citizen Journalism Online

Masyarakat semakin jauh memasuki babak baru yang dikenal sebagai babak informasi dimana komoditas penting yang diperdagangkan adalah informasi, meskipun tidak berarti hasil pertanian, barang dan jasa tidak lagi mendapat


(43)

tempat. Namun informasi bernilai lebih, seperti pengetahuan, tanggapan kritis, pemasaran, jalinan relasi publik serta pelaporan perusahaan pemerintah dan publik sebagai bahan kontrol masyarakat. Karena tuntutan itu berita pun masuk ke ranah dunia maya. Kehadiran internet telah semakin memperpendek siklus berita tersebut. Hal ini terjadi , karena internet telah menyediakan fasilitas untuk update dan upload berita dengan mudah sehingga hanya dalam hitungan menit berita dapat segera tersaji di layar kaca komputer para pembaca (Darmadi, 2006: 106-109).

Tom Rosenstiel dalam Ishwara (2011: 10) berkata, kehadiran teknologi baru harus dianggap bukan sebagai ancaman bagi surat kabar tetapi justru merupakan kesempatan. Dominasi teknologi komunikasi digital dewasa ini mengubah perspektif masyarakat tentang jurnalis, jurnalis bisa saja seorang blogger, twitter atau siapa saja yang mencium aroma berita untuk pertama kalinya.

Jay Rosen seorang profesor dari New York University dalam Mendolora (2011, vocus.com diakses pada 23 Maret 2014), menyimpulkan bahwa citizen journalism online adalah ketika seseorang yang dahulunya diketahui sebagai seorang audience menggunakan kemampuan yang mereka miliki untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain. Saat ini citizen journalism merupakan elemen nyata dalam perkembangan media dewasa ini. Teknologi sangat penting bagi citizen journalism online, perkembangan teknologi dan komunikasi telah membuat, menulis, mempublikasikan dan menyebarkan berita lewat teks, audio maupun video atau kombinasi mereka berdua sangat mudah untuk diakses publik.


(44)

Dampaknya adalah media mainstream mulai kehilangan dominasi mereka atas suatu berita dan informasi (Gomez, 2006: 3).

F. Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel

Sembilan elemen jurnalisme ini adalah prinsip–prinsip yang diharapkan dapat diterapkan oleh wartawan untuk mewujudkan tujuan utama jurnalisme tersebut (Kovach dan Rosenstiel, 2004:6).

Sembilan elemen tersebut adalah (Kovach, 2004: 9):

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran 2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat 3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi

4. Praktisi jurnalisme harus menjaga independesi terhadap sumber berita 5. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan

6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat 7. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik

dan relevan

8. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional 9. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka

Berikut penjelasan masing-masing sembilan elemen jurnalisme tersebut: 1. Kewajiban Pertama Jurnalisme adalah Kebenaran

Since news is the material that people use to learn and think about the world beyond themselves, the most important quality is that it be usable and reliable. Will it rain tomorrow? Is there a traffic jam ahead? Did my team win? What did the president say? Truthfulness creates, in effect, the sense of security that grows from awareness and is at the essence of news. This basic desire for truthfulness is so powerful, the evidence suggests it is innate (Kovach, 2004: 39).


(45)

Karena berita adalah materi dimana seseorang dapat belajar dan mengerti tentang dunia luar hal yang paling penting adalah informasi itu dapat berguna dan dapat dipercaya. Karena itu kebenaran merupakan prinsip pertama dalam sembilan elemen jurnalisme ini. Kebenaran dapat menciptakan rasa aman yang tumbuh dari kesadaran seseorang dan kebenaran inilah yang menjadi intisari sebuah berita. Kebenaran dalam hal ini bukanlah kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu proses menyortir yang berkembang antara cerita awal, interaksi antara publik, sumber berita dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama jurnalisme ini yang membedakannya dari semua bentuk komunikasi lain.

