Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DI MISOOL
SELATAN, KKPD RAJA AMPAT

RICI TRI HARPIN PRANATA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Adaptasi
Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool
Selatan, KKPD Raja Ampat adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Rici Tri Harpin Pranata
NIM I34100038

ABSTRAK
RICI TRI HARPIN PRANATA. Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan
Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat.
Dibimbing oleh ARIF SATRIA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik masyarakat
nelayan di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD), strategi adaptasi
nelayan, dan hubungan karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi
adaptasi nelayan dalam menghadapi penetapan KKPD. Metode penelitian
menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan karakteristik masyarakat nelayan terdiri dari interaksi sosial nelayan,
organisasi kerja, gaya hidup, manajemen keuangan, diversifikasi pekerjaan, dan
adaptasi teknologi. Strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan KKPD

meliputi diversifikasi kegiatan ekonomi, investasi, jaringan sosial, dan migrasi.
Strategi adaptasi nelayan memiliki kategori tinggi pada investasi dan jaringan
sosial, sedangkan diversifikasi kegiatan ekonomi dan migrasi termasuk kategori
sedang. Secara umum tidak terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga
nelayan dengan strategi adaptasi yang dilakukan.
Kata kunci: karakteristik masyarakat nelayan, strategi adaptasi, karakteristik
rumah tangga nelayan, KKPD

ABSTRACT
RICI TRI HARPIN PRANATA. Fishers Adaptation Strategy towards The
Determination of Regional Marine Conservation Area in South Misool, KKPD
Raja Ampat. Supervised by ARIF SATRIA.
This research aims to analyze the characteristics of fishers communities in
Regional Marine Conservation Area, adaptation strategies of fishers, and
relationship characteristics of fishers household with adaptation strategies in
facing of determination of KKPD. This research uses quantitative and qualitative
methods. The results shows the characteristics of fishers communities consists of
social interaction, organization of work, lifestyle, financial management,
occupational diversification, and technological adaptations. The fishers adaptation
strategy in facing the determination of KKPD are diversification in economic

activities, investment, social networks, and migration. The adaptation strategies of
fishers are in high category on investment and social networks, while the
diversification of economic activities and migration are in middle category. In
general there is no relationship between the characteristics of fishers household
with adaptation strategies that fishers do.
Keywords: characteristics of fishers communities, adaptation strategies,
characteristics of fishers household, KKPD

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DI MISOOL
SELATAN, KKPD RAJA AMPAT

RICI TRI HARPIN PRANATA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat
Nama
: Rici Tri Harpin Pranata
NIM
: I34100038

Disetujui oleh

Dr Arif Satria, SP MSi
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan skripsi yang berjudul
“Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan
Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat” dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Arif Satria, SP MSi, dosen
pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan motivasi selama
proses penulisan skripsi ini. Dosen penguji utama, Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS
dan Dosen penguji akademik, Dr Ir Anna Fatchiya, MSi yang telah memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi. Keluarga tercinta, Ibunda Supinah, Alm.

Ayahanda Kukuh Harmanto, Alm. Kakak Rico Dwi Tirta Perkasa, Kakakku
Haryanti Rica Sulistyorini, dan Adik-adikku Rekzy Oktavian Harmanto Saputro
dan Raca Dio Harnando yang dengan segenap jiwa dan raganya selalu
memberikan semangat, doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
Keluarga Pakde Budi dan Bude Yati, Kakak Sepupu Mita dan dua keponakan
Irsyad dan Ojan yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis
berada di perantauan. Sahabat-sahabatku atas persahabatan luar biasa yang kalian
berikan. Teman-teman sebimbingan atas bantuan dan motivasinya selama ini.
Keluarga organisasi KASOSKEMAH BEM FEMA 2011-2012, BPH BEM
FEMA TRILOGI 2012-2013 dan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEILMUAN BEM KM 2013-2014 yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis. Keluarga Besar BEM FEMA 2012-2013 dan BEM KM IPB 2013-2014,
yang memacu penulis untuk memunculkan ide-ide baru dan menularkan semangat
baru. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 47 dan OMDA IKAMATETA
yang dengan segala kemurahan hatinya selalu bisa menerima penulis apa adanya
untuk menjadi bagian dari mereka. Semua pihak yang telah memberikan dorongan,
doa, semangat, bantuan, dan kerja sama yang selama ini diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Oktober 2014

Rici Tri Harpin Pranata

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Konseptual

Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia Responden
Tingkat Pendidikan Responden
Pengalaman sebagai Nelayan
Jumlah Anggota Rumah Tangga
Status Kependudukan
Ikhtisar
GAMBARAN UMUM DISTRIK MISOOL SELATAN
Kondisi Geografi dan Demografi Distrik Misool Selatan
Kondisi Sosial dan Ekonomi Distrik Misool Selatan
Kondisi Kampung di Distrik Misool Selatan
Ikhtisar
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH RAJA AMPAT

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat
Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Distrik Misool Selatan
Zonasi di KKPD Misool Selatan Raja Ampat
Sistem Sasi di KKPD Misool Selatan
Ikhtisar
KARAKTERISTIK SOSIAL-BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT
NELAYAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) DI
MISOOL SELATAN
Karakteristik Sosial Masyarakat Nelayan KKPD di Misool Selatan
Karakteristik Budaya Masyarakat Nelayan KKPD di Misool Selatan
Karakteristik Ekonomi Masyarakat Nelayan KKPD di Misool Selatan
Ikhtisar

ix
x
x
1
1
2
3

3
5
5
15
16
16
16
21
21
21
21
22
22
25
25
25
26
27
27
28

31
31
32
34
42
43
43
45
46
48
50

53
53
56
58
62

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN KAWASAN
KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD)
65
Strategi Adaptasi Nelayan
65
Ikhtisar
76
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK NELAYAN DENGAN
STRATEGI ADAPTASI
79
Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Adaptasi
79
Hubungan Usia dengan Strategi Adaptasi
80
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Strategi Adaptasi
81
Hubungan Pengalaman sebagai Nelayan dengan Strategi Adaptasi
82
Hubungan Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Strategi Adaptasi
83
Hubungan Status Kependudukan dengan Strategi Adaptasi
85
Ikhtisar
86
SIMPULAN DAN SARAN
89
Simpulan
89
Saran
90
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
94
RIWAYAT HIDUP
113

