KODE ETIK DAKWAH

KODE ETIK DAKWAH
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik dakwah?
o Kode etik dakwah adalah sejumlah prinsip etika islam dalam berdakwah yang mengharuskan
seorang da’i melakukan tindakan-tindakan terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku
tercela. Adapun dalil-dalil yang mengharuskan adanya etika dalam berdakwah ini akan
disebutkan pada jawaban pertanyaan selanjutnya.
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip etika dakwah tersebut!
a. “Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan”
Seorang da’i hendaknya tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan, karena
keduanya merupakan kunci keberhasilan dakwah yang disampaikan, dalam artian apa saja yang
diperintahkan kepada mad’u harus pula dikerjakan dan apa saja yang dicegah harus
ditinggalkan. Hal ini bersumber dari firman Allah dalam QS. al-Shaff (2-3);
‫ن‬
‫ماَ َنل َت ن ف‬
‫م َت ن ل‬
‫( َك نب لنر‬2)َ ‫ن‬
‫هاَ َال ل ل‬
‫عللوُ ن‬
‫قوُللوُ ن‬
‫ف ن‬
‫نيِاَ َأيِ ي ن‬

‫ذيِ ن‬
‫ن َ ن‬
‫ملنوُا َل ل ن‬
‫ن َآ ن‬

‫عن فد َالل ل ن‬
‫ماَ َنل َت ن ف‬
‫ن َت ن ل‬
‫م ف‬
(3)َ ‫ن‬
‫ل‬
‫عللوُ ن‬
‫ه َأ ف‬
‫ف ن‬
‫قتتاَ َ ل ن‬
‫قوُللوُا َ ن‬
‫ن‬

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak

kamu kerjakan (3).
b. “Tidak melakukan toleransi dalam hal aqidah”
Dalam masalah prinsip keyakinan (aqidah), Islam memberikan garis tegas untuk tidak
bertoleransi, kompromi dsb. Seperti yang tergambar dalam QS. al-Kafirun (1-6);
‫ن‬
‫هاَ َال ف ن‬
‫ل‬
‫ق ف‬
‫وُنل‬
‫( َنل َأ ن ف‬1)َ ‫ن‬
‫كاَ ل‬
‫دوُ ن‬
‫فلروُ ن‬
‫عب ل ل‬
‫ماَ َت ن ف‬
‫عب ل ل‬
‫ل َنيِاَ َأيِ ي ن‬
‫د َ ن‬
‫( َ ن‬2)َ ‫ن‬


‫ن‬
‫وُنل‬
‫ماَ َ ن‬
‫وُنل َأ ننناَ َ ن‬
‫ماَ َأ ن ف‬
‫م َ ن‬
‫دوُ ن‬
‫عاَب ل د‬
‫عب ل ل‬
‫عاَب ل ل‬
‫عب ندفت ل ف‬
‫د َ ن‬
‫ن َ ن‬
‫أن فت ل ف‬
‫( َ ن‬4)َ ‫م‬
‫( َ ن‬3)َ ‫د‬
‫ن‬
(6)َ ‫ن‬
‫ماَ َأ ن ف‬
‫م َ ن‬

‫ي َ ل‬
‫م َ ل‬
‫دوُ ن‬
‫عب ل ل‬
‫عاَب ل ل‬
‫ديِن لك ل ف‬
‫( َل نك ل ف‬5)َ ‫د‬
‫ن َ ن‬
‫أن فت ل ف‬
‫م َ ن‬
‫وُل ل ن‬
‫ديِ ل‬

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir (1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (2)
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3) Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah (4) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah (5) Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku (6).
c. “Tidak boleh memaksa mad’u untuk percaya”
Allah memberikan kemerdekaan penuh bagi manusia untuk percaya atau tidak terhadap
ajaran Nabi Muhammad saw. Sikap pemaksaan bukanlah prinsip ajaran Islam. Hal ini juga

dikarenakan manusia telah dibekali akal untuk berfikir sehingga tidak perlu untuk dipaksa. Kode
etik ini didasarkan pada QS. al-Kahfi (29);

‫ء َ ن‬
‫م َ ن‬
‫وُ ل‬
‫فل في ل ف‬
‫ن َ ن‬
‫ن َ ن‬
‫شاَءن‬
‫شاَ ن‬
‫ؤ ل‬
‫ق َ ل‬
‫ل َال ف ن‬
‫م ف‬
‫م ف‬
‫م ف‬
‫م ف‬
‫وُ ن‬
‫ف ن‬

