1.7.5. Diagram Alir Penelitian
: Data : Proses
: Tahap persiapan : Data turunan
: Hasil : Tahap pengolahan
: Tahap akhir Hasil
ke
S k
en a
ri o
M it
ig a
si B
en ca
n a
Pemetaan Tingkat Kerawanan
P em
eta a
n R
is ik
o
Citra Kecamatan
Piyungan Peta bentuk
lahan Peta Jenis
Tahah Zona
patahan
Interpretasi dan digitasi
Blok bangunan
Peta tentatif kerentanan bangunan
Survey lapangan I
Peta kerentanan bangunan Kecamatan
Piyungan Overlay
Buffering identifikasi
jarak
Jarak permukiman terhadap zona
patahan
Analisis pola keruangan
untuk mitigasi bencana
Sebaran risiko gempabumi
Pemodelan untuk
mitigasi bencana
Peta mitigasi bencana Gempabumi
Kecamatan Piyungan Penentuan jalur dan
tempat evakuasi bencana
Gempabumi Peta RBI
Kecamatan Piyungan
Peta administrasi
Kecamatan Piyungan
Shapefile jenis tanah
Survey II, Skoring dan
Overlay Peta Rawan Gempa
Kecamatan Piyungan
Peta Risiko Gempabumi
Kecamatan Piyungan
1.7.6. Metode analisis data a Analisis Data Citra.
Data citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa Citra Quickbird dengan resolusi spasial tinggi, yaitu empat meter pada visible range
dan satu meter untuk pankromatik. Dengan nilai resolusi tersebut, Citra Quickbird dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini sebagai sumber data. Citra Quickbird
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tahun perekaman 2006. Analisis data citra yang dilakukan adalah interpretasi citra. Interpretasi
merupakan kegiatan mengenali obyek tanpa kontak langsung dengan obyek kajian dilapangan yaitu melalui wahana citra penginderaan jauh. Hasil interpretasi
citra penginderaan jauh yang diperoleh adalah kenampakan lahan daerah penelitian, blok permukiman, penggunaan lahan up to date sesuai dengan data
citra satelit yang digunakan, selain itu informasi jarak suatu tempat terhadap tempat lain di daerah penelitian juga dapat diperoleh pada tahap ini.
b Analisis Pola Keruangan
Analisis pola keruangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada agihan dari area mana saja yang rawan terhadap
bencana gempabumi. Penentuan zona rawan bencana yang dilakukan berdasar pada parameter-parameter yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dilakukan
pengharkatan berdasar skoring pada setiap parameter yang dijumlahkan untuk mendapatkan skor total dan selanjutnya hasil dari harkat total diklasifikasikan
menjadi tingkat kerawanan rendah, sedang dan tinggi. Untuk menyajikan data tingkat kerawanan bencana gempabumi dalam penelitian ini, digunakan metode
pemetaan zona rawan bencana gempabumi di daerah penelitian. Analisis lanjutan dari pemetaan zona rawan bencana gempabumi di Kecamatan Piyungan,
dilakukan review dari agihan zona rawan bencana secara manual. Hasil dari analisis pola keruangan berupa agihan zona dan tingkat kerawan bencana
gempabumi di daerah penelitian.
c Penekanan Unit Analisis
Unit analisis merupakan satuan terkecil dalam penelitian, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan lebih dari
satu unit analisis untuk menentukan risiko bencana. Risiko bencana muncutimbul sebagai akibat dari adanya kombinasi antara bahaya hazard dan kerentanan
vulnerability. Penekanan unit analisis pada kedua unsur risiko tersebut berbeda antara satu dengan yang lain.
Unit analisis dalam penentuan bahayadaerah rawan gempabumi adalah berdasarkan zona rawan gempabumi di Kecamatan Piyungan. Pembahasan dalam
analisis daerah rawan gempabumi lebih kepada sebaran daerah rawan gempa di daerah penelitian. Pemetaan kerentanan bangunan menggunakan unit analisis
berupa blok permukiman berdasarkan karakteristik atap bangunan. Penelitian ini lebih menekankan analisis terhadap zona rawan gempabumi
di daerah penelitian untuk pemetaan kerawanan gempabumi. Karakteristik atap bangunan sebagai unit analisis dalam pemetaan kerentanan bangunan terhadap
gempabumi. Pemilihan blok permukiman berdasar karakteristik atap sebagai unit analisis dalam penelitian ini dikarenakan kemampuan setiap tipekarakteristik atap
bangunan yang berbeda dalam merespon getaran gempa. Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual karakteristik atap bengunan yang ada
di daerah penelitian. Kondisi karakteristik atap bangunan yang ada di daerah penelitian sebagian besar tidak mengalami perubahan antara hasil interpretasi
pada citra dan saat dilakukan survey lapangan. Hasil pemetaan kerawanan dan kerentanan yang telah dioverlay,
menghasilkan peta risiko bencana gempabumi Kecamatan Piyungan. Pemetaan risiko bencana merupakan bagian dari tahapan dalam pembuatan skenario mitigasi
bencana.
d Pembuatan Skenario Mitigasi
Pembuatan skenario mitigasi bencana merupakan tahap selanjutnya dalam penelitian ini. Pembuatan skenario mitigasi bencana bertujuan mengurangi atau
meminimalisir dampak yang mungkin timbul apabila terjadi bencana gempabumi. Selain faktor manusia, faktor lain yang terancam bencana gempabumi dalam
penelitian ini adalah blok bangunanpermukiman yang ada di Kecamatan Piyungan. Secara fisik, mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengetahui lokasi
mana saja yang rawan terhadap gempabumi, sehingga pambangunan untuk
permukiman maupun aktifitas manusia tidak dilakukan di tempat tersebut. Sebagaimana disebutkan oleh Bakornas PB 2007 langkah mitigasi lain secara
fisik yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kapasitaskemampuan bangunan, yaitu dengan bangunan tahan gempa untuk pembangunan pada area-
area yang rawan gempabumi. Skenario mitigasi lain yang dilakukan untuk evakuasi penduduk saat terjadi dan pasca terjadinya bencana gempabumi adalah
dengan pembuatan rencana jalur dan tempat evakuasi untuk bencana gempabumi.
1.8. Batasan Operasional a Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi