Pola Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Layur (Trichiurus Sp.) Di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

POLA PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN
LAYUR (Trichiurus sp.) DI KABUPATEN CILACAP JAWA
TENGAH

ADI GUMELAR JUNGJUNAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Pengembangan
Usaha Penangkapan Ikan Layur (Trichiurus sp.) di Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Adi Gumelar Jungjunan
NIM C44120016

2

ABSTRAK
ADI GUMELAR JUNGJUNAN. Pola Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan
Layur (Trichiurus sp.) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dibimbing oleh
MULYONO S BASKORO dan MUSTARUDIN.
Pengembangan usaha perikanan tangkap yang tepat dan berkelanjutan di
suatu daerah menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat nelayan, membuka lapangan pekerjaan, dan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya di Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi umum perikanan
layur di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, menentukan jenis alat tangkap ikan
layur yang terbaik dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi, serta
merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan layur di Kabupaten

Cilacap, Jawa Tengah.Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei
dan menggunakan analisis Deskriptif, Metode Skoring, dan Analisis SWOT. Hasil
analisis ini menunjukkan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
layur adalah jaring insang hanyut monofilamen (1394 unit), jaring rampus (1429
unit), payang (142 unit), dan trammel net (876 unit). Sedangkan jumlah kapal
yang digunakan untuk menangkap ikan layur sebanyak 1.429 unit. Terkait alat
tangkap ikan layur yang paling tepat untuk dikembangkan (prioritas I) di
Kabupaten Cilacap berdasarkan analisis yang telah diperhitungkan adalah jaring
rampus dengan nilai VA sebesar 2,02, sedangkan alat tangkap layur yang menjadi
prioritas II (Back up) adalah payang dengan nilai VA-Gab sebesar 1,19. Terkait
strategi yang tepat dalam pola pengembangan usaha penangkapan ikan layur di
Kabupaten Cilacap adalah peningkatan volume produksi produk perikanan layur
berkualitas baik, penetapan harga dasar ikan layur oleh PEMDA, peningkatan
kapasitas armada penangkapan ikan, kemudahan akses pemodalan dan promosi
produk ikan layur, dan sosialisasi kepada warga tentang pentingnya menjaga
lingkungan perairan sekitar.
Kata kunci: alat tangkap, pengembangan, perikanan layur

3


ABSTRACT
ADI GUMELAR JUNGJUNAN. The Pattern of Ribbon (Trichiurus sp.) Fishing
Business Developmentin Cilacap, Central Java. Supervised by MULYONO S
BASKORO and MUSTARUDIN.
The appropriate business development of catch fish continuity in some
area is the most important thing to reach the fishermen prosperity to open the field
of job and to increase the regional revenue (PAD) especially in Cilacap Regency
Central Java. The purpose of the research is to analize the general condition of
ribbon fishery in Cilacap, to determine the best fishing gear to catch ribbon fish
from technical aspect, environment, social, economic, and formulating the
strategy of fishery industry business there. This research used survey method and
descriptive analysis, scoring method, and SWOT analysis. These analysis resulted
the fishing gear to catch ribbon fish are monofilamment drift gill net (1394 units),
monofilament bottom gill net (1429 units), pelagic danish seine (142 units), and
Trammel net (876 units). Where as the number of fishing boat as many 1.429
units.Based on the analysis calculation that monofilament bottom gill net valued
VA-Gab measured 2,02 is the best fishing gear of ribbon fish to be developed
(priority 1) in Cilacap, while pelagic danish seine is the priority (back up) valued
VA-Gab measured 1,19.Related to the right strategy and the development of
fishery industry business of ribbon fish in Cilacap are the increase of good quality

of ribbon fish production , the basic price determination by the Cilacap goverment
(PEMDA), increase capacity of fishing vessel, capital access and product
promotion and socialization to the society about the importance of keeping the
surounding environment.
Keywords : fishing gear, development, ribbon fishery

4

POLA PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN
LAYUR (Trichiurus sp.) DI KABUPATEN CILACAP JAWA
TENGAH

