Peranan Homestay Terhadap Pengembangan P

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD OLEH I WAYAN ADI PRATAMA PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN

DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD OLEH I WAYAN ADI PRATAMA PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN

DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna dapat mengikuti ujian dan mencapai

gelar kesarjanaan pada Program Studi Manajemen Kepariwisataan.

Oleh:

I WAYAN ADI PRATAMA NIM. 13103029 PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA

ii

HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PROYEK PENELITIAN

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD DIAJUKAN OLEH : I WAYAN ADI PRATAMA

NIM. 13103029

TELAH DISETUJUI Nusa Dua, 06 Juli 2017

iii

Tim Penguji Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali setelah meneliti, mengetahui proses pembuatan Skripsi oleh I Wayan Adi Pratama, dengan nomor induk mahasiswa 13103029 dan telah dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan maka penguji, dapat:

MENGESAHKAN

PENGUJI I

I Nyoman Sudiksa, SE., M.Par NIP. 19720318 199403 1 001

PENGUJI II PENGUJI III

Ni Made Tirtawati, S.Si.,M.Par Anom Hery Suasapha, S.ST.Par.,M.Par. NIP. 19771030 200312 2 001

NIP. 19800818 200502 1 001

Mengetahui, KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI

Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed

NIP. 19620228 198810 1 001

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana/sarjana sains terapan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila penulisan skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiat dari hasil karya penulis lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dana tau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Nusa Dua, 5 Juli 2017 Yang menyatakan

I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Homestay Terhadap Pariwisata Berkelanjutan di Ubud” tepat pada waktunya.

Adanya tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir Diploma IV Program Studi Manajemen Kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.

Penulis dengan sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1.! Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pariwisata Nusa Dua Bali. 2.! Drs. I Wayan Muliana, M.Ed., selaku Kepala Bagian Administrasi

Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. 3.! Ni Made Tirtawati, S.Si.,M,Par, selaku Ketua Program Studi Manejemen

Kepariwisataan dan selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, bimbingan, serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

4.! Luh Micke Anggraini, A.Par., M.T.P., CHA, Ph.D, selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan

saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

vi

5.! Bapak dan ibu dosen pengajar serta staff Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, atas bimbingan selama penulis melaksanakan kuliah. 6.! Bapak Ida Bagus Wiryawan beserta anggota Ubud Homestay Association yang telah meluangkan waktu menjadi informan dalam skripsi ini.

7.! Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S dan Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si selaku orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya bagi

penulis selama proses penulisan skripsi ini. 8.! Kadek Donna Yobelina, atas saran dan dukungannya bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini. 9.! Kawan-kawan Gal Gadot yang telah menemani dan memberikan semangat

kepada penulis. 10.! Teman-teman MKP 2013 atas kebersamaannya selama ini yang telah

bersama-sama berjuang dan memberikan dukungan satu sama lainnya. 11.! Seluruh pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan tugas

akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya dengan segala puji syukur dan kerendahan hati penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan para pembaca pada umumnya.

Nusa Dua, 05 Juli 2017

Penulis

vii

4.1.1 Sistem pengelolaan limbah air yang terdapat pada homestay

33 di Ubud …………………………………………………….

4.1.2 Sistem pengelolaan (pemilahan) sampah menurut jenisnya

34 pada homestay ………………………………..……………..

4.1.3 Penggunaan teknologi ramah lingkungan .............................. 36

4.2 Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan 37 Pada Aspek Sosial Budaya di Ubud …………………………………

4.2.1 Penggunaan arsitektur tradisional Bali sebagai bentuk

37 identitas homestay …..……………………………………….

4.2.2 Memperkenalkan konsep bangunan rumah Bali (Balinese

39 Compound) kepada tamu yang menginap …………………..

4.2.3 Ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni adat di

40 Ubud dalam rangka melestarikan budaya lokal …………….

4.2.4 Memperkenalkan budaya lokal melalui kegiatan atau

40 aktifitas keseharian di homestay …………………………….

4.2.5 Memperkenalkan makanan dan cara makan tradisional di

43 homestay ………………………..…………………………...

4.3 Peranan Homestay Terhadap Aspek Sosial Ekonomi di Ubud

4.3.1 Mempekerjakan orang lokal di homestay …………………… 44

4.3.2 Memperoleh manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola .. 45

4.3.3 Menggerakkan unit usaha lainnya ………………………….. 46

4.3.4 Meningkatkan tingkat pendidikan dan kemampuan

47 masyarakat khususnya pada bidang pariwisata ……………...

4.3.5 Mengembangkan nilai ekonomi masyarakat (komunitas)

48 lokal melalui sosialisasi atau community development …….

