0.2 0.4 0.6 0.45 0.46 S 0.55 0.51 0.42 Percobaan Rumah Kaca II

77 terjadi pada tanah yang dilindi menggunakan air gambut 47,13 gpot dan air hujan 45,17 gpot dibandingkan dengan tanah yang dilindi menggunakan air payau 40,21 gpot. Jika dihubungkan dengan konsentrasi SO 4 2- pada tanah Gambar 21 keadaan ini sesuai, karena konsentrasi SO 4 2- tanah yang dilindi menggunakan air gambut 180 ppm dan hujan 220 ppm lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang dilindi menggunakan air payau 300 ppm. Kandungan Fe dan S pada Tanaman Padi Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fe dan S pada tanaman padi varietas Margasari hampir sama dengan kandungan ion tersebut pada tumbuhan purun tikus dan bulu babi. Keadaan ini disebabkan oleh induk padi varietas Margasari berasal dari padi lokal Siam Unus yang memiliki ketahanan tinggi terhadap keracunan besi. Hasil ini menunjukkan bahwa tanaman padi varietas Margasari juga dapat dimanfaatkan untuk mengangkut unsur Fe dan S pada tanah sulfat masam. Oleh karena itu, penggunaan jerami tanaman padi ini sebagai bahan pupuk perlu lebih berhati-hati karena kandungan Fe dan S dalam jaringan tanamannya tinggi.

0.1 0.2

0.3 0.4

0.5 0.6

Fe 0.49

0.52 0.45

0.42 0.46

0.41 S

0.54 0.55

0.43 0.51

0.53 0.42

H-A P-A G-A H-B P-B G-B Gambar 21. Kandungan Fe dan S pada akar dan batang tanaman padi varietas Margasari pada setiap sumber air pelindi H-A = air hujan-akar, P-A = air payau-akar, G-A = air gambut-akar, H-B = air hujan-batang, P- B = air payau-batang, dan G-B = air gambut-batang K a n d u n g a n F e d a n S 78 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai baerikut: 1. Pelindian menggunakan air payau dapat menyebabkan total konsentrasi Fe 2+ dan Fe-total pada air hasil lindian 2.887,77 ppm Fe 2+ dan 4.598,31 ppm Fe- total lebih besar dibandingkan dengan menggunakan air hujan 2.676,61 ppm Fe 2+ dan 4.444,34 ppm Fe-total dan air gambut 2.358,02 ppm Fe 2+ dan 3.798,51 ppm Fe-total. Namun, pelindian menggunakan air gambut dapat menyebabkan total konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian 12.628,83 ppm SO 4 2 lebih besar dibandingkan dengan air hujan 11.781,54 ppm SO 4 2- dan air payau 11.620,43 ppm SO 4 2- . 2. Tanah yang dilindi menggunakan air payau dapat menyebabkan konsentrasi Fe 2+ dan Fe-total tanah 1.010 ppm Fe 2+ dan 2.440 ppm Fe-total lebih kecil dibandingkan dengan air hujan 1.110 ppm Fe 2+ dan 2.390 ppm Fe-total dan air gambut 1.190 ppm Fe 2+ dan 2.480 ppm Fe-total. Sedangkan tanah yang dilindi menggunakan air gambut konsentrasi SO 4 2- tanah 180 ppm SO 4 2 lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan air payau 300 ppm SO 4 2 dan air hujan 220 ppm SO 4 2 . 3. Sumber air pelindi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi varietas Margasari, namun berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman dan hasil padi. Berat kering tanaman dan hasil padi pada tanah yang dilindi menggunakan air gambut 80,53 gtnm dan 47,13 gpot dan air hujan 75,66 gtnm dan 45,17 gpot lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilindi menggunakan air payau 69,21 gtnm dan 40,21 gpot. Daftar Pustaka Audebert, A. 2006. Diagnosisi of risk and approaches to iron toxicity management in lowland rice farming. p. 6-18. In. A. Audebert, L.T. Narteh, P. Kiepe, D. Millar and B. Beks Eds. Iron Toxicity in Rice-based Systems in West Africa. Africa Rice Center WARDA. Becker, M. and F. Ash. 2005. Iron toxicity in rice condition and management concept. Journal of Plant Nutrition and Soil Science 168:558-573. 79 Kollmeier, M., P. Dietrich, C.S. Bauer, W.J. Horst, and R. Hedrich. 2001. Aluminum activates a citrate permeable anion channel in the aluminum sensitive zone of the maize root apex. A comparison between an aluminum sensitive and an aluminum resistant cultivar. Plant Physiol. 126:397-410. Konstens, C. J. M., S. Suping, I B. Aribawa, and IPG. Widjaja Adhi. 1990. Chemical processes in acid sulphate soil in Pulau Petak, South and Central Kalimantan. p. 109-135. In. AARDLAWOO. Paper Workshop on Acid Sulphate Soils In The Humik Tropics. Bogor. Koesrini dan E. William. 2004. Ketahanan galur dan varietas padi terhadap cekaman kemasaman dan Fe di lahan pasang surut tanah sulfat masam. Buletin Agronomi 64:23-31. Moore, P. A. and Patrick, W. H. 1993. Metal avaulability and uptake by rice in acid sulphate soils. p. 205-224. In. Dent, D. K. and Van Mensvoort, M. E. F. ed. Selected Paper of the Ho Chi Minh City Symposium on Acid Sulphate Soils; Vietnam, March 1992. Rachim, A., K. Murtilaksono, A. Sastiono, dan Sudradjad. 2000. Peningkatan produktivitas tanah sulfat masam untuk budidaya tanaman palawija melalui pencucian dan penggunaan amelioran. Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi T. A. 1997-2000. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Subagjo. 2006. Lahan rawa pasang surut. p. 23-98. Dalam. Karakteristik dan pengelolaannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Widjaja Adhi, I. P. G., M. Al-Jabri, dan A. B. Siswanto. 1997. Pirit di dalam lahan gambut: Masalah, pencegahan, dan penanggulangannya. Makalah Seminar Sehari: Pirit, Masalah, dan Pemecahannya di Lahan Gambut. Jakarta. 16 September 1997. KEMAMPUAN BIOFILTER DAN SUMBER AIR INSITU DALAM MENURUNKAN KONSENTRASI Fe DAN SO 4 PADA AIR HASIL LINDIAN Abstrak Proses oksidasi dan reduksi pada tanah sulfat masam terjadi secara alami karena adanya pasang surut air dan pergantian musim. Proses ini akan menghasilkan ion-ion Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- yang larut bersama dengan air drainase dan pada konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh volume akar Luas Tumbuhan Biofilter = LTB serta jenis tumbuhan biofilter dan sumber air pelindi terhadap konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- pada air hasil lindian. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai faktor I adalah sumber air pelindi terdiri dari : 1 air hujan, 2 air payau, dan 3 air gambut, sedangkan faktor II adalah volume akar LTBpot serta jenis tumbuhan biofilter meliputi : 1 tanpa tumbuhan biofilter; 2 purun tikus dengan volume akar 35 cm 3 LTBpot 314 cm 2 ; 3 purun tikus dengan volume akar 25 cm 3 LTBpot 177 cm 2 ; 4 purun tikus dengan volume akar 15 cm 3 , LTBpot 78,6 cm 2 ; 5 bulu babi dengan volume akar 15 cm 3 LTBpot 314 cm 2 ; 6 bulu babi dengan volume akar 10 cm 3 LTBpot 177 cm 2 ; dan 7 bulu babi dengan volume akar 5 cm 3 LTBpot 78,6 cm 2 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan volume akar LTBpot tumbuhan purun tikus 78,6, 117, dan 314 cm 2 pot dan bulu babi 78,6, 117, dan 314 cm 2 pot akan meningkatkan kemampuan tumbuhan tersebut menurunkan rata-rata konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- masing-masing: tumbuhan purun tikus 5,03, 7,04, dan 8,88 ppm Fe 2+ ; 6,09, 7,80, dan 9,73 ppm Fe-total; dan 6,78, 15,37, dan 18,79 ppm SO 4 2- dan bulu babi 1,95, 4,44, dan 5,99 ppm Fe 2+ ; 3,16, 5,25, dan 6,77 ppm Fe-total; dan 6,33, 11,50, dan 15,34 ppm SO 4 2- . Air gambut dan tumbuhan purun tikus dengan volome akar LTBpot 314 cm 2 mampu menurunkan konsentrasi Fe 2+ dan Fe- total pada air hasil lindian terbesar 12,21ppm Fe 2+ dan 13,14 ppm Fe-total. Sedangkan air payau dan tumbuhan purun tikus dengan volome akar LTBpot 314 cm 2 mampu menurunkan konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian terbesar 23,05 ppm. Kata kunci: Air hasil lindian, biofilter, sumber air insitu 81 Pendahuluan Reklamasi lahan rawa pasang surut dimulai dengan membangun saluran- saluran drainase berdimensi besar. Sebagai contoh, sistem drainase garpu yang diterapkan di Kalimantan Selatan memiliki panjang saluran primer 1-2 km yang bercabang menjadi dua saluran sekunder dengan panjang 8-12 km. Jarak antara dua saluran sekunder mencapai 3-4 km dan pada setiap saluran sekunder dilengkapi dengan saluran tersier yang berjarak 200 m. Di sepanjang saluran tersier tumbuh gulma purun tikus Eliocharis dulcis, sehingga terkesan saluran tidak terpelihara. Namun, hasil survei kearifan lokal yang dilakukan oleh Noorginayuwati et al. 2002 di lahan pasang surut tanah sulfat masam menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus yang tumbuh di saluran tersier berpengaruh terhadap peningkatan hasil padi di lahan sawah. Hasil penelitian Balittra 2003 menunjukkan bahwa dari beberapa jenis gulma yang tumbuh dan mampu menyerap Fe dan S di tanah sulfat masam adalah tumbuhan purun tikus. Tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai vegetasi indikator di tanah sulfat masam karena mampu tumbuh pada kisaran pH 2,5-3,5 Noor, 2004. Air drainase di lahan pasang surut tanah sulfat masam, terutama pada awal musim hujan mengadung ion-ion SO 4 2- , Fe 3+ , Al 3+ , dan Fe 2+ yang tinggi. Agar tidak terjadi pencemaran lingkungan, maka air drainase tersebut sebaiknya dinetralisir dengan tumbuhan biofilter yang terdiri dari tumbuhan purun tikus dan bulu babi Eleocharis retroflaxa dengan volome akar rasio luas tertentu. Mulyanto et al. 1998 menyatakan bahwa tumbuhan purun tikus dapat dijadikan tumbuhan biofilter karena mengandung ion-ion Fe dan S masing-masing: 273,4 dan 4.500 ppm. Sedangkan Anwar 2006 menyatakan bahwa selain tumbuhan purun tikus, rumput bulu babi mengandung unsur-unsur Fe dan S masing- masing: 884 dan 340 ppm. Air gambut memiliki kelebihan dibandingkan dengan air tawar karena mengandung asam-asam organik yang terlarut. Bourbonniere dan Creed 2006 menyatakan bahwa asam humat dan fulvat yang ada pada air gambut dapat menyumbangkan muatan negatif tanah dan berfungsi sebagai koloid organik. Asam humat dan fulvat berturut-turut memiliki muatan negatif rata-rata 670 dan 1.030 me 100 g -1 . Gugus fenolat dan karboksilat dari asam fulvat membentuk semacam cakar yang dapat membentuk kelat dengan aluminium Al dan besi 82 Fe. Senyawa padatan dan larutan dari asam fulvat dengan Al atau Fe dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat kelarutan Al dan Fe. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh volume akar LTBpot serta jenis tumbuhan biofilter dan sumber air pelindi terhadap konsentrasi Fe 2+ , Fe-total dan SO 4 2- pada air hasil lindian. Metode Kegiatan penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru, Kalimantan Selatan dari Oktober 2009 hingga Mei 2010. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilaksanakan di laboratorium. Selama penelitian dilakukan dua kali penanaman tumbuhan biofilter, pertanaman I penelitian rumah kaca I dilakukan selama delapan minggu dan pertanaman II penelitian rumah kaca II dilakukan selama tiga belas minggu. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai faktor I adalah sumber air pelindi terdiri dari: : 1 air hujan, 2 air payau, dan 3 air gambut, sedangkan faktor II adalah volume akar LTBpot serta jenis tumbuhan biofilter meliputi : 1 tanpa tumbuhan biofilter; 2 purun tikus dengan volume akar 35 cm 3 LTBpot 314 cm 2 ; 3 purun tikus dengan volume akar 25 cm 3 LTBpot 177 cm 2 ; 4 purun tikus dengan volume akar 15 cm 3 , LTBpot 78,6 cm 2 ; 5 bulu babi dengan volume akar 15 cm 3 LTBpot 314 cm 2 ; 6 bulu babi dengan volume akar 10 cm 3 LTBpot 177 cm 2 ; dan 7 bulu babi dengan volume akar 5 cm 3 LTBpot 78,6 cm 2 . Tumbuhan biofilter purun tikus dan bulu babi ditanam pada media pasir yang diberi air yang berasal dari tempat tumbuhnya di lapang. Tanah sulfat masam diambil dari kedalaman 85-125 cm yang merupakan bahan sulfidik dengan kandungan pirit sebesar 3,8 , diangkat ke atas sehingga mengalami oksidasi. Tanah dikering-anginkan, dipecah-pecah, ditumbuk, dan diayak dengan saringan berukuran 5 mm selanjutnya dimasukkan ke dalam pot berukuran 30 X 26 X 24 cm 3 seberat 12,75 kgpot berat tanah kering oven. Volume air hujan, air payau, dan air gambut yang digunakan untuk melindi tanah sulfat masam setara dengan curah hujan 25 mmhari. Jumlah air yang diperlukan untuk pelindian pertanaman I tanpa tanaman padi adalah 25 x 83 78.000 mm 2 luas pot = 1.950.000 mm 3 atau 1.950 mlpot setiap 24 jam ditambah evaporasi rata-rata sebesar 100 ml perhari. Pelindian dilakukan dua kali selama 24 jam berarti jumlah air pelindi yang diperlukan adalah 1.025 mlpot 1 literpot setiap 12 jam. Ukuran pot tampungan air hasil lindian berdiameter 15 cm, sedang pot untuk menanam tumbuhan biofilter berdiameter 15, 20 dan 25 cm. Konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- diukur pada air hasil lindian yang masuk ke dalam pot tumbuhan biofilter pada pagi hari dan keluar dari pot tersebut pada sore hari. Selisih antara konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- yang masuk ke dalam pot tumbuhan biofilter dengan konsentrasi ion-ion tersebut yang keluar dari pot tumbuhan biofilter merupakan kemampuan tumbuhan biofilter menurunkan konsentrasi ion-ion