Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Trammel Net

STUD1 TENTANG PEMBENTUKAN KANTONG
PADA TRAMMEL NET

OLEH :
IRHAMSYAH

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

IRHAMSYAH. Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Tranmiel Nel.
Dibimbing oleh BAMBANG MURDIYANTO dan DANIEL R. MONINTJA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi kantong yang terbentuk
pada satu unit tran~nzelnet. Panjang busur irisan tengah kantong dan tinggi
kantong dianalisis dengan menggunakan model matematika. Untuk menguji
pernyataan dalam hipotesis, dilakukan uji z satu arah terhadap data panjang total
ikan hasil tangkapan dalam kantong .
Hasil analisis menunjukkan bahwa panjang busur irisan tengah kantong
maksimum adalah 125 cm dan tinggi kantong maksimum 62 cm serta kantong
yang terbentuk berkisar dari 1 sampai dengan 6 kantong.
Apabila dihubungkan dengan data panjang total ikan yang tertangkap dalam

kantong yang berkisar dari 11,5 cm - 4 7 3 cm maka pendekatan teoritis yang
digunakan dalam penelitian in dapat diterima dan kesimpulan ini diperkuat dari
hasil uji statistik dimana z-hitung lebih kecil daripada z-tabel sehingga diambil
keputusan menerima Ho dan disimpulkan bahwa panjang total ikan yang
tertangkap dalam kantong tidak melebihi tinggi kantong maksimum.
Dari hasil analisis korelasi, terdapat hubungan yang erat antara tinggi kantong
dengan panjang total ikan yang tertangkap. Pernyataan ini diperkuat dari hasil
pengujian nilai r yang menunjukkan bahwa hubungan antara tinggi kantong
dengan panjang total ikan yang dinyatakan dengan r = 0,67 adalah nyata pada
taraf kepercayaan 95%.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
"

adalah

Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Trnntntel Net

benar


dipublikasikan.

merupakan

hasil

karya

saya

sendiri dan belum

Desember 2001

n

Irhamsvah
NRP. 99588


pernah

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

"

STUD1 TENTANG PEMBENTUKAN KANTONG
PADA TRAMMEL NET

IRHAMSYAH

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis
Nama
NRP
Program Studi

:
:
:
:

Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Trnl~znielNet
Irhamsyah
99588
Teknologi Kelautan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambans Murdiyanto, MSc
Ketua

Prof. Dr. Daniel R. Monintja
Anggota

Mengetahui,

p&
2. Ketua Program Studi
Teknologi Kelautan

Prof Dr. Daniel R. Monint-ia

Tanggal Luius : 5 Desember 2001

3. Direktur Program Pascasarjana


RlWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 5 Desember 1967 sebagai anak
ke lima dari pasangan Asmuni Kathy dan Rasniah (almarhumah). Pendidikan
sarjana ditempuh di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan
Universitas Lambung Mangkurat, lulus pada tahun199 1.
Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Teknologi Kelautan pada
Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari
BPPS, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai Tenaga Pengajar di Fakultas Perikanan Universitas
Lambung Mangkurat sejak tahun 1993.
Selama mengikuti program S2, penulis menjadi anggota Forum Komunikasi
Mahasiswa Teknologi Kelautan (FORMULA) Institut Pertanian Bogor.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2001 ini ialah dimensi kantony,
dengan judul Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Trnn~nzelNet
Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan

kepada Bapak
Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, MSc dan Bapak Prof Dr. Daniel R. Monintja selaku
pembimbing atas saran, petunjuk dan bimbingan yang diberikan sejak penyusunan
proposal hingga selesainya penulisan tesis. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada keluarga H. Ayip dan keluarga Idi serta saudara Iwan, yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orangtuaku Bapak Asmuni Kathy dan lbunda Rasniah
(almarhumah) dan mertuaku Bapak Drs. H. Gusti Hidayat AR. (almarhum) dan
Ibunda Hj. Nurhaida serta seluruh keluarga, atas segala do'a dan kasih sayangnya
serta isteriku tercinta Ir. Gusti Nirma Ridayati atas segala dukungan, kesabaran
dan pengorbanan, anakku terkasih Muhammad Satya Nugraha (EGA) yang telah
memberi motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan
yang terakhir kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti
studi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,

Desember 200 1
Irhamsyah


DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

viii

1. PENDAHULU AN ..............................................................................

1

1. 1. Latar Belakang ............................................................................


1

1.2. Deskripsi Tranzmel Net ................................................................

2

1.3. Perurnusan Masalah .....................................................................

8

1.4. Pendekatan Teoritis .....................................................................

8

1.5. Hipotesis ..................................................................................... 14
1.6. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................

14


2. BAHAN DAN METODE ...................................................................

15

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

15

2.2. Alat dan Bahan ............................................................................

15

2.3.

17

..
Metode Penelltian ........................................................................

2.4. Pengumpulan Data ......................................................................


19

3 . HASIL ............................................................................................

21

3.1. Hasil Tangkapan ..........................................................................

21

3.2. Panjang Busur Irisan Tengah Kantong .........................................

23

3.3. Tinggi Kantong Tranznzel Net ......................................................

24

3.4. Uji Hipotesis ............................................................................... 28
4 . PEMBAHASAN .................................................................................

29

5 . KESIMPULANDANSARAN ...........................................................

35

5.1. Kesimpulan .................................................................................

35

5.2. Saran ........................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

37

LAMPIRAN ............................................................................................

40

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian ....................................

21

2 Jenis dan jumlah hasil tangkapan selama 7 (tujuh) trip .........................

22

3 Selang nilai panjang total. lingkar badan dan berat ikan yang

tertangkap selama penelitian ................................................................

23

4 Panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong dan

tinggi kantong yang terbentuk .............................................................

26

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sketsa kantong tlammel net dalam bentuk kurva dua dimensi ..............

11

2 Kantong berbentuk segitiga sama kaki .................................................

13

3 Grafik distribusi ikan berdasarkan berat total hasil tangkapan dan

cara tertangkapnya ...............................................................................

22

4 Grafik hubungan tinggi kantong dengan panjang total ikan ..................

27

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Peta lokasi penelitian ........................................................................... 41
2 Bentuk umum tranznzel net yang dipergunakan dalam penelitian ..........

42

3 Deskripsi renzpa kcliltong (tramnzel nef)................................................

43

4 Rekapitulasi data ikan hasil tangkapan dalam kantong ..........................

44

. .

5 Perhitungan uji Lilliefors......................................................................

47

6 Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji z satu arah .............

48

7 Hasil analisis korelasi antara panjang total ikan yang tertangkap
dengan tinggi kantong yang terbentuk ...................................................

49

8 Hasil perhitungan uji terhadap r (a significance test for r ) ....................

50

9 Photo-photo hasil pelaksanaan di lapangan ...........................................

51

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Usaha perikanan trnnznzel net mulai berkembang di Kalimantan Selatan
sejak tahun 1983 dengan beroperasinya 234 unit dan pada tahun 1998 meningkat
menjadi 1542 unit, merupakan alat tangkap yang paling pesat perkembangannya
dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan
setempat disebut

"

rempa kantong ". Alat tangkap ini berkembang pesat terutama

setelah tmvl dilarang beroperasi di daerah tersebut, sehingga merupakan alat
pengganti trawl yang baik untuk menangkap jenis udang ataupun ikan walaupun
daya tangkapnya lebih rendah (Dinas Perikanan Tingkat I Kalimantan Selatan,
1999).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pada tranintel net oleh

Tukiyono (1990), Murdiyanto (1994), Samudra (1994), Tupamahu (1995) dan
Ahmad (1996) serta Mangunsukarto (1997), pada umumnya berkisar pada
pengkajian pengaruh inner net dan outer net, pengaruh ukuran mata jaring dari

inner net, pengaruh cara pengoperasian serta perlakuan terhadap hanging ratio.
Selama ini penelitian tentang hal-ha1 yang berkaitan dengan pembentukan
kantong pada tranznzel net belum dilakukan.
Secara teori, berhasilnya pengoperasian trnnlntel net sebenarnya sangat
ditentukan oleh adanya bentuk kantong yang befingsi sebagai tempat
tertampungnya ikan, yang membedakan tranznzel net dengan gillnet biasa. Ukuran
kantong yang terbentuk diduga akan ditentukan oleh jumlah dan ukuran mata
jaring, hntzging ratio inner net dan outer net serta ukuran ikan yang tertangkap

Penelitian terhadap pembentukan kantong pada trnnzntel net adalah suatu
metode untuk mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan
ukuran ikan hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika dimensi dari
kantong yang terbentuk dapat diketahui. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya
pengembangan teknologi penangkapan guna menunjang kebutuhan komersil dan
manajemen sumberdaya ikan.

1.2. Deskripsi Trnnznzel Net

Trn~~tnzel
net merupakan jaring insang dasar yang mempunyai ciri khusus
terdiri dari tiga lapis jaring, sehingga sangat efektif untuk menangkap udang

yemeid yang berukuran besar, dua lapis terluar mempunyai ukuran mata jaring
yang lebih besar dari pada lapisan dalamnya.
Untuk lebih memperjelas gambaran tentang tranmtel net dapat diuraikan
menurut klasifikasi teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perikanan
sebagai berikut :
(1) Bahan

Bahan jaring hendaknya dipilih yang halus, kuat dan elastis dan tidak
menyerap air. Contohnya bahan yang umum di

gunakan PA (nylon nz~llti

film~eizt).
( 2 ) Shortening
Membukanya mulut jaring di dalam air akan mengalami perubahan, ha1 ini
disebabkan adanya gaya apung dan gaya berat yang saling berlawanan. Oleh
sebab itu perhitungan berapa persen hangrng ratio jaring di dalam air yang
dikehendaki perlu diperhatikan, yaitu berkisar antara 35 sampai 60 persen.

3
(3) Deskripsi
Jaring lapis luar (outer net) terbuat dari nilon benang ganda (nylon ntlrlti
.filan~er~t),
berdiameter benang 0,5 mm. Jaring lapis dalam (hitter net) terbuat
dari nilon benang ganda, berdiameter 0,24 m dan ukuran mata 44,45 mm
(1,75 inci). Dimensi jaring lapis dalam, panjang (li) 21,30 m dan dalam (hi)
2,07 m.

Koefisien pengikatan jaring lapis dalam 0,36

Biasanya nelayan

mengoperasikan trantnzel net sebanyak 30 - 40 piecesltinting. Selain jaring
tiga lapis, tranlntel net terdiri dari tali ris bawah dan atas, pelampung terbuat
dari karet atau spon, pemberat dari timah, batu.
Jenis kapal yang digunakan untuk operasi tmnm~el net dirancang
sedemikian rupa dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :
(1) Keleluasaan dalam olah gerak dan dalam penarikan jaring, serta untuk
menempatkan jaring di atas kapal, ha1 ini membutuhkan lebar (B) yang
cukup.

(2) Stabilitas yang mantap dengan mengurangi

frekuensi goncangan dan

ayunan, akan memberikan kenyamanan bagi nelayan dalam melakukan
operasi penangkapan.
(3) Kapal berbentuk dasar yang rata f i t bottom).
(4) Kapal berdimensi panjang (L) 9,80 my lebar 2,35 m dan dalam (D) 0,50 my

dengan bobot mati 2,28 GT.
(5) Tenaga penggerak kapal adalah mesin diesel dalam (illboard nzotor)
berkekuatan berkisar antara 14,O dan 15,5 DK.

4
(6) Kapal dilengkapi dengan peti udang dan ikan berinsulasi s & r o f m , berlapis

$berglass, masing-masing 0,20 dan 0,60 m 3 Kapal juga dilengkapi dengan
palka jaring 1,O m3
Bentuk mata jaring ditentukan oleh nilai pengerutan yaitu beda panjang
tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna dengan panjang jaring seteiah

riel
terpasang pada tali pelampung dan tali pemberat. Nilai pengerutan trant~~tel
yang umumnya dipakai oleh nelayan untuk jaring bagian dalam 0,41 sampai 0,67
dan untuk jaring bagian luar 0,25 sampai 0,43 (Linting, 1984; Wudianto, 1985;
Wudianto dan Nasution, 1986;

Barus et crl, 1986;

S u m i o ~ ~eto (11, 1991;

Murdiyanto, 1994).
Tertangkapnya udang ataupun ikan pada tranzntel net secara terbelit
ataupun dalam kantong yang terbentuk pada pave1 jaring bagian dalam yang
terpasang kendor di antara dua panel jaring bagian luar. Umumnya ukuran mata
jaring bagian luar lebih besar 4 - 5 kali bagian dalam dan panjang sempurna mata
jaring bagian dalam dua kali mata jaring bagian luar (Sainsbury, 1986). Menurut
Nomura dan Yamazaki (1977), jika dibandingkan dengan jaring insang biasa,
jaring ini lebih efisien karena berbagai ukuran ikan maupun udang tertangkap
pada ukuran mata yang sama sehingga selektivitasnya tidak seperti jaring insang
biasa.

Tranzn2el net nelayan terbuat dari bahan PA nzultrfilanie~~210dl2 dan
moz~ofilantenno. 20 untuk jaring bagian dalam dan 210dl6 untuk jaring bagian
luar. Ukuran mata jaring bagian dalam 38 mm dan 44 mm, sedangkan ukuran
mata jaring bagian luar 162 mm dan 250 mm (Linting, 1984; Wudianto, 1985;
Barus el nl, 1986; Sumiono et nl, 1991).