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Definisi kawasan konservasi laut
Peraturan perundangan tentang konservasi
Zonasi di kawasan konservasi perairan daerah
Matriks aktivitas sosial-budaya dan ekonomi nelayan
Matriks dampak KKPD terhadap aktivitas nelayan
Matriks kategori dampak KKPD
Matriks strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan kawasan
konservasi perairan daerah
Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman sebagai
nelayan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota rumah
tangga
Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kependudukan
Matriks pemangku kepentingan dan kepentingannya pada
pengelolaan wilayah KKPD Distrik Misool Selatan
Jumlah pemeluk agama di Distrik Misool Selatan
Jumlah produksi tanaman perkebunan di Distrik Misool Selatan
Jumlah ternak dengan produksi daging dan telur ternak
Kondisi iklim di Kampung Yellu
Orientasi lokasi belanja Penduduk Kampung Dabatan
Kondisi iklim di Kampung Dabatan
Kondisi iklim di Kampung Fafanlap
Kondisi iklim di Kampung Kayerepop
Kondisi iklim di Kampung Harapan Jaya
Kegiatan di Daerah KKPD
Perbedaan aktivitas dan kondisi yang terjadi sebelum dan sesudah di
sekitar KKPD Misool Selatan
Tingkat strategi diversifikasi kegiatan ekonomi responden
Tingkat strategi investasi responden
Tingkat strategi adaptasi membangun jaringan sosial
Tingkat strategi migrasi oleh responden
Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan usia
Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan pengalaman sebagai
nelayan
Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan jumlah anggota rumah
tangga nelayan
Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan status kependudukan
nelayan

5
6
7
10
11
12
14
25
26
26
27
28
32
32
33
34
35
37
37
38
40
42
44
45
68
71
73
76
80
81
82
84
85

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kerangka pemikiran
Lokasi penelitian Distrik Misool Selatan, KKPD Raja Ampat
Peta zonasi KKPD Misool Selatan Raja Ampat
Siklus sasi di Misool Selatan
Jenis dan persentase interaksi sosial masyarakat nelayan KKPD di
Misool Selatan
Jenis dan persentase organisasi kerja masyarakat nelayan KKPD di
Misool Selatan
Jenis dan persentase kebiasaan hidup masyarakat nelayan KKPD di
Misool Selatan
Jenis dan persentase penggunaan keuangan masyarakat nelayan KKPD
di Misool Selatan
Jenis dan persentase diversifikasi pekerjaan masyarakat nelayan
KKPD di Misool Selatan
Jenis dan persentase adaptasi teknologi masyarakat nelayan KKPD di
Misool Selatan
Jenis dan persentase strategi adaptasi yang dilakukan nelayan
Persentase kegiatan ekonomi nelayan pada bidang perikanan dan non
perikanan
Jenis dan persentase kegiatan ekonomi di bidang perikanan
Jenis dan persentase kegiatan ekonomi di bidang non perikanan
Persentase investasi pada bidang perikanan dan non perikanan
Jenis dan persentase investasi kegiatan ekonomi di bidang perikanan
Jenis dan persentase hubungan sosial nelayan dengan pihak lain
Persentase migrasi pada bidang perikanan dan non perikanan
Jenis dan persentase migrasi berdasarkan waktu
Jenis dan persentase migrasi berdasarkan keikutsertaan anggota
keluarga

15
31
47
49
54
56
58
59
60
61
65
66
67
68
69
70
72
74
75
76

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Peta Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat di Distrik
Misool Selatan
Kerangka sampling
Kuesioner penelitian
Pedoman wawancara mendalam
Hasil uji hubungan antar variabel (Chi Square)
Dokumentasi penelitian

94
95
98
103
105
112

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan (archipelagic state)
terbesar di dunia dengan jumlah pulau yang mencapai sekitar 17 504 buah. Data
Kelautan dan Perikanan dalam Angka (2011) menyebutkan bahwa Indonesia
juga menjadi salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di
dunia setelah Amerika Serikat, diikuti Kanada dan Rusia, dengan panjang
mencapai lebih dari 95 181 000 meter. Keanekaragaman hayati yang beragam
membuat wilayah pesisir Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
ditingkatkan baik secara kualitas lingkungan dan secara kuantitas jumlah
keanekaragaman hayati melalui preservasi dan konservasi.
Potensi yang dimiliki oleh wilayah pesisir Indonesia tidak lepas dari
masyarakat pesisir pantai yang hidup dari sumber daya di sekitarnya. Satria
(2002) menyatakan bahwa secara sosiologis masyarakat pesisir memiliki
karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat lainnya, karena perbedaan
karakteristik sumber daya yang dihadapi. Kesejahteraan secara ekonomi
masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumber daya perikanan baik
perikanan tangkap di laut maupun secara budi daya, yang secara de facto bersifat
terbuka (open access), sehingga kondisi lingkungan wilayah pesisir dan laut
menentukan keberlanjutan kondisi sosial ekonomi mereka.
Data KKP (2013) menyebutkan bahwa jumlah nelayan yang ada di
Indonesia sekitar 2 265 213 jiwa. Dari 2.2 juta jiwa nelayan, mayoritas
merupakan nelayan miskin dikarenakan mereka nelayan atau dikenal dengan
kemiskinan endemik, artinya apapun yang dikerjakan oleh nelayan, mereka tetap
miskin (Bailey 1998 dikutip Muflikhati 2010). Kemiskinan ini dapat dilihat dari
kepemilikan kapal yang digunakan nelayan untuk mencari ikan di laut. Hal ini
didukung dengan laporan KKP (2013) yang menyatakan bahwa terdapat 4 310
unit kapal (kurang dari 1%) nelayan yang tergolong modern dari 589 424 kapal
ikan yang ada di Indonesia. Kapal motor yang beroperasi sebanyak 192 700 unit
dan sebanyak 225 786 unit berupa perahu motor tempel, serta 170 938 unit
berupa perahu tanpa motor yang menggunakan layar dan dayung. Berdasarkan
data tersebut, mayoritas nelayan Indonesia merupakan nelayan tradisional yang
dihadapkan pada persaingan ekonomi dalam hal pemanfaatan sumber daya
perairan yang ada. Perlu adanya kegiatan bersama antara nelayan (masyarakat)
dan pemerintah, serta pihak terkait untuk memperbaiki kondisi nelayan beserta
lingkungannnya, salah satunya adalah konservasi.
Konservasi saat ini telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang harus
dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan
keinginan untuk terus melestarikan sumber daya yang ada bagi masa depan.
Salah satu bentuk konservasi yang sekarang berjalan adalah kawasan konservasi
perairan daerah. Status luasan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD)
memiliki jumlah 108 daerah. KKPD menjadi salah satu bentuk inisisasi dari
kolaborasi Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Daerah
dalam melestarikan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

