EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN GEJALA FARINGITIS PADA PENAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN BANYUWANGI

(1)

i

SKRIPSI

Oleh :

Rr. RETNONINGTYAS YATAYUKTI

NIM. 201210420311047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN

GEJALA FARINGITIS PADA PENAMBANG BELERANG


(2)

ii

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh :

Rr. RETNONINGTYAS YATAYUKTI

NIM. 201210420311047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN

GEJALA FARINGITIS PADA PENAMBANG BELERANG


(3)

(4)

(5)

v

SURAT PERYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rr. Retnoningtyas Yatayukti

NIM : 201210420311047

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Efektivitas Fisioterapi Dada Terhadap Penurunan Gejala Faringitis Pada Penambang Belerang Di Kawah Ijen Banyuwangi.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 03 Agustus 2016 Yang Membuat Peryataan

Rr. Retnoningtyas Yatayukti NIM. 201210420311047


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN GEJALA FARINGITIS PADA PENAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN BANYUWANGI”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

Yoyok Bekti P, M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Yoyok Bekti P, M.Kep., Sp.Kom selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, do’a, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Tutu April A, S.Kep., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, do’a, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Para pekerja penambang belerang dan warga di Kawah Ijen, Banyuwangi yang memberikan kepercaayaan untuk melakukan penelitian di Kawah Ijen, Banyuwangi.


(7)

vii

Kedua orang tua yang selalu memberikan yang terbaik, mendoakan, serta memberikan dukungan moril maupun materil bagi terselesaikanya skripsi ini.

Teman-teman PSIK 2012,serta semua pihak yang telah memberi semangat dan membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikannya mendapat imbalan dan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyelesaian tugas akhir ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Malang, 03 Agustus 2016


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti ... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat ... 4

1.4.3 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan ... 5

1.5 Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Fisioterapi Dada ... 7

2.2. Pengertian Faringitis ... 9

2.2.1 Definisi ... 9

2.2.2 Etiologi ... 9

2.2.3 Manifestasi Klinis ... 10

2.2.4 Faktor Resiko ... 10

2.2.5 Klasifikasi Faringitis ... 11

2.2.5.1 Faringitis Akut ... 11

2.2.5.2 Faringitis Kronis ... 12

2.2.6 Patofisiologi ... 13

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 14

2.2.8 Komplikasi ... 15

2.2.9 Penatalaksanaan Faringitis ... 15

2.3. Konsep Hubungan Fisioterapi Dada dengan Faringitis ... 17


(9)

ix

3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Penjelasan Kerangka ... 20

3.3 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Desain Penelitian ... 22

4.2. Kerangka Kerja Penelitian ... 22

4.3. Populasi, Sampling dan Teknik Sampling ... 24

4.3.1 Populasi Penelitian ... 24

4.3.2 Teknik Sampling ... 24

4.3.3 Sampel Penelitian ... 25

4.4. Variabel Penelitian ... 25

4.4.1 Variabel Bebas (Independen) ... 25

4.4.2 Variabel Terikat (Dependen) ... 26

4.5. Definisi Operasional... ... 26

4.6. Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 27

4.7. Instrumen Penelitian... ... 27

4.8. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

4.8.1 Tahap Persiapan ... ... 28

4.8.2 Tahap Pelaksanaan ... ... 29

4.9. Pengolahan Data ... 30

4.10. Analisa Data ... 31

4.11.Etika Penelitian ... 32

BAB V HASIL PENENLITIAN DAN ANALISA DATA... 34

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerja Penambang Belerang di Kawah Ijen Banyuwangi pada Bulan Juni 2016 ... ... 35

5.2 Gejala Faringtis Sebelum Diberikan Fisioterapi Dada ... ... 35

5.3 Gejala Faringitis Setelah Diberikan Fisioterapi Dada ... ... 36

5.4 Efektivitas Fisioterapi Dada Terhadap Penurunan Gejala Faringitis Pada Penambang Belerang di Kawah Ijen Banyuwangi ... ... 36

BAB VI PEMBAHASAN ... .... 39

6.1 Mengidentifikasi Gejala Faringitis Sebelum Diberikan Fisioterapi Dada . 32 6.2 Mengidentifikasi Gejala Faringitis Setelah Diberikan Fisioterapi Dada... 41


