B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Saat ini yang sering terjadi adalah adanya Perwakafan Tanah Milik yang banyak dilakukan oleh masyarakat dengan hanya didasarkan pada kepercayaan
semata diantara para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Perwakafan Tanah Milik, sehingga Perwakafan Tanah Milik itu terjadi tanpa disertai dengan bukti
yang otentik, serta tidak melalui prosedur pendaftaran dan pensertifikatan yang ditentukan dalam Undang-Undang.
Pendaftaran dan pensertifikatan ini dimaksudkan agar dapat lebih menjamin adanya kepastian hukum terhadap suatu hak atas tanah. Disinilah terdapat
hubungan antara maksud dan tujuan dibentuknya undang-undang pokok agraria dan pendaftaran tanah. Dalam Pasal 19 Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960,
dinyatakan bahwa ketentuan yang memuat tentang pendaftaran akan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang telah disempurnakan dengan
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Selama ini masalah Perwakafan Tanah Milik dianggap sudah melembaga
dalam masyarakat Islam di Indonesia tetapi banyak kekurangan karena belum terpenuhiya kewajiban pendaftaran tanah wakaf sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik maupun Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1977 tentang Pendaftaran Tanah.
Pendaftaran dan pensertifikatan tanah wakaf merupakan bagian dari pendaftaran dan pensertifikatan tanah di seluruh wilayah Indonesia.Hal ini secara
jelas dipaparkan dalam Bab III bagian kedua Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dalam Pasal 9 dicantumkan bahwa obyek dari pendaftaran tanah
meliputi tanah wakaf. Proses pelaksanaan pendaftaran tanah wakaf ditangani langsung oleh Badan
Pertanahan Nasional, proses pendaftaranya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan yang dibantu oleh PPAT dan pejabat lain yang ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu yang diatur dalam peraturan perundangan yang bersangkutan. Dalam proses pendaftaran tanah secara sistematik Kepala Kantor
Pertanahan juga dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.Hal ini sesuai dengan Bab III bagian ke I Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu tentang Pendaftaran Tanah. Dari pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah ini juga ditujukan untuk
menjamin adanya kepastian hukum terhadap hak atas tanah di seluruh wilayah Indonesia, termasuk juga pelaksanaan pendaftaran di wilayah Kecamatan Cepu
Kabupaten Blora. Kecamatan Cepu Kabupaten Blora yang keadaan masyarakatnya agraris maka secara langsung mereka akan selalu berhubungan
dengan tanah, hal ini sangat memungkinkan munculnya alih hak dan alih fungsi tanah serta proses pemindahan hak atas tanah yang terdapat di Kecamatan Cepu.
setelah adanya peralihan hak ini maka diperlukan kepastian hukum atas peralihan tersebut. Pendaftaran tanah wakaf di Kecamatan cepu juga dimaksudkan untuk
mendapatkan kepastian hukum mengenai status tanah dan alokasinya.
Sebagaimana telah diuraikan diatas, maka penulis dengan dasar PP Nomor 24 Tahun 1997 mengangkat masalah pendaftaran tanah wakaf di Kecamatan
Cepu dalam skripsi ini, agar sedikit banyak dapat memberikan masukan bagi pihak yang terkait dalam pelaksanaan pendaftaran dan pensertifikatan tanah
wakaf
C. Perumusan Masalah