‫ن َنرب بك ل ف‬
‫ح ي‬
‫ن َ ن‬
‫ق ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ف‬
‫ف‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ن‬
َ‫ها‬
‫فلي نكففر َإ للناَ َأ ف‬
‫سنرا ل‬
‫عت ندفنناَ َلللظاَل ل ل‬
‫ن َنناَترا َأ ن‬
‫دق ن‬

‫م َ ل‬
‫مي ن‬
‫ه ف‬
‫حاَط َب ل ل‬
‫ف‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ل َيِ ن ف‬
‫س‬
‫ماَ ء‬
‫غيلثوُا َيِ ل ن‬
‫ست ن ل‬
‫وُإ ل ف‬
‫وُ ل‬
‫م ف‬
‫ن َيِ ن ف‬
‫جوُ ن‬
‫ء َكاَل ل‬
‫غاَلثوُا َب ل ن‬
‫ه َب لئ ف ن‬

‫وُيِ َال ل‬
‫ه ل‬
‫ن‬
‫ش ل‬
‫ت‬
‫ن‬
‫ال ل‬
(29)َ َ‫مفرت نفقا‬
‫شنرا ل‬
‫ساَءن ف‬
‫وُ ن‬
‫ت َ ل‬
‫ب َ ن‬

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir."
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum

dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling

buruk dan tempat istirahat yang paling jelek (29).
Di dalam QS. Yunus (99) juga disebutkan;

‫في َافل نرض َك لل يهم َجميعاَ َأ ن ن ن‬
‫ء َنرب ي ن‬
‫وُ َ ن‬
‫ت‬
‫ن َ ل‬
‫شاَ ن‬
‫ل ف ن ل ت‬
‫فأن ف ن‬
‫م ف‬
‫م ن‬
‫ن َ ن‬
‫ك َنل ن‬
‫وُل ن ف‬
‫ن‬
‫ف ل‬
‫حلتىَّ َيِ ن ل‬
‫م ف‬

(99)َ ‫ن‬
‫ؤ ل‬
‫س َ ن‬
‫ملني ن‬
‫كوُلنوُا َ ل‬
‫ر ل‬
‫ه َاللناَ ن‬
‫ت لك ف ل‬

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya? (99)
d. “Tidak menghina sesembahan non-muslim”
Tindakan mencaci atau menghina sangatlah tidak etis dan akan menghancurkan kesucian
dakwah. Pada hakikatnya seorang da’i harus menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang aman
dan bukan dengan cara menyebarkan kejelekan terhadap umat lain. Kode etik ini didasarkan
pada QS. al-An’am (108);

‫ه َ ن‬
‫ه‬
‫ن َيِ ندف ل‬

‫ن َالل ل ل‬
‫ن َ ل‬
‫سيبوُا َال ل ل‬
‫عوُ ن‬
‫ن َ ل‬
‫في ن ل‬
‫وُنل َت ن ل‬
‫م ف‬
‫ذيِ ن‬
‫سيبوُا َالل ل ن‬
‫دوُ ل ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ف‬
‫ل‬
‫ن‬
‫م َكذنل ل ن‬
‫ك َنزيِ للناَ َل لك ب‬
َّ‫م َإ للى‬
‫وُا َب ل ن‬
‫ة َ ن‬
‫ن‬
‫ر َ ل‬
‫م ء‬
‫مل ل‬
‫م َث ل ل‬
‫ه ف‬
‫ع ن‬
‫ل َأ ل‬
‫عد ف ت‬
‫غي ف ل‬
‫عل ء‬
‫ماَ َ ن‬
‫م َ ن‬
(108)َ ‫ن‬
‫مللوُ ن‬
‫كاَلنوُا َيِ ن ف‬
‫ج ل‬
‫في لن نب بئ ل ل‬
‫ع ل‬
‫ع ن‬
‫م َب ل ن‬
‫ه ف‬
‫ه ف‬
‫م َ ن‬
‫ه ف‬
‫مفر ل‬
‫نرب ب ل‬

