Efektivitas Penangkapan Layur (Trichiurus sp) Menggunakan Umpan Buatan

EFEKTIVITA
AS PENANGKAPAN LAYUR (Trich
hiurus sp)
ME
ENGGUNAKAN UMPAN BUATAN

J
JULIUS
MOSE RAHANINGMAS

SEKOLAH PASCASARJANA
I
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas
Penangkapan Layur (Trichiurus sp) Menggunakan Umpan Buatan adalah

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Julius Mose Rahaningmas
NIM C451110081

 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

RINGKASAN

JULIUS MOSE RAHANINGMAS. Efektivitas Penangkapan Layur (Trichiurus
sp) Menggunakan Umpan Buatan. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO, DINIAH
dan RONNY IRAWAN WAHJU.
Layur (Trichiurus sp) tergolong ikan predator yang selalu menyambar
mangsanya sebelum dimakan. Oleh sebab itu, keberhasilan penangkapan layur
dengan pancing ulur sangat ditentukan oleh umpan. Fungsinya sebagai penarik
agar layur mendekati mata kail. Jenis umpan yang banyak digunakan nelayan
adalah kembung, tembang dan layur. Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan
adalah umpan kembung dan tembang tidak selalu tersedia dan tergantung pada
musim. Adapun penggunaan layur akan mengurangi jumlah hasil tangkapan
nelayan. Oleh karena itu, penggunaan umpan buatan sebagai pengganti umpan
alami sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah 1) membuktikan bahwa
umpan buatan dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah hasil tangkapan layur
dan 2) menentukan waktu penangkapan yang paling efektif dalam pengoperasian
pancing ulur.

Tiga jenis umpan yang diujicoba adalah umpan alami sebagai kontrol,
umpan buatan dan kombinasi antara umpan alami dan buatan. Jenis umpan alami
yang digunakan berupa potongan layur, sedangkan umpan buatan berupa
lempengan aluminium. Bentuknya menyerupai ikan. Pertimbangannya adalah
jenis logam ini memiliki warna mengkilat, sehingga cahaya yang mengenainya
akan terpantul. Adapun umpan kombinasi merupakan gabungan dari umpan alami
dan buatan. Ketiga jenis umpan ini dioperasikan secara bersamaan di atas 1 unit
perahu pancing ulur selama 22 hari. Dalam satu hari dilakukan 6 kali
penangkapan, yaitu antara pukul 05:00-06:00 WIB, 06:00-07:00 WIB, 07:0008:00 WIB, 08:00-09:00 WIB, 09:00-10:00 WIB dan 10:00-11:00 WIB.
Penelitian menggunakan analisis deskriptif komparatif untuk melihat perbedaan
waktu penangkapan layur terhadap hasil tangkapan. Sementara analisis statistik
rancangan acak lengkap (RAL) dipakai untuk melihat pengaruh jenis umpan
terhadap jumlah hasil tangkapan. Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan sebelum uji
ANOVA RAL. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan data yang
didapatkan. Jika data tidak menyebar normal, maka dilakukan uji statistik non
parametrik Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan umpan buatan pada
pengoperasian pancing ulur dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan. Umpan
kombinasi mendapatkan hasil tangkapan terbanyak sebesar 453 ekor, atau 52%
dari total hasil tangkapan, diikuti oleh umpan buatan 223 ekor (25%) dan umpan

alami sejumlah 203 ekor (23%). Waktu penangkapan terbaik adalah antara pukul
05:00-07:00 WIB yang menghasilkan layur sebanyak 379 ekor atau 43% dari
jumlah total hasil tangkapan, kemudian pukul 07:00-09:00 WIB dan 09:00-11:00
WIB masing-masing berjumlah 298 ekor (34%) dan 202 ekor (23%).
Kata kunci : Layur, efektivitas, umpan buatan, umpan kombinasi, pancing ulur
dan Palabuhanratu.

SUMMARY
JULIUS MOSE RAHANINGMAS. Effectiveness of Hairtails Fishing (Trichiurus
sp) by Using Artificial Bait. Supervised by GONDO PUSPITO, DINIAH and
RONNY IRAWAN WAHJU.
Hairtail (Trichiurussp) is classified as predatory fish that always grabbed
their prey before eating. Therefore, the success of catching hairtail from line
fishing is determined by the bait. The function of bait as attractant for hairtail
caught by hook. The type of fishing bait that widely used by the fishermen are
mackerel, sardine and hairtail. For the time being, problems that fishermen faced
are fishing bait and the sardine as bait is not always available and usually
seasonal. The use of hairtail as bait, will reduce the number of catches of
fishermen thus the alternative of artificial bait to substitute natural bait is needed.
The purposes of the study were 1) proving that artificial baits can increase the

catch of hairtail and 2) to determine the effective time for handline fishing
operations.
Three type of baits used in these research. There were natural bait as a
control, artificial bait, and combination between natural and artificial bait. Type of
natural bait used in hairtail in pieces, while the artificial bait in the form of an
aluminum plate with shape resembling natural fish. The consideration for the
artificial bait form simply because metal has a shiny color, so the light will be
reflected. Three kinds of baits were operated at the same time on a single unit of
handline fishing boats for 22 days. In one day there are 6 catching time, which is
divided into 05:00-06:00 am, 06:00-07:00 am, 07:00-08:00 am, 08:00-09:00 am,
9:00-10:00 am and 10:00-11:00 am. A descriptive comparative analysis observe
was used to see the difference in hairtails catching time. While the statistical
analysis completely randomized design (RAL) was used to observe the bait effect
to the total catches. Kolmogorov-Smirnov test performed before ANOVA RAL.
The test was performed to determine the normality of obtained data. Nonparametric statistical test, Kruskal Wallis used if data didn’t distributed normally.
The results showed that the use of artificial bait in fishing operations can
increase the number of catches. Combination bait catches hairtails most at 453, or
52% of the total catch, followed by artificial bait tail 223 (25%) and natural bait
tail number 203 (23%). The best catching time is between 05:00 am to 07:00 am
which catch 379 hairtail or 43% of the total catch and then at 07:00 am to 09:00

am and 09:00 to 11:00 am, each captured 298 fish (34%), and 202 fish (23%).
Keywords: hairtails, effectiveness, artificial bait, combination bait, handline and
Palabuhanratu.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

