Potensi Budidaya Perairan Berdasarkan Komoditas
44
seperti industri pakan, benih, bahan bakar, peralatan tangkap, obat- obatan, serta kapal perikanan. Sebagai salah satu sumberdaya alam,
komoditas perikanan memegang peranan yang penting dalam menyediakan pangan yang bergizi.
Perairan pantai Perairan teluk dan berpulau-pulau
Perairan sungai Perairan danau
Gambar 4. Potensi sumberdaya alam Indonesia
Potensi sumberdaya alam Indonesia untuk mendukung pengembangan dan kelestarian sumberdaya perikanan sangat banyak. Potensi
sumberdaya alam tersebut ada di seluruh pelosok nusantara karena Indonesia merupakan negara kepulauan archipelago yang terdiri dari
±13.000 pulau dengan panjang garis pantai ±81.000 km terpanjang kedua di dunia. Sebagai negara kepulauan maka Indonesia memiliki luas laut
±5,8 juta km
2
. Dari analisa potensi perikanan tangkap di perairan laut
45
Indonesia diperkirakan 6,41 juta tonthn yang terdiri dari ikan pelagis besar 1,165 juta ton, ikan pelagis kecil 3,6 juta ton, ikan demersal 1,36
juta ton, ikan karang 145 ribu ton, udang penaeid 94,80 ribu ton, udang lobster 4,80 ribu ton, cumi-cumi 28,25 ribu ton dan lain-lain.
Potensi lestari yang tinggi terdapat di perairan laut Samudera Hindia 1,08 juta ton per thn dan laut Cina Selatan 1,06 juta ton per thn serta
selat Makasar dan Laut Flores. Sedangkan wilayah laut yang bisa dieksploitasi lebih banyak lagi adalah Laut Seram danTeluk Tomini, Laut
Arafura, Laut Cina Selatan, Laut Sulawesi, dan Samudera Pasifik karena tingkat pemanfaatannya kurang dari 50.
Potensi budidaya laut mariculture, khususnya ikan dan molluska masih sangat besar. Luas total perairan laut yang potensial untuk budidaya ikan
kakap, kerapu, dan beronang sekitar 1.052.720 ha dan untuk budidaya molluska kekerangan dan teripang sekitar 720.500 ha. Dari luas perairan
laut yang ada tersebut potensi produksi yang dapat dihasilkan diperkirakan sekitar 46.000 tontahun. Adapun potensi lahan budidaya
rumput laut alga mencapai 22.460 ha yang tersebar di seluruh di Indonesia.
Potensi budidaya perairan Akuakultur terdiri dari potensi perairan laut bagi pengembangan marikultur yang diperkirakan mencapai 24.528.178
ha tersebar di 32 Propinsi di Indonesia, potensi akuakultur air payau dengan sistem tambak mencapai 913.000 ha dan potensi akuakultur air
tawar dengan sistem kolam tanah, karamba dan KJA yang mencapai ± 832.157 ha.