ADI GUMELAR JUNGJUNAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

5

7

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
penulis buat sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada :
1. Prof.Dr.Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc dan Dr. Mustaruddin, STP sebagai
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
2. Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si sebagai Ketua Komisi Pendidikan Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap dan Dr. Gondo Puspito, M.Sc
sebagai dosen penguji saat ujian yang telah memberikan masukan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
3. Keluarga tercinta khususnya ayah dan ibu yang telah banyak memberikan
semangat, motivasi, dan arahan serta do’a kepada penulis serta seluruh pihak
yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu penulis dengan senang hati menerima saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Maret 2016
Adi Gumelar Jungjunan

8

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi

DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Penelitian Terdahulu
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3
Metode Analisis Data
5
Analisis kondisi umum perikanan layur
5
Analisis penentuan alat tangkap terbaik
5
Analisis strategi pengembangan perikanan layur
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Kondisi Umum PerikananLayur di Kabupaten Cilacap
9
Kondisi kapal dan alat tangkap ikan layur
9
Karakteristik nelayan perikanan layur
10
Daerah penangkapan ikan layur
11

Produksi ikan layur di Kabupaten Cilacap
12
Pemilihan Teknologi yang Tepat Untuk Pengembangan Perikanan Layur di
Kabupaten Cilacap
13
Kinerja Alat Tangkap Ikan Layur
13
Aspek teknis
13
Aspek lingkungan
14
Aspek sosial ekonomi
16
Hasil analisis teknologi pengembangan perikanan layur
17
StrategiPengembangan Usaha Penangkapan Ikan Layur
18
Faktor internal
18
Faktor eksternal

20
Strategi pengembangan perikanan layur
22
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
35

9

DAFTAR TABEL
1

2
3
4
5
6
7
8

Responden penelitian
Pembobotan setiap faktor-faktor SWOT
Matriks SWOT
Jumlah alat tangkap layur di perairan Kabupaten Cilacap
Karakteristik nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap
Produksi ikan layur di perairan Kabupaten Cilacap tahun 2014
Hasil analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek teknis
Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap layur
dari aspek teknis
9 Hasil analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek lingkungan
10 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap
layur dari aspek lingkungan
11 Hasil analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek
sosial ekonomi
12 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap layur
dari aspek sosial ekonomi
13 Hasil penilaian gabungan aspek teknis, lingkungan,
dan sosial ekonomi
14 Hasil standarisasi pemilihan teknologi perikanan layur
15 Faktor internal pengembangan perikanan layur (matriks IFAS)
16 Faktor eksternal pengembangan perikanan layur (matriks EFAS)
17 Matriks SWOT pengembangan perikanan layur

4
7
8
9
11
12
13
14
14
15
16
17
17
18
19
21
23

DAFTAR GAMBAR
1Peta lokasi penelitian
2Alat tangkap ikan layur
3Peta daerah penangkapan ikan layur

3
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Data aspek teknis alat tangkap
Data aspek lingkungan alat tangkap
Data aspek sosial ekonomi alat tangkap
Unit penangkapan ikan layur di Kabupaten Cilacap
Sumberdaya ikan layur di Kabupaten Cilacap