tersebut pada air hasil lindian. Volume akar tumbuhan biofilter diperoleh dari akar tumbuhan purun tikus dan bulu babi di dalam lingkaran kawat berdiameter 15 cm dengan luas 177 cm 2 , setelah dibersihkan dimasukkan kedalam gelas ukur berisi air. Selisih volume air pada gelas ukur sebelum dan setelah dimasukkan akar tumbuhan biofilter adalah volume akar tumbuhan biofilter. Melalui pengukuran tersebut diperoleh volume akar tumbuhan purun tikus 25 ml dan bulu babi 10 ml. Setelah dilakukan pelindian menggunakan air hujan, air payau, dan air gambut selama delapan minggu, tumbuhan purun tikus dan bulu babi pada pertanaman I dipanen. Pot diisi kembali dengan pasir kemudian ditanami tumbuhan purun tikus dan bulu babi sebagai pertanaman II. Perlakuan yang diberikan sama dengan pada penelitian sebelumnya, namun pot yang berisi tanah yang telah dilindi selama delapan minggu ditanami padi. Volume air hujan, air payau, dan air gambut yang digunakan untuk melindi tanah ini sama dengan sebelumnya 1.950 mlpot setiap 24 jam ditambah evapotranspirasi rata-rata sebesar 350 ml per hari. Pelindian dilakukan dua kali selama 24 jam sehingga jumlah air pelindi yang diperlukan adalah 1.150 mlpot 1,2 literpot setiap 12 jam. Parameter yang diamati meliputi: 1 konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- pada air hasil lindian yang masuk ke dalam pot tumbuhan biofilter; 2 konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- pada air hasil lindian yang keluar dari pot 84 tumbuhan biofilter; dan 3 konsentrasi Fe dan S pada akar dan batang tumbuhan biofilter. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- pada air hasil lindian dilakukan analisis ragam. Jika hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan yang signifikan, maka dilakukan uji lanjutan menggunaka Uji Jarak Ganda Duncan. Selanjutnya, untuk melihat hubungan antara selisih konsentrasi Fe 2+ , Fe-total, dan SO 4 2- pada air lindian yang masuk dan keluar dari pot tumbuhan biofilter dengan waktu pengukuran dilakukan analisis regresi. Hasil dan Pembahasan Kemampuan Biofilter dan Sumber Air Pelindi Menurunkan Konsentrasi Fe 2+ pada Air Hasil Lindian Tumbuhan purun tikus dan bulu babi yang ditanam pada pertanaman I berada kondisi kritis karena pada minggu I hingga minggu III pelindian tumbuhan biofilter tersebut tidak mampu tumbuh. Tumbuhan biofilter baru dapat tumbuh setelah minggu IV pelindian, saat itu konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian 164,62 ppm. Apabila konsentrasi Fe 2+ pada air lindian lebih besar dari nilai di atas, maka tumbuhan biofilter tidak mampu tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume akar LTBpot berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian baik pada pertanaman I Tabel 18 maupun pertanaman II Tabel 19. Selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot berisi pasir kontrol sangat kecil berkisar antara 0,06 hingga 0,09 ppm. Keadaan ini menunjukkan bahwa konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang terjerap pada media tumbuh pasir kecil. Kemampuan volume akar LTBpot menurunkan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian meningkat sejalan dengan semakin besarnya volume akar LTBpot. Hal ini disebabkan oleh semakin besar volume akar LTBpot, populasi tumbuhan dan perakarannya semakin besar, sehingga kemampuan akar menyerap ion Fe 2+ pada air hasil lindian lebih besar. Akibatnya penurunan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian lebih besar. Tumbuhan purun tikus dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut pada minggu VII mampu menurunkan rata-rata konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian 12,54 ppm lebih besar dibandingkan 85 dengan bulu babi 7,89 ppm. Keadaan ini disebabkan oleh perbedaan vigur tumbuhan purun tikus yang lebih besar dibandingkan dengan bulu babi. Kemampuan biofilter maksimum menurunkan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian terjadi pada umur tujuh minggu. Pada umur tumbuhan lebih dari tujuh minggu, pertumbuhan tumbuhan biofilter mulai menurun sehingga kemampuan- nya menyerap Fe 2+ menurun. Tabel 18. Pengaruh volume akar LTBpot serta jenis biofilter dan sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman I Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu IV Perlakuan Kontrol P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 Rataan S S 1 0,06 5,82 3,43 2,13 3,29 1,27 0,29 2,33 a S 2 0,05 4,48 2,10 1,07 3,15 1,65 0,51 1,86 a S 3 0,07 4,47 2,21 0,85 3,21 2,41 0,80 2,00 a Rataan Bio 0,06 a 4,92 d 2,58 bc 1,35 ab 3,22 c 1,78 b 0,53 a Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu V S 1 0,07 6,82 4,99 2,12 2,74 1,31 1,36 2,77 ab S 2 0,06 6,67 5,51 2,68 4,06 2,87 1,51 3,34 b S 3 0,08 6,87 5,13 1,43 2,80 1,48 0,52 2,62 a Rataan Bio 0,07 a 6,79 f 5,21 e 2,08 c 3,20 d 1,89 c 1,13 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu VI S 1 0,08 6,33 4,76 2,70 2,26 1,40 0,66 2,60 a S 2 0,08 6,73 4,99 3,69 1,43 1,41 0,63 2,71 a S 3 0,08 6,36 4,74 3,08 0,85 0,47 0,91 2,36 a Rataan Bio 0,08 a 6,58 f 4,83 e 3,16 d 1,51 c 1,09 bc 0,73 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu VII S 1 0,08 6,60 3,99 2,05 - - - 3,18 a S 2 0,08 6,50 4,93 2,02 - - - 3,38 a S 3 0,08 6,65 4,12 1,97 - - - 3,21 a Rataan Bio 0,08 a 6,58 d 4,35 c 2,01 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu VIII S 1 0,08 5,69 4,26 1,87 - - - 2,98 a S 2 0,09 5,30 3,00 1,40 - - - 2,45 a S 3 0,09 5,98 3,77 1,17 - - - 2,75 a Rataan Bio 0,09 a 5,66 d 3,68 c 1,48 b Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf α = 0,05. S 1 = air hujan, S 2 = air payau, S 3 = air gambut, P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot, dan Bio =Biofilter. 