Karakteristik Semen Domba yang Dikriopreservasi dengan Gliserol atau Dimethyl Sulphoxide (DMSO) dalam Pengencer Laktosa-Kuning Telur.

KARAKTERISTIK SEMEN DOMBA YANG DIKRIOPRESERVASI
DENGAN GLISEROL ATAU DIMETHYL SULPHOXIDE (DMSO)
DALAM PENGENCER LAKTOSA-KUNING TELUR

DIBA MAHARGIA TANTARY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Semen
Domba yang Dikriopreservasi dengan Gliserol atau Dimethyl Sulphoxide (DMSO)
dalam Pengencer Laktosa-Kuning Telur adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015
Diba Mahargia Tantary
NIM B04100086

ABSTRAK
DIBA MAHARGIA TANTARY. Karakteristik Semen Domba yang
Dikriopreservasi dengan Gliserol atau Dimethyl Sulphoxide (DMSO) dalam
Pengencer Laktosa-Kuning Telur. Dibimbing oleh NI WAYAN KURNIANI
KARJA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas (karakteristik) semen
domba yang diperoleh dari ejakulat yang dibekukan dengan krioprotektan gliserol
(C3H5(OH)3) dan Dimethyl Sulfophoxide (DMSO) ((CH3)2SO) dalam pengencer
laktosa-kuning telur. Semen diperiksa secara makroskopik dan mikroskopik
kemudian diencerkan dalam medium NSF (Niwa Sazaki Freezing) yang
ditambahkan dengan krioprotektan gliserol atau DMSO. Terjadi penurunan
kualitas (motilitas, viabilitas, dan integritas membran plasma) spermatozoa setelah
dibekukan baik dengan gliserol maupun DMSO (P0.05). Dari data yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa gliserol dan DMSO sebagai krioprotektan mempunyai efektifitas yang

sama untuk pembekuan semen domba.
Kata kunci: dimethyl sulphoxide, gliserol, kriopreservasi, semen domba

ABSTRACT
DIBA MAHARGIA TANTARY. Characteristic of Ram Semen Cryopreservated
with Glycerol or Dimethyl Sulphoxide (DMSO) in Diluent Lactose-Egg Yolk.
Supervised by NI WAYAN KURNIANI KARJA.
The aim of this research was to evaluate the ram semen quality
(characteristic) cryopreservated with extender contains of glycerol or dimethyl
sulphoxide in lactose-egg yolk. Semen were examined by macroscopic and
microscopic then diluted in NSF (Niwa Sazaki Freezing) which added by
cryoprotectant glycerol or DMSO. The quality decreased (motility, viability, and
membrane plasma integrity) of spermatozoa after cryopreservated with glycerol
or DMSO (P0.05). Based on this result,
concluded that glycerol and DMSO as a cryoprotectant has the same effectiviness
for ram semen cryopreservation.
Keywords: cryopreservation, dimethyl sulphoxide, glycerol, ram semen

KARAKTERISTIK SEMEN DOMBA YANG DIKRIOPRESERVASI
DENGAN GLISEROL ATAU DIMETHYL SULPHOXIDE (DMSO)

DALAM PENGENCER LAKTOSA-KUNING TELUR

DIBA MAHARGIA TANTARY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu “Karakteristik Semen Domba yang Dikriopreservasi
dengan Gliserol atau Dimethyl Sulphoxide (DMSO) dalam Pengencer LaktosaKuning Telur”. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa
kepada Drh. Ni Wayan Kurniani Karja, MP., Ph.D sebagai pembimbing atas

perhatian dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff dan tenaga kependidikan
Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH IPB yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, keluarga
tercinta serta kerabat dekat atas doa dan kasih sayangnya, serta teman-teman
seperjuangan ACROMION 47 atas kerjasama dan bantuannya selama ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam diri Penulis, maka Penulis
mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan skripsi ini dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2015
Diba Mahargia Tantary

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Karakteristik Semen


2

Pengencer Semen

2

Krioprotektan

3

METODE

4

Bahan

4

Alat


4

Metode Penelitian

5

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

6
10

Simpulan

10


Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR GAMBAR
1 Motilitas spermatozoa domba sebelum dan setelah thawing
2 Viabilitas spermatozoa domba sebelum dan setelah thawing
3 Integritas membran plasma spermatozoa domba sebelum dan setelah
thawing