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan (108).
e. Tidak melakukan diskriminasi sosial
Dalam dakwah tidak ada istilah class society (perbedaan golongan) yang ada hanyalah
istilah classless society (masyarakat tanpa kelas/ tanpa perbedaan golongan) yang tidak ada
perbedaan didalamnya antara golongan elit dengan non-elit yang mengandung prinsip equal end
justice (kesetaraan dan keadilan). Kode etik ini didasarkan pada QS. ‘Abasa (1-2);
‫ن‬
(2)َ َّ‫مى‬
‫ه َافل ن ف‬
‫ن‬
‫( َأ ف‬1)َ َّ‫وُللى‬
‫ن َ ن‬
‫ع ن‬
‫جاَءن ل‬
‫عب ن ن‬
‫وُت ن ن‬
‫س َ ن‬
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1) karena telah datang seorang buta
kepadanya (2).
f. “Tidak berteman dengan pelaku maksiat”
Ketika seorang da’i berteman baik dengan pelaku maksiat sedangkan ia tidak pernah
memperingatkannya, maka pelaku maksiat tersebut akan beranggapan bahwa seakan-akan
perbuatan maksiatnya tidak dilarang oleh syari’at agama dan menjadikan integritas da’i tersebut
berkurang. Kode etik ini didasarkan pada QS. al-Maidah (78);

‫ن َك ن ن‬
‫سنرالئي ن‬
‫ل َ ن‬
‫لل ل‬
‫فلروُا َ ل‬
‫ن َال ل ل‬
‫وُوُدن‬
‫ن َ ن‬
‫عنلىَّ َل ل ن‬
‫ن َب نلني َإ ل ف‬
‫م ف‬
‫ذيِ ن‬
‫ع ن‬
‫دا ل‬
‫ساَ ل‬
‫وُ ن‬
‫م َذنل ل ن‬
(78)َ ‫ن‬
‫ماَ َ ن‬
‫وُ ل‬
‫دوُ ن‬
‫عت ن ل‬
‫كاَلنوُا َيِ ن ف‬
‫عي ن‬
‫ك َب ل ن‬
‫مفريِ ن ن‬
‫ن َ ن‬
‫ع ن‬
‫وُا َ ن‬
‫ص ف‬
‫ن‬
‫سىَّ َاب ف ل‬

Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam.
Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas (78).
g. Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui
Penyampaian pesan dakwah harus sesuai dengan taraf kemampuan pribadi, tidak
memaksakan sesuatu yang berada diuar kemampuan atau kesanggupannya. Rambu etik ini
didasarkan pada QS. al-Isra’ (36);

‫س َل ن ن‬
‫وُنل َت ن ف‬
‫صنر‬
‫ه َ ل‬
‫ق ل‬
‫ك َب ل ل‬
‫م َإ ل ل‬
‫م ن‬
‫ن َال ل‬
‫س ف‬
‫عل ف د‬
‫ف َ ن‬
‫وُال فب ن ن‬
‫ماَ َل ني ف ن‬
‫ع َ ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ت‬
‫ن‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫وُال ل‬
‫ف ن‬
‫د َك ي‬
(36)َ ‫سلئوُل‬
‫ن َ ن‬
‫ل َأوُلئ لك َكاَ ن‬
‫ؤا ن‬
‫م ف‬
‫ه َ ن‬
‫عن ف ل‬
‫ن‬

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.
3. Sebutkan sifat-sifat cerdas yang harus dimiliki oleh seorang da’i!
o Sifat-sifat tersebut meliputi:
a. Seorang da’i haruslah pandai dalam arti memiliki pandangan yang luas dalam merespon dan
menangani peristiwa-peristiwa yang terjadi pada ummat.
b. Memiliki pandangan, firasat, sikap terhadap setiap urusan atau permasalahan.
c. Da’i harus mampu menangkap hal-hal yang tersembunyi dibalik peristiwa.
d. Mampu mengambil manfaat dari setiap peristiwa yang terjadi.
4. Mengapa dibutuhkan sikap intelektual yang tinggi dalam berdakwah?
o Hal tersebut dikarenakan:
a. Dalam berdakwah terkadang diperlukan sebuah ijtihad demi menghadapi persoalan yang
berkembang. Untuk itu, seorang da’i haruslah mencurahkan seluruh potensi, pikiran, perasaan
dan waktunya.
b. Dakwah membutuhkan usaha ilmiah (ilmu) yang menyangkut teknik dan strategi. Karena Allah
telah mengingatkan orang-orang yang berilmu untuk menyampaikan kebenaran dan menjaga diri
dari kejahatan, sebagaimana yang disebutkan dalam QS.

