Fushushil hikam (dirosah filulujiyyah limakhthuti maktabatil watthohiyyati

.1

.2

.3

)1

)2

)3

)4

)5

................................
..............
................................
...............
......................

.......................
................................
................
................................
................................
.............

1

.‫‌أ‬

Achadiati Ikram, Filologia Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya,
, h.

1

), cet.

2


(nipah)

(lontar)

(dluwang)

(folklore/cerita rakyat)

Sinta Ridwan, Kita Ada di Masa Kini Karena Masa Lalu, artikel diakses
pada

Juni

dari

http://duniasintaridwan.multiply.com/journal/item/
kuno_dan_filologi

/makalah_diskusi_naskah_


3

Sanwani, Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Nasional RI,
September

, Jakarta: PNRI,

, h. .

4

Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Penelitian Filologi (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama
RI.,
), cet. , h.
.
M. Jamil, Cakrawala Tasawuf, Sejarah, Pemikiran, dan Kontekstualitas
(Jakarta: Gaung Persada,

), h.


.

5

(A

)

‫‪6‬‬

‫‌ب‪.‬‬

‫‪7‬‬

‫‌ج‪.‬‬

‫‪.1‬‬
‫‪.2‬‬
‫‪.3‬‬


‫‌د‪.‬‬

‫‪8‬‬

‫‌ه‪.‬‬

9

.1

.2

.3

.4

.)Behrend(

)Roll(


)Microfilm(

٫

PANNEKOEK

)Belanda(

)Heelsum(

)Watermark(

Cambridge university-Inggris

.1

.2

.3


.4

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 





 

 

 

 


 

 

 

 

 



 

 

 

 


 

 

 

 

 

 







 


 

 

 

 



 



 



 







(1) Kitab ini dinamakan dengan Fushush al-Hikam
(Mutiara-Mutiara Kebijaksanaan)
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang

Mutiara Kebijaksanaan Tuhan pada Kalimat Adamiyah
Ketika Tuhan Swt menghendaki untuk melihat diri-Nya dalam alam makro
melalui asma-asma-Nya yang tidak mampu dipahami oleh para pakar, karena Dia
bersifat wujud, sehingga melalui asma-nya itu nampaklah rahasia diri-Nya pada
diri-Nya. Sesungguhnya melihat diri melalui diri sendiri itu bagaikan melihat diri
sendiri melalui hal yang lain, seperti melalui cermin. Sehingga diri-Nya nampak
pada-Nya dalam suatu bentuk yang disajikan oleh tempat di mana dia melihat diriNya, tempat tersebut tidak menyajikan dhohirnya sebuah wujud asli dan
penampakan yang nyata kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhan menciptakan seluruh alam ini dari sebuah bentuk
awan tenang yang tidak bernyawa (ruh). Sehingga dia bagaikan cermin yang tak
bercahaya. Dengan sebuah kebijaksanaan Tuhan maka semuanya mendapatkan
ruh ketuhanan dengan cara dihembuskan, kecuali tempat (cermin) yang menjadi
penampakan Tuhan. Oleh karena itu, kemudian Tuhan mempersiapkan semua
bentuk yang telah diberi ruh tersebut untuk menerima pancaran (emanasi) (2)

penampakan abadi, yang tidak akan pernah berubah maupun bergeser. Emanasi
tersebut akan terus menerus diterima, dan yang menerimanya menjadi sebuah
hasil emanasi tersuci.
Segala perkara bermula dari-Nya dan berakhir pula kepada-Nya, seperti
semulanya, sebagaimana firman-Nya:

‫وإليه يرجع اأمر كلّه‬, kepada-Nya-lah

dikembalikan urusan-urusan semuanya (Q.S. al-Hud: 123 ) . Maka perkara
tersebut menjadi cahaya cermin alam, dan Adam menjadi sumber bagi terangnya
cermin dan menjadi ruh bagi gambar atau bentuk tersebut. Sedangkan malaikat
menjadi supleman tambahan bagi bentuk tersebut, yaitu bentuk jagad raya, di
mana khalayak umum menyebutnya sebagai Manusia Super (al-Insan al-Kabir).
Sehingga malaikat bagaikan sebuah kekuatan spirit dan inderawi, yang berada
dalam kehidupan manusia. Setiap kekuatan tersebut terhijab oleh dirinya masingmasing, dia tidak melihat sesuatu yang lebih utama kecuali dzatnya sendiri.
Sesungguhnya di dalamnya, sebagaimana yang diperkirakan oleh para ahli,
masing-masing memperoleh bagian yang agung dan kedudukan yang luhur di sisi
Allah, karena mereka termasuk bagian dari ketuhanan (al-jam’iyah al-Ilahiyyah),
baik hal tersebut ditinjau dari sisi ketuhanan maupun dari sisi hakikat kebenaran.
Pada kehidupan yang memuat segala macam sifat dari (3) alam makro
mencakup hal yang paling tinggi dan yang paling rendah. Hal ini tidak dapat
diketahui dengan cara pandang pikiran, akan tetapi hal ini merupakan persepsi
yang tidak akan pernah ada jika tanpa penyingkapan Tuhan (kasyf Ilahiy). Di
antaranya yaitu mampu mengetahui asal mula bentuk alam menerima ruh. Oleh
karena itu mereka disebut sebagai “manusia” (insan). Disebut manusia karena dia

hidup dan berkembang serta kehidupannya dibatasi oleh semua bentuk kebenaran.
Dipandang dari sisi kemanusiaan dia merupakan representasi Tuhan, di mana
Tuhan melihat melalui dia, Dia diekspresikan melalui sebuah penglihatan.
Oleh karena itu mereka disebut “manusia”, karena melalui manusia Tuhan
melihat semua makhluk-Nya dan memberikan kasih sayang-Nya. Dia adalah
manusia baru (hadits) tetapi Azali, kehidupan yang abadi dan langgeng, serta
kalimat yang terpisah-pisah namun mencakup segalanya, sehingga alam ini
menjadi sempurna dengan keberadaannya (wujud) dia. Kedudukan manusia bagi
alam itu bagaikan batu mata cincin yang diukir (dihias) dengan cincinnya itu
sendiri (yang tidak dihiasi). Buktinya para raja memakai cincin sebagai simbol
jantung kekuasaannya. Sehingga manusia juga disebut sebagai Khalifah, karena
manusia menjaga semua makhluk yang ada. Sebagaimana dia menjaga matanya
dan telinga untuk membedakan dua buah gambar. Dengan demikian, semua yang
tercipta di alam ini (4) berdasarkan hakikat tujuan penciptaan manusia. Akan
tetapi tidak ada seorangpun yang mampu memngumpulkan semua hal yang
menjadikan khalifah.

Tidak akan ada

yang beruntung keculi dengan

mengumpulkan semuanya. Andaikan saja tidak ada rahasia (siryan) Tuhan
terhadap segala ciptaan dengan memberikan bentuk kepadanya maka alam ini
tidak akan pernah tercipta. Sebagimana andaikan saj tanpa adanya hakikat
kebenaran rasional yang komprehensif maka tidak akan pernah kelihatan segala
ciptaan yang berbentuk materiil. Hakikat dari hal ini adalah ketergantungan wujud
alam terhadap keberadaan Tuhan.