(10)

x

6.3 Menganalisis Ektivitas Fisioterapi Dada Terhadap Penurunan Gejala Faringitis

Penambang Belerang ... ... 40

6.4 Keterbatasan Penelitian ... ... 42

6.5 Implikasi Keperawatan ... ... 43

BAB VII PENUTUP ... ... 44

7.1 Kesimpulan ... ... 44

7.2 Saran ... ... 45

Daftar Pustaka ... ... 47

Lampiran ... ... 50

Dokumentasi ... ... 45


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kuman Pencetus Faringitis ... 10

Tabel 2.2 Terapi Antibiotik Faringitis Grup A β- hemolitik Streptococcus ... 15

Tabel 2.3 Dosis Penggunaan Obat (AHA & AAP) ... 16

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ... 27

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerja Penambang Belerang di Kawah Ijen Banyuwangi pada Bulan Juni 2016... 35

Tabel 5.2Gambaran Gejala Faringitis Sebelum Diberi Fisioterapi Dada pada Pekerja Penambang Belerang di Kawah Ijen Banyuwangi pada Bulan Juni 2016 ... 36

Tabel 5.3 Gambaran Gejala Faringitis Setelah Diberi Fisioterapi Dada pada Pekerja Penambang Belerang di Kawah Ijen Banyuwangi pada Bulan Juni 2016 ... 36


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Posisi Postural Drainase ... 8

Gambar 2.2 Patofisiologi Faringitis ... 14

Gambar 4.1Skema Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ... 22

Gambar 4.2Kerangka Kerja Penelitian ... 23

Gambar 5.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43

Gambar 5.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Gambar 5.3Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan Dan Ijin Penelitian ... 50

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 51

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 ... 52

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 ... 54

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 56

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 57

Lampiran 7 Lembar Kuesioner ... 58

Lampiran 8 SOP Fisioterapi Dada ... 62

Lampiran 9 Tabulasi Data Umum Karakteristik Pekerja Penambang Belerang ... 72

Lampiran 10 Tabulasi Data Lembar Observasi Mc Isaac Scoring ... 73


(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, E et al. (2011). Pharyngitis in the Emergency Department : An Evaluation of the McIsaac Clinical Decision Rule in Practice, 8(1), 16-19.

Alguire, P.C. (2009). Internal Medicine Essentials for Clerkship Students 2. USA : American College Physician.

Asmadi. (2007). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

ATSDR. (2014). Division of Toxicology and Human Health Sciences. Public Health Statement : Hydrogen Sulfide. Atlanta

Azwar, S. (2008). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. (Edisi 2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bope, E.T., & Kellerman, R.D. (2016). Conn’s Current Therapy 1016. Philadelphia : Elsevier.

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : PT Refika Aditama.

Castro et al. (2013). Medical Science-Respiratory Disease. Chest Physiotheraphy Effectiveness to Reduce Hospitalization and Mechanical Ventilation Length of Stay, Pulmonary Infection rate and mortality in ICU patients. 107(1), 68-74.

Chiappini. E et al. (2012). Clinical Therapeutics. Analysis of Different Recommendations From International Guidelines for the Management of Acute Pharyingitis in Adults and Children, 33(1), 48-58.

Chiappini. E et al. (2012). Clinical Therapeutics. Management of Acute Pharyngitis in Children: Summary of the Italian National Institute of Health Guidelines, 34(6), 1442-1458.

Cho J.Y et al. (2014).The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. A Randomized Controlled Trial Comparing Incentive Spirometry with the Acapella® Device for Physiotherapy After Thoracoscopic Lung Restriction Surgery, 69, 891-898.

Cross et al. (2012). BMC Pulmonary Medicine. Evaluation of the Effectiveness of Manual Chest Physiotherapy Techniques on Quality of Life at Six Months Post Exacerbation of COPD (MATREX): A Randomized Controlled Equivalence Trial, 12(33), 1471-2466. Cross, J. (2012). Chronic Respiratory Disease. Chest Physiotherapy During an Acute

Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 9(2), 73-75.

EPA. (2008). Integrated Science Assessment for Sulfur Oxides – Health Criteria. USA Francis, C. (2011). Perawatan Respirasi. Jakarta : Erlangga.


