KESIMPULAN DAN SARAN PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP KARTIKA I 2 MEDAN T.A 2014/2015.

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Aspek-Aspek Berpikir Kreatif 14 Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Open-Ended 21 Tabel 3.1. Kriteria rata-rata penilaian observasi 55 Tabel 4.1. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Tes Diagnostik 57 Tabel 4.2. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa per Aspek pada Tes Diagnostik 58 Tabel 4.3. Data Hasil Observasi Guru Siklus I 62 Tabel 4.4. Data Hasil Observasi Siswa Siklus I 65 Tabel 4.5. Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 67 Tabel 4.6. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada TKBK I 68 Tabel 4.7. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal 1 Aspek Keaslian Originality69 Tabel 4.8. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Keaslian Originality pada TKBK I 70 Tabel 4.9. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal Nomor 2 Aspek Keluwesan Flexibility 71 Tabel 4.10. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Keluwesan Flexibility pada TKBK I 73 Tabel 4.11. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal Nomor 3 Aspek Memperinci Elaboration 74 Tabel 4.12. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Memperinci Elaboration pada TKBK I 75 Tabel 4.13. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal Nomor 4 Aspek Kelancaran Fluency 76 Tabel 4.14. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Kelancaran Fluency pada TKBK I 78 Tabel 4.15. Deskripsi Hasil Observasi Guru Siklus II 83 Tabel 4.16. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Siklus II 85 Tabel 4.17. Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 87 Tabel 4.18. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada TKBK II 87 Tabel 4.19. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal 1 Aspek Memperinci Elaboration 88 Tabel 4.20. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Memperinci Elaboration pada TKBK II 89 Tabel 4.21. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal Nomor 2 Aspek Keluwesan Flexibility 90 Tabel 4.22. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Keluwesan Flexibility pada TKBK II 90 Tabel 4.23. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal Nomor 3 Aspek Kelancaran Fluency 93 Tabel 4.24. Data Kemampuan Berpikir Kreatif SiswaAspek Kelancaran Fluency pada TKBK II 94 Tabel 4.25. Proses Penyelesaian Siswa pada Soal Nomor 4 Aspek Keaslian Originality 95 Tabel 4.26. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Keaslian Originality pada TKBK II 97 Tabel 4.27. Perbandingan Nilai Ketuntasan Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II 98 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Contoh Jawaban Siswa I 4 Gambar 1.2. Contoh Jawaban Siswa II 5 Gambar 2.1. Tingkat Berpikir 12 Gambar 2.2. Gambaran Pendekatan Open-ended 19 Gambar 2.3. Jenis-jenis Segiempat 27 Gambar 2.4. Menghitung Luas Persegi Panjang 28 Gambar 2.5. Persegi Panjang pada Geoboard 28 Gambar 2.6. Menghitung Luas Persegi 29 Gambar 2.7. Persegi pada Geoboard 29 Gambar 2.8. Jajargenjang 30 Gambar 2.9. Menghitung Luas Jajargenjang I 30 Gambar 2.10. Menghitung Luas Jajargenjang II 31 Gambar 2.11. Menghitung Luas Jajargenjang III 31 Gambar 2.12. Jajargenjang pada Geoboard 32 Gambar 2.13. Belah Ketupat 32 Gambar 2.14. Menghitung Luas Belah Ketupat 32 Gambar 2.15. Belah Ketupat pada Geoboard 33 Gambar 2.16. Layang-layang 34 Gambar 2.17. Menghitung Luas Layang-layang 34 Gambar 2.18. Layang-layang pada Geoboard 35 Gambar 2.19. Jenis-jenis Trapesium 35 Gambar 2.20. Trapesium Sebarang 36 Gambar 2.21. Trapesium Sama Kaki 36 Gambar 2.22. Trapesium Siku-siku 37 Gambar 2.23. Menghitung Luas Trapesium 37 Gambar 2.24. Trapesium pada Geoboard 38 Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas 43 Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Skor Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 98 Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Per Aspek 99 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran 110 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I 118 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II 123 Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I 132 Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II 137 Lampiran 6 : Lembar Aktivitas Siswa LAS I Siklus I 132 Lampiran 7 : Lembar Aktivitas Siswa LAS II Siklus I 142 Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa LAS I Siklus II 146 Lampiran 9 : Lembar Aktivitas Siswa LAS II Siklus II 151 Lampiran 10 : Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 155 Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 158 Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I Siklus II 162 Lampiran 13 : Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II Siklus II 168 Lampiran 14 : Kisi-kisi Tes Diagnostik 172 Lampiran 15 : Tes Diagnostik 173 Lampiran 16 : Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 174 Lampiran 17 : Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 176 Lampiran 18 : Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 177 Lampiran 19 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 179 Lampiran 20 : Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 184 Lampiran 21 : Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 185 Lampiran 22 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 186 Lampiran 23 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 190 Lampiran 24 : Lembar Validator 192 Lampiran 25 : Lembar Validasi 193 Lampiran 26 : Hasil Tes Diagnostik 202 Lampiran 27 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 205 Lampiran 28 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 208 Lampiran 29 : Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran 211 Lampiran 30 : Lembar Observasi Kegiatan Siswa 223 Lampiran 31 : Lembar Hasil Wawancara 231 Lampiran 32 : Daftra Nama Siswa 235 Lampiran 33 : Dokumentasi Penelitian 236 Jadwal Kegiatan Penelitian Surat Keterangan Telah Melaksanakan Observasi Surat Izin Penelitian Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas manusia. Melalui pendidikan kita bisa membentuk karakter dan keahlian skill manusia. Keahlian skill adalah sebuah alat untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik. Dengan sumber daya manusia yang baik maka kita akan bisa menciptakan bangsa yang memiliki masa depan yang cerah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang berkualitas, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk mengkaji suatu permasalahan secara logis dan sistematis. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman, 2003:253 terdapat lima alasan perlunya belajar matematika, yaitu: Matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, sarana untuk menigkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Pada alasan keempat yang dikemukakan Cornelius, ia menyatakan bahwa matematika merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Mann 2006:239 yang menyatakan, “The essence of mathematics is thinking creatively, not simply arriving at the answer” esensi dari matematika adalah berpikir kreatif, tidak sekedar hanya sampai pada jawaban benar. Hal ini berarti bahwa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif, cara yang tepat dilakukan adalah dengan melalui pembelajaran matematika. Proses belajar yang baik dan sesuai khususnya pada pelajaran matematika, dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif manusia. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia sejauh ini belum menunjukkan proses yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Seperti yang di ungkapkan oleh Siswono 2010:2 dalam jurnalnya: Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika kurang dan bahkan tidak menjadi fokus pembelajaran karena adanya beberapa kendala seperti anggapan kreativitas hanya dimiliki oleh anak-anak yang berbakat luar biasa, tes-tes standar untuk evaluasi atau penilaian menekankan pada masalah-masalah konvergen yang jawabannya tunggal, masyarakat ataupun guru lebih menyukai prestasi matematika yang tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif, karena membutuhkan waktu lama dan pada ujian akhir nasional tidak digunakan. Selain itu, karena memang informasi tentang berpikir kreatif belum banyak diketahui, seperti apa kemampuan berpikir kreatif atau kreativitas itu, bagaimana mendorong kreativitas siswa, bagaimana karakteristik kemampuan bepikir kreatif itu, bagaimana indikator untuk menilai berpikir kreatif itu, atau apakah mata pelajaran matematika memperhatikan kreativitas, bukankah itu untuk pelajaran seni? Oleh karena kendala-kendala tersebut, maka akhirnya pembelajaran yang terjadi di Indonesia berjalan monoton dari waktu ke waktu, tidak mengikuti perkembangan zaman yang menuntut kemampuan berpikir kreatif dari setiap individu. Proses pendidikan yang berjalan di Indonesia kebanyakan masih menggunakan prinsip “transfer ilmu” dari guru ke siswa yang dilaksanakan dengan keterlibatan siswa yang sangat minim. Di tingkat SMP kebanyakan guru masih mengajar dengan menggunakan prinsip “transfer ilmu”. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan lapangan yang penulis lihat selama masa Program Pengalaman Lapangan dan pada saat observasi di sekolah yang akan diteliti, yaitu SMP Kartika I-2 Medan. Kebanyakan guru mengajar dengan cara menceramahkan materi yang dipelajari kemudian memberitahukan rumus menyangkut materi tersebut, lalu memberikan contoh soal, kemudian dilanjutkan dengan memberi tugas siswa yang didahului dengan mencatat rumus-rumus yang telah diberitahukan guru sebelumnya. Pembelajaran dengan prinsip “transfer ilmu” seperti ini tidak dapat memancing kemampuan berpikir kreatif siswa karena siswa sebenarnya tidak berpikir untuk memecahkan masalah dari soal yang diberikan oleh guru. Mereka sebagian besar hanya menghafal rumus kemudian meniru langkah-langkah yang telah dicontohkan guru pada contoh soal. Pembelajaran seperti ini hanya akan menimbulkan kekakuan pada pemikiran siswa. Padahal berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan pada peserta didik. Mengapa? Berikut akan dijelaskan alasan