EFEKTIVITAS PENANGKAPAN LAYUR (Trichiurus sp)
MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN

JULIUS MOSE RAHANINGMAS

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Iin Solihin, SPi MSi

Judul Tesis
Nama
NIM

: Efektivitas Penangkapan Layur
Menggunakan Umpan Buatan
: Julius Mose Rahaningmas
: C451110081


(Trichiurus

sp)

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Gondo Puspito, MSc
Ketua

Dr Ir Diniah, MSi
Anggota

Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Tangkap


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 27 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penelitian yang berjudul “Efektivitas Penangkapan Layur (Trichiurus sp)
Menggunakan Umpan Buatan” ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar
Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr Ir Gondo Puspito, MSc, selaku

ketua komisi pembimbing, Dr Ir Diniah, MSi, selaku anggota komisi pembimbing
satu dan Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil selaku anggota komisi pembimbing
dua yang selalu memberikan motivasi dan telah mengajarkan banyak hal kepada
penulis untuk menyelesaikan studi di IPB.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia,yang telah memberikan Beasiswa bagi penulis
untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor;
2. Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB;
3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf, Ketua Program Studi Teknologi
Perikanan Tangkap beserta staf yang telah memberikan fasilitas dan
kebijaksanaan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Program
Pascasarjana IPB;
4. Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap yang
telah memberikan ilmu, pengalaman, pelayanan dan fasilitas kepada penulis
selama mengikuti pendidikan di IPB;
5. Keluarga besar Rahaningmas, Rumpuin, Matli dan Tomasoa yang selalu
memberikan motivasi dan doa yang ikhlas;

6. Istriku Eda dan ketiga anakku Jo, De dan Fio yang selalu tabah dan setia
memberikan motivasi dan doa yang tulus;
7. Nelayan dan masyarakat Palabuhanratu yang telah membantu penulis dalam
melakukan kegiatan penelitian lapang;
8. Teman-teman mayor TPT, TPL dan SPT yang selalu memberi motivasi dalam
suasana kebersamaan dan keakraban kepada penulis; dan
9. Semua saudara, sahabat dan pihak lain yang tidak sempat penulis ucapkan satu
demi satu.
Penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan dan penyempurnaan
tesis ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2014

Julius Mose Rahaningmas

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH

xi
xii
xii
xii
xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Hipotesis
Kerangka pemikiran

1
1
2
2
3
3
4

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Analisis Data

5
5
5
6
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tangkapan Berdasarkan Jenis Umpan
Hasil Tangkapan Berdasarkan Waktu Pemancingan
Lebar Bukaan Mulut Layur Berdasarkan Jenis Umpan

11
14
15
17

4 SIMPULAN DAN SARAN

22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

23
25

DAFTAR TABEL
 

1
2
3
4

Analisis data
Ukuran bukaan mulut layur yang tertangkap dengan umpan alami
Ukuran bukaan mulut layur yang tertangkap dengan umpan buatan
Ukuran bukaan mulut layur yang tertangkap dengan umpan kombinasi

9
18
18
19

 
 

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kerangka pemikiran penelitian
Umpan buatan
Jenis umpan dan konstruksi pancing ulur
Konstruksi pancing ulurmenggunakan ketiga jenis umpan
Ilustrasi posisi pemancing di atas perahu
Pengukuran bukaan mulut layur
Layur (Trichiurus sp)
Jenis layur yang terdapat di perairan Teluk Palabuhanratu
Ukuran panjang layur yang tertangkap
Jumlah hasil tangkapan layur berdasarkan jenis umpan
Jumlah hasil tangkapan layur berdasarkan waktu operasi penangkapan
Sebaran lebar bukaan mulut layur yang tertangkap
Layur yang tertangkap berdasarkan ketiga jenis umpan

4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
16
20
21

 

DAFTAR LAMPIRAN
 

1
2
3
4
5
6
7
8

Peta penelitian
Alat dan bahan
Panjang total layur yang tertangkap
Layur yang tertangkap menggunakan ketiga jenis umpan
Hasil uji ANOVA pada ketiga jenis umpan
Waktu operasi penangkapan layur
Data panjang dan lebar bukaan mulut layur
Hasil tangkapan layur menggunakan ketiga jenis umpan

26
27
32
32
33
33
34
41

DAFTAR ISTILAH

Deskriptif komparatif
Formula arch sin

Galchi
Kolmogorov-Smirnov
Kruskal Wallis

Outboard engine
Sashimi
Styrofoam
Tachiuo

: Analisis data yang menggambarkan dan
membandingkan hasil;
: Mengolah data dalam bentuk presentase atau
proporsi, seperti data asli menunjukkan sebaran
nilai antara 0%-30% dan 70%-100%, maka lakukan
transformasi arch sin.;
: Orang Jepang menyebut daging layur yang
digoreng atau dibakar sebelum dimakan;
: Pengujian statistik nonparametrik yang digunakan
untuk pengujian normalitas data;
: Uji nonparametrik yang digunakan untuk
membandingkan tiga atau lebih kelompok data
sampel;
: Kapal atau perahu yang bermesin tempel atau
bermesin diluar kapal atau perahu;
: Orang Jepang menyebut daging layur yang
dimakan mentah;
: Plastik busa yang digunakan untuk wadah makanan
dan minuman; dan
: Orang Korea menyebut daging layur yang dibakar
sebelum dimakan.

