PENDAHULUAN Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Judul Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta 1.2.Pengertian Judul Merupakan sarana pariwisata yang menghadirkan area wisata kuliner dan juga penginapan dalam rumah tradisional khas setempat yang berada di dalam kampung Kauman yang dapat menunjukan karakter masyarakat Surakarta yang ramah dan terbuka. 1.3.Latar Belakang Surakarta memiliki beragam makanan tradisional khas lokal yang menjadi potensi objek wisata kuliner. Wisata jenis ini memiliki potensi dan cukup menjanjikan sebagai daya tarik wisata. Jenis wisata ini tentunya sangat berbeda dengan jenis wisata pada umumnya, wisata jenis ini menggunakan potensi makanan khas lokal sebagai daya tarik yang tak pernah membosankan dan habis dimakan trend. Wisata kuliner mempunyai peran yang penting dalam memberi ciri khas setiap daerah tujuan wisata. Hal ini karena jenis makanan yang ada di sebuah daerah tujuan wisata dapat menambah daya tarik daerah tujuan wisata tersebut dengan ciri khasnya. Wisata kuliner menjadi jawaban atas kebutuhan dan animo masyarakat yang sangat tinggi tentang informasi makanan khas daerah masing-masing yang sesuai dengan cita rasa yang ingin didapatkan serta keberadaan tentang restoran dan tempat makan yang ada di sekitar daerah masing-masing dikutip dari http:www.freemagz.comwisata kuliner yang diakses pada 22 September 2010 pukul 22.30 commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-2 Saat ini kuliner berada pada posisi sebagai sarana penunjang pariwisata supporting tourism superstructure. Kuliner tradisional tidak termasuk sarana pokok pariwisata main tourism superstructure, sehingga proses perencanaan dan pembangunan pariwisata kalah tertinggal dibanding hotel, restoran, bandara, atau objek wisata lain. Padahal, suatu daerah atau wilayah tujuan wisata akan sulit berkembang tanpa didukung oleh sarana penunjang pariwisata yang khas. Namun Surakarta dengan beragam jenis kuliner khas lokalnya akan mampu menghidupkan wisata kulinernya. Terlihat dari banyaknya penjual makanan khas Surakarta yang berjualan di tempat yang permanen maupun tenda-tenda di sepanjang jalan. Tingkat kunjungan wisatawan di Surakarta mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir ini. Pada tahun 2005 wisatawan asing yang berkunjung jumlahnya 9.649 dan wisatawan domestik 760.095 sedangkan kunjungan wisatawan asing pada 2010 jumlahnya 29.218 dan wisatawan domestik jumlahnya 988.615. No Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Domestik Jumlah total Jumlah Kenaikan Jumlah Kenaikan Jumlah Kenaikan 1 2003 7.929 - 737.025 - 737.025 - 2 2004 7.985 356 742.890 5.865 750.875 0,01 3 2005 9.649 1.664 760.095 17.205 769.744 5,92 4 2006 10.625 977 904.984 144.889 915.610 19 5 2007 11.922 1.296 960.625 55.641 972.547 5 6 2008 13.859 1.937 1.029.003 68.378 1.042.862 9,3 7 2009 26.047 1.054.283 1.080.330 8 2010 29.218 - 988.615 - 1.017.833 - Dengan bertambahnya jumlah pengunjung wisata di Surakarta maka sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terutama terjadi pada masa liburan panjang dan juga saat terselenggara even khusus di Surakarta. Menurut data Hunian Tabel 1.1 : Tabel jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW di kota Surakarta Sumber: Bidang Sarana Wisata, Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Surakarta commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-3 Hotel dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta menyebutkan jumlah penginapan yang meningkat dari tahun 2009-2010, untuk hotel berbintang bertambah 2 hotel dan hotel melati bertambah 3 hotel. Bentuk hotel di Surakarta pada umumnya berupa bangunan vertikal dengan kamar berjumlah banyak yang berjejeran berkesan individualis. Seperti Hotel Best Western Premiere yang berlokasi di jalan Slamet Riyadi , menggunakan bangunan yang dahulunya merupakan bangunan untuk fungsi bank kemudian dialih fungsikan menjadi fungsi hotel. Lokasi hotel Best Western Premiere ini sangat strategis karena berada