Perbaikan Posisi Kekenduran Jaring Upaya Meningkatkan Jumlah Hasil Tangkapan Trammel Net

1

PERBAIKAN POSISI KEKENDURAN JARING:
UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH HASIL TANGKAPAN
TRAMMEL NET

RATU SARI MARDIAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perbaikan Posisi
Kekenduran Jaring: Upaya Meningkatkan Jumlah Hasil Tangkapan Trammel net
adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016
Ratu Sari Mardiah
NIM C451140161

3

RINGKASAN
RATU SARI MARDIAH. Perbaikan Posisi Kekenduran Jaring: Upaya Meningkatkan
Jumlah Hasil Tangkapan Trammel Net. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan
MUSTARUDDIN

Trammel net merupakan jaring tiga lapis yang terdiri atas 2 lapis jaring
bagian luar dan 1 lapis bagian dalam. Kedua jaring dibuat dari material sintetis
polyamide (PA) yang memiliki berat jenis 1,140 kgf/m3 yang lebih tinggi dari

berat jenis air laut 1,025 kgf/m3 (Puspito 2009a). Jaring bagian dalam dibuat lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian luar. Hal ini menyebabkan sebagian jaring
bagian dalam akan menumpuk pada posisi bagian bawah ketika trammel net
ditenggelamkan ke dalam air. Jaring bagian dalam akan memiliki 2 kekenduran
yang berbeda. Sebagian besar jaring dalam kondisi tegang dan sebagian kecil
lainnya memiliki kekenduran yang tinggi. Konstruksi trammel net demikian
mengakibatkan kemampuan bagian bawah trammel net dalam menangkap
organisme demersal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bagian atasnya. Oleh
karena itu, perbaikan kekenduran trammel net sangat diperlukan agar setiap
bagiannya memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap organisme
demersal.
Penelitian dibagi atas 2 tahap, yaitu persiapan penelitian dan uji coba di
lapang. Pengujian lapang dilakukan dengan mengoperasikan 3 trammel net
perlakuan. Perlakuan pertama adalah kekenduran trammel net hanya pada 1
bagian (TK), perlakuan kedua dibagi menjadi 2 posisi (TP2) dan perlakuan ketiga
terdiri atas 3 posisi (TP3). Ketiga trammel net, yaitu trammel net kontrol TK, TP2
dan TP3, diujicoba secara bersamaan di laut. Prosedur ujicoba mengikuti metode
pengoperasian nelayan. Tujuannya adalah untuk menentukan komposisi hasil
tangkapan trammel net dan menentukan konstruksi trammel net yang memberikan
hasil tangkapan tertinggi.

Trammel net dioperasikan selama 7 trip atau sebanyak 35 ulangan. Setiap
trip berlangsung antara pukul 04.00-14.00 WIB. Seluruh hasil tangkapan disortir
berdasarkan jenisnya, diidentifikasi dan diukur beratnya di atas perahu.
Selanjutnya, data dianalisis menggunakan statistik deskriptif komparatif dan
rancangan acak lengkap (RAL) untuk melihat pengaruh perbaikan posisi
kekenduran trammel net terhadap hasil tangkapan. Analisis rancangan acak
lengkap dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu uji kenormalan dan
homogenitas. Jika data menyebar normal, maka data selanjutnya dianalisis dengan
uji homogenitas, rancangan acak lengkap (RAL) dan uji lanjut BNT.
Hasil tangkapan trammel net dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu organisme
demersal dan non demersal. Komposisi hasil tangkapan trammel net TK, TP2 dan
TP3 adalah sama, yaitu 16 jenis organisme demersal dan 1 jenis organisme non
demersal. Jumlah hasil tangkapan organisme demersal trammel net TK sebesar
211 individu dengan berat 7,31 kg dan 66 individu (772 g) organisme non
demersal, TP2 sebanyak 540 individu (17,96 kg) organisme demersal dan 135
individu (1,63 kg) organisme non demersal, dan TP3 sebanyak 439 individu 19,82
kg organisme demersal dan 136 individu (1,64 kg) organisme non demersal. Hasil
uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas menunjukkan bahwa data
hasil tangkapan menyebar normal dan bersifat homogen. Hasil perhitungan


4

analisis statistik RAL mendapatkan Fhitung=18,63 atau lebih besar dari Ftabel=3,09
pada a=0,05. Ini berarti Ho ditolak. Dengan demikian, jumlah hasil tangkapan
ketiga jaring perlakuan berbeda nyata. Pengujian dilanjutkan dengan uji beda
nyata terkecil (BNT). Hasilnya adalah ketiga jaring memiliki rata-rata hasil
tangkapan yang berbeda. Hasil tangkapan terendah didapat oleh trammel net TK
dengan rata-rata 7,91. TP 2 mendapatkan nilai rata-rata tertinggi sebesar 19,60,
sedangkan TP 3 (16,60).

