Pembelajaran Kontekstual TINJAUAN PUSTAKA

15 Selain itu, portfolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai pembelajar aktif. Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing mahasiswa. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa. Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama Pembelajaran, yaitu: konstruktivisme constractivism, menemukan inquiri, bertanya questioning, masyarakat belajar leaning community, pemodelan modeling, refleksi reflekction, dan penilaian yang sebenarnya autentic assesment. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajarannya. Berikut ini adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual yang terdapat pada Contextuan Teaching And Leaning Depdiknas, 2002 sebagai berikut :

1. Konstruktivisme

 Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.  Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. Inquiry

 Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.  Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. Questioning Bertanya

 Kegiatan dosen untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir mahasiswa.  Bagi mahasiswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. Learning Community Masyarakat Belajar

 Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.  Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. 16  Tukar pengalaman.  Berbagi ide

5. Modeling Pemodelan

 Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.  Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Reflection Refleksi

 Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.  Mencatat apa yang telah dipelajari.  Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. Authentic Assessment Penilaian Yang Sebenarnya

 Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.  Penilaian produk kinerja.  Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional NO. CTL TRADISONAL 1 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa Pemilihan informasi di- tentukan oleh guru 2 Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima informasi 3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata-masalah yang disi-mulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4 Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan 5 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang Cenderung terfokus pada satu bidang disiplin tertentu 6 Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah melalui kerja kelompok Waktu belajar siswa se- bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan melalui kerja individual 7 Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan 8 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikem- bangkan atas dasar latihan 17 10 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman 11 Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik 12 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas 13 Hasil belajar diukurmelalui penerapan penilaian autentik Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tesujianulangan.

2.3 Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar KBM dirancang mengikuti prinsip-prinsip belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan kegiatan aktif mahasiswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertangung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan, makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi guru dan buku pelajaran. Akibatnya, guru maíz memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan transfer informasi baca: penuangan „air‟ informasi dari guru ke siswa. Untuk keperluan implementasi KBM yang bernuansa KBK, guru perlu melakukan pembalikan makna dan hakikat belajar. Pada pandangan dan paradigma ini, makna dan hakikat Belajar diartikan sebagai proses membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran pengetahuan awal, dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Akibat logis dari pengertian belajar di atas, maka mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun pemahaman mahasiswa. Partisipasi tersebut dapat 18 berwujud sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga mahasiswa „terdorong‟ untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif mahasiswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab mahasiswa itu sendiri, bukan dosen. Mahasiswa memiliki perbedaan satu sama lain. Mahasiswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Mahasiswa tertentu lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah dengan melihat visual, atau dengan cara kinestetika gerak. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. KBM perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan seharihari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, merabamenjamah, mencicipi, dan mencium. Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin disediakan pengalaman nyata, guru dapat menggantikannya dengan model atau situasi buatan dalam wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memperoleh pengalaman melalui alat audio-visual dengarpandang. Pilihan pengalaman belajar melalui kegiatan mendengar adalah pilihan terakhir. Mahasiswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata lain, membangun pemahaman akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat 19 mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari mahasiswa lain atau dosen. KBM perlu mendorong siswa untuk mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa lain, guru atau pihak-pihak lain. Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan pendapat, sikap, kemampuan, prestasi dan berlatih untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian dengan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya. Pada dasarnya, semua anak memiliki potensi untuk mencapai kompetensi. Kalau sampai mereka tidak mencapai kompetensi, bukan lantaran mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu tetapi lebih banyak akibat mereka tidak disediakan pengalaman belajar yang relevan dengan keunikan masingmasing karakteristik individual. Meskipun anak itu unik karena memiliki keragaman karakteristik, mereka memiliki kesamaan karena sama-sama memiliki: sikap ingin tahu curiosity, sikap kreatif creativity, sikap sebagai pelajar aktif active learner, dan sikap sebagai seorang pengambil keputusan decision maker. Kita belajar hanya 10 dari apa yang kita baca, 20 dari apa yang kita dengar, 30 dari apa yang kita lihat, 50 dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 dari apa yang kita katakan, dan 90 dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika mengajar dengan banyak berceramah, maka tingkat pemahaman siswa hanya 20. Tetapi sebaliknya, jika siswa diminta untuk melakukan sesuatu sambil melaporkannya, tingkat pemahaman siswa dapat mencapai sekitar 90. Sewaktu merancang kegiatan pembelajaran mahasiswa selalu berpikir mulai dari bawah kerucut pengalaman lihat gambar 1 Gambar 1. Kerucut Pengalaman 20

BAB III METODE PENGEMBANGAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan Action Research. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus, lama 1 siklus sekitar 6 kali pertemuan. Dalam pelaksanaan penelitian di adopsi model yang digambarkan oleh McKernan 1991 seperti pada gambar 2. Situasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran anatomi adalah rendahnya penguasaan dalam memahami dan mengenal stuktur tubuh manusia. Berdasarkan kondisi ini, maka sebelum kegiatan tindakan dilakukan perlu dilaksanakan analisis kebutuhan berupa kelemahan-kelemahan yang dialami oleh mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan perkuliahan. Untuk mengetahui kelemahan dan kesulitan yang dialami mahasiswa dilakukan observasi berdasarkan kompetensi yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran anatomi. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang diperoleh dari hasil observasi, dosen akan merumuskan dugaan-dugaan sementara yang menjadi dasar dalam pengembangan perencanaan tindakan. Gambar 2. Rancangan Siklus Penelitian Hipotesis Ide Hipotesis Ide Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Resolusi refleksi Resolusi refleksi Defenisi Masalah Defenisi Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Kebutuhan Pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Rencana Pengembangan rencana Pelaksanaan Pengembangan rencana Pelaksanaan 21 Pada tahap selanjutnya dikembangkan program pelaksanaan yang akan dilakukan dalam pembelajaran, yang akan menjadi pedoman dalam melaksanakan tindakan kepada mahasiswa. Program pelaksanaan yang dikembangkan berupa perencanaan strategi tindakan, persiapan bahan-bahan yang diperlukan, dan termasuk teknik mengevaluasi hasil tindakan. Setelah pengembangan program ini selesai, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Selanjutnya hasil tindakan akan dievaluasi sesuai dengan keluaran yang diinginkan antara lain kemampuan mahasiswa yang akan dievaluasi dengan menggunakan lembar penilaian yang telah disediakan, sedangkan aspek-aspek pelaksanaan pembelajaran dijaring melalui angket dan wawancara kepada mahasiswa. Hasil evaluasi ini akan menjadi masukan dan akan direfleksi sesuai dengan kenyataan yang diperoleh, sehingga kelemahan-kelemahan yang ada akan diperbaiki pada siklus selanjutnya kedua.

3.2 Persiapan Tindakan

Penelitian ini direncanakan selama perkuliahan anatomi pada semester ganjil Agustus-Desember 2009 berlangsung, oleh karena itu sebelum tindakan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan seperti berikut : a. Pertemuan awal oleh anggota tim peneliti, untuk menentukan pengalokasian waktu pelaksanaan, tugas tim peneliti dan teknik pelaksanaan. b. Menyusun rencana pelaksanaan penelitian yang telah disepakati dengan anggota peneliti yang mencakup perencanaan, pengembangan rencana, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. c. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan rencana penelitian yang disesuaikan dengan materi yang tertuang dalam GBPP. d. Menyusun strategi pembelajaran berdasarkan kompetensi yang harus dicapai dalam silabus perkuliahan. e. Menyusun instrumen penelitian yang diperlukan dalam rangka melakukan penilaian dan analisis hasil pembelajaran.