(15)

xv

Hidayat, A.A.A., & Ulliyah, M.(2005). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2008). Riset Keperawatan dab Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Ikhsan, M. (2009). Bunga Rampai Penyakit Paru Akibat Kerja dan Lingkungan Seri 1. Jakarta : FKUI.

Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. Manurung, S. (2009). Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : TIM. McIsaac, W.J et al (2000). Canadian Medical Association Journal. The Validity of Sore

Throat Score in Family Practice. 163(7). 811-815.

Migas Indonesia, 2012, http://migas-indonesia.com/2012/08/h2s-detection-system.html, diperoleh 09 Desember, 2015.

Mintz, M.L. (2006). Disorders of the Respiratory Tract : Common Challenges in Primary Care. New Jersey : Human Press.

Mitra, P.K. (2007). Handbook of practical Chest Physiotherapy. New Delhi : Jaypee Brothers PVMBG, 2013, http://news.detik.com/berita-jawa-timur/2140441/awas-kadar-gas-gunung-ijen-dinyatakan-berbahaya, diperoleh 11 November 2015.

Mustafa et al. (2015). IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. Pharyngitis, Diagnosis and Empiric Antibiotic Treatment Consideration, 14(5), 110-116.

Nair, M. & Peate, I. (2015). Pathophysiology for Nurses : At A Glance. Wiley Blackwell.2015. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed.2. Jakarta :

Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Pountney, T. (2007). Physioteraphy for Children. Elsevier.

Rahmawati, D. Analisa Hubungan Antara Paparan Gas Sulfur dengan Gangguan Sistem Pernafasan pada Penambang Belerang di PT. Candi Ngrimbi Banyuwangi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.2015.


(16)

xvi

Somantri, I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Somantri, I. (2008). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Sopiah, N. (2005).Balai Teknologi Lingkungan – BPPT. Transformasi Kimia Senyawa Belerang, Dampak Dan Penanganannya, 6(1), 339-343.

Susila, & Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran dan Kesehatan. Klaten Selatan : Bossscript.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Tanaka, S. & Takebayashi, T. (2009). Journal of Occupational Health. Effect of SO2 on

Respiratory System of Adult Miyakejima Resident 2 Years After Returning to the Island, 51, 38-47.

Tan, T & Rahardja, K. (2010). Obat Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. Gramedia. Tang, Y.C, Taylor, F.N, Blackstock, C.F. (2010). Physiotherapy Elsevier. Chest

Physiotherapy for Patients Admitted to Hospital With an Acute Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) : A Systematic Review. 1-13.

West, B.J. (2010). Patofisiologi Paru Esensial Ed.6. Jakarta : EGC.

Wolfson, A.B. (2010). Hardwood-Nuss’ Clinical Practice of Emergency Medicine : Fifth Edition. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran pernafasan dan penyakit paru kerja dapat diakibatkan oleh berbagai zat yang terdapat di pabrik maupun tambang, kelainan tersebut bergantung pada jenis zat, debu, gas ataupun asap yang terhirup. Penyakit paru kerja adalah penyakit yang timbul akibat inhalasi zat pada tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Zat zat yang terdapat di pabrik dan pertambangan dapat mengakibatkan kelainan pada tubuh, khususnya kelainan pada saluran pernafasan. Paparan gas secara terus menerus tanpa adanya alat pelindung diri yang menunjang dapat mengakibatkan munculnya penyakit akibat kerja pada para penambang belerang tersebut. Studi yang telah dilakukan menyatakan bahwa saluran pernafasan dan sistem syaraf adalah target yang paling sering terkena dampak dari terhirupnya gas H2S (ATSDR, 2014).