28
29
31
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan tangkap adalah suatu upaya/kegiatan yang menyangkut
pengusahaan suatu sumberdaya laut atau perairan umum melalui cara
penangkapan baik secara komersial maupun tidak komersial (Putra 2015).
Kegiatan Perikanan tangkap erat kaitannya dengan konsep pengembangan
perikanan yang berkelanjutan.Menurut Charles (2001) menyatakan bahwa konsep
pengembangan perikanan yang berkelanjutan mencakup aspek ekologi, teknologi,
ekonomi, dan etika kelembagaan sebagai pengelola dan pengawasan pemanfaatan
sumberdaya secara keseluruhan. Keterpaduan aspek-aspek tersebut dapat
menciptakan pengelolaan perikanan tangkap yang baik dan berkelanjutan.
Pengembangan usaha perikanan tangkap yang tepat dan berkelanjutan di
suatu daerah menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat nelayan, membuka lapangan pekerjaan, dan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya di Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah. Usaha perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap yang perlu
dikembangkan yaitu perikanan layur, hal tersebut berkaitan karena volume
produksi hasil tangkapan ikan layur yang masih rendah dan mengalami fluktuasi.
Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan
(DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap (2014) mencatat bahwa volume produksi ikan
layur pada tahun 2014 sebesar 338,2 Ton. Angka tersebut masih di bawah target
tahunan DKP2SKSA Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 620 Ton.
Perikanan layur di Kabupaten Cilacap memiliki potensi untuk
dikembangkan karena ikan layur memiliki harga ekonomis yang cukup tinggi dan
merupakan komoditas ekspor ke beberapa negara Asia. Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2015) mencatat bahwa harga ikan layur di PPS Cilacap pada bulan
Februari 2015 sebesar Rp.39.333/kg. Adapun volume ekspor ikan layur di PPS
Cilacap pada tahun 2014 yaitu sebesar 17,06 Ton (PPS Cilacap 2014).Selain itu
ikan layur merupakan jenis komoditi unggulan di Kabupaten Cilacap selama 5
tahun dari tahun 1999 sampai tahun 2003. Komoditas unggulan tersebut dapat
menjadi prioritas pengembangan komoditas ikan di Kabupaten Cilacap. Dengan
pengembangan perikanan berbasis komoditas unggulan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan volume produksi perikanan layur sehingga pendapatan nelayan dan
perekonomian di Kabupaten Cilacap meningkat (Kohar dan Suherman 2006).
Permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung meningkat terutama
pada musim ikan. Menurut Utami et al (2002) permintaan ekspor ikan layur
mencapai 100-500 ton/bulan, kondisi ini menyebabkan perikanan layur
mempunyai peluang yang cukup besar di pasar internasional.Berkaitan dengan hal
tersebut diatas, oleh karena itu pengembangan usaha perikanan layur di
Kabupaten Cilacap perlu dilakukan.
Pola pengembangan usaha pada perikanan tangkap sangat dibutuhkan untuk
merancang strategi pengembangan usaha perikanan tangkap yang tepat serta
keberlanjutan sebuah usaha penangkapan ikan. Adanya suatu pola pengembangan
usaha tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan hasil tangkapan ikan layur serta
dapat menunjang tingginya permintaan ikan layur untuk konsumsi dalam negeri
serta tujuan ekspor. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian

2

tentang pola pengembangan usaha penangkapan ikan layur di Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah.

Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian dan kajian telah banyak dilakukan terkait dengan
pengembangan perikanan layur diantaranya :
1. Astuti (2008) melakukan penelitian mengenai pola dan pemanfaatan
sumberdaya ikan layur di perairan Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat.
Menyimpulkan bahwa usaha penangkapan ikan layur yang dapat
dikembangkan di perairan Palabuhanratu adalah pancing ulur.
2. Sholeh (2012) melakukan penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya ikan
layur di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Menyimpulkan
bahwa perlu ditetapkan suatu teknologi alat penangkapan ikan layur yang
selektif dan memiliki produktivitas yang tinggi agar ikan layur yang masih
produktif tetap hidup bebas di alam guna melakukan proses pemulihan
(recovery sumberdaya) serta pengurangan effort (khususnya alat tangkap jaring
rampus) yang menjadi ancaman utama terhadap kelestarian stok ikan layur.
3. Wewengkang (2002) melakukan penelitian mengenai analisis sistem usaha
penangkapan
ikan
layur
di
Palabuhanratu
dan
kemungkinan
pengembangannya. Menyimpulkan bahwa kebijakan pengelolaan dan fasilitasfasilitas pendukung berperan sangat penting dalam memepertahankan
kelangsungan sumberdaya ikan layur dan memenuhi kebutuhan para pelaku
sistem yang terlibat.