Kata kunci

: kekenduran, organisme demersal, organisme non demersal,
perairan Lontar, trammel net

5

SUMMARY
RATU SARI MARDIAH. Improvements of Net Slackness Position: Efforts to
Increase Total Catch of Trammel net. Supervised by GONDO PUSPITO and

MUSTARUDDIN.

Trammel net is a fishing gear consists of two outer nets and one inner net.
Two kinds of its net are made from synthetic material polyamide (PA) with
density of 1,140 kgf/m3. Its number is higher than density of water at the sea
water, which is typically 1,025 kgf/m3 (Puspito 2009a). Inner net will take form as
a stack of net at lower side of trammel net after the fishing gear drowned. It
caused by the height of inner net is higher than the outer net itself. Furthermore,
the slackness of net body will be affected by this existence of stack of net. At the
time of fishing gear operation, the lower side of trammel net which has more
slackness will lead to ensnare more organisms than the upper side of trammel net.
The ability of fishing is only at the lower side of net, while the upper side of net
will get more inelastic as long as the lower side net catch more organisms.
Therefore, the improvement of trammel net slackness at every part of net body
should be required.
This study was divided by two stages, preparation of study and field test.
The field test conducted by operating three treatment of nets. First treatment is to
distribute the slackness at two part of net body and the second one is to distribute
the slackness at three part of net body. In this study, trammel net with slackness
only at the lower side of net body was being used as fishing gear control. All of

them are encoded as TC, TT2, and TT3 that was tested simultaneously at field.
The procedure of field test follows fishing operation method by fisherman. The
aim of this research is to determine the composition of trammel net catch and to
determine construction of trammel net which gives the highest number of catch.
Trammel net was operated for 7 trip or 35 times repetition. Each trip
conducted between 05.00 AM to 02.00 PM. All catch sorted and identified by its
species and measured by its weight on the boat. All recorded data were analyzed
using descriptive statistics and analysis of variants (ANOVA) to find out the
effect of improving slackness distribution of trammel net in catching organisms.
The analysis of variants is processed through several step of calculation, those
were test of normality and test of homogeneity. If the data is distributed normally,
the data is next analyzed by test of homogeneity, analysis of variants (ANOVA),
and Least Significant Difference (LSD).
The catch of trammel net were classified into two groups, those are
demersal organisms and non demersal organisms. The results showed that the
catch composition of three trammel net constructions were same, namely 16
species of demersal organism and 1 species of non demersal organism. The
trammel net of control (TC) catch composition consists of 211 individuals
demersal organisms (7,31 kg) and 66 individuals non demersal organism (772 g),
TT2 resulted 540 individuals of demersal organisms (17,96 kg) and 135

individuals of non demersal organism (1,63 kg) and TT3 resulted 439 individuals
of demelsal organism (19,82 kg) and 136 individuals of non demersal organisms
(1,64 kg). The results of normality test and homogeneity test indicates that the
data of catch are normal and homogeneous. The results of analysis of variants

6

shows Fcalculate = 18,63 which is bigger than Ftable = 3,09 with a = 0,05. This result
means that Ho is rejected or the catch of three trammel net each are significantly
different. Least significant difference test (LSD) also shows that the average catch
value of three trammel net were different to each other. The lowest catch is on TC
with an average value 7,91. TT 2 has the highest average value with 19,60, while
TT 3 (16,60).
Key word

: slackness, demersal organism, non demersal organism, Lontar
waters, trammel net