7

7
8

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Inseminasi buatan (IB) merupakan teknologi yang telah digunakan secara
luas dalam bidang pertanian dan peternakan di dunia. Inseminasi buatan
memegang peranan penting seperti perbaikan mutu genetik, kontrol penyakit
seksual menular, dan pelestarian plasma nutfah (Cseh et al. 2012). Beberapa
faktor yang menentukan keberhasilan IB antara lain sinkronisasi birahi pada
betina, deposisi sperma yang tepat, dan kualitas dari spermatozoa (Saacke 2008).
Perkembangan IB saat ini berfokus pada pelestarian semen segar dan beku dengan
meningkatkan komposisi pengencer, serta mengubah protokol pembuatan semen
beku (Cseh et al. 2012). Inseminasi buatan pada ruminansia kecil sebagian besar
masih dilakukan dengan semen segar karena masih terdapat banyak kendala
dalam pengolahan semen beku (Cseh et al. 2012).
Salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan IB adalah kualitas
semen. Semen yang digunakan dalam IB akan mengalami pembekuan
(cryopreservation), sehingga akan terjadi kerusakan atau yang biasa disebut
sebagai cryoinjury.). Proses kriopreservasi dapat menyebabkan kerusakan pada

spermatozoa akibat kejutan dingin (cold shock), pembentukkan kristal es, stres
oksidatif, dan perubahan komposisi dari protein lipid sel membran spermatozoa
(Medeiros et al. 2002; Morris et al. 2012). Kerusakan semen akibat proses
kriopreservasi dapat dicegah dengan penambahan krioprotektan ke dalam bahan
pengencer semen. Krioprotektan dikategorikan ke dalam dua tipe berdasarkan
kemampuannya untuk menembus membran sel. Tipe yang pertama yaitu tipe
krioprotektan yang bersifat permiabel seperti gliserol, etilen glikol, propylene
glikol, dimethyl sulphoxide (DMSO), dan tipe yang kedua adalah krioprotektan
yang bersifat non-permiabel seperti sukrosa, glukosa dan polimer seperti dextran,
susu, kuning telur, dan anti beku protein (Devismita dan Kumar 2015).
Gliserol dan DMSO telah digunakan dalam beberapa penelitian dengan
hasil yang bervariasi. Watson et al. (1997) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan
efektifitas antara gliserol 5% dan DMSO 5% dalam pengencer Tris-kuning telur
terhadap kualitas spermatozoa epididymis waterbuck, greater kudu, dan warthog.
Sedangkan penelitian pada kerbau ditemukan bahwa efektifitas gliserol lebih
superior daripada DMSO dalam pengencer Tris-asam sitrat (Rasul et al. 2007).
Hasil yang sama dilaporkan oleh Saragusty et al. (2009), penggunaan gliserol 5%,
7%, dan 10% menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan DMSO 6% pada
kriopreservasi semen gajah dengan pengencer kuning telur.
Pemanfaatan jenis gula telah digunakan sebagai bahan dasar dalam

pembuatan pengencer. Kelompok oligosakarida (trehalose) dapat berinteraksi
dengan protein dan membran fosfolipid spermatozoa dalam melawan
pembentukkan kristal selama proses kriopreservasi (Naing et al. 2010; Quan et al.
2012). Aisen et al. (2002) menyatakan bahwa golongan karbohidrat seperti
laktosa berperan menggantikan posisi air pada permukaan membran plasma sel
spermatozoa. Laktosa juga memiliki kemiripan fungsi dengan senyawa
antioksidan yaitu dapat meredam senyawa pengoksidasi. Hal ini dapat
meminimalkan terjadinya reaksi oksidasi yang membahayakan spermatozoa