1

1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Layur (Trichiurus sp) termasuk jenis ikan demersal yang mudah dikenal dari
bentuk tubuhnya yang ramping. Utami et al. (2012) menambahkan bahwa layur
memiliki mulut yang lebar dengan tubuh mengkilat berwarna keperakan sehingga
mudah dibedakan dari jenis ikan lain. Layur mempunyai nilai ekonomi yang
cukup tinggi dan menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat penting.
Menurut Zulfikar (2012), permintaan layur untuk tujuan ekspor sangat tinggi,
terutama ke negara-negara Asia, seperti Jepang dan Korea, yang nilainya
mencapai 100-200 ton per tahun.
Masyarakat di negara-negara Asia sangat menyukai jenis ikan ini, karena
dagingnya kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak dan tulangnya mudah
dilepas. Orang Jepang mengkonsumsinya dalam bentuk tachiuo yaitu layur yang
dibakar terlebih dahulu sebelum dimakan, atau sebagai sashimi atau layur yang
dimakan mentah. Sementara orang Korea menyebutnya sebagai galchi yang
pengolahannya dengan cara digoreng atau dibakar (Azizah 2011).
Sumberdaya layur tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia, salah
satunya perairan Teluk Palabuhanratu. Nelayan menangkapnya dengan
menggunakan pancing ulur atau pancing layur (Wewengkang 2002). Kelebihan
utama pancing ulur adalah kualitas layur hasil tangkapannya selalu dalam keadaan
baik. Layur yang terkait mata kail akan langsung diangkat ke atas perahu,
sehingga layur tidak dibiarkan meronta dan mati di dalam air. Selain itu, pancing
mudah dibuat karena konstruksinya sangat sederhana, materialnya tidak mahal
dan dapat dioperasikan pada berbagai kedalaman perairan. Layur juga tertangkap
oleh beberapa jenis alat tangkap lain, misalnya bagan, cantrang, jaring insang,
payang, pukat lingkar dan pukat tarik. Namun demikian, layur hanya sebagai hasil
tangkapan sampingan.
Layur tergolong hewan predator yang selalu menyambar mangsanya
sebelum dimakan. Oleh karena itu, keberhasilan penangkapannya dengan pancing
ulur sangat ditentukan oleh umpan. Fungsi umpan sebagai penarik agar layur
mendekati mata kail dan memakannya. Jenis umpan yang banyak digunakan
nelayan adalah kembung, layur dan tembang. Nelayan lebih menyukai jenis layur
karena kembung dan tembang cepat lembek sehingga mudah lepas dari mata kail,
sedangkan jenis layur dapat bertahan lama di dalam air karena dagingnya kenyal.
Selain itu, layur tidak perlu dibeli karena didapat langsung dari hasil pemancingan
(Utami et al. 2012). Hasil kajian Muktiono et al. (2013) juga menunjukkan bahwa
layur merupakan umpan terbaik dibandingkan dengan kembung dan tembang.
Penggunaan umpan buatan sangat diperlukan sebagai alternatif pengganti
umpan alami untuk menangkap layur. Hal ini dikarenakan adanya kendala yang
dihadapi nelayan dalam mendapatkan layur sebagai umpan alami. Harjanti et al.
(2012) menyatakan bahwa ketersediaan umpan layur semakin berkurang, sehingga
nelayan terpaksa mengganti jenis umpan pancing layur dengan jenis ikan lain,
seperti kembung dan tembang. Jenis umpan buatan yang dimaksud diharapkan
dapat mengurangi biaya operasi dan meningkatkan jumlah hasil tangkapan layur.

2

Jenis umpan buatan yang digunakan pada penelitian ini berupa potongan
aluminium. Bentuknya menyerupai ikan. Pertimbangannya adalah jenis logam ini
memiliki warna mengkilat, sehingga cahaya yang mengenainya akan terpantul. Ini
cukup beralasan, karena layur sangat mengandalkan penglihatannya untuk
menyambar mangsa yang berwarna mengkilat (Azizah 2011). Keberhasilan uji
coba umpan buatan diharapkan dapat membantu nelayan untuk meningkatkan
jumlah hasil operasi tangkapan.
Operasi penangkapan layur dilakukan sejak dinihari hingga siang hari dan
dilakukan di perairan Palabuhanratu yang memiliki dasar perairan berlumpur
sehingga ada keterbatasan penglihatan layur terhadap umpan. Sehubungan dengan
hal itu, perlu diketahui waktu operasi penangkapan layur mana yang paling baik
untuk memperoleh hasil tangkapan terbanyak.
Publikasi yang membahas tentang umpan buatan untuk menangkap layur
menggunakan pancing ulur belum ditemukan. Kajian mengenai umpan buatan
lebih banyak difokuskan pada pancing tonda untuk menangkap jenis-jenis ikan
pelagis, seperti tongkol, madidihang, albakor dan cakalang (Alatas 2004 dan
Puspito 2010), jenis ikan demersal, yaitu kerapu dan pari (Abida 2009) dan
pancing ulur untuk menangkap lobster (Kusuma et al. 2012). Namun demikian,
keempat publikasi ini digunakan sebagai bahan masukan untuk membahas hasil
penelitian ini.

