Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KOPI
PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA ROBUSTA AKUR DI
KABUPATEN TEMANGGUNG

APRINIA SOLIKHATUN NISA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di
Kabupaten Temanggung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Aprinia Solikhatun Nisa
NIM H34100079

ABSTRAK
APRINIA SOLIKHATUN NISA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi
pada Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung.
Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.
Tanaman kopi adalah salah satu komoditi unggulan Kabupaten
Temanggung yang belum banyak dimanfaatkan pada subsistem off farm. Agar
usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung dapat berkembang, maka
pemerintah turut memperhatikan industri ini. Bentuk perhatian dari pemerintah
diantaranya dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama kemudian
memberikan bantuan investasi sebagai stimulus kepada Kelompok Usaha
Bersama tersebut, agar usaha dapat berjalan. Salah satu Kelompok Usaha
Bersama di Kabupaten Temanggung yang mendapatkan bantuan adalah
Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur. Bantuan yang diberikan kepada
Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur berupa bangunan dan satu set mesin

pengolahan kopi. Studi kelayakan bisnis diperlukan guna menganalisis usaha
pengolahan kopi yang mendapatkan bantuan investasi bangunan dan mesin.
Aspek utama didalam kelayakan adalah aspek non finansial dan aspek finansial.
Aspek non finansial terdiri atas aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan
lingkungan. Analisis juga dilakukan pada perubahan yang terjadi di sekitar bisnis
dengan menggunakan analisis switching value. Switching value digunkan untuk
menganalisis perubahan maksimum dari biaya dan manfaat. Hasil analisis
menunjukkan kelayakan investasi dalam pelaksanaan bisnis pengolahan kopi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp43 507
123, IRR sebesar 30.16 persen, Net B/C sebesar 1.50, Gross B/C sebesar 1.04, dan
Payback Period selama 8.81 tahun. Pada analisis sensitivitas dengan pendekatan
switching value diperoleh batas maksimal penurunan jumlah produksi sebesar
12.74 persen dan kenaikan biaya biaya bahan baku sebesar 29.45 persen. hasil
analisis menunjukkan bahwa usaha pengolahan kopi peka terhadap perubahan
jumlah produksi namun tidak peka terhadap perubahan biaya bahan baku.
Kata kunci: bantuan, Kelompok Usaha Bersama, kopi, studi kelayakan, switching
value

ABSTRACT
APRINIA SOLIKHATUN NISA. Analysis Feasibility Coffee Processing on

Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur in Temanggung Regency. Supervised by
NETTI TINAPRILLA.
Coffee plants are one of leading commodities in Temanggung Regency that
has not been widely used in off-farm subsystem. The government also pay
attention to this industry. Form of government attention such as by forming
Kelompok Usaha Bersama then provide investment aid as a stimulus to the
Kelompok Usaha Bersama, to run the business. One of business group at

Temanggung regency who get help are Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur.
Assistance given to Kelompok Usaha Bersama a building and a set of coffee
processing machines. Feasibility study is required to analyze the coffee processing
business investment assistance and machine building. The main aspect is the
feasibility in non financial aspects and financial aspects. Consists of non financial
aspects are market aspects, technical, management, sosial and environmental. The
analysis was also performed on the changes around the business by using a
switching value analysis. Switching value to use analyze the maximum change of
costs and benefits. The analysis shows the feasibility of investing in the
implementation of the coffee processing business. The analysis showed that, the
NPV value obtained Rp43 507 123, IRR of 30.16 percent, Net B/C of 1.50; Gross
B/C at 1.04, and Payback Period for 8.81 years. In the sensitivity analysis with the

value obtained by switching approaches the maximum limit decrease in
production by 12.74 percent and an increase in the cost of raw material costs by
29.45 percent. Results of the analysis showed that coffee processing business is
sensitive to changes in the amount of production but is not sensitive to changes in
raw material costs.
Keywords: assistance, Kelompok Usaha Bersama, coffee, feasibility study,
switching value

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KOPI
PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA ROBUSTA AKUR DI
KABUPATEN TEMANGGUNG

APRINIA SOLIKHATUN NISA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada Kelompok Usaha
Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung
Nama
: Aprinia Solikhatun Nisa
NIM
: H34100079

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah studi
kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi pada
Kelompok Usaha Bersama Robusta Akur di Kabupaten Temanggung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprila, MM selaku
pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Heru Prayitno selaku ketua Kelompok Usaha
Bersama Robusta Akur, Bapak Rachmat Pratikto selaku pemilik Coffee House
Sindoro Sumbing serta Ibu Rahma yang telah membantu selama pengumpulan
data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Yekti Toto
Raharjo dan Ibunda Gati Nurhidayati, ketiga saudaraku (Pratiwi Eka Puspita,