2

karena senyawa pengoksidasi menghasilkan produk yang dapat merusak integritas
membran.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas (karakteristik) semen
domba yang dibekukan dengan krioprotektan gliserol (C3H5(OH)3) dan dimethyl
sulfoxide ((CH3)2SO) dalam media laktosa-kuning telur.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
krioprotektan yang sesuai untuk pengencer laktosa-kuning telur dan kualitas
semen beku domba setelah dibekukan dengan jenis krioprotektan yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Semen
Semen merupakan cairan yang mengandung spermatozoa dan plasma semen
yang dihasilkan dari sekresi oleh kelenjar kelamin jantan (Herdis et al. 2003).
Semen domba normal berwarna krem dengan derajat kekeruhan tergantung dari
konsentrasi spermatozoa yang dikandung. Selain itu semen domba normal
memiliki konsistensi yang kental. Volume semen domba berkisar antara 0.5
sampai 2.5 ml dengan konsentrasi 1.500 juta sampai 3.000 juta sel per ml semen
dan persentase spermatozoa hidup sekitar 90%. Derajat keasaman (pH) berkisar
antara 5.9 sampai 7.3. Semen dengan konsentrasi spermatozoa yang tinggi
bereaksi agak asam, sedangkan yang memiliki konsentrasi rendah bereaksi agak
basa (Paalloan 2013). Kualitas karakteristik semen segar dapat berubah akibat
proses kriopreservasi. Kerusakan umum pada sel spermatozoa selama proses
kriopreservasi diakibatkan oleh adanya fenomena cold shock, kerusakan organel
sitoplasma, dehidrasi dari suspensi media baik intra maupun ekstraseluler dan
perubahan fisik serta kimiawi sel (Camara et al. 2011). Oleh sebab itu perlu
diperhatikan faktor yang menunjang keberhasilan kriopreservasi, motilitas
spermatozoa, dan fungsi metabolik dari spermatozoa itu sendiri serta
penambahanan krioprotektan yang tepat (Watson 2000; El-harairy et al. 2011).
Pengencer Semen
Pengencer semen atau extender adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
semen segar sebagai media penyimpanan baik untuk semen cair maupun semen
beku (Paalloan 2013). Pengencer semen seperti tris, kuning telur, susu skim dan
susu segar pada umumnya digunakan sebagai pengencer dalam semen segar
domba (Kasimanickan et al. 2011). Kuning telur merupakan salah satu komponen
yang sering digunakan karena dapat menstabilkan membran spermatozoa.
Fosfolipid dan lipoprotein yang terkandung di dalam kuning telur dapat