4.4 Hasil Temuan Kategori Peranan Homestay Dalam Pengembangan

Pariwisata Berkelanjutan di Ubud …….……………………………

4.4.1 Peran Homestay Sebagai Konservator ……………………..

4.4.2 Peran Homestay Sebagai Katalisator ………………………. 52

4.4.3 Peran Homestay Sebagai Fasilitator ……………………….. 53

4.4.4 Peran Homestay Sebagai Promotor …………………….......

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan …………………………………………………………... 58

5.2 Saran ………………………………………………………………. 60

DAFTAR PUSTAKA ……………………..……………………………... 62 LAMPIRAN ………………………………………………………………. 62

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Garis dari Analisis Taksonomi ………………... 12 Gambar 3.1

Peta KSPN Ubud dan Sekitarnya ……………………….. 24 Gambar 3.2

Salah satu took seni di Jl. Monkey Forest, Ubud ……….. 25 Gambar 3.4

Ubud Monkey Forest ……………………………………. 26 Gambar 3.5

Puri Saren Ubud ………………………………………… 27 Gambar 3.6

Museum Seni Neka ……………………………………... 28 Gambar 3.8

Walter Spies …………………………………………….. 30 Sistem pemilahan sampah menurut jenisnya di Sulendra

Gambar 4.1

35 Bungalows ………………................................................

Gambar 4.2 Fasilitas pengelolaan sampah di Temesi ………………... 36 Gambar 4.3

Arsitektur tradisional dari tahun 1980 di Siti Homestay ... 38 Gambar 4.4

Angkul – angkul sebagai bentuk peranan homestay

49 melestarikan arsitektur tradisional di Kori Bali Inn 2 …...

Gambar 4.5 Bale Dangin, salah satu bagian dari ‘Balinese Compund’

50 yang ada di Nick’s Homestay …………………………...

Gambar 4.6 Pengelola Krisda Ubud Guest House memperkenalkan

51 cara makan tradisional …………………………………..

Gambar 4.7 Fasilitas kamar di Sulendra Bungalows ………………… 52 Gambar 4.8

Tamu Krisda Ubud Guest House dengan menu makan

53 dan cara makan tradisional ………………………………

Gambar 4.9 Review beberapa tamu terhadap salah satu homestay di

54 Ubud di situs Booking.com ……………………………...

Gambar 4.10 Website Nyoman Sandi Guest House …………………... 55

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Hunian Kamar Kabupaten Gianyar 2014-2015 ……. 3

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Wawancara (In-Depth Interview) ………………... 65 Lampiran 3 Daftar Informan …………………………………………… 68 Lampiran 4 Foto – Foto ………………………….……………………... 69 Lampiran 5 Diagram Analisis Taksonomi (Model Spradley) ………….. 70 Lampiran 6 Lembar Keabsahan Informan ……………………………… 71

xiv

ABSTRAK PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD

I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029

Perkembangan industri akomodasi pariwisata berkembang dengan pesat, menjadikan Bali memiliki hotel bintang dan non bintang yang berjumlah 2.079 buah (BPS Prov. Bali 2017). Industri akomodasi merupakan salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Pulau Bali. Hal tersebut diikuti dengan berkembangnya jumlah homestay yang ada di Ubud salah satunya. Selain memberikan kontribusi bagi aspek sosial ekonomi pada saat ini, peranan homestay harus dikaji lebih dalam terhadap variable pariwisata berkelanjutan; sosial-budaya, lingkungan, dan sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan 10 sampel homestay di Ubud sebagai informan, dengan menggunakan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan model Spradley yaitu analisis domain dan analisis taksonomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa homestay memiliki beberapa model peranan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud, khususnya dalam aspek lingkungan, sosial budaya dan sosial ekonomi. Hasil analisis dalam penelitian ini juga menemukan peran homestay yang dibagi menjadi berikut: (1) Konservator (pelestari) nilai-nilai sosial budaya dan lingkungan, (2) Katalisator (penggerak) ekonomi masyarakat, (3) Fasilitator (penyedia fasilitas) bagi wisatawan, (4) Promotor (publikasi dan pencitraan) Ubud sebagai destinasi wisata berbasis masyarakat.

Kata kunci : Ubud, homestay, pariwisata berkelanjutan, pariwisata berbasis masyarakat.

xv

ABSTRACT HOMESTAY ROLE TO SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT IN UBUD

I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029

The development of the tourism accommodation industry is growing rapidly, making Bali has star and non star hotels totaling 2,079 units (BPS Bali 2017). The accommodation industry is one of the largest contributors to economic growth on the island of Bali. This is followed by the growing number of homestay in Ubud one of them. In addition to contributing to the socio- economic aspects of the moment, the role of homestay should be studied more deeply for sustainable tourism variables; Socio-cultural, environmental, and socio-economic. This research used qualitative method by using 10 sample homestay in Ubud as informant, by using in-depth interview as data collection technique. By using descriptive analysis technique with Spradley model that is domain analysis and taxonomy analysis.

The results show that the homestay has several role models in the development of sustainable tourism in Ubud, especially in environmental, socio- cultural and socio-economic aspects. The results of the analysis in this study also found the role of homestay which is divided into the following: (1) Conservator (preserver) socio-cultural and environmental values, (2) Catalyst (mobilizer) community economy, (3) Facilitator (provider of facilities) for tourists, (4) Promoting (publications and imagery) Ubud as a community-based tourist destination.

Keyword : Ubud, homestay, sustainable tourism, community based tourism.

xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri akomodasi pariwisata berkembang dengan pesat di Bali, menjadikan Pulau Bali menjadi destinasi yang memiliki hotel bintang dan non bintang yang ditotal berjumlah 2.079 buah (BPS Prov. Bali 2017). Industri yang tergolong dalam lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum (Akmamin) ini juga menjadi salah satu penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi Bali. Dari pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,04 %, sebanyak 1,13 % nya berasal dari usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum tersebut (BPS Prov. Bali 2015).