(Kovach, 2004:39). Ishwara (2005: 10) menambahkan wartawan berusaha menyampaikan fakta tersebut dalam sebuah laporan yang adil dan terpercaya, serta dapat menjadi bahan untuk investigasi selanjutnya. Wartawan juga harus bersikap transparan dalam pemakaian narasumber dan metode yang dipakai, sehingga audiens dapat menilai sendiri informasi yang disajikan.

2. Loyalitas Pertama Jurnalisme adalah Kepada Warga

Commitment to citizens is more than professional egoism. It is the implied covenant with the public, which tells the audience that the movie reviews are straight, that the restaurant reviews are not influenced by who buys an ad, that the coverage is not self-interested or slanted for friends. In short, the business relationship of journalism is different from traditional consumer marketing, and in some ways more complex. It is a triangle. The audience is not the customer buying goods and services. The advertiser is. Yet the customer/advertiser has to be subordinate in that triangle to the third figure, the citizen (Kovach, 2004: 111-113).


(46)

Wartawan atau jurnalis berada pada tiga pihak yaitu pada pembaca, pengiklan, dan publik (masyarakat). Masing-masing pihak memiliki kepentingan. Namun jurnalisme memiliki prinsip bahwa prioritas utama mereka adalah kepada masyarakat. Komitmen kepada warga harus lebih besar ketimbang egoisme profesional. Ishwara (2005:10) menambahkan kesetiaan kepada masyarakat ini adalah makna dari yang kita sebut independensi jurnalistik. Istilah tersebut sering dipakai sebagai sinonim untuk gagasan laintermasuk ketidakterikatan, tidak berat sebelah, dan ketidakberpihakan. Dengan prinsip tersebut jurnalisme diharapkan tidak menjadi ajang komersialisme, alat politik, atau menyajikan kebenaran yang bias karena kepentingan-kepentingan tertentu.

3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi

The discipline of verification is what separates journalism from entertainment, propaganda, fiction, or art. Entertainment—and its cousin “infotainment”— focuses on what is most diverting. Propaganda will select facts or invent them to serve the real purpose—persuasion and manipulation. Fiction invents scenarios to get at a more personal impression of what it calls truth. Journalism alone is focused first on getting what happened down right (Kovach, 2004: 135-137). Disiplin verifikasi adalah hal yang memisahkan jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Hiburan (entertainment) dan sepupunya “infotainment” berfokus pada hal-hal yang paling menggembirakan hati. Jurnalisme adalah menyampaikan berita bukan cerita. Yang membedakan jurnalisme dengan entertainment atau infotainment adalah adanya verifikasi. Verifikasi adalah proses menyaring desas-desus, isu, gossip, prasangka yang keliru dan sebagainya. Verifikasi menjamin adanya akurasi. Karena itu, disiplin dalam verifikasi pada hakikatnya adalah memberikan hak masyarakat atas suatu fakta tanpa ada tendensi dan keberpihakan. Hanya jurnalisme yang sejak awal


(47)

berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi setepat-tepatnya. Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya, sehingga berita yang ditulis dapat objektif.

4. Wartawan harus menjaga independensi terhadap sumber berita

Langkah penting dalam pengejaran kebenaran dan memberi informasi kepada warga bukanlah netralitas melainkan independensi. Hal ini berlaku bahkan pada mereka yang bekerja di ranah opini, politik, dan komentar. Independensi semangat dan pikiran inilah, dan bukannya netralitas, yang harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh wartawan. Bukan berarti Independensi dari artinya membantah adanya pengaruh pengalaman atau latar belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi, pendidikan, status sosial-ekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh menjadi nomor satu. Peran sebagai jurnalislah yang harus didahulukan. (Kovach, 2004: 152). Ishwara (2005: 11) menambahkan walaupun editor dan komentator tidak netral, namun sumber dari kredibilitas mereka adalah tetap, yaitu akurasi, kejujuran intelektual, dan kemampuan untuk menyampaikan informasi, bukan kesetiaan pada kelompok tertentu.