86 Tabel 19. Pengaruh volume akar LTBpot serta jenis biofilter dan sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu I Perlakuan Kontrol P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 Rataan S S 1 0,02 6,00 3,94 1,15 4,82 3,22 0,78 2,85 ab S 2 0,03 5,73 4,77 2,58 5,61 3,80 0,35 3,27 b S 3 0,03 5,80 3,90 0,41 4,22 2,08 0,29 2,39 a Rataan Bio 0,03 a 5,84 e 4,20 cd 1,38 b 4,88 cd 3,03 c 0,47 ab Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu II S 1 0,05 7,33 6,29 3,23 4,79 2,80 0,65 3,59 a S 2 0,05 6,87 5,01 3,25 6,40 4,78 0,36 3,82 a S 3 0,05 7,45 4,25 2,11 6,14 3,53 0,89 3,49 a Rataan Bio 0,05 a 7,22 d 5,18 c 2,86 b 5,78 c 3,70 b 0,63 a Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu III S 1 0,07 7,44 6,74 3,73 4,77 2,61 0,88 3,75 a S 2 0,06 7,52 4,79 2,46 5,76 3,10 0,98 3,54 a S 3 0,06 7,03 5,05 3,20 6,15 4,38 0,68 3,80 a Rataan Bio 0,06 a 7,36 d 5,53 c 3,13 b 5,56 c 3,36 b 0,85 a Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu V S 1 0,07 10,24 8,78 6,06 5,72 4,21 1,88 5,28 a S 2 0,07 10,62 9,03 8,03 7,24 5,86 3,09 6,28 b S 3 0,08 10,94 9,38 7,26 6,66 5,72 2,25 6,05 ab Rataan Bio 0,07 a 10,60 f 9,06 e 7,12 d 6,54 d 5,26 c 2,41 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu VII S 1 0,08 12,16 10,39 7,55 7,98 6,51 3,32 6,86 a S 2 0,08 12,63 9,82 7,68 7,77 6,10 3,15 6,75 a S 3 0,09 12,83 9,53 8,22 7,93 6,91 3,59 7,01 a Rataan Bio 0,08 a 12,54 f 9,91 e 7,82 d 7,89 d 6,51 c 3,35 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu IX S 1 0,09 12,20 10,12 7,63 8,33 6,38 3,22 6,85 a S 2 0,09 12,37 9,92 7,70 8,26 7,32 2,32 6,85 a S 3 0,09 12,79 10,35 8,15 8,06 6,88 3,00 7,05 a Rataan Bio 0,09 a 12,45 f 10,13 e 7,83 d 8,22 d 6,86 c 2,85 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu XI S 1 0,09 8,81 6,90 4,91 5,01 4,36 2,72 4,68 a S 2 0,09 9,06 6,75 5,36 4,51 3,80 2,84 4,63 a S 3 0,09 8,88 6,08 5,28 4,69 3,85 2,76 4,52 a Rataan Bio 0,09 a 8,92 f 6,58 e 5,18 d 4,74 cd 4,00 c 2,77 b Konsentrasi Fe 2+ ppm Minggu XIII S 1 0,10 6,03 5,91 4,71 4,07 2,65 2,07 3,65 a S 2 0,09 6,07 5,64 4,71 4,11 2,85 2,32 3,68 a S 3 0,09 6,24 5,63 5,09 4,82 2,94 2,45 3,90 a Rataan Bio 0,09 a 6,11 e 5,73 de 4,84 cd 4,33 c 2,81 b 2,28 b Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf α = 0,05. S 1 = air hujan, S 2 = air payau, S 3 = air gambut, P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot, dan Bio = Biofilter. 87 Memasuki minggu VII tumbuhan bulu babi yang ditanam pada pertanaman I mati, karena pada minggu V konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian mencapai 162,60 ppm. Akibatnya pada minggu VI tumbuhan bulu babi mulai layu, mengering dan minggu VII mati. Berbeda dengan tumbuhan purun tikus yang masih bisa bertahan hidup. Smith 2002 menyatakan bahwa tumbuhan purun tikus Eleocharis dulcis merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di daerah rawa atau paya. Pada dinding sel akar dan batang tumbuhan tersebut banyak mengandung senyawa fenolat. March 2007 menyatakan bahwa senyawa fenolat dalam kimia organik dikelaskan ke dalam senyawa kimia yang terdiri dari kelompok hidroksil OH - yang langsung berikatan dengan kelompok hidrokarbon aromatik. Gugus-gugus hidroksil ini dapat mengikat ion Fe, sehingga tumbuhan ini memiliki toleransi tinggi terhadap Fe. Sumber air pelindi hanya berpengaruh terhadap konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian minggu V untuk pertanaman I. Selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian terbesar 3,34 ppm terjadi pada tanah yang dilindi menggunakan air payau. Keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya kompleks antara anion SO 4 2- dan Cl - pada air payau dengan Fe 2+ , sehingga konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang keluar dari pot tumbuhan biofilter lebih kecil dan selisih konsentrasi ion tersebut menjadi lebih besar. Selanjutnya pada pertanaman II sumber air pelindi hanya berpengaruh terhadap konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian minggu I dan V. Selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian terbesar 3,27 dan 6,28 ppm juga terjadi pada tanah yang dilindi menggunakan air payau. Tabel 20 menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut menunjukkan koefisien regresi X terbesar 2,668 dan koefisien regresi X 2 negatif terbesar -0,183. Hal ini berarti bahwa tumbuhan purun tikus dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut mampu menurunkan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian terbesar 12,21 ppm. Sedangkan tumbuhan bulu babi dengan volome akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut menunjukkan nilai koefisien regresi X terbesar 1,877 dan koefisien regresi X 2 negatif terbesar -0,129. Artinya, tumbuhan bulu babi dengan volome akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut mampu menurunkan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian terbesar 7,14 ppm. Keadaan ini disebabkan oleh 88 terbentuknya kelat antara ion Fe 2+ dengan asam-asam organik pada air gambut, sehingga konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian menurun dan selisih konsentrasi Fe 2+ yang masuk dan keluar dari pot tumbuhan biofilter menjadi lebih besar. Tabel 20. Persamaan regresi hubungan antara selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LTBpot dan sumber air pelindi LTB cm 2 pot Sumber Air Pelindi Hujan Payau Gambut P-314 y = -0,164x 2 + 2,384x + 3,030 R² = 0,905 y = -0,180x 2 + 2,637x + 2,408 R² = 0,929 y = -0,183x 2 + 2,668x + 2,482 R² = 0,885 P-177 y = -0,142x 2 + 2,105x + 2,130 R² = 0,920 y = -0,133x 2 + 2,007x + 1,802 R² = 0,808 y = -0,151x 2 + 2,295x + 0,839 R² = 0,828 P-78,6 y = -0,122x 2 + 1,956x – 0,580 R² = 0,923 y = -0,123x 2 + 1,947x – 0,091 R² = 0,770 y = -0,154x 2 + 2,508x – 2,165 R² = 0,929 B-314 y = -0,088x 2 + 1,264x + 2,726 R² = 0,641 y = -0,084x 2 + 1,055x + 4,300 R² = 0,716 y = -0,094x 2 + 1,153x + 3,609 R² = 0,719 B-177 y = -0,087x 2 + 1,190x + 2,107 R² = 0,598 y = -0,087x 2 + 1,190x + 2,107 R² = 0,598 y = -0,129x 2 + 1,877x + 0,151 R² = 0,849 B-78,6 y = -0,073x 2 + 1,150x – 0,831 R² = 0,663 y = -0,057x 2 + 1,000x – 1,019 R² = 0,921 y = -0,047x 2 + 0,867x – 0,792 R² = 0,893 Keterangan : P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot. Hubungan antara selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot tumbuhan biofilter dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LTBpot dan sumber air pelindi pada penanaman II diperlihatkan pada Gambar 22. Gambar ini menunjukkan bahwa kemampuan tumbuhan biofilter menurunkan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Berdasarkan persamaan regresi, kemampuan maksimum tumbuhan purun tikus dan bulu babi dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut menurunkan konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian dicapai pada umur tumbuhan tujuh minggu 12,83 dan 7,93 ppm. Setelah melewati umur tersebut kemampuan kedua tumbuhan tersebut menurunkan kon- 89 Gambar 22. Hubungan antara selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LTBpot dan sumber air pelindi H-PT = air hujan-purun