Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP
SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
HARDIAN NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Hardian Nugraha
NIM H34124050
_________________________
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
i
ABSTRAK
HARDIAN NUGRAHA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada
Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau. Dibimbing oleh SITI JAHROH.
Sawo merupakan buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak ditanam
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kecamatan Kuantan Hilir Seberang,
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merupakan salah satu daerah
penghasil sawo dan menjadi pionir usaha pengolahan sirup sawo. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha pada Kelompok Wanita Tani
(KWT) Teratai Indah berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Selain
itu, penelitian ini juga menganalisis sensitivitas terhadap perubahan kondisi usaha
menggunakan analisis switching value. Hasil penelitian menunjukkan semua
kriteria pada aspek non finansial dinyatakan layak kecuali skala produksi. Aspek
finansial pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan sedangkan pada rencana
pengembangan layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa
kondisi penurunan jumlah produksi lebih sensitif dibanding kenaikan harga sawo
dan gula terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo.
Kata kunci: aspek finansial, aspek non finansial, nilai pengganti, sirup sawo
ABSTRACT
HARDIAN NUGRAHA. Feasibility Analysis of Business Sapodilla Syrup
Processing at Women Farmers Group Teratai Indah in Kuantan Singingi District,
Riau Province. Supervised by SITI JAHROH.
Sapodilla is tropical fruit that has been long known and widely grown in
almost all areas of Indonesia. Kuantan Hilir Seberang Sub-district, Kuantan
Singingi District, Riau Province is one of the producing regions of sapodilla and
becomes a pioneer in sapodilla syrup processing enterprises. The purpose of this
research is to analyze business feasibility in Women Farmers Group (KWT)
Teratai Indah based on financial and non financial aspects. Moreover, this
research also analyzes sensitiveness on business changes using switching value
analysis. The result showed that all the criteria on the non financial aspects was
feasible except the scale of production. Financial aspects of the actual condition
was not feasible, while the development plan was feasible. The sensitivity analysis
showed that the reduction in the number of production condition was more
sensitive than the price increase of sapodilla and sugar.
Keywords: financial aspect, non financial aspects, sapodilla syrup, switching
value
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP
SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
HARDIAN NUGRAHA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada
Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan
Singingi, Provinsi Riau
Nama
: Hardian Nugraha
NIM
: H34124050
Disetujui oleh
Siti Jahroh, PhD
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah studi
kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo
pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen
pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator atas koreksi pada proposal
penelitian penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna
Fariyanti, MSi dan Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku dosen penguji
utama dan dosen penguji komisi pendidikan pada ujian skripsi penulis. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ahmad Hilman Dzul Ilmi
selaku pembahas dalam seminar penulis, Syoffinal, SP selaku Kepala Bidang Bina
Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi
beserta staf, Bapak Ade Dahlan selaku Kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas
Tanaman Pangan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Ibu Laila selaku Penyuluh
Lapang, Ibu Herna Dewita selaku Ketua Kelompok Wanita Tani Teratai Indah,
dan Ibu Sutina selaku Ketua Gapoktan Harapan Kita, yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh staf kependidikan program Alih Jenis Agribisnis, Ayahanda Irbandri,
Ibunda Rini Widhiastuti, Kakanda Andika Rahayu Susanti serta teman-teman Alih
Jenis Agribisnis angkatan 3 (tiga) atas kerja sama, motivasi, doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Hardian Nugraha
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Buah
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek Keuangan
Analisis Nilai Pengganti ( Switching Value Analysis)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian
Analisis Kelayakan Non Finansial (Kondisi Aktual)
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek Sosial dan Lingkungan
Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Kondisi
Aktual)
Aspek Finansial (Kondisi Aktual)
Analisis Kelayakan Non Finansial (Rencana Pengembangan)
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek Sosial dan Lingkungan
x
x
xi
1
1
4
6
6
6
6
9
10
10
10
11
13
13
16
16
16
17
17
17
19
20
20
21
21
23
23
23
24
24
31
34
35
36
36
38
42
42
43
45
45
45
x
Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Rencana
Pengembangan)
Analisis Finansial (Rencana Pengembangan)
Incremental Net Benefit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
45
46
51
51
51
52
52
55
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku
Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013
Rincian jenis dan sumber data
Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan
Pedoman observasi aspek teknis dan teknologi
Karakteristik konsumen dalam pembelian sirup per bulan
Hasil perhitungan Importance and Performance Analysis
Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) sirup sawo
Rangkuman penilaian kelayakan usaha pengolahan sawo MINCIKU
Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo
Rincian nilai sisa barang investasi
Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun
Rincian biaya operasional
Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sirup sawo
Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo
Rincian nilai sisa barang investasi (rencana pengembangan)
Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun
Rincian biaya operasional (rencana pengembangan)
Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sawo
Nilai switching value usaha pengolahan sawo
Incremental Net Benefit usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah
1
2
16
18
20
25
26
29
36
39
39
40
41
42
47
47
48
49
50
50
51
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Hubungan antara NPV dan IRR
Kerangka pemikiran operasional
Diagram cartesius Importance and Performance Analysis
Diagram cartesius IPA atribut produk sirup sawo
Diagram alir proses produksi sirup sawo MINCIKU
Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Teratai Indah
Rancangan layout dapur produksi KWT Teratai Indah
13
15
18
27
33
34
44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Produksi sawo menurut provinsi seluruh Indonesia 2009-2013
55
Jumlah produksi dan jumlah tanaman sawo di Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau 2008-2013
56
Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah pada skala minimum 86 kg per bulan
57
Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (kondisi aktual)
59
Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (kondisi aktual)
60
Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (rencana pengembangan)
62
Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (rencana pengembangan)
63
Laporan arus kas pada kondisi switching value kenaikan harga sawo dan
gula (38.34%)
65
Laporan arus kas pada kondisi switching value penurunan jumlah produksi
(31.23%)
67
Incremental net benefit usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani
Teratai Indah
69
Dokumentasi produk sirup sawo MINCIKU
70
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian
sebagai bahan baku, mengolah maupun penyedia alat dan jasa dalam proses
kegiatan tersebut sehingga menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai
tambah dan berdaya saing tinggi. Proses kegiatan yang dilakukan dalam
agroindustri mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik
maupun kimiawi terhadap bahan nabati maupun hewani, pengemasan,
penyimpanan serta pendistribusian. Produk hasil agroindustri tidak harus berupa
produk jadi dan siap pakai, termasuk juga produk setengah jadi yang
dimanfaatkan oleh sektor industri lain sebagai bahan baku. Agroindustri
merupakan bagian kompleks dari industri pertanian mulai dari produksi bahan
pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya
oleh konsumen.
Industri pengolahan khususnya industri makanan dan minuman saat ini
berkembang pesat. Kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk
tembakau) secara kumulatif pada periode Januari-September 2014 terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa migas sebesar 36.85% dengan angka
pertumbuhan tertinggi pada cabang industri tanpa migas mencapai 8.80%1. Jika
melihat dari angka Produk Domestik Broto (PDB) dalam kurun waktu 2012 2014, industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan (Tabel 1).
Peningkatan ini berdampak positif terhadap pendapatan nasional terutama dari
kontibusi penerimaan devisa melalui ekspor mencapai 1.64 miliar dolar AS,
peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar
7.95%, dan peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA)sebesar
71.34% dibanding tahun 20131.
Tabel 1 Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha (Miliar Rupiah), 2012-2014
Lapangan Usaha
INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri M i g a s
Pengilangan Minyak Bumi
Gas Alam Cair
b. Industri tanpa Migas
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
Kertas dan Barang cetakan
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
Semen & Brg. Galian bukan logam
Logam Dasar Besi & Baja
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
Barang lainnya
2012
1 972 523.6
254 556.7
130 273.6
124 283.1
1 717 966.9
623 194.6
156 634.1
85 495.4
67 109.5
216 863.8
57 996.3
33 212.7
465 889.1
11 571.4
2013*
2 152 802.8
267 003.5
144 769.7
122 233.8
1 885 799.3
674 269.4
172 422.5
94 651.1
72 781.3
230 236.1
63 973.8
35 746.1
529 828.8
11 890.2
2014**
2 394 004.9
290 286.4
161 457.8
128 828.6
2 103 718.5
776 857.7
186 355.1
106 839.6
80 600.9
242 599.1
67 933.8
38 615.3
590 282.0
13 635.0
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014.
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
1
http://poskotanews.com/2015/01/27/industri-makanan-dan-minuman-berkembang-pesat/
[diakses tanggal 25 Februari 2015]
2
Industri pengolahan yang merupakan bagian dari agroindustri adalah
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu produk hasil industri yang
permintaannya terus meningkat terutama pada perayaan hari-hari besar seperti
puasa dan hari raya adalah sirup 2 . Sirup adalah cairan yang dihasilkan dari
pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan
cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa
udara (Sediadi dan Esti 2000). Saat ini banyak berkembang industri pembuatan
sirup baik skala besar seperti sirup merek ABC, Marjan, Kurnia, maupun skala
rumah tangga seperti sirup markisa, sirup buah pala, dan sirup jeruk nipis peras.
Pembuatan sirup dapat menggunakan buah asli maupun dengan essen rasa buah
tertentu.
Salah satu jenis buah yang dapat dikembangkan menjadi sirup adalah sawo.