5. Wartawan harus menjadi pemantau kekuasaan

The watchdog principle means more than simply monitoring government, but extends to all the powerful institutions in society. And that was true early on. Just as Spie went “undercover” in order to discover the “cheats in the great game of the Kingdome,” nineteenth-century journalist Henry Mayhew stayed out in the open to document the plights of that same kingdom’s unknowns. Mayhew roamed the streets of Victorian London reporting on the lives of street people for the London Morning Chronicle. By so doing he gave the watercress girl and the


(48)

chimney sweep individual faces, voices, and aspirations. He revealed their humanity to a population that regularly passed them unnoticed (Kovach, 2006: 348-350).

Prinsip watchdog bermakna tak sekedar memantau pemerintahan, tapi juga meluas hingga pada semua lembaga yang kuat di pemerintahan. Sayangnya, pengertian pers hadir untuk “menyusahkan orang senang dan menyenangkan orang susah” membuat makna anjing penjaga disalah pahami sehingga memberikan citra liberal atau progresif. Lebih lanjut, prinsip anjing penjaga (watchdog) ini tengah terancam penggunaanya yang berlebihan, dan oleh peran anjing penjaga palsu yang lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi ketimbang pelayanan publik. Dengan memantau pemerintah ataupun penguasa secara tidak langsung para jurnalis turut mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal yang tidak sewenang-sewenang sebagai pejabat publik. (Ishwara, 2005: 11)

6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik dan komentar publik

Journalism must provide a forum for public criticism and compromise. Yet in a new age, it is more important, not less, that this public discussion be built on the same principles as the rest of journalism—starting with truthfulness, facts, and verification. For a forum without regard for facts fails to inform. A debate steeped in prejudice and supposition only inflames (Kovach: 2004: 421)

Jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan opini publik. Diskusi publik harus dibangun di atas prinsip-prinsip yang sama sebagaimana hal lain dalam jurnalisme – kejujuran, fakta, dan verifikasi. Sebagaimana prinsip demokrasi, jurnalisme harusnya menjadi forum publik untuk menyampaikan kritik maupun dukungan. Adanya ruang untuk publik di surat kabar sangat membantu pembaca supaya lebih terbuka terhadap masalah-masalah yang sedang diperbincangkan.


(49)

7. Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan Journalism is storytelling with a purpose. That purpose is to provide people with information they need to understand the world. The first challenge is finding the information that people need to live their lives. The second is to make it meaningful, relevant, and engaging (Kovach, 2004: 436).

Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan. Kualitasnya diukur dari sejauh mana suatu karya melibatkan audiens dan mencerahkannya (Ishwara, 2005:12). Tujuan jurnalisme adalah menyediakan informasi kepada masyarakat agar mereka mengerti tentang dunia. Tantangan pertama jurnalisme adalah mengumpulkan informasi yang penting untuk kehidupannya.Tantangan kedua adalah membuatnya lebih bermakna, menarik dan relevan.

8. Wartawan harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional Jurnalisme harus menyampaikan fakta secara komprehensif dan proporsional, sebab dua hal tersebut adalah kunci utama untuk mencapai akurasi. Komprehensif berarti luas dan menyeluruh. Proporsional berarti seimbang dan sebanding.Jadi, fakta yang diberikan kepada audiens sebaiknya berimbang dan detail. Semakin detail sebuah berita, berarti fakta yang diberikan semakin dapat dipercaya jurnalisme menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengarahkan persoalan masyarakat (Ishwara, 2005:13).

Mengumpamakan jurnalisme sebagai sebuah pembuatan peta membantu kita melihat bahwa proporsi dan komprehensifitas adalah kunci akurasi. Hal ini tak hanya berlaku untuk sebuah siaran berita. Jurnalisme menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengarahkan persoalan masyarakat (Ishwara, 2005:13).


(50)

Mengumpamakan jurnalisme sebagai sebuah pembuatan peta membantu kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi.

9. Wartawan harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka

Every journalist—from the newsroom to the boardroom—must have a personal sense of ethics and responsibility—a moral compass. What’s more, they have a responsibility to voice their personal conscience out loud and allow others around them to do so as well (Kovach, 2004: 471).