tikus; P-PT = air payau-purun tikus; G-PT = air gambut-purun tikus; H-BB = air hujan-bulu babi; P-BB = air payau-bulu babi; G-BB = air gambut-bulu babi; , ------ = LTBpot 314 cm 2 ; ,  = LTBpot 177 cm 2 ; dan , − − = LTBpot 78,6 cm 2 90 sentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian menurun. Keadaan ini disebabkan oleh pertumbuhan tumbuhan biofilter telah menurun, sehingga kemampuannya menyerap Fe 2+ menurun. Kemampuan Biofilter dan Sumber Air Pelindi Menurunkan Konsentrasi Fe- total pada Air Hasil Lindian Tumbuhan purun tikus dan bulu babi tidak mampu tumbuh pada pertanaman I minggu I hingga minggu III pelindian. Keadaan ini disebabkan oleh konsen- trasi Fe-total pada air hasil lindian lebih besar dari 214,87 ppm. Tumbuhan ini baru dapat tumbuh pada minggu IV pelindian, saat itu konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian 214,87 ppm. Pada pertanaman I dan II terjadi pengaruh interaksi antara volume akar LTBpot dengan sumber air pelindi dalam menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian. Hal ini menunjukkan terjadinya perubahan kemampuan volume akar LTBpot dan sumber air pelindi menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian. Perubahan kemampuan ini disebabkan oleh terjadinya perubahan konsentrasi kation dan anion pada sumber air pelindi dan kemampuan akar tumbuhan biofilter menyerap ion Fe-total. Kemampuan tumbuhan biofilter menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian semakin besar dengan semakin bertambahnya volume akar LTBpot dan umur tumbuhan biofilter Tabel 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 umur tujuh minggu mampu menurunkan rata-rata konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian 13,25 ppm lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan bulu babi 8,35 ppm. Anwar 2006 menyatakan bahwa umur tumbuhan purun tikus dan bulu babi berpengaruh terhadap kemampuannya menyerap Fe-total. Tumbuhan purun tikus muda, dewasa, dan tua menyerap Fe- total masing-masing 1.560, 518, dan 165 ppm. Sedangkan tumbuhan bulu babi muda, dewasa dan tua menyerap Fe-total masing-masing 884, 877, dan 873 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa hingga umur tertentu dalam penelitian ini umur tujuh minggu tumbuhan purun tikus dan bulu babi menunjukkan kemampuan maksimum menyerap Fe-total. 91 Sumber air pelindi berpengaruh terhadap konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian minggu IV, V, dan VI, pada pertanaman I Tabel 21 serta minggu I, III dan V pada pertanaman II Tabel 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu V air payau dapat menyebabkan selisih kensentrasi Fe-total pada air hasillindian 7,21 ppm tidak berbeda nyata dengan air gambut 7,04 ppm, tetapi nyata lebih besar dibandingkan dengan air hujan 6,04 ppm. Keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya kompleks antara anion SO 4 2- dan Cl - pada air payau dan SO 4 2- serta asam-asam organik pada air gambut dengan Fe-total yang terjerap pada permukaan koloid tanah yang larut pada air hasil lindian, sehingga konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian yang keluar dari pot tumbuhan biofilter lebih kecil dan selisih konsentrasinya menjadi lebih besar. Tabel 21. Pengaruh volume akar LTBpot serta jenis biofilter dansumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman I Konsentrasi Fe-total ppm Minggu IV Perlakuan Kontrol P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 S 1 0,10 a a 6,83 be 4,47 abd 3,03 bc 3,97 ad 1,73 ab 1,10 abb S 2 0,09 a a 6,20 abd 4,98 bc 2,57 abb 4,27 ac 2,93 bb 2,30 bb S 3 0,09 a a 5,43ae 4,13 ad 1,33 ab 3,87 ad 2,93 bc 0,97 ab Konsentrasi Fe-total ppm Minggu V S 1 0,09 aa 7,27 ae 5,63 ad 4,07 bc 3,33 a c 1,80 ab 1,17 ab S 2 0,09 aa 7,30 af 5,93 ae 3,03 abc 4,60 bd 3,47 bc 2,57 bb S 3 0,11 aa 7,30 ae 5,87 ad 3,10 ab 4,97 bc 2,77 bb 2,33 bb Konsentrasi Fe-total ppm Minggu VI S 1 0,10 aa 7,57 bf 5,30 ae 4,27 ad 3,75 abd 2,35 abc 1,63 ab S 2 0,10 aa 7,33 abf 5,67 ae 4,27 ad 4,45 bd 3,45 bc 1,45 ab S 3 0,11 aa 6,95 ae 5,17 ad 4,65 bd 3,62 ac 2,13 ab 1,92 ab Konsentrasi Fe-total ppm Minggu VII Rataan S S 1 0,12 7,40 5,83 3,17 - - - 4,13 a S 2 0,11 7,35 5,37 3,50 - - - 4,09 a S 3 0,11 7,67 4,63 2,80 - - - 380 a Rataan Bio 0,11 a 7,47 d 5,28 c 3,16 b Konsentrasi Fe-total ppm Minggu VIII S 1 0,12 6,60 4,67 2,30 - - - 3,42 a S 2 0,12 6,43 4,93 2,07 - - - 3,39 a S 3 0,12 6,83 5,10 2,33 - - - 3,59 a Rataan Bio 0,12 a 6,62 d 4,90 c 2,23 b Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf α = 0,05. Huruf dalam tanda dibaca arah horizontal dan huruf tanpa tanda dibaca arah vertikal. S 1 = air hujan, S 2 = air payau, S 3 = air gambut, P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot, dan Bio = Biofilter. 92 Tabel 22. Pengaruh volume akar LTBpot serta jenis biofilter dan sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II Konsentrasi Fe-total ppm Minggu I Perlakuan Kontrol P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 Rataan S S 1 0,07 6,90 5,17 3,97 6,43 4,60 1,07 4,03 ab S 2 0,07 7,10 5,63 4,13 7,00 5,20 1,33 4,36 b S 3 0,06 6,47 5,30 4,23 5,87 3,37 0,93 3,75 a Rataan Bio 0,07 a 6,82 c 5,37 bc 4,11 b 6,43 c 4,39 b 1,11 a Konsentrasi Fe-total ppm Minggu II S 1 0,08 8,20 7,30 3,87 5,67 3,70 1,37 4,31 a S 2 0,08 7,70 5,80 4,30 7,43 5,83 1,37 4,65 a S 3 0,08 8,43 5,23 3,03 6,90 4,17 1,67 4,22 a Rataan Bio 0,08 a 8,11 e 6,11 d 3,73 c 6,67 d 4,57 c 1,47 b Konsentrasi Fe-total ppm Minggu III S 1 0,09 aa 8,30 ae 7,27 be 4,23 bd 5,13 ad 3,40 ac 1,40 ab S 2 0,10 aa 8,23 af 5,33 ad 3,03 ac 6,87 be 4,00 abc 1,60 ab S 3 0,09 aa 8,20 ae 5,97 ad 4,13 bc 7,53 be 5,80 bd 1,43 ab Konsentrasi Fe-total ppm Minggu V S 1 0,10 11,53 9,30 6,80 6,47 5,30 2,77 6,04 a S 2 0,11 11,83 10,10 9,00 8,10 7,10 4,23 7,21 b S 3 0,11 12,10 10.17 8,97 7,97 6,93 3.03 7,04 b Rataan Bio 0,11 a 11,82 f 9,86 e 8,26 d 7,51 d 6,44 c 3,34 b Konsentrasi Fe-total ppm Minggu VII S 1 0,12 12,97 10,60 8,00 8,13 6,83 3,80 7,21 a S 2 0,11 13,20 10,53 9,20 8,63 7,30 4,27 7,61 a S 3 0,12 13,57 10,73 9,20 8,30 7,27 3,73 7,56 a Rataan Bio 0,12 a 13,25 f 10,62 e 8,80 d 8,35 d 7,13 c 3,93 b Konsentrasi Fe-total ppm Minggu IX S 1 0,12 12,90 10,77 8,17 8,50 6,83 3,77 7,29 a S 2 0,12 13,07 10,37 9,33 8,80 7,70 4,07 7,64 a S 3 0,13 13,43 10,93 8,97 8,97 7,43 3,80 7,66 a Rataan Bio 0,12 a 13,13 f 10,69 e 8,82 d 8,76 d 7,32 c 3,88 b Konsentrasi Fe-total ppm Minggu XI S 1 0,13 9,57 7,53 5,47 5,63 3,85 3,33 5,08 a S 2 0,12 9,95 7,70 5,71 4,96 4,18 3,26 5,13 a S 3 0,13 9,87 7,02 5,82 5,21 4,36 3,16 5,08 a Rataan Bio 0,13 a 9,80 e 7,42 d 5,67 c 5,27 c 4,13 b 3,25 b Konsentrasi Fe-total ppm Minggu XIII S 1 0,13 6,76 6,31 5,99 4,69 3,58 2,27 4,24 a S 2 0,13 6,24 6,10 5,28 4,35 3,81 2,71 4,09 a S 3 0,13 6,95 5,91 5,33 4,98 3,51 2,95 4,25 a Rataan Bio 0,13 a 6,65 f 6,11 ef 5,53 e 4,67 d 3,63 c 2,64 b Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf α = 0,05. Huruf dalam tanda dibaca arah horizontal dan huruf tanpa tanda dibaca arah vertikal. S 1 = air hujan, S 2 = air payau, S 3 = air gambut, P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot, dan Bio = Biofilter. 