Sawo merupakan tanaman buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak
ditanam hampir di seluruh Indonesia. Secara nasional, total produksi buah sawo
masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan produksi buah-buahan lain (Tabel
2). Hal ini disebabkan belum adanya pengusahaan tanaman sawo secara
komersial, sehingga masih mengandalkan hasil panen sawo yang di tanam di
pekarangan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbeda dengan daerah
asalnya Guatemala (Amerika Tengah) dan beberapa negara lain seperti India,
Srilangka, Filipina, dan Venezuela yang sudah membudidayakan buah sawo
secara komersial3. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik dalam
kurun waktu 2009-2013, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Lampung, dan Provinsi
Sumatera Barat merupakan daerah yang tercatat menghasilkan sawo dalam jumlah
yang cukup banyak dengan total produksi masing-maisng 93 293 ton, 67 649 ton
dan 56 514 ton.
Tabel 2 Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013
Jumlah Produksi (ton)
Tahun
Sawo
Jambu Biji
Jeruk
Nenas
2009
127 876
220 202
2 131 768
1 558 196
2010
122 813
204 551
2 028 904
1 406 445
2011
118 138
211 836
1 818 949
1 540 626
2012
135 335
208 151
1 611 784
1 781 889
2013
127 690
170 810
1 411 229
1 837 159
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014.
Buah sawo matang biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar. Rasa buah
sawo yang manis membuat buah ini banyak penggemarnya. Rasa manis ini
disebabkan kandungan gula dalam daging buah sawo mencapai kadar 16-20
persen. Selain gula, daging buah sawo juga terkandung lemak; protein; vitamin A,
B, dan C; besi, kalsium, fosfor dan mineral lainnya. Salah satu mineral lainnya
2
Amelita. 2014. Memanfaatkan Peluang Perubahan Perilaku Musiman Konsumen
http://www.frontier.co.id/memanfaatkan-peluang-perubahan-perilaku-musiman-konsumen.html
[diakses tanggal 25 Februari 2015]
3
Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung
[diakses tanggal 9 Maret 2014]
3
yang baik adalah kalium, yaitu 193 mg/100 g serta memiliki kadar natrium yang
rendah, yaitu 12 mg/100 g. Perbandingan kandungan kalium dan natrium yang
mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah.
Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya.
Kandungan mineral lainnya per 100 gram buah sawo adalah: kalsium (21 mg),
magnesium (12 mg), fosfor (12 mg), selenium (0.6 mg), seng (0.1 mg), dan
tembaga (0.09 mg). Sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 14.7 mg/100 g.
Konsumsi 100 gram sawo dapat memenuhi 24.5 persen kebutuhan tubuh akan
vitamin C setiap hari4.
Tanaman sawo tidak hanya bermanfaat dari sisi buah yang dihasilkan.
Manfaat lain tanaman sawo yakni sebagai tanaman penghijauan di lahan-lahan
kering dan kritis, tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga, tanaman
penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet, dan tanaman penghasil
kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah tangga (Prihatman
2000). Ditinjau dari manfaat yang diperoleh dari tanaman sawo ini, baik manfaat
dari hasil buahnya ataupun manfaat lain dari tanaman sawo dapat disimpulkan
bahwa tanaman sawo memiliki nilai ekonomi yang patut diperhitungkan. Salah
satu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil buah sawo adalah
pengolahan sawo menjadi produk turunan seperti sirup, selai, minuman segar dan
lain-lain. Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai
tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya
bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Pemanfaatan produk pertanian
sebagai bahan baku produk olahan pada industri makanan dan minuman baik
skala besar maupun rumah tangga akan mempunyai efek ganda yang luas, seperti
peningkatan pendapatan masyarakat serta perluasan lapangan pekerjaan yang
berdampak pada pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya dan peningkatan pajak
bagi pemerintah5.
Satu-satunya daerah di Indonesia yang menjadi pionir dalam kegiatan
pengolahan sawo adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau6. Menurut
data Badan Pusat Statistik 2014, Provinsi Riau menempati peringkat ke-13 dalam
angka produksi sawo (Lampiran 1). Meskipun berada pada peringkat ke-13,
Provinsi Riau khususnya Kabupaten Kuantan Singingi adalah satu satunya daerah
yang mengembangkan agribisnis sawo khususnya pengolahan sawo 7 . Tanaman
sawo merupakan jenis buah yang banyak ditanam oleh masyarakat di Kabupaten
Kuantan Singingi. Data dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan
Singingi, pada tahun 2013 tercatat ada 16 006 batang tanaman sawo yang tersebar
di seluruh wilayah kabupaten dengan total produksi buah mencapai 1 147 ton
(Lampiran 2). Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang
menjadi dua kecamatan sentra produksi sawo. Selama ini masyarakat Kuantan
Hilir dan Kuantan Hilir Seberang menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah
4
Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung
[diakses tanggal 9 Maret 2014]
5
Presentasi Dirjen Industri Agro pada rapat kerja Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah
Daerah di Jakarta, 22-23 Mei 2013
6
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan
Kabupaten Kuantan Singingi di Taluk Kuantan, Februari 2014
7
http://riaupos.co/5632-daerah-distangan-kuansing-kembangkan-agribisnis
sawo.html#.U1SfrYaQa4o [diakses tanggal 21 April 2014]
4
segar ke sejumlah pasar tradisional dan kepada pedagang yang membeli langsung
ke rumah-rumah warga. Untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
pendapatan masyarakat khususnya yang menanam sawo, Dinas Tanaman Pangan
(Distangan) Kabupaten Kuantan Singingi berupaya membantu untuk
mengembangkan usaha dengan melakukan pelatihan pemasaran dan promosi
produk pangan yang dilaksanakan oleh Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas
Tanaman Pangan pada bulan Juni 2013 di Teluk Kuantan. Kegiatan pelatihan
difokuskan pada pengolahan sawo yang menghasilkan beberapa produk turunan
diantaranya sirup sawo, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo, brownies sawo
dan cake sawo.
Tindak lanjut hasil pelatihan tersebut, pada bulan April tahun 2014
dibentuk empat kelompok wanita tani yang tergabung dalam kelompok usaha
bersama (KUB) pengolahan sawo. Keempat kelompok tersebut beranggotakan ibu
rumah tangga dari dua kecamatan sentra produksi sawo. Kelompok yang dibentuk
merupakan kelompok usaha binaan Dinas Tanaman Pangan yang didampingi satu
orang supervisor yang telah dilatih untuk mengawasi mutu produk yang
dihasilkan. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah daerah memberikan bantuan
peralatan pengolahan kepada masing masing kelompok. Dengan melakukan
pengolahan sawo maka harga jual dapat meningkat, waktu simpan menjadi lama
dan jangkauan pemasaran menjadi lebih luas. Sebagai suatu usaha baru, kegiatan
pengolahan sawo perlu dilakukan kajian kelayakannya untuk menilai apakah
usaha layak untuk dijalankan atau justru mendatangkan kerugian bagi berbagai
pihak.
Perumusan Masalah
Kelompok wanita tani (KWT) Teratai indah adalah satu dari empat
kelompok yang dibentuk dan dibina oleh Pemerintah Daerah Kuantan Singingi
untuk melakukan kegiatan usaha pengolahan sawo. KWT Teratai Indah berlokasi
di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang yang merupakan daerah penghasil buah
sawo. Pengolahan sawo yang dilakukan KWT Teratai Indah menghasilkan produk
olahan berupa sirup sawo, minuman segar, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo,
brownies sawo dan cake sawo. Dari seluruh produk yang mampu diproduksi,
sirup sawo yang menjadi produk unggulan dan direncanakan akan menjadi icon
produk oleh-oleh dari Kabupaten Kuantan Singingi.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha
pengolahan sirup sawo ini, bantuan berupa peralatan pengolahan diberikan kepada
setiap kelompok wanita tani seperti blender/juicer, kompor gas, timbangan digital,
dan peralatan lainnya. Selain peralatan, bantuan lain yang diberikan seperti
penyediaan kemasan sirup, label produk, dan pengurusan izin produk untuk
mendapatkan sertifikasi pangan (P-IRT) dan pengujian laboratorium untuk
kandungan gizi sirup sawo.
Produk sirup sawo saat ini belum dijual secara luas. Pemasaran masih
sebatas pesanan pada beberapa instansi pemerintah yang akan mengadakan
kegiatan. Selain kapasitas produksi sirup sawo saat ini yang baru mencapai 35 kg
per bulan untuk menghasilkan 200 botol, pengujian kadaluarsa produk juga belum
dilakukan, sehingga pihak KWT belum berani untuk memasarkan sirup sawo
tersebut.
5
Produk sirup sawo tergolong produk baru dan belum ada di pasaran.
Sebagai produk baru, pihak KWT perlu mengetahui potensi pasar dari produk
yang dihasilkan. KWT Teratai Indah perlu mengetahui perkiraan jumlah
permintaan dan kemampuan penawaran produk serta kecenderungan
perkembangannya dimasa yang akan datang, sehingga pihak KWT bisa
memperkirakan penjualan yang diinginkan. Kesalahan dalam mengukur potensi
pasar bisa menyebabkan kegagalan usaha yang dijalankan. Banyaknya produk
sirup sejenis seperti sirup ABC, Marjan, Markisa, dan sebagainya, tentu
memerlukan strategi pemasaran yang tepat agar produk yang dihasilkan KWT
Teratai Indah dapat memberikan nilai lebih tinggi dibanding produk pesaing.
Potensi sumber daya berupa bahan baku buah sawo yang cukup besar
hingga 1 000 ton per tahun tentunya akan menjadi peluang jika usaha pengolahan
sirup sawo dikelola dalam skala usaha yang besar. Dalam kegiatan produksi
diperlukan mesin-mesin pengolahan yang mampu mengolah dalam skala yang
besar seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Untuk
mendukung kegiatan produksi juga diperlukan ruang produksi yang memadai,
tenaga kerja dan manajeman sumber daya yang baik serta perencanaan keuangan
yang menguntungkan bagi jalannya usaha. Selain kegiatan produksi, mengukur
potensi pasar dan menentukan strategi pemasaran yang tepat juga diperlukan. Jika
salah dalam mengukur potensi pasar dan salah dalam menerapkan strategi
pemasaran, bisa jadi produk sirup yang diproduksi tidak akan laku terjual.