Rumusan masalah
Pengoperasian pancing ulur untuk menangkap layur sangat bergantung pada
umpan. Jenis umpan yang banyak digunakan nelayan adalah kembung, tembang
dan layur. Masalah yang selalu dihadapi oleh nelayan adalah ketersediaan umpan.
Alasannya, kembung dan tembang tidak selalu tersedia setiap waktu dan sangat
tergantung pada musim. Adapun layur merupakan sebagian hasil tangkapan yang
digunakan sebagai umpan. Penggunaan layur sebagai umpan akan mengurangi
jumlah hasil tangkapan nelayan yang semakin menurun.
Solusi untuk mengatasi permasalahan kesulitan pengadaan umpan adalah
dengan penggunaan umpan buatan sebagai pengganti umpan alami. Pada
penelitian ini, jenis umpan buatan yang digunakan berupa potongan logam
aluminium yang dibentuk menyerupai tubuh ikan. Jenis logam ini mengkilat dan
dapat memantulkan cahaya. Warna umpan yang mengkilat diduga dapat menarik
perhatian layur untuk lebih cepat mendeteksi keberadaan umpan.

Tujuan
1)
2)

Tujuan dari penelitian ini adalah :
Membuktikan bahwa umpan buatan dapat digunakan untuk meningkatkan
jumlah hasil tangkapan layur; dan
Menentukan waktu penangkapan yang paling efektif dalam pengoperasian
pancing ulur.

3

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1)

2)

Memberikan masukan kepada nelayan pancing ulur untuk menggunakan
umpan buatan dalam meningkatkan hasil tangkapan layur yang lebih
efektif dan efisien; dan
Perbaikan teknologi perikanan pancing ulur menggunakan umpan buatan.

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1)
2)

Penggunaan umpan buatan dapat meningkatkan hasil tangkapan layur; dan
Pengoperasian pancing ulur pada waktu yang semakin siang akan
menurunkan jumlah tangkapan layur.

4

Kerangka Pemikiran
Penangkapan layur menggunakan pancing ulur

Penggunaan umpan alami

Latar belakang
Ketersediaan umpan
kembung dan tembang
sangat tergantung pada musim

Permasalahan

Sumberdaya layur

Kegiatan penangkapan
layur

Penggunaan umpan buatan
Input
Merancang umpan buatan
(mencari bahan untuk membuat umpan buatan,
menentukan ukuran mata kail dan penentuan
posisi mata kail pada badan umpan buatan)
Proses

Umpan
buatan tidak
dapat
menangkap
layur

Ujicoba penangkapan layur
menggunakan umpan buatan

Hasil tangkapan
Output
Umpan buatan dapat menangkap layur dalam
jumlah yang sama atau lebih banyak
dibandingkan dengan umpan alami.
Tujuan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

5

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembuatan umpan
buatan dan uji coba penangkapan layur. Pembuatan umpan buatan dilakukan di
Laboratorium Bahan Alat Penangkapan Ikan antara bulan Oktober-November
2013. Adapun ujicoba penangkapan layur dilaksanakan antara bulan JanuariFebruari 2014 di perairan Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Lokasi penelitian
disajikan pada Lampiran 1.

Alat dan Bahan
Alat
Peralatan yang digunakan dikelompokkan atas peralatan utama dan
penunjang. Peralatan utama meliputi satu unit perahu pancing ulur, penggulung
plastik Ø 18 cm, 600 m tali monofilament polyamide (PA) nomor 600, 50 kili-kili,
30 mata kail nomor 9, tiga pemberat timah @ 1,5 kg. Adapun peralatan penunjang
terdiri atas wadah styrofoam, satu unit kamera, alat tulis, pengaris baja 30 cm,
papan pengukur dengan ketelitian 1 mm dan timbangan berkapasitas 5 kg.
Peralatan penelitian ditampilkan pada Lampiran 2.
Bahan
Jenis bahan penelitian yang digunakan berupa umpan alami, buatan dan
kombinasi antara umpan alami dan buatan (Lampiran 2). Umpan alami berasal
dari potongan layur sepanjang 8 cm. Adapun umpan buatan berupa lempengan
logam aluminium dengan tebal 0,18 cm berbentuk oval. Panjang umpan buatan 8
cm dengan lebar terbesar 2,50 cm. Gambar 2 menampilkan bentuk umpan buatan
dan nama-nama bagiannya. Ketiga jenis umpan dan konstruksi pancing ulur
ditunjukkan pada Gambar 3.

Kili-kili nomor 4
8cm

Badan umpan buatan

Kili-kili nomor 4
Matakail nomor 9
1,3cm

Gambar 2 Umpan buatan

6

(4)
11,5
cm

14,5
cm

22,5
cm

(5)
(6)
(7)
(8)

(1)

(2)

(3)
2m

Keterangan :
1) Umpan alami (potongan layur);
2) Umpan buatan (lempengan aluminium);
3) Umpan kombinasi (aluminium dan layur);
4) Penggulung plastik (Ø 18 cm);
5) Tali monofilament polyamide (PA) (panjang 600 m);
6) Kili-kili (nomor 4);
7) Tali utama (panjang 25 m);
8) Tali cabang (panjang 1,5 m);
9) Umpan alami, buatan dan kombinasi; dan
10) Timah pemberat (1,5 kg).

