Kolektor S urya TINJAUAN PUSTAKA

membandingkan besar kenaikan temperatur fluida yang mengalir di dalam kolektor dengan intensitas cahaya matahari yang diterima kolektor. Duffie,1991 Dalam bentuk kondisi steady panas berguna dapat dirumuskan sebagai berikut: Q u = A s [F’ α S – F’U L T m – T a ] 2.1 Dimana: A s = Luas permukaan kolektor m 2 F’ = Penyerapan kolektor - U L = Koefisien kehilangan panas kolektor wattm 2 . C T m = Temperatur rata rata Fluida C T a = Temperatur Lingkungan C S = Intensitas radiasi matahari Wm 2 Untuk pengujian dinamis dapat dituliskan persamaan sebagai berikut: m e c e = A s [ F’ α S – F’U L T m – T a ] – ṁ f c f T out – T in 2.2 dimana m e c e = Kapasitas efektif thermal J C A s = Luas area penyerapan m 2 F’ α = Effisiensi kerugian radiasi pada kondisi normal - F’ = Penyerapan kolektor - U L = Koefisien kehilangan panas kolektor Wm 2 . C T out = Temperatur air keluar C T in = Temperatur air masuk C T a = Temperatur lingkungan C 2.5.2 Concentrating Collectors Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang memerlukan energi panas pada temperatur antara 100° – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Spesifikasi jenis ini dapat dikenali dari adanya komponen konsentrator yang terbuat dari material dengan transmisivitas tinggi. Berdasarkan komponen absorber-nya jenis ini dikelompokan menjadi dua jenis yaitu Line Focus dan Point Focus. Giancolli,1998 Gambar 2.5 Konsentrator Agar cahaya matahari selalu dapat difokuskan terhadap absorber, konsentraror harus dirotasi. Pergerakan ini disebut dengan tracking. Temperatur fluida melebihi 400 o C dapat dicapai pada sistem kolektor ini seperti terlihat pada gambar diatas. 2.5.3 Evacuated Tube Collectors Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi di bandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya terletak pada efisiensi transfer panasnya yang