tentang penetapan tarif biaya masuk Pendidikan Menegah Kejuruan dimaksudkan agar pemerintah dalam hal ini Pendidikan Menegah Kejuruan dapat memberikan
keringanan biaya masuk untuk masyarakat sesuai dengan ke tiga tujuan diatas. Kebijakan-kebijakan tersebut membawa dampak terhadap masyarakat, yaitu
berupa adanya kesempatan, kemudahan dan kemampuan aksesibilitas masyarakat dalam memperoleh kesempatan pemerataan Pendidikan Menegah Kejuruan. Dengan
berlandaskan dan berangkat dari konsep yang ada maka dalam penelitian ini studi evaluasi dampak dapat dikatagorikan sebagai evaluasi yang bersifat substantif
substantive evaluation yaitu, apakah kebijakan-kebijakan tersebut dapat berjalan seperti yang direncanakan, sesuai spesifikasi tujuannya dan dampak dari kebijakan
tersebut terhadap permasalahan yang hendak akan dicapai atau dituju Jones, 1984 : 36l.
2.2.2 Model Evaluasi Kebijakan Publik
Dalam hal ini William Dunn House, 1978 : 45, mengemukakan beberapa Model Evaluasi Kebijakan Publik yang terdiri dari :
1. The Adversary Model, para evaluator dikelompokkan menjadi dua, yang
pertama bertugas menyajikan hasil evaluasi program yang positif, hasil dampak kebijakan yang efektif dan baik, tim kedua berperan untuk
menemukan hasil evaluasi program negatif, tidak efektif, gagal dan yang tidak tepat sasaran. Kedua kelompok ini dimaksudkan untuk menjamin adanya
netralitas serta obyektivitas proses evaluasi. Temuannya kemudian dinilai
sebagai hasil evaluasi. Menurut model dari evaluasi ini tidak ada efisiensi data yang dihimpun.
2. The Transaction Model, Model ini memperhatikan penggunaan metode studi
kasus, bersifat naturalistik dan terdiri dua jenis, yaitu : evaluasi responsif responsive evaluation yang dilakukan melalui kegiatan - kegiatan secara
informal, ber ulang-ulang agar program yang telah direncanakan dapat digambarkan dengan akurat ; dan evaluasi iluminativ illuminativ evaluation
bertujuan untuk mengkaji program inovativ dalam rangka mendeskripsikan dan menginterpretasikan pelaksanaan suatu program atau kebijakan. Jadi
evaluasi model ini akan berusaha mengungkapkan serta mendokumenter pihak-pihak yang berpartisipasi dalam program.
3. Good Free Model, model evaluasi ini ber tujuan untuk mencari dampak aktual
dari suatu kebijakan, dan bukan hanya sekedar untuk menentukan dampak yang diharapkan sesuai dengan ditetapkan dalam program. Dalam upaya
mencari dampak aktual, evaluator tidak perlu mengkaji secara luas dan mendalam tentang tujuan dari program yang direncanakan. Sehingga
evaluator peneliti dalam posisi yang bebas menilai dan ada obyektivitas.
Evaluasi Kebijakan Publik sering kali diartikan sebagai aktivitas yang hanya mengevaluasi kegiatan proyek, selanjutnya mengevaluasi anggaran, baik rutin
pembangunan. Akan tetapi Evaluasi Kebijakan Publik juga membahas aktivitas atau kegiatan pembangunan lainnya, termasuk pembangunan di bidang pendidikan.