Setiap wartawan harus punya rasa etika dan tanggung jawab personal. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip yang dipaparkan dalam buku Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Banyaknya halangan menyulitkan memproduksi berita yang akurat, adil, imbang, berfokus pada warga, berpikiran independen, dan berani.

G. Tinjauan Tentang Berita

Dalam Amir, (2005: 39) J.B. Wahyudi menyatakan, berita ialah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai yang penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan disiarkan secara luas oleh media massa. Berita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan writta, artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.


(51)

1. Definisi Berita

William S. Mautsby dalam Prakosa (1997: 24) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Sedangkan Charnley dalam Amir (2005: 43) mendefinisikan berita sebagai laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian sebenarnya, penting dan menarik bagi pembaca serta menyentuh kepentingan mereka.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan penanggung jawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuaidengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (Panuju, 2005 : 52).

Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Effendy (2003: 67) merumuskan nilai-nilai berita sebagai berikut:

1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh, bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional.


(52)

3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names) memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat terkenal, 4. Dampak, suatu peristiwa yang diakibatkan dari pengaruh suatu berita.

Berita-berita yang dapat mempengaruhi khalayak seperti ini artinya mempunyai nilai berita.

2. Anatomi Berita

Menurut Suranto dan Lopuialan (2000: 25-31) anatomi berita adalah bagian yang membentuk sebuah berita. Anatomi berita tesebut terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Judul Berita (Headline)

Kemampuan dan keterampilan wartawan diuji sejak ia memilih sebuah judul untuk peristiwa yang diberitakannya. Semakin kreatif dan cermat, maka semakin besar peluang pembaca agar menyimak penjelasan lebih lanjut yang terletak di bagian selanjutnya dari berita yaitu lead (teras) berita dan body (tubuh) berita. Selain menyimpulkan inti berita, judul juga bisa mengutip pernyataan.

2. Teras Berita (Lead)

Teras berita atau lead adalah alinea pertama dalam sebuah berita yang sering hanya terdiri atas satu kalimat. Lead merupakan “agen promosi” atau “etalase” yang berusaha menarik orang agar membaca keseluruhan berita. Tentunya, apa yang ditawarkan mewakili inti atau sudut pandang berita.


(53)

3. Tubuh Berita (Body)

Tubuh berita adalah bagian yang menyajikan pokok tulisan secara lengkap dan menyeluruh. Di dalamnya berbagai uraian tentang masalah yang dibahas, disusun secara runtut dan logis. Semua argumentasi yang mendukung penjelasan mengenai pokok pikiran disajikan juga sejumlah bukti (data angka, kutipan ucapan seseorang atau fakta berdasarkan hasil pengamatan) dipakai untuk memprkuat argumentasi itu.

3. Jenis Berita

Ishwara (2011: 75-84) menguraikan bahwa berita terbagi menjadi dua jenis, yaitu berita yang terpusat pada peristiwa (event-centered news) dan berita yang berdasar pada proses (process-centered news), yang definisinya adalah sebagai berikut:

a. Berita terpusat pada peristiwa;

Berita yang terpusat pada peristiwa menyajikan peristiwa hangat yang baru terjadi, dan umumnya tidak diinterpretasikan, dengan konteks yang minimal, tidak dihubungkan dengan situasi dan peristiwa yang lain.

b. Berita yang berdasar pada proses;

Berita yang berdasar pada proses yang disajikan dengan interpretasi tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat yang dihubungkan dengan konteks yang luas dan melampaui waktu. Berita semacam ini muncul di halaman-halaman khusus seperti editorial, feature dan laporan khusus.