Jika lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Pulau Bali, maka perlu ditinjau tingkat sumbangsih industri akomodasi tersebut terhadap kegiatan pariwisata yang ada dalam jangka waktu panjang. Terdapat 3 aspek utama yang menjadi indikator sebuah kegiatan pariwisata yang berkelanjutan di sebuah destinasi pariwisata menurut UNEP & UNWTO (2005), yaitu: 1.! Penggunaan sumber daya alam secara efisien yang menjadi salah satu

kunci dalam pengembangan sektor pariwisata, menjaga proses ekologi dan membantu menjaga sumber daya alam dan keberagamannya.

2.! Menghargai keaslian kehidupan sosial-budaya masyarakat lokal, mengkonservasi nilai-nilai warisan budaya baik berupa bangunan dan 2.! Menghargai keaslian kehidupan sosial-budaya masyarakat lokal, mengkonservasi nilai-nilai warisan budaya baik berupa bangunan dan

3.! Memastikan kelayakan, ekonomi jangka panjang, menyediakan keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan

yang secara adil, termasuk pekerjaan tetap dan kesempatan memperoleh penghasilan dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal dan ikut dalam pengentasan kemiskinan.

Seperti yang dijelaskan dalam aspek-aspek pengembangan pariwisata berkelanjutan di atas, mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat lokal dengan memberikan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan pariwisata merupakan bentuk dari adanya pariwisata berkelanjutan. Menurut Garrod (2001:4), ada pendekatan prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata yang cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif, yang lebih concern dengan peraturan yang seimbang antara pembangunan dan perencanaan yang terkendali. Pendekatan dengan model ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap alam/lingkungan sebagai dampak pembangunan sebuah kegiatan wisata.

Perencanaan kegiatan partisipatif erat hubungannya dengan penerapan konsep Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan pariwisata. Menurut Suansri (2003:14), CBT adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT juga merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Dengan penjelasan tersebut, dapat dikatakan CBT Perencanaan kegiatan partisipatif erat hubungannya dengan penerapan konsep Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan pariwisata. Menurut Suansri (2003:14), CBT adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT juga merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Dengan penjelasan tersebut, dapat dikatakan CBT

Tabel 1.1 Tingkat Hunian Kamar Kab. Gianyar 2014-2015

Tingkat Hunian Kamar Hotel (Persen) Non Bintang

Hotel non

Bulan Hotel Bintang

dan Bintang

Februari 39.01 36.24 36.94 32.01 51 40.47 Maret

Oktober 47.27 52.85 39.01 42.86 55.53 62.84 November 44.43 40.82 34.28 36.31 54.58 45.32

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar Tingkat penghunian kamar hotel non bintang yang mengalami kenaikan 5,06% dari tahun 2014 ke tahun 2015, sedangkan penurunan hunian kamar dialami oleh hotel berbintang sebanyak 6,03% di Kabupaten Gianyar. Berkembangnya tren industri akumodasi homestay di Ubud juga memiliki peranan dalam meningkatnya jumlah hunian kamar akomodasi non bintang ini, dibuktikan juga dengan didirikannya Ubud Homestay Association yang menaungi usaha homestay yang ada di Ubud.

Homestay di Kecamatan Ubud pun dijadikan role model pengembangan 100.000 homestay di 10 destinasi prioritas yang ada di Indonesia, sesuai dengan program Menteri Pariwisata Arief Yahya yang akan dimulai pada tahun 2017. Dengan perkembangan homestay yang pesat, diharapkan dapat membawakan sumbangsih positif terhadap kegiatan pariwisata berkelanjutan yang ada di Kecamatan Ubud.

Dengan mengkaji peran homestay di Ubud dalam bentuk peranannya terhadap kehidupan sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan sekitar, diharapkan mampu membuka sudut pandang pemangku kepentingan terhadap keberadaan homestay itu sendiri. Peran homestay bisa dalam bentuk proteksi dan konservasi terhadap nilai-nilai sosial-budaya dan kondisi lingkungan, hingga meningkatkan tingkat kehidupan sosial-ekonomi dalam jangka waktu yang panjang (berkelanjutan).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peranan industri akomodasi berjenis homestay di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dengan menggunakan aspek-aspek yang diterangkan oleh UNEP & UNWTO (2005) sebagai bahan acuan pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu peranan Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peranan industri akomodasi berjenis homestay di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dengan menggunakan aspek-aspek yang diterangkan oleh UNEP & UNWTO (2005) sebagai bahan acuan pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu peranan

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya dan kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Mahasiswa

Sebagai media pembelajaran dan pengimplementasian teori-teori yang selama ini didapat di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Penelitian ini juga dapat menjadi sarana pembelajaran secara langsung dengan teknik observasi dan wawancara bagi mahasiswa.

1.5.2 Bagi STP Nusa Dua Bali

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan acuan pembelajaran bagi civitas akademika yang ingin memperdalam maupun menemukan hal-hal baru yang terkait dengan topik penelitian ini.

1.5.3 Bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar

Dengan penelitian ini diharapkan diketahuinya bentuk peran dan kontribusi industri akomodasi homestay terhadap kondisi sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan yang ada di Ubud. Sehingga dapat menjadi bahan informasi komprehensif bagi

Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk menyusun dan mengevaluasi regulasi mengenai kegiatan pariwisata di Ubud.