5

Telah dikatakan bahwa jaring bagian dalam terpasang secara kendor di
antara dua panel jaring bagian luar, ini diakibatkan oleh take zrp rate. Disebutkan
oleh Nomura (1981) bahwa take up rate adalah perbedaan tinggi jaring bagian
dalam dan tinggi jaring bagian luar setelah terpasang pada tali pelampung dan
pemberat, dimana bagian dalam lebih tinggi dari bagian luar. Nilai take up rate
yang digunakan oleh nelayan di beberapa perairan laut di Jawa Barat berkisar
antara 0,20 sampai 0,45 (Wudianto, 1985; Barus et nl, 1986; Amirl et (11, 1987).
Terjerat (entangling) lebih dipengaruhi oleh konstruksi alat daripada wedging dan

gillirlg. Probabilitas dari seekor ikan dapat terjeratlterpuntal diyakini tergantung
dari hnnging ratio atau hanging coeficient. Hanging ratio biasanya berkisar
antara 0,2 - 0,7, semakin kecil hanging ratio semakin besar probabilitas untuk
terjerat
Sparre dan Venema (1999), menyatakan bahwa ada empat cara

tertangkapnya ikan pada gillnet yaitu snagged, gilled, wedged dan entangled.

Snagged adalah cara tertangkapnya ikan pada jaring di bagian depan
preoperculunz (gigi), gilled merupakan cara tertangkapnya ikan pada jaring di
bagian operculunz (tutup insang), wedged adalah cara tertangkapnya ikan pada
ujung dorsal fzn (perut) dan entangled adalah cara tertangkapnya ikan secara
terpuntal pada badan jaring.
Daerah penangkapan tranzmel net adalah perairan pantai yang berdasar
lumpur, pasir atau pasir berlumpur, dengan kedalaman perairan berkisar antara 5
dan 15 m dan topografi dasar perairan relatif datar
Hasil tangkapan utama

tranznzel net adalah udang Penaeid yang

berukuran relatif besar dan hasil tangkapan sampingannya adalah ikan-ikan

'

6

demersal.

Udang permeid yang tertangkap dengan tranzntel net terdiri dari

udang Jerbung (Penaeus nzerguei~sis,Penaeus indicus), udang Windu (Penaeus
nzonodorl, Penaeus senzisulcalfus),

udang Dog01

(Metapenaeus ensis,

Metcryertaezrs brevicorrzis). Hasil tangkap sampingan fi.aninlel net antara lain
adalah Tigawaja (Johrzius

spp), Gulamah

(Psezcdosciena

spp.),

Layur

(Trichiurus spp.), Kerong-kerong (Therapan sp.), Kerot-kerot (Pon~ndasysspp.),
Petek (Leiopmthlrs spp.), dan ikan Lidah (Cyr7oglosz1s spp.).
Peranan arus dalam suatu operasi penangkapan sangat penting.

Selain

berhubungan dengan olah gerak kapal, arus berpengaruh pula terhadap
pengoperasian alat tangkap yang digunakan. Arus menimbulkan resistensi pada
jaring yang menyebabkan perubahan bentuk pada saat setting. Arah arus sangat
menentukan posisi jaring pada saat setting. Agar jaring terbuka dan terbentang
lebar sehingga penangkapannya menjadi lebih efektif, maka penawuran jaring
(setting) diupayakan untuk memotong arus.

Hal ini dilakukan karena ikan

cenderung berenang melawan arus, sehingga hasil tangkapan diharapkan lebih
baik jika dibandingkan dengan penawuran jaring searah arus.
Pada saat dioperasikan, posisi jaring dapat memanjang atau dipasang zigzag dengan maksud untuk menghadang ikan, atau dapat pula dipasang dengan
posisi melingkar atau semi melingkar dengan maksud untuk mengurung ikan.
T~zrn~ntelnet

umumnya

dioperasikan

pada

kedalaman 3 - 60 meter

(Nomura dan Yamazaki, 1977).
Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), traninzel net berdasarkan cara
pengoperasiannya terdiri dari button? set tranzniel net dan sweeping trammel net.
Cara pengoperasian sweeping trantniel net adalah salah satu bagian ujung jaring

7

didiamkan dengan jangkar kemudian ujung jaring yang lainnya ditarik dengan
kapal dalam bentuk lingkaran. Waktu untuk sekali operasi kira-kira satu jam dan
kecepatan penarikan sangat lambat.

Oleh Mar~gurlsukartoet ril (1993), cara

pengoperasian demikian ini lebih efektif daripada cara pengoperasian dengan
membiarkan

jaring

hanyut

pada

dasar

perairan,

sedangkan

menurut

Malliswara d a1 (1988) cara pengoperasian inipun lebih baik dari cara

pengoperasian jaring ditarik lurus menyapu dasar perairan.
7'rmlntel vet diklasifikasikan oleh Nomura dan Yamazaki (1977),

ke dalam jenis gill net. Bentuk dan konstruksi dari trnn~melnet dan gill net adalah
sama, perbedaannya terletak pada jumlah lapis bahan jaring (webbing) yang
digunakan. Tinggi jaring dalam keadaan terentang dari inner net berkisar antara
satu kali lebih sampai dua kali dari bagian olrter net. Mengenai perbandingan dari
bagian irtner net dan outer net ini akan mempengaruhi juga terhadap efektivitas
traninlel net.

Dalam beberapa metode tidak semua kisaran panjang (kisaran umur) ikan
atau sebangsa kerang dan udang berada dalam keadaan dieksploitasi penuh.
Sebagian besar alat tangkap seperti gill net bersifat selektif bagi suatu kisaran
panjang saja, dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan
juga ikan yang sangat besar. Sifat-sifat dari gill net yang menangkap ikan dengan
ukuranljenis tertentu saja dinamakan selektivitas alat.

Alat tangkap gill net

dikembangkan menjadi jaring tiga lapis (trnnln~einet) Ikan yang tertangkap pada
tran~nlelnet dengan cara gilled, entangled dan terkurung dalam kantong yang

merupakan ciri khas dari tranznzel net.

8

Sampai saat ini belum diperoleh data penelitian khususnya tentang ikan
yang tertangkap di dalam kantong yang terbentuk oleh lapisan inrier net dan orrter
iiet
Bertitik tolak dari hal-ha1 tersebut di atas, maka dirasakan perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pembentukan kantong trantntel net yang efektif
dan efisien guna meningkatkan produktivitasnya.
1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas perumusan masalah yang akan dijawab
dalam penelitian yaitu : menentukan tingkat ukuran ikan yang tertangkap oleh
trantrnel net sesuai dengan ukuran dan desain jaring yang digunakan.
1.4. Pendekatan Teoritis
1.4.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian terhadap pembentukan kantong tranznzel rzet adalah suatu
metode untuk mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan
ikan hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika peluang dan dimensi
kantong yang terbentuk diketahui.
Dalam beberapa metode, tidak semua kisaran panjang (total length) ikan
dieksploitasi penuh.