Rizkia Gustin Nurul Fatimah, dan Muhammad Iqbal Raihan) atas motivasi,
semangat, dan doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis. Sahabatsahabatku sejak TPB, Kosan Wisma Shinta dan teman-teman Agribisnis 47 yang
telah memberikan dukungan dan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Aprinia Solikhatun Nisa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii


PENDAHULUAN
Latar Belakang

1i
11

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian


5

TINJAUAN PUSTAKA

6

Analisis Non Finansial

6

Aspek Pasar

6

Aspek Teknis

8

Aspek Manajemen


9

Aspek Sosial dan Lingkungan

9

Analisis Kelayakan Finansial
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis

10
11
11

Studi Kelayakan Bisnis

11

Aspek Nonfinansial


13

Analisis Finansial

14

Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value

15

Kerangka Operasional

15

METODE PENELITIAN

18

Lokasi dan Waktu Penelitian

18

Jenis dan Sumber Data

18

Metode Pengumpulan Data

18

Metode Pengolahan dan Analisis Data

18

Analisis Non Finansial

19

Analisis Finansial

20

Analisis Sensitivitas dengan Pendekatan Switching Value
Asumsi Dasar
GAMBARAN UMUM USAHA

22
22
23

Sejarah Singkat

23

Letak dan Kondisi Lahan

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

24

Analisis Kelayakan Non Finansial

24

Aspek Pasar

24

Aspek Teknis

26

Aspek Manajemen

30

Aspek Sosial dan Lingkungan

31

Analisis Kelayakan Finansial

32

Arus Penerimaan

32

Arus Pengeluaran

34

Analisis laporan laba rugi usaha

38

Analisis kelayakan finansial

39

Analisis Switching Value

40

SIMPULAN DAN SARAN

41

Simpulan

41

Saran

41

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

43

RIWAYAT HIDUP

55

DAFTAR TABEL
1 Jenis komoditas pertanian di Temanggung berdasarkan luas lahan
2 Jenis komoditas perkebunan unggulan di Temanggung berdasarkan
rata-rata harga pasar tahun 2013
3 Jumlah produksi dan nilai penjualan untuk tiap tahun
4 Jumlah penerimaan jasa untuk tiap tahun
5 Jumlah nilai sisa investasi
6 Jumlah nilai bantuan investasi
7 Biaya investasi
8 Biaya reinvestasi
9 Biaya tetap pertahun
10 Biaya peralatan
11 Biaya variabel tahun pertama
12 Biaya variabel mulai tahun kedua
13 Pajak penghasilan
14 Penyusustan barang-barang investasi
15 Hasil analisis kelayakan finansial
16 Hasil analisis switching value untuk penurunan produksi
17 Hasil analisis switching value untuk kenaikan biaya bahan baku

2
2
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
39
39
40
41

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Hubungan antara NPV dan IRR
Kerangka pemikiran operasional
Saluran distribusi KUB Robusta Akur
Layout KUB Robusta Akur
Struktur organisasi

15
17
26
28
31

DAFTAR LAMPIRAN
1 Penyerapan tenaga kerja perkebunan kopi di Temanggung
2 Data kopi Temanggung pengolah kopi segar hingga bubuk
3 Rekapitulasi laporan bulanan komoditas perkebunan
tahunan/keras September 2013
4 Laba rugi KUB Robusta Akur
5 Arus kas normal KUB Robusta Akur
6 Switching value penurunan produksi KUB Robusta Akur
7 Switching value kenaikan biaya variabel KUB Robusta Akur
8 Bantuan mesin KUB Robusta Akur

44
44
tanaman
45
46
48
50
52
54

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi termasuk bagian dari komoditi pertanian subsektor perkebunan. Luas
area perkebunan kopi di Indonesia saat ini mencapai 1.2 juta hektar. Berdasarkan
luas area tersebut, 96 persen merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya
4 persen milik perkebunan swasta dan pemerintah sehingga produksi kopi
Indonesia sangat tergantung oleh perkebunan rakyat. Dari luas area perkebunan
kopi, luas area yang menghasilkan (produktif) mencapai 920 hektar atau sekitar
77 persen. Produksi kopi Indonesia tahun 2012 mencapai 750 000 ton, dimana
kopi arabika menghasilkan hampir 150 000 ton dari luas area 250 000 hektar
sedangkan kopi robusta menghasilkan 600 000 ton dari luas area 1 050 000 hektar.
Peningkatan tersebut disebabkan karena cuaca yang mendukung untuk
pembungaan dan pembentukan buah kopi. Pengaruh cuaca merupakan faktor yang
dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi kopi nasional. Secara komersial
ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu kopi arabika dan kopi
robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan berbuah optimal pada
ketinggian 1 000 meter diatas permukaan laut, sedangkan kopi robusta pada
ketinggian 400 sampai 800 meter diatas permukaan laut yang pada umumnya
berupa hutan, maka perkembangan tanaman kopi arabika terbatas. 1
Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Sekitar 67 persen total produksi kopi Indonesia
diekspor dan sisanya 33 persen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.1
Kebutuhan kopi semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk serta kemajuan teknologi yang menimbulkan perubahan gaya hidup dan
tren (Panggabean 2011). Peningkatan taraf hidup dan pergeseran gaya hidup
masyarakat perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam
pola konsumsi kopi khususnya generasi muda.2 Manfaat dari meminum kopi
sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat, bahkan beberapa pakar ilmu
kedokteran dan medis banyak menuliskan artikel dari penelitiannya tentang
manfaat meminum kopi (Panggabean 2011). Skala industri kopi dalam negeri
sangat beragam, dimulai dari skala industri rumah tangga hingga skala
multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri namun juga untuk mengisi pasar luar negeri.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pasar dalam negeri menarik bagi kalangan
pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan
adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi.2
Kabupaten Temanggung yang berada di tengah wilayah Jawa Tengah
memiliki komoditas andalan dan khas diantaranya tembakau dan kopi (Alamsyah
2011).