7


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

8

PERBAIKAN POSISI KEKENDURAN JARING: UPAYA
MENINGKATKAN JUMLAH HASIL TANGKAPAN TRAMMEL NET

RATU SARI MARDIAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

9

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Roza Yusfiandayani, SPi

10

11
PRAKATA

Trammel net yang digunakan oleh nelayan di Lontar memiliki konstruksi yang sama
dengan trammel net yang biasa digunakan oleh nelayan umumnya. Alat tersebut
digunakan apa adanya tanpa mempertimbangkan performa alat tangkap pada saat
dioperasikan dan tingkah laku organisme yang menjadi sasaran tangkapnya. Berdasarkan

observasi langsung, kelemahan utama trammel net terdapat pada kekendurannya jaring
bagian dalamnya yang hanya terpusat pada posisi bawah jaring. Ini mengakibatkan
organisme air umumnya hanya tertangkap pada posisi bawah jaring.
Penulis mencoba untuk mengatasi permasalahan di atas dengan cara memperbaiki
posisi kekenduran trammel net, sehingga kekenduran jaring terdapat pada posisi lainnya.
Cara ini diharapkan dapat menjadikan setiap bagian trammel net memiliki kemampuan
yang sama dalam menangkap organisme air.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr Ir Gondo Puspito, MSc
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Mustaruddin, STP selaku anggota pembimbing
yang telah mengarahkan dan mengajarkan banyak hal kepada penulis. Penyusunan tesis
ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama menempuh
pendidikan di IPB;
2. Keluarga besar di Serang atas motivasi yang diberikan selama ini; dan
3. Teman-teman seperjuangan TPL 2014 dan teman-teman di Laboratorium TAP atas
kebersamaan yang terjalin erat selama ini.
Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pembaca.
Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan isi tesis.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor,

Juni 2016

Ratu Sari Mardiah

xii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan
Manfaat
Hipotesis
2 METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Analisis Data
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinamika Trammel net
Komposisi Hasil Tangkapan
Jumlah Hasil Tangkapan Berdasarkan Perbaikan Posisi Kekenduran
Sebaran Kelompok Organisme Hasil Tangkapan
Cara Organisme Tertangkap pada Trammel Net
4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
xii
xii
xiii
xiv
1
1
2
2
4
4
4
4
4
5
6
7
9
9
13
16
17
20
24
24
24
25
28

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.

Tabulasi data penelitian
Sidik ragam
Komposisi hasil tangkapan trammel net

8
8
15

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.

Kerangka pemikiran penelitian
Peta lokasi penelitian
Ilustrasi tampilan sisi trammel net
Susunan trammel net (a) dan arah penarikan trammel net terhadap arus (b)
(Puspito 2009c)

3
5
5
6

xiii

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tampilan atas (a) dan sisi (b) trammel net selama proses penarikan
Berlangsung
Ilustrasi tampilan sisi ketiga konstruksi trammel net
Jumlah tangkapan berdasarkan kosntruksi trammel net
Jumlah tangkapan trammel net kontrol, perlakuan 2 dan 3 berdasarkan
kelompok organisme
Posisi tertangkapnya ikan oleh trammel net
Komposisi jumlah hasil tangkapan berdasarkan cara tertangkap

10
12
17
18
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Spesifikasi alat tangkap
Jenis-jenis ikan yang tertangkap
Dokumentasi penelitian
Data hasil tangkapan
Hasil pengujian data hasil tangkapan

29
30
32
34
35

xiv

DAFTAR ISTILAH
Bahan sintetis

:

Bottom gillnet
Entangled
Gaya eksternal
Gaya hidrodinamika

:
:
:
:

Gaya tarik

:

Gaya gesek
Gilled

:
:

Hanging ratio

:

HTU
HTS

:
:

Kekenduran
Organisme demersal
Organisme non demersal
Snagged
Trammel net
Trammel net control
Trammel net perlakuan 2

:
:
:
:
:
:
:

Trammel net perlakuan 3

:

Wedged

:

Bahan yang terbuat dari proses kimia, yaitu unsurunsur kimia yang sederhana digabung menjadi
susunan baru
Jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan
Ikan terbelit atau terpuntal pada badan jaring
Gaya-gaya yang berasal dari luar alat tangkap
Gaya yang berasal dari tekanan air yang diakibatkan
oleh aliran air yang melewati suatu benda, gerakan
suatu benda pada kolom air atau kombinasi keduanya
Tekanan perlawanan satu benda dengan benda
lainnya yang menimbulkan tegangan
Gaya yang terjadi ketika dua benda bergesekan
Ikan terjerat pada bagian belakang tutup insang oleh
mata jaring
Perbandingan antara panjang jaring terpasang pada
tali ris atas dengan panjang jaring yang terentang
penuh
Organisme yang menjadi tujuan utama penangkapan
Seluruh organisme yang bukan menjadi tujuan utama
penangkapan
Suatu keadaan yang bersifat tidak tegang
Hewan laut yang hidup di dasar perairan
Hewan laut yang hidupnya pada kolom perairan
Ikan terjerat pada bagian belakang mata ikan
Jaring insang yang tersusun atas tiga lembar jaring
Trammel net yang digunakan oleh nelayan
Trammel net yang memiliki kekenduran pada 2
posisi, yaitu bawah dan atas
Trammel net yang memiliki kekenduran pada 3
posisi, yaitu bawah, tengah dan atas
Ikan terjerat pada bagian badan, tepat di depan sirip
punggung