‫فلروُا َ ن‬
‫ماَ َ ن‬
‫وُنل َن ن ن‬
‫ة َ ن‬
‫كاَ ل‬
‫م ف‬
‫ن َك ل ب‬
‫ل‬
‫ف ت‬
‫ن َل لي نن ف ل‬
‫فنر َ ل‬
‫ؤ ل‬
‫ملنوُ ن‬
‫كاَ ن‬
‫م ف‬
‫ن َال ف ل‬
‫وُ ن‬
‫فل ن ف‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ذلروُا‬
‫م َطاَئ لف د‬
‫هوُا َ ل‬
‫ل‬
‫وُل لي لن ف ل‬
‫ة َ ل‬
‫ففرق ء‬
‫في َال ب‬
‫ة َل لي نت نفق ل‬
‫من ف ل‬
‫ه ف‬
‫ن َ ن‬
‫ديِ ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫م َإ ل ن‬
(122)َ ‫ن‬
‫حذنلروُ ن‬
‫م َيِ ن ف‬
‫م َل ن ن‬
‫ج ل‬
‫ذا َنر ن‬
‫عل ل ل‬
‫م ل‬
‫ه ف‬
‫ه ف‬
‫ه ف‬
‫وُ ن‬
‫ق ف‬
‫عوُا َإ للي ف ل‬

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
c. Amar ma’ruf nahi munkar tidak mungkin terlaksana tanpa andil teknologi seiring perkembangan
peradaban manusia.
5. Mengapa kita perlu menggunakan kode etik dalam berdakwah?
o Dalam berdakwah dibutuhkan beberapa etika yang menjadi prinsip-prinsip bagi juru dakwah agar
dapat menghasilkan dakwah yang bersifat responsif. Apabila prinsi-prinsip tersebut diaplikasikan
dengan sungguh-sungguh akan berpengaruh baik bagi mad’u maupun bagi da’i itu sendiri.
Diantara hikmah dalam pengaplikasian etika dakwah tersebut adalah:
a. Kemajuan ruhani, dimana bagi seorang juru dakwah ia akan selalu berpegang pada rambu-rambu
etis Islam, maka secara otomatis ia akan memiliki akhlak yang mulia.
b. Sebagai pendorong dan motivasi bagi sang da’i dalam membentuk pribadi yang dapat dicontoh
oleh mad’u.
c. Membawa pada kesempurnaan iman. Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan diri.
Rasulullah saw menegaskan dalam sabdanya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
ialah yang terbaik akhlaknya (etikanya).” (HR. al-Tirmidzi)
d. Kerukunan antar ummat beragama, untuk membina keharmonisan secara ekstern dan intern pada
diri sang da’i.

e. Pada mad’u akan meperoleh simpati atau respon yang baik karena dengan menggunakan etika
dakwah yang benar akan menggambarkan bahwa islam adalah agama yang cinta damai.
6. Agar tujuan dakwah tercapai, bagaimanakah seharusnya dakwah Islam itu dilaksanakan?
o Dalam mencapai tujuan dakwah dibutuhkan integritas penuh antara da’i dan mad’u dan jika salah
satu dari kedua pihak tersebut merusak integritas ini dengan tujuan mencari keuntungan bukan
dengan jalan yang haq, maka sama saja dengan merusak harapan tercapainya tujuan dakwah.
Dakwah Islam harus dijalankan dengann penuh keseriusan, melalui aturan-aturan yang benar
sehingga diterima dengan komitmen yang sama terhadap kebenaran Islam. Mad’u harus merasa
bebas dari paksaan, ancaman serta nilai-nilai yang bersifat merusak yang cenderung mengarah
pada perbuatan anarki dan mau menang sendiri. Dakwah Islam tidak bersifat melontarkan isu-isu
fanatis, provokatif, celaan-celaan yang menimbulkan permusuhan dan bukan pula aktivitasaktivitas yang bersifat destruktif. Oleh karena itu, dakwah Islam mengkhususkan penggunaannya
secara persuasif. Allah berfirman dalam QS. an-Nahl (125);