(9)

(10)

Gambar 3 Jenis umpan dan konstruksi pancing ulur

Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode percobaan. Kegiatannya diawali dengan
perancangan umpan buatan, pemilihan mata kail dan penempatan mata kail.
Selanjutnya, ujicoba penangkapan layur dilakukan dengan menggunakan pancing
ulur.
Operasi penangkapan ikan dilakukan antara pukul 05:00–11:00 WIB.Dalam
satu hari dilakukan 6 kali penangkapan, yaitu antara pukul 05:00-06:00 WIB,
06:00-07:00 WIB, 07:00-08:00 WIB, 08:00-09:00 WIB, 09:00-10:00 WIB dan
10:00-11:00 WIB. Kemudian dibagi atas 3 kelompok waktu, yaitu antara 05:0007:00 WIB, 07:00-09:00 WIB dan 09:00-11:00 WIB. Daerah penangkapan ikan
berjarak ± 2 mil dari pantai dengan kedalaman perairan sekitar 60 m. Tiga
pancing ulur yang dioperasikan masing-masing tersusun atas 10 mata pancing.
Setiap pancing ulur menggunakan umpan alami, buatan dan campuran. Konstruksi
pancing ulur dari ketiga jenis umpan ditampilkan pada Gambar 4.
Asumsi yang harus diperhatikan adalah :
1)
Layur yang berada di daerah penangkapan mempunyai peluang tertangkap
yang sama; dan
2)
Gelombang dan arus yang terjadi di daerah penangkapan, tidak dilakukan
pengukuran.

7

Alami

Buatan

Kombinasi

Gambar 4 Konstruksi pancing ulur menggunakan ketiga jenis umpan
Operasi penangkapan pancing ulur dikerjakan oleh tiga pemancing yang
berada dalam satu perahu. Masing-masing pemancing menggunakan pancing ulur
dengan jenis umpan yang berbeda. Jenis umpan yang digunakan nelayan
dipertukarkan pada setiap pemancingan. Perahu yang digunakan berukuran
panjang 8 m dan lebar 1 m. Mesin yang digunakan adalah outboard engine
berjumlah 2 unit dengan kekuatan masing-masing 40 PK. Operasi penangkapan
layur di atas perahu dapat dilihat pada Gambar 5.

8

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

9)
10)

Urutan pengoperasian pancing ulur adalah sebagai berikut:
Persiapan operasi penangkapan ikan yang meliputi penyiapan mesin, bahan
makanan dan jangkar;
Berangkat menuju daerah penangkapan ikan pada pukul 04:00 WIB;
Pemasangan jangkar;
Pemancingan pertama selama satu jam antara pukul 05:00-06:00 WIB;
Pengangkatan pancing dan pengamatan terhadap posisi mata kail yang
terkait pada mulut layur;
Melepaskan layur yang terkait di mata kail dan menaruhnya ke dalam
wadah;
Proses pemancingan dilanjutkan antara pukul 06:00-07:00 WIB;
Selama proses pemancingan, layur yang telah tertangkap diukur panjang dan
beratnya. Selanjutnya kedua data dibedakan berdasarkan jenis umpan dan
waktu penangkapan;
Operasi penangkapan ikan dilanjutkan kembali antara pukul 07:00-09:00
WIB dan 09:00-11:00 WIB; dan
Kerja yang sama dilakukan pada keesokan harinya selama 21 hari.

1
3

2

2

2
1
3

3

Keterangan:
1)
Dua unit mesin outboard engine masing-masing 40 PK;
2)
Tiga pemancing layur; dan
3)
Tali pancing ulur.
Gambar 5 Ilustrasi posisi pemancing di atas perahu
Pengukuran lebar bukaan mulut layur
Pengukuran bukaan mulut pada layur yang tertangkap oleh ketiga jenis
umpan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah penggunaan jenis umpan yang
berbeda akan mempengaruhi bukaan mulutnya. Pengukuran lebar bukaan mulut
layur disajikan pada Gambar 6 dan prosedur pengukurannya dilakukan dengan
uraian sebagai berikut:
1)
Memisahkan layur yang tertangkap berdasarkan ketiga jenis umpan;
2)
Bagian rahang atas dan bawah mulut layur dibuka perlahanagar mulutnya
terbuka secara sempurna ;
3)
Pengukuran mulai dilakukan dari ujung mulut rahang atas hingga ujung
mulut rahang bawah menggunakan penggaris baja;
4)
Hasil pengukuran bukaan mulut layur dicatat untuk dianalisa; dan
5)
Kerja yang sama dilakukan pada layur tangkapan berikutnya.

9

Gambar 6 Pengukuran bukaan mulut layur

Analisis Data
Data hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
komparatif dan uji statistik. Analisis deskriptif komparatif digunakan dalam
menganalisis hasil tangkapan dan waktu penangkapan. Uji statistik rancangan
acak lengkap (RAL) digunakan untuk pengujian perbedaan jenis umpan.
Keseluruhan analisis data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Analisis data
No. Tujuan
1) Membuktikan bahwa umpan buatan dapat digunakan
untuk meningkatkan jumlah hasil tangkapan; dan
2) Menentukan waktu penangkapan yang paling efektif
dalam pengoperasian pancing ulur

Analisis
Deskriptif
komparatif
ANOVA (RAL)

Uji Kolmogorov-Smirnov
Uji Kolmogorov-Smirnov termasuk uji nonparametrik yang dilakukan untuk
mengetahui kenormalan data. Jika data tidak menyebar normal maka transformasi
data dilakukan dengan menggunakan formula arch sin berdasarkan petunjuk Steel
and Torrie (1993). Pengujian Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS.
Langkah-langkah SPSS adalah:
1)
Klik Analyze > Nonparametrik Test > 1 Sample K-S
2)
Masukkan variabel ke dalam Test Variable List
3)
Klik OK
Hipotesis:
H0 = Nilai berdistribusi normal
H1 = Nilai tidak berdistribusi normal

10

Kriteria uji adalah H0 ditolak jika asymptotic signifikan value uji KolmogorovSmirnov 0,50.