1

Anonim. 2012. Luas Areal dan Produksi. [Diunduh 2014 Mei 26]. Jakarta (ID). Tersedia pada :
http://www.aeki-aice.org/page/areal-dan-produksi/id
2
Anonim. 2012. Industri Kopi. [Diunduh 2014 Mei 26]. Jakarta (ID). Tersedia pada :
http://www.aeki-aice.org/page/industri-kopi/id

2
Tabel 1 Jenis komoditas pertanian di Temanggung berdasarkan luas lahana
Jenis pertanian
Tembakau
Kopi (arabika dan robusta)
Padi
Jagung
a

Luas area (ha)
13 088.30
10 346.71
27 879
32 684

Produksi (ton)
6 786.64
6 044.04
137.072
136.057

Sumber : diolah dari Temanggung dalam Angka 2010 dan data Setda Temanggung 2011 dalam
Alamsyah (2011)

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi subsektor perkebunan
lebih tinggi daripada subsektor lainnya. Hal ini diwakili oleh komoditas tembakau
dan kopi. Masyarakat Temanggung sebagian besar bermatapencaharian sebagai
petani sehingga kedua komoditas ini masih menjadi penopang perekonomian bagi
mereka. Jumlah produksi tanaman perkebunan lebih besar daripada tanaman
hortikultura padahal luas area tanaman hortikultura lebih besar daripada tanaman
perkebunan.
Tabel 2 Jenis komoditas perkebunan unggulan di Temanggung berdasarkan ratarata harga pasar tahun 2013a

a

Jenis
perkebunan

Luas area
(ha)

Produksi (ton)

Tembakau
Kopi arabika
Kopi robusta
Cengkeh

14 948
1 420.93
9 265.22
1 377.04

6 580.18
987.11
7 388.79
167.14

Harga pasar (Rp)
Tingkat
Tingkat
petani
pasar
46 000
51 000
37 000
39 700
18 000
19 000
145 000
150 000

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung

Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten
Temanggung yang dilihat pada Tabel 2 diketahui bahwa jumlah produksi kopi
paling banyak diantara tanaman perkebunan unggulan lainnya. Peningkatan
jumlah produksi kopi di Kabupaten Temanggung disebabkan menurunnya industri
tembakau sehingga berdampak pada petani tembakau. Penyebab lainnya adalah
petani kopi sudah mulai melihat peluang industri kopi sehingga petani kopi lebih
intensif dalam membudidayakannya. Harga yang tertera dalam tabel untuk
produksi kopi merupakan harga untuk biji kopi hijau kering. Berdasarkan
wawancara saat survei pendahuluan, wakil ketua Asosiasi Petani Kopi Kabupaten
Temanggung mengatakan bahwa menjual biji kopi hijau kering lebih
menguntungkan daripada hanya menjual kopi segar dan daya simpan biji kopi
hijau kering lebih lama. Apabila setelah panen kopi segar tidak langsung dijual
kepada pengumpul dan diolah menjadi kopi kering atau biji kopi hijau kering
maka akan membusuk dan petani merugi.
Dampak dari adanya perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung juga
berdampak pada industri yang terkait dengan usahatani kopi termasuk penyerapan
tenaga kerja. Berdasarkan data BPS Kabupaten Temanggung tahun 2010 dalam
Alamsyah (2011), penyerapan tenaga kerja untuk industri penunjang pengolahan
kopi mencapai 2 514 orang. Hal ini menyatakan bahwa industri kopi telah mampu