2
Prinsip pengelolaan kawasan konservasi perairan yang diterapkan kawasan
konservasi perairan berdasarkan Design Principles of Resources Management
(Ruddle 1999 dikutip KKJI 2013) menyebutkan bahwa tinjauan kritis adopsi
kelembagaan lokal/adat dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan sebagai
sebuah manajemen dilakukan terhadap unsur-unsur berikut: (1) definisi batas
sistem kawasan dan kawasan; (2) sistem hak bagi pengguna kawasan dan
sumber daya; (3) aturan main yang diterapkan bagi keberlanjutan kegiatan
pemanfaatan kawasan dan sumber daya; (4) sistem penegakan hukum bagi
aturan main yang telah disepakati; (5) monitoring dan evaluasi bagi
implementasi pengelolaan kawasan dan sumber daya itu sendiri; (6) otoritas
pengelolaan kawasan dan sumber daya sebagai institusi yang bertanggung jawab
terhadap proses dan mekanisme implementasi dari pengelolaan perikanan. Pada
batasan sistem kawasan dan sumber daya sangat penting untuk melihat
pengetahuan lokal dari masyarakat pengguna sumber daya. Keterlibatan mereka
dalam menentukan batasan wilayah perairan yang menjadi obyek kegiatan
konservasi. Sistem hak bagi pengguna kawasan dan sumber daya akan menjamin
keadilan dan keberlanjutan perikanan. Selain itu, perangkat pengelolaan dalam
sistem aturan main muncul sebagai alat bagi implementasi pengelolaan
perikanan.
Pemaparan kondisi masyarakat nelayan Indonesia dan adanya konservasi
sebagai bentuk solusi dalam memberikan daya dukung terhadap masyarakat dan
lingkungan, perlu adanya kajian khusus yang tepat bagi masyarakat dalam
beradaptasi dengan pelaksanaan konservasi. Persiapan dan pelaksanaan strategi
adaptasi yang tepat dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi harus
dilakukan, sehingga masyarakat tidak rentan dengan kondisi yang baru ini.
Berbagai bentuk strategi adaptasi yang tepat dalam menanggapi adanya
penetapan kawasan konservasi perairan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah
sangat diperlukan.
Salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai bagian dari KKPD Raja Ampat
adalah Distrik Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Lokasi ini
menjadi salah satu penerima penghargaan atas pengelolaan kawasan konservasi
yang menjadi percontohan tingkat nasional. KKPD Raja Ampat telah ditetapkan
menjadi Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) pada 3 September
2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
Kep.64/Men/2009. Keputusan ini menetapkan perairan Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di sekitarnya sebagai Suaka Alam Perairan (SAP). Nelayan Misool
Selatan-Raja Ampat merupakan nelayan dengan mata pencaharian pokok
mencari ikan di laut. Pekerjaan ini yang dianggap memberikan hasil bagi
penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan uraian
di atas, penting untuk menganalisis strategi adaptasi yang diterapkan nelayan
dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah.

Perumusan Masalah
Kawasan Konservasi Perairan Daerah merupakan kawasan perairan yang
dilindungi agar mampu mewujudkan pengelolaan sumber daya laut yang
berkelanjutan. Sistem KKPD Misool Selatan-Raja Ampat adalah sistem

3
Kawasan Konservasi Perairan Daerah yang telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Daerah Raja Ampat No. 27 tahun 2008 tentang KKLD Raja Ampat.
Sumber daya laut menjadi salah satu tumpuan hidup masyarakat pesisir atau
nelayan dan telah berlangsung turun temurun dalam pengelolaannya. Terkadang
penetapan KKPD memunculkan kegiatan-kegiatan berbeda yang terjadi dalam
berbagai bidang, terutama aktivitas yang dilakukan nelayan sekitar kawasan
konservasi. Aktivitas yang dilakukan inilah yang membentuk karakteristik
masyarakat nelayan. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana
karakteristik masyarakat nelayan di kawasan konservasi perairan daerah?
Strategi adaptasi menjadi bentuk respon masyarakat menanggapi
perubahan yang terjadi pada suatu hal. Adanya penetapan kawasan perairan
Misool Selatan menjadi kawasan konservasi perairan daerah memunculkan
respon pada nelayan yang hidup dan bergantung pada sumber daya di kawasan
konservasi tersebut. Respon nelayan terjadi terutama karena perubahan
penetapan kawasan konservasi. Nelayan yang tidak melakukan adaptasi terhadap
perubahan yang terjadi dapat membuat mereka tidak mampu bertahan dengan
kondisi yang ada, maka penting untuk dianalisis bagaimana strategi adaptasi
yang dilakukan nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi
perairan daerah?
Nelayan yang hidup bergantung di kawasan pesisir memiliki karakteristik
yang berbeda di setiap kawasan. Karakteristik nelayan merupakan ciri-ciri yang
melekat pada setiap nelayan. Pada nelayan Misool Selatan karakteristik yang ada
meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman sebagai nelayan, jumlah anggota
keluarga, dan status kependudukan. Setiap rumah tangga nelayan akan memiliki
respon yang berbeda dengan karakteristik setiap nelayan yang juga berbeda.
Oleh karena itu penting dianalisis bagaimana hubungan karakteristik rumah
tangga nelayan dengan strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi
penetapan kawasan konservasi perairan daerah?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Karakteristik masyarakat nelayan di kawasan konservasi perairan daerah;
2. Strategi adaptasi yang dilakukan nelayan dalam menghadapi penetapan
kawasan konservasi perairan daerah;
3. Hubungan karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi adaptasi
nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai strategi
adaptasi yang diterapkan nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan
konservasi perairan daerah. Secara lebih khusus, penelitian ini dapat bermanfaat
bagi beberapa pihak, yakni:
1. Bagi swasta