Sebagian besar alat tangkap seperti gill net termasuk

tranznzel net bersifat selektif bagi suatu kisaran panjang saja. Dengan demikian
tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan juga ikan yang sangat besar.
Untuk menentukan perkiraan dimensi bentuk dan ukuran kantong (ukuran
kecil sampai maksimum) yang terbentuk pada pengoperasian trantntel net, secara
teoritis dilakukan pendekatan dengan kurva dua dimensi.

.

Terbentuknya kantong pada trantntel net sangat dipengaruhi oleh n7esh

size inner net dan outer net, jumlah mata jaring dan hangrrlg ratio yang
merupakan komponen dari desain tran~nlelnet dan gaya-gaya yang bekerja pada
tubuh jaring ataupun sesuatu simpul.

Gaya-gaya ini baik berasal dari arus,

gelombang dan lain-lain sejenisnya yang sifatnya lebih beraturan.

Selain itu

dipengaruhi pula oleh bentuk dan ukuran ikan (panjang total, berat badan dan
lingkar badan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kantong pada

trantntel net dimodelkan dengan hngsi :
K = f (MS, LJ, HR, PT, G ) d'Lmana
K = kantong ; LJ = lebar jaring ; G
f
= hngsi
; HR = hanging ratio ;
MS = mesh size ; PT = panjang total ;

= gaya

Dalam penelitian ini gaya yang bekerja pada tubuh jaring ataupun pada
simpul tidak diperhitungkan dan ukuran ikan yang tertangkap hanya difokuskan
terhadap panjang total (total length) ikan dan diasumsikan bila 50% dari panjang
badan ikan telah masuk ke dalam outer net akan terbentuk kantong dengan alasan
apabila kurang dari 50 % panjang badan ikan yang masuk ke dalam orrter net
maka ikan tersebut tidak akan tertangkap karena kemungkinan ikan tersebut akan
berbalik arah menghindari jaring tersebut. Peluang tertangkapnya ikan yang kecil
sangat dipengaruhi oleh mesh size inner net dan ikan yang besar oleh mesh size

inner net dan mesh size outer net.
Untuk melakukan perkiraan dimensi kantong yang terbentuk pada
pengoperasian tranzntel net maka dilakukan dengan cara simulasi.

Simulasi

adalah rnetode penelitian yang menggunakan model-model. Dalam penelitian ini
akan menggunakan nzodel sinzbolik ialah model dengan menggunakan simbol-

,

10

simbol matematika.

Dalam pendekatan matematika, jalan *pemikiran dan

ungkapan yang semula bersifat verbal hams diterjemahkan dalam pernyataan
matematika (Soerianegara, 1978).
1.4.2. Menghitung Panjang Busur Irisan Terlgah Kantong

Perhitungan panjang busur irisan tengah kantong berdasarkan kantong
yang terbentuk menurut tinggi atau kedalaman tmlntel net. Faktor-faktor yang
sangat menentukan untuk menghitung panjang busur irisan tengah kantong antara
lain jumlah mata jaring menurut tingginya, ntesh size dan hanging ratio sekunder
dari inner net dan outer net.
Secara teori, inner net dan outer net tidak mungkin terentang (stretch)
kedua-duanya, karena tidak akan membentuk kantong.

Pendekatan dilakukan

dengan menggunakan panjang terentang (stretch) dari inner net dan panjang
tergantung olrter net.
Perhitungan

panjang

busur

irisan

tengah

kantong

maksimum,

pendekatannya dengan menggunakan rumus :
dimana :

s,,
&,,ax

h i x
h,
untuk mendapatkan nilai

dimana :

-

..................

-

hi-mrx-ho

=
=
=

panjang busur irisan tengah kantong maksimum
panjang terentang (stretch)maksimum inr7er net
panjang tergantung outer net

(1)

digunakan rumus :

hi-mar

- ni x mi

h,.,llax
ni
mi

=
=
=

.................

(2)

panjang terentang (stretch)maksimum ~tltlet.t ~ e t
jumlah mata jaring menurut tinggi inner net

mesh size inner net

sedangkan untuk mendapatkan nilai h, dengan menggunakan rumus :

dimana :

ho

= panjang tergantung oztter net
no = jumlah mata jaring menurut tinggi outer net
mo = ntesh size outer net
E, = hangirlg ratio sekunder outer net

Gambar 1. Sketsa kantong trantntel net dalam bentuk kurva dua dimensi
1.4.3. Menghitung Tinggi Kantong

Untuk menghitung tinggi kantong, ada beberapa asumsi yang digunakan
yaitu :
( 1 ) Outer net lebarnya stabil atau tetap sehingga diperoleh satu nilai maksimum

dari tinggi kantong.
(2) Ikan berenang lurus menabrak ii~i~er
net, kemudian kantong yang terbentuk

membentuk segitiga sama kaki akibat adanya dorongan dari ikan tersebut
di bagian tengah mata jaring outer net sehingga itzner net terentang (stretch).

Berdasarkan dari asumsi di atas, jika ikan tepat menabrak titik tengah mata
jaring outer net pendekatan .perhitungan tinggi kantong maksimum dilakukan
dengan menggunakan rumus :
dimana : t,l,a, = [a2 - (0,5c )2] 112 atau [b2- (0,5c)~]'"
trllax
a,b
c

=
=
=

..........

(4)

tinggi kantong maksimum
sisi miring kantong
nzesh size outer net tergantung

Nilai a atau b diperoleh dari panjang busur irisan tengah kantong maksimum,
karena bentuk kantong diasumsikan segitiga sama kaki maka :
dimana :

a + b = s,,

..........

a atau b

=

0,5s,,,,,

Snlax

- panjang busur kantong maksimum

a,b

=

(5)

sisi miring kantong

Sedangkan untuk menghitung nilai c digunakan rumus :
dimana :

..........

=

mox E,

c

=

m,

=
=

mesh size outer net tergantung
mesh size outer net terentang
hanging mtio sekunder outer net

c

Eo

(4)

Berdasarkan dari tinggi kantong maksimum maka panjang ikan yang
tertangkap bila sama dengan tinggi kantong maksimum maka panjang ikan yang
tertangkap tersebut adalah maksimum, karena terjadinya kantong dari ikan yang
tidak 1010s dari inner net dan membentuk kantong maka ukuran tinggi kantong
dipengaruhi oleh ukuran panjang total ikan yang menabrak inner net. Oleh karena
itu ukuran tinggi kantong yang terbentuk akan sangat tergantung pada panjang
total ikan yang tertangkap. Sebaliknya panjang total ikan akan ditentukan oleh
ukuran panjang busur maksimum yang dapat dibentuk oleh

inner net (pada

gambar irisan penampang kantong). Apabila lebih panjang dari tinggi kantong
maksimum maka ada peluang tertangkap dengan tergantung pada banyak faktor.