Sawo tergolong tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Di Kecamatan
Kuantan Hilir Seberang kegiatan panen dilakukan setiap pekan untuk dijual ke
pasar. Belum adanya pengusahaan budidaya sawo secara komersial berpengaruh
terhadap ketersediaannya di pasaran. Usaha pengolahan sirup sawo KWT Teratai
Indah masih mengandalkan sawo yang dihasilkan anggota kelompok dan beberapa
masyarakat sekitar, sehingga sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi.
Pasokan sawo yang tidak kontinu berdampak pada jumlah produksi olahan sawo
yang tidak stabil. Selain jumlah pasokan bahan baku, jika harga sawo dan gula
yang menjadi bahan utama berubah, juga akan berpengaruh terhadap kegiatan
pengolahan. Kenaikan harga sawo dan gula akan menyebabkan peningkatan biaya
produksi yang akan menekan keuntungan semakin kecil pada harga produk yang
tetap.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual layak
diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya
manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta
aspek finansial (keuangan)?
2. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada rencana pengembangan layak
diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya
manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta
aspek finansial (keuangan)?
3. Bagaimana pengaruh perubahan harga sawo dan gula dan penurunan
jumlah produksi terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo ?
6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual
dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia,
aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek
finansial (keuangan).
2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada rencana
pengembangan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber
daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan
serta aspek finansial (keuangan).
3. Menganalisis sensitivitas usaha pengolahan sirup sawo terhadap
perubahan kondisi seperti kenaikan harga sawo dan gula dan penurunan
jumlah produksi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait, antara lain :
1. Bagi pelaku bisnis, penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan untuk melanjutkan bisnis atau tidak.
2. Bagi pemerintah, penelitian itu dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan dalam upaya pembinaan masyarakat untuk mengembangkan
pengolahan sawo di Kabupaten Kuantan Singingi.
3. Bagi investor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada usaha pengolahan
sawo atau tidak.
4. Bagi kreditor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan apakah akan memberikan kredit pada usaha pengolahan sawo
yang diusulkan atau tidak.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan perlu
dilakukan karena investasi yang ditanamkan bernilai besar dengan jangka waktu
pengembalian yang lama (Tinaprilla dan Ariesa 2011). Penilaian dalam kelayakan
bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu aspek non finansial
dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2009). Namun beberapa penelitian hanya
fokus pada aspek finansial saja. Hal ini biasanya dilakukan pada usaha-usaha yang
telah berjalan dan ada rencana untuk melakukan pengembangan usaha melalui
pemberian bantuan modal dari lembaga keuangan seperti pada penelitian Ikhsan
dan Abdussamad (2008) yang meneliti tentang kelayakan pengembangan
pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan Lesmana
(2009) yang meneliti tentang analisis finansial jeruk keprok di Kabupaten Kutai
Timur. Menurut Lesmana (2009), keberhasilan pengembangan suatu
7
komoditas/usaha akan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kelayakan teknis,
kelayakan ekonomis, dan kelayakan secara politis.
Aspek Non Finansial
Menurut Ibrahim (2009), Jumingan (2009), dan Suliyanto (2010), aspek
kelayakan bisnis dari aspek non finansial yang perlu dinilai antara lain aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek
lingkungan. Dari ke empat aspek tersebut para peneliti dapat menggunakan
seluruh aspek, tetapi dapat juga menggunakan beberapa aspek sesuai dengan
kebutuhan penelitian bahkan menambahkan aspek lainnya seperti aspek sosial,
ekonomi, dan budaya. Penelitian yang dilakukan Rustiana (2008) dan Septiani
(2009) menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial
dan aspek lingkungan sebagai alat analisis aspek non finansial. Penelitian
Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) juga menggunakan aspek yang sama,
hanya saja ada penambahan aspek hukum dalam analisis kelayakan non finansial.
1. Aspek pasar dan pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran menganalisis potensi pasar, intensitas
persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi
pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan
(Suliyanto 2010). Penelitian Rustiana (2008) dan Septiani (2009) menganalisis
aspek pasar dengan melihat peluang pasar dan strategi pemasaran produk olahan
jambu biji dan mangga. Peluang pasar dilihat dari adanya permintaan produk
olahan jambu biji (Rustiana 2008) dan mangga (Septiani 2009) dalam bentuk
puree dan sari buah oleh industri olahan, restoran, rumah sakit dan tempat wisata.
Strategi pemasaran menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari empat
komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion
(promosi).
Bauran pemasaran pada penelitian Rustiana (2008) meliputi produk puree
yang dikemas dalam botol plastik kapasitas 300 gram dan sari buah jambu biji
yang dikemas dalam gelas plastik/cup ukuran 200 ml. Harga jual puree Rp8 000
per botol dan harga jual sari buah Rp1 000 per cup. Distribusi produk dilakukan
dengan penjualan langsung kepada konsumen baik perseorangan ataupun pesanan
dari instansi pemerintah dan swasta yang langsung datang ke kantor Prima Tani
Gapoktan KUAT. Promosi dilakukan dengan menetapkan produk minuman hasil
olahan Gapoktan KUAT sebagai welcome drink Kabupaten Banjarnegara. Bauran
pemasaran pada penelitian Septiani (2009) meliputi produk puree mangga jenis
harum manis dengan harga jual Rp14 000 per liter. Penjualan dilakukan langsung
kepada konsumen perseoranagn maupun industri tanpa peran distributor ataupun
pengecer. Promosi dilakukan dengan memberikan sample gratis serta mengikuti
pameran-pameran.
2. Aspek teknis dan teknologi
Aspek teknis menganalisis berbagai alternatif yang berkaitan pemilihan
lokasi bisnis, kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas
infrastruktur, dan faktor-faktor produksi lainnya (Jumingan dan Nurmalina et al.
2009). Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) menganalisis aspek teknis
mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, spesifikasi bahan baku
dan peralatan, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Aspek teknis dapat dikatakan
layak jika lokasi usaha sudah mampu mendukung kelancaran usaha, kapasitas
8
produksi melebihi luas produksi minimal, proses produksi sesuai standar,
penggunaan teknologi yang tepat dan adanya penataan layout pabrik yang
memperlancar alur produksi (Indyastuti 2010).
3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia
Aspek manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan
implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,
sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar 2005).
Indyastuti (2010) melakukan penilaian terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam pengolahan usaha gula semut di PD Saung Aren. Fungsi-fungsi
manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan atau pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan mencakup
bagaimana melaksanakan pengolahan gula semut yang efisien dan efektif,
ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan pemasaran
yang efektif. Fungsi pengorganisasian melalui jabatan dalam struktur organisasi
yang memiliki job description masing-masing. Fungsi pelaksanaan kegiatan mulai
dari pembelian bahan baku, pengolahan gula cetak menjadi gula semut yang
berkualitas, kemudian pemasaran serta promosi agar gula semut PD Saung Aren
dikenal oleh masyarakat luas serta fungsi pengendalian dan pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris dan pimpinan terhadap kinerja karyawan. Dalam
pengkajian aspek manajemen, struktur organisasi, tugas dan wewenang serta
kebutuhan tenaga kerja menjadi penilaian kelayakan seperti yang dilakukan pada
penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009) dan Napitupulu (2009).
4. Aspek hukum dan perizinan
Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi
ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis
(Suliyanto 2010). Suatu bisnis dikatakan layak secara hukum apabila sudah
memiliki badan hukum yang jelas dan perizinan usaha seperti penelitian
Indyastuti (2010) pada usaha pengolahan gula semut, dimana badan usaha adalah
Perusahaan Dagang (PD) dan sudah memiliki izin pendirian usaha diantaranya
Akta Pendirian, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan izin Depkes.
5. Aspek sosial dan lingkungan
Aspek sosial dan lingkungan menilai seberapa besar suatu bisnis
memberikan dampak terhadap masyarakat maupun alam. Septiani (2009)
menyatakan, adanya kegiatan bisnis pengolahan jambu yang dilakukan oleh
Gapoktan KUAT dapat meningkatkan pendapatan petani dan ikut membuka
lapangan pekerjaan. Sebelum adanya kegiatan pengolahan harga jual jambu
kualitas kedua atau grade B paling tinggi Rp800 per kg, namun setelah adanya
kegiatan pengolahan harga jual mencapai Rp2 000 per kg. Adanya kegiatan
pengolahan jambu juga melibatkan pemuda sebanyak 4-6 orang. Pernyataan
tersebut tidak berbeda dengan dampak sosial pada usaha pembuatan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu merah pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul di
Kota Depok (Napitupulu 2009). Adanya kegiatan usaha tersebut memberikan
dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Belimbing
manis dan jambu merah grade C dibeli oleh perusahann dengan harga yang lebih
tinggi dari harga pasar. Selain itu adanya usaha ini juga membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
9
Selain dampak sosial, adanya kegiatan bisnis juga memberikan dampak
terhadap lingkungan terutama jika ada limbah pada kegiatan usaha. Pada usaha
pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT dan pengolahan belimbing manis CV.
WPIU, limbah yang dihasilkan tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Pencucian peralatan tidak menggunakan sabun serta penggunaan bahan-bahan
alami sehingga tidak membahayakan lingkungan.