Uji ANOVA RAL
Rumus matematis pada rancangan acak lengkap (ANOVA RAL) menurut
Steel and Torrie (1993), dimodelkan sebagai berikut:
Yijk = μ + τi+ ij + ijk ; i = 1,2,3,...dst ; dan j = 1,2,3…dst;
Keterangan :
Yijk : Pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j dan anak contoh ke-k;
μ : Rataan tengah populasi;
τi : Perlakuan ke-i;
Pengaruh ulangan ke-j, perlakuan ke-i; dan
ij :
Galat anak contoh.
ijk :
Analisis ini menggunakan asumsi sebagai berikut :
1)
Aditif, homogen, bebas, dan normal;
2)
τi bersifat tetap; dan
2
3)
ijk~ N (0,σ ).
Kesimpulan yang diperoleh adalah jika Fhit>Ftab, maka tolak Ho dan terima H1 jika
Fhit70 cm. Hasil tangkapan ini sesuai dengan pendapat
Dwiponggo et al. (1991) yang menjelaskan bahwa peningkatan ukuran panjang
tubuh layur akan memperbesar jarak pandang layur, sehingga umpan yang
berukuran besar mudah terlihat oleh layur. Hasil kajian Zhang and Arimoto
(1993) juga menunjukkan bahwa jarak pandang maksimum ikan akan bertambah
seiring dengan bertambahnya ukuran panjang tubuh ikan.
Muktiono et al. (2013) mengatakan bahwa ketertarikan layur terhadap
mangsanya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan tubuh mangsanya. Oleh karena itu, luas penampang permukaan umpan
yang berfungsi sebagai pemantul cahaya sangat menentukan keberhasilan
penangkapan layur dengan pancing layur. Luas bidang pantul umpan campuran
mencapai 63 cm2 atau lebih luas dibandingkan dengan umpan buatan 42 cm2 dan
alami 21 cm2. Ini menjadi salah satu alasan mengapa umpan kombinasi dapat
menangkap layur jauh lebih banyak dibandingkan dengan kedua umpan lainnya.

Hasil Tangkapan Layur Berdasarkan Waktu Pemancingan
Proses pemancingan dimulai pada waktu pagi menjelang fajar, yaitu sekitar
pukul 05:00 WIB sampai matahari terbit atau matahari berada tepat di atas kepala.
Cahaya matahari sangat membantu nelayan pancing ulur dalam melakukan
operasi penangkapan layur. Hal ini dikarenakan cahaya matahari dapat menyinari
perairan yang dalam dan berlumpur, sehingga umpan yang digunakan nelayan

16

Jumlah (ekor)

untuk menangkap layur dapat dilihat oleh indera penglihatan layur. Selain itu,
operasi penangkapan layur pada siang hari sangat menguntungkan nelayan, seperti
bahan bakaruntuk mesin penggerak tidak boros, karena nelayan hanya menuju
satu daerah penangkapan dan biaya operasional tidak mahal termasuk transportasi
dan akomodasi karena waktu pemancingan dapat dihentikan berdasarkan waktu
layur berhenti makan.
Jumlah hasil tangkapan total selama penelitian adalah 879 ekor yang
diperoleh dari tiga periode waktu yang berbeda (Gambar 11 dan Lampiran 6).
Periode waktu operasi penangkapan antara jam 05:00-07:00 WIB memberikan
jumlah tangkapan layur terbanyak. Jumlahnya mencapai 379 ekor atau 43% dari
seluruh layur yang tertangkap. Hal ini terjadi karena pada periode ini keadaan
perairan sangat tenang, karena arus yang ditimbulkan oleh pasang surut belum
datang. Ini mengakibatkan aktivitas makan layur yang sedang berada pada
puncaknya sama sekali tidak terganggu. Urutan berikutnya adalah antara 07:0009:00 WIB sebanyak 298 ekor (34%) dan 09:00-11:00 WIB202 ekor (23%).
400
350
300
250
200
150
100
50
0

379 (43%)
298 (34%)
202 (23%)

05:00-07:00

07:00-09:00

09:00-11:00

Waktu (WIB)
Gambar 11 Jumlah hasil tangkapan layur berdasarkan waktu operasi penangkapan
Operasi penangkapan layur pada selang waktu 07:00-09:00 WIB
menghasilkan jumlah tangkapan yang semakin berkurang. Penyebabnya, kondisi
perairan pada selang waktu tersebut mulai tidak tenang yang disebabkan oleh
perubahan kondisi oseanografi perairan, seperti arus dan angin. Hal ini selaras
dengan pendapat Wewengkang (2002) yang dijabarkan oleh Wahyudin (2004),
yaitu arus pasang dari pagi sampai siang mulai bergerak dari 50 cm/detik hingga
75 cm/detik dan angin juga mulai bertiup, sehingga mengganggu aktivitas makan
layur. Selanjutnya, Effendie (1997) menjelaskan bahwa aktivitas makan ikan
dapat berubah jika lingkungan perairan menjadi buruk, bahkan ikan dapat berhenti
mencari makanan.Sementara layur yang tertangkap, menurut Azizah (2011),
merupakan layur yang baru keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari
makan. Beberapa layur yang kembali ke tempat persembunyiannya juga akan
tertangkap ketika melewati lokasi pemancingan.
Jumlah hasil tangkapan layur terendah terjadi pada selang waktu
penangkapan 09.00-11.00 WIB. Layur yang tertangkap tersebut merupakan sisa
layur yang belum makan pada jam makan puncak atau layur yang baru tiba di