Para pekerja belerang setiap harinya bekerja selama 6-8 jam perhari dengan konsentrasi gas belerang yang keluar dari pusat kawah tersebut mencapai 47 ppm (PVMBG, 2012). Sedangkan rekomendasi dari Standart Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja (SNI 19-0232-2005) yaitu 2 ppm. Sedangkan menurut NIOSHA yaitu Threshold Limit Value – Time Weighted Average (TLV-TWA) maksimal sebesar 10 ppm/8 jam kerja dan Threshold Limit Value – Short-term Exposure Limit (TLV-STEL) adalah 15 ppm per 15 menit, tidak lebih dari 4 kali per hari. Menghirup gas sulfur secara berkala dapat meningkatkan resiko terjadinya hipersekresi dan iritasi radang pada saluran pernafasan (Tanaka. S & Takebayashi.T,


(18)

2

2009). Menurut Migas Indonesia batas kadar gas sulfur yang aman pada lingkungan tempat bekerja yaitu 800mg/m3 udara. Pajanan berulang juga dapat mengakibatkan hiperplasia pada sel epitel, dan juga dapat mengiritasi mukosa saluran nafas dan menimbulkan terjadinya faringitis.

Faringitis yaitu terjadinya radang pada saluran faring, radang tersebut mengakibatkan menumpuknya sekret sepanjang saluran pernafasan, yang diakibatkan oleh respon imun non spesifik dari tubuh pada tempat yang terjadi inflamasi akibat paparan gas sehari – hari yang ditandai dengan adanya kemerahan, bengkak, rasa panas dan sakit di area inflamasi. Menumpuknya sekret di sepanjang saluran pernafasan akibat faringitis tersebut dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan inspirasi. Faringitis merupakan penyakit paling umum yang dapat diderita orang dewasa maupun anak – anak. Data yang diperoleh dari Ambulatory Medical Care di Amerika Serikat melaporkan bahwa 6,2 – 9,7 juta pasien yang berkunjung mengalami faringitis. Prevalensi faringitis pada daerah berkembang didapatkan 5-10 kali kebih besar, 40- 80% disebabkan oleh virus, dan sisanya diakibatkan oleh infeksi bakteri, polusi atau paparan zat kimia (Mustafa et al, 2015).

Penggunaan terapi fisioterapi dada dapat menurunkan gejala faringitis dikarenakan terapi tersebut dapat membantu dalam mengeluarkan penumpukkan sekret yang menumpuk di faring. Penumpukkan sekret yang semakin banyak dapat mengakibatkan beberapa kompikasi yang lebih parah seperti, asma, pneumoni dan bronkhitis. Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bertujuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekret di saluran pernafasan, fisioterapi dada terdiri dari 3 tindakan, yaitu : postural drainase, perkusi, dan vibrasi yang diikuti dengan nafas dalam dan batuk efektif. Waktu optimal yang dapat digunakan untuk melakukan fisioterapi dada yaitu sebelum pasien makan pagi, siang


(19)

3

maupun sore hari dan saat malam hari menjelang tidur. Tindakan ini dilaukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari tergantung banyaknya sekret yang menumpuk (Soemantri, 2007). Penggunaan fisioterapi dada untuk menurunkan gejala faringitis sangat mudah dan murah untuk diterapkan oleh petugas kesehatan maupun penderita sebagai terapi, karena terapi fisioterapi dada ini hanya terdiri dari 3 teknik yaitu perkusi, vibrasi dan batuk efektif.

Pada penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2015) didapatkan hasil bahwa, para pekerja tambang yang terpajan gas sulfur secara terus menerus akan mengalami beberapa masalah kesehatan seperti halnya gangguan pada saluran pernafasan, didapatkan hasil juga bahwa semakin tinggi paparan gas sulfur yang terhirup oleh pekerja tambang maka akan semakin parah pula dampak yang akan diakibatkan pada saluran nafas pekerja tambang tersebut. Melalui observasi dan tanya jawab yang dilakukan pada para pekerja tambang belerang di Kawah Ijen didapatkan bahwa, sebagian besar para pekerja tambang belerang mengalami gangguan pada pernafasan seperti batuk 53%, flu 38% dan faringitis 64% akibat menghirup gas belerang secara langsung yang keluar langsung dari pusat kawah gunung tanpa perlindungan pada pernafasannya yang tergolong sebagai penyakit akibat kerja. Selain itu para pekerja juga memiliki kebiasaan buruk yaitu mengisi waktu luangnya saat bekerja dengan cara merokok yang juga dapat memperparah pada gangguan pernafasannya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin meneliti tentang “ Keefektifan Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap Penurunan Gejala Faringitis Pada Pekerja Tambang yang Terpajan Gas Belerang di Kawah Ijen”