Aspek Finansial
Selain aspek non finansial, aspek finansial juga menjadi penilaian dalam
analisis kelayakan usaha. Aspek finansial membutuhkan beberapa data seperti
biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha (Farmayanti dan
Dewi 2010). Data yang diperolah kemudian diolah dan dinilai kelayakannya
menggunakan kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period
(PP) seperti yang dilakukan pada penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009),
Napitupulu (2009), dan Indyastuti (2010).
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Bisnis-bisnis pada umumnya dan bisnis-bisnis di bidang pertanian pada
khususnya selalu menghadapi risiko usaha, baik itu risiko produksi, risiko harga,
dan risiko kelembagaan (Fariyanti dan Sumantri 2010). Penelitian yang dilakukan
Rustiana (2008), Septiani (2009), dan Napitupulu (2009) menggunakan analisis
switching value atau analisis nilai pengganti untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat
ditolerir sehingga usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Menurut Napitupulu
(2009) variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu, kenaikan harga
gula pasir dan botol jus, dan penurunan penjualan jus dan sirup belimbing.
Rustiana (2008) menilai bahwa variabel penurunan harga puree dan kenaikan
harga mangga Harumanis grade C yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha.
Septiani (2009) menilai bahwa variabel kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual dan volume produksi puree dan sari buah jambu biji yang
berpengaruh terhadap kelayakan usaha.
Pengolahan Buah
Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai
tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya
bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Dengan potensi buah yang cukup
besar, masih banyak produk buah yang tidak terserap oleh pasar dikarenakan
bentuk fisik buah yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen seperti cacat dan
ukuran yang kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2009) pada usaha
pengolahan jambu biji di Desa Kalinguwu, Jawa Tengah menunjukkan dari 60
persen rata-rata produksi jambu biji grade B tidak seluruh hasil panen dapat laku
terjual karena ukurannya yang lebih kecil dari grade A. Penelitian Napitupulu
(2009) dan Rustiana (2008) pada usaha pengolahan belimbing dan jambu biji
merah di Kota Depok dan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon
menunjukkan hal yang sama. Buah belimbing grade C dengan bobot kurang dari
150 gr, jambu biji merah grade C dengan bobot kurang dari 250 gr, dan mangga
Harumanis grade C dengan bobot kurang dari 300 gr serta buah cacat kurang
10
diminati oleh konsumen. Dari seluruh hasil panen buah belimbing dan jambu biji
merah, yang termasuk grade C mencapai 20 persen dan mangga Harumanis yang
termasuk grade C mencapai 25.5 persen.
Dalam kondisi tersebut buah yang termasuk dalam grade C tersedia secara
berlebihan sehingga diperlukan alternatif untuk memanfaatkannya. Salah satu
alternatif tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan. Perlakuan
pengolahan buah-buahan dapat dilakukan dengan berbagai proses, diantaranya
adalah pengeringan, perebusan, penggulaan, penggaraman, penggorengan,
fermentasi, pengalengan dan lain sebagainya (Dalapati dan Khairani 2007).
Penelitian Napitupulu (2009) dan Septiani (2009) sama-sama mengolah jambu biji
merah menjadi produk minuman berupa sari buah, sirup, dan puree. Puree adalah
bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang
sudah diolah menjadi bubur buah yang dapat digunakan sebagai bahan baku
minuman sari buah, es krim, selai, dodol, serta sebagai campuran yoghurt dan
permen. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari memeras buah, baik disaring
maupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk
minuman segar yang langsung dapat diminum. Menurut Sediadi dan Esti (2000)
dikenal dua macam sari buah, yaitu :
1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh
dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula
pasir.
2. Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging
buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan
biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan
lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan
dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat akan memulai
usahanya. Studi kelayakan bisnis merupakan penelahan atau analisis tentang
apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al. 2009). Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan
investasi merupakan suatu kegiatan yang mengubah sumber-sumber finansial
menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan
atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum bisnis
merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan
memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan
kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.
Dalam penelitian studi kelayakan bisnis, tidak hanya menganalisis layak
atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat bisnis tersebut dioperasionalkan
secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu
yang tidak ditentukan (Umar 2009). Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk
dilaksanakan jika bisnis tersebut mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi
semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan
(Suliyanto 2010).
11
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam menilai kelayakan suatu bisnis perlu dilakukan penilaian dari
berbagai aspek. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis
terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non
finansial (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) aspek kelayakan non
finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajeman dan sumber daya manusia, dan aspek hukum. Analisis aspek-aspek
dalam studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan antara aspek yang satu dengan
aspek yang lain, sehingga diperlukan kecermatan agar tidak terjadi kesalahan yang
akan berpengaruh terhadap hasil analisis kelayakan secara keseluruhan (Suliyanto
2010).
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting
sebelum memulai. Pada tahap ini besar permintaan produk serta kecendrungan
permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang diperkirakan dengan
cermat (Nurmalina et al. 2009). Aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan
diproduksi, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen serta menganalisis
banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing. Sedangkan analisis aspek
pemasaran menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat
sampai ke konsumen dengan lebih efisien dibandingkan pesaing (Suliyanto 2010).
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan
proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) hal
yang perlu dianalisis pada aspek teknis dan teknologi adalah (1) pemilihan lokasi
pabrik, karena lokasi pabrik yang strategis merupakan salah satu sumber
keunggulan bersaing, (2) penentuan skala produksi yang optimal, karena skala
produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan, namum sebaliknya
skala produksi yang terlalu kecil akan kehilangan peluang untuk mendapatkan
keuntungan, (3) pemilihan mesin dan peralatan, karena mesin dan peralatan yang
digunakan sangat berpengaruh pada keberhasilan proses produksi, (4) penentuan
layout pabrik dan bangunan, karena layout yang baik akan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas proses produksi, dan (5) pemilihan teknologi, karena teknologi
yang tepat memampukan perusahaan menghasilkan produk dengan kualitas yang
baik dalam waktu yang cepat dan biaya yang lebih murah.
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2009).
Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa yang menjadi
pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan
siapa yang melakukan studi kelayakan bisnis pada masing-masing aspek.
Sedangkan manajemen dalam masa operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana
bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi,
bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga
inti.
12
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda,
tergantung kompleksitas bisnis yang dijalankan (Suliyanto 2010). Aspek hukum
mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, mempelajari
jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang
berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin (Nurmalina et al. 2009). Aspek
hukum suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan
memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain.
Aspek Sosial dan Lingkungan
Dalam aspek sosial dipelajari seberapa besar suatu bisnis memberikan
dampak terhadap lingkungan sosial seperti penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis
terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti lalu lintas yang semakin lancar,
adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya. Sedangkan aspek
lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan ekologi
disekitar lokasi usaha, apakah adanya bisnis menciptakan lingkuangan semakian
baiak ataua semakin buruk seperti polusi udara, tanah, air, maupun suara
(Nurmalima et al. 2009).
Aspek Finansial (Keuangan)
Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan berapa jumlah
dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan
bisnis. Dana untuk membangun bisnis disebut dana modal tetap yang
dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, gedung,
mesin, peralatan dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan dana untuk memutar roda
operasi bisnis disebut dana modal kerja (Nurmalina et al. 2009). Menurut
Suliyanto (2010) dalam aspek keuangan juga dilakukan analisis terhadap sumber
dana untuk menjalankan bisnis, menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi,
kebutuhan modal kerja, memproyeksikan arus kas (cash flow), rugi laba, neraca,
dan menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan berdasarkan
beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period
(PP). Untuk menentukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan
metode yang umum dipakai yaitu metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh
manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF)
(Nurmalina et al. 2009). Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan
preferensi waktu atas uang (time preference of money). Sejumlah uang sekarang
lebih disukai daripada sejumlah uang yang sama pada tahun (sekian waktu)
mendatang.
Dalam kriteria investasi, terdapat hubungan antara NPV dan IRR. IRR
merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0.
Jika discount rate (DR) berada di bawah nilai IRR yang diperoleh maka nilai
NPV yang diperoleh masih bernilai positif yang artinya usaha yang dijalankan
masih dinyatakan layak. Sebaliknya jika discount rate (DR) berada di atas nilai
IRR yang diperoleh maka nilai NPV yang diperoleh bernilai negatif yang artinya
usaha yang dijalankan mengalami kerugian dan dinyatakan tidak layak. Kurva
hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 1.
13
NPV
NPV awal
IRR
NPV 1
i = Discount Rate (%)
0
NPV 2
OCC
i1
i2
Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR
Sumber: Nurmalina et al. 2009
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas
adalah nilai pengganti (switching value). Analisis switching value merupakan
perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu
komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan
komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang
masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan
ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama
dengan nol (NPV=0). Bila perubahan nilai pengganti (switching value)
menghasilkan nilai NPV tidak sama dengan nol maka bisnis tersebut tidak layak.
Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan analisis switching
value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui, misal
penurunan harga output 20%. Sedangkan pada analisis switching value justru
perubahan tersebut dicari, misal berapa perubahan maksimum dari penurunan
harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara cobacoba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam
komponen inflow atau outflow, misalnya kenaikan biaya produksi, penurunan
volume produksi, dan penurunan harga output.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang
merupakan sentra komoditi sawo di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau. Selama ini masyarakat Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang
menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah segar ke pasar tradisional dan
kepada pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Hasil produksi
yang cukup banyak serta harga jual sawo yang rendah mendorong pemerintah
14
daerah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berupaya
untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat,
khususnya petani yang menanam sawo, dengan melakukan pelatihan pengolahan
dan pemasaran produk pangan. K
SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
HARDIAN NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Hardian Nugraha
NIM H34124050
_________________________
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
i
ABSTRAK
HARDIAN NUGRAHA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada
Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau. Dibimbing oleh SITI JAHROH.