3
melindungi membran sel spermatozoa, mereduksi kejutan dingin (cold shock), dan
meningkatkan viabilitas spermatozoa (Medeiros et al. 2002; Kulaksiz et al. 2010).
Pada pengencer susu skim terkandung fosfokasein dan laktoglobulin-b untuk
memperpanjang masa hidup spermatozoa pada saat terjadi proses kriopreservasi
(Battelier 2001). Pengencer lainnya seperti tris, memiliki sifat tidak larut dalam air
namun memiliki kemampuan menembus membran spermatozoa dan lebih tahan
terhadap perubahan pH selama proses pendinginan (Castelo et al. 2010).
Pengencer tris juga mengandung fruktosa dan glukosa yang berfungsi sebagai
sumber energi utama pada spermatozoa (Castelo et al. 2010). Sementara itu
menurut penelitian yang dilakukan Kasimanickan et al. (2011) ekstrak kacang
kedelai dapat digunakan sebagai bahan pengencer dalam proses kriopreservasi
semen domba. Dimana di dalamnya terkandung lesitin dan lipoprotein yang
digunakan untuk perlindungan sel spermatozoa selama proses kriopreservasi.
Selain karbohidrat, laktosa juga memiliki peran yang penting terhadap
spermatozoa. Laktosa yang ditambahkan ke dalam pengencer mampu
meningkatkan persentase spermatozoa motil setelah thawing. Hal ini disebabkan
oleh fungsi laktosa sebagai krioprotektan ekstraseluler yang mampu mengurangi
kerusakan membran plasma sel selama proses ekuilibrasi sampai dengan thawing.
Selain itu laktosa dapat meningkatkan fluiditas membran plasma sel spermatozoa
sebelum pembekuan (Rizal 2006). Laktosa juga memiliki kemampuan untuk
menggantikan molekul air secara normal, sifat laktosa tersebut akan membantu
menstabilkan membran plasma sel spermatozoa selama masa transisi (dimana
spermatozoa akan melewati zona suhu yang kritis), mengubah sifat mekanik
pengencer melalui peningkatan viskositas (Viswanath dan Shannon 2000).
Berbeda dengan kelompok oligosakarida, penggunaan jenis gula dari kelompok
disakarida terutama laktosa telah digunakan dari waktu ke waktu. Laktosa
berperan sebagai sumber energi, membantu pengeluaran air dari dalam sel
sehingga mampu mengurangi pembentukkan kristal es. Selain itu laktosa juga
sebagai penyangga osmotik untuk menghindari pembengkakan sel dan memiliki
kemampuan menggantikan molekul air secara normal dalam kelompok polar
hydrated. Sifat-sifat ini akan membantu menstabilkan membran sel selama transisi
melalui zone temperatur kritis, serta mengubah sifat mekanik dari pengencer
melalui peningkatan viskositas (Vishnawanth dan Shanon 2000). Laktosa terdiri
dari atas satu unit glukosa dan galaktosa yang keduanya dapat dimanfaatkan oleh
spermatozoa dalam proses glikolisis dan siklus Krebs untuk menghasilkan energi
berupa adenosin trifosfat (ATP). Adenosin trifosfat dimanfaatkan oleh
spermatozoa sebagai energi dalam proses pergerakan sehingga dapat tetap motil
dan mempertahankan daya hidupnya (Subowo 1995).
Krioprotektan
Kelangsungan hidup sel spermatozoa setelah proses kriopreservasi dan
pencairan kembali (thawing) dapat dipertahankan dengan penambahan
krioprotektan ke dalam pengencer. Penambahan krioprotektan ke dalam
pengencer bertujuan untuk melindungi sperma terhadap kerusakan selama proses
pembekuan dan penyimpanan pada suhu dibawah titik beku (0 ˚C). Krioprotektan
merupakan zat kimia non-elektrolit yang berfungsi mereduksi proses pemaparan
kriopreservasi sel dari efek larutan maupun pembentukkan kristal es pada ekstra

4
atau intraseluler sehingga viabilitas sel setelah kriopreservasi dapat terjaga (Ana et
al. 2013). Secara umum terdapat dua kelompok krioprotektan yaitu krioprotektan
intraseluler yang dapat masuk ke dalam sel sehingga dapat bekerja di dalam dan di
luar sel. Kelompok yang kedua yaitu krioprotektan ekstraseluler yang bekerja
hanya di luar sel. Krioprotektan intraseluler diantaranya adalah glycerol, dimethyl
sulphoxide (DMSO), ethylene glycol (EG) dan 2 propanediol. Krioprotektan
ekstraseluler memiliki molekul yang besar sehingga tidak dapat menembus
membran sel, contohnya monosakarida, disakarida, protein, lipoprotein dan serum
(Devismita dan Kumar 2015). Selain itu krioprotektan juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan komponen bahan utamanya; kelompok alkohol (ethylene glycol dan
alkohol) dan amida (methylformamide dan dimethylformamide) (Alvarenga et al.
2005).
Gliserol merupakan krioprotektan yang digunakan secara luas pada
peternakan unggas, ruminansia besar dan kecil serta pelestarian satwa liar (Holt
2000). Gliserol secara efektif dapat menurunkan titik beku intraselular
spermatozoa dan dapat mendorong proses dehidrasi pada suhu yang rendah
sehingga sel spermatozoa terlindungi (Hammerstedt et al. 1990). Selain itu
gliserol memiliki kemampuan menyebabkan perubahan viskositas sitoplasma dan
stabilitas membran plasma spermatozoa dari gangguan struktur fosfolipid dan
protein yang berpotensi merusak spermatozoa pada saat proses kriopreservasi
(Bessa et al.2006). Dimethyl sulphoxide telah digunakan dalam kriopreservasi
embrio ikan yang dikombinasikan dengan teknik elektroporasi untuk mencegah
terjadinya cryoinjury (Rahman et al. 2013). Penambahan DMSO sebagai
krioprotektan juga dapat meningkatkan daya osmolalitas spermatozoa ikan
(Horvath et al. 2005) dan kerusakan tudung akrosom spermatozoa bulu babi
(Psenicka et al. 2009).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2014 di
Laboratorium Fertilisasi In Vitro, Bagian Reproduksi dan Kebidanan dan Unit
Rehabilitasi Reproduksi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini, semen domba, telur ayam,
aquades, bubuk penyumbat straw, laktosa, ampicillin, nitrogen cair, gliserol dan
DMSO, Orvus es Paste (OEP), Eosin Negrosin, dan media fruktosa.
Adapun alat yang digunakan adalah marker pen, label, thermometer, cooling
box, vagina buatan, object glass, cover glass, kertas perkamen, tabung plastik,
spoit 1 mL dan 5 mL, tissue , straw, gunting straw, pipet mikro, counter, tabung
ependorf, gelas piala, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, pengaduk kaca,
stirrer, timbangan digital, heating table, water bath, sentrifuge, Neubauer
chamber dan mikroskop.