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Trammel net merupakan salah satu jenis alat tangkap yang digunakan
nelayan tradisional hampir di seluruh perairan pantai Indonesia untuk menangkap
organisme demersal. Alat tangkap ini tersusun oleh tiga lapis jaring, yaitu 2 lapis
jaring bagian luar dan 1 lapis jaring bagian dalam (Sainsburry 1989). Tinggi jaring
lapisan luar lebih rendah dari jaring lapisan dalam. Ikan, udang atau kepiting yang
menerobos jaring lapisan luar akan terperangkap dan terpuntal pada jaring bagian
dalam. Kantong yang terbentuk oleh jaring bagian dalam disebabkan adanya mata
jaring bagian luar yang berfungsi sebagai kerangka dan penguat jaring.
Pengoperasian trammel net dilakukan dengan 2 cara, yaitu trammel net
dihanyutkan mengikuti arus atau salah satu ujung tali ris atasnya ditarik
membentuk ½ lingkaran (Puspito 2009a). Sapuan trammel net akan menangkap
beragam organisme demersal yang hidup di dasar perairan.
Jumlah tangkapan trammel net banyak dan jenisnya beragam. Ini
dikarenakan pengoperasiannya dilakukan secara aktif. Trammel net ditarik
menyapu dasar perairan pantai yang memiliki keragaman spesies yang tinggi.
Akibatnya, trammel net harus memiliki konstruksi yang kokoh dengan material
yang kuat dan tahan terhadap gaya-gaya yang mengenainya pada saat
pengoperasian. Bahan yang biasanya digunakan dalam pembuatan jaring trammel
net adalah bahan sintetis.
Jenis material sintetis, menurut Klust (1983), tidak mudah membusuk, lebih
kuat, memiliki kemuluran yang tinggi dan tidak menyerap air. Kemuluran yang
tinggi pada badan jaring akan berpengaruh pada pembentukan kantong. Semakin
tinggi kemuluran, maka kantong yang terbentuk akan semakin besar dan peluang
terperangkapnya ikan semakin banyak.
Keberhasilan pengoperasian trammel net sangat dipengaruhi oleh jenis dan
sifat bahan yang digunakan untuk membuat jaring. Sifat yang harus dimiliki oleh
trammel net adalah elastis, kuat dan lentur. Elastisitas akan berpengaruh terhadap
kestabilan bukaan mata jaring. Kekuatan putus bahan mengurangi kerusakan
jaring akibat rontaan ikan yang tertangkap dan tarikan sewaktu jaring diangkat ke
atas perahu. Kelenturan berpengaruh terhadap cara tertangkap organisme terutama
secara terpuntal. Jenis bahan sintetis yang paling sesuai digunakan untuk membuat
badan jaring trammel net adalah polyamide (PA). Salah satu sifat bahan
polyamide (PA) adalah mudah tenggelam dalam air (Klust 1983), karena berat
jenisnya 1,140 kgf/m3 yang lebih besar dibandingkan dengan air 1,025 kgf/m3
(Puspito 2009a).
Pengujian lapang terhadap trammel net telah dilakukan sebelumnya pada
bulan April 2015. Sebagian besar ikan, udang dan kepiting tertangkap pada bagian
bawah jaring dengan cara terpuntal. Bagian atas menangkap ikan, udang dan
kepiting secara terjerat dengan jumlah sedikit. Ini terjadi karena adanya perbedaan
kekenduran pada bagian atas dan bawah jaring.
Upaya untuk meratakan sebaran dan meningkatkan jumlah tangkapan
dilakukan dengan cara membagi kekenduran jaring di beberapa tempat, yaitu
posisi bawah, tengah dan atas. Kekenduran jaring yang berada pada posisi bawah