1.5.4 Bagi Pengelola Homestay di Ubud

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pengelola homestay untuk dapat memahami keberadaan homestay yang dikelola dan bentuk keikutsertaannya dalam mengembangkan Ubud sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Objek dan Lokasi Penelitian

1.! Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah homestay yang dimiliki dan

dikelola oleh masyarakat lokal di Kecamatan Ubud. Homestay yang akan dijadikan objek penelitian adalah homestay yang tergabung dalam Ubud Homestay Association.

2.! Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Ubud, yang meliputi 8

kelurahan/desa adat yakni Kelurahan Kedewatan, Lodtunduh, Mas, Peliatan, Petulu, Sayan, Singakerta, dan Ubud.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

1.! Jenis Data a.! Data Kualitatif Jenis data ini adalah data yang diungkapkan dalam bentuk uraian. Menurut Moleong (2001:157) adalah sumber data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen tertulis, 1.! Jenis Data a.! Data Kualitatif Jenis data ini adalah data yang diungkapkan dalam bentuk uraian. Menurut Moleong (2001:157) adalah sumber data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen tertulis,

Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan uraian-uraian singkat berupa informasi mengenai Ubud, dan homestay di Ubud yang mencakup gambaran umum serta perkembangan usaha industri pariwisata berbasis ekonomi kemasyarakatan.

2.! Sumber Data a.! Data Primer Data ini diperoleh dengan cara pengumpulan secara langsung dari objek penelitian. Dapat menggunakan alat bantu seperti panduan wawancara, dan dengan cara observasi. Data primer ini diperoleh dengan menggunakan daftar wawancara kepada pemilik/pengelola usaha maupun asosiasi akomodasi homestay di Ubud.

b.! Data Sekunder Data ini diperoleh dengan cara dikumpulkan dan diolah oleh orang atau sebuah instansi dengan cara

dipublikasi. Data ini berupa data statistik mengenai jumlah pertumbuhan akomodasi di Ubud oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar, dan data anggota oleh Ubud Homestay Association.

1.6.3 Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010) yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel homestay diambil dari anggota Ubud Homestay Association, karena dianggap memiliki kredibilitas dalam mewakili populasi homestay yang ada di Ubud. Sebagai sampel penelitian, digunakan 10 homestay yang tergabung di Ubud Homestay Association untuk diwawancarai. Jumlah informan tersebut berdasarkan tingkat banyaknya jumlah homestay yang tersebar di Kecamatan Ubud; Kelurahan Kedewatan (1), Lodtunduh (1), Mas (1), Peliatan (1), Petulu (1), Sayan(1), Singakerta (1), dan Ubud (3).

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

1.! Wawancara Mendalam (In-Depth Interview) Wawancara merupakan bentuk berkomunikasi secara

langsung dengan responden penelitian dalam bentuk tanya jawab sehingga ekspresi informan merupakan sebuah alat untuk melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2000:119). Proses wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada pemilik/pengelola dan pihak asosiasi homestay di Ubud dan

Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar untuk mengetahui bentuk kontribusi homestay terhadap kondisi sosial-ekonomi, sosial- budaya, dan kondisi lingkungan di Ubud.

2. Observasi Menurut Sugiyono (2010), observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yng spesifik. Wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi pada obyek- obyek alam lainnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan, ketika penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, beberapa gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan peneliti mengenai kontribusi homestay kepada kondisi sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan sekitar.

3.! Dokumentasi Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,

1.6.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif model Spradley. Menurut Spradley (1979), terdapat beberapa jenis teknik analisa data kualitatif milik Spradley yaitu: (1) Pengamatan deskriptif, (2) Analisis domain, (3) Pengamatan terfokus, (3) Analisis taksonomi, (4) Pengamatan terpilih, (5) Analisis komponensial, dan (6) Analisis tema (Moleong, 2010:302). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain dan analisis taksonomi dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Domain Dalam analisis data kualitatif, analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut. Teknik ini digunakan untuk penelitian kualitatif yang bersifat eksplorasi, artinya hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari subjek yang diteliti, tanpa harus dirinci secara detail unsur- unsur yang ada dalam keutuhan subjek penelitian tersebut.

Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain, maka Spradley (1979) membuat enam langkah yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut:

a.! Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan,

b.! Menyiapkan kerja analisis domain, c.! Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian

peneliti di lapangan, d.! Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori

sombolis dari domain-domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik,

e.! Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-

masing domain, f.! Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang

ada.

2. Analisis Taksonomi Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa 2. Analisis Taksonomi Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa

Tujuh langkah analisis taksonomi yaitu: (1) memilih satu domain untuk dianalisis, (2) mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama digunakan untuk domain itu, (3) mencari tambahan istilah bagian, (4) mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif, (5) membentuk taksonomi sementara, (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan, dan (7) membangun taksonomi secara lengkap.

Pada akhir analisis data, akan dihasilkan diagram garis yang menunjukkan pol hubungan semantik antar domain- domain yang menghasilkan informasi yang menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi.