di pusat kota dan segitiga budaya Surakarta Keraton Kasunanan, Mangkunegaran, dan Pasar Gede. Laporan kunjungan wisatawan tahun 2008 menyebutkan bahwa objek kunjungan yang paling ramai adalah Pura Mangkunegaran, Keraton Surakarta, dan Museum Batik Kuno. Hal ini menunjukkan bahwa Surakarta identik dengan pengembangan pariwisata etnis, yakni budaya Jawa. Pengembangan ini sudah menjadi konsekuensi karena Surakarta kurang memiliki sumber daya alam sebagai potensi pariwisata. Walikota Surakarta Joko Widodo menyampaikan bahwa Surakarta tidak memiliki sumber daya alam sebagai basis pertumbuhan kota, namun memiliki potensi besar dalam budaya. Potensi dan kawasan budaya merupakan tantangan untuk Surakarta agar bisa melakukan persaingan yang kompetitif dengan kota-kota lain. Gambar 1.1Hotel Best Wester Premier dan Novotel Surakarta Sumber: skyscrapercity.com commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-4 Keyes dan van Berghe 1984 mengartikan pariwisata etnis sebagai pariwisata dengan atraksi primer yakni keeksotisan budaya penduduk kota dengan pelbagai artefak pakaian, arsitektur, teater, musik, tari. Soedarsono 1989 mengungkapkan bahwa relasi atau simbiosis seni tradisional Jawa dengan industri pariwisata terbagi dalam tiga kategori. Kategori-kategori ini fleksibel dalam konteks seni dan industri pariwisata. dikutip dari Suara Merdeka 19 Maret 2009: 1 Pertunjukan kemasan murni yang harus dinikmati secara sungguh- sungguh; 2 Pertunjukan sebagai pelengkap acara santap malam; 3 Pertunjukan yang hanya dimaksudkan sebagai pemberi suasana kejawaan bagi para tamu atau turis. Surakarta memiliki sejumlah kawasan kuno bersejarah dengan karakter yang spesifik. Salah satunya adalah Kampung Kauman yang mempunyai kaitan erat dengan Keraton Surakarta, yaitu sebagai kampung tempat tinggal abdi dalem bidang keagamaan. Saat ini kondisi bangunan kuno di Kauman kurang terawat Musyawaroh, 2001. Kampung Kauman merupakan sebuah kampung yang berada di dekat Keraton Kasunanan Surakarta yang dahulunya merupakan tempat tinggal bagi abdi dalem pamethakan ulama keraton. Pada mulanya penduduk Kauman hanya bermata pencaharian sebagai abdi dalem pamethakan saja. Akan tetapi kemudian berkembang juga menjadi pengusaha batik. Keahlian membatik diajarkan oleh pihak keraton untuk merangsang tumbuhnya iklim wirausaha di Kauman Pusponegoro, 2007: 69-70. Usaha batik di Kauman pada masa lalunya begitu maju sehingga dapat menaikkan taraf hidup penduduk Kauman. Ornamen atau hiasan bergaya Indies, tegel berwarna warni yang berkesan mewah dan mahal biasanya dimiliki oleh saudagar batik yang kaya. Hal tersebut menunjukan status sosial mereka yang tinggi karena pergaulan mereka luas berhubungan usaha dengan orang asing. Tata ruang pengusaha batik di Kauman berkiblat pada nDalem commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-5 Pangeran Kerabat Keraton Surakarta, hal ini disebabkan karena mereka adalah keturunan dari para abdi dalem ulama keraton. Perpaduan antara arsitektur tradisional Jawa dengan memasukkan unsur dari luar merupakan hal yang menarik dan menyimpan banyak cerita. Menunjukan kejayaan masa lampau namun terlihat rendah hati di masa kini. Sesuai dengan visi pariwisata Kota Surakarta yang dicanangkan oleh Walikota Surakarta Joko Widodo pada tanggal 18 Februari 2009 yaitu “Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lampau”, Kampung Kauman layak untuk dijadikan objek revitalisasi pariwisata yang dapat menunjukan karakter budaya Surakarta. Dalam Rancangan Permen Menteri Perumahan Rakyat tentang Rancangan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat tentang Pedoman Pengembangan Perumahan dan Permukiman Warisan Budaya di Kawasan Perkotaan, menyebutkan bahwa perumahan dan pemukiman warisan budaya adalah suatu proses pengelolaan untuk menjadikan perumahan dan permukiman warisan budaya lebih aman, lebih sehat dan lebih layak huni. Dengan begitu, kebudayaan dapat dijadikan bekal bagi Surakarta untuk menunjukan karakteristik Surakarta dalam pariwisata Kampung Kauman. Pujasera dapat menjadi magnet untuk menarik masyarakat umum untuk datang dan Homestay yang merupakan sarana akomodasi pariwisata dapat menjadi wadah pengenalan kebudayaan Surakarta yang menghadirkan suasana keramahan dan keterbukaan dalam lingkungan masyarakat. 