13

Apabila diasumsikan bahwa ukuran ikan yang tertangkap adalah
maksimum, pembentukan ukuran maksimum kantong (peluang

=

1) dengan

perkiraan telah masuk kantong dari setengah ukuran panjang total ikan maka
tinggi kantong maksimum lebih besar daripada setengah panjang total ikan.

Gambar 2. Kantong berbentuk segitiga sama kaki.
Keterangan :

a dan b
t

c

= sisi miring

tinggi
= mesh size outer net tergantung
=

Untuk menentukan kantong yang terbentuk, terlebih dahulu hams
diketahui jumlah mata jaring menurut tinggi outer net dan panjang busur irisan
tengah kantong maksimum. Kantong yang terbentuk dinyatakan dari 1 sampai
dengan n kantong dengan notasinya : 1 < p I n kantong, tergantung dari jumlah
mata jaring menurut tinggi outer net.
Peluang terbentuk hanya 1 kantong dan kantong yang lainnya tidak ada
jika panjang busur irisan tengah kantong maksimum, sebaliknya jika panjang
busur irisan tengah kantong belum maksimum maka ada peluang terbentuknya
kantong yang lain.

14
1.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran kantong yang terbentuk dan
panjang ikan yang tertangkap ditentukan oleh ukuran dan desain trnnlntel izet yang
digunakan. Jumlah dan besaran kantong yang terbentuk akan mempengaruhi hasil
tangkapan.
1.6. Tujuar~dan Marlfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkiraan dimensi kantong yang
terbentuk pada tranzntel net.
Hasil penelitian ini diharapkan untuk mendapatkan model trzrntn?el tlet
yang efektif dan efisien sehingga diharapkan hasil tangkapannya menjadi
meningkat pula.
Hasil penelitian terhadap kantong trnn~nzelnet diharapkan pula dapat
mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan jumlah hasil
tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika peluang terbentuknya kantong
pada alat tangkap diketahui. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya pengembangan
teknologi penangkapan, guna menunjang kebutuhan komersil dan manajemen
sumberdaya ikan.

2. BAHAN DAN METODE
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di perairan pantai Kuala Tambangan Kabupaten
Daerah Tingkat I1 Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Waktu penelitian
sejak persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan pelaporan selama 6
(enam) bulan, yaitu pada bulan Maret - Agustus tahun 2001.
2.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini :
(1) Perahu
Perahu yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

-

Jenis perahu

=

balapan

-

Bahan

=

kayu

- Panjang

=

11,4 m

-

=

1,8 m

- Dalam

=

1,4 m

- Mesin

= Jiangdong Jianghiai Engine Works, Janggu China

-

= ZH1110 diesel engine double roll bearing

Lebar

Jenis motor

- Max output

= 20 HP12200 RPM

- Net mass

= 165 kg

- Bahan bakar

=

- ABK

= 2 - 3 orang

solar

(2) Tramn~elnet
-

Jumlah tranznzel net

=

8 unit

- Panjang

=

24m

- Tinggi

=

1,25 m

- Jumlah mata jaring outer net

=

160 mata (ke samping) ; 6 mata

(ke bawah)

- Mesh size outer net

=

25 cm

- Jumlah mata jaring inner net

=

1760 mata (ke samping) ; 52 mata

(ke bawah)

- Mesh size inner net

=

4,8 cm

- Hanging ratio sekunder

=

0,83 (outer net) ; 0,50 (inner net)

Keterangan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.
(3) Alat-alat ukur
H

Magelland GPS Blazers 12 : Alat penerima Global Position
Systent (GPS) genggam dirancang dengan tujuan untuk penentuan
posisi dan navigasi.

Alat ini mempunyai antena terpasang

langsung yang terletak di atas receiver, layar backlit dan tempat
tomb01 serta menggunakan 2 baterai alkaline AA. Karena GPS
Blazers 12 menerima informasi dari satelit-satelit yang mengorbit
bumi, antenanya memerlukan pandangan tak terhalang ke langit.
Setelah receiver GPS menerima data pcsisi paling tidak dari 3
satelit (kira-kira 2 - 3 menit), alat ini akan mulai menentukan
posisi pasti berdasarkan pada informasi yang diterimanya.

17

1

Floating dredge : aiat ini terbuat dari papan yang bentuknya
saling tegak lurus, mempunyai dua sisi yang masing-masing
berukuran panjang 50 cm, lebar 25 cm dan tebal 2,s cm

Pada

bagian bawahnya dipasang pemberat dengan tali sepanjang 25 cm
dan bagian atasnya dipasang pelampung, alat ini dilengkapi pula
dengan tali sepanjang 10 m. Alat ini befingsi untuk mengetahui
arah dan kecepatan arus.

Stop watch

:

alat ini memiliki ketelitian 0,l detik dan

digunakan untuk menentukan kecepatan arus.
1

Timbangan duduk : alat ini digunakan untuk menimbang ikan
hasil tangkapan dengan ketelitian 0,01 gram dan kapasitasnya 2 kg.

1

Batu penduga kedalaman : alat ini terdiri dari sebuah batu
berbobot lebih kurang 5 kg yang disambungkan dengan tali
sepanjang 20 m dan tiap meternya diberi tanda. Alat ini berfungsi
untuk menduga kedalaman perairan sewaktu operasi penangkapan
dilakukan.

1

Penggaris : untuk mengukur panjang total dan lingkar badan
ikan dengan ketelitian 0,l cm.

(4) Lain-lain : kantong plastik, ember, alat tulis, kamera.

2.3. Metode Penelitian

Dalam percobaan kita mungkin berkepentingan dengan terjadinya suatu
kejadian tertentu, misalnya peluang terbentuknya kantong pada tranmlel net.
Salah satu masalah yang harus dipikirkan dan dicoba untuk dievaluasi adalah
faktor kebetulan yang berkaitan dengan terjadinya kejadian-kejadian tertentu bila

18

suatu percobaan dilaksanakan. Masalah ini termasuk cabang matematika yang
disebut peluang (Dajan, 1986).
Didalam penarikan kesimpulan dari percobaan yang

mengandung

ketidakpastian agar dapat ditafsirkan secara tepat, pemahaman teori peluang
sangat diperlukan dan bersifat mendasar.