2

ditujukan untuk menangkap jenis-jenis organisme demersal, sedangkan
kekenduran posisi tengah dan atas untuk menangkap, baik organisme demersal
maupun non demersal. Perbaikan konstruksi ini dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas penangkapan setiap bagian jaring.
Penelitian yang membahas perbaikan kekenduran trammel net pada
beberapa bagian untuk meningkatkan jumlah tangkapan belum pernah dilakukan
sebelumnya. Tiga hasil penelitian yang ditemukan membahas materi yang
berbeda. Irhamsyah (2002) membahas pembentukan kantong pada trammel net
tanpa memperhitungkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya. Puspito
(2009b) mengkaji pengaruh arus terhadap tegangan dan bentuk kelengkungan
model trammel net untuk memperkirakan luas wilayah sapuan jaring selama
operasi penangkapan. Stergiou et al. (2006) menganalisis komposisi spesies hasil
tangkapan dan operasi penangkapan dengan trammel net di perairan Eropa
selatan. Ketiga pustaka tersebut dijadikan sebagai bahan masukan dalam
membahas hasil penelitian ini.

Perumusan Masalah
Posisi kekenduran pada jaring trammel net sangat mempengaruhi jumlah
dan jenis hasil tangkapan. Kekenduran pada posisi bawah trammel net diakibatkan
oleh jaring lapisan dalam yang lebih tinggi dari lapisan luar. Penumpukan jaring
lapisan dalam pada posisi bawah trammel net terjadi ketika jaring berada di dalam
air. Organisme air yang tertangkap pada posisi bawah trammel net akan terpuntal.
Gaya tarik perahu terhadap jaring, tekanan air dan rontaan organisme air akan
menyebabkan jaring lapisan dalam akan membentuk kantong.
Jaring bagian bawah yang menyapu permukaan dasar perairan akan
memberikan tarikan pada bagian atas jaring. Gaya tarik akan semakin besar ketika
permukaan dasar perairan tidak rata. Kekenduran jaring pada bagian atas akan
semakin menurun ketika jumlah organisme air yang terpuntal pada bagian bawah
jaring sangat banyak dan penarikan jaring semakin cepat. Akibatnya adalah ikan
semakin sulit tertangkap oleh jaring bagian atas, karena ketegangan bagian atas
meningkat.
Permasalahan di atas dapat diatasi dengan cara memperbaiki posisi
kekenduran trammel net. Perbaikannya berupa penambahan kekenduran jaring
pada beberapa posisi, sehingga kekendurannya tersebar di beberapa tempat. Hasil
yang diharapkan adalah setiap posisi jaring memiliki kemampuan yang sama
dalam menangkap organisme air, baik demersal maupun non demersal.

Kerangka Pemikiran
Perbaikan posisi kekenduran trammel net dilandasi oleh beberapa kerangka
pikir, diantaranya adalah hasil tangkapan trammel net kurang optimal,
kemampuan setiap bagian jaring dalam menangkap organisme air harus
dioptimalkan dan penambahan kekenduran pada beberapa posisi jaring akan
meningkatkan jumlah hasil tangkapan. Kerangka pemikiran penelitian secara
lengkap disajikan pada Gambar 1 berikut.

3

Perikanan trammel net

Permasalahan:
1. Jaring lapisan dalam menumpuk pada bagian bawah
2. Kekenduran jaring pada bagian atas dan bawah berbeda

Hasil tangkapan belum optimal

Dinamika alat tangkap trammel net
- Gaya hidrodinamika
- Gaya tarik
- Gaya gesek

Permasalahan

Hasil tangkapan yang
diharapkan
Input

Penelitian konstruksi trammel net

Trammel net kontrol
(TK)

Trammel net perlakuan 2
(TP2)

Trammel net perlakuan 3
(TP3)

Membandingkan efektivitas penangkapan antara trammel net
perlakuan dengan trammel net kontrol

Proses

Posisi kekenduran trammel net
yang sesuai dengan fungsinya

Jumlah hasil tangkapan trammel net meningkat

Keterangan
Trammel net kontrol (TK)
Trammel net perlakuan (TP2)

:
:
:

Trammel net perlakuan 3 (TP3)

:

Output

Tujuan

Trammel net milik nelayan;
Trammel net memiliki kekenduran pada 2 posisi,
yaitu bawah dan atas; dan
Trammel net memiliki kekenduran pada 3 posisi,
yaitu bawah, tengah dan atas.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

4

Tujuan
Penelitian bertujuan untuk:
1. Menentukan komposisi hasil tangkapan trammel net, baik trammel net kontrol
maupun trammel net yang memiliki 2 dan 3 kekenduran; dan
2. Membuktikan apakah perbaikan posisi kekenduran akan meningkatkan hasil
tangkapan.