1.4.Permasalahan dan Persoalan 1.4.1 Permasalahan Merancang konsep desain Pujasera dan Homestay Kauman di Surakarta sebagai objek tujuan pariwisata yang selaras dengan lingkungan setempat yang mendukung revitalisasi Kampung Kauman. 1.4.2. Persoalan commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-6 Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa persoalan yang harus dipecahkan pada konsep desain, yaitu: · Bagaimana rumusan konsep jenis kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi. · Bagaimana memilih lokasi site dan rumah yang tepat untuk mewadahi aktivitas serta peruangan Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta yang membutuhkan lingkungan yang rekreasi serta nyaman dan aman. · Bagaimana membuat rumusan konsep revitalisasi pada kawasan konservasi. · Bagaimana mewujudkan bentuk pola dan tata massa bangunan yang mendukung fungsi dan peran sebagai Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta. · Bagaimana menyelaraskan keberadaan Pujasera sebagai bangunan baru dengan bangunan kuno yang sudah ada. · Bagaimana menyesuaikan peruangan untuk fungsi Homestay denga peruangan yang ada dalam bangunan kuno tanpa melakukan banyak perubahan. · Bagaimana mengolah dan memasukan unsur budaya pada Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta. · Bagaimana menyesuaikan keadaan sirkulasi lingkungan sekitar site dengan objek · Bagaimana mewujudkan sistem utilitas dan fasilitas yang menunjang aktifitas pengunjung Pujasera dan penghuni Homestay serta sistem bangunan secara keseluruhan 1.5.Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1.5.1. Tujuan Merumuskan konsep desain yang mendasari Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta sebagai objek tujuan pariwisata yang selaras commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-7 dengan lingkungan setempat yang mendukung revitalisasi Kampung Kauman. 1.5.2. Sasaran Menyusun konsep perencanaan dan perancangan Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta yang yang selaras dengan lingkungan setempat yang mendukung revitalisasi Kampung Kauman, meliputi: Konsep penetuan lokasi site dan rumah kuno Konsep Peruangan · Penentuan pengelompokan kegiatan · Kebutuhan ruang · Organisasi ruang · Persyaratan ruang Konsep Pengolahan Kawasan · Konsep pencapaian · Konsep sirkulasi · Konsep orientasi · Konsep penzoningan · Konsep pola tata hijau · Konsep Tampilan Bangunan Konsep Utilitas Bangunan · Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah · Kelistrikan · Sistem pengamanan kebakaran · Penangkal banjir · Penanganan banjir 1.6.Batasan Pembahasan commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-8 · Adaptasi revitalisasi Merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang sesuai dengan memberikan dampak yang minimal. Petunjuk pelaksanaan pelestarian dari pihak penyelenggarapemerintahan dapat dikompromikan dengan kebutuhan fungsi baru secara proporsional. · Pembebasan lahan dianggap tidak ada hambatan, penghuni bangunan kuno dianggap bisa memanfaatkan lahan konservasi selaras dengan konsep yang dibuat. · Pemanfaatan bangunan kuno menyesuaikan kondisi bangunannya · Menambah fungsi baru pada bangunan kuno tanpa merusaknya. · Proses penerapan elemen luar bangunan lama pada bangunan baru dapat meliputi gaya dan bahan material baru. Adaptasi memberikan imagekesan secara global, tidak secara detail. · Berkaitan dengan penyususunan elemen luar bangunan lama untuk dapat digunakan pada fungsi bangunan baru dengan tidak menghilangkan karakteristik secara visual elemen asli. 1.7.Metode Pembahasan TAHAP I PENGUNGKAPAN MAIN IDEA Main idea merupakan gagasan awal yang berkembang dari ide awal suatu topik yang ingin disampaikan. Untuk dapat mengungkapkan perkembangan main idea, perlu dilakukan studi pustaka dan eksplorasi main idea. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan penjabaran dari main idea yang diperoleh pada tahap awal. Studi awal atau topik yang ingin disampaikan tersebut kemudian disusun menjadi beberapa pustaka atau topik yang kemudian dijadikan sebagai pedoman eksplorasi. Eksplorasi Main Idea commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-9 Pada tahap ini melakukan eksplorasi topik-topik yang telah diturunkan dari main idea. Masing-masing topik dijabarkan dan diinteraksikan antara satu sama lain untuk mencari hubungan antar topik, meliputi permasalahan yang menjadi esensi pemicu dan muncul dari main idea. Esensi-esensi pemicu menjadi penyelaras antara persepsi yang ada dengan kondisi riil yang terjadi. Proses eksplorasi ini juga menjadi dasar pemahaman-pemahaman yang diperlukan dalam proses selanjutnya, seperti pada penentuan judul dan proses pendekatan konsep rancang bangun, dsb. TAHAP II PERUMUSAN JUDUL DAN PENGONSEPAN Studi Pustaka dan Eksplorasi Lanjut Studi pustaka dan eksplorasi dilakukan sampai proses akhir untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang mengalami perkembangan yang mungkin muncul selama proses berlangsung sehingga pengembangan eksplorasi tetap berada pada jalurnya. Pengumpulan Data Tambahan Perkembangan permasalahan diikuti dengan diperlukannya data-data tambahan untuk mengeliminasi asumsi dengan data-data yang relevan. Reduksi dan Analisa Data Selama proses pematangan dan pengonsepan berlangsung pemenggalan dan penyederhanaan sebagian data atau informasi akan sangat membantu terutama agar proses analisa lebih efisien. TAHAP III SINTESA DATA Menguraikan permasalahan-permasalahan dengan reduksi analisa data, dengan reduksi analisa data ini untuk menentukan kesimpulan dan mempermudah proses pembahasan. Adapun sistesis yang dimunculkan dalam permasalahan desain adalah : commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-10 · Penentuan site · Penentuan peruangan · Penentuan tampilan bangunan · Penataan kenyamanan sirkulasi, utilitas TAHAP IV ANALISA DATA DAN STRATEGI DESAIN Pendekatan desain merupakan tahapan manifestasi konsep ke dalam desain. Konsep makro dan mikro yang dikumpulkan dari konsep, diberikan alternatif desain dengan pembobotan sesuai dengan kriteria sebagai acuan. Alternatif desain dengan nilai pembobotan yang paling mendekati kriteria merupakan produk awal desain preliminary product. TAHAP V TAHAP AKHIR TRANDES DAN DESAIN AKHIR Tahap ini merupakan tahap akhir perencanaan dan perancangan Pujasera dan Hotel Kauman yang meliputi pendekatan desain yang dikumpulkan menjadi satu yaitu desain akhir. 1.8.Sistematika Pembahasan Bab 1 Pendahuluan yang berisikan tentang pengertian judul, latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metodologi, sistematika penulisan. Bab 2 Menguraikan tentang tinjauan kajian pelestarian bangunan kuno, pariwisata, tinjauan tentang restoran dan hotel sebagai sarana pariwisata. Bab 3 Tinjauan Kota Surakarta yang berkaitan dengan kepariwisataan, kawasan site dan objek terpilih terhadap kota Surakarta, dan tinjauan objek kawasan commit to user Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta I-11 kampung kauman. Permasalahan dan potensi bagi pelestarian bangunan, pengembangan pariwisata budaya di Surakarta. Bab 4 Kesimpulan tentang Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta yang akan direncanakan, kondisi potensi Kauman, pelestarian bangunan tua, pujasera dan perhotelan yang meliputi tata site, tata ruang, tampilan dan utilitas. Bab 5 Pembahasan atau analisa untuk mencari alternatif solusi dari problem desain pada bab 4. Tahapan analisis yang mengarah ke konsep perancangan yang meliputi analisis makro wilayah, kawasan dan site, analisis mikro peruangan dan analisis faktor-faktor pendukung lainnya struktur konstruksi, utilitas,dsb. Bab 6 Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan. commit to user II-1

BAB II TINJAUAN PELESTARIAN, PUJASERA DAN HOMESTAY