Adapun hakekat dari pembangunan pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan pendidikan ditujukan untuk masyarakat kurang mampu atau berpenghasilan rendah,
demikian itu sesuai dengan pandangan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang dikenal dengan azas kegotong-royongan. Juga, bukankah pendidikanitu merupakan
hak bagi setiap warga negara, oleh sebab itu pendidikan sejatinya harus dapat memiliki akses kepada masyarakat untuk memperoleh pemerataan kesempatan
pendidikan. Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, termasuk salah satu
indikatornya ialah sampai sejauh mana dapat terjadi aksesibilitas pemerataan pendidikan, khususnya Pendidikan Menegah. Untuk itu lebih jauh kajian dalam studi
ini memusatkan perhatian pada evaluasi kebijakan, sedangkan kebijakan yang diteliti adalah Kebijakan Pendidikan Menegah Kejuruan. Kebijakan Pendidikan Menegah
Kejuruan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai segala sesuatu tindakan serta program-program
pemerintah Pendidikan Menegah Kejuruan. Kebijakan Pendidikan Menegah Kejuruan yang dimaksudkan adalah : kebijakan dalam
menentukan besar biaya masuk bagi siswa baru Pendidikan Menegah Kejuruan. Kebijakan pemerintah, yang dilakukan oleh di Pendidikan Menegah Kejuruan
berdampak kepada masyarakat publik sebagai kelompok sasaran. Dampak kebijakan dalam kaitannya dengan penelitian ini nantinya dapat diartikan sebagai
hasil dari pada kebijakan pendidikan dan akibat-akibat apa saja dari kebijakan tersebut terhadap masyarakat publik. Jadi konsep evaluasi dampak disini terdiri dari
policy output dan policy out come. Policy out put, ber arti merupakan sebagai fasilitas
pendidikan yang diberikan oleh Pendidikan Menegah Kejuruan, sedangkan policy out come dapat diartikan sebagai suatu upaya di dalam mencermati adanya aksesibilitas
masyarakat untuk memperoleh kesempatan Pendidikan Menegah Kejuruan. Konsep aksesibilitas untuk memperoleh kesempatan Pendidikan Menegah
Kejuruan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai indikator untuk menjelaskan tingkat keberhasilan kebijakan Pendidikan Menegah Kejuruan. Oleh karena itu,
konsep aksesibilitas merupakan konsep utama central untuk melihat persoalan isu pemerataan pada sektor pendidikan. Dalam rangka itulah semata-mata keperluan
penelitian ini aksesibilitas dapat diartikan sebagai kemampuan, kemudahan dan kesempatan seseorang atau masyarakat memperoleh pemerataan kesempatan
Pendidikan Menegah Kejuruan. Kemampuan, kemudahan dan kesempatan tersebut dapat dilihat dari faktor : kemampuan membayar biaya masuk ke Pendidikan
Menegah Kejuruan Masih menurut House 1978 dalam William Dunn, ada 3 macam Evaluasi
Kebijakan Publik, ialah : a.
Evaluasi Administratif, evaluasi kebijakan publik yang dilakukan sebatas dalam lingkungan pemerintahan atau instansi pemerintah. Dilaksanakan
Kebijakan Penetapan biaya masuk Pendidikan Menegah Kejuruan Penyelenggaraan pendidikan untuk masyarakat ber penghasilan rendah kecil
Jumlah biaya masuk Pendidikan Menegah Kejuruan , kemampuan membayar biaya masuk ke Pendidikan Menegah Kejuruan. Kemudahan untuk
memperoleh kesempatan, pemeratan, pendidikan untuk mengevaluasi proyek
pemerintah, biasanya berkaitan dengan masalah keuangan dan sebagai alat mengetahui apakah proyek pemerintah itu sudah sesuai dengan yang
direncanakan the expected goals. b.
Evaluasi Yudisial, evaluasi ini melihat apakah kebijakan itu melanggar hukum. Sedangkan yang melaksanakan evaluasi yudisial adalah lembaga-
lembaga hukum, pengacara, pengadilan, dan kejaksaan. c.
Evaluasi Politik, pada umumnya evaluasi politik dilakukan oleh lembaga politik, misalnya : parlemen, parpol, atau masyarakat. Pertimbangan politik
apa saja dan bagaimana yang seharusnya mungkin dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi suatu kebijakan.
2.3. Aksesibilitas dalam Kebijakan Pendidikan