Sawo merupakan buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak ditanam
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kecamatan Kuantan Hilir Seberang,
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merupakan salah satu daerah
penghasil sawo dan menjadi pionir usaha pengolahan sirup sawo. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha pada Kelompok Wanita Tani
(KWT) Teratai Indah berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Selain
itu, penelitian ini juga menganalisis sensitivitas terhadap perubahan kondisi usaha
menggunakan analisis switching value. Hasil penelitian menunjukkan semua
kriteria pada aspek non finansial dinyatakan layak kecuali skala produksi. Aspek
finansial pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan sedangkan pada rencana
pengembangan layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa
kondisi penurunan jumlah produksi lebih sensitif dibanding kenaikan harga sawo
dan gula terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo.
Kata kunci: aspek finansial, aspek non finansial, nilai pengganti, sirup sawo
ABSTRACT
HARDIAN NUGRAHA. Feasibility Analysis of Business Sapodilla Syrup
Processing at Women Farmers Group Teratai Indah in Kuantan Singingi District,
Riau Province. Supervised by SITI JAHROH.
Sapodilla is tropical fruit that has been long known and widely grown in
almost all areas of Indonesia. Kuantan Hilir Seberang Sub-district, Kuantan
Singingi District, Riau Province is one of the producing regions of sapodilla and
becomes a pioneer in sapodilla syrup processing enterprises. The purpose of this
research is to analyze business feasibility in Women Farmers Group (KWT)
Teratai Indah based on financial and non financial aspects. Moreover, this
research also analyzes sensitiveness on business changes using switching value
analysis. The result showed that all the criteria on the non financial aspects was
feasible except the scale of production. Financial aspects of the actual condition
was not feasible, while the development plan was feasible. The sensitivity analysis
showed that the reduction in the number of production condition was more
sensitive than the price increase of sapodilla and sugar.
Keywords: financial aspect, non financial aspects, sapodilla syrup, switching
value
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP
SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
HARDIAN NUGRAHA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada
Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan
Singingi, Provinsi Riau
Nama
: Hardian Nugraha
NIM
: H34124050
Disetujui oleh
Siti Jahroh, PhD
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah studi
kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo
pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen
pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator atas koreksi pada proposal
penelitian penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna
Fariyanti, MSi dan Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku dosen penguji
utama dan dosen penguji komisi pendidikan pada ujian skripsi penulis. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ahmad Hilman Dzul Ilmi
selaku pembahas dalam seminar penulis, Syoffinal, SP selaku Kepala Bidang Bina
Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi
beserta staf, Bapak Ade Dahlan selaku Kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas
Tanaman Pangan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Ibu Laila selaku Penyuluh
Lapang, Ibu Herna Dewita selaku Ketua Kelompok Wanita Tani Teratai Indah,
dan Ibu Sutina selaku Ketua Gapoktan Harapan Kita, yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh staf kependidikan program Alih Jenis Agribisnis, Ayahanda Irbandri,
Ibunda Rini Widhiastuti, Kakanda Andika Rahayu Susanti serta teman-teman Alih
Jenis Agribisnis angkatan 3 (tiga) atas kerja sama, motivasi, doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Hardian Nugraha
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Buah
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek Keuangan
Analisis Nilai Pengganti ( Switching Value Analysis)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian
Analisis Kelayakan Non Finansial (Kondisi Aktual)
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek Sosial dan Lingkungan
Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Kondisi
Aktual)
Aspek Finansial (Kondisi Aktual)
Analisis Kelayakan Non Finansial (Rencana Pengembangan)
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek Sosial dan Lingkungan
x
x
xi
1
1
4
6
6
6
6
9
10
10
10
11
13
13
16
16
16
17
17
17
19
20
20
21
21
23
23
23
24
24
31
34
35
36
36
38
42
42
43
45
45
45
x
Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Rencana
Pengembangan)
Analisis Finansial (Rencana Pengembangan)
Incremental Net Benefit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
45
46
51
51
51
52
52
55
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku
Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013
Rincian jenis dan sumber data
Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan
Pedoman observasi aspek teknis dan teknologi
Karakteristik konsumen dalam pembelian sirup per bulan
Hasil perhitungan Importance and Performance Analysis
Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) sirup sawo
Rangkuman penilaian kelayakan usaha pengolahan sawo MINCIKU
Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo
Rincian nilai sisa barang investasi
Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun
Rincian biaya operasional
Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sirup sawo
Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo
Rincian nilai sisa barang investasi (rencana pengembangan)
Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun
Rincian biaya operasional (rencana pengembangan)
Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sawo
Nilai switching value usaha pengolahan sawo
Incremental Net Benefit usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah
1
2
16
18
20
25
26
29
36
39
39
40
41
42
47
47
48
49
50
50
51
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Hubungan antara NPV dan IRR
Kerangka pemikiran operasional
Diagram cartesius Importance and Performance Analysis
Diagram cartesius IPA atribut produk sirup sawo
Diagram alir proses produksi sirup sawo MINCIKU
Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Teratai Indah
Rancangan layout dapur produksi KWT Teratai Indah
13
15
18
27
33
34
44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Produksi sawo menurut provinsi seluruh Indonesia 2009-2013
55
Jumlah produksi dan jumlah tanaman sawo di Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau 2008-2013
56
Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah pada skala minimum 86 kg per bulan
57
Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (kondisi aktual)
59
Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (kondisi aktual)
60
Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (rencana pengembangan)
62
Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai
Indah (rencana pengembangan)
63
Laporan arus kas pada kondisi switching value kenaikan harga sawo dan
gula (38.34%)
65
Laporan arus kas pada kondisi switching value penurunan jumlah produksi
(31.23%)
67
Incremental net benefit usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani
Teratai Indah
69
Dokumentasi produk sirup sawo MINCIKU
70
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian
sebagai bahan baku, mengolah maupun penyedia alat dan jasa dalam proses
kegiatan tersebut sehingga menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai
tambah dan berdaya saing tinggi. Proses kegiatan yang dilakukan dalam
agroindustri mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik
maupun kimiawi terhadap bahan nabati maupun hewani, pengemasan,
penyimpanan serta pendistribusian. Produk hasil agroindustri tidak harus berupa
produk jadi dan siap pakai, termasuk juga produk setengah jadi yang
dimanfaatkan oleh sektor industri lain sebagai bahan baku. Agroindustri
merupakan bagian kompleks dari industri pertanian mulai dari produksi bahan
pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya
oleh konsumen.
Industri pengolahan khususnya industri makanan dan minuman saat ini
berkembang pesat. Kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk
tembakau) secara kumulatif pada periode Januari-September 2014 terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa migas sebesar 36.85% dengan angka
pertumbuhan tertinggi pada cabang industri tanpa migas mencapai 8.80%1. Jika
melihat dari angka Produk Domestik Broto (PDB) dalam kurun waktu 2012 2014, industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan (Tabel 1).
Peningkatan ini berdampak positif terhadap pendapatan nasional terutama dari
kontibusi penerimaan devisa melalui ekspor mencapai 1.64 miliar dolar AS,
peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar
7.95%, dan peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA)sebesar
71.34% dibanding tahun 20131.
Tabel 1 Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha (Miliar Rupiah), 2012-2014
Lapangan Usaha
INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri M i g a s
Pengilangan Minyak Bumi
Gas Alam Cair
b. Industri tanpa Migas
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
Kertas dan Barang cetakan
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
Semen & Brg. Galian bukan logam
Logam Dasar Besi & Baja
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
Barang lainnya
2012
1 972 523.6
254 556.7
130 273.6
124 283.1
1 717 966.9
623 194.6
156 634.1
85 495.4
67 109.5
216 863.8
57 996.3
33 212.7
465 889.1
11 571.4
2013*
2 152 802.8
267 003.5
144 769.7
122 233.8
1 885 799.3
674 269.4
172 422.5
94 651.1
72 781.3
230 236.1
63 973.8
35 746.1
529 828.8
11 890.2
2014**
2 394 004.9
290 286.4
161 457.8
128 828.6
2 103 718.5
776 857.7
186 355.1
106 839.6
80 600.9
242 599.1
67 933.8
38 615.3
590 282.0
13 635.0
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014.
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
1
http://poskotanews.com/2015/01/27/industri-makanan-dan-minuman-berkembang-pesat/
[diakses tanggal 25 Februari 2015]
2
Industri pengolahan yang merupakan bagian dari agroindustri adalah
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu produk hasil industri yang
permintaannya terus meningkat terutama pada perayaan hari-hari besar seperti
puasa dan hari raya adalah sirup 2 . Sirup adalah cairan yang dihasilkan dari
pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan
cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa
udara (Sediadi dan Esti 2000). Saat ini banyak berkembang industri pembuatan
sirup baik skala besar seperti sirup merek ABC, Marjan, Kurnia, maupun skala
rumah tangga seperti sirup markisa, sirup buah pala, dan sirup jeruk nipis peras.
Pembuatan sirup dapat menggunakan buah asli maupun dengan essen rasa buah
tertentu.
Salah satu jenis buah yang dapat dikembangkan menjadi sirup adalah sawo.