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kondisi umum perikanan layur di Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah.
2. Menentukan jenis alat tangkap ikan layur yang terbaik dari aspek teknis,
lingkungan, dan sosial ekonomi.
3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan layur di
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Membantu pemerintah daerah dalam program pengembangan perikanan layur
yang berkolaboratif antar stakeholders perikanan.
2. Mendukung
pengembangan
ilmu
pengetahuan
khususnya
dalam
pengembangan usaha penangkapan ikan layur.
3. Memberikan arahan kepada pelaku perikanan dalam pengembangan alat
tangkap ikan layur.

3

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
(Gambar 1). Terdapat 3 lokasi pengambilan data pada penelitian iniyaitu TPI
Sentolokawat, TPI Pandanaran, dan TPI PPS Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan
dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan, yaitu pada bulan Oktober 2015.

Gambar 1 Peta Lokasi Pelaksanaan Penelitian di Perairan Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis,
kuesioner sebagai pedoman pengumpulan data, kamera digital, dan laptop untuk
melakukan analisis data.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei terhadap objek nelayan
khususnya nelayan perikanan layur. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Secara umum, jenis data
primer dan data sekunder yang dikumpulkan adalah :

4

a. Data tentang kondisi umum perikanan layur (data produksi, alat tangkap,
kapal/perahu, nelayan perikanan layur dan daerah penangkapan ikan).
b. Data teknis terkait dengan ukuran alat tangkap, kelengkapan peralatan
pendukung produksi, kapasitas muat ikan, kapasitas muat es, jumlah nelayan,
kapasitas mesin, dan ukuran kapal.
c. Data lingkungan terkait tingkat selektivitas alat tangkap, keramahan alat
tangkap terhadap habitat, kualitas hasil tangkapan, keamanan penggunan alat
tangkap oleh nelayan, keamanan produk bagi konsumen, by-catch rendah,
dampak terhadap biodiversity, dan keamanan terhadap ikan yang dilindungi.
d. Data sosial ekonomi terkait penerapan teknologi tepat guna, jumlah hasil
tangkapan, tingkat keuntungan, biaya operasional, kemandirian terhadap
pembuatan dan perawatan alat tangkap ikan, dan memenuhi perundangundangan yang berlaku.
e. Data terkait kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan
perikanan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan teknik
waawanacara dipandu dengan kuesioner yang diberikan kepada responden, dan
pengamatan langsung.Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 orang dengan
rincian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Responden penelitian
No

Jenis data

1

Data untuk
analisis
deskriptif

2

3

Data untuk
analisis
skoring
Data untuk
analisis
SWOT

Metode Pengumpulan
Data

-

Jumlah
Responden
(orang)
-

langsung
 Telaah pustaka
 Wawancara
 Random sampling

 Nelayan

40

 Wawancara
 Purposive sampling

 Nelayan
 Pegawai

20

 Pengamatan

Asal Responden

DKP2SKSA
Cilacap
 Pegawai UPT
PPS Cilacap
Total

60

Penentuan jumlah responden tersebut didasarkan pada pertimbangan jumlah
responden untuk penelitian deskriptif yaitu minimal 10% dari jumlah populasi
(Sumarsono 2004). Penentuan responden dalam penelitian ini yaitu dipilih secara
sengaja (purposive sampling) dan acak (random sampling). Penentuan responden
dengan purposive sampling ini bertujuan agar informasi yang diberikan lebih
akurat dan tepat. Sedangkan wawancara dilakukan secara terstruktur kepada
stakeholders yang mengetahui banyak informasi terkait perikanan layur di
Kabupaten Cilacap. Stakeholders tersebut antara lain nelayan perikanan layur,
pegawai Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara
Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap, dan pegawai UPT PPS Cilacap.

5

Metode pengumpulan data sekunder pada penelitian ini yaitu melalui telaah
pustaka yang diperoleh dari dokumen atau arsip-arsip pihak Dinas Kelautan,
Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA)
Kabupaten Cilacap, dan pihak PPS Cilacap.