Dengan demikian kamu telah mnegetahui hikmah kebijaksanaan dari
adanya asal usul jasad nabi Adam, yaitu bentuk dhohir (tubuh) Nabi Adam. Kamu
juga telah mengetahui asal usul ruh Nabi adam, berupa bentuk batin Nabi Adam,
yaitu Tuhan. Kamu juga telah mengetahui asal usul kedudukan (martabat) nabi
Adam, dia merupakan makhluk yang kompleks dari segi dhohir dan jasadnya.
Pahamilah beberapa hal yang berbeda tersebut. Firman Allah:

‫ اتّقوا ربّكم‬,

“bertaqwalah kalian pada Tuhan kalian”. Maksudnya, jadikanlah segala hal yang
dhohir bagimu sebagai penjagaan kepada Tuhanmu, dan jadikanlah semua yang
batin darimu sebagai penjagaan Tuhan terhadap dirimu. Sesungguhnya semua
masalah (problem) ada yang terpuji dan ada yang tercela. (5) Jadikanlah diri
kalian waspada terhadap ketercelaan, dan jadikanlah ketercelaan sebagai
kewaspadaan kalian untuk kebaikan, supaya kalian menjadi pemimpin semua
makhluk di alam ini.

Mutiara Hikmah Naftsiyah Kalimat Nabi Syisy
Sesungguhnya anugrah dan pemberian yang bersifat dzati tidak akan kekal
selamanya, kecuali berasal dari penampakan (tajaly) Tuhan. Penampakan dzat
tidak akan pernah terjadi kecuali dengan bentuk dari yang maha nampak, selain
itu tidak akan nampak. Sesuatu yang nampak merupakan suatu hal yang terlihat
selain bentuk dirinya sendiri dalam cermin yang benar. Hal ini tidak dapat
dimengerti kecuali dengan ilmu. Dia melihat bentuk dirinya sebagaimana
seseorang yang bercermin melihat bentuk dirinya dalam cermin. Ketika kamu

melihat bentuk dirimu dalam cermin, maka kamu melihat berdasarkan
penglihatanmu, kamu hanya bisa melihat bentuk dirimu melalui cermin tersebut.
Merupakan cermin yang berguna untuk melihat dirimu sendiri. Engkau
merupakan cerminnya Tuhan, ketika Tuhan ingin melihat asma-Nya dan hukumhukumnya, dan hal itu tanpa harus menggunakan penglihatan-Nya. Di antara kita
ada yang tidak mengetahui hal tersebut, maka dia berkata: “Ketidakmampuan
untuk mengusahakan suatu hal merupakan suatu bentuk usaha”. Sedangkan orang
yang mengetahui hal ini maka dia tidak akan berkata seperti yang demikian. Tidak
mengatakan yang demikian itulah sejatinya perkataan yang paling mulia. Bahkan
dia telah mengerti arti diam (sukut), sebagaimana dia mengetahui arti dari
ketidakmampuan. Hal yang demikian ini merupakan pengatuhan Tuhan yang
paling Agung. (6) Pengetahuan ini hanya diberikan kepada pemimpin para rosul
dan pemimpin para wali. Apabila engkau telah memahami apa yang kami jelaskan
maka engkau telah mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Seluruh nabi, mulai dari nabi Adam sampai nabi yang terakhir tidak ada
satupun nabi yang mengambil kecuali berasal dari pelita cahaya nabi Muhammad
Saw. meskipun dari segi wujud, penciptaan Nabi Muhammad merupakan yang
terakhir, namun secara hakikat Muhammad lebih dahulu tercipta. Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad: “aku sudah menjadi Nabi ketika Adam masih berbentuk
antara air dan tanah liat”. Nabi-nabi yang lain menjadi seorang Nabi ketika
mereka diutus kepada umat mereka. Begitu pula pemimpin para wali, dia telah
menjadi wali ketika nabi Ada masih berbentuk air bercampur tanah liat. Para wali
yang lain menjadi seorang wali apabila mereka telah memenuhi seluruh syarat-

syarat kewalian, yaitu berakhlak ketuhanan, serta memiliki sifat-sifat yang ada
pada Tuhan, sehingga dia bisa disebut sebagai Wali yang terpuji (al-wali alHamid).
Sejatinya yang telah dijelaskan di atas merupakan hakikat tunggal yang
menerima berbagai sifat dan karakter yang sesuai dengan asma-asma Tuhan.
Hakikat memberikan fenomena yang tidak terelakan,

sebuah hakekat yang

berbeda dari nama yang berbeda. Hakikat-hakikat yang berbeda tersebut
sesungguhnya hanya terjadi dari sisi nama semata. Sedangkan sejatinya, intinya
(ain) tidak mengalami perbedaan. (7) Segala sesuatu yang berada di hadapan
kekuasaan Tuhan pada asalnya akan mengalami pengulangan. Demikianlah
hakikat kebenaran yang telah diinterpretasikan sebelumnya. Ilmu yang demikian
merupakan ilmunya nabi Syisy a.s. ruhnya merupakan penyambung bagi ruh-ruh
yang lain, kecuali ruhnya nabi Muhammad. Ruh nabi Muhammad berasal dari
Allah langsung bukan berasal dari materi pembentuk ruh sebagaimana yang
lainnya. Bahkan, ruhnya merupakan materi pembentuk dari semua ruh yang ada.
Tidak ada sesuatu apa pun di sisi Allah, tiada suatu apa pun pula selain
diri-Nya, meskipun bentuk diriNya beragam. Tidak ada seorang pun yang
mengetahui hal ini kecuali seseorang yang termasuk ahlu Allah. Apabila engkau
menemukan orang yang mengetahui hal yang demikian maka hendaklah kamu
menjadi pengikutnya. Karena dia merupakan inti dari kemurnian sesuatu yang
paling murni dan istimewa dari ahlu Allah. Barang siapa mengetahui bagaimana
cara dia mempersiapkannya maka dia akan mengetahui bagaimana dia akan
diterima. Meskipun dia hanya mengetahuinya secara global saja. Oleh karena itu,

sebagian para pengamat beralih menafikan sesuatu yang mungkin, dan
menyematkan sesuatu yang wajib bagi dzat Tuhan kepada yang lainnya. (8)
padahal yang maha benar menetapkan sesuatu yang mungkin dan mengetahui
keberadaannya. Sesuatu yang mungkin, apakah yang dimaksud dengan mungkin,
dan dari manakah kemungkinan tersebut? Dengan intinya/sumbernya dia wajib
bersamaan dengan yang lainnya. Dari manakah dapat dibenarkan nama yang lain
kepadanya padahal sifat wajib melekat padanya. Tidak seorang pun yang
mengetahui penjelasan ini kecuali para ulama yang istimewa.

Mutiara Hikamah Subuhiyah dari kalimat Nabi Nuh
Tuhan terhadap makhluknya merupakan dzat yang dzohir dan spesial, Dia
zdohir dalam setiap hal yang bisa dimengerti, Dia batin bagi setiap yang mengerti.
Kecuali pemahaman orang yang mengatakan bahwa sesunguhnya alam itu
merupakan bentuk dan identitas Tuhan. Dia merupakan nama yang zdohir,
sebagaimana secara maknawi Dia merupakan ruh bagi yang zdohir, Dialah yang
batin. Penisbatan-Nya terhadap bentuk alam yang zdohir merupakan penisbatan
ruh yang dirancang untuk yang berbetuk. Oleh karena secara dzohir maupun batin
Dia dapat ditemukan dari setiap sisi manusia, begitu juga dalam setiap sisi yang
lain. Tuhan dibatasi oleh setiap batas yang ada, sedangkan bentuk alam tidak
teratur, dan Tuhan tidak dapat dibatasi oleh alam, dan batasan masing-masing
bentuk tidak bisa diketahui, kecuali berdasarkan keberhasilan bentuk dari alam.
(9) Maka oleh karena itu batasan Tuhan tidak bisa diketahui, Dia tidak dapat
diketahui batasnya kecuali dengan mengetahui batas dari bentuk alam.