Teori peluang bagi ruang contoh

(himpunan semua kemungkinan hasil suatu percobaan = S) terhingga memberikan
segugus bilangan nyata yang disebut pembobot atau peluang dengan nilai dari no1
sampai satu yang memungkinkan kita menghitung peluang terjadinya suatu
kejadian. Bila kita mempunyai alasan untuk percaya bahwa sebuah kantong
tertentu sangat besar peluangnya untuk terjadi bila dilaksanakan maka peluang
yang diberikan pada titik itu hendaknya dekat dengan satu, dipihak lain nilai
peluang yang lebih dekat dengan no1 hendaknya diberikan pada kantong yang
kecil sekali peluangnya untuk terjadi.
Untuk memperkuat pernyataan dalam hipotesis maka dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan data panjang total ikan hasil tangliapan.
hipotesis yang dilakukan adalah uji satu arah dengan menggunakan uji

Uji
7

(Walpole, 1990).
Hipotesis no1 (Ho) yang digunakan adalah panjang total ikan yang
tertangkap dalam kantong trammel net lebih kecil atau sama dengan tinggi
maksimum kantong, sedangkan hipotesis tandingannya (HI) adalah panjang total
ikan yang tertangkap dalam kantong tranznzel net lebih besar dari tinggi
maksimum kantong.

19

~ e n g u j i a n hipotesis dengan menggunakan uji z dirumuskan sebagai

xberikut : z = ~

'

7

01s

Dimana : Y

=

p,

=

o
n

=
=

nilai tengah contoh
nilai tengah populasi
standar deviasi
jumlah contoh

jika nilai Z1litung 6 zt3bzl maka terima Ho ; Z1litung >

Ztabcl

maka tolak Ho.

Sebelum uji z dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji Lilliefors untuk
mengetahui sebaran kenormalan data.

Apabila data tidak menyebar normal,

dilakukan transformasi penormalan data (Nasoetiorr dan Barizi, 1980).
Uji kenormalan Lilliefors :
4iitung

=

maksimum(1 F (zi) - S (zi)l

jika L,ll,l, 6 La

I F ( ~ 2 -) S (~2)l. . . I F (zn) - S (~,1)1)

maka terima Ho yang berarti data menyebar normal, sebaliknya

jika L.lllaks > La (n) maka tolak &.
di mana :

F (z)
S (z)

=
=

La(,I)

=

fungsi sebaran normal baku
hngsi sebaran empirik baku
nilai L dari tabel

2.4. Perigurnpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
(1) Percobaan penangkapan di laut Vishitlg experintent) dengan mengoperasikan

trantntel net dalam satu unit penangkapan. Dalam penelitian ini dilakukan
sebanyak 7 (tujuh) trip (hari) penangkapan.
(2) Melakukan pencatatan posisi kapal sewaktu dilakukan operasi penangkapan

dan lamanya waktu setting dan hauling serta pengukuran kecepatan arm.

20

(3) Ikan-ikan yang tertangkap dalam kantong dan terbelit dilakukan pengukuran

terhadap panjang total (total length), lingkar badan (girth) dan beratnya.
Ikan-ikan yang tertangkap diidentifikasi berdasarkan jenis dan spesiesnya.

*

3.1. Hasil Tangkapan

Posisi geografis daerah penangkapan selama percobaan berada pada
03' 55' 67" - 03' 59' 58" LS dan 1 14' 30' 92" - 1 14' 37' 7 9 BT, kedalarnan perairan
5

-

8 meter dan kekuatan arus O,11 - 0,125 mldetik. Selama 7 (tujuh) trip (hari)

penangkapan, diperoleh jenis hasil tangkapan seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian

1I Terubuk
,Nan~a,Indonesia,

,I-

%!ma daer&

I Klepes

~ulamah
Gulamah
Bece-bece
Bece-bece
Haruan laut
Gabus laut
Selungsungan
Tiga waja
Bidukang
Manyung
Sebelah
Lidah
Menangin
Senangin
Selangat
Sulangat
I Udang putih
[ Udang jerbung
Sumber : hasil pengamatan di lapangan.

.

,. ,

1

. .

.,.,,. ,,

,,

I Hilsn ioli

Nama.W a l l ,

,

.

,

Psertdoscienn nnloyetlsis
Leiogtlnthus equilius
Snzrridn ztndztsquanzis
Joht~izrsd~tssunzieri
Arius sp.
Cytloglossus bort1eensis
Ele~riher-ottemntetr~nclnclyl~m~
A11odot1ioston1nchnclrtldn
Pet~aeusnzerguietzsis

Total hasil tangkapan selama penelitian untuk yang terbelit adalah
6660 gram dan membentuk kantong 5890 gram, secara terperinci ditampilkan

dalam Tabel 2 berikut ini.

11

Tabel 2 . Jenis dan jumlah hasil tangkapan selama 7 (tujuh) trip

1 2. 1 Gulamah

I

Bece-bece
Gabus laut
Tiga waja
Manyung
Lidah
8.
Senangin
9.
Selangat
10.
Udang
jerbung
........................................................................
3.
4.
5.
6.
7.

410 1
25
3 50
950
2010
175
1475
95

1

9 .4, 3
<

25
190
865
1835
3 25
2465
285
80

50
540
1815
3845
500

3940
380
80

.-$890!{ .....................................................
jjzB$ji::&j&:,i i l . :,- :..yf 2 3 3
...................................................................................

...................
....................
....................
........................................
..
.:.::.::.:.:.:.:.:.:.:.:.,.:.:,:,:,~~Q~~~
.........................................................
...................
. . . . . . . . . . . . . . ..'!. ................ ............................................>..:.:;
.--

-530
--

::::

.

Sumber : hasil pengamatan di lapangan.
Untuk lebih jelasnya jenis dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh
dalam penelitian tersebut dapat dilihat Gambar 3 berikut ini.

Jenis lkan

Gambar 3. Grafik distribusi ikan berdasarkan berat total hasil tangkapan dan cara
tertangkapnya

Hasil Tangkapan yang diperoleh dilakukan pengukuran terhadap panjang
total, lingkar badan dan berat ikan. Selang nilai hasil pengukuran tertera dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Selang nilai panjang total, lingkar badan dan berat ikan yang
tertangkap selama penelitian

Sumber : hasil pengamatan di lapangan.
3.2. Panjang Busur Irisan Tengah Kantong

Dalam perhitungan panjang busur irisan tengah kantong maksimum,
factor-faktor yang diperhitungkan adalah jumlah mata jaring berdasarkan tinggi,
mesh size inner net dan outer net serta hanging ratio, sedangkan gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh jaring tidak digunakan dalam perhitungan berhubung
keterbatasan peralatan dan pengamatan.
Berdasarkan pendekatan teoritis maka dilakukan perhitungan terhadap
panjang busur irisan tengah kantong maksimum dengan menggunakan rumus (1) :
dimana :

s,,,,
Smax

hi-max:
h,

- hi-emx - ho
=
=
=

panjang maksimum kantong
panjang terentang (stretch) maksimum illller net
panjang tergantung outer net

Untuk menghitung nilai hi-,,, digunakan rumus (2) :