Metode Analisis Data

Analisis kondisi umum perikanan layur
Analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi umum perikanan layur
adalah analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2010) analisis deskriptif digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menganalisis data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Data yang akan dideskripsikan
dalam analisis deskriptif ini meliputi jenis alat tangkap ikan layur, jumlah alat
tangkap ikan layur, jumlah kapal perikanan layur, ukuran kapal penangkapan ikan
layur, karakteristik nelayan perikanan layur, daerah penangkapan ikan layur dan
produksi ikan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Hasil analisis tersebut
kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau gambar yang relevan. Analisis
deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
tentang kondisi terkini perikanan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Analisis penentuan alat tangkap terbaik
Metode yang digunakan untuk menentukan alat tangkap ikan layur terbaik
adalah metode skoring. Menurut Putra (2015) metode skoring disebut juga sebagai
metode analisis multi klinearitas, karena metode ini berkaitkan dengan beberapa
kriteria/aspek yang menjadi fokus utama dalam pemilihan keputusan pengelolaan.
Dalam penerapannya metode skoring menggunakan skor-skor tertentu maupun
nilai rill untuk mengidentifikasi atau menilai obyek yang dikaji.
Metode skoring dalam penelitian ini digunakan untuk memilih alat tangkap
yang tepat untuk pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap. Analisis
ini juga dikaitkan dengan analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek teknis,
lingkungan, sosial dan ekonomi. Menurut Kuntoro dan Listiarini (1983)rumus
perhitungan analisis skoring dalam penelitian adalah :
=
=


1−

Dengan keterangan sebagai berikut :
Untuk i = 1,2,3,.....,n

6

V (X) = Fungsi nilai dari parameter X
X
= Nilai parameter X yang ke-i
X₁
= Nilai tertinggi untuk parameter X
X0
= Nilai terendah untuk parameter X
V (A) = Fungsi nilai dari alternatif A
V1(X1)= Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i
i=1,2,3,.....n (opsi teknologi alat tangkap yang digunakan)
Terkait aspek teknis parameter yang digunakan pada metode skoring ini
terdiri dari beberapa parameter meliputi ukuran alat tangkap, kelengkapan
peralatan pendukung, kapasitas muat ikan, kapasitas muat es, jumlah nelayan,
kapasitas mesin, dan ukuran kapal.
Aspek lingkungan parameter yang digunakan meliputi selektifitas alat
tangkap, keramahan alat tangkap terhadap habitat, kualitas hasil tangkapan,
keamanan penggunaan alat tangkap terhadap nelayan, keamanan produk bagi
konsumen, by-catch rendah, dampak positif terhadap biodiversity, dan keamanan
terhadap ikan yang dilindungi (FAO 1995).
Parameter yang digunakan dalam aspek sosial ekonomi meliputi penerapan
teknologi tepat guna, jumlah hasil tangkapan, keuntungan, biaya operasional,
kemandirian terhadap pembuatan dan perawatan alat tangkap, dan memenuhi
perundang-undangan yang berlaku.
Nilai X pada perhitungan analisis skoring dalam penenlitian ini merupakan
nilai rata-rata dari setiap parameter untuk aspek teknis, lingkungan, dan sosial
ekonomi dari alat tangkap. Nilai parameter tersebut menggunakan skor dengan
kisaran 1-4, dimana 1, 2, 3, dan 4 masing-masing menyatakan tidak baik, cukup
baik, baik, dan sangat baik ataupun menggunakan istilah yang setara maupun nilai
rill. Penentuan nilai parameter untuk metode skoring ini ditentukan sendiri oleh
nelayan perikanan layur.