(54)

4. Unsur Kelayakan dalam Berita

Kusumaningrat (2005: 47-58) menilai ada lima sifat istimewa berita yang membangun prinsip-prinsip kerja dan menentukan bentuk-bentuk praktik pemberitaan yang berlaku sebagai pedoman dalam menyajikan dan menilai kelayakan dari suatu berita, unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

a. Berita harus akurat, artinya penulis berita tidak boleh mengabaikan soal akurasi dan berhati-hati dalam menulis fakta-fakta yang didapat dari sumber berita.

b. Berita harus lengkap, adil dan seimbang artinya seorang penulis berita harus melaporkan apa yang terjadi dengan sesungguhnya dengan mengumpulkan fakta yang proporsional, wajar serta berimbang.

c. Berita harus objektif, artinya berita yang dibuat harus selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah dan bebas dari prasangka. Penulis berita harus menulis dalam konteks peristiwa secara keseluruhan dan tidak dipotong-potong oleh kecenderungan subjektif.

d. Berita harus ringkas dan jelas, artinya berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan cepat, artinya suatu tulisan harus dibuat ringkas, jelas dan sederhana, tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung dan padu.

e. Berita harus hangat, artinya berita haruslah bersifat baru karenam masyarakat membutuhkan berita untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka akan suatu informasi dan dapat mengambil keputusan yang tepat saat dibutuhkan.


(55)

5. Nilai Berita (News Value)

Menurut Ishwara (2011: 76) suatu berita memiliki pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna untuk menentukan layak berita (newsworthy). Nilai-nilai berita tersebut sebagai mana dirangkum dari Ishwara (2011: 76 – 81) adalah sebagai berikut:

a. Konflik

Kebanyakan konflik adalah layak berita. Konflik fisik mempunyai nilai berita karena biasanya terdapat kerugian dan korban serta menyangkut hajat hidup orang banyak. Kekerasan sendiri dapat membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin memiliki kepentingan untuk diwartakan.

b. Kemajuan dan Bencana

Dari perjuangan hidup yang rutin, yang umumnya tidak layak berita, sering muncul keberhasilan yang gemilang. Dari riset dan uji coba lahir penemuan baru, alat-alat serta pengobatan baru. Demikian pula kebakaran dan bencana alam seperti gempa, gunung meletus, banjir semua dapat terjadi secara tiba-tiba. Dan hal-hal seperti ini memiliki nilai untuk diberitakan.

c. Kemasyhuran dan Terkemuka

Telah disetujui bahwa nama membuat berita dan nama besar membuat berita itu menjadi lebih besar. Harus ada tindakan agar perubatan nama itu,


(56)

baik besar atau kecil menjadi berita. Hal yang mereka lakukan atau katakan sering kali menjadi berita karena ada konsekuensi yang mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi banyak orang.

d. Kedekatan

Kedekatan dan saat yang tepat adalah ukuran yang diterapkan pada berita untuk menentukan apakah layak dihimpun atau dapat dijual. Salah satu aset utama dari berita adalah kesegaran (freshnessI). Kecelakaan lalu lintas hari ini pada jam sibuk lebih layak berita daripada kecelakaan lalu lintas serupa seminggu yang lalu. Ini mengenai momen yang tepat. Begitu pula kecelakaan setempat lebih layak dari kecelakaan serupa di kota lain. Ini mengenai kedekatan.

e. Keganjilan

Keganjilan yang kerap kita lihat dalam berita misalnya mengenai anak sapi berkepala dua termasuk kejadian yang luar biasa. Seperti juga kejadian yang sangat kontras, cara hidup yang ganjil, kebiasaan dan hobi yang tidak umum, ketahkyulan termasuk menarik perhatian pembaca.

f. Human Interest

Banyak cerita di surat kabar yang bila dilihat sepintas tidak seperti berita karena tidak memenuhi unsur-unsur konflik, konsekuensi, progres dan bencana, keganjilan atau nilai berita lainnya. Cerita-cerita itu disebut sebagai human interest, seperti kisah kakek berumur 70 tahun yang kembali ke sekolah menengah untuk mendapatkan ijazah. Secara


(57)

sederhana bisa dijelaskan bahwa nilai berita dari cerita demikian merupakan kombinasi dari berbagai unsur yang sudah disebutkan seperti bencana, progres, konflik dan sebagainya. Kebanyakan cerita-cerita ini berisikan unsur keganjilan yang mungkin bisa disebut human novelties.