- ni x mi

hi-nmx

dimana :

hi-,,,,
ni
mi

=
=

=

panjang terentang (stretch) maksimum inner net
jumlah mata jaring menurut tinggi itltter net
nzesh size intler net

maka diperoleh nilai :
=

]ti-maX

=

w

52 x 4,8 cnt
249,6 cnz
250 cnz

Sedangkan nilai h, digunakan rumus (3) :

dimana :

h,
n,
m,

E,

=
=
=
=

panjang tergantung outer rzet
jumlah mata jaring menurut tinggi outer net
nzesh size ozrter net
hanging ratio sekunder outer net

maka diperoleh nilai :
=

12,

6 x 25 cnz x 0,83

124,5cnz
,- 125 cnz
=

Setelah nilai hi.ll1axdan h, diperoleh maka nilai :
=

Sm,

=

250 cnz - 125 cnz
125 cnt

3.3. Tinggi Kantong Tmnznzel Net

Dalam perhitungan tinggi kantong maksimum, factor-faktor yang menjadi
perhitungan adalah hanging ratio tergantung outer net dan panjang busur irisan
tengah kantong maksimum, sedangkan pengaruh dari gaya-gaya yang bekerja
pada tubuh jaring belum dapat diperhitungkan berhubung keterbatasan peralatan
dan pengamatan.
Perhitungan

terhadap

menggunakan rumus (4) :

tinggi

maksimum

kantong

yang

terbentuk

dimana :

- 0,s t21ln

t,,,a,

=

[a2

t,m~
a
c

=

tinggi maksimum kantong
sisi miring kantong
mesh size outer rlet tergantung

=
=

Untuk memperoleh nilai a digunakan rumus ( 5 ) :
dimana :

a

=

0,5s,,,,

a
= sisi miring kantong
s , =~ panjang
~ ~ ~busur irisan tengah kantong maksimum
maka nilai :
n

=

=

O15x125cn~
62,s cnt

Sedangkan nilai c digunakan rumus (6) :
dimana :

c

=

mo x Eo

c

=

m,

=
=

nzesh size outer net tergantung
mesh size stretch outel-net
hanging ratio sekunder outer riet

E,
maka diperoleh nilai c :
c

=

=

25 cnz x 0,83
20,75 cnz

Setelah nilai a dan c diperoleh, maka nilai :
LU

=

=
w

[(62,5)2 - (0,5 x 2 0 , 7 5]~' I 2~
61,63 cnz
62cm

Panjang total setiap jenis ikan yang tertangkap dan tinggi kantong yang
terbentuk tertera dalam Tabel 4.

Tabel 4. Panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong dan tinggi
kantong yang terbentuk

Data panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong dan tinggi kantong
yang terbentuk, hubungan antara keduanya akan dilihat dengan analisis korelcrsi
yaitu mengukur hubungan antara dua peubah tersebut melalui sebuah bilangan

koefrrien korelasi (Wal pole, 1 990).

yang disebut

Koefzsien korelasi linear

didefinisikan sebagai ukuran hubungan linear antara dua peubah acak yaitu
panjang total ikan yang tertangkap dan tinggi kantong yang terbentuk,
dilambangkan dengan r. Menurut hasil pengamatan dan pengukuran panjang total
ikan dan tinggi kantong yang terbentuk maka terdapat hubungan korelasi dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,67 dan korelasi yang terjadi adalah positif seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 4.

Untuk memperkuat pernyataan bahwa

besaran r yang dihasilkan disebut " nyata

"

(signrficnr7ce), maka dilakukan uji

terhadap besaran r yang disebut dengan a significance test for r, untuk itu
diperlukan bantuan kurva distribusi normal.

Hasil uji terhadap besaran r

menunjukkan besaran r nilainya lebih besar dari r - tabel yang berarti bahwa
korelasi tersebut adalah nyata pada taraf keper~ayaan95 %.

Grafik Hubungan Tinggi Kantong dengan Panjang Total lkan

0

!
1

I
6

11

16

21

26

31

Tinggi Kantong dan Panjang Total lkan

I+~inggi

Kantong -e-Panjang

Total lkan

I

Gambar. 4. Grafik hubungan tinggi kantong dengan panjang total ilian

36

-3.4. Uji Hipotesis

Pernyataan dalam hipotesis no1 (Ho) bahwa panjang total ikan yang
tertangkap dalam kantong trrmzn~el net lebih kecil atau sama dengan tinggi
kantong maksimum yaitu sebesar 62 cm. Pernyataan tersebut harus ditolak hanya
bila nilai tengah (p) lebih besar daripada 62 cm dan hams diterima bila p 2 62 cm.
Karena hipotesis no1 hams menyatakan satu nilai tunggal bagi parameternya,
maka berarti kita menguji Ho : p = 62 cm ; HI : p > 62 cm. Meskipun dituliskan
hipotesis nol-nya dengan tanda sama dengan, namun itu harus dipahami sebagai
mencakup semua nilai yang tidak dicakup oleh hipotesis alternatifnya. Akibatnya,
menerima Ho tidak boleh diimplikasikan bahwa p tepat sama dengan 62 cm,
namun hams diartikan bahwa kita tidak mempunyai bukti yang cukup untuk
mendukung HI. Karena ujinya bersifat satu arah, lambang "lebih besar daripadaLL
menunjukkan bahwa seluruh wilayah kritiknya terletak di ekor kanan sebaran
statistik 2 .
Pengujian hipotesis menggunakan uji z dengan satu arah.

Dari hasil

perhitungan diperoleh nilai z-hitung sebesar -28,24 dengan tingkat kepercayaan
95 %, bila dibandingkan dengan nilai z-tabel (a= 0,05) sebesar 1,645 maka zhitung lebih kecil dari z-tabel.

Keputusan yang diambil adalah menerima

hipotesis no1 (Ho) dan disimpulkan bahwa panjang total ikan yang tertangkap
dalam kantong tidak melebihi tinggi kantong maksimum.

4. PEMBAHASAN
Alat penerima Global Position System (GPS) digunakan dalam penelitian ini
dengan tujuan untuk menentukan posisi dan jarak tempuh ke tempat lokas~
pengoperasian tranznzel net. Dengan diketahuinya posisi bujur dan lintang tempat
pengoperasian tmnznzel net maka memudahkan bila dilihat pada peta lokasi
penelitian. Selama penelitian dilakukan di lapangan, jarak dari fishing base ke
lokasi pengoperasian trantntel net adalah 1-3 mil. Dalam penelitian ini, pengaruh
ataupun hubungan antara posisi lokasi penelitian dengan ikan hasil tangkapan
tidak dilakukan.