4
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pihak
swasta mengenai pelaksanaan konservasi yang ada di daerah dengan
aktivitas nelayan yang ada di dalamnya, sehingga timbul kerja sama diantara
swasta, nelayan dan pihak yang terlibat dalam pengelolaan kawasan
konservasi.
2. Bagi kalangan akademisi dan peneliti
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
tambahan
pustaka/literatur/sumber informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh
penetapan kawasan konservasi daerah terhadap strategi adaptasi yang
diterapkan oleh nelayan.
3. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mengelola kawasan konservasi yang relevan dengan kondisi nelayan yang
ada di sekitar.
4. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan masyarakat
mengenai strategi adaptasi yang diterapkan nelayan terhadap penetapan
kawasan konservasi perairan daerah.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kawasan Konservasi Perairan
Pasal 1(8) dari PP No. 60 tahun 2007 menyatakan bahwa kawasan
konservasi perairan didefinisikan sebagai kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya
ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Lebih lanjut, pengelolaan kawasan
konservasi perairan dilakukan oleh pemerintah/pemerintah daerah, seperti
disebutkan dalam Pasal 15(1) PP No. 60 tahun 2007. Pada Pasal 18(1) PP No. 60
tahun 2007 terkait pengelolaan, pemerintah daerah dapat melibatkan masyarakat
melalui kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan kelompok masyarakat
dan/atau masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat, korporasi, lembaga
penelitian, maupun perguruan tinggi. Tabel 1 menunjukkan berbagai macam
definisi kawasan konservasi diartikan oleh beberapa sumber.
Tabel 1 Definisi kawasan konservasi laut
Sumber

Pengertian Kawasan Konservasi

UU No. 1 Tahun 2014
 Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah
tentang Perubahan atas UU
upaya pelindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah
No. 27 Tahun 2007
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk
tentang Pengelolaan
menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan
Wilayah Pesisir dan PulauSumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan tetap
pulau Kecil
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya.
Direktorat Konsevasi dan
 Wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil
Taman Nasional Laut
yang mencakup tumbuhan dan hewan di dalamnya, serta/atau
Ditjen KP3K, DKP (2006)
termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budaya di
dalamnya yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang
efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian
wilayah tersebut.
IUCN (1988) dikutip
 Suatu kawasan laut atau paparan subtidal, termasuk perairan
Supriharyono (2007)
yang menutupinya, flora, fauna, sisi sejarah dan budaya, yang
terkait di dalamnya, dan telah dilindungi oleh hukum dan
peraturan lainnya untuk melindungi sebagian atau seluruhnya
lingkungan tersebut.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, pengertian kawasan konservasi
adalah sebuah kawasan yang ditetapkan sebagai upaya perlindungan, pelestarian,
dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalamnya dengan tetap
memperhatikan kondisi sumber daya manusia yang ada di sekitar kawasan.
Unsur-unsur sumber daya yang ada dalam kawasan konservasi meliputi: (1)
tumbuhan (flora) dan hewan (fauna); (2) sejarah dan kondisi sosial budaya dan
ekonomi masyarakat; (3) hukum/peraturan yang melindungi.
Sebuah kawasan konservasi dengan ciri khas tertentu yang dilindungi
ditujukan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
secara berkelanjutan. Menurut IUCN (1994) dikutip Supriharyono (2007) ada
beberapa tujuan kawasan konservasi atau konservasi laut diantara, yaitu: (1)

6
melindungi dan mengelola sistem laut dan estuaria supaya dapat dimanfaatkan
secara terus menerus dalam jangka panjang dan mempertahankan
keanekaragaman genetik; (2) untuk melindungi penurunan, tekanan, populasi
dan spesies langka, terutama pengawetan habitat untuk kelangsungan hidup
mereka; (3) mencegah aktivitas luar yang memungkinkan kerusakan kawasan
konservasi laut; (4) memberikan kesejahteraan yang terus menerus kepada
masyarakat dengan menciptakan konservasi laut; (5) menyediakan pengelolaan
yang sesuai, yang mempunyai spektrum luas bagi aktivitas manusia dengan
tujuan utamanya adalah penataan laut dan estuaria.
Saat ini sudah banyak peraturan perundangan ataupun turunannya yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan dan mengelola kawasan
konservasi perairan, diantaranya yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Peraturan perundangan tentang konservasi
Peraturan

Bahasan

UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan  Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
atas UU No. 27 Tahun 2007
Kecil
UU No. 31 tahun 2004 telah diubah
 Perikanan
dengan UU No. 45 Tahun 2009
UU No. 32 Tahun 2009
 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
UU No. 32 Tahun 2004 diubah dengan
 Pemerintahan Daerah
UU No. 12 Tahun 2008
UU No. 5 Tahun 1990
 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
 Konservasi Sumber Daya Ikan
2007
Permen KP No. Per.03/Men/2010
 Tata Cara Penetapan Perlindungan Jenis Ikan
Permen KP No. Per.04/Men/2010

 Pemanfataan Jenis dan Genetika Ikan

Permen KP No. Per.30/Men/2010

 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan

Permen KP No. Per.02/Men/2009

 Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan

Permen KP No. Per.17/Men/2008

 Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil

Sistem Zonasi Kawasan Konservasi
Sistem zonasi kawasan konservasi merupakan pembagian wilayah di
dalam kawasan menjadi beberapa zona guna menentukan kegiatan-kegiatan
pengelolaan yang diperlukan secara tepat dan efektif dalam rangka mencapai
tujuan pengelolaan kawasan konservasi sesuai dengan fungsi dan
peruntukkannya (Manoppo 2002 dikutip Randan 2011). Zonasi menjadi pilihan
pemetaan wilayah pengelolaan wilayah laut dan pesisir. Penetapan sistem zonasi
ini memberikan konsekuensi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsung yang pasti dirasakan masyarakat adalah perubahan pola
pemanfaatan yang biasa mereka lakukan. Penetapan zona inti dan perlindungan
di suatu lokasi mengalihkan sebagian nelayan untuk melakukan aktivitas
penangkapan di lokasi lain (Priyanto 2011).