Begitu juga setiap orang yang menyerupakan-Nya dan menyucikan-Nya
berarti dia telah membatasi-Nya dan membelenggu-Nya, dan dia tidak mengetahui
hal tersebut. Allah berfirman:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar”. (Q.S. Fushilat: 53 )
Kamu bagi Dia bagaikan bentuk jasmaninya, sedangkan Dia bagimu
seperti ruh (nyawa) yang mengatur seluruh badan jasmani.
Tidaklah mungkin bentuk alam lenyap dari Tuhan. Pendefinisian
Ketuhunan (uluhiyyah) dilakukan secara hakiki bukan majazi, sebagaimana
definisi manusia yang hidup. Sebagaimana secara dzohir keberadaan manusia
dapat dijelaskan berdasarkan ruh dan badannya yang diatur oleh ruh. Seperti
itulah Tuhan menciptakan alam, maha suci Tuhan dengan segala pujian.
Meskipun penyucian yang dilakukan alam tidak dapat dipahami, karena secara
kita tidak dapat mengetahui semua yang ada di alam. Oleh karena itu segala
kebenaran dilakukan dengan memuji Tuhan sebagaimana firman-Nya: “Segala
puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (10 ) Maksudnya adalah segala
pujian kembali kepada-Nya, dialah yang terpuji.

Mutiara Kebijaksanaan Qudsiyah dari Kalimat Nabi Idris
Kamu bukanlah Dia, Begitu pula Dia bukan kamu, kamu melihat-Nya # pada
setiap inti sesuatu, yang tak terbatas maupun terbatas.
Allah berfirman:

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
Mendengar dan Melihat”. (Q.S. al-Syura: 11)
Dia memberikan harta kepadamu, sebagaimana kamu lebih tertarik pada
harta. Ketika harta itu cenderung kepadamu menuju pada-Nya maka kamu akan
melihat bentuk dirimu berada padanya. Barang siapa di antara kalian berimajinasi
bahwa dia melihat dirinya sendiri maka dia disebut “arif”. Oleh karena itu
manusia dibagi menjadi antara yang mengetahui dan tidak mengetahui.
Sesungguhnya dalam diri setiap hamba terdapat wajah Tuhan yang bisa
dimengerti (dilihat) oleh mereka yang mengerti, dan tidak bisa dimengerti oleh
yang tidak mengerti. Bagi umat Nabi Muhammad (Muhammadiyyin). Seorang
yang berilmu (alim) itu lebih mengerti dari apada seorang hamba (abd). Dalam
bentuk apapun Tuhan nampak, bahkan saat dia beribadah. Seseuatu yang berbeda
dan banyak itu seperti beberapa anggota tubuh yang dapat disentuh, dan bagaikan
kekuatan maknawi dalam bentuk rohaniah. Tiadak ada yang disembah selain
Allah.

“Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain
dari Allah”. (Q.S. Nuh: 25 )
Allah-lah inti dari segala penolong mereka. Mereka musnah di dalam Allah untuk
selamanya. Karena semuanya itu adalah untuk Allah dan hanya demi Allah, Dia
adalah Allah. Perbuatan membutuhkan tempat, sedangkan ilmu memberikan
kedudukan. Berkumpullah kedua kemulian itu kepada kita, tempat yang tinggi
karena amal perbuatan dan kedudukan yang luhur karena ilmu.
Barang siapa heran, (11 ) kagum oleh permasalahan keberadaan manusia
sebagai ciptaan yang paling agung, yaitu manusia sempurna (Insan Kami). Sebuah
entitas stabil yang tidak pernah mencium aroma penciptaan. Dia berada dalam
kondisinya sendiri bersama-sama dengan berbagai ciptaan yang beragam. Inti
(sumber) itu tunggal dalam sekumpulan yang banyak. Ciptaan yang banyak dalam
asma-Nya merupakan sebuah nisbatan, yaitu merupakan sesuatu yang tidak ada.
Tiada yang menjadi sumber inti keculai dzat Tuhan. Dia maha Agung dengan
sendiri-Nya bukan karena yang lainnya. Dia yang awal lagi akhir, Dia yang zdohir
lagi batin. Dia merupakan sumber inti bagi yang zdohir ketika berada dalam batin.
Dia merupakan sumber inti bagi yang batin ketika berada dalam keadaan dzohir.
Oleh karena itu tidak ada yang bisa melihat selain Dia, dan tidak yang tidak
nampak (batin) dari-Nya. Demikianlah yang disebut sebagai Abu sa’id al-Khoroz
dan yang lainnya. Pembicara itu satu itulah inti dari pendengar, dan inti itu
tunggal, sedangkan ketentuannya berbeda-beda. Tidak ada jalan untuk tidak
mengetahui hal ini. Karena setiap manusia mengetahui jika dirinya merupakan
bentuk wujud dari Tuhan. Permasalahan ini bercampur-baur, dan keberagaman

nampak dalam kesatuan yang teratur. (12 ) yang Tunggal menemukan yang
beragam, sedangkan yang beragam berbeda dengan yang Tunggal. Sesuatu tidak
akan punya bilangan jika tidak ada yang terbilang, dari-Nya ketiadaan ada, dan
dari-Nya pula Ada itu ada. Dari sisi indrawi Dia tidak ada, tetapi dari sisi akal Dia
ada. Oleh karena itu dia harus tiada dan ditiadakan, dan dia berasal dari yang
tunggal, dan berkembang karenanya. Sebuah syair:
Tuhan adalah makhluk dari sisi ini, maka beri’tibarlah kalian # tetapi Dia
bukanlah makhluk dari sisi tersebut, maka ingatlah kalian;
Siapa yang paham akan yang ku katakan, kebijaksanaannya takkan terhina #
tiada yang bisa memahaminya selain yang memiliki kebijaksanaan;
Bersatu dan bercerai, maka entitas itu tunggal # banyak, tak bersisa dan
berlebihan,
Abu Qosim Ibn Qusiy telah menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul
“Khol’un al-Na’lain”, sesungguhnya setiap Nama ketuhanan harus bersandarkan
semua asma Tuhan. Karena masing-masing asma tersebut menunjukkan dzat
Tuhan, serta makna yang telah dijelaskan sebelumnya dan diharapkan
keberadaannya. Sebagai indikatornya dari segi dzat adalah asma-asma tersebut,
sedangkan indikator dari segi makana, yang berbeda dengan yang lain-Nya,
adalah seperti Sang Penguasa (Rabb), Sang Pencipta (Kholiq), dan Sang
Pemebentuk (Mushowwir), (13 ) dan lainnya. Dia tidak tercakup dalam semua
nama, tetapi hanya terfokus satu makna nama saja. Dari segi dzat Nama

merupakan entitas bagi yang dinamai, serta merupakan entitas bagi makna yang
telah dijelaskan sebelumnya.