(20)

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah terdapat efektifitas pemberian fisioterapi dada terhadap penurunan gejala faringitis pada pekerja tambang belerang?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan penerapan fisioterapi dada pada pekerja penambang belerang di Kawah Ijen yang terpajan gas belerang.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi gejala faringitis sebelum diberikan fisioterapi dada 2. Mengidentifikasi gejala faringitis setelah diberikan fisioterapi dada

3. Menganalisis efektifitas fisioterapi dada terhadap penurunan gejala faringitis penambang belerang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti tentang keefektifan fisioterapi dada

2. Mengetahui hasil dari keefektifan terapi fisioterapi dada pada penderita faringitis

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan tentang keuntungan dari Fisiotrapi dada agar dapat memahami manfaat dari fisioterapi dada.


(21)

5

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat memberikan ilmu yang bermanfaat agar dapat diimpilaksikan pada pasien dengan penyak it ISPA lainnya

1.5 Keaslian Penelitian

Castro et al (2013), yaitu Chestphysioterapy evectiveness to reduce hospitalization and mechanical ventilation length of stay, pulmonary infection rate and mortality in ICU patients. Penelitian ini menggunakan rancangan kohort dengan menggunakan dua lokasi ICU di dua rumah sakit yang berbeda. Subyek penelitian adalah pasien yang dalam masa perawatan di ICU dengan pemberian fisioterapi dada selama pelayanan A 24jam/hari dan pelayanan B 6jam/hari. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang diberikan pelayanan B dapat menurunkan kebutuhan penggunaan ventilasi mekanik, menurunkan jumlah hari pada rawat inap, penurunan resiko infeksi pernafasan dan kematian.

Cross et al (2012), yaitu Evaluation of the evectiveness of manual chest physiotherapy techniques on qualit y of life at six months post exacerbation of COPD (MATREX): a randomized controlled equivalence trial. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan random terkontrol dengan menggunakan 526 pasien yang dirawat dirumahsakit dengan eksaserbasi COPD akut dari empat pusat perawatan di Inggris. Pasien dibagi menjadi dua kelompak, kelompok intervensi yang menerima perlakuan fisioterapi dada manual dengan pembersihan jalan nafas dan kelompok kontrol yang hanya menerima pembersihan jalan nafas. Hasil yang didapatkan bahwa pada kelompok intervensi tidak terdapat hasil yang signifikan untuk peningkatan kualitas hidupnya dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi tidak berarti pemberian terapi


(22)

6

fisioterapi dada manual tidak dapat di berikan untuk pasien COPD dalam keadaan tertentu.

Tanaka & Takebayashi (2009), yaitu Effect of SO2 on Respiratory System of Adult

Miyakejima Resident 2 Years after Returning to the Island. Penelitian ini dilakukan di pulau Miyakejima yang telah terjadi letusan gunung berapi dan terpapar SO2. Subyek

penelitian berjumlah 823 penduduk dewasa pulau Miyakejima yg menjalani pemeriksaan kesehatan di tahun 2006, penelitian dilakukan selama 2 tahun mulai Agustus 2004 hingga Juli 2006. Hasil dari penelitian ini yaitu resiko penduduk yg terpapar SO2 pada penyakit pernafasan seperti bronkitis kronis meningkat 4.1% di

2006 dibandingkan 2.1% pada 2004, selain itu frekuensi sekret dan iritasi hidung dan saluran pernafasan meningkat secara signifikan.


(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran pernafasan dan penyakit paru kerja dapat diakibatkan oleh berbagai zat yang terdapat di pabrik maupun tambang, kelainan tersebut bergantung pada jenis zat, debu, gas ataupun asap yang terhirup. Penyakit paru kerja adalah penyakit yang timbul akibat inhalasi zat pada tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Zat zat yang terdapat di pabrik dan pertambangan dapat mengakibatkan kelainan pada tubuh, khususnya kelainan pada saluran pernafasan. Paparan gas secara terus menerus tanpa adanya alat pelindung diri yang menunjang dapat mengakibatkan munculnya penyakit akibat kerja pada para penambang belerang tersebut. Studi yang telah dilakukan menyatakan bahwa saluran pernafasan dan sistem syaraf adalah target yang paling sering terkena

dampak dari terhirupnya gas H2S (ATSDR, 2014).