6. Nilai Faktualitas dan Imparsialitas dalam Berita

Westerstahl dalam McQuail (2011: 173) menyebutkan ada aspek substansial yang bersifat penting dalam berita. Aspek ini berhubungan dengan nilai faktualitas dan imparsialitas. Faktualitas terkait dengan kualitas informasi sebuah berita, di mana khalayak mampu memahami realitas yang disampaikan oleh sebuah berita. Ranah fokus pada bagaimana kelengkapan dan penyampaian sebuah peristiwa, narasumber dan fakta dalam sebuah berita agar dapat dipahami oleh khalayak. Berita disebut faktual apabila fakta yang terkandung di dalam informasi itu memang nyata dan dapat diperiksa kebenaran serta keberadaannya di tempat kejadian. Faktualitas terkait pada tiga hal, antara lain kebenaran (truth), relevansi (relevance) serta informativeness (McQuail, 1992: 205-206)

Imparsialitas meninjau apakah suatu berita memiliki keberpihakan pada satu pihak atau tidak. Imparsialitas secara tidak langsung mengharuskan jurnalis untuk menjaga jarak serta tidak berpihak pada satu sisi pendapat dalam sebuah isu. Imparsialitas terkait pada dua hal, yaitu netralitas dan keberimbangan. Keberimbangan berita dapat ditinjau dari hasil tulisan yang bebas dari pendapat wartawan. Sedangkan netralitas sebuah berita menunjukkan ketidakberpihakan pada salah satu aktor yang diberitakan. Pemberitaan yang netral akan menyajikan


(58)

konten yang non-evaluatif dan non sensasional. Artinya bahwa pemberitaan tidak mengarahkan pembacanya dan tidak diberitakan secara berlebihan (McQuail, 1992: 201).

H. Tinjauan tentang Wartawan

Asal kata wartawan adalah warta yang berarti berita atau kabar, ditambah imbuhan –wan yang dipakai untuk orang yang mata pencahariannya atau pekerjaannya terletak di bidang tertentu. Wartawan menurut KBBI artinya adalah orang yang pekerjannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di surat kabar, majalah, radio dan televisi.

1. Definisi Wartawan

Sarwono (2008, 110) mendefinisikan wartawan sebagai praktisi komunikasi yang berbekal fakta dan opini sebagai bahan mentah pesan yang kemudian dikemas dan diteruskan kepada massa melalui media massa. Wartawan sebagai mediator sekaligus komunikator mempunyai niat untuk tidak menyia-nyiakan pesan, apalagi jika memang diperlukan atau dianggap penting oleh khalayak. Dalam Wibowo (2009, 56) Assegaf (1991) mendefinisikan wartawan sebagai orang yang bekerja dan mendapat nafkah sepenuhnya dari media massa. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan informasi yang sedemikian besar, banyak warga biasa yang tidak terlatih sebagai wartawan profesional dengan peralatan teknologi informasi yang dimilikinya meliput, mencatat, mengumpulkan, menulis dan menyiarkannya di media online, bermodalkan semangat berbagi dengan pembaca lainnya, mereka diidentifikasi oleh Pepih (2008, 18) sebagai seorang citizen journalist.


(59)

2.Kode Etik Jurnalistik

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi hak kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut professional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas sebagai professionalism. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik, yang isinya dipaparkan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Kode Etik Jurnalistik

Nomor Pasal Isi Pasal

Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritidak buruk.

Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul.


(1)

153

2. Berita-berita di situs media warga Kompasiana belum menerapkan tiga dari Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosesntiel dengan cukup baik, elemen tersebut adalah jurnalisme harus independen dari pihak yang mereka liput (objektifitas (50% berita) dan keberimbangan (44% berita), jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan (berita penting (54%), berita menarik (55%) dan berita relevan (62%) dan jurnalisme harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional (berita yang tidak mengandalkan satu fakta (48%) dan berita yang sensasional (28%)).

3. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka berita-berita yang ditulis oleh jurnalis warga dapat mengisi berita-berita yang luput dari media mainstream namun belum dapat dijadikan sumber acuan utama bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan informasi mereka.

B. Saran

Beberapa saran dan pertimbangan peneliti dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini hendak memberikan saran praktis bagi pegiat dan penikmat industri media terutama media warga agar lebih memperketat lagi penyaringan berita dari user sebelum sampai ke khalayak. Tingkatkan keterlibatan gatekeeper yang baik di bidang jurnalistik dan memiliki kualifikasi serta kompetensi yang handal dalam mengelola berita agar publik dapat membaca berita-berita yang baik untuk mereka.


(2)

154

2. Kepada masyarakat penikmat tulisan-tulisan media warga diharapkan dapat membekali diri dengan kemampuan literasi media. Kemampuan literasi media sangat diperlukan di era informasi seperti ini agar tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar dan bersifat provokatif.

3. Penelitian ini berusaha untuk memperkaya kajian yang ada mengenai media massa terutama media warga yang memuat berita-berita citizen journalism dari segi sembilan elemen jurnalisme. Untuk penelitian ke depannya akan lebih baik lagi apabila peneliti tidak hanya menganalisis satu media warga saja, namun media warga di Indonesia secara komparatif dan keseluruhan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Allan, Stuart dan Einar Thorsen, 2009. Citizen Journalism: Global Perspectives. Peter Lang Publishing, Inc., New York.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Arif, Ahmad. 2010. Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme. Jakarta: KPG.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Universitas Airlangga.

Darmadi, Bambang, Y.B. Margantoro, Budi Sutedjo Dharma Oetomo. 2006 Mahir Jurnalistik, Amora. Books.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Sosiologi Komunikasi Masssa. Bandung: PT. Rineka Cipta.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi. Jakarta: Kencana.

Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Grasindo: Jakarta.

Ishawara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Media Nusantara

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2004. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta: Pantau.

Kurniawan, Nunung. 2007. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 11 No. 2, Desember 2007: 71-78.

Kurnia, Septiawan Santana. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(4)

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama. 2005. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

McQuail, Dennis, 2011. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Erlangga.

Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nasor, 1993. Jurnalistik – 1. Gunung Pesagi: Bandar Lampung.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Panuju, Redi. 2005. Nalar Jurnalistik: Dasarnya Dasar-Dasar Jurnalistik. Malang: Bayumedia

Pepih, Nugraha. 2012. Citizen Journalism: Pandangan, Pemahaman dan Pengalaman. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Prakosa, Bambang . 1997. Menguasai Ilmu Jurnalistik Tanpa Guru. Jakarta: PT. Pabelan.

Quinn, Stephen dan Lamble. 2008. Online Newsgathering. USA: Focal Press.

Rutigliano, Louis William. 2008. Covering the Unknown City: Citizen Journalism and Marginalized Communities. ProQuest.


(5)

Sarwono, Billy, Dedy Nur Hidayat et al. 2008. 75 Tahun M. Alwi Dahlan: Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.Ed. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumadiria, Haris. 2006 Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung Simbiosa Rekatama Media.

Suranto, dan Lopulalan, D. 2000. Menjadi Wartawan Lokal. Jakarta: Lembaga Studi Persdan Pembangunan.

Syah, Sirkit. 2012. Rambu-Rambu Jurnalistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Umar, Husein. 2002. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan Riset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wiradi, Gunawan.2009. Metodologi Studi Agraria. SAINS Press

Wibowo, Wahyu. 2009. Berani Menulis Artikel. Jakarta:Gramedia Pustaka. Utama.

JURNAL ILMIAH

Asisi, Fransicus. 2013. Kelayakan Berita Citizen Journalism (Studi Analisis Isi Kuantitatif Mengenai Kelayakan Berita dalam Kolom Citizen Journalism Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode November 2012 – Februari 2013). Skripsi. Universitas Atmajaya Yogyakarta.