Sawo merupakan tanaman buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak
ditanam hampir di seluruh Indonesia. Secara nasional, total produksi buah sawo
masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan produksi buah-buahan lain (Tabel
2). Hal ini disebabkan belum adanya pengusahaan tanaman sawo secara
komersial, sehingga masih mengandalkan hasil panen sawo yang di tanam di
pekarangan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbeda dengan daerah
asalnya Guatemala (Amerika Tengah) dan beberapa negara lain seperti India,
Srilangka, Filipina, dan Venezuela yang sudah membudidayakan buah sawo
secara komersial3. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik dalam
kurun waktu 2009-2013, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Lampung, dan Provinsi
Sumatera Barat merupakan daerah yang tercatat menghasilkan sawo dalam jumlah
yang cukup banyak dengan total produksi masing-maisng 93 293 ton, 67 649 ton
dan 56 514 ton.
Tabel 2 Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013
Jumlah Produksi (ton)
Tahun
Sawo
Jambu Biji
Jeruk
Nenas
2009
127 876
220 202
2 131 768
1 558 196
2010
122 813
204 551
2 028 904
1 406 445
2011
118 138
211 836
1 818 949
1 540 626
2012
135 335
208 151
1 611 784
1 781 889
2013
127 690
170 810
1 411 229
1 837 159
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014.
Buah sawo matang biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar. Rasa buah
sawo yang manis membuat buah ini banyak penggemarnya. Rasa manis ini
disebabkan kandungan gula dalam daging buah sawo mencapai kadar 16-20
persen. Selain gula, daging buah sawo juga terkandung lemak; protein; vitamin A,
B, dan C; besi, kalsium, fosfor dan mineral lainnya. Salah satu mineral lainnya
2
Amelita. 2014. Memanfaatkan Peluang Perubahan Perilaku Musiman Konsumen
http://www.frontier.co.id/memanfaatkan-peluang-perubahan-perilaku-musiman-konsumen.html
[diakses tanggal 25 Februari 2015]
3
Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung
[diakses tanggal 9 Maret 2014]
3
yang baik adalah kalium, yaitu 193 mg/100 g serta memiliki kadar natrium yang
rendah, yaitu 12 mg/100 g. Perbandingan kandungan kalium dan natrium yang
mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah.
Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya.
Kandungan mineral lainnya per 100 gram buah sawo adalah: kalsium (21 mg),
magnesium (12 mg), fosfor (12 mg), selenium (0.6 mg), seng (0.1 mg), dan
tembaga (0.09 mg). Sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 14.7 mg/100 g.
Konsumsi 100 gram sawo dapat memenuhi 24.5 persen kebutuhan tubuh akan
vitamin C setiap hari4.
Tanaman sawo tidak hanya bermanfaat dari sisi buah yang dihasilkan.
Manfaat lain tanaman sawo yakni sebagai tanaman penghijauan di lahan-lahan
kering dan kritis, tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga, tanaman
penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet, dan tanaman penghasil
kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah tangga (Prihatman
2000). Ditinjau dari manfaat yang diperoleh dari tanaman sawo ini, baik manfaat
dari hasil buahnya ataupun manfaat lain dari tanaman sawo dapat disimpulkan
bahwa tanaman sawo memiliki nilai ekonomi yang patut diperhitungkan. Salah
satu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil buah sawo adalah
pengolahan sawo menjadi produk turunan seperti sirup, selai, minuman segar dan
lain-lain. Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai
tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya
bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Pemanfaatan produk pertanian
sebagai bahan baku produk olahan pada industri makanan dan minuman baik
skala besar maupun rumah tangga akan mempunyai efek ganda yang luas, seperti
peningkatan pendapatan masyarakat serta perluasan lapangan pekerjaan yang
berdampak pada pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya dan peningkatan pajak
bagi pemerintah5.
Satu-satunya daerah di Indonesia yang menjadi pionir dalam kegiatan
pengolahan sawo adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau6. Menurut
data Badan Pusat Statistik 2014, Provinsi Riau menempati peringkat ke-13 dalam
angka produksi sawo (Lampiran 1). Meskipun berada pada peringkat ke-13,
Provinsi Riau khususnya Kabupaten Kuantan Singingi adalah satu satunya daerah
yang mengembangkan agribisnis sawo khususnya pengolahan sawo 7 . Tanaman
sawo merupakan jenis buah yang banyak ditanam oleh masyarakat di Kabupaten
Kuantan Singingi. Data dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan
Singingi, pada tahun 2013 tercatat ada 16 006 batang tanaman sawo yang tersebar
di seluruh wilayah kabupaten dengan total produksi buah mencapai 1 147 ton
(Lampiran 2). Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang
menjadi dua kecamatan sentra produksi sawo. Selama ini masyarakat Kuantan
Hilir dan Kuantan Hilir Seberang menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah
4
Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung
[diakses tanggal 9 Maret 2014]
5
Presentasi Dirjen Industri Agro pada rapat kerja Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah
Daerah di Jakarta, 22-23 Mei 2013
6
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan
Kabupaten Kuantan Singingi di Taluk Kuantan, Februari 2014
7
http://riaupos.co/5632-daerah-distangan-kuansing-kembangkan-agribisnis
sawo.html#.U1SfrYaQa4o [diakses tanggal 21 April 2014]
4
segar ke sejumlah pasar tradisional dan kepada pedagang yang membeli langsung
ke rumah-rumah warga. Untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
pendapatan masyarakat khususnya yang menanam sawo, Dinas Tanaman Pangan
(Distangan) Kabupaten Kuantan Singingi berupaya membantu untuk
mengembangkan usaha dengan melakukan pelatihan pemasaran dan promosi
produk pangan yang dilaksanakan oleh Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas
Tanaman Pangan pada bulan Juni 2013 di Teluk Kuantan. Kegiatan pelatihan
difokuskan pada pengolahan sawo yang menghasilkan beberapa produk turunan
diantaranya sirup sawo, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo, brownies sawo
dan cake sawo.
Tindak lanjut hasil pelatihan tersebut, pada bulan April tahun 2014
dibentuk empat kelompok wanita tani yang tergabung dalam kelompok usaha
bersama (KUB) pengolahan sawo. Keempat kelompok tersebut beranggotakan ibu
rumah tangga dari dua kecamatan sentra produksi sawo. Kelompok yang dibentuk
merupakan kelompok usaha binaan Dinas Tanaman Pangan yang didampingi satu
orang supervisor yang telah dilatih untuk mengawasi mutu produk yang
dihasilkan. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah daerah memberikan bantuan
peralatan pengolahan kepada masing masing kelompok. Dengan melakukan
pengolahan sawo maka harga jual dapat meningkat, waktu simpan menjadi lama
dan jangkauan pemasaran menjadi lebih luas. Sebagai suatu usaha baru, kegiatan
pengolahan sawo perlu dilakukan kajian kelayakannya untuk menilai apakah
usaha layak untuk dijalankan atau justru mendatangkan kerugian bagi berbagai
pihak.
Perumusan Masalah
Kelompok wanita tani (KWT) Teratai indah adalah satu dari empat
kelompok yang dibentuk dan dibina oleh Pemerintah Daerah Kuantan Singingi
untuk melakukan kegiatan usaha pengolahan sawo. KWT Teratai Indah berlokasi
di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang yang merupakan daerah penghasil buah
sawo. Pengolahan sawo yang dilakukan KWT Teratai Indah menghasilkan produk
olahan berupa sirup sawo, minuman segar, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo,
brownies sawo dan cake sawo. Dari seluruh produk yang mampu diproduksi,
sirup sawo yang menjadi produk unggulan dan direncanakan akan menjadi icon
produk oleh-oleh dari Kabupaten Kuantan Singingi.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha
pengolahan sirup sawo ini, bantuan berupa peralatan pengolahan diberikan kepada
setiap kelompok wanita tani seperti blender/juicer, kompor gas, timbangan digital,
dan peralatan lainnya. Selain peralatan, bantuan lain yang diberikan seperti
penyediaan kemasan sirup, label produk, dan pengurusan izin produk untuk
mendapatkan sertifikasi pangan (P-IRT) dan pengujian laboratorium untuk
kandungan gizi sirup sawo.
Produk sirup sawo saat ini belum dijual secara luas. Pemasaran masih
sebatas pesanan pada beberapa instansi pemerintah yang akan mengadakan
kegiatan. Selain kapasitas produksi sirup sawo saat ini yang baru mencapai 35 kg
per bulan untuk menghasilkan 200 botol, pengujian kadaluarsa produk juga belum
dilakukan, sehingga pihak KWT belum berani untuk memasarkan sirup sawo
tersebut.
5
Produk sirup sawo tergolong produk baru dan belum ada di pasaran.
Sebagai produk baru, pihak KWT perlu mengetahui potensi pasar dari produk
yang dihasilkan. KWT Teratai Indah perlu mengetahui perkiraan jumlah
permintaan dan kemampuan penawaran produk serta kecenderungan
perkembangannya dimasa yang akan datang, sehingga pihak KWT bisa
memperkirakan penjualan yang diinginkan. Kesalahan dalam mengukur potensi
pasar bisa menyebabkan kegagalan usaha yang dijalankan. Banyaknya produk
sirup sejenis seperti sirup ABC, Marjan, Markisa, dan sebagainya, tentu
memerlukan strategi pemasaran yang tepat agar produk yang dihasilkan KWT
Teratai Indah dapat memberikan nilai lebih tinggi dibanding produk pesaing.
Potensi sumber daya berupa bahan baku buah sawo yang cukup besar
hingga 1 000 ton per tahun tentunya akan menjadi peluang jika usaha pengolahan
sirup sawo dikelola dalam skala usaha yang besar. Dalam kegiatan produksi
diperlukan mesin-mesin pengolahan yang mampu mengolah dalam skala yang
besar seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Untuk
mendukung kegiatan produksi juga diperlukan ruang produksi yang memadai,
tenaga kerja dan manajeman sumber daya yang baik serta perencanaan keuangan
yang menguntungkan bagi jalannya usaha. Selain kegiatan produksi, mengukur
potensi pasar dan menentukan strategi pemasaran yang tepat juga diperlukan. Jika
salah dalam mengukur potensi pasar dan salah dalam menerapkan strategi
pemasaran, bisa jadi produk sirup yang diproduksi tidak akan laku terjual.