93 Memasuki minggu VII pelindian tumbuhan biofilter bulu babi pada pertanaman I mati, hasil pengukuran konsentrasi Fe-total pada minggu V naik mencapai 275,00 ppm. Akibatnya tumbuhan bulu babi layu, mengering dan mati pada minggu VII. Tabel 23 menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus dengan volome akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut menunjukkan nilai koefisien regresi X terbesar 2,708 dan koefisien regresi X 2 negatif terbesar -0,187. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses pelindian selisih konsentrasi Fe-total terbesar 13,14 ppm terjadi pada tumbuhan purun tikus dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut. Keadaan yang sama terjadi pada tumbuhan bulu babi, volome akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut menunjukkan nilai koefisien regresi X terbesar 1,112 dan koefisien regresi X 2 negatif terbesar -0,187. Selisih konsentrasi Fe-total terbesar 8,47 ppm terjadi pada tumbuhan bulu babi Tabel 23. Persamaan regresi hubungan antara selisih konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LTBpot dan sumber air pelindi LTB cm 2 pot Sumber Air Pelindi Hujan Payau Gambut P-314 y = -0,168x 2 + 2,411x + 3,920 R² = 0,916 y = -0,183x 2 + 2,612x + 3,508 R² = 0,912 y = -0,187x 2 + 2,708x + 3,341 R² = 0,921 P-177 y = -0,130x 2 + 1,897x + 3,426 R² = 0,902 y = -0,135x 2 + 2,022x + 2,570 R² = 0,796 y = -0,151x 2 + 2,280x + 1,568 R² = 0,709 P-78,6 y = -0,083x 2 + 1,365x + 1,899 R² = 0,771 y = -0,134x 2 + 2,048x + 0,887 R² = 0,682 y = -0,158x 2 + 2,463x - 0,624 R² = 0,871 B-314 y = -0,066x 2 + 0,906x + 4,381 R² = 0,479 y = -0,083x 2 + 0,964x + 5,662 R² = 0,766 y = -0,087x 2 + 1,112x + 4,915 R² = 0,778 B-177 y = -0,071x 2 + 1,003x + 2,439 R² = 0,510 y = -0,081x 2 + 1,064x + 3,539 R² = 0,557 y = -0,114x 2 + 1,588x + 1,815 R² = 0,908 B-78,6 y = -0,051x 2 + 0,877x – 0,165 R² = 0,915 y = -0,067x 2 + 1,082x – 0,203 R² = 0,850 y = -0,046x 2 + 0,821x + 0,001 R² = 0,925 Keterangan : P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot. 94 dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut. Keadaan ini disebabkan oleh adanya asam-asam organik pada air gambut yang dapat membentuk kelat dengan ion Fe-total, dengan demikian konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian turun dan selisih konsentrasi Fe-total yang masuk dan keluar pot tumbuhan biofilter lebih besar. Gambar 23 memperlihatkan bahwa kemampuan tumbuhan biofilter menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian meningkat sejalan dengan bertambahnya volume akar LTBpot. Persamaan regresi untuk tumbuhan purun tikus dan bulu babi umur tujuh minggu pada volume akar LTBpot 314 cm 2 dan air gambut maksimum menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian 13,14 dan 8,47 ppm. Kemampuan tumbuhan biofilter menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian menurun setelah melewati umur tersebut. Keadaan ini disebabkan oleh pertumbuhan tumbuhan biofilter telah melewati fase vegetatif maksimum, sehingga kemampuannya menyerap Fe-total menurun. 95 Gambar 23. Hubungan antara selisih konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LTBpot dan sumber air pelindi H-PT = air hujan-purun tikus; P-PT = air payau-purun tikus; G-PT = air gambut-purun tikus; H-BB = air hujan-bulu babi; P-BB = air payau-bulu babi; G-BB = air gambut-bulu babi; , ------ = LTBpot 314 cm 2 ; ,  = LTBpot 177 cm 2 ; dan , − − = LTBpot 78,6 cm 2 96 Kemampuan Biofilter dan Sumber Air Pelindi Menurunkan Konsentrasi SO 4 2- pada Air Hasil Lindian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus dan bulu babi yang ditanam pada pertanaman I tidak dapat tumbuh sampai minggu III pelindian. Keadaan ini disebabkan oleh konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian lebih besar dari 503,44 ppm. Tumbuhan biofilter baru dapat tumbuh pada minggu IV, setelah konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian 503,44 ppm. Kemampuan volume akar LTBpot dalam menurunkan konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian meningkat sejalan dengan bertambah besarnya volume akar LTBpot Tabel 24 dan 25. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin besar volume akar LTBpot tumbuhan purun tikus 78,6, 117, dan 314 cm 2 pot dan bulu babi 78,6, 117, dan 314 cm 2 pot, maka kemampuan tumbuhan tersebut menurunkan rata-rata konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian meningkat 6,78, 15,37, dan 18,79 ppm SO 4 2- dan 6,33, 11,50, dan 15,34 ppm SO 4 2- . Tumbuhan purun tikus dengan volume akar LTBpot 314 cm 2 umur tujuh minggu mampu menurunkan rata-rata konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian 20,21ppm lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan bulu babi 18,68 ppm pada pertanaman II. Pengaruh sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian untuk pertanaman I minggu VI menunjukkan bahwa air hujan dapat menyebabkan selisih konsentrasi SO 4 2- 9,45 ppm tidak berbeda nyata dengan air gambut 7,66 ppm, tetapi nyata lebih besar dari air payau 6,26 ppm. Sedangkan pada minggu VIII terjadi perubahan menjadi air gambut 8,77 ppm tidak berbeda nyata dengan air payau 7,13 ppm, namun nyata lebih besar dibandingkan dengan air hujan 6,13 ppm. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan konsentrasi anion Cl - pada air payau dan asam-asam organik pada air gambut. Konsentrasi anion- anion ini berpengaruh terhadap kemampuan pertukaran anion antara anion Cl - pada air payau dan asam-asam organik pada air gambut dengan ion SO 4 2- yang terjerap pada ion logam di permukaan koloid yang larut pada air hasil lindian. Akibatnya konsentrasi ion SO 4 2- pada air hasil lindian dapat berubah-ubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan bulu babi pada pertanaman I minggi VII mati. Keadaan ini disebabkan oleh konsentrasi SO 4 2- pada air lindian 97 lebih besar dari 738,02 ppm. Tumbuhan bulu babi baru dapat tumbuh jika konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian 738,02 ppm. Tabel 24. Pengaruh volume akar LTBpot serta jenis biofilter dansumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman I Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu IV Perlakuan Kontrol P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 Rataan S S 1 0,13 23,17 17,61 7,03 22,08 13,33 7,51 12,98 a S 2 0,12 22,93 18,47 5,32 20,96 14,58 2,96 12,19 a S 3 0,13 21,70 18,16 5,49 8,08 13,21 3,40 11,45 a Rataan Bio 0,13 a 22,60 e 18,08 d 5,95 b 20,37 de 13,71 c 4,62 b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu V S 1 0,16 22,55 16,83 8,19 21,87 15,63 8,65 13,41 a S 2 0,15 21,87 15,63 8,65 19,79 12,15 6,21 12,06 a S 3 0,15 20,27 15,07 9,97 19,18 9,89 5,31 11,40 a Rataan Bio 0,15 a 21,56 d 15,84 c 8,94 b 20,28 d 12,56 c 6,72 b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu VI S 1 0,18 19,18 14,68 9,84 9,59 7,52 5,17 9,45 b S 2 0,17 18,90 12,88 7,27 2,36 1,80 0,47 6,26 a S 3 0,18 18,27 12,66 7,35 6,69 5,73 2,73 7,66 ab Rataan Bio 0,18 a 18,78 e 13,41 d 8,15 c 6,21 c 5,02 bc 2,79 ab Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu VII S 1 0,21 12,67 9,39 5,57 - - - 5,57 a S 2 0,19 12,84 12,16 4,50 - - - 7,42 a S 3 0,19 13,92 4,50 4,94 - - - 5,89 a Rataan Bio 0,20 a 13,14 d 8,68 c 5,00 b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu VIII S 1 0,21 14,04 10,25 7,26 - - - 6,13 a S 2 0,20 13,71 10,29 4,31 - - - 7,13 ab S 3 0,20 16,03 12,64 6,23 - - 8,77 b Rataan Bio 0,20 a 14,59 d 11,06 c 5,93 b Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf α = 0,05. Huruf dalam tanda dibaca arah horizontal dan huruf tanpa tanda dibaca arah vertikal. S 1 = air hujan, S 2 = air payau, S 3 = air gambut, P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot, dan Bio = Biofilter. 98 Tabel 25. Pengaruh volume akar LTBpot serta jenis biofilter dan sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II Konsentrasi SO 4 2- ppm Mingggu I Perlakuan Kontrol P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 S 1 0,11 aa 19,59 ae 13,97 bc 1,72 aa 17,34 ad 12,75 cc 7,58 ab S 2 0,12 aa 19,55 ae 10,77 ac 4,67 bb 17,61 ad 10,63 bc 9,44 bc S 3 0,12 aa 19,73 ae 10,04 ad 4,14 bb 18,06 ae 8,37 ad 5,99 ac Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu II S 1 0,12 aa 19,31 ae 15,02 bd 5,10abb 14,14 acd 12,64 bc 5,05 abb S 2 0,14 aa 17,87 ae 13,27 ad 6,69 bb 14,14 ad 9,07 ac 6,06 bb S 3 0,15 aa 19,13 af 12,77 ad 4,76 ab 17,22 be 8,15 ac 3,69 ab Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu III S 1 0,16 aa 19,83 af 15,72 be 5,50abb 13,78 ad 12,26 cc 5,61 abb S 2 0,15 aa 19,29 af 15,31be 6,66 bb 13,51 ad 10,87bc 5,84 bb S 3 0,16 aa 19,33 ag 13,43 ae 5,28 ac 16,76 bf 8,74 ad 3,34 ab Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu V S 1 0,18 aa 21,26 b e 17,70 a cd 7,52 b b 16,89 bc 15,64 b c 6,60 b b S 2 0,17 aa 21,46 b f 18,90 b e 7,25 ab b 13,55 a d 10,64 a c 6,01 ab b S 3 0,18 aa 20,01 a e 18,29 b de 6,14 a b 16,83 b d 11,73 a c 5,38 a b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu VII Rataan S S 1 0,20 23,60 20,34 8,47 18,20 14,70 6,95 13,21 a S 2 0,20 23,45 19,94 7,15 19,07 14,39 7,80 11,71 a S 3 0,20 23,58 20,08 7,84 18,77 14,65 7,18 13,19 a Rataan Bio 0,20 a 20,21 e 20,12 de 7,82 b 18,68 d 14,58 c 7,31 b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu IX S 1 0,21 23,26 19,51 8,66 18,71 14,39 7,35 13,15 a S 2 0,20 23,46 19,55 8,19 18,33 13,52 7,47 12,96 a S 3 0,21 23,51 19,59 8,06 18,99 14,18 7,26 13,12 a Rataan Bio 0,21 a 23,41 e 19,55 d 8,30 b 18,68 d 14,03 c 7,36 b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu XI S 1 0,22 16,26 14,27 8,02 12,28 11,64 6,02 9,82 a S 2 0,21 16,75 14,15 7,65 12,51 11,02 6,55 9,84 a S 3 0,22 16,91 14,45 8,15 12,88 11,35 7,09 10,15 a Rataan Bio 0,22 a 16,64 g 14,29 f 7,94 c 12,56 e 11,34 d 6,55 b Konsentrasi SO 4 2- ppm Minggu XII S 1 0,23 11,04 9,62 7,52 9,00 8,76 5,71 7,41 a S 2 0,22 11,20 10,07 8,87 9,39 7,99 5,47 7,60 a S 3 0,22 11,56 10,91 8,74 10,06 8,02 6,42 7,99 a Rataan Bio 0,22 a 11,27 f 10,20 ef 8,38 cd 9,48 de 8,26 c 5,87 b Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf α = 0,05. Huruf dalam tanda dibaca arah horizontal dan huruf tanpa tanda dibaca arah vertikal. S 1 = air hujan, S 2 = air payau, S 3 = air gambut, P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot, dan Bio = Biofilter. 99 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi X dan X 2 meningkat dengan meningkatnya volume akar LTBpot. Pengaruh sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian menunjukkan bahwa tumbuhan purun tikus dengan volome akar LTBpot 314 dan 177 cm 2 dengan air payau menyebabkan selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian terbesar 23,05 dan 19,87ppm. Sedangkan tumbuhan purun tikus dengan volome akar LTBpot 78,6 cm 2 dan bulu babi 314 cm 2 dengan air hujan menyebabkan selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian terbesar 8,90 dan 17,45 ppm. Kemudian bulu babi dengan volume akar LTBpot 177 dan 78,6 cm 2 dengan air gambut menyebabkan selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian terbesar 13,63 dan 7,10 ppm. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan konsentrasi anion Cl - pada air payau dan asam-asam organik pada air gambut, sehingga kemampuan anion-anion tersebut mendesak ion SO 4 2- yang terjerap pada ion logam di permukaan koloid yang larut pada air hasil lindian berubah-ubah. Tabel 26. Persamaan regresi hubungan antara selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LTT biofilter dan sumber air pelindi LTT cm 2 Sumber Air Pelindi Hujan Payau Gambut P-314 y = -0,225x 2 + 2,635x + 15,430 R² = 0,864 y = -0,231x 2 + 2,803x + 14,550 R² = 0,830 y = -0,227x 2 + 2,794x + 14,210 R² = 0,830 P-177 y = -0,230x 2 + 2,989x + 9,846 R² = 0,920 y = -0,271x 2 + 3,736x + 6,994 R² = 0,976 y = -0,263x 2 + 3,781x + 5,956 R² = 0,948 P-78,6 y = -0,101x 2 + 1,794x + 0,933 R² = 0,944 y = -0,016x 2 + 0,474x + 5,060 R² = 0,794 y = -0,028x 2 + 0,779x + 3,297 R² = 0,979 B-314 y = -0,145x 2 + 1,645x + 12,820 R² = 0,603 y = -0,117x 2 + 1,302x + 13,19 R² = 0,412 y = -0,116x 2 + 1,118x + 15,580 R² = 0,722 B-177 y = -0,125x 2 + 1,505x + 10,420 R² = 0,862 y = -0,117x 2 + 1,615x + 7,472 R² = 0,629 y = -0,164x 2 + 2,450x + 4,474 R² = 0,833 B-78,6 y = -0,017x 2 + 0,233x + 5,896 R² = 0,081 y = 0,001x 2 - 0,111x + 7,518 R² = 0,122 y = -0,019x 2 + 0,510x + 3,679 R² = 0,484 Keterangan : P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot. 100 Gambar 24 memperlihatkan bahwa kemampuan tumbuhan purun tikus dan bulu babi menurunkan konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian maksimal 23,05 dan 17,45 ppm terjadi pada minggu ketujuh. Setelah melewati umur tersebut ke- Gambar 24. Hubungan antara selisih konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian yang masuk dan keluar pot biofilter pada pertanaman II dengan waktu pengukuran pada setiap volume akar LBpot dan sumber air pelindi H-PT = air hujan-purun tikus; P-PT = air payau-purun tikus; G-PT = air gambut-purun tikus; H-BB = air hujan-bulu babi; P-BB = air payau-bulu babi; G-BB = air gambut-bulu babi; , ------ = LTBpot 314 cm 2 ; ,  = LTBpot 177 cm 2 ; dan , − − = LTBpot 78,6 cm 2 101 mampuan tumbuhan biofilter menurunkan konsentrasi SO 4 2- pada air hasil lindian menurun. Anwar 2006 menyatakan bahwa kandungan S pada purun tikus dan bulu babi menurun dengan bertambahnya umur tumbuhan. Tumbuhan purun tikus muda, dewasa dan tua mengandung S masing-masing 420, 430, dan 397 ppm, sedang bulu babi muda, dewasa, dan tua mengandung S masing-masing 340, 393, dan 437 ppm. Berat Kering Tumbuhan Biofilter Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume akar LTBpot berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan berat kering akar dan batang tumbuhan purun tikus dan bulu babi pada pertanaman I. Semakin besar volume akar LTBpot, maka berat kering tumbuhan biofilter akan semakin meningkat Tabel 27. Sumber air pelindi tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan berat kering tumbuhan biofilter. Hal ini disebabkan oleh pengaruh sumber air pelindi yang berubah-ubah dalam mempengaruhi selisih konsentrasi Fe 2+ , Fe-total dan SO 4 2- pada air hasil lindian. Pada minggu V pelindian, air payau menunjukkan selisih konsentrasi Fe 2+ pada air hasil lindian lebih besar 3,34 ppm Fe 2+ dibandingkan dengan air hujan 2,77 ppm Fe 2+ dan air gambut 2,62 ppm Fe 2+ Tabel 18. Kemudian pada minggu IV, V, dan VI terjadi interaksi antara volume akar LTT tumbuhan biofilter dengan sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian Tabel 21. Selanjutnya pada minggu VIII, air gambut menyebabkan selisih konsentrasi SO 4 2- lebih besar 8,77 ppm dibandingkan dengan air hujan 6,13 dan air payau 7,13 ppm Tabel 24. Akibatnya sumber air pelindi tidak berpengaruh terhadap berat kering tumbuhan biofilter. Tabel 27. Pengaruh sumber air pelindi dan volume akar LTBpot terhadap berat kering tumbuhan biofilter pada pertanaman I Sumber Air Pelindi Jenis dan Volume Akar LTBpot Rataan P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 Hujan Payau Gambut 56,67 41,29 64,08 41,74 27,93 32,58 18,33 17,70 22,49 17,99 17,53 13,73 6,72 7,31 10,73 4,90 4,89 4,88 24,39 a 19,44 a 24,75 a Rataan 54,01 d 34,08 c 19,51 b 16,42 b 8,25 a 4,89 a Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf 0,05. P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot. 102 Volume akar LTBpot berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan berat kering tumbuhan biofilter pada pertanaman II. Berat kering tumbuhan biofilter bertambah sejalan dengan bertambah besar volume akar LTBpot. Tumbuhan purun tikus pada setiap volome akar LTBpot memperlihatkan berat kering lebih besar masing-masing: 54,01, 34,08, dan 19,51 gpot dibandingkan dengan tumbuhan bulu babi masing-masing: 16,42, 8,25, dan 4,98 gpot Tabel 27. Tabel 28 menunjukkan bahwa berat kering tumbuhan purun tikus pada volome akar LTBpot 314 cm 2 52,92 g dan 177 cm 2 44,68 g tidak berbeda nyata, tetapi nyata lebih besar dibandingkan dengan volome akar LTBpot 78,6 cm 2 28,56 g. Hasil ini sesuai dengan selisih konsentrasi Fe 2+ 6,11 dan 5,73 ppm Tabel 19, Fe-total 6,65 dan 6,11 ppm Tabel 24, dan SO 4 2- 11,27 dan 10,20 ppm Tabel 25 pada air hasil lindian tidak berbeda nyata untuk pertanman II minggu XIII. Sumber air pelindi tidak berpengaruh terhadap peningkatan berat kering tumbuhan biofilter. Hasil ini sesuai dengan pengaruh sumber air pelindi terhadap selisih konsentrasi Fe 2+ , Fe-total dan SO 4 2- pada air hasil lindian hanya sampai minggu V pelindian. Pengaruh sumber air pelindi pada minggu-minggu selanjut- nya sudah tidak berbeda nyata lagi terhadap selisih konsentrasi ion-ion tersebut pada air hasil lindian. Tabel 28. Pengaruh sumber air pelindi dan volume akar LTBpot terhadap berat kering tumbuhan biofilter pada pertanaman II Sumber Air Pelindi Jenis dan Volume Akar LTT Biofilter Rataan P-314 P-177 P-78,6 B-314 B-177 B-78,6 Hujan Payau Gambut 53,10 52,07 53,60 40,00 44,80 49,23 26,83 25,57 33,27 35,93 32,73 36,60 28,97 28,13 30,30 15,23 17,73 18,73 33,34 a 33,51 a 36,96 a Rataan 52,92 c 44,68 c 28,56 b 35,09 b 29,13 b 17,23 a Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD pada taraf 0,05. P = Purun Tikus, B = Bulu Babi, 314, 177, dan 78,6 masing-masing luas tumbuhan biofilterpot 314, 177, dan 78,6 cm 2 pot. Kandungan Fe dan S pada Tanaman Biofilter Gambar 25 memperlihatkan bahwa tumbuhan purun tikus mengandung Fe berkisar dari 3.600 hingga 4.400 ppm, dan S dari 3.800 hingga 5.100 ppm. Rata- rata kandungan Fe dan S pada akar 4.300 ppm Fe dan 5.100 ppm S lebih tinggi 103 dibandingkan dengan pada batang 3.700 ppm Fe dan 4.000 ppm S. Achmadi et al . 2003 menyatakan bahwa tumbuhan purun tikus mengandung Fe 1.559,5 ppm dan S 12,6 ppm. Sedangkan Mulyanto et al. 1998 menyatakan bahwa tumbuhan purun tikus mengandung Fe 273,4 ppm dan S 4.500 ppm. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan tumbuh tumbuhan tersebut. Pada penelitian sebelumnya, lingkungan tumbuh tumbuhan purun tikus relatif baik dilihat dari kemasaman tanahnya pH 4,6 dan konsentrasi Fe-total dan SO 4 2- pada air masing-masing: 16 ppm Fe-total dan 75 ppm SO 4 2 . Pada penelitian ini lingkungan tumbuh sangat ekstrim, dalam hal ini bahan sulfidik yang dioksidasi kemudian dilindi menggunakan air hujan, air payau dan air gambut menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe-total 575,99 ppm dan SO 4 2 1.148,1 ppm pada air hasil lindian sangat tinggi.

0.1 0.2