5

Metode Penelitian
Pembuatan Medium
Komposisi media Niwa dan Sazaki Freezing (NSF) (Kikuchi et al. 1999)
yang terdiri dari NSF I dan NSF II. NSF I terdiri dari kuning telur (20%), laktosa
(8.8%) yang dilarutkan dengan air mili-Q kemudian ditambahkan ampicillin (20
mg/mL). Medium NSF I disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3500
rpm. NSF II terdiri dari NSF I yang ditambahkan OEP (1.48%), gliserol (6%) atau
dimethyl sulfoxide (DMSO) (6%).
Koleksi Semen
Semen dikoleksi dari seekor domba dewasa kelamin (± umur 1-2 tahun)
yang memiliki libido dan kondisi tubuh baik. Domba dipelihara dalam kandang
terpisah, diberi pakan hijauan dan konsentrat secara teratur. Koleksi semen
dilakukan satu kali seminggu. Ejakulat semen yang telah diperoleh kemudian
dibawa ke laboratorium untuk diproses lebih lanjut.
Evaluasi Semen
Evaluasi semen dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi
makroskopis dilakukan untuk semen segar meliputi pengukuran volume, warna,
konsistensi, dan pH. Evaluasi mikroskopis meliputi penilaian terhadap presentase
motilitas sperma, viabilitas, dan keutuhan membran plasma spermatozoa.
Pengamatan motilitas spermatozoa dinilai secara subjektif dengan
meneteskan 1 tetes semen di atas gelas objek kemudian ditambahkan 7-8 tetes
larutan NaCl fisiologis, dihomogenkan lalu diambil 1 tetes dan dipindahkan pada
gelas objek lalu ditutup dengan cover glass. Penilian motilitas progresif
spermatozoa dilakukan dengan interval nilai 1-100%.
Pemeriksaan viabilitas spermatozoa dilakukan dengan pewarnaan eosin
negrosin dimana 1 tetes sperma diletakkan pada gelas objek kemudian
ditambahkan 7-8 tetes pewarna eosin negrosin. Dihomogenkan lalu dibuat preparat
ulas yang kemudian difiksasi selama 15 detik. Pemeriksaan viabilitas dilakukan
dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x dengan melihat bagian kepala
spermatozoa dengan jumlah maksimal yang dihitung adalah 200 spermatozoa.
Spermatozoa yang mati ditandai dengan terserapnya warna sedangkan
spermatozoa yang hidup ditandai dengan tidak terserapnya warna merah dari eosin
negrosin.
Membran Plasma Utuh (MPU) spermatozoa dianalisa dengan media Hypoosmotic Swelling (HOS) Test. Media HOS terdiri dari 0.135 g fruktosa dan 0.0735
g trisodium citrate 2H2O dalam air mil-Q (Perez-Llano et al. 2001). Pemeriksaan
dilakukan dengan menambahkan sebanyak 10 μL semen ke dalam tabung
ependorf yang telah diisi media HOS sebanyak 40 μL lalu dihangatkan dalam
waterbath dengan suhu 37 ºC selama 10 menit. Penilaian MPU dilakukan di atas
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x pada sepuluh lapang pandang dengan
interval nilai 1-100%. Membran plasma yang utuh ditunjukkan dengan bagian
ekor yang melingkar sedangkan membran plasma yang tidak utuh ditunjukkan
dengan ekor spermatozoa yang lurus.