46
Gambar 5. Budidaya ikan, Budidaya kerang mutiara dan Budidaya rumput laut
Bidang perikanan dengan berbagai komoditasnya perlu dikembangkan produksinya karena selain kandungan ikan yang baik terutama protein,
juga memiliki jumlah spesies terbanyak. Diperkirakan jumlah Ikan di dunia mencapai ± 15.000 sampai dengan 17.000 jenis, diikuti Burung
±8.600 jenis, Mamalia ± 4.500 jenis, Reptilia ± 6.000 jenis dan Amphibia ±2.500 jenis. Sedangkan pemanfaatan rumput laut di Indonesia sendiri
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920. Tercatat ada 22 jenis rumput laut digunakan secara tradisional sebagai makanan, baik dibuat sayuran
maupun sebagai penganan dan obat-obatan. Sampai tahun 1990-an, penelitian telah berhasil mengembangkan pemanfaatan 61 jenis dari 27
marga rumput laut. Namun, penggunaannya selama itu masih terbatas untuk makanan dan obat. Belum ada upaya pengembangan lebih lanjut
pada produk lain yang punya nilai ekonomis lebih tinggi. Dari total pelaku usaha perikanan Indonesia yang berprofesi sebagai
nelayan perikanan laut berjumlah 3.311.821 orang dan nelayan perairan umum berjumlah 545.786 orang. Pelaku usaha ini terbanyak berdomisili
di Jawa Timur. Adapun Jumlah pembudidaya di Indonesia mencapai 2.270.164 orang, dan paling banyak berdomisili di Jawa Barat. Dalam
rangka peningkatan produksi perikanan yang berkelanjutan dan lestari maka diatur sistem pengelolaan perikanan sebagaimana didefinisikan
dalam UU Perikanan No. 31 Tahun 2004 yakni pengelolaan perikanan
47
adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan
keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang
dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan
tujuan yang telah disepakati. Budidaya perairan akuakultur merupakan subsektor pangan yang
pertumbuhannya paling cepat di dunia. Pada 1984 produksi akuakultur dunia hanya 10 juta ton dengan nilai 12 miliar dollar AS untuk kemudian
meningkat menjadi 20 juta ton dengan nilai sekitar 33 miliar dollar AS pada 1992. Selanjutnya 10 tahun kemudian 2002 produksi akuakultur
dunia telah mencapai 51,4 juta ton dengan nilai sekitar 60 miliar dollar AS. Kajian Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP, dari sejumlah potensi
ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan sebesar 82 miliar dollar AS per tahun, budidaya perairan bisa menghasilkan 61,9 miliar dollar AS
sekitar 75,5 persen. Bandingkan dengan perikanan tangkap, termasuk di perairan umum, yang hanya memberi peluang sekitar 16,2 miliar dollar
AS. Dengan kata lain budidaya perairan di Indonesia sebenarnya mampu melebihi nilai produksi akuakultur dunia pada 2002 60 miliar dollar AS.
Akuakultur adalah kegiatan bisnis budidaya organisme akuatik yang sebarannya hampir ada di setiap negara di dunia. Kegiatannya dilakukan
di laut, perairan payau, perairan tawar, termasuk perairan umum berupa danau, waduk, dan sungai. Produksi akuakultur dunia pada 1998
mencapai 30,8 juta ton dan Indonesia menduduki ranking ke lima di bawah Cina, India, Jepang, dan Filipina. Pada 2003 Indonesia menduduki
ranking ketiga setelah Cina dan India.
48
Mencermati status dan potensi akuakultur negara kita, walau secara keseluruhan produksi perikanan nasional masih didominasi perikanan
tangkap, kontribusi akuakultur memiliki pertumbuhan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perikanan tangkap. Data KKP 2003
menunjukkan bahwa kontribusi akuakultur terhadap produksi nasional meningkat dari 18,05 persen pada 1999 menjadi 20,56 persen pada 2002.
Sebaliknya sumbangan perikanan tangkap menurun dari 81,95 persen pada 1999 menjadi sekitar 79,44 persen pada 2002. Ini memberi kesan
bahwa akuakultur ke depan akan memegang peran yang semakin penting, tetapi sudah barang tentu harus disertai dengan beberapa catatan
perbaikan kelemahan yang selama ini ditemukan. Permintaan dalam negeri dan dunia terhadap produk perikanan terus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran manusia akan manfaat ikan yang menyehatkan
dan mencerdaskan. Kemampuan produksi produk perikanan dari kegiatan perikanan tangkap pada tataran global maksimum sebesar 90 juta ton per
tahun FAO, 2004, dan nasional 6,4 juta ton per tahun. Kini kuantitas tangkapannya cenderung mengalami penurunan.
Dalam UU Perikanan No. 31 tahun 2004 juga para pelaku usaha perikanan dan sumberdaya manusia yang terkait di dalamnya harus selalu
memperhatikan konservasi
sumberdaya ikan
di perairan.
Konservasi sumberdaya ikan dapat didefinisikan sebagai upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk
ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.
49