7
Tetapi pengecualian di kawasan konservasi perairan daerah (KKPD),
pengaturan zonasi menjadi upaya memenuhi hak masyarakat, khususnya nelayan.
Menurut Burke et al. (2012), KKPD adalah wilayah laut yang “sebagian besar
atau seluruhnya dikelola di tingkat daerah” oleh perseorangan atau kelompok
yang tinggal di dekatnya. Manfaat utama dari KKPD adalah masyarakat dapat
menetapkan dan menyesuaikan pendekatan pengelolaan untuk memenuhi
kebutuhan mendesak dan menangani sumber daya dan kegiatan tertentu.
Tabel 3 Zonasi di kawasan konservasi perairan daerah
Zonasi

Karakteristik

Zona inti (core  Mempunyai nilai
zone atau
konservasi yang
sanctuaries)
sangat tinggi dan
sangat rentan
dengan
keanekaragaman
hayati yang tinggi.
Zona
 Sebagai zona yang
Perikanan
memiliki nilai.
Berkelanjutan

Zona
Pemanfaatan
Terbatas

Zona lainnya
sesuai dengan
karakteristik
dan
peruntukannya

Fungsi

 Sebagai Daerah
Perlindungan Laut
(DPL). Diperuntukkan
bagi perlindungan
mutlak habitat dan
populasi ikan, penelitian,
serta pendidikan.
 Perlindungan habitat dan
populasi ikan, budi daya
ramah lingkungan,
pariwisata dan rekreasi,
serta penelitian dan
pengembangan, serta
pendidikan.
 Ditentukan supaya  Sebagai penyangga
selaras dengan
kawasan, untuk menjaga
berbagai
proses-proses ekologis
pemanfaatan yang
yang ada dalam
ada dalam kawasan
kawasan. Perlindungan
dan sesuai dengan
habitat dan populasi
tujuan KKPD.
ikan, pariwisata dan
rekreasi, penelitian dan
pengembangan, serta
pendidikan.
 Zona yang
 Fungsi dan kondisinya
mempunyai aturan
ditetapkan sebagai zona
sendiri dalam
tertentu.
pengelolaannya.

Aktivitas Nelayan
 Tidak ada kegiatan
yang ekstraktif
diijinkan dalam zona
inti.

 Dapat dimanfaatkan
nelayan atau
pembudi daya dan
pengguna dalam
pemanfaatan yang
ramah lingkungan.
 Kegiatan yang nonperikanan
komersial, seperti:
olah raga air, wisata
bahari, recreational
fishing, penelitian,
dan pendidikan.

 Beraktivitas sesuai
dengan aturan zona
tertentu.

(Sumber: Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan)

Menurut Burke et al. (2012) wilayah KKPD umumnya dikelola untuk
pemanfaatan berkelanjutan dan bukan untuk konservasi, tetapi kebanyakan
membatasi pemanfaatan sumber daya, dan banyak yang berisi daerah tertutup
untuk penangkapan secara permanen, sementara, atau musiman. Hal tersebut
yang menjadikan KKPD secara keseluruhan mirip dengan banyak KKP dengan
memiliki zona larang-tangkap atau wilayah pemanfaatan terbatas yang luas.
Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
menjelaskan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang diatur
dengan sistem zonasi, yakni: zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona

8
pemanfaatan, dan zona lainnya. Tabel 3 menunjukkan penjelasan tentang
pengelolaan KKP dengan sistem zonasi.
Karakteristik Nelayan
Secara geografis, kawasan pesisir terletak pada wilayah transisi antara laut
dan darat yang sebagian besar masyarakat yang hidup di wilayah ini adalah
nelayan. Masyarakat nelayan didefinisikan sebagai kesatuan sosial kolektif
masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata pencaharian menangkap
ikan di laut dan pola-pola perilakunya diikat oleh sistem nilai budaya yang
berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas kesatuan sosial, struktur
sosial yang mantap, dan masyarakat terbentuk karena sejarah sosial yang sama.
Sebagai sebuah sistem budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat
lain yang hidup di pegunungan, lembah dan perkotaan (Kusnadi 2009).
Satria (2002) mendefinisikan secara sosiologis karakteristik nelayan yang
berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris, seiring dengan perbedaan
karakteristik sumber daya yang dimanfaatkan. Karakteristik sumber daya yang
bersifat terbuka (open access) membuat nelayan harus berpindah-pindah untuk
memperoleh hasil yang maksimal sehingga memiliki elemen resiko yang tinggi.
Kondisi sumber daya yang beresiko ini yang menyebabkan masyarakat nelayan
memiliki karakter yang berbeda dengan masyarakat lain. Tidak jarang
masyarakat yang bukan nelayan mengartikan nelayan sebagai kelompok
masyarakat yang memiliki karakter yang keras, tegas dan terbuka.
Lebih lanjut Satria (2002) menjelaskan berbagai aspek yang
mereprentasikan masyarakat pesisir, antara lain:
1. Sistem pengetahuan; Pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan
umumnya diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman empirik.
Kuatnya pengetahuan lokal inilah yang menjadikan terjaminnya
kelangsungan hidup sebagai nelayan.
2. Sistem kepercayaan; Secara teologi nelayan masih memiliki kepercayaan
yang kuat bahwa laut memiliki kekuatan magic dalam melakukan aktivitas
penangkapan ikan agar keselamatan dan hasil tangkapan semakin terjamin.
Namun, seiring berjalannya waktu berbagai tradisi di lingkungan mereka
hanya sebagai salah satu alat stabilitas sosial nelayan.
3. Peran wanita; Umumnya selain banyak bergelut dalam urusan domestik
rumah tangga, istri nelayan tetap menjalankan aktivitas ekonomi dalam
kegiatan penangkapan di perairan dangkal, pengolahan ikan, maupun
kegiatan jasa dan perdagangan. Selain itu pengaturan aktivitas ekonomi
rumah tangga banyak dilakukan oleh istri nelayan.
4. Struktur sosial; Struktur yang terbentuk dalam hubungan produksi pada
usaha perikanan, perikanan tangkap maupun budi daya dicirikan dengan
kuatnya ikatan patron-klien.
5. Stratifikasi sosial; Bentuk stratifikasi sosial masyarakat pesisir ditunjukkan
dengan semakin bertambahnya jumlah posisi sosial atau jenis pekerjaan
yang bersifat horizontal maupun vertikal dan berjenjang berdasarkan ukuran
ekonomi, prestise dan kekuasaan.
6. Posisi sosial nelayan; Pada masyarakat sekitar, nelayan dianggap sebagai
kelompok masyarakat dengan status yang relatif rendah. Rendahnya posisi
sosial nelayan menjadi akibat dari keterasingan nelayan sehingga