Mutiara Kebijaksanaan Muhaimiyah dalam Kalimat Ibrahimyah
Apakah kamu mengetahui jika Tuhan itu nampak dengan sifat-sifat hadits
(baru), dengan sifat tersebut Dia menceritakan diri-Nya, dengan sifat-sifat lemah
dan tercela. Apakah kamu mengetahui bahwa makhluk nampak dengan sifat-sifat
Ketuhanan, mulai dari awal sampai akhir, dan semuanya itu nyata bagi-Nya.
Sebagaimana sifat-sifat hadits nyata bagi Tuhan. Segala puji hanya bagi Allah,
segala bentuk pujian kembalinya kepada-Nya, baik dari yang memuji maupun
yang dipuji. Hanya kepada-Nya semuanya kembali.
Nabi bersabda: “Barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal
Tuhannya”. Maka dia akan menjadi orang yang paling mengetahui tentang Allah.
Sebagian ahli Hikmah, seperti Imam al-Ghazali, mereka mengaku bahwa mereka
mengenal Allah tanpa harus melihatnya di jagat raya ini, hal yang demikian
merupakan sebuah kesalahan. Iya, memang benar, mereka mengetahui dzat yang
qadim dan kekal akan tetapi mereka tidak mengetahui jika itu adalah Tuhan,
sehingga mereka mengetahui siapa yang dianggap sebagai Tuhan. Hal ini
meruapakan dalil baginya. Setelah ini, kemudian pada fase kedua, kamu akan
memperoleh mukasyafah, penyingkapan bahwa diri Tuhan merupakan dalil bagi
Tuhan itu sendiri dan dalil bagi ketuhanan-Nya. (14 ) Alam tidak lain hanyalah
penampakan Tuhan (tajaliy) melalui bentuk entitas yang tetap (a’yan tsabitah),

dan mustahil Tuhan nampak tanpa melalui wujud alam. Oleh karena itu
penampakan-Nya memiliki bentuk yang beragam sesuai dengan kondisi dari
masing-masing entitas. Hal ini terjadi jika kita menyadari diri kita sendiri bahwa
Dia merupakan Tuhan kita. Segala kebikjasanaan-Nya merupakan menu sarapan
kamu, dan keberadaanmu adalah menu sarapan-Nya. Apapun yang jelas bagi
kamu maka akan menjadi jelas pula bagi-Nya. Segala hal dari-Nya hanya
untukmu, begitu pula semua yang ada padamu adalah untuk Dia, sehingga kamu
tidak bisa disebut memiliki kebebasan.

Mutiara Kebijaksanaan Kebenaran dari kalimat Nabi Ishaq
Yang Tunggal ialah yang maha Pengasih dalam segala medan # baik dari
yang samar maupun sampai yang jelas;
Bila kau berujar ini benar (hak) maka kau jadi orang yang benar # bila kau
berkata lain maka kau adalah pendusta;
Kebijaksanaan-Nya sangat lapang, tidak terbatas # akan tetapi Dia selalu
mengamati ciptaan-Nya;
Bila Dia nampak oleh mata, maka menolaklah # akal dengan bukti yang
menyesatkan;
Dia bisa diterima pada tataran rasional, serta dalam # imajinasi dan
argumen-argumen yang benar,
Abu Yazid dalam hal ini berkomentar, andai saja arsy dan sekelilingnya
berlipat seratus juta kali memenuhi salah satu sudut hati para Arifin maka aku

tidak akan pernah merasa untuk mengetahuinya. (15 ) Karena mereka telah
menyediakan hatinya hanya untuk Tuhan. Sebuah Syair:
Hai Sang pencipta segala, di dalamnya kau ada # karena dia telah
menciptakan segalanya;
Kau mencipta tanpa berkesudahan, keberadaannya ada pada Kau, Kau
sempit lagi lapang;
Andai saja yang telah diciptakan Allah bersinar dalam hati maka nampaklah
sinarnya;
Siapa yang lapang, maka tidak akan sempit dari makhluknya, bagaimana bisa
demikian, wahai yang maha mendengar;
Dengan kebimbangan Tuhan menciptakan manusia, melalui imajinasi
yang tinggi, yang tak ada wujud sebelumnya, dan ini merupakan sesuatu yang
umum. Sedangkan para arifin diciptakan secara serius melalui cita, dalam wujud
yang detail. Cita-cita tersebut selalu terjaga, dan penjagaannya tidak pernah
diberikan kepada makhluk yang lain. Sebuah syair:
Tanpa keraguan, Pada sekali waktu hamba adalah Tuhan # Tanpa dusta, di
lain waktu hamba adalah hamba,
Bila dia menjadi hamba maka dia dilapangkan oleh Tuhan, bila dia menjadi
Tuhan mka dia kan dalam kesusah payahan;
Dari keberadaannya sebagai hamba dia melihat entitas jiwanya, panjanglah
citanya, tanpa ada keraguan;

Dari keberadaannya menjadi Tuhan, maka dia akan melihat semua makhluk
memohon kepadanya, bahkan sampai para raja diraja;
Melalui dirinya sendiri dia tak mampu mendapatkan yang diharapkan, (16 )
oleh karena itu para arifin melihat ini seraya menangis;
Jadilah darimu hamba Tuhan jangan jadikan dirimu Tuhannya hamba,
sehingga kau pergi terikat oleh api neraka dan dalam kebimbangan,

Mutiara Kebijaksanaan yang Agung dari Kalimat Nabi Ismail
Ketahuilah sesunguhnya Allah itu esa dalam dzat dan asma-Nya. Semua
ciptaan yang ada berasal dari Allah, selain sebagai Penguasa yang mampu
menciptakan segalanya. Keesaan-Nya adalah tunggal dalam satu kekuatan. Sahal
al-Tusturi berkata: “sesungguhnya sifat ketuhanan itu bersifat rahasia, apabila
rahasia tersebut terkuak maka sifat ketuhanannya batal”. Karena entitas tidak akan
wujud kecuali Tuhan, dan sebuah entitas selalu ada untuk selamanya, dan begitu
pula sifat ketuhanan tidak akan pernah batal untuk selamanya. Setiap yang
mendapat ridlo itu dikasihi, semua yang dilakukan sang kekasih akan selalu
dicintai. Semuanya mendapatkan ridlo, karena tidak bertindak apapun bagi sebuah
entitas. Akan tetapi mereka berbuat untuk Tuhannya, dan entitas tersebut akan
menjadi tenang apabila yang dilakukan adalah demi entitas tersebut. Karena yang
mereka melakukan perbuatan tersebut dengan keridloan. Jika kamu melihatnya
hal itu berarti dia melihat dirinya sendiri. Dia kan selalu melihat dirinya sendiri.
Apabila kamu melihatnya dengan caramu sendiri maka keesaannya akan sirna

darimu. (17 ) Jika kamu melihatnya dengan caramu dan dipadukan dengan
caranya maka keesannya pun akan tetap sirna. Karena sesungguhnya Dialah yang
maha melihat dan yang dilihat. Sebuah Syair:
Tiada yang kekal selain Tuhan, tiada yang tetap # Dialah tempat bergantung
dan beradu;
Dengan apa petunjuk terang akan datang, apakah aku kan melihat dengan
mataku, atau dengan mata-Nya;
Syair yang lainnya:
Janganlah kau memandang Tuhan, di sisi lain kau mengasingkan dirirmu dari
ciptaan-Nya;
Jangan

pula

kau

menyaksikan

ciptaan-Nya,

akan

tetapi

kau

menyandarkannya kepada selain Dia;
Sucikanlah dirimu, bersihkan jiwamu, tempatkanlah dirimu dalam kebenaran;
Tempatkanlah dirimu pada kebersamaan bila kau ingin, bila kau ingin
memisahlah dirimu;
Cukup bagimu semuanya, karena semuanya berawal dengan memutus masa
lalu;
Kau tak akan pernah fana, kau tak kan pernah kekal;
Kau pun tak kan pernah memperoleh ilham, apa lagi menemukannya;
Tiada yang mampu memberikan kebaikan kepada-Nya selain Dia sendiri,
tidak ada pula orang lain yang bisa membuat keburukan pada-Nya. Akan tetapi

Dia sendirilah yang memberikan kenikmatan dan membuat siksa. Tidak ada yang
menyanjungnya maupun memujinya selain diri-Nya sendiri. Hanya kepada
Tuhanlah kebutuhan besar ditangguhkan. Karena ilmu (pengetahuan) mengikuti
apa yang diketahui.