6
Pembekuan Semen
Semen diperiksa secara makroskopik dan mikroskopik kemudian diencerkan
dalam medium NSF I. Medium dibagi menjadi dua bagian sebanyak 1 mL
kemudian dicampur dengan 0.025 mL semen. Selanjutnya dilakukan proses
ekuilibrasi pada suhu 4 ºC selama dua jam. Semen yang telah diekuilibrasi
ditambahkan medium NSF II sebanyak 0.5 mL dengan perbandingan konsentrasi
gliserol atau DMSO 1:1 lalu diekuilibrasi kembali selama 5 menit, kemudian
ditambahkan medium NSF II kembali sebanyak 0.5 mL. Semen dikemas dalam
mini straw (0.25 mL) dengan konsentrasi spermatozoa 100x106 per straw. Jumlah
straw yang digunakan untuk masing-masing krioprotektan berjumlah tiga. Straw
yang berisi semen ditempatkan di atas permukaan nitrogen cair untuk dilakukan
penguapan selama 120 menit. Langkah selanjutnya straw dmasukkan ke dalam
nitrogen cair untuk disimpan. Semen beku diperiksa kembali karakteristiknya
dengan cara mencairkan kembali (thawing) semen beku dengan memasukkan
straw ke dalam air hangat.

ANALISIS DATA
Data berupa persentase motilitas, viabilitas, dan membran plasma utuh
(MPU) diolah dengan menggunakan IBM SPSS Statistic 20 dan Microsoft excel
2013. Pengujian yang dipakai adalah uji One-Way Analysis of Variance
(ANOVA) dan Paired Samples T-Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi kualitas semen segar domba merupakan hal penting yang
dilakukan sebelum proses kriopreservasi. Hasil evaluasi semen segar domba
secara makroskopis pada penelitian ini adalah volume semen 0.75 mL, warna
krem, konsistensi kental, dan derajat keasaman (pH) 6.7. Hasil evaluasi
mikroskopis yang meliputi motilitas sebesar 83%, viabilitas 87.2%, MPU 86.8%,
dan konsentrasi semen segar sebesar 4590 juta/mL. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa semen segar domba lokal yang didapat memiliki kualitas yang
bagus dan normal. Hal ini sesuai dengan persyaratan umum spermatozoa segar
yang akan dibekukan minimal memiliki persentase motilitas 70%, konsentrasi 2 x
109 sel/mL. gerakan massa ++/+++, persentase hidup minimal 80%, dan
presentase abnormal tidak lebih dari 15% (Ihsan 2013).
Proses kriopreservasi spermatozoa dapat menekan aktivitas metabolisme
dan meningkatkan sensitivitas kejutan dingin (cold shock). Hal ini ditandai
dengan menurunnya permeabilitas serta integritas membran plasma spermatozoa
secara irreversibel yang mengarah pada gangguan dan kematian spermatozoa
(Blesbois et al. 2005). Proses pembekuan-thawing dapat menyebabkan kerusakan
fungsional membran mencakup peningkatan fluiditas membran dan terjadinya
peningkatan tekanan osmotik pada membran yang terjadi ketika sel mengalami
dehidrasi ekstrim selama proses pendinginan (Nur et al. 2011).

7

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

83.00±2.00

33.00±1.22

30.00±2.73

Fresh

PT-Gliserol

PT-DMSO

Gambar 1 Motilitas spermatozoa domba sebelum (Fresh) dan setelah dibekukan dengan gliserol
(PT-Gliserol) atau DMSO (PT-DMSO)
Keterangan:
PT-Gliserol,PT-DMSO =Post-Thawing spermatozoa dibekukan dengan Gliserol/DMSO
Superscript dengan huruf yang berbeda (a,b) pada bar yang sama menunjukkan adanya
perbedaan nyata (P