Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tinggi di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak
terjadi  heteroskedastisitas  pada  model  regresi.  Selain  dengan  mengamati  grafik scatterplot uji heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji glejser
yaitu  pengujian  dengan  meregresikan  nilai  absolut  residual  terhadap  variabel independen.
Cara melakukan uji glejser dengan SPSS 16 adalah sebagai berikut. 1.  Lakukan  regresi  Ketepatan  menendang  Daya  ledak  otot  tungkai,  Panjang
tungkai, footwork. 2.  Dapatkan  variabel  residual  dengan  memilih  tombol  save  pada  tampilan
windows linear regression dan aktifkan unstandardized residual. 3.  Absolutkan nilai residual abs_res dengan mengklik menu Tranform kemudian
pilih Compute. 4.  Regresikan variabel abs_res sebagai variabel dependent dan variabel Daya ledak
otot tungkai, Panjang tungkai, footwork sebagai variabel independen. 5.  Klik OK.
4.2.3 Uji Linieritas
. Uji  linieritas  dilakukan  untuk  mengetahui  apakah  data  yang  akan
diregresikan  linier  atau  tidak,  hipotesis  yang  digunakan  dalam  uji  linieritas  adlah sebagai berikut.
Hipotesis: Ho : Model regresi linier.
H1 : Model regresi tidak linier. Dengan tingkat kepercayaan = 95 atau
 = 0,05. Derajat kebebasan df1 = k
– 1 = 2 – 1=1  dan df2 = n – k  = 25 – 2  = 23, diperoleh nilai F
tabel
= 3,81 Ho diterima jika F
hitung
≤ F
tabel
atau sig ≥ 5.
H
1
diterima jika F
hitung
Ftabel dan sig  5. Untuk melakukan uji F dapat dilihat pada tabel anova dibawah ini.
Tabel 4.9
Uji F
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 18.276
2 9.138
12.592 .000
a
Residual 15.964
22 .726
Total 34.240
24 a. Predictors: Constant, P_tungkai, Daya_ledak
b. Dependent Variable: Ketepatan_menendang Pada tabel Anova diperoleh nilai F = 12,592  3.209  dan sig = 0,000  5
Jadi  H0  diterima,  dengan  demikian  dapat  dikatatan  model  regresi  linier  dapat digunakan untuk menganalisis data peneliitan.
4.2.4 Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis dengan program SPSS 16 for Windows diperoleh hasil regresi berganda sebagai berikut:
Tabel 4.10
Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardiz
ed Coefficient
s
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Toleran
ce VIF
1 Constant
.031 3.900
.008 .994
Daya_led ak
.119 .045
.453  2.655 .014
.729  1.372 P_tungka
i .118
.052 .384  2.253
.035 .729  1.372
a. Dependent Variable: Ketepatan_menendang
Berdasarkan  tabel  4.10  di  atas  diperoleh  persamaan  regresi  berganda  sebagai berikut:
Y = 0,031+ 0,119X
1
+ 0,118X
2
Dimana: Y = Ketepatan menendang
X
1
= Daya ledak otot tungkai X
2
= Panjang tungkai
Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut:
1.  Konstanta = 0,031
Jika  variabel  Daya  ledak  otot  tungkai  dan  Panjang  tungkai  dianggap  sama
dengan nol, maka variabel Ketepatan menendang sebesar 0,031.
2.  Koefisien X
1
= 0,119.
Jika variabel Daya ledak otot tungkai mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara  Panjang  tungkai  dianggap  tetap,  maka  akan  menyebabkan
kenaikan Ketepatan menendang sebesar 0,119.
3.  Koefisien X
2
= 0,118
Jika  variabel  Panjang  tungkai  mengalami  kenaikan  sebesar  satu  poin, sementara Daya ledak otot tungkai dianggap tetap, maka akan menyebabkan
kenaikan Ketepatan menendang sebesar 0,118 4.2.5
Pengujian Hipotesis. 4.2.5.1
Pengujian hipotesis secara simultan uji F
Uji F dilakukan untuk melihat keberartian sumbangan variabel independen secara  simultan  terhadap  variabel  dependen  atau  sering  disebut  uji  kelinieran
persamaan regresi. Hipotesis:
: 
H Variabel  independen  secara  simultan  tidak  memberikan  sumbangan
terhadap variabel dependen
:
1
 
H Variabel  independen  secara  simultan  memberikan  sumbangan
terhadap variabel dependen Kriteria pengambilan keputusan :
Dengan  tingkat  kepercayaan  =  95  atau   =  0,05.  Derajat  kebebasan
df1 = k – 1 = 2 – 1=1  dan df2 = n – k  = 25 – 2  = 23, diperoleh nilai F
tabel
= 3,209 Ho diterima jika F
hitung
≤ F
tabel
atau sig ≥ 5.
H
1
diterima jika F
hitung
Ftabel dan sig  5. Untuk melakukan uji F dapat dilihat pada tabel anova dibawah ini.