Mutiara Kebijaksanaan tentang Ruh dari Kalimat Nabi Ya’qub
Kemudian ketahuilah oleh kalian, segala yang mungkin (untuk ada dan
tiada) pada asalnya adalah tidak pernah ada, dan sebelumnya tidak pernah punya
wujud kecuali wujud Tuhan, sesuai dengan bentuk dari masing-masing bentuk
yang mungkin ada, baik dari bentuk raga maupun jiwa. Dan engkau akan
mengetahui siapa yang mendapat kenikmatan dan siapa saja yang memperoleh
cobaan. Semua balasan bisa terjadi dalam kondisi apapun, dan balasan itu
dinamakan dengan cobaan dan balasan nikmat, (18 ) dan hal itu bisa terjadi dalam
kebaikan maupun kejelekan. Sebagimana yang telah diketahui, balasan untuk
kebaikan dinamakan pahala sedangkan balasan untuk keburukan disebut siksaan.

Mutiara Kebijaksanaan Nurriyah (cahaya) dari Kalimat Nabi Yusuf
Ketahuilah! Sesungguhnya seseuatu yang dapat dirasionalisasi adalah
selain Tuhan, yaitu disebut alam. Alam disandarkan kepada Tuhan, sebagaimana
bayangan manusia yang disandarkan kepada manusia, maka alam merupakan
bayangan Tuhan. Dia memberikan entitas wujudnya kepada alam. Tanpa ada
keraguan, secara inderawi bayangan itu memang ada, meskipun jika ditelusuri

secara jelas bayangan itu tidak bisa dirasakan keberadaannya menurut rasio akal.
Namun dalam kenyataan seseorang pasti memiliki bayangan. Dengan demikian
bayangan Tuhan yang paling jelas adalah adanya alam, karena alam merupakan
entitas yang mungkin ada, dan mampu bergerak.
Terdapat banyak macam bayangan bagi dzat Tuhan, akan tetapi melalui
emanasi cahaya, bayangan ini berkembang dan tumbuh dalam entitas yang
mungkin, yang ghaib dan tidak bisa diketahui. Sebagaimana firman Allah:

“Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan
yang perlahan-lahan”. (Q.S. al-Furqon: 46 )
Segala sesuatu yang telah ada merupakan bayangan Tuhan dalam entitas
yang mungkin. Dari sisi Ketuhanan alam merupakan wujud Tuhan, sedangkan
dari segi berbeda-bedanya bentuk alam yang berbeda, alam merupakan salah satu
entitas yang mungkin ada. (19 ) Sebagaimana bayangan itu tidak akan pernah sirna
sesuai namanya sebagai bayangan, begitu pula bayangan Tuhan tidak akan pernah
sirna dengan berbedanya bentuk alam yang ada, ataupun segala sesuatu yang
selain Tuhan. Dari segi keesaannya maka bayangan termasuk Tuhan itu sendiri
karena, Tuhan adalah esa dan tunggal. Sedangkan dari sisi beragamnya bentuk
yang ada maka dia termasuk sebagai alam, maka telah cukup dan jelas semua
yang telah aku jelaskan pada kalian.

Ilmu merupakan sebuah khayalan, dia tidak memiliki wujud yang nyata.
Ini meruapakan makna imajinatif yang diimajinasikan pada kalian bahwa ilmu
merupakan suatu hal tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Akan
tetapi dalam permasalahan ini tidak seperti demikian. Ketahuilah bahwa ilmu itu
berkaitan langsung dengan inderawi manusia, di mana manusia sebagia
pengembangnya, dan ilmu itu mustahil terlepas dari Tuhan. Ketahuilah jatidirimu,
dari mana kamu berasal, siapa dirimu, apa keinginanmu, dan apa kaitanmu dengan
Tuhan, bagaimanakah kamu bisa menjadi Tuhan, dan bagaimana kamu dianggap
sebagai alam, dan yang lainnya dan lainnya? Dalam hal ini para ulama’ saling
memberikan argumen yang terbaik, mengetahui dan yang paling mengatahui.
Alam yang telah menajadikan nyata antara kita dengan Tuhan. Tuhan
lebih nyata dan nampak melalui alam dari pada melalui yang lainnya. Di antara
kita ada yang menjadi bagian dari Tuhan, menjadi alat pendengarnya, alat
penglihatannya, serta menjadi kekuatan bagi organ tubuh-Nya. (20 ) hal ini
sebagaimana yang pernah aku jelaskan, dan begitu juga oleh hamba yang lainnya
meskipun tidak seperti demikian. Hamba yang seperti, adalah hamba yang paling
dekat dengan wujud Tuhan dibandingkan dengan hamba-hamba yang lainnya.
Ketahuilah sesungguhnya dirimu hanyalah sebuah imajinasi, semua yang ada
dihadapanmu hanyalah imajinasi selain Aku (Allah). Semua yang ada (makhluk)
hanyalah sebuah imajinasi, akan tetapi wujud Allah adalah wujud yang nyata dan
benar adanya, baik dari dzat maupun entitasnya, bukan dari segi nama-nama-Nya.
Mahasuci dzat yang tidak ada bukti akan keberadaan-Nya selain dzat-Nya
sendiri, keberadaan-Nya Dia tidak akan pernah tetap kecuali dengan entitas-Nya

sendiri. Semua yang ada di jagad raya ini tidak lain hanya bertujuan untuk
menunjukkan keesaan-Nya. Semua yang ada dalam imajinatif tidak lain hanya
bertujuan menunjukkan adanya keberagaman. Barang siapa berada dalam
keberagaman maka dia termasuk bagian dari alam, bagian dari asma Tuhan, dan
termasuk bagian dari nama alam. Barang siapa bersama keesaan Tuhan, maka dia
akan bersama Tuhan, bersama dzat-Nya yang maha Kaya tidak butuh keberadaan
alam, bukan dari sisi bentuknya, yang membutuhkan keberadaan alam untuk
menunjukkan wujud-Nya. Katakanlah Dia Tuhan yang esa dari segi entitasnya,
Tuhan tempat bergantung, karena hanya kepada-Nya kita bergantung. Dia tidak
melahirkan dari segi keberadaan-Nya, begitu juga Dia tidak beranak, serta tidak
ada yang menyamai-Nya.
Semua ini adalah sifat-sifat Tuhan. (21 ) dzatnya adalah tunggal
sebagaimana firman-Nya, Allah maha Esa. Tetapi keberagaman-Nya jelas jika
dilekatkan pada sifat-sifat sebagaimana yang telah kita ketahui. Kita dilahikan dan
melahirkan, kita bergantung kepada-Nya, serta kita saling membuthkan antara
yang satu degan yang lainnya di antara kita. Dia maha kaya tidak membutuhkan
semua itu, sebagimana Dia tidak membutuhkan kita. Tuhan tidak pernah
dinisbatkan kepada apapun kecuali hanya kepada surat ini, yaitu Surat al-Ikhlas.
Nama-nama kita adalah asma Allah, tanpa keraguan hanya kepada-Nya kita
bergantung, tanpa adanya kebimbangan entitas diri kita merupakan bayanganNya, Dia adalah tujuan kita. Aku telah menunjukkan kepada kalian jalan yang
lurus, berpikrilah dan pahamilah oleh kalian semua.