Gambar 1.1 Diagram Garis dari Analisis Taksonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1! Teori Peran (Role Theory)

Menurut Sarwono (2002), teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori ini juga berawal dari ilmu sosiologi dan antropologi. Kata ‘peran’ dalam ketiga ilmu tersebut sering dikaitkan dalam dunia teater, yang dimana dianalogikan posisi seseorang/sesuatu diharapkan adanya untuk dapat berkaitan dengan orang-orang atau hal lain. Dari sudut pandang teater inilah kemudian disusun sebuah teori peranan. Levinson (dalam Soekanto, 2009:213) menyebutkan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1.! Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peratuan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2.! Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3.! Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

2.2 Homestay

2.2.1 Definisi Homestay

Homestay adalah kegiatan wisata alternatif dimana wisatawan akan tinggal bersama keluarga atau pemilik rumah diarea rumah yang sama Homestay adalah kegiatan wisata alternatif dimana wisatawan akan tinggal bersama keluarga atau pemilik rumah diarea rumah yang sama

2.2.2 Konsep Homestay

Dalam buku berjudul ASEAN Homestay Standard pada tahun 2016, sebuah homestay memiliki 9 kriteria yaitu: 1.! Adanya Penyedia Homestay

Adanya tuan rumah atau pengelola homestay yang menjadi penyedia sarana akomodasi. Tuan rumah harus terdaftar sebagai penyedia jasa akomodasi homestay.

2.! Fasilitas Akomodasi Adanya bangunan, kamar tidur, dan kamar mandi atau toilet yang menjadi fasilitas bagi wisatawan yang ingin menginap.

3.! Aktivitas Adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal yang dapat

menjadi daya tarik wisata. Contohnya tarian, upacara, dan lainnya. Aktivitas lainnya yang dapat dilakukan di sekitaran homestay untuk menambah daya tariknya seperti bersepeda, mendaki, mengunjungi daya tarik wisata, dan lainnya. Seluruh aktivitas yang ada harus menunjukkan identitas keaslian dari destinasi tersebut, baik dari nilai- nilai budaya, tata cara hidup, hingga kerajinan tangannya.

4.! Manajemen Adanya sebuah organisasi yang terdiri dari perkumpulan pemilik homestay yang memiliki peran membangun kapasitas, pemberdayaan

perempuan dan pemuda, dan berkolaborasi dengan institusi lainnya seperti tour operator, dinas pariwisata, Non-Governmental Organisations (NGOs), dan institusi pendidikan yang ada. Selain itu adanya database dari penyedia jasa akomodasi, tamu yang menginap, dan database produk aktivitas wisata.

5.! Lokasi (Aksesibilitas) Tempat dari homestay dapat dengan mudah diakses dengan model transportasi apa saja, baik menuju destinasi tersebut dengan pesawat,

kapal laut, hingga melalui jalur darat. Juga terdapat papan penunjuk arah yang baik untuk menuntun wisatawan mencapai homestay tersebut.

6.! Tingkat Higenis dan Kebersihan Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan tingkat higenitas dan kebersihan yang ada di suatu homestay yaitu rumah (bangunan) tempat

tamu menginap beserta fasilitasnya, kebersihan lingkungan sekitar homestay, dan tingkat kebersihan proses pembuatan makanan bagi tamu yang menginap.

7.! Keselamatan dan Keamanan Pengelola homestay diwajibkan untuk memiliki kemampuan

pertolongan pertama pada hal-hal yang sifatnya darurat jika terjadi pada tamu. Selain itu terdapat fasilitas keselamatan dan keamanan yang mendukung pengelola homestay untuk memberikan rasa aman kepada pertolongan pertama pada hal-hal yang sifatnya darurat jika terjadi pada tamu. Selain itu terdapat fasilitas keselamatan dan keamanan yang mendukung pengelola homestay untuk memberikan rasa aman kepada

8.! Pemasaran dan Promosi Adanya aktivitas promosi yang dilakukan oleh pengelola homestay, menjalin kerjasama dengan operator perjalanan merupakan

bentuk dari kegiatan pemasaran dan promosi yang memiliki peluang mendatangkan tamu yang akan menginap ke homestay tersebut. Juga ditambahkan adanya kegiatan online marketing melalui media sosial dan juga melalui website, dengan memberdayakan pemuda di desa untuk mengelola hal tersebut.

9.! Prinsip Berkelanjutan Poin-poin yang ada sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan pariwisata berkelanjutan, diantaranya terdapat

Economic Sustainability, Environmental Sustainability, dan Sosiocultural Sustainanbility. Dengan prinsip ini, diharapkan homestay yang juga dapat dikatakan sebagai industri pariwisata berbasis masyarakat dapat mewujudkan kegiatan pariwisata di daerah homestay tersebut menjadi berkelanjutan dalam jangka waktu panjang kedepannya.