Para pekerja belerang setiap harinya bekerja selama 6-8 jam perhari dengan konsentrasi gas belerang yang keluar dari pusat kawah tersebut mencapai 47 ppm (PVMBG, 2012). Sedangkan rekomendasi dari Standart Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja (SNI 19-0232-2005) yaitu 2 ppm.

Sedangkan menurut NIOSHA yaitu Threshold Limit Value – Time Weighted Average

(TLV-TWA) maksimal sebesar 10 ppm/8 jam kerja dan Threshold Limit Value –

Short-term Exposure Limit (TLV-STEL) adalah 15 ppm per 15 menit, tidak lebih dari 4 kali

per hari. Menghirup gas sulfur secara berkala dapat meningkatkan resiko terjadinya hipersekresi dan iritasi radang pada saluran pernafasan (Tanaka. S & Takebayashi.T,


(2)

2009). Menurut Migas Indonesia batas kadar gas sulfur yang aman pada lingkungan

tempat bekerja yaitu 800mg/m3 udara. Pajanan berulang juga dapat mengakibatkan

hiperplasia pada sel epitel, dan juga dapat mengiritasi mukosa saluran nafas dan menimbulkan terjadinya faringitis.

Faringitis yaitu terjadinya radang pada saluran faring, radang tersebut mengakibatkan menumpuknya sekret sepanjang saluran pernafasan, yang diakibatkan oleh respon imun non spesifik dari tubuh pada tempat yang terjadi inflamasi akibat

paparan gas sehari – hari yang ditandai dengan adanya kemerahan, bengkak, rasa

panas dan sakit di area inflamasi. Menumpuknya sekret di sepanjang saluran pernafasan akibat faringitis tersebut dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan inspirasi. Faringitis merupakan penyakit paling umum yang dapat diderita orang

dewasa maupun anak – anak. Data yang diperoleh dari Ambulatory Medical Care di

Amerika Serikat melaporkan bahwa 6,2 – 9,7 juta pasien yang berkunjung mengalami

faringitis. Prevalensi faringitis pada daerah berkembang didapatkan 5-10 kali kebih besar, 40- 80% disebabkan oleh virus, dan sisanya diakibatkan oleh infeksi bakteri, polusi atau paparan zat kimia (Mustafa et al, 2015).

Penggunaan terapi fisioterapi dada dapat menurunkan gejala faringitis dikarenakan terapi tersebut dapat membantu dalam mengeluarkan penumpukkan sekret yang menumpuk di faring. Penumpukkan sekret yang semakin banyak dapat mengakibatkan beberapa kompikasi yang lebih parah seperti, asma, pneumoni dan bronkhitis. Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bertujuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekret di saluran pernafasan, fisioterapi dada terdiri dari 3 tindakan, yaitu : postural drainase, perkusi, dan vibrasi yang diikuti dengan nafas dalam dan batuk efektif. Waktu optimal yang dapat digunakan untuk melakukan fisioterapi dada yaitu sebelum pasien makan pagi, siang


(3)

maupun sore hari dan saat malam hari menjelang tidur. Tindakan ini dilaukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari tergantung banyaknya sekret yang menumpuk (Soemantri, 2007). Penggunaan fisioterapi dada untuk menurunkan gejala faringitis sangat mudah dan murah untuk diterapkan oleh petugas kesehatan maupun penderita sebagai terapi, karena terapi fisioterapi dada ini hanya terdiri dari 3 teknik yaitu perkusi, vibrasi dan batuk efektif.