Manfaat

1.
2.
3.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
Arahan bagi nelayan agar dapat meningkatkan pemanfaatan sumberdaya
udang dan ikan demersal menggunakan trammel net;
Sumbangan bagi IPTEK perikanan terkait yang dapat meningkatkan jumlah
tangkapan trammel net; dan
Sebagai acuan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait
perbaikan atau penyempurnaan alat tangkap yang ada di Indonesia agar lebih
produktif.

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah perbaikan posisi kekenduran pada
beberapa posisi jaring akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan.

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian terbagi atas 2 kegiatan, yaitu persiapan penelitian dan penelitian
lapang. Persiapan penelitian berupa pembuatan 3 trammel net yang memiliki 2
kekenduran dan 3 trammel net dengan 3 kekenduran oleh nelayan Lontar antara
bulan November dan Desember 2015. Adapun penelitian lapang berlangsung pada
bulan Januari 2016 di Perairan Lontar, Kabupaten Serang, Banten. Peta Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2.

5

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian diantaranya adalah perahu,
trammel net, kamera, measuring board, jangka sorong, GPS, timbangan digital
dan data sheet penelitian. Jumlah trammel net yang dipakai sebanyak 9 lembar
yang terdiri atas 3 trammel net kontrol (TK) milik nelayan, 3 trammel net
perlakuan2 (TP2) yang memiliki 2 kekenduran dan 3 trammel net perlakuan 3
(TP3) dengan 3 kekenduran. Trammel net kontrol (TK) hanya memiliki
kekenduran pada posisi bawah jaring, TP2 pada posisi bawah dan tengah jaring,
dan TP3 pada posisi bawah, tengah dan atas jaring jaring. Ilustrasi tampilan sisi
trammel net yang digunakan pada penelitian disajikan pada Gambar 3 dan
spesifikasi alat tangkap dituliskan pada Lampiran 1.

Gambar 3 Ilustrasi tampilan sisi trammel net

6

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode percobaan. Caranya
dengan mengoperasikan ketiga jenis trammel net secara bersamaan menggunakan
satu perahu. Susunannya ditunjukkan pada Gambar 4(a). Trammel net uji diapit
oleh 11 lembar jaring trammel net nelayan (TN). Pengopersian alat tangkap
dilakukan antara pukul 04.00-14.00 WIB sebanyak 5 kali setting. Penelitian
dilaksanakan sebanyak 7 trip. Kegiatan pengoperasian trammel net mengikuti
kebiasaan nelayan sebagai berikut:
1. Persiapan menuju daerah penangkapan meliputi pengecekkan mesin perahu,
pengisian bahan bakar, kesediaan alat tangkap trammel net, dan perbekalan
ABK;
2. Perahu berangkat menuju daerah penangkapan ikan;
3. Penurunan jaring dilakukan setelah sampai di daerah penangkapan. Proses
penurunan dimulai dengan menjatuhkan pemberat tambahan, pelampung
tanda, seluruh badan jaring dan pemberat tambahan. Ujung tali ris atas pada
lembar jaring terakhir dihubungkan ke perahu melalui tali selambar. Pada saat
proses penurunan berlangsung, mesin perahu tidak dimatikan dan perahu tetap
berjalan searah arus dengan kecepatan rendah. Waktu penurunan jaring ±10
menit. Posisi trammel net terhadap arus saat pengoperasian dapat dilihat pada
Gambar 4(b);
4. Penarikan jaring melawan arus dan membentuk ½ lingkaran. Lama penarikan
±45 menit;
5. Proses pengangkatan trammel net dimulai dengan pengangkatan pemberat
tambahan, jaring, pemberat tambahan dan diakhiri pelampung tanda. Satu
orang nelayan bertugas mengangkat tali ris atas dan satu orang lainnya
mengangkat tali ris bawah dari perairan dan mengambil hasil tangkapan dari
jaring untuk disimpan di tempat yang telah disediakan. Pengangkatan seluruh
jaring membutuhkan ±20 menit. Ketika proses hauling selesai, nelayan
menuju daerah penangkapan lainnya dan mengoperasikan trammel net dengan
cara yang sama dengan sebelumnya. Pengangkatan maupun penurunan jaring
dilakukan dari sisi kanan badan perahu; dan
6. Pengukuran hasil tangkapan dilakukan di atas perahu. Hasil tangkapan
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu hasil tangkapan utama (HTU) dan
sampingan (HTS). HTU pada penelitian ini adalah udang, kepiting dan jenisjenis ikan demersal, sedangkan HTS merupakan hasil tangkapan ikan non
demersal.
Pengoperasian trammel net dilakukan sebanyak 35 kali ulangan. Jumlah setting
dianggap sebagai jumlah ulangan.

