Latar Belakang Fedi A. Sondita, MSc, dan Bapak Prof. Dr.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya, selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional. Guna mewujudkan tujuan dimaksud, pemerintah berupaya menerapkan pola manajemen perikanan secara terpadu dan terarah agar pemanfaatan sumberdaya ikan dilakukan secara berkelanjutan, karena sumberdaya ikan dapat mengalami degradasi bahkan kepunahan apabila dieksploitasi secara tidak terkendali, meskipun dikatakan bahwa sumberdaya ikan dapat diperbaharui renewable resoursces. Kecenderungan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah pemanfaataan sumberdaya kelautan dan perikanan semakin besar, sementara di sisi lain, tuntutan untuk melestarikan sumberdaya kelautan dan perikanan juga semakin besar sejalan dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pelestarian sumberdaya alam, akan tetapi hal ini tidak didukung oleh informasi yang tepat dan akurat. Keberadaan Pelabuhan Perikanan Samudera PPS sebagai suatu lingkungan kerja diharapkan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu, PPS juga mengemban tugas sebagai pusat pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan PPSC 2004. Dengan diberlakukannya UU No. 31 Tahun 2004, tentang Perikanan, kedudukan dan peran Pelabuhan Perikanan semakin strategis. Sebagaimana penjelasan pasal 41 ayat 1 ditegaskan bahwa dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan. Pembangunan Pelabuhan Perikanan diperlukan dalam rangka menunjang usaha serta pengembangan ekonomi perikanan secara menyeluruh terutama dalam menunjang perkembangan industri perikanan baik hulu maupun hilir, sehingga diharapkan akan tercapai pemanfaatan sumberdaya perikanan yang seimbang, merata dan proporsional. Jadi pada dasarnya pembangunan Pelabuhan Perikanan bertujuan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengguna jasa dan atau nelayan pada khususnya untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui keefektifan dan efisiensi usaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Informasi memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen termasuk kegiatan usaha perikanan, pengelolaan sumberdaya ikan dan pemanfaatannya di abad ini. Tanpa memiliki informasi yang baik, suatu bidang usaha akan mengalami kemunduran, kebangkrutan dan akhirnya mati. Informasi saat ini sangat diperlukan, baik untuk membuat keputusan suatu kebijakan, ataupun memberi manfaat bagi masyarakat luas dan untuk keperluan penelitian. Kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat di tolak oleh pihak manapun. Dalam rangka untuk memulai suatu usaha maupun mengembangkannya kebutuhan Informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu adalah mutlak dan mendesak. Sebagaimana disebutkan oleh Suroso dan Seminar 2003 bahwa sistem informasi telah menjadi salah satu komponen penting dalam menunjang kesuksesan jalannya roda usaha dan perusahaan. Sesuai dengan pasal 46 UU 31 Tahun 2004 tentang Perikanan bahwa: 1 pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data statistik perikanan serta menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, sarana dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan. 2 pemerintah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan. Selanjutnya pada Pasal 47 disebutkan bahwa: 1 pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri, 2 sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan Dirjen PSDKP 2005. Pada penjelasan dari pasal 46 UU 31 Tahun 2004 disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan rencana pengembangan sistem informasi dan data statistik perikanan serta penilaian kemajuannya, diperlukan data teknik, produksi, pengolahan, pemasaran ikan, serta sosial ekonomi yang dapat memberikan gambaran yang benar tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang tersedia. Data dan informasi tersebut, antara lain: 1 jenis, jumlah, dan ukuran kapal perikanan; 2 jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; 3 daerah dan musim penangkapan; 4 jumlah tangkapan atau jumlah hasil pembudidayaan ikan; 5 luas lahan dan daerah pembudidayaan ikan; 6 jumlah nelayan dan pembudidaya ikan; 7 ukuran ikan tangkapan dan musim pemijahan ikan; 8 data ekspor dan impor komoditas perikanan; dan 9 informasi tentang persyaratan tertentu yang berkaitan dengan standar ekspor. Pelabuhan perikanan adalah salah satu sarana yang strategis untuk menunjang pembangunan di bidang perikanan. Peran tersebut antara lain meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam agribisnis perikanan dan meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai. Selain itu, pelabuhan perikanan juga menunjang tumbuhnya usaha perikanan baik skala besar maupun skala kecil dan menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam suatu skala ekonomi yang efisien. Pelabuhan Perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi perikanan mempunyai potensi informasi tentang sumberdaya ikan, dan segala aspek kegiatan industri perikanan. Oleh karenanya diharapkan dapat menjadi pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen data base berbasis pengelolaan sumberdaya ikan. Dalam rangka mewujudkan keinginan tersebut, Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan telah membangun sebuah sistem informasi yang berbasis internet yang diharapkan dapat menjadi sistem informasi tentang ketersediaan sumberdaya ikan, prasarana pelabuhan perikanan, kegiatan operasional dan peluang usaha dari masing-masing pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia secara lengkap berkelanjutan, akurat dan tepat waktu, agar pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang ada dapat dilakukan secara optimal. Sistem Informasi ini dinamakan Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan PIPP. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap PPSC merupakan salah satu basis perikanan tangkapdi pantai selatan di Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia menjadikan PPSC berpeluang untuk dikembangkan lebih jauh. Sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di PPSC banyak terkonsentrasi di perairan Cilacap sehingga tekanan terhadap penangkapan suatu jenis ikan semakin tinggi. Prakiraan potensi perikanan tangkap terdiri atas: perairan pantai Cilacap dan lepas pantai Kabupaten Cilacap sebesar 60.560 ton dengan rincian potensi ikan pelagis sebesar 22.000 ton, demersal 22.360 ton, udang 12.500 ton dan cumi-cumi sebesar 3.700 ton DPK Cilacap 2002. Berbagai kegiatan berlangsung di pelabuhan perikanan, dengan demikian perlu koordinasi dan pengawasan controlling melalui sistem manajemen dan teknologi informasi yang efektif. Berbagai instansi yang terkait di pelabuhan, seperti kantor pelabuhan, kantor syahbandar, tempat pelelangan ikan, unit usaha dan nelayan memerlukan informasi dalam menunjang kelancaran kerja, pengambilan keputusan serta kebijakan yang akan dilakukan. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap PPSC merupakan salah satu sentra produksi perikanan sehingga merupakan wilayah yang potensial bagi pengembangan industri perikanan. Dalam pengelolaan segala aspek di pelabuhan ini sangat diperlukan adanya sistem informasi. Beberapa sistem informasi telah berjalan di wilayah pelabuhan ini selama bertahun-tahun, akan tetapi dalam perkembangannya, sistem informasi ini belum mempunyai nilai tepat guna. Belum mempunyai nilai tepat guna disini berarti bahwa sistem informasi yang berjalan tidak dapat menjangkau semua sasaran sistem informasi tersebut. Sebagai contoh terdapat dua hal kontradiktif yang berlaku saat ini yang belum dapat atau kurang menjadi perhatian para stakeholder saat ini yaitu nelayan Kabupaten Cilacap yang tidak atau kurang merasakan kehadiran sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini dan di lain pihak dikatakan bahwa sistem informasi dibuat agar dapat digunakan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Artinya semua sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini di PPSC belum dapat digunakan langsung oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan merupakan ujung tombak dari peningkatan produksi di PPSC. Beberapa permasalahan utama yang sangat mengkhawatirkan di PPSC saat ini adalah; 1 pendidikan formal yang dimiliki nelayan yang rendah sehingga kurang cepat menerima transfer teknologi dan 2 permasalahan yang ada menyangkut aspek produksi dan nilai produksi tidak lepas dari karakter nelayan itu sendiri serta 3 lemah dan terbatasnya informasi yang dimiliki nelayan tentang daerah penangkapan ikan, operasionalisasi di PPSC seperti kegiatan pelelangan meliputi harga ikan, fasilitas di PP. Nelayan Kabupaten Cilacap 80 berasal dari nelayan lokal sedangkan sisanya berasal dari luar daerah. Sebagai nelayan musiman atau andon dan buruh, pada umumnya nelayan masih mempercayai budaya turun temurun misalnya pada Jum’at kliwon tidak melaut, sedekah laut. Karena beberapa kondisi tersebut sistem informasi yang tidak mengenai sasaran dan sifat atau karakteristik nelayan Cilacap maka diperlukan sistem informasi khusus bagi nelayan Kabupaten Cilacap atau sistem informasi berorientasi nelayan. Sistem informasi khusus nelayan atau sistem informasi bebasis nelayan merupakan suatu sistem informasi yang didesain berdasarkan kebutuhan nelayan dalam operasi penangkapan ikan dan dapat digunakan oleh pihak pelabuhan dalam peningkatan produksi atau nilai produksi serta pengelolaan pelabuhan. Sistem informasi yang didesain ini diharapkan menjadi jembatan penghubung antara PPSC dan nelayan. Sistem informasi bebasis komputer sasarannya adalah memanfaatkan teknologi komputer untuk menghasilkan informasi yang lebih singkat dan kemampuan proses yang cepat untuk menghasilkan informasi yang akurat. Namun dalam kenyataan saat ini sistem tersebut tidak kompetitif karena hanya mampu mengolah, menyimpan dan mencetak saja, sedangkan dalam pendistribusiannya relatif memerlukan waktu sehingga unsur tepat waktu sebagai faktor kualitas informasi belum dapat dipenuhi. Dewasa ini kemampuan kinerja komputer tersebut dapat ditingkatkan dengan terciptanya teknologi jaringan, sehingga pihak eksekutif ketika membutuhkan informasi dapat melakukan secara online tidak menunggu operator mencetak laporan atau kurir mendistribusikan informasi. Dengan sistem yang terkomputerisasi diharapkan terjadi peningkatan dari segi keakuratan, kecepatan, relevansi, dan ketepatan penyampaian informasi, maupun dari segi manajemen pengelolaan data historis dari pelabuhan perikanan. Selain itu, dengan dibangunnya aplikasi komputer yang bersifat user friendly, menjadikan aplikasi tersebut dapat dengan mudah dioperasikan tanpa memerlukan operator khusus dalam proses pemasukan data operasi dan historis.

1.2 Perumusan Masalah