Pada penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2015) didapatkan hasil bahwa, para pekerja tambang yang terpajan gas sulfur secara terus menerus akan mengalami beberapa masalah kesehatan seperti halnya gangguan pada saluran pernafasan, didapatkan hasil juga bahwa semakin tinggi paparan gas sulfur yang terhirup oleh pekerja tambang maka akan semakin parah pula dampak yang akan diakibatkan pada saluran nafas pekerja tambang tersebut. Melalui observasi dan tanya jawab yang dilakukan pada para pekerja tambang belerang di Kawah Ijen didapatkan bahwa, sebagian besar para pekerja tambang belerang mengalami gangguan pada pernafasan seperti batuk 53%, flu 38% dan faringitis 64% akibat menghirup gas belerang secara langsung yang keluar langsung dari pusat kawah gunung tanpa perlindungan pada pernafasannya yang tergolong sebagai penyakit akibat kerja. Selain itu para pekerja juga memiliki kebiasaan buruk yaitu mengisi waktu luangnya saat bekerja dengan cara merokok yang juga dapat memperparah pada gangguan pernafasannya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin meneliti tentang “ Keefektifan

Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap Penurunan Gejala Faringitis Pada Pekerja Tambang yang Terpajan Gas Belerang di Kawah Ijen”


(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah terdapat efektifitas pemberian fisioterapi dada terhadap

penurunan gejala faringitis pada pekerja tambang belerang?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan penerapan fisioterapi dada pada pekerja penambang belerang di Kawah Ijen yang terpajan gas belerang.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi gejala faringitis sebelum diberikan fisioterapi dada

2. Mengidentifikasi gejala faringitis setelah diberikan fisioterapi dada

3. Menganalisis efektifitas fisioterapi dada terhadap penurunan gejala faringitis

penambang belerang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti tentang keefektifan

fisioterapi dada

2. Mengetahui hasil dari keefektifan terapi fisioterapi dada pada penderita

faringitis

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan tentang keuntungan dari Fisiotrapi dada agar dapat memahami manfaat dari fisioterapi dada.


(5)

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat memberikan ilmu yang bermanfaat agar dapat diimpilaksikan pada pasien dengan penyak it ISPA lainnya

1.5 Keaslian Penelitian

Castro et al (2013), yaitu Chestphysioterapy evectiveness to reduce hospitalization and mechanical ventilation length of stay, pulmonary infection rate and mortality in ICU patients. Penelitian ini menggunakan rancangan kohort dengan menggunakan dua lokasi ICU di dua rumah sakit yang berbeda. Subyek penelitian adalah pasien yang dalam masa perawatan di ICU dengan pemberian fisioterapi dada selama pelayanan A 24jam/hari dan pelayanan B 6jam/hari. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang diberikan pelayanan B dapat menurunkan kebutuhan penggunaan ventilasi mekanik, menurunkan jumlah hari pada rawat inap, penurunan resiko infeksi pernafasan dan kematian.

Cross et al (2012), yaitu Evaluation of the evectiveness of manual chest physiotherapy techniques on qualit y of life at six months post exacerbation of COPD (MATREX): a randomized controlled equivalence trial. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan random terkontrol dengan menggunakan 526 pasien yang dirawat dirumahsakit dengan eksaserbasi COPD akut dari empat pusat perawatan di Inggris. Pasien dibagi menjadi dua kelompak, kelompok intervensi yang menerima perlakuan fisioterapi dada manual dengan pembersihan jalan nafas dan kelompok kontrol yang hanya menerima pembersihan jalan nafas. Hasil yang didapatkan bahwa pada kelompok intervensi tidak terdapat hasil yang signifikan untuk peningkatan kualitas hidupnya dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi tidak berarti pemberian terapi


(6)

fisioterapi dada manual tidak dapat di berikan untuk pasien COPD dalam keadaan tertentu.

Tanaka & Takebayashi (2009), yaitu Effect of SO2 on Respiratory System of Adult Miyakejima Resident 2 Years after Returning to the Island. Penelitian ini dilakukan di pulau

Miyakejima yang telah terjadi letusan gunung berapi dan terpapar SO2. Subyek

penelitian berjumlah 823 penduduk dewasa pulau Miyakejima yg menjalani pemeriksaan kesehatan di tahun 2006, penelitian dilakukan selama 2 tahun mulai Agustus 2004 hingga Juli 2006. Hasil dari penelitian ini yaitu resiko penduduk yg

terpapar SO2 pada penyakit pernafasan seperti bronkitis kronis meningkat 4.1% di

2006 dibandingkan 2.1% pada 2004, selain itu frekuensi sekret dan iritasi hidung dan saluran pernafasan meningkat secara signifikan.