Analisis strategi pengembangan perikanan layur
Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi yang tepat untuk
pengembangan perikanan layur adalah analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2000)
analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Analisis SWOT pada penelitian ini digunakan untuk menyusun strategistrategi pengembangan usaha penangkapan ikan layur. Analisis SWOT tersebut
dengan mempertimbangkan faktor lingkungan internal strength dan weaknesess
serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dalam usaha
penangkapan ikan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sehingga dari
analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi suatu pola pengembangan
usaha perikanan layur yang tepat di Kabupaten Cilacap.
Analisis SWOT diawali dengan mengidentifikasikan faktor internal dan
eksternal perikanan layur di Kabupaten Cilacap. Menurut Septifitri (2010)

7

menyebutkan bahwa proses yang harus dilakukan agar mendapat hasil yang lebih
tepat pada proses analisis SWOT yaitu melalui berbagai tahapan sebagai berikut :
1) Tahap pengambilan data yaitu dengan evaluasi faktor internal dan eksternal
2) Tahap analisis yaitu dengan pembuatan matriks internal eksternal dan matriks
SWOT, dan
3) Tahap pengambilan keputusan
Tahap pengambilan keputusan dalam analisis SWOT ini berguna untuk
mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman pada perikanan layur di Kabupaten Cilacap. Setelah mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal dalam perikanan layur, maka tahap selanjutnya
adalah membuat matriks internal eksternal. Menurut Septifitri (2010) sebelum
melakukan penyusunan matriks analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan
identifikasi terhadap faktor-faktor strategi eksternal dan internal dengan
pembobotan. Tahapan pembobotan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun faktor-faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktorfaktor strategi eksternal (peluang dan ancaman) sebanyak 5 sampai dengan 10
strategi.
2) Memberikan bobot masing-masing faktor strategi internal dan eksternal, mulai
dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting) dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Pembobotan setiap faktor-faktor SWOT
Faktor-faktor internal
Kekuatan Bobot
Kelemahan Bobot
S1
W1
S2
W2
S3
W3
S4
W4
Wn
Sn
Sumber: Septifitri (2010)

Faktor-faktor eksternal
Peluang Bobot
Ancaman Bobot
O1
T1
O2
T2
O3
T3
O4
T4
On
Tn

Penentuan bobot dalam setiap faktor-faktor SWOT ditentukan langsung oleh
penulis sendiri dengan mempertimbangkan faktor yang paling berpengaruh
sampai tidak berpengaruh terkait perikanan layur sesuai dengan wawancara
dengan nelayan. Skala yang digunakan dalam pembobotan setiap faktor ini mulai
dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting).
Setelah pembobotan masing-masing faktor strategi dirangking dan
dihubungkan keterkaitannya, maka selanjtunya menyusun beberapa alternatif
strategi dengan menggunakan matrik analisis SWOT (Tabel 3). Matriks SWOT
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternalnya
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya (Septifitri 2010).
Pola pengembangan usaha penangkapan ikan layur yang dijelaskan pada
penelitian ini merupakan perpaduan antara berbagai faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan pada suatu usaha penangkapan ikan layur, sehingga
didapatkan alternatif strategi yang tepat dan terbaik untuk dikembangkan pada
usaha penangkapan ikan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Matriks
SWOT disajikan pada Tabel 3.

8

Tabel 3Matriks SWOT
IFA/EFA
OPPORTUNITIES (O)

TREATHS (T)

Sumber: Septifitri (2010)

STRENGTH (S)
Strategi SO
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan
peluang.
Digunakan jika perusahaan
berada pada kuadran I
Strategi ST
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman. Digunakan
jika perusahaan berada pada
kuadran II

WEAKNESS (W)
Strategi WO
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk
memanfaatkan
peluang. Digunakan jika
berada pada kuadran III
Strategi WT
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman.
Digunakan jika perusahaan
berada pada kuadran IV

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Perikanan Layur di Kabupaten Cilacap
Kondisi kapal dan alat tangkap ikan layur
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan perikanan layur di Kabupaten
Cilacap terdiri dari payang, jaring insang hanyut monofilamen, jaring rampus, dan
Trammel net. Tabel 4 menyajikan jumlah alat tangkap layur di Kabupaten
Cilacap, Jawa tengah.
Tabel 4 Jumlah alat tangkap layur di perairan Kabupaten Cilacap tahun 2014
Jenis Alat Tangkap

Ukuran