(6)

Fransiska, Ni Ketut Efrata. 2009. "Objektivitas Pemberitaan Peserta Partai Politik Tahun 2009 dalam Periode Kampanye Pemilihan Legislatif di Koran Nasional". Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 2, Juli 2009: 152 – 160

Fitria, Clara Ima. 2012. Penerapan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel Pada Berita Opini Bencana Gunung Merapi di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Skripsi. Universitas Atmajaya Yogyakarta.

INTERNET

http://www.ojr.org/ojr/workplace/1060217106.php diakses pada 21 Maret 2014

http://wearesocial.sg/blog/2014/01/so diakses pada 12 Maret 2014 http:www.vocus.com diakses pada 23 Maret 2014

http://www.tempo.co/read/news/2013/11/12/063528989/Dituding-Peras-Mandiri-Ini-Jawaban-Tempo

http://www.slideshare.net/iskandarjet/kompasiana-citizen-media-business-model-in-indonesia diakses pada 02 Oktober 2014

http://www.kompasiana.com/about diakses pada 02 Oktober 2014 http://www.kompasiana.com/terms diakses pada 02 Oktober 2014


Dokumen yang terkait

KELAYAKAN BERITA CITIZEN JOURNALISM (Studi Analisis Isi Kuantitatif Mengenai Kelayakan Berita dalam Kolom KELAYAKAN BERITA CITIZEN JOURNALISM (Studi Analisis Isi Kuantitatif Mengenai Kelayakan Berita dalam Kolom Citizen Journalism Surat Kabar Harian Trib

0 3 20

PENDAHULUAN KELAYAKAN BERITA CITIZEN JOURNALISM (Studi Analisis Isi Kuantitatif Mengenai Kelayakan Berita dalam Kolom Citizen Journalism Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode November 2012-Februari 2013).

0 5 32

PENUTUP KELAYAKAN BERITA CITIZEN JOURNALISM (Studi Analisis Isi Kuantitatif Mengenai Kelayakan Berita dalam Kolom Citizen Journalism Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode November 2012-Februari 2013).

0 3 74

PENERAPAN PRINSIP SEMBILAN ELEMEN JURNALISME BILL KOVACH DAN TOM ROSENSTIEL PENERAPAN PRINSIP SEMBILAN ELEMEN JURNALISME BILL KOVACH DAN TOM ROSENSTIEL PADA BERITA DAN OPINI BENCANA GUNUNG MERAPI DI SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT.

0 4 18

PENDAHULUAN PENERAPAN PRINSIP SEMBILAN ELEMEN JURNALISME BILL KOVACH DAN TOM ROSENSTIEL PADA BERITA DAN OPINI BENCANA GUNUNG MERAPI DI SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT.

3 20 40

PENUTUP PENERAPAN PRINSIP SEMBILAN ELEMEN JURNALISME BILL KOVACH DAN TOM ROSENSTIEL PADA BERITA DAN OPINI BENCANA GUNUNG MERAPI DI SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT.

0 2 7

OBJEKTIFITAS BERITA POLITIK PRODUKSI CITIZEN JOURNALISM (Studi Analisis isi Objektivitas Berita Politik Pada Situs Media Online Kompasiana.Com Edisi 27 Mei-2 Juni 2013 ).

4 16 89

Citizen Journalism di Facebook (Studi Kualitatif Mengenai Penerapan Citizen Journalism di Grup Facebook BERITA KEBUMEN).

0 0 14

Citizen Journalism di Facebook (Studi Kualitatif Mengenai Penerapan Citizen Journalism di Grup Facebook “BERITA KEBUMEN”) Cover

0 0 17

OBJEKTIFITAS BERITA POLITIK PRODUKSI CITIZEN JOURNALISM (Studi Analisis isi Objektivitas Berita Politik Pada Situs Media Online Kompasiana.Com Edisi 27 Mei-2 Juni 2013 )

0 0 20