Sawo tergolong tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Di Kecamatan
Kuantan Hilir Seberang kegiatan panen dilakukan setiap pekan untuk dijual ke
pasar. Belum adanya pengusahaan budidaya sawo secara komersial berpengaruh
terhadap ketersediaannya di pasaran. Usaha pengolahan sirup sawo KWT Teratai
Indah masih mengandalkan sawo yang dihasilkan anggota kelompok dan beberapa
masyarakat sekitar, sehingga sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi.
Pasokan sawo yang tidak kontinu berdampak pada jumlah produksi olahan sawo
yang tidak stabil. Selain jumlah pasokan bahan baku, jika harga sawo dan gula
yang menjadi bahan utama berubah, juga akan berpengaruh terhadap kegiatan
pengolahan. Kenaikan harga sawo dan gula akan menyebabkan peningkatan biaya
produksi yang akan menekan keuntungan semakin kecil pada harga produk yang
tetap.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual layak
diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya
manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta
aspek finansial (keuangan)?
2. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada rencana pengembangan layak
diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya
manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta
aspek finansial (keuangan)?
3. Bagaimana pengaruh perubahan harga sawo dan gula dan penurunan
jumlah produksi terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo ?
6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual
dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia,
aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek
finansial (keuangan).
2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada rencana
pengembangan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber
daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan
serta aspek finansial (keuangan).
3. Menganalisis sensitivitas usaha pengolahan sirup sawo terhadap
perubahan kondisi seperti kenaikan harga sawo dan gula dan penurunan
jumlah produksi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait, antara lain :
1. Bagi pelaku bisnis, penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan untuk melanjutkan bisnis atau tidak.
2. Bagi pemerintah, penelitian itu dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan dalam upaya pembinaan masyarakat untuk mengembangkan
pengolahan sawo di Kabupaten Kuantan Singingi.
3. Bagi investor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada usaha pengolahan
sawo atau tidak.
4. Bagi kreditor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan apakah akan memberikan kredit pada usaha pengolahan sawo
yang diusulkan atau tidak.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan perlu
dilakukan karena investasi yang ditanamkan bernilai besar dengan jangka waktu
pengembalian yang lama (Tinaprilla dan Ariesa 2011). Penilaian dalam kelayakan
bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu aspek non finansial
dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2009). Namun beberapa penelitian hanya
fokus pada aspek finansial saja. Hal ini biasanya dilakukan pada usaha-usaha yang
telah berjalan dan ada rencana untuk melakukan pengembangan usaha melalui
pemberian bantuan modal dari lembaga keuangan seperti pada penelitian Ikhsan
dan Abdussamad (2008) yang meneliti tentang kelayakan pengembangan
pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan Lesmana
(2009) yang meneliti tentang analisis finansial jeruk keprok di Kabupaten Kutai
Timur. Menurut Lesmana (2009), keberhasilan pengembangan suatu
7
komoditas/usaha akan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kelayakan teknis,
kelayakan ekonomis, dan kelayakan secara politis.
Aspek Non Finansial
Menurut Ibrahim (2009), Jumingan (2009), dan Suliyanto (2010), aspek
kelayakan bisnis dari aspek non finansial yang perlu dinilai antara lain aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek
lingkungan. Dari ke empat aspek tersebut para peneliti dapat menggunakan
seluruh aspek, tetapi dapat juga menggunakan beberapa aspek sesuai dengan
kebutuhan penelitian bahkan menambahkan aspek lainnya seperti aspek sosial,
ekonomi, dan budaya. Penelitian yang dilakukan Rustiana (2008) dan Septiani
(2009) menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial
dan aspek lingkungan sebagai alat analisis aspek non finansial. Penelitian
Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) juga menggunakan aspek yang sama,
hanya saja ada penambahan aspek hukum dalam analisis kelayakan non finansial.
1. Aspek pasar dan pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran menganalisis potensi pasar, intensitas
persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi
pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan
(Suliyanto 2010). Penelitian Rustiana (2008) dan Septiani (2009) menganalisis
aspek pasar dengan melihat peluang pasar dan strategi pemasaran produk olahan
jambu biji dan mangga. Peluang pasar dilihat dari adanya permintaan produk
olahan jambu biji (Rustiana 2008) dan mangga (Septiani 2009) dalam bentuk
puree dan sari buah oleh industri olahan, restoran, rumah sakit dan tempat wisata.
Strategi pemasaran menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari empat
komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion
(promosi).
Bauran pemasaran pada penelitian Rustiana (2008) meliputi produk puree
yang dikemas dalam botol plastik kapasitas 300 gram dan sari buah jambu biji
yang dikemas dalam gelas plastik/cup ukuran 200 ml. Harga jual puree Rp8 000
per botol dan harga jual sari buah Rp1 000 per cup. Distribusi produk dilakukan
dengan penjualan langsung kepada konsumen baik perseorangan ataupun pesanan
dari instansi pemerintah dan swasta yang langsung datang ke kantor Prima Tani
Gapoktan KUAT. Promosi dilakukan dengan menetapkan produk minuman hasil
olahan Gapoktan KUAT sebagai welcome drink Kabupaten Banjarnegara. Bauran
pemasaran pada penelitian Septiani (2009) meliputi produk puree mangga jenis
harum manis dengan harga jual Rp14 000 per liter. Penjualan dilakukan langsung
kepada konsumen perseoranagn maupun industri tanpa peran distributor ataupun
pengecer. Promosi dilakukan dengan memberikan sample gratis serta mengikuti
pameran-pameran.
2. Aspek teknis dan teknologi
Aspek teknis menganalisis berbagai alternatif yang berkaitan pemilihan
lokasi bisnis, kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas
infrastruktur, dan faktor-faktor produksi lainnya (Jumingan dan Nurmalina et al.
2009). Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) menganalisis aspek teknis
mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, spesifikasi bahan baku
dan peralatan, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Aspek teknis dapat dikatakan
layak jika lokasi usaha sudah mampu mendukung kelancaran usaha, kapasitas
8
produksi melebihi luas produksi minimal, proses produksi sesuai standar,
penggunaan teknologi yang tepat dan adanya penataan layout pabrik yang
memperlancar alur produksi (Indyastuti 2010).
3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia
Aspek manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan
implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,
sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar 2005).
Indyastuti (2010) melakukan penilaian terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam pengolahan usaha gula semut di PD Saung Aren. Fungsi-fungsi
manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan atau pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan mencakup
bagaimana melaksanakan pengolahan gula semut yang efisien dan efektif,
ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan pemasaran
yang efektif. Fungsi pengorganisasian melalui jabatan dalam struktur organisasi
yang memiliki job description masing-masing. Fungsi pelaksanaan kegiatan mulai
dari pembelian bahan baku, pengolahan gula cetak menjadi gula semut yang
berkualitas, kemudian pemasaran serta promosi agar gula semut PD Saung Aren
dikenal oleh masyarakat luas serta fungsi pengendalian dan pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris dan pimpinan terhadap kinerja karyawan. Dalam
pengkajian aspek manajemen, struktur organisasi, tugas dan wewenang serta
kebutuhan tenaga kerja menjadi penilaian kelayakan seperti yang dilakukan pada
penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009) dan Napitupulu (2009).
4. Aspek hukum dan perizinan
Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi
ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis
(Suliyanto 2010). Suatu bisnis dikatakan layak secara hukum apabila sudah
memiliki badan hukum yang jelas dan perizinan usaha seperti penelitian
Indyastuti (2010) pada usaha pengolahan gula semut, dimana badan usaha adalah
Perusahaan Dagang (PD) dan sudah memiliki izin pendirian usaha diantaranya
Akta Pendirian, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan izin Depkes.
5. Aspek sosial dan lingkungan
Aspek sosial dan lingkungan menilai seberapa besar suatu bisnis
memberikan dampak terhadap masyarakat maupun alam. Septiani (2009)
menyatakan, adanya kegiatan bisnis pengolahan jambu yang dilakukan oleh
Gapoktan KUAT dapat meningkatkan pendapatan petani dan ikut membuka
lapangan pekerjaan. Sebelum adanya kegiatan pengolahan harga jual jambu
kualitas kedua atau grade B paling tinggi Rp800 per kg, namun setelah adanya
kegiatan pengolahan harga jual mencapai Rp2 000 per kg. Adanya kegiatan
pengolahan jambu juga melibatkan pemuda sebanyak 4-6 orang. Pernyataan
tersebut tidak berbeda dengan dampak sosial pada usaha pembuatan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu merah pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul di
Kota Depok (Napitupulu 2009). Adanya kegiatan usaha tersebut memberikan
dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Belimbing
manis dan jambu merah grade C dibeli oleh perusahann dengan harga yang lebih
tinggi dari harga pasar. Selain itu adanya usaha ini juga membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
9
Selain dampak sosial, adanya kegiatan bisnis juga memberikan dampak
terhadap lingkungan terutama jika ada limbah pada kegiatan usaha. Pada usaha
pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT dan pengolahan belimbing manis CV.
WPIU, limbah yang dihasilkan tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Pencucian peralatan tidak menggunakan sabun serta penggunaan bahan-bahan
alami sehingga tidak membahayakan lingkungan.