2.3 Pariwisata Berkelanjutan

2.3.1 Definisi Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan adalah adanya kegiatan kepariwisataan yang memperhitungkan nilai ekonomi pada masa kini dan masa yang mendatang, dampak sosial dan lingkungan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat lokal (UNEP & UNWTO, 2005). Pariwisata berkelanjutan ini tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan wisatawan akan akomodasi, tetapi ikut memperhitungkan dampak sosial-budaya, lingkungan, dan nilai ekonomi kepada masyarakat lokal. Interaksi antara kegiatan kepariwisataan berkaitan langsung dengan lingkungan sekitarnya. Ada dua dampak utama terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan pariwisata, yaitu penggunaan sumber daya alam dan dampak terhadap ekosistem alam. Hal tersebut menjadi dampak negatif ketika sebuah destinasi yang belum dapat menjaga dengan baik sumber daya alam dan ekosistem alamnya ketika didesak oleh bertumbuhnya mass tourism (Neto, 2003:4). Dijelaskan juga oleh Neto (2003), sebuah negara yang sektor ekonomi utamanya didukung oleh kegiatan industri pariwisata seharusnya sudah memperhatikan lingkungan, disamping menghitung keuntungan yang diperoleh dari sebuah destinasi wisata untuk menunjang keberadaan dari kegiatan pariwisata tersebut dalam jangka waktu yang panjang (long-term tourism). Dilihat dari siklus hidupnya sebuah destinasi pariwisata, dimulai dari proses pengeksplorasian, hingga dapat berakhir dengan adanya penolakan Pariwisata berkelanjutan adalah adanya kegiatan kepariwisataan yang memperhitungkan nilai ekonomi pada masa kini dan masa yang mendatang, dampak sosial dan lingkungan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat lokal (UNEP & UNWTO, 2005). Pariwisata berkelanjutan ini tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan wisatawan akan akomodasi, tetapi ikut memperhitungkan dampak sosial-budaya, lingkungan, dan nilai ekonomi kepada masyarakat lokal. Interaksi antara kegiatan kepariwisataan berkaitan langsung dengan lingkungan sekitarnya. Ada dua dampak utama terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan pariwisata, yaitu penggunaan sumber daya alam dan dampak terhadap ekosistem alam. Hal tersebut menjadi dampak negatif ketika sebuah destinasi yang belum dapat menjaga dengan baik sumber daya alam dan ekosistem alamnya ketika didesak oleh bertumbuhnya mass tourism (Neto, 2003:4). Dijelaskan juga oleh Neto (2003), sebuah negara yang sektor ekonomi utamanya didukung oleh kegiatan industri pariwisata seharusnya sudah memperhatikan lingkungan, disamping menghitung keuntungan yang diperoleh dari sebuah destinasi wisata untuk menunjang keberadaan dari kegiatan pariwisata tersebut dalam jangka waktu yang panjang (long-term tourism). Dilihat dari siklus hidupnya sebuah destinasi pariwisata, dimulai dari proses pengeksplorasian, hingga dapat berakhir dengan adanya penolakan

2.3.2 Konsep Pariwisata Berkelanjutan

Pengembangan sebuah destinasi pariwisata secara masif tanpa memperhatikan aspek-aspek pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan akan berdampak buruk terhadap destinasi tersebut pada masa yang akan datang. Menurut UNEP & UNWTO (2005), maka dibentuklah konsep pariwisata berkelanjutan yang memiliki aspek-aspek:

1.! Lingkungan Penggunaan sumber daya alam secara efisien yang menjadi salah satu kunci dalam pengembangan sektor pariwisata, menjaga

proses ekologi dan membantu menjaga sumber daya alam dan keberagamannya.

Menurut UNEP & UNWTO (2005:46), beberapa indikator penting yang berhubungan dengan lingkungan terhadap tingkat keberhasilan pariwisata berkelanjutan adalah: (1) Penggunaan bahan kimia yang berbahaya, (2) Sistem pengelolaan limbah cair, (3) Sistem pengelolaan sampah, (4) Pembangunan menggunakan bahan ramah lingkungan.

2.! Sosial-Budaya Menghargai keaslian kehidupan sosial-budaya masyarakat

lokal, menkonservasi nilai-nilai warisan budaya baik berupa bangunan dan tata cara hidup, dan ikut berkontribusi ke pemahaman dan tolerasi antar budayanya.

Menurut UNEP & UNWTO (2005:38), beberapa indikator yang berhubungan dengan sosial-budaya terhadap pariwisata berkelanjutan adalah: (1) Program konservasi efektif bagi nilai kebudayaan dan sejarah, (2) Berkolaborasi dengan masyarakat untuk mempertahankan dan memperkenalkan budaya dan tradisi lokal.

3.! Sosial-Ekonomi Memastikan kelayakan, ekonomi jangka panjang,

menyediakan keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang secara adil, termasuk pekerjaan tetap dan kesempatan memperoleh penghasilan dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal dan ikut dalam pengentasan kemiskinan.

Sedangkan menurut Melly G. Tan, 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat sosial ekonomi masyarakat adalah pekerjaan, penghasilan dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1981:35). Konsep pariwisata berkelanjutan tidak hanya berbicara diruang

lingkup aspek lingkungan, lebih dari itu konsep sustainable tourism ini menjaga keberadaan sebuah destinasi wisata dalam jangka waktu yang panjang baik dari aspek sosial-budaya, dan keuntungan ekonomi yang diberikan kepada masyarakat lokal.

2.4 Pariwisata Berbasis Masyarakat

2.4.1 Definisi Pariwisata Berbasis Masyarakat

Menurut Pinel (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat atau yang disebut Community Based Tourism adalah model pengembangan pariwisata yang memiliki asumsi bahwa kegiatan pariwisata harus berangkat dari kesadaran nilai-nilai kebutuhan masyarakat sebagai upaya membangun pariwisata yang lebih bermanfaat bagi kebutuhan, inisiatif, dan peluang masyarakat lokal.