Mutiara Kebijaksanaan Keesaan dari Kalimat Nabi Hud
Sebuah Syair:
Bila makhluk dekat denganmu # maka Tuhan pun dekat padamu pula;
Bila Tuhan tlah dekat padamu # tidak ada makhluk yang akan mengikutimu;
Buktikanlah apa yang tlah ku ucap # semua yang ku ucap benar adanya;
Segala yang wujud di jagad ini # yang kau lihat tiada yang berkata;
Semua makhluk yang disaksikan mata # semuanya tiada entitas selain
entitas Tuhan;
Akan tetapi semua itu disajikan # karena merupakan bentuk Tuhan.
Ketahuilah, sesungguhnya Ilmu Ketuhanan yang bersifat dzauqiyah yang
didapat oleh Ahlillah itu berbeda-beda, sesuai dengan keberhasilan menuju
kepada entitas yang tunggal. (22 ) Dalam hadits Qudsi Allah berfirman: “Aku
akan menjadi telinganya untuk mendengar, Aku akan menjadi matanya di mana
dia melihat, Aku akan menjadi tangannya di mana dia berpegangan, dan Aku akan
menjadi kakinya di mana dia berjalan”. Ketahuilah! Sesungguhnya kehendak-Nya
merupakan entitas bagi organ tubuh, yang menjadi entitas bagi seorang hamba.
Jiwa itu satu sedangkan organ tubuh bermacam-macam. Setiap organ merupakan
bagian dari ilmu kepekaan (dzauq), dan semuanya itu berasal dari entitas yang
tunggal, yang berbeda dengan keberadaan organ yang beragam. Seperti halnya air,
secara hakikat air itu tunggal, namun rasanya berbeda-beda tergantung oleh
lingkungan dan tempatnya, ada air yang rasanya tawar, tetapi ada juga yang

rasanya asin, seperti itulah kondisi air secara global, dia tetap benda cair dan tetap
disebut air, meskipun rasanya berbeda-beda.

Allah berfirman:

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (Q.S. Qaff:
16)
Kedekatan Tuhan dari pada seorang hamba itu sendiri bukanlah rahasia
lagi dalam ranah Tuhan. Tidak ada kedekatan yang lebih agung dari pada
kehendak-Nya menjadi entitas dan kekuatan bagi organ tubuh hamba-Nya. Dia
adalah Tuhan yang dapat disaksikan oleh makhluk yang telah tercipta.
Keberadaan makhluk merupakan suatu yang rasional, sedangkan Tuhan hanya
dapat dirasakan adanya, yang dapat disaksikan oleh orang yang beriman dan ahli
kasyaf baik di dunia ataupun di akhirat. (23 ) sedangakan bagi mereka yang tidak
percaya dengan tuhan maka Tuhan dapat dirasionalkan, dan semua ciptaan dapat
disaksikan. Mereka seperti halnya air garam yang asin rasanya. Sedangkan
golongan yang pertama, ahli kasyaf seperti air tawar, yang menyegarkan rasanya
bagi yang meminumnya. Orang yang makrifat berdoa kepada Allah berdasarkan
pengetahuannya, sedangkan orang yang bukan ahli makrifat merdoa kepada Allah
hanya karena taqlid atau ikut-ikutan dan tidak mengetahuinya.
Barang siapa mengetahui (makrifat) Tuhan dengan cara yang sebenarnya
(aslinya) maka dia akan mengetahui semua hal perkara sebagaimana seharusnya.
Karena dalam setiap pasti ada keagungan Tuhan yang menaunginya, tidak ada

sebuah pengetahuan kecuali keagungan Tuhan berada di dalamnya, Dia
merupakan esensi bagi seorang salik dan musafir. Tidak orang berilmu kecuali
ada Tuhan bersamanya. Oleh karena itu, ketahuilah di mana hakikat kamu berada
dan bagaimana jalanmu bermarifat kepada-Nya. Allah berfirman dalam hadits
Qudsi: “Sesungguhnya Allah berprasangka berdasarkan prasangka hamba kepadaNya”. Tidak seorang pun yang mampu memahaminya kecuali Allah memberikan
pemahaman kepadanya. Sesungguhnya banyak hal yang dinisabatkan kepada
Tuhan, dan banyak sikap (wajah) yang berbeda. Ketika Tuhan mengharamkan
suatu hal yang buruk, melarang mengetahui hakikat yang ada di dalamnya, maka
Dia akan menutipinya dengan hal yang lain. Orang lain berkata; mendengarkanlah
kalian sebagaimana Zaid mendengar, sedangkan para ahli makrifat berkata;
pendengaran merupakan entitas dari Tuhan. Begitu juga hal yang lainnya, seperti
organ tubuh dan kekuatan yang ada di dalamnya. Tidak ada seorang pun yang
mampu mengetahui sebagaimana pengetahuannya para ahli makrifat (Arifin).
(24 )
Barang siapa berbeda dari sebuah batasan, maka dia adalah terbatas,
meskipun dia bukanlah entitas dari sesuatu yang terabatas tersebut. Bebas dari
suatu ikatan sesungguhnya adalah terikat. Keuniversalan itu sendiri terikat oleh
pemahaman orang lain secara geeneral. Tuhan dibatasi oleh setiap batasan dari
sesuatu yang terbatas. Tidak ada sesuatu yang terbatas kecuali dia menjadi
pembatasnya Tuhan. Dia merupakan seorang pencuri dalam bentuknya sebagai
makhluk. Jika hal tersebut tidak seperti demikian maka keberadaannya tidak bisa
dibenarkan. Dia merupakan esensi dari semua yang wujud, Dia lah yang menjaga

segalanya dengan Dzat-Nya sendiri. Jagad raya ini merupakan bentuk wujud
(shuroh)-Nya sedangkan Dia adalah ruh yang menggerakkan jagad raya ini, Dia
merupakan makrokosmos. Sebuah syair:
Dia adalah jagad raya itu sendiri # Dia lah yang maha tunggal;
Dia adalah yang Ada dengan keberadaannya sendiri # oeh karena itu aku
berkata: Dia yang memelihara;
Wujudku adalah sarapan paginya # dengan-Nya kami mohon petunjuk;
Dengan-Nya dan dari-Nya aku melihat # dengan wajah yang meminta.
Bentuk jagad raya ini merupakan wujud dzohir Tuhan, karena jagad
zdohirnya maka Tuhan adalah batinnya. Dia maha awal sebagaimana Dia ada, Dia
maha akhir ketika Dia menjadi entitas dari dzohirnya. Yang akhir merupakan
entitas bagi yang dzohir, sedangkan yang batin entitas bagi yang awal.
Sebagaimana firman-Nya:

“Dan Dia mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. al-An’am: 101)
Karena hanya Dia sendirilah yang mengetahui dzat-Nya. (25 ) Hal ini
terjadi karena Tuhan menjadi penjaga para hamba, dan di sisi lain hamba menjadi
penjaga Tuhan. Oleh karena itu kamu boleh berpendapat bahwa jagad raya ini
adalah makhluk, dan kamu juga boleh berkata jika jagad raya ini adalah Tuhan,
atau kamu berpendapat bahwa jagad raya ini merupan Tuhan yang berbentuk
makhluk. Atau pun juga kamu berpendapat bahwa tidak ada Tuhan dan tidak ada

makhluk dari suatu apa pun, atau pun juga kamu boleh berpendapat berbeda
lainnya. Sebuah Syair:
Janganlah kau melihat suatu esensi kecuali kepada-Nya # jangan pula kau
tetapkan hukum kecuali berdasarkan-Nya;
Kepada-Nya, dengan-Nya, dalam genggaman-Nya kami berada # kami selalu
dalam pengawasan-Nya dalam kondisi apapun.
Barang siapa melihat Tuhan, langsung dari-Nya dengan entitas-Nya maka
dia adalah ahli makrifat (al-Arif). Barang siapa melihat Tuhan langsung dari-Nya
tetapi dengan entitas dia sendiri maka dia bukanlah ahli makrifat. Barang siapa
tidak melihat Tuhan langsung dari-Nya, dan dia berharap dia bisa melihat-Nya
dengan entitas dirinya sendiri maka dia adalah orang bodoh. Lihatlah tingkatan
manusia pada Allah di jagad raya ini. Dia merupakan entitas bagi tingkatan
mereka yang digunakan untuk melihat-Nya di hari kiamat. Janganlah kamu
mengikatkan dirimu terhadap suatu ikatan tertentu dan menyukutukan-Nya
kepada yang lain sehingga waktumu terbuang hanya untuk mengetahui hakikat
sesuatu hal. berimajinasilah kamu dalam menggambarkan ikatan-ikatan tersebut.
(26 ) Sesungguhnya Tuhan maha lapang lagi maha agung dan tidak akal yang bisa
mengetahuinya. Allah berfirman dalam al-Quran:

“Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah”. (Q.S. alBaqarah: 115 )

Sesungguhnya seorang hamba yang sempurna (kamil) dan dia mengetahui
tentang hal ini dalam keadaan tertentu yang berhadapan langsung ke masjidil
haram ketika sholat. Dia berkayikanan bahwa Allah menjadi kiblatnya ketika
solat. Hal ini merupakan bagian dari tingkatan bermuwajah dengan Tuhan, di
manapun mereka menghadap di sana terdapat wajah Tuhan, akan tetapi hal in tdak
bisa diterima oleh kaum awam. Beradalah kamu pada posisi yang tepat ketika
kamu bertemu dengan Tuhan, dan bertatakrama yang baik saat menghadap kiblat
di depan masjidil Ihram. Telah jelaslah bagi kalian bahwa sesungguhnya Allah
ada dalam setiap keadaan apapun.