17

lokasi pemancingan. Muktiono et al. (2013) menjelaskan bahwa semakin
bertambah waktu operasi penangkapan ikan pada siang hari, maka kecerahan
perairan semakin bertambah. Hal ini berimbas pada aktivitas makan layur yang
mencari jenis makanan lainnya, seperti plankton dan ikan berukuran kecil. Abidin
et al. (2013) menambahkan bahwa layur yang tertangkap di akhir periode
penangkapan diduga merupakan sisa layur yang lolos dari persaingan dalam
mencari makan pada waktu sebelumnya. Selain itu, waktu penangkapan tidak
bertepatan dengan aktivitas makan layur.

Lebar Bukaan Mulut Layur Berdasarkan Jenis Umpan
Hasil tangkapan layur selama penelitian menunjukkan bahwa layur yang
tertangkap mempunyai lebar bukaan mulut yang beragam. Berdasarkan hasil
pengukuran pada bukaan mulutnya, didapatkan bahwa layur mempunyai ukuran
bukaan mulut yang bervariasi. Informasi bukaan mulut layur yang tertangkap
sangat diperlukan untuk mengetahui apakah penggunaan ukuran umpan yang
berbeda akan mempengaruhi bukaan mulut layur.
Ukuran umpan menentukan keberhasilan operasi penangkapan layur.
Umpan dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari bukaan mulut layur dapat
menyebabkan layur sulit memakan umpan. Sebaliknya, umpan yang terlalu kecil
dapat menyebabkan layur sulit mengenalinya. Adapun layur yang dapat
mendekati umpan terlalu kecil dapat menyebabkan mata kail dan umpan akan
tertelan, sehingga menyulitkan dalam melepaskan mata kail dari dalam mulut
layur yang terkait.
Jumlah layur yang terkait pada umpan alami sebanyak 203 ekor. Layur ini
mempunyai ukuran lebar mulut berkisar antara 3,0-4,0 cm. Rincian ukuran lebar
mulut pada umpan alami dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil tabulasi data
menunjukkan bahwa layur paling banyak tertangkap menggunakan umpan alami
adalah layur dengan ukuran lebar mulut 4,0 cm, yaitu sebanyak 147 ekor atau
72,41 % dari tolal hasil tangkapan. Adapun urutan kedua adalah bukaan mulut 3,0
cm sebanyak 29 ekor (14,28%) sedangkan hasil tangkapan lainnya mempunyai
ukuran antara 3,1-3,9 hanya 27 ekor (13,30%).
Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa umpan alami yang digunakan nelayan
didominasi oleh hasil tangkapan layur dengan bukaan mulut 4,0 cm. Ukuran
panjang layur yang tertangkap pada bukaan mulut ini juga didominasi dengan
layur dewasa yang mempunyai ukuran antara 70-85 cm. Layur dengan bukaan
mulut 4,0 cm pada ukuran panjang 70-85 cm mencapai 135 ekor (66,50%).
Hasil tangkapan layur menggunakan umpan buatan juga mendapatkan
ukuran yang tidak jauh berbeda dari umpan alami. Semua layur yang tertangkap
dengan umpan ini mempunyai variasi ukuran bukaan mulut yang sama dengan
umpan alami, yaitu antara 3,0-4,0 cm. Perbedaannya terletak pada jumlah layur
yang tertangkap. Jumlah layur dengan bukaan mulut 4,0 cm yang tertangkap
mencapai 150 ekor atau 67,26% dari total hasil tangkapan, selanjutnya diikuti oleh
layur dengan bukaan mulut 3,0 cm berjumlah 43 ekor (19,28%). Sisanya
mempunyai ukuran bukaan mulut antara 3,1-3,9 cm sebanyak 28 ekor (12,55%).
Rinciannya disajikan pada Tabel 3.

18

Tabel 2 Ukuran bukaan mulut layur yang tertangkap dengan umpan alami
Ukuran
Panjang layur (cm)
bukaan
Jumlah
75 – 80
80 – 85
mulut (cm) 60 – 65 65 – 70 70 – 75
3,0
13
11
3
2
0
29
3,1
0
0
0
0
0
0
3,2
1
0
0
0
0
1
3,3
1
0
0
0
0
1
3,4
0
1
0
1
0
2
3,5
1
2
2
1
0
6
3,6
3
1
1
0
0
5
3,7
1
0
1
2
0
4
3,8
2
0
2
0
0
4
3,9
0
3
1
0
0
4
4,0
6
6
61
45
29
147
Jumlah

28

24

71

51

29

203

Tabel 3 Ukuran bukaan mulut layur yang tertangkap dengan umpan buatan
Ukuran
Panjang layur (cm)
bukaan
Jumlah
75 – 80
80 – 85
mulut (cm) 60 – 65 65 – 70 70 – 75
3,0
23
19
1
0
0
43
3,1
0
0
0
0
0
0
3,2
0
0
1
0
0
1
3,3
0
0
0
0
0
0
3,4
1
0
1
0
0
2
3,5
2
0
2
0
0
4
3,6
2
2
1
1
0
6
3,7
1
3
1
0
0
5
3,8
2
2
0
2
0
6
3,9
2
2
1
1
0
6
4,0
3
4
74
39
30
150
Jumlah