‫ل َنرب ب ن‬
‫ة‬
‫م‬
َ ‫ة‬
‫سلبي‬
‫ادف ل‬
‫وُ ل‬
‫ك َلباَل ف ل‬
‫سن ن ل‬
‫عظ ن ل‬
‫م ل‬
‫ة َال ف ن‬
‫ح ن‬
‫ع َإ لنلىَّ َ ن‬
‫وُال ف ن‬
‫حك ف ن‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن َنرب ل ن‬
‫ن‬
‫ه‬
‫وُ َأ ف‬
‫ك َ ل‬
‫م َلباَل للتي َ ل‬
‫جاَ ل‬
‫ن َإ ل ل‬
‫ي َأ ف‬
‫وُ ن‬
‫ح ن‬
‫دل ف ل‬
‫م ف‬
‫س ل‬
‫م َب ل ن‬
‫عل ن ل‬
‫ه ف‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ل‬
َ َ (125)َ ‫ن‬
‫وُ َأ ف‬
‫ضل َ ن‬
‫وُ ل‬
‫ن‬
‫هت ن ل‬
‫سلبيل ل ل‬
‫م ف‬
‫ن َ ن‬
‫ديِ ن‬
‫ع ف‬
‫م َلباَل ل‬
‫عل ل‬
‫ه ن‬
‫ه َ ن‬

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan
membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri,
dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri,
dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka (125).
7. Apa yang menjasi karakteristik dari etika dakwah?
o Yang menjadi karakteristik dari etika dakwah adalah karakteristik dari etika Islam dalam
berdakwah itu sendiri, yang diantara cakupannya adalah Al-Qur’an, Sunnah, akal dan naluri
sebagai sumber moral dalam berdakwah, standar yang digunakan untuk menentukan baikburuknya tingkah laku sang da’i. Disebutkan dalam QS. al-Ahzab (21);

‫في َرسوُل َالل ل ل‬
‫ن َ ن‬
‫د َ ن‬
‫لن ن‬
‫ن‬
‫وُ د‬
‫سن ن د‬
‫م َ ل‬
‫ل‬
‫كاَ ن‬
‫كاَ ن‬
‫ة َ ن‬
‫ق ف‬
‫ح ن‬
‫ه َأ ف‬
‫م ف‬
‫ة َل ل ن‬
‫ن َل نك ل ف‬
‫س ن‬
‫ن ل ل‬
(21)َ ‫ه َك نلثيترا‬
‫م َافل ل‬
‫يِ نفر ل‬
‫وُ ن‬
‫وُذنك ننر َالل ل ن‬
‫جوُ َالل ل ن‬
‫خنر َ ن‬
‫وُال في ن ف‬
‫ه َ ن‬

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah (21).

8. Jelaskan mengenai ‘Al-Qur’an dan Sunnah’ sebagai sumber moral?
o Sebagai pedoman hidup dalam Islam, Al-Qur’an dan Sunnah juga merupakan sumber moral yang
menjelaskan kriteria baik-buruknya suatu perbuatan. Kedua dasar itulah yang menjadi landasan
dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup yang diantaranya adalah
menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk dalam menjalankan aktivitas dakwah. AlQur’an sendiri pada dasarnya merupakan dakwah yang terkuat bagi pengembangan Islam, karena
di dalamnya mencakup cerita ummat terdahulu, sari’at-syari’atnya serta hukum-hukumnya.
9. Jelaskan mengenai ‘Akal dan Naluri’ sebagai sumber dakwah?
o Selain kedua sumber tersebut (Al-Qur’an dan Sunnah), akal dan naluri juga dipandang sebagai
sumber dalam menentukan baik dan buruk dalam etika dakwah. Islam memandang bahwa akal
dan naluri sebagai berikut:
a. Akal dan naluri adalah anugerah Allah swt.

b. Akal dan pikiran manusia itu terbatas sehingga tidak akan mampu memecahkan seluruh
permasalahan yang ada. Hanya akal yang dipancari cahaya pengetahuan dari Allah lah yang
mampu memecahkannya.
c. Naluri merupakan hasil pengarahan dari petunjuk Allah swt.
10. Jelaskan apa yang menjadi motivasi dalm berdakwah?
o Dalam melakukan tugas dakwah dibutuhkan motivasi atau pendorong yang akan menunjang
aktivitas dakwah. Dalam hal ini aqidah dan keimanan yang mantap menjadi motivasi tersebut.
Iman itulah yang mendorong seorang da’i untuk berbuat ikhlas, berlaku shalih, bekerja keras dan
rela berkorban. Iman yang sempurna merupakan manifestasi dari kecintaan dan ketaatan kepada
Allah swt.
“Sekali-kali tidaklah seorang mukmin akan merasa kenyang (puas) mengerjakan
kebaikan, menjelang puncaknya masuk surga.” (HR. Tirmidzi)