Mutiara Kebijaksanaan tentang hati dari Kalimat Nabi Syuaib
Ketahuilah ketika Tuhan menetapkan sebuah kebenaran, maka Dia akan
mentransformasikan dzat-Nya dalam bentuk tertentu saat tajalli. Ketika Tuhan
telah mendapatkan tempat yang lapang di dalam hati, maka tidak akan tempat lagi
bagi makhluk lainnya di dalam hati, seakan hatinya telah penuh dengan adanya
Tuhan. Maksudnya, ketika seoran hamba menyaksikkan Tuhan saat tajalli maka
tidak mungkin baginya menyaksikan yang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Abu Yazid al-bisthami: “andaikan Arsy dan apa pun yang ada disekelilingnya,
meskipun berjumlah seratus juta kali lipat berada di salah satu sudut hati seorang
ahli makrifat maka hal itu tidak akan berpengaruh kepadanya”. (27 ) Tentang
maksud ini al-Junaid berkomentar: apabila sesuatu yang baru (hadits) dibarengkan
dengan yang Dahulu (qadim) maka tidak akan ada pengaruh apapun, begitu jug
hati, dia telah penuh dengan yang Qadim, maka bagaimana mungkin yang baru

bisa ada di dalam hati. Ketika Tuhan beragam bentuknya saat tajalli, maka sudah
seharusnya hati telah sesak dengan adanya beragamnya bentuk Tuhan saat tajalli.
Maka tidak ada sesuatu yang lebih berharga di dalam hati dari pada bentuk
tajallinya Tuhan.
Allah memiliki dua bentuk tajalli, yaitu tajali ghaib (tajali yang tidak bisa
disaksikan) dan tajali syahadah (tajalli yang bisa disaksikan). Tajalli ghaib yaitu
tajalli yang mengharuskan hati melakukan persiapan lebih dulu untuk
menyaksikan tajalli tersebut, tajalli ini merupakan tajalli yang tidak bisa
disaksikan secara hakiki. Ketika hati telah siap untuk menyaksikan tajjali ghaib,
maka tajalli yang akan terjadi adalah tajalli syahadah, maka dia akan menyaksikan
bentuk tajalli Tuhan sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya.
Kemudian hijab antara Tuhan dengan seorang hamba akan tersingkap, dia akan
menyaksikan Tuhan sebagaimana yang dia yakini sebelumnya. Hati dan mata
tidak akan pernah menyaksikan Tuhan kecuali menyaksikan wujud Tuhan yang
telah dia yakini sebelumnya. Tuhan yang dia yakini adalah Tuhan yang wujudNya telah memenuhi ruang hatinya. (28 ) Tajalli Tuhan adalah tajalli yang telah
dia kenal sebelumnya, oleh karena itu mata tidak akan pernah melihat wujud
Tuhan kecuali wujud yang telah dia yakini sebelumnya.
Pahamilah masalah ini, baik tentang Tuhan maupun tentang makhluknya.
Dia adalah makhluk apabila dinisbatkan dengan yang lainnya, akan tetapi
entitasnya tunggal. Dia yang bertajalli maupun yang yang disaksikan bukan yang
lainnya. Apabila tirai telah tersingkap maka seorang hamba akan menyaksikan
wujud yang dia yakini yaitu Tuhan. Maka berkeyakinanlah kalian dan kuatkan

keyakinan itu, kemudian keyakinan itu akan hilang dan berupah menjadi sebuah
pengetahuan (ilmu) tentang syahadah. Di antara peristiwa yang mengagumkan
adalah Tuhan selalu berada di atas untuk selamanya, dan hal tersebut tidak dapat
diketahui karena kuatnya hijab yang menutupinya dan ada kemiripan di antara
beberapa wujud. Orang yang ahli membedaan dia bisa menyaksikan sesuatu yang
banyak yang terdapat pada yang tunggal, sebagaiamana dia mengetahui namanama Tuhan yang bayak tersebut. Meskipun hakikat kenyataannya berbeda dan
beragam, tetapi sesungguhnya Dia adalah entitas yang tunggal. Inilah sesuatu
yang banyak yang masuk akal, akan tetapi berada dalam entitas yang tunggal.
Oleh karena itu beragam tajalli Tuhan yang dapat disaksikan dalam entitas yang
tunggal.
Barang siapa mengenal dirinya dengan sifat-sifat tersebut maka dia telah
mengenal Tuhannya, karena Tuhan berdasarkan wujud makhluknya, meskipun
secara dzat dan hakikat Dia merupakan entitas. Tidak ada seorang ulama pun yang
mengetahui hakikat dirinya kecuali mereka yang ahli Tuhan, seperti para rosul
dan para sufi. (29 ) Para ahli Kasyaf berpendapat bahwa Tuhan bertajalli hanya
dalam satu wujud dan hal itu tidak terjadi berulang kali, dan mereka dapat
menyaksikan tajalli tersebut. Ketika Tuhan bertajalli maka Dia bertajalli dalam
wujud makhluk yang baru, kemudian Dia pergi dengan wujud yang lainnya lagi.
Kepergiannya saat tajalli merupakan kefanaan sedangkan kekekalannya terjadi
saat Dia bertajalli lagi, pahamilah hal ini wahai wali Allah!.

Mutiara Kebijaksanaan Kerajaan dari Kalimat Nabi Luth
Sebuah Syair:
Semuanya dari kami dan dari mereka # dibuat oleh kami dan mereka;
Bila mereka bukan dari Kami # maka Kami tidaklah ada keraguan dari mereka,
Pengetahuan (ilmu) yang sempurna tidak akan pernah kekal kecuali dalam
tajallinya Tuhan. Tuhan akan membuka mata penglihatan mereka dari kegelapan.
Sehingga dapat diketahui sesuatu yang dahulu (qadim) dan yang baru (hadits),
antara yang ada dan tidak ada, kedudukannya dalam kewajibannya dan
kewenangannya, semua ini dapat diketahui berdasarkan hakikat dan entitasnya.
Tajalli tidak akan pernah kamu peroleh tanpa adanya persiapan dengan pelatihanpelatihan yang bersungguh-sungguh. Maka ketahuilah, kamu tidak akan
memperolehnya kecuali dengan sebuah persiapan.