(a)

TN

Keterangan
TN
TK
TP2
TP3

TK

TP2

TP3

:
: Trammel net nelayan
: Trammel net kontrol
: Trammel net perlakuan 2
: Trammel net perlakuan 3

TK

TP2

TP3

TN

7

(b)

Susunan trammel net (a) dan arah penarikan trammel net terhadap
arus (b) (Puspito 2009c)

Gambar 4

Analisis Data
Analisis data hasil tangkapan trammel net menggunakan 2 macam analisis,
yaitu deskriptif komparatif dan statistik. Analisis deskriptif komparatif dilakukan
terhadap komposisi hasil tangkapan trammel net. Uji statistik rancangan acak
lengkap (RAL) digunakan pada hasil pengujian rancangan baru trammel net.
Rancangan acak lengkap digunakan untuk melihat pengaruh perbaikan posisi
kekenduran terhadap hasil tangkapan. Tabulasi dan sidik ragam analisis data
penelitian disajikan pada Tabel 1 dan 2. Menurut Matjjik dan Sumertajaya (2000),
perhitungan RAL satu faktor sebagai berikut:
Yij = μ + i + εij
Keterangan :
Yij : Hasil tangkapan trammel net pada perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j;
μ

: Rataan umum;
: Pengaruh perlakuan ke-i;
εij : Galat sisa;
i : 1, 2, 3 dan j = 1, …, 30;
r : Ulangan (setting trammel net); dan
t : Perlakuan (trammel net kontrol, trammel net perbaikan 1 dan
trammel net perbaikan 2).
Asumsi
: εij ~ N(0, 2) dan ∑ i = 0
i

Hipotesis

: H0: 1= 2 = 3 =0 : Perlakuan tidak berpengaruh terhadap hasil
Tangkapan; dan
H1: i≠0 : Minimal ada satu perlakuan yang berpengaruh
terhadap hasil tangkapan

8

Tabel 1 Tabulasi data penelitian
Perlakuan (t)
Ulangan (r)
Total ulangan
P1
P2
P3
1
Y11
Y21
Y31
Y.1
2
Y12
Y22
Y32
Y.2
J
Y1j
Y2j
Y3j
Y.j





35
Y135
Y235
Y335
Y.35
Total perlakuan
Y1.
Y2.
Y3.
Total keseluruhan
(Yi.)
(Y..)
Tabel 2 Sidik ragam

Perlakuan

Derajat
Jumlah
Kuadrat
bebas
kuadrat
tengah
F-hitung
(JK)
(dB)
(KT)
Ulangan sama r1 = r2 = … = rt = r
t–1
JKP
KTP
KTP/KTG

Galat
Total

t (r – 1)
tr – 1

Sumber
keragaman

Perlakuan

Galat
Total

JKG
JKT

JKG
JKT

Nilai P

Fα(dbs;dbr)

Tingkat
kepercayaan
95%

Fα(dbs;dbr)

Tingkat
kepercayaan
95%

KTG

Ulangan tidak sama r1 ≠ r2 ≠ … ≠ rt ≠ r
t–1
JKP
KTP
KTP/KTG
∑(rt – 1)
(∑rt) – 1

F-tabel

KTG

Kaidah keputusan berdasarkan sidik ragam adalah sebagai berikut:
1.
Berdasarkan nilai signifikansi atau probabilitas
Nilai signifikansi atau probabilitas >α (0,05) maka terima H0
Nilai signifikansi atau probabilitas Ftabel maka tolak H0 (ada pengaruh perlakuan)
Jika Fhitung