Aspek Finansial
Selain aspek non finansial, aspek finansial juga menjadi penilaian dalam
analisis kelayakan usaha. Aspek finansial membutuhkan beberapa data seperti
biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha (Farmayanti dan
Dewi 2010). Data yang diperolah kemudian diolah dan dinilai kelayakannya
menggunakan kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period
(PP) seperti yang dilakukan pada penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009),
Napitupulu (2009), dan Indyastuti (2010).
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Bisnis-bisnis pada umumnya dan bisnis-bisnis di bidang pertanian pada
khususnya selalu menghadapi risiko usaha, baik itu risiko produksi, risiko harga,
dan risiko kelembagaan (Fariyanti dan Sumantri 2010). Penelitian yang dilakukan
Rustiana (2008), Septiani (2009), dan Napitupulu (2009) menggunakan analisis
switching value atau analisis nilai pengganti untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat
ditolerir sehingga usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Menurut Napitupulu
(2009) variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu, kenaikan harga
gula pasir dan botol jus, dan penurunan penjualan jus dan sirup belimbing.
Rustiana (2008) menilai bahwa variabel penurunan harga puree dan kenaikan
harga mangga Harumanis grade C yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha.
Septiani (2009) menilai bahwa variabel kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual dan volume produksi puree dan sari buah jambu biji yang
berpengaruh terhadap kelayakan usaha.
Pengolahan Buah
Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai
tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya
bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Dengan potensi buah yang cukup
besar, masih banyak produk buah yang tidak terserap oleh pasar dikarenakan
bentuk fisik buah yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen seperti cacat dan
ukuran yang kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2009) pada usaha
pengolahan jambu biji di Desa Kalinguwu, Jawa Tengah menunjukkan dari 60
persen rata-rata produksi jambu biji grade B tidak seluruh hasil panen dapat laku
terjual karena ukurannya yang lebih kecil dari grade A. Penelitian Napitupulu
(2009) dan Rustiana (2008) pada usaha pengolahan belimbing dan jambu biji
merah di Kota Depok dan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon
menunjukkan hal yang sama. Buah belimbing grade C dengan bobot kurang dari
150 gr, jambu biji merah grade C dengan bobot kurang dari 250 gr, dan mangga
Harumanis grade C dengan bobot kurang dari 300 gr serta buah cacat kurang
10
diminati oleh konsumen. Dari seluruh hasil panen buah belimbing dan jambu biji
merah, yang termasuk grade C mencapai 20 persen dan mangga Harumanis yang
termasuk grade C mencapai 25.5 persen.
Dalam kondisi tersebut buah yang termasuk dalam grade C tersedia secara
berlebihan sehingga diperlukan alternatif untuk memanfaatkannya. Salah satu
alternatif tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan. Perlakuan
pengolahan buah-buahan dapat dilakukan dengan berbagai proses, diantaranya
adalah pengeringan, perebusan, penggulaan, penggaraman, penggorengan,
fermentasi, pengalengan dan lain sebagainya (Dalapati dan Khairani 2007).
Penelitian Napitupulu (2009) dan Septiani (2009) sama-sama mengolah jambu biji
merah menjadi produk minuman berupa sari buah, sirup, dan puree. Puree adalah
bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang
sudah diolah menjadi bubur buah yang dapat digunakan sebagai bahan baku
minuman sari buah, es krim, selai, dodol, serta sebagai campuran yoghurt dan
permen. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari memeras buah, baik disaring
maupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk
minuman segar yang langsung dapat diminum. Menurut Sediadi dan Esti (2000)
dikenal dua macam sari buah, yaitu :
1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh
dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula
pasir.
2. Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging
buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan
biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan
lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan
dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat akan memulai
usahanya. Studi kelayakan bisnis merupakan penelahan atau analisis tentang
apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al. 2009). Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan
investasi merupakan suatu kegiatan yang mengubah sumber-sumber finansial
menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan
atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum bisnis
merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan
memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan
kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.
Dalam penelitian studi kelayakan bisnis, tidak hanya menganalisis layak
atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat bisnis tersebut dioperasionalkan
secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu
yang tidak ditentukan (Umar 2009). Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk
dilaksanakan jika bisnis tersebut mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi
semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan
(Suliyanto 2010).
11
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam menilai kelayakan suatu bisnis perlu dilakukan penilaian dari
berbagai aspek. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis
terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non
finansial (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) aspek kelayakan non
finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajeman dan sumber daya manusia, dan aspek hukum. Analisis aspek-aspek
dalam studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan antara aspek yang satu dengan
aspek yang lain, sehingga diperlukan kecermatan agar tidak terjadi kesalahan yang
akan berpengaruh terhadap hasil analisis kelayakan secara keseluruhan (Suliyanto
2010).
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting
sebelum memulai. Pada tahap ini besar permintaan produk serta kecendrungan
permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang diperkirakan dengan
cermat (Nurmalina et al. 2009). Aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan
diproduksi, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen serta menganalisis
banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing. Sedangkan analisis aspek
pemasaran menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat
sampai ke konsumen dengan lebih efisien dibandingkan pesaing (Suliyanto 2010).
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan
proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) hal
yang perlu dianalisis pada aspek teknis dan teknologi adalah (1) pemilihan lokasi
pabrik, karena lokasi pabrik yang strategis merupakan salah satu sumber
keunggulan bersaing, (2) penentuan skala produksi yang optimal, karena skala
produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan, namum sebaliknya
skala produksi yang terlalu kecil akan kehilangan peluang untuk mendapatkan
keuntungan, (3) pemilihan mesin dan peralatan, karena mesin dan peralatan yang
digunakan sangat berpengaruh pada keberhasilan proses produksi, (4) penentuan
layout pabrik dan bangunan, karena layout yang baik akan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas proses produksi, dan (5) pemilihan teknologi, karena teknologi
yang tepat memampukan perusahaan menghasilkan produk dengan kualitas yang
baik dalam waktu yang cepat dan biaya yang lebih murah.
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2009).
Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa yang menjadi
pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan
siapa yang melakukan studi kelayakan bisnis pada masing-masing aspek.
Sedangkan manajemen dalam masa operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana
bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi,
bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga
inti.
12
Aspek Hukum dan Perizinan
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda,
tergantung kompleksitas bisnis yang dijalankan (Suliyanto 2010). Aspek hukum
mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, mempelajari
jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang
berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin (Nurmalina et al. 2009). Aspek
hukum suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan
memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain.
Aspek Sosial dan Lingkungan
Dalam aspek sosial dipelajari seberapa besar suatu bisnis memberikan
dampak terhadap lingkungan sosial seperti penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis
terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti lalu lintas yang semakin lancar,
adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya. Sedangkan aspek
lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan ekologi
disekitar lokasi usaha, apakah adanya bisnis menciptakan lingkuangan semakian
baiak ataua semakin buruk seperti polusi udara, tanah, air, maupun suara
(Nurmalima et al. 2009).
Aspek Finansial (Keuangan)
Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan berapa jumlah
dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan
bisnis. Dana untuk membangun bisnis disebut dana modal tetap yang
dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, gedung,
mesin, peralatan dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan dana untuk memutar roda
operasi bisnis disebut dana modal kerja (Nurmalina et al. 2009). Menurut
Suliyanto (2010) dalam aspek keuangan juga dilakukan analisis terhadap sumber
dana untuk menjalankan bisnis, menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi,
kebutuhan modal kerja, memproyeksikan arus kas (cash flow), rugi laba, neraca,
dan menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan berdasarkan
beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period
(PP). Untuk menentukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan
metode yang umum dipakai yaitu metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh
manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF)
(Nurmalina et al. 2009). Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan
preferensi waktu atas uang (time preference of money). Sejumlah uang sekarang
lebih disukai daripada sejumlah uang yang sama pada tahun (sekian waktu)
mendatang.
Dalam kriteria investasi, terdapat hubungan antara NPV dan IRR. IRR
merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0.
Jika discount rate (DR) berada di bawah nilai IRR yang diperoleh maka nilai
NPV yang diperoleh masih bernilai positif yang artinya usaha yang dijalankan
masih dinyatakan layak. Sebaliknya jika discount rate (DR) berada di atas nilai
IRR yang diperoleh maka nilai NPV yang diperoleh bernilai negatif yang artinya
usaha yang dijalankan mengalami kerugian dan dinyatakan tidak layak. Kurva
hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 1.
13
NPV
NPV awal
IRR
NPV 1
i = Discount Rate (%)
0
NPV 2
OCC
i1
i2
Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR
Sumber: Nurmalina et al. 2009
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas
adalah nilai pengganti (switching value). Analisis switching value merupakan
perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu
komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan
komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang
masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan
ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama
dengan nol (NPV=0). Bila perubahan nilai pengganti (switching value)
menghasilkan nilai NPV tidak sama dengan nol maka bisnis tersebut tidak layak.
Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan analisis switching
value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui, misal
penurunan harga output 20%. Sedangkan pada analisis switching value justru
perubahan tersebut dicari, misal berapa perubahan maksimum dari penurunan
harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara cobacoba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam
komponen inflow atau outflow, misalnya kenaikan biaya produksi, penurunan
volume produksi, dan penurunan harga output.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang
merupakan sentra komoditi sawo di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau. Selama ini masyarakat Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang
menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah segar ke pasar tradisional dan
kepada pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Hasil produksi
yang cukup banyak serta harga jual sawo yang rendah mendorong pemerintah
14
daerah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berupaya
untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat,
khususnya petani yang menanam sawo, dengan melakukan pelatihan pengolahan
dan pemasaran produk pangan. K