Mutiara Kebijaksanaan Tentang Kenabian dari Kalimat Nabi Isa
Ketahuilah sesungguhnya di antara keistimewaan ruh yaitu dia tidak akan
berada dalam sesuatu yang tidak hidup, sehingga dia memberikan pengaruh
kehidupan bagi sesuatu tersebut. (30 ) Semua yang wujud merupakan kalimat
Allah yang tidak akan pernah habis karena berasal dari kalimat “Kun” (jadilah),
dan “Kun” adalah kalimat Allah. Kemudian kalimat tersebut dinisbatkan
kepadanya sesuai yang ada pada dirinya, dan tidak diketahui urgensinya. Atau
Tuhan berubah dalam suatu wujud yang mengatakan “Kun” (jadilah) sehingga
terciptalah. Ucapan “Kun” merupakan hakikat bagi bentuk itu sendiri, yang turun

kepadanya dan menjadi nampak. Sebagian ahli makrifat (arifin) lebih memilih
menuju satu puncak, sedangkan sebagian lainnya memilih puncak yang berbeda,
dan sebagiannya lagi memilih berurusan dengan masalah ini, akan tetapi mereka
tidak mengetahuinya. Permasalahan ini tidak dapat diketahui tanpa dengan
perasaan. Seperti halnya Abi Yazid al-Bisthami ketika meniupkan ruh pada seekor
semut yang dia bunuh, dan kemudian semut tersebut hidup kembali. ketahuilah
hal tersebut dan orang yang meniupnya. Sebuah syair:
Andaikan bukan dia andai pula bukan kami # maka tak kan pernah ada apa
yang tlah ada;
Sesungguhnya Hamba benar adanya # dan Allah menjadi tuan kami;
Esensinya ketahuilah oleh mu # ketika dia ucapkan manusia;
Dia tak akan terhijab oleh manusia # Dia tlah memberimu petunjuk;
Jadilah kau yang Hak jadilah kau makhluk # jadilah kau yang dikasihi oleh
Tuhan;
Mengalirlah ciptaan dari-Nya # jadilah kau ruh dan berkembang;
Kami berikan padanya segala yang nampak # olehnya dan kami berikan
padanya;
Sehingga perkara itu terbagi # dengannya dan dengan kami;
Lalu Dia hidupkan segala yang diketahui # oleh hatiku ketika hidup; (31 )
Kami ada di dalam-Nya dengan berbagai bentuk # esensi dan beragam masa;
Meskipun tak kekal bersama kami # tetapi semuanya itu hidup,

Dzat Illahy merupakan wujud alam, Dia bagaikan materi imajiner dan Dia
adalah esensi yang sesungguhnya. Barang siapa ingin mengetahui dzat Illahi maka
hendaklah dia mengenal jagad raya ini. Barang siapa mengenal dirinya maka dia
akan mengenal Tuhannya, Tuhan yang dzohir yaitu jagad raya ini yang nampak
dari dzatnya Tuhan sang pengasih, di mana dzat-Nya muncul dari nama-nama
Tuhan. Kamu tidak akan pernah mendapatkan dari tiadak adanya pengaruhnya
dengan dzohirnya pengaruhnya. Tuhan menetap dalam dzat-Nya, persaksian
manusia dengan dzat-Nya merupakan persaksian Tuhan. Karena dia telah
menjadikan persaksian tersebut untuknya di mana dia memisahkan antara dirinya
dengan Tuhannya. Sehingga dia mengetahui bahwa Dia adalah Tuhannya.

Mutiara Kebijaksanaan Maha Pengasih dari Kalimat Nabi Sulaiman
Tuhan telah memberitahukan bahwa Dia merupakan identitas bagi
semuanya, tidak ada yang berbuat selain Dia. Bentuk terdapat dalam hamba
sedangkan identitasnya termasuk dalam asma-Nya karena Dia merupakan entitas
bagi yang zdohir. Dia disebut sebagai makhluk karena dia dari asma-Nya yang
maha dzohir dan maha akhir. (32 ) melalui sifat dzohirnya dan semua perbuatan
yang muncul dari Tuhan dengan asma-Nya yang maha batin dan maha awal.
Apabila kamu melihat makhluk berarti kamu menyaksikan yang maha awal dan
akhir, serta maha dzohir dan batin, ini lah pengetahuan (makrifat) yang sempurna.
Tuhan yang termanifestikan melalui alam lebih umum dalam kaitannya dengan
diri-Nya, Dia adalah Dia, bukan yang lainnya. Sebuah syair:

Jagad raya ini hanyalah imajinasi # dia adalah Tuhan secara hakikat;
Siapa yang paham akan ini # dia akan memperoleh rahasia jalan Tuhan,

Mutiara Kebijaksanaan Nafsi dari Kalimat Nabi Yunus
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Bukankah aku telah memberitahukan
kepada kalian semua, tentang sesuatu yang paling baik dan utama untuk kalian,
dari pada memerangi musuh kalian, yaitu dzikir kepada Allah”. Allah bersabda
dalam hadits qudsi: “Aku duduk bersanding bersama orang yang berdzikir kepada
Ku”. Orang yang duduk akan menyaksikan orang yang berdzikir. Apabila orang
yang berdzikir tidak menyaksikan Tuhan yang sedang duduk bersamanya, maka
berarti dia bukan orang yan berdzikir. Orang yang berdzikir untuk Allah hanya
dilakukan oleh para hamba-Nya, bukan orang yang berdzikir hanya dengan
lisannya semata. Karena saat itu, Tuhan hanya akan berada di lisannya saja saat
orang itu berdzikir hanya dengan lisannya saja. (33 ) Maka hanya lisan saja yang
melihat Tuhan sedangkan manusia yang lainnya tidak melihat-Nya. Manusia
jumlahnya beragam akan tetapi entitasnya tetap tunggal. Sebagaimana Tuhan
entitasnya tunggal meskipun asma-asmanya banyak jumlahnya, sebagaimana
manusia yang mempunyai organ tubuh yang bermacam-macam jumlahnya.

Mutiara Kebijaksanaan Keghaiban dari Kalimat Nabi Ayub
Ketahuilah sesungguhnya misteri kehidupan adalah misteri air, karena air
merupakan unsur utama bagi kehidupan. Oleh karena itu Allah menjadikan segala
sesuatu yang dapat hidup dari air. Sebagaimana Firman-Nya:

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. (Q.S. alAnbiya’: 30 )
Segala sesuatu yang tercipta dari air pasti mensucikan dan memuji Allah.
Akan tetapi mereka tidak paham dengan pensucian tersebut kecuali adanya
penyingkapan dari Tuhan (al-kasyaf al-Illahi), dan tidak ada yang mensucikannya
kecuali dia hidup. Setiap sesuatu yang hidup asal muasalnya berasal dari air.
Tidak ada ciptaan yang lebih indah selain jagad raya ini. Karena alam ini dibentuk
berdasarkan dzat Tuhan di mana Tuhan menampakkan wujudnya melalui alam
ini, alam ini meruapakan manifestasi dari wujud dzat Tuhan. Sebagaimana
manusia nampak dengan wujud badan raganya.
Kita adalah wujud bentuk Tuhan yang paling nyata, serta merupakan
identitas bagi ruh alam ini, yang berfungsi mengatur geraknya. Oleh karena itu
tidak akan ada gerak kecuali di dalam ruh sebagaimana tidak akan ada ruh kecuali
berasal dari-Nya. Secara maknawi Dia adalah yang maha awal sedangkan secara
bentuk wujud Dia yang akhir. Dia zdohir dengan perubahan hukum dan keadaan,

serta Dia batin karena Dia yang mengatur alam ini. Sebagaimana firman-Nya:
(34 )

Supaya Tuhan dapat diketahui berdasarkan persaksian bukan karena hasil
berfikir. Begitu juga ilmu perasa atau inderawi bukan berasal dari proses berfikir.
Inilah ilmu yang sebenarnya, bukan ilmu yang baru dan hanya mengira-ngira,
karena sesunggahnya bukan ilmu yang demikian itu.

Mutiara Kebijaksanaan Tentang Raja dari Kalimat Nabi Zakar