9
masyarakat non-nelayan tidak mengetahui kehidupan nelayan. Alokasi
waktu untuk berinteraksi dan letak geografis yang relatif jauh menjadi faktor
kuat yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial nelayan dengan
masyarakat lain.
Berdasarkan karakteristik masyarakat nelayan di atas, kelompok
masyarakat ini juga identik dengan kemiskinan. Data KKP Dalam Angka (2013)
menunjukkan pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin Indonesia di wilayah
pedesaan mencapai 18.97 juta jiwa atau 15.72 persen yang di dalamnya
termasuk masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Berdasarkan laporan
Lembaga swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan
(KIARA) pada Harian Republika tanggal 13 April 2012 menyebutkan bahwa
jumlah nelayan di tanah air saat ini tersisa 2.2 juta nelayan dari total jumlah
penduduk Indonesia (Purwadi 2012).
Aktivitas Sosial-Budaya dan Ekonomi Nelayan
Westmacott et al. (2000) dikutip Sudiono (2008) mengatakan bahwa
tindakan-tindakan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan adalah suatu
tantangan, dengan banyaknya jumlah orang yang terlibat, banyak diantaranya
tanpa sumber pendapatan atau protein alternatif. Banyak komunitas lokal yang
memiliki sedikit pilihan mata pencaharian dan kecil kemungkinan untuk
beradaptasi dengan kondisi baru ini. Meningkatnya pengertian, kerja sama dan
perasaan memiliki dalam komunitas setempat adalah amat penting.
Mengembangkan mata pencaharian pilihan bagi komunitas nelayan sangat
mungkin bila diperlukan.
Aspek-aspek dari variabel sosial budaya dan ekonomi berpengaruh penting
terhadap pengelolaan kawasan konservasi. Berbagai aktivitas manusia yang
tinggal di wilayah pesisir berpotensi menyebab terjadinya degradasi lingkungan,
khususnya aktivitas masyarakat dalam memanfaat sumber daya laut untuk
pemenuhan kebutuhan hidup. Secara umum, perkembangan penduduk yang
cukup pesat di wilayah pesisir dan masalah kemiskinan, rendahnya tingkat
pendidikan dan pengetahuan adalah isu sosial yang sering ditemukan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Isu-isu sosial ini jika tidak ditangani memberikan
tekanan yang besar terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya pesisir.
Selain itu, budaya yang ada pada nelayan meliputi tradisi nelayan, gaya
hidup, dan pengetahuan atau wawasan nelayan terhadap kehidupan sekitar mulai
terkikis. Hal ini didukung dengan kemajuan dan perkembangan teknologi serta
masuknya budaya barat yang berkembang pesat memberikan pengaruh kepada
kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan
memudarnya nilai-nilai budaya yang selama ini dianut, seperti melanggar
larangan melaut pada hari-hari tertentu, meningkatnya pola pikir ke arah
perubahan gaya hidup nelayan lokal.

10
Tabel 4 Matriks aktivitas sosial-budaya dan ekonomi nelayan
Aspek
SosialBudaya

Ekonomi

Bentuk

Penjelasan

 Hubungan
sosial

 Masyarakat heterogen, interaksi struktur relasi patronklien sangat kuat (Kusnadi 2009; Mugni 2006).

 Organisasi
kerja

 Nelayan buruh yang bekerja dengan alat tangkap milik
orang lain, nelayan juragan yang memiliki alat tangkap
dan dioperasikan orang lain, dan nelayan perorangan
yang memiliki alat tangkap sendiri dan pengoperasian
juga sendiri (Mulyadi 2007).

 Gaya hidup

 Boros dalam menggunakan uang dengan
menghabiskan banyak uang untuk merokok dan jajan
(Muflikhati 2010).

 Pemanfaatan
terhadap
sumber daya

 Bergantung pada pemanfaatan sumber daya pesisir
(Satria 2002).
 Bergantung langsung pada hasil laut (Imron 2003
dikutip Mulyadi 2007).
 Memanfaatkan langsung sumber daya lingkungan
pesisir, mengolah hasil ikan atau laut, menunjang
ekonomi perikanan seperti tukang perahu, pemilik toko
atau warung (Kusnadi 2009).
 Bergantung pada kondisi lingkungan, musim, dan
pasar (Kusumastanto 2000).

 Adaptasi
Teknologi

 Menggunakan kapal bermotor tempel sebagai usaha
meningkatkan hasil tangkapan (Herdian 2003).
 Melakukan modifikasi alat tangkap sesuai kondisi
perairan (Sihombing 2003).

 Tenaga Kerja

 Diversifikasi pekerjaan pada musim paceklik (Mugni
2006; Muflikhati 2010).

 Pengalokasian
keuangan

 Lebih dari 50 persen untuk konsumsi pangan
(Pancasasti 2008).
 Untuk jajan dan merokok (Muflikhati 2010).