Tabel 4.11
Uji F
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 18.276
2 9.138
12.592 .000
a
Residual 15.964
22 .726
Total 34.240
24 a. Predictors: Constant, P_tungkai, Daya_ledak
b. Dependent Variable: Ketepatan_menendang Pada tabel Anova diperoleh nilai F = 12,592  3,209 dan sig = 0,000  5
ini berarti variable independen Daya ledak otot tungkai dan Panjang tungkai secara simultan  benar-benar  memberi  sumbangan  signifikan  terhadap  variable  dependen
Ketepatan  menendang.  Dengan  kata  lain  variabel-variabel  independen  Daya  ledak
otot  tungkai  dan  Panjang  tungkai  mampu  menjelaskan  besarnya  variable  dependen Ketepatan menendang
4.2.5.2 Pengujian hipotesis secara parsial uji t.
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu parsial variabel independen memberikan sumbangan variabel dependen secara signifikan atau tidak..
Tabel 4.12
Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
.031 3.900
.008 .994
Daya_ledak .119
.045 .453
2.655 .014
P_tungkai .118
.052 .384
2.253 .035
a. Dependent Variable: Ketepatan_menendang Hipotesis :
Ho : 
3
= 0, Variabel independen tidak memberikan sumbangan terhadap variabel dependen.
Ha : 
3
 0, Variabel independen memberikan sumbangan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
Dengan tingkat kepercayaan = 95 atau  = 0,05. Derajat kebebasan df
= n-k-1 = 25-2-1 = 22, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai t
0,05
= 2.071 Ho diterima apabila
–  t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
atau sig ≥ 5 Ho ditolak apabila t
hitung
– t
tabel
atau  t
hitung
t
tabel
dan sig  5. Hasil  pengujian  statistik  dengan  SPSS  pada  variabel  X
1
Daya  ledak  otot tungkai  diperoleh  nilai  t
hitung
=  2,655  dan  sig  =  0, 014  ≥  5  jadi  Ho  ditolak.  Ini
berarti  variabel  Daya  ledak  otot  tungkai  secara  statistik  memberi  sumbangan signifikan  terhadap  variabel  dependen  Ketepatan  menendang.  Pada  variabel  X
2
Panjang tungkai diperoleh nilai t
hitung
= 2.253  2.071 = t
tabel
, dan sig =0,035  5 jadi  Ho  ditolak.  Ini  berarti  variabel  independen  Panjang  tungkai  secara  statistik
memiliki sumbangan signifikan terhadap variabel dependen Ketepatan menendang.
4.2.6      Koefisien Determinasi Ganda R
2
.
Uji  koefisien  determinasi  ganda  dilakukan  untuk  mengetahui  besarnya sumbangan  variabel  independen  terhadap  variabel  dependen  dependen  secara
simultan, berikut adalah hasil analisisregresi berganda menggunakan SPSS 16.
Tabel 4.13
Determinasi Ganda R
2
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
.731
a
.534 .491
.85185 a. Predictors: Constant, P_tungkai, Daya_ledak
Pada  tabel  diatas  diperoleh  nilai  Adjusted  R
2
=  0.491  =  49,1  ini  berarti variabel  bebas  Daya  ledak  otot  tungkai,  dan  Panjang  tungkai  secara  bersama-sama
memberikan sumbangan  terhadap  variabel  dependen  Ketepatan menendang sebesar 49,1 dan sisanya sebesar 50,9  dipengaruhi oleh variabel  lain  yang tidak masuk
dalam penelitian ini.
4.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan  hasil  analisi  deskriptif  Persentase  dan  pengujian  regresi berganda  tentang  sumbangan  Daya  ledak  otot  tungkai,  dan  Panjang  tungkai
Terhadap  Ketepatan  menendang  pada  pemain  usia  13-15  tahun  SSB  Rajawali Turangga  Qeta  Ambarawa  kab.  Semarang  tahun  2013  diperoleh  hasih  bahwa  daya
ledak  otot  tungkai  dan  panjang  tungkai  memberi  sumbangan  yang  signifikan terhadap  ketepatan  menendang  ke  gawang,  jadi  dalam  pelaksanaanya  pemain
dianjurkan  untuk  lebih  melatih  daya  ledak  otot  tungkai  semaksimal  mungking dengan  berbagai  latihan-latihan  yang  dapat  meningkatkan  daya  ledak  otot  tungkai,
karena  dengan  daya  ledak  otot  tungkai  yang  besar  akan  menghasilkan  tendangan yang kuat dan akurat.
Panjang  tungkai  merupakan  faktor  penunjang  ketepatan  tendangan  ke gawang  yang  perlu  diperhatikan  juga  dalam  pelaksanaan  latihan  shooting,  akan
tetapi  berbeda  dengan  daya  ledak  otot  tungkai,  panjang  tungkai  tidak  bisa  dilatih secara  maksimal  karena  panjang  tungkai  bergantung  pada  keadaan  fisik  pemain
sendiri.  Keadaan  fisik  seorang  pemian  pasti  beda  dengan  pemian  lainnya  tapi  itu bukan kendala karena bila daya ledak otot tungkai mereka dilatih sampai maksimal
maka  kemampuan  tendangan  yang  akurat  dan  keras  akan  mereka  kuasai,  karena