Arus laut yang mampu terukur hanyalah ants permukaan saja, sedangkan
arus pada dasar tidak dapat dilakukan berhubung keterba~asan alat da11
pengamatan di lapangan. Dalam teori, arus laut makin ke dalam makin kecil,
karena dalam penelitian ini tidak diukur maka bias diasumsikan arus laut pada
bagian dasar kecil sehingga tidak banyak pengaruhnya. Arah dan kecepatan arus
dipantau dalam penelitian ini hanyalah untuk membantu dalam penawuran jarring
agar dapat terentang sempurna sehingga diharapkan trammel net dapat bekerja
secara maksimal untuk menghadang ikan-ikan yang kebetulan lewat. Arus yang
terlalu kuat akan mempengaruhi pula terhadap ikan yang menabrak jarring, karena
terlalu

arus

kuat

kemungkinan ikan-ikan

akan berbalik

arah

sehingga

kemungkinan untuk tertangkap sangat kecil peluangnya.
Pengukuran kedalaman perairan laut dilakukan untuk memudahkan dalam
melakukan setting alat tangkap karena dikhawatirkan bila perairan tersebut kurang
dalam maka setting alat tangkap akan sulit dan kemungkinan keberadaan populasi
ikan juga sangat kecil.

. Berdasarkan data pengukuran ikan hasil tangkapan dalam kantong, panjang
total (total length) ikan bervariasi dari 11,5 cm

-

47,5 cm, apabila dihubungkan

dengan nilai tinggi maksimum (t,,,,,, kantong sebesar 62 cm maka pendekatan
teoritis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diterima karena panjang total
ikan yang tertangkap tidak melebihi nilai tinggi maksimum kantong . Sehubungan
dengan ha1 ini, tinggi maksimum kantong diasumsikan sama dengan panjang total
terbesar dari ikan yang tertangkap dalam kantong dan berarti pula asumsi yang
digunakan tidak menyimpang bila dibandingkan dengan hasil penelitian di
lapangan. Pernyataan ini diperkuat dari hasil uji statistik, dari hasil perhitungan
dengan menggunakan uji z satu arah diperoleh nilai z-hitung lebih kecil daripada
z-tabel pada tingkat kepercayaan 95 % dengan keputusan menerima Ho dan
disimpulkan bahwa panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong tidak
melebihi tinggi maksimum kantong sebesar 62 cm.
Dalam menentukan tinggi dan panjang busur irisan tengah kantong perlu
diperhatikan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan ini. Untuk
tinggi kantong dipengaruhi oleh panjang dan bentuk badan ikan yang tertangkap,
sedangkan panjang busur irisan tengah kantong dipengaruhi oleh jumlah mata
jaring, ntesh size, dan haizgii~gratio dari inner net dan outer net yang secara
umum termasuk komponen dari desain tran~ntelnet secara keseluruhan. Dengan
demikian desain tranznzel net sangat menentukan dalam hubungannya dengan
dimensi kantong yang kita inginkan.
Kantong yang terbentuk dibatasi oleh jumlah mata jaring menurut tinggi
outer net. Berdasarkan tran~melnet yang digunakan dalam penelitian ini, jumlah

mata jaring menurut tinggi (h) outer net adalah 6 mata yang berarti peluang

kantong yang terbentuk antara 1 sampai crengan 6 kantong.

Kantong yang

terbentuk sangat tergantung kepada panjang busur irisan tengah kantong
maksimum (tlllilx),jika panjang busur irisan tengah kantong maksimum maka
kantong yang terbentuk hanya 1 saja sedangkan 5 kantong yang lain tidak ada.
Sebaliknya, jika panjang busur irisan tengah kantong belum maksimum maka ada
peluang untuk terbentuk kantong yang lainnya.
Berdasarkan data hasil tangkapan ikan di lapangan, ikan yang tertangkap
dengan cara terbelit dan dalarn kantong jumlahnya hampir berimbang

Hal ini

tentunya mempengaruhi ukuran kantong yang terbentuk. Ikan hasil tangkapan
dalam penelitian ini tidak ada yang mencapai ukuran 62 cm sesuai dengan asumsi
bahwa panjang total terbesar ikan yang tertangkap sama dengan tinggi kantong
maksimum. Hal ini disebabkan sebagian besar ikan yang tertangkap dengan cara
terbelit sehingga kemungkinan tinggi kantong maksimum tidak akan terjadi
berakibat tidak tertangkapnya ikan berukuran maksimum dalam kantong.
Dari hasil analisis korelasi, nilai r adalah 0,67,

menunjukkan adanya

hubungan linear yang erat antara panjang total ikan yang tertangkap dengan tinggi
kantong yang terbentuk dan korelasinya adalah positif. Agar lebih yakin bahwa
besaran r yang dihasilkan disebut

"

nyata " (signzficance), maka diperlukan uji

terhadap besaran r tersebut. Uji terhadap r ini disebut a sigrtificance test for r

(Soekartawi, 1994).

Hasil uji terhadap r menunjukkan hasil yang nyata

(sigr~rJica?tce)yang dapa: diartikan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa r

=

0

adalah hams ditolak. Dengan kata lain, r # 0, atau hubungan tinggi kantong
dengan panjang total ikan yang dinyatakan dengan r
tingkat kepercayaan 95 %.

= 0,67

adalah nyata pada

Di dalam analisis korelasi, bila titik-titik menggerombol mengikuti
sebuah garis lurus dengan kemiringan positif, maka ada korelasi positif antara
kedua peubah, akan tetapi bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis
lurus dengan kemiringan negatif, maka antara kedua peubah itu terdapat korelasi
negatif. Korelasi antara kedua peubah semakin menurun secara numerik dengan
semakin memencarnya atau menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus.

Bila

titik-titiknya mengikuti suatu pola acak maka korelasinya no1 dan disimpulkan
tidak ada hubungan linear antara kedua peubah tersebut.
Apabila dilihat jumlah individu setiap jenis ikan yang tertangkap terdapat
jenis yang paling dominan yaitu ikan tiga waja dan senangin serta ikan gulamah ,
bila dilihat dari berat ikan maka ikan manyung merupakan hasil tangkapan yang
total beratnya paling besar kemudian diikuti ikan senangin dan tiga waja.
Berdasarkan data hasil tangkapan di atas, dalam setiap operasi penangkapan ikan
yang selalu tertangkap adalah ikan tigawaja, gulamah dan selangat.
Dari hasil percobaan dengan menggunakan trnnlntel net secara pasif,
ternyata hasil tangkapan per unit tidak maksimum seperti yang diharapkan.
Kenyataan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat sewaktu
penelitian ini dilaksanakan situasi dan kondisinya sudah tidak tepat lagi yang oleh
nelayan setempat disebut dengan

"

lepas k o n h ' di mana ikan atau udang juga

sudah berkurang populasinya bila dibandingkan pada pertengahan Maret hingga
pertengahan April 2001 di mana hasil tangkapan nelayan mencapai puncaknya.
Sebelum pelaksanaan operasi penangkapan, pemantauan terhadap arus setiap hari
hams dilakukan sehingga pelaksanaannya setiap hari waktunya tidak selalu sama.