Aktivitas masyakat nelayan dapat juga dilihat pada aspek ekonomi. Pada
pemanfaatan sumber daya laut nelayan bergantung pada sumber daya pesisir
(Satria 2002). Selain itu, hal yang sama dikemukakan oleh Imron (2003) dikutip
Mulyadi (2007) bahwa aktivitas ekonomi nelayan sangat bergantung langsung
pada hasil laut. Kusnadi (2009) pun menyebutkan aktivitas nelayan dengan
pemanfaatan langsung sumber daya lingkungan pesisir, mengolah hasil ikan atau
laut, tukang perahu, dan pemilik toko atau warung. Pada aspek pengalokasian
keuangan lebih dari 50 persen nelayan untuk mengonsumsi pangan (Pancasasti
2008). Berbeda dengan hal yang ditemukan oleh Muflikhati (2010) yang
menyebutkan bahwa pengalokasian keuangan digunakan untuk jajan dan
merokok. Aktivitas-aktivitas tersebut ditunjukkan dalam Tabel 4.
Dampak KKPD terhadap Aktivitas Nelayan
Penetapan sebuah kawasan menjadi kawasan konservasi memberikan
dampak pada aktivitas nelayan yang ada di sekitar kawasan. Hal ini terjadi
karena penetapan kawasan yang dilakukan selalu memiliki tujuan tertentu.
Berdasarkan Pasal 9(1) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang

11
Konservasi Sumber Daya Ikan, penetapan kawasan konservasi perairan
dilakukan berdasarkan kriteria ekologi, sosial dan budaya, dan ekonomi. Di sisi
lain, aktivitas nelayan selalu tidak jauh diartikan hanya kegiatan di sekitar laut
saja. Seperti dijelaskan oleh Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang
Perikanan, bahwa nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan inilah yang berkorelasi dengan
wilayah tangkapan nelayan. Namun, adanya penetapan kawasan konservasi
membuat nelayan harus melakukan kegiatan yang sebelumnya tidak pernah
mereka lakukan atau mengembangkan kegiatan yang sudah ada. Kegiatan ini
dapat mengubah kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh nelayan.
Tabel 5 Matriks dampak KKPD terhadap aktivitas nelayan
Aktivitas

Kondisi Nelayan
Sebelum

Hubungan dengan
 Sebatas pada masyarakat
pemangku kepentingan
adat setempat dan
lain
masyarakat sekitar
(Randan 2011).

Hak (bundles of right)
Nelayan

Pemanfaatan sumber
daya laut

 Memiliki hak akses, hak
pemanfaatan, hak
pengelolaan, dan hak
ekslusi (Ostrom dan
Schager dikutip Satria
2009).
 Menerapkan “tutup” laut
pada sistem Sasi (Randan
2011).

Setelah
 Adanya hubungan yang lebih
dengan pemangku kepentingan
lain, seperti sosialisasi,
pendidikan lingkungan hidup,
pengawasan, monitoring terumbu
karang, membangun pondok
informasi, dan memberikan
bantuan bagi pembangunan sarana
dan prasarana kampung. Selain itu
masyarakat dilibatkan dalam
pengawasan dan pengelolaan DPL
(Randan 2011).
 Membatasi hak pemanfaatan
(Satria 2009).

 Menyesuaikan sistem sasi
menjadi sistem zonasi
(DPL).Namun larangan dalam
sasi tetap diterapkan karena
terdapat dalam peraturan
kampung (Randan 2011).

Konflik

 Nelayan memanfaatkan
 Terjadi konflik kecil terkait
laut dengan kearifan lokal,
ketidaksetujuan dengan DPL yang
sehingga sangat minim
telah ditetapkan. Namun seiring
adanya konflik (Randan
berjalannya penerapan DPL, pihak
2011).
kontra semakin memahami tujuan
DPL (Randan 2011).

Wilayah tangkapan

 Bebas dimanapun area
penangkapan hasil laut
(Randan 2011).

 Melarang aktivitas penangkapan
khusus pada zona inti karena
dilindungi (Satria 2009).

Kusumastanto (2000) dikutip Rachman (2013) menyatakan bahwa nelayan
memiliki sifat unik yang berkaitan dengan usaha perikanan. Hal ini disebabkan
usaha perikanan sangat bergantung pada lingkungan, musim dan pasar. Ketika
sebuah kawasan ditetapkan sebagai kawasan konservasi dapat menjadikan

12
perubahan pada ketiga aspek tersebut. Ketergantungan pada kondisi lingkungan
sangat erat hubungannya dengan kondisi wilayah penangkapan. Keberhasilan
atau keberlanjutan usaha perikanan sangat bergantung pada kondisi lingkungan
khususnya perairan dan sangat peka pada kerusakan khususnya pencemaran atau
degradasi kualitas lingkungan.
Tabel 6 Matriks kategori dampak KKPD
Aspek

Bentuk Kegiatan

Kategori

Sosial

 Membangun hubungan yang lebih dengan pemangku
kepentingan lain, seperti sosialisasi, pendidikan
lingkungan hidup, pengawasan, monitoring terumbu
karang, membangun pondok informasi, dan
memberikan bantuan bagi pembangunan sarana dan
prasarana kampung. Selain itu masyarakat dilibatkan
dalam pengawasan dan pengelolaan DPL,
penyesuaian sistem sasi menjadi sistem zonasi
(DPL).Namun larangan dalam sasi tetap diterapkan
karena terdapat dalam peraturan kampung (Randan
2011).

Positif

 Menimbulkan kelompok pro dan kontra dengan
KKPD. Namun, pihak pro menjadi yang mayoritas
mendominasi dan lambat laun pihak kontra beralih
ke kelompok yang mendukung konservasi (Randan
2011).

Negatif

Ekonomi

 Meningkatkan hasil tangkapan nelayan tradisional
antara 40 persen sampai 90 persen (McClanahan &
Arthur 2001 dikutip Ilham 2009).

Positif

Lingkungan

 Meningkatkan dan mempertahankan populasi ikan
dan satwa lain (Gell & Roberts 2003 dikutip Ilham
2009).

Positif

 Menambah tutupan karang hidup dan indeks
kemerataan karang batu (Ilham 2009).

Positif

Manusia (hak
akses)

 Membatasi hak pemanfaatan, melarang aktivitas
penangkapan khusus pada zona inti karena dilindungi
(Satria 2009).

Negatif

Kelembagaan

 Belum memaksimalkan peran lembaga pada lembaga
pengelolaan, terutama lembaga lokal, belum
sinkronnya kegiatan lintas sektor di pulau atau
daerah yang masuk wilayah konservasi (Ilham 2009).