2.4.2 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat

Isnaini (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) menjelaskan Community Based Tourism berasal dari strategi pengembangan masyarakat dengan menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat kemampuan organisasi masyarakat lokal. Konsep CBT ini memiliki prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai alat pengembangan komunitas bagi masyarakat lokal, yaitu:

1.! Mengakui, mendukung, dan mempromosikan pariwisata yang dimiliki masyarakat 2.! Melibatkan anggota masyarakat sejak awal pada setiap aspek

3.! Mempromosikan kebanggaan masyarakat 4.! Meningkatkan kualitas hidup 5.! Menjamin sustainbilitas lingkungan 6.! Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik 7.! Membantu mengembangkan cross-cultural learning

8.! Menghormati perbedaan-perbedaan budaya dan kehormatan manusia 9.! Mendistribusikan keuntungan secara adil diantara anggota masyarakat

10.!Menyumbang prosentase yang ditentukan bagi income proyek masyarakat

Dapat disimpulkan bahwa adanya konsep Community Based Tourism ini memiliki satu visi yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Suansri (2003) juga menerangkan bahwa Community Based Tourism dapat menjadi alat untuk mewujudkan sebuah pembangunan paariwisata yang berkelanjutan. Menurut Ernawati (2010) pariwisata berbasis masyarakat ini adalah model manajemen kepariwisataan yang dikelola oleh masyarakat setempat yang berupaya meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan dan budaya, dan pada saat yang sama menciptakan dampak ekonomi yang positif. Masyarakat tinggal disekitar obyek dan daya tarik pariwisata, sesungguhnya penduduk itu adalah bagian dari atraksi wisata itu sendiri. Konsep CBT memungkinkan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan kepariwisataan untuk masyarakat setempat, serta menjadikan masyarakat lokal sebagai subyek kegiatan kepariwisataan bukan sebagai obyeknya.

Yaman & Mohd (2004) dalam Nurhidayati (2012) menjelaskan beberapa kunci pengaturan pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan pendekatan Community Based Tourism yaitu:

1.! Adanya dukungan pemerintah 2.! Partisipasi dari stakeolder 3.! Pembagian keuntungan yang adil 4.! Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan 5.! Penguatan institusi lokal.

2.5 Definisi Konservatif

Pengertian ataupun makna dari kata konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama/hal tradisional dan menentang modernitas (Charlotte Thomson, 1999). Dimana makna yang terkandung dalam sifat konservatif (konservasi) dapat dijelaskan sebagai sifat memiliki kekuatan atau kecenderungan untuk melindungi atau melestarikan.

2.6 Definisi Katalisator

Menurut Achlis (1993), peranan katalisator adalah peran sosial berusaha membantu kelayakan dalam lingkungan dengan jalan memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan dengan jalan menyediakan sumber-sumber serta kesempatan untuk melakukan perubahan. Dimana perubahan yang dilakukan membuahkan hasil untuk berkembang.

2.7 Definisi Fasilitator

Menurut Sam Kaner (2007), definisi fasilitator adalah seseorang yang memahami tujuan bersama mereka dan membantuk mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitator memiliki pengertian orang yang menyediakan fasilitas.

2.8 Definisi Promotor

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata promotor memiliki pengertian orang yang menjadi penganjur atau pendorong suatu usaha (gerakan dan sebagainya). Promotor dijelaskan sebagai orang yang ke depan, memajukan atau mempromosikan; sebuah pemberi semangat.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Letak Geografis

Sesuai dengan isi Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali menyebutkan bahwa daerah Ubud merupakan salah satu dari 15 Kawasan Pariwisata di wilayah Provinsi Bali. Sebagai sebuah kawasan pariwisata, Ubud terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Ubud, Kecamatan Payangan, dan Kecamatan Tegalalang. Kecamatan Ubud merupakan lokasi penelitian ini.

Gambar 3.1 Peta KSPN Ubud dan sekitarnya

Kecamatan Ubud terletak di Kabupaten Gianyar yang memiliki luas 368 Km 2 atau 36.800 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan yaitu

Kecamatan Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Ubud, Tegalalang, dan Kecamatan Payangan.

Kabupaten Gianyar secara administrasi berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Bangli, di sebelah Timur dengan Kabupaten Klungkung/Bangli, di sebelah selatan dengan Kota Denpasar dan Selat Badung, serta berbatasan secara administrasi di sebelah barat dengan

Kabupaten Badung. Kecamatan Ubud memiliki luas 42,38 Km 2 yang terdiri dari 8 kelurahan/desa adat yaitu Kelurahan Kedewatan, Lodtunduh,

Mas, Peliatan, Petulu, Sayan, Singakerta, dan Ubud adalah lokasi penelitian dalam penelitian ini.

3.2 Kondisi Fisik Alamiah

Kondisi fisik Kecamatan Ubud memiliki luas 42,38 km² diatas tanah adat. Memiliki ketinggian 300m diatas permukaan laut menjadikan Ubud memiliki temperatur udara rata-rata 25.3°C. Iklim Ubud diklasifikasikan sebagai iklim tropis. Terdapat tingkat curah hujan yang signifikan sepanjang tahun di Ubud. Berkonfigurasi umum lahan dataran, Ubud memiliki jenis materian tanah gambut dan memiliki tingkat curah hujan rata-rata sebanyak 2244mm.