36

32

71

43

30

223

Bukaan mulut pada penggunaan umpan buatan menunjukkan bahwa layur
yang tertangkap didominasi oleh layur dewasa. Ini dibuktikan dengan banyaknya
ukuran layur dewasa yang tertangkap dengan bukaan mulut 4,0. Jumlah tersebut
mencapai 135 ekor (60,53%) dengan riciannya adalah ukuran 70-75 cm sebanyak
61 ekor (27,35%), 75-80 cm 45 ekor (20,17%) dan 80-85 cm berjumlah 29 ekor
(13,00%). Adapun layur remaja banyak tertangkap dengan ukuran lebar mulut 3,0
cm yaitu sebanyak 42 (18,83%) yang terdapat pada ukuran 60-65 cm sebanyak 23
ekor (10,31%) dan 65-70 cm berjumlah 19 ekor (8,52%). Hal ini menunjukkan
bahwa umpan buatan dengan dimensi 8 cm dan mata kail nomor 9 dapat dimangsa
oleh sebagian besar layur dewasa bukaan mulut mencapai 4,0 cm

19

Penggunaan umpan kombinasi memberikan hasil tangkapan yang sangat
baik dibandingkan dengan umpan alami dan umpan buatan. Jumlah total hasil
tangkapan dengan menggunakan umpan kombinasi adalah 453 ekor. Rinciannya
disajikan pada Tabel 4. Layur yang tertangkap memiliki ukuran lebar mulut antara
3,0-4,0 cm. Jumlah layur yang tertangkap dengan ukuran lebar mulut 3,0 cm
adalah 90 ekor (19,86%) yang didominasi oleh layur remaja, diantaranya layur
dengan panjang tubuh 60-65 cm sebanyak 63 ekor (13,90%) dan 65-70 berjumlah
25 ekor (5,51%). Ukuran lebar mulut layur antara 3,1 hingga 3,9 cm juga
tertangkap dalam jumlah yang sedikit. Selanjutnya, layur yang tertangkap dengan
ukuran lebar mulutnya 4,0 cm berjumlah 306 ekor. Layur dewasa yang paling
banyak tertangkap yaitu pada ukuran panjang 70-75 cm sebanyak 113 ekor
(24,94%), 75-80 (111 ekor atau 24,50%) dan panjang layur antara 80-85 cm
memperoleh tangkapan berjumlah 73 ekor (16,11%).
Berdasarkan Tabel 4, umpan kombinasi mampu menangkap layur yang
memiliki ukuran lebar mulutnya antara 3,0-4,0 cm. Hal ini menunjukkan bahwa
umpan kombinasi mampu menarik perhatian layur untuk mendekatinya dan
memangsanya, karena umpan kombinasi memiliki warna mengkilat yang mampu
memantulkan cahaya sehingga dapat terlihat oleh indera penglihatan layur.
Tabel 4 Ukuran bukaan mulut layur yang tertangkap dengan umpan kombinasi
Ukuran
Panjang layur (cm)
bukaan
Jumlah
mulut (cm) 60 – 65 65 – 70 70 – 75
75 – 80
80 – 85
3,0
63
25
2
0
0
90
3,1
1
3
1
0
0
5
3,2
2
1
0
0
0
3
3,3
3
5
1
0
0
9
3,4
0
3
0
0
0
3
3,5
1
5
0
1
0
7
3,6
1
2
1
1
0
5
3,7
1
3
1
1
0
6
3,8
1
3
1
1
0
6
3,9
2
5
4
2
0
13
4,0
3
6
113
111
73
306
Jumlah

78

61

124

117

73

453

Total hasil pengukuran bukaan mulut layur yang diperoleh selama penelitian
menunjukkan bahwa layur yang tertangkap menggunakan ketiga jenis umpan
tidak berpengaruh terhadap ukuran bukaan mulut layur. Kisaran bukaan mulut
layur yang tertangkap adalah antara 3,0-4,0 cm. Layur remaja banyak yang
tertangkap pada ukuran bukaan mulut 3,0 cm berjumlah 154 ekor atau 17,51%,
sedangkan ukuran bukaan mulut 4,0 cm didominasi oleh layur dewasa sebanyak
575 ekor atau 65,41%.
Jenis umpan alami memperoleh jumlah tangkapan layur ukuran bukaan
mulut 3,0 cm sebanyak 29 ekor atau 14,28%, sedangkan ukuran bukaan mulut
layur 4,0 cm sebanyak 147 ekor (72,41%). Umpan buatan menangkap layur yang
ukuran bukaan mulutnya 3,0 cm berjumlah 43 ekor (19,28%) dan ukuran bukaan

20

Lebar bukaan mulut (cm)

mulut 4,0 cm sebanyak 150 ekor (67,26%). Jumlah tangkapan layur menggunakan
umpan kombinasi pada ukuran bukaan mulut 3,0 cm adalah 90 ekor (19,86%),
sedangkan ukuran bukaan mulut layur 4,0 cm memperoleh jumlah tangkapan
sebanyak 306 ekor (67,54%). Dengan demikian, jumlah layur yang tertangkap
menggunakan umpan buatan lebih banyak dari umpan alami. Selanjutnya, hasil
tangkapan layur menggunakan umpan kombinasi lebih banyak tertangkap dari
jumlah tangkapan layur yang menggunakan umpan buatan. Hal ini menunjukkan
bahwa umpan buatan dapat digunakan untuk meningkatkan hasil tangkapan.
Jumlah hasil tangkapan layur menggunakan ketiga jenis umpan sebanyak
879 ekor. Ukuran panjang total minimumnya 60 cm dan panjang maksimum
adalah 85 cm. Lebar bukaan mulut berkisar