Negatif

Kebijakan penetapan kawasan konservasi mengundang dua pemahaman
keberpihakan yaitu pihak pro konservasi dan kontra konservasi terutama
berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan (Randan 2011).
Sebagian nelayan menganggap bahwa dengan adanya penetapan kawasan
konservasi, khususnya Daerah Perlindungan Laut (DPL) akan berdampak
terhadap menurunnya pendapatan nelayan karena tertutupnya sebagian area
penangkapan ikan (fishing ground) mereka dan hak-hak mereka menjadi terbatas
untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.
Pada kondisi lain, dimana ketergantungan nelayan pada musim semakin
besar khususnya pada musim paceklik, membuat nelayan mencari kegiatan
ekonomi lain atau menganggur. Sedangkan ketergantungan pada pasar, membuat

13
nelayan harus peka terhadap fluktuasi harga di pasar. Komoditas yang dijual pun
harus dalam kondisi segar. Namun, wilayah tangkapan yang selama ini berada
lebih dekat dengan daerah tangkapan harus mereka pindahkan dengan adanya
sistem zonasi yang telah ditetapkan dalam kawasan konservasi perairan daerah.
Kondisi-kondisi di atas sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 5.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak yang terjadi ketika sebuah
kawasan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Dampak pada Tabel 5 di atas
dapat dikategorikan dalam beberapa aspek dengan kategori penilaian positif dan
negatif dari penetapan sebuah kawasan menjadi kawasan konservasi.
Pengkategorian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6.
Strategi Adaptasi Nelayan
Konsep adaptasi yang dinyatakan oleh Mulyadi (2007) dikutip Helmi
(2012) adalah salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan, yakni proses
yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau
memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi
secara temporal. Hal ini di dukung oleh pernyataan Bennet (1976) dan Pandey
(1993) dikutip Helmi (2012) yang memandang adaptasi sebagai suatu perilaku
responsif manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi.
Perilaku responsif tersebut memungkinkan mereka dapat menata sistem-sistem
tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut di atas berkaitan dengan
kebutuhan hidup, setelah sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan
kemudian membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi
keadaan-keadaan selanjutnya.
Strategi diartikan oleh Bennett (1976) dikutip Helmi (2012) adalah suatu
tindakan spesifik yang dipilih oleh individu atau masyarakat di dalam proses
pengambilan keputusan, dengan suatu derajat yang dapat diprediksi. Selain itu,
strategi diartikan juga sebagai suatu pilihan yang digunakan terhadap beberapa
alternatif pilihan yang tersedia. Aspek-aspek penting dari konsep strategi
menurut Crows (1989) dikutip Dharmawan (2001) dan Wisdaningtyas (2011),
adalah:
1. Harus ada pilihan yang dapat seseorang pilih sebagai tindakan alternatif;
2. Kemampuan melatih “kekuatan”;
3. Merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian (posisi) yang dihadapi
seseorang dapat dieliminir;
4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang
menerpa seseorang;
5. Harus ada sumber daya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa
membentuk dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda.
Sebagaimana pada Tabel 7 tentang strategi adaptasi nelayan dalam
menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah.

14
Tabel 7 Matriks strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan kawasan
konservasi perairan daerah
Aspek

Bentuk Strategi Adaptasi

Diversifikasi kegiatan ekonomi

 Mendiversifikasikan mata pencaharian dengan
perluasan alternatif pilihan (Wahyono dkk. 2001;
Kusnadi 2000).
 Memobilisasi peran istri dan anak-anak untuk ikut
mencari nafkah keluarga, menggadaikan atau menjual
barang-barang rumah tangga yang dimiliki, melakukan
konversi pekerjaan bagi nelayan, bermigrasi ke kota
bagi istri untuk menjadi pembantu rumah tangga
(Kusnadi 2000).
 Mengembangkan strategi nafkah ganda agar nelayan
tidak bergantung pada hasil tangkapan saja,
mendorong ke arah laut lepas, problem yang ada tidak
hanya semata teknologi, tetapi modal dan budaya,
mengembangkan diversifikasi alat tangkap untuk
mengantisipasi variasi musim (Satria 2009).

Investasi

 Menginvestasikan uang pada teknologi penangkapan
dan melakukan penangkapan jauh dari tampat
pemukiman (Wahyono dkk. 2001).

Jaringan Sosial

 Melakukan hubungan baik dan kerja sama dengan
nelayan lain (Kusnadi 2000).

Migrasi Nelayan

 Mencari daerah tangkapan baru, membuka lapangan
kerja yang terbuka di tempat yang baru dengan
mengolah hasil tangkapan ikan dan menjual kue-kue
tradisional, terutama wanita nelayan (istri) (Mugni
2006).

15

Kerangka Pemikiran
Kawasan konservasi laut yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat
dikelola oleh pemerintah daerah bersama masyarakat dan pihak berkepentingan
lain menghasilkan pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah (KKPD).
Contoh pengelolaan KKPD yang menjadi sorotan utama adalah KKPD Raja
Ampat terutama di Distrik Misool Selatan. Nelayan yang berada di sekitar
wilayah KKPD Misool Selatan memiliki aktivitas yang sudah lama mereka
lakukan. Aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan yang baru dilakukan setelah
adanya penetapan KKPD maupun kegiatan yang lama nelayan lakukan sebelum
adanya penetapan KKPD. Aktivitas ini membentuk karakteristik nelayan yang
sudah ada sejak sebelum KKPD ditetapkan. Strategi adaptasi menjadi respon
masyarakat nelayan sehingga mampu menjadikan diri mereka beradaptasi.
Karakteristik rumah tangga nelayan juga menjadi faktor penentu strategi
adaptasi yang selama ini dilakukan oleh nelayan.
Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD)

KKPD Misool Selatan, Raja Ampat

Karakteristik Sosial-Budaya
dan Ekonomi Masyarakat
Nelayan

Karakteristik Sosial
 Interaksi sosial
 Organisasi kerja
Karakteristik Budaya
 Gaya hidup

STRATEGI ADAPTASI
NELAYAN

Karakteristik Rumah Tangga Nelayan
 Usia
 Tingkat pendidikan
 Pengalaman sebagai nelayan
 Jumlah anggota rumah tangga
 Status kependudukan

Karakteristik Ekonomi
 Manajemen keuangan
 Diversifikasi pekerjaan
 Adaptasi teknologi

Keterangan:
: Fokus penelitian
: Memengaruhi
: Hubungan
Gambar 1 Kerangka pemikiran

16

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini
meliputi:
1) Hipotesis pengarah
Diduga penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD)
memengaruhi strategi adaptasi nelayan.
2) Hipotesis uji:
Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga nelayan
dengan strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan
konservasi perairan daerah.