3.3 Karakteristik Sosio – Ekonomi – Budaya

Masyarakat di daerah Ubud yang termasuk dalam Kecamatan Ubud didominasi bekerja dalam sektor perdagangan dan industri (Data BPS: Kecamatan Ubud Dalam Angka 2016). Hal ini didukung juga dengan banyaknya industri kesenian seperti seni lukis, seni pahat, dan lainnya di daerah kelurahan Ubud. Selain perdagangan, banyak pula masyarakat lokal yang ikut bekerja dalam sektor pariwisata seperti industri akomodasi, hingga jasa transportasi.

Gambar 3.2 Salah satu toko seni di Jl. Monkey Forest, Ubud (sumber: http://www.nikkinearandfar.com)

Menurut data BPS dalam ‘Kecamatan Gianyar Dalam Angka 2015’, masyarakat di Kecamatan Ubud didominasi oleh pemeluk agama Hindu sejumlah 71.995 dan diikuti oleh pemeluk agama Islam sejumlah 271 orang.

3.4 Daya Tarik Wisata

Visi Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar yang ingin mewujudkan pariwisata budaya yang berkualitas, berdaya saing, berkelanjutan dan sejahtera, dapat diterjemahkan bahwa pemerintah Kabupaten Gianyar memiliki arah pembangunan kepariwisataan yang berlandaskan budaya, memiliki daya saing dikancah pariwisata nasional maupun global, berkelanjutan dalam jangka waktu panjang, serta memiliki Visi Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar yang ingin mewujudkan pariwisata budaya yang berkualitas, berdaya saing, berkelanjutan dan sejahtera, dapat diterjemahkan bahwa pemerintah Kabupaten Gianyar memiliki arah pembangunan kepariwisataan yang berlandaskan budaya, memiliki daya saing dikancah pariwisata nasional maupun global, berkelanjutan dalam jangka waktu panjang, serta memiliki

3.4.1 Ubud Monkey Forest

Ubud Monkey Forest juga dikenal dengan nama Mandala Wisata Wenara Wana merupakan tempat cagar alam yang juga berupa kompleks candi yang terletak di Jl. Monkey Forest, Ubud. Di atraksi wisata ini terdapat 340 ekor monyet ekor panjang yang menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

Gambar 3.4 Ubud Monkey Forest (sumber: http://myjanemtrasnport.com)

Memiliki luas 27 hektar, didalam daya tarik wisata Ubud Monkey Forest ini juga terdapat sebuah pura yang bernama Candi Pura Dalem Agung Padangtegal. Wisatawan dapat merasakan suasanya spiritual areal hutan ditemani dengan banyaknya monyet berjenis ekor panjang.

3.4.2 Puri Saren Ubud

Istana kerajaan Ubud yang masih eksis menjadi landmark kawasan pariwisata Ubud hingga saat ini. Puri Saren Ubud terletak Istana kerajaan Ubud yang masih eksis menjadi landmark kawasan pariwisata Ubud hingga saat ini. Puri Saren Ubud terletak

Gambar 3.5 Puri Saren Ubud (sumber: bali.panduanwisata.id)

Di Puri Saren Ubud, wisatawan dapat melihat bentuk istana atau rumah tradisional yang menjadi lokasi kediaman Raja Ubud. Daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Puri Saren Ubud adalah keaslian dan keunikan bentuk istana yang tetap dipertahankan sebagai ciri khas kerajaan Ubud yang masih eksis hingga saat ini.

3.4.3 Museum Seni Neka

Museum Seni Neka didirikan oleh Pande Wayan Suteja Neka, putra dari I Wayan Neka, seorang pemahat kayu ternama di Ubud. Berada di Sanggingan-Ubud, di museum ini terdapat beragam karya lukis, patung, maupun keris yang memiliki beragam cerita. Keluarga Pande Wayan Suteja Neka merupakan pewaris pembuat peralatan perang dari seorang Mpu Keris, Pande Pan

Nedeng, yang berasal dari kerajaaan Peliatan-Ubud, Ida Dewa Agung Djelantik pada era 1823 – 1845.

Gambar 3.6 Museum Seni Neka (sumber: bali.panduanwisata.id)

Selain wisatawan dapat menikmati koleksi lukisan yang ada di Museum Seni Neka, sedikit berbeda dari museum lainnya; Museum Seni Neka juga berfokus untuk menjaga dan mengkonservasi keris.

Keris merupakan karya yang memperlihatkan ‘Local Wisdom’, yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai senjata tradisional, benda berwasiat, serta sarana upacara keagamaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat umat Hindu di Bali. Wisatawan dapat mengenal, dan belajar mengenai nilai-nilai luhur dari proses pembuatan hingga filosofi yang ada disebuah keris.

3.5 Aksesibilitas

Untuk menuju Ubud, dapat ditempuh sejauh 37,6 km melalui jalur darat kurang lebih selama 1 jam 30 menit dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Jalan untuk menuju Ubud sudah didukung dengan jalan raya aspal untuk memudahkan mengakses pusat kawasan wisata Ubud menggunakan kendaraan roda dua, mobil, hingga bus. Sedangkan untuk mencapai Ubud melalui pelabuhan laut terdekat yakni Pelabuhan Padang Bai, dapat ditempuh sejauh 37,7 km kurang lebih selama 90 menit melalui Bypass Ida Bagus Mantra.