3
menyerap banyak tenaga kerja. Tabel penyerapan tenaga kerja perkebunan kopi di
Kabupaten Temanggung dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Pemerintah melalui instansi terkait seperti Kementerian Perindustrian dan
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung
turut memperhatikan industri kopi agar petani kopi Temanggung tidak hanya
mampu membudidayakan kopi namun juga mampu mengolah kopi. Hal tersebut
dilakukan pemerintah dengan harapan kopi yag dihasilkan petani memiliki nilai
tambah sehingga petani kopi tidak lagi menjual kopi dalam bentuk kopi segar,
kopi kering, atau biji kopi hijau kering. Mengambil dari dana APBN yang
disalurkan oleh Kementerian Perindustrian dan dana APBD yang disalurkan oleh
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung,
digunakan untuk memberikan bantuan kepada beberapa kelompok tani kopi.
Bantuan yang diberikan dapat berupa bangunan, satu set mesin pengolahan kopi,
atau aspek teknis seperti instalasi listrik. Berdasarkan wawancara saat survei
pendahuluan, staf Bidang Perindustrian mengatakan bahwa bantuan yang
diberikan kepada kelompok tani diharapkan akan menjadi kelompok usaha
bersama dan mampu memotivasi kelompok tersebut untuk mengembangkan
usahanya. Bantuan diberikan hanya sekali bagi kelompok yang dianggap mampu
oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten
Temanggung untuk menjalankan usaha pengolahan kopi.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM
Kabupaten Temanggung tahun 2014 terdapat enam usaha pengolahan kopi yang
mengolah kopi segar hingga menjadi kopi bubuk dalam kemasan. Salah satu
UKM yang mendapatkan bantuan dari pemerintah adalah Kelompok Usaha
Bersama (KUB) Robusta Akur. KUB Robusta Akur merupakan Kelompok Usaha
Bersama dimana diharapakan tiap anggota ikut berperan dalam proses produksi
dan memasarkan hasil produksinya. Kelompok tersebut merupakan salah satu
kelompok yang mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan yang didapat
berupa bangunan sebagai pabrik dan satu set mesin pengolah kopi. Berdasarkan
hasil wawancara saat survey pendahuluan, staf Bidang Perindustrian mengatakan
bahwa saat ini terdapat tiga Kelompok Usaha Bersama dibawah binaan Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Temanggung.
Usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung memiliki prospek yang
baik mengingat jika hanya melakukan usahatani kopi tidak akan meningkatkan
pendapatan petani. Apabila petani mengolah kopi segar menjadi kopi bubuk maka
akan meningkatkan nilai tambah dari produksi kopi. Hal ini dikarenakan empat
kilogram kopi segar menjadi 0.75 kg kopi bubuk dengan harga rata-rata satu
kilogram kopi segar yaitu Rp4 250 dan harga satu kilogram kopi bubuk adalah
Rp70 000 untuk jenis kopi robusta. Namun, usaha kopi bubuk membutuhkan
investasi yang besar sehingga tidak semua petani atau pelaku usaha dapat
melakukan usaha tersebut. Selain itu, investasi tersebut akan tertanam dalam
jangka waktu lama sampai pengembalian modal. Berdasarkan hal tersebut, perlu
diadakan studi kelayakan terhadap usaha pengolahan kopi yang sudah ada untuk
mengetahui keadaan usaha apakah dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku
yang mengusahakannya atau tidak, apakah usaha ini dapat terus bertahan dan
terjaga keberlangsungannya.

4
Perumusan Masalah
Terdapat lima kecamatan yang merupakan sentra budidaya kopi yaitu
Kecamatan Kandangan, Candiroto, Gemawang, Bejen, dan Kledung. Petani di
kecamatan tersebut menanam lahannya sebagian besar secara monokultur untuk
tanaman kopi. Ketika musim panen raya tiba, petani langsung menjual kopi segar
kepada tengkulak. Apabila petani tidak ingin menjual kopi segar maka petani
menjual biji kopi hijau kering namun harus mengeluarkan biaya jasa untuk
penggilingan kopi. Harga rata-rata di tingkat petani untuk kopi robusta segar
adalah Rp4 250 per kilogram. Harga yang rendah membuat usahatani kopi tidak
menguntungkan. Apabila petani menginginkan peningkatan pendapatan maka
harus melakukan pengolahan kopi menjadi kopi sangrai atau kopi bubuk. Harga
kopi bubuk dijual oleh pengusaha kopi di Kabupaten Temanggung yaitu Rp70
000 per kilogram untuk kopi robusta. Hal tersebut tentu lebih menguntungkan
untuk menjual kopi sangrai atau bubuk karena terdapat nilai tambah didalamnya.
Meskipun Kabupaten Temanggung memiliki potensi yang besar dalam
pengolahan kopi, pelaku usaha pengolah kopi masih menjumpai berbagai
permasalahan. Permasalahan yang terjadi diantaranya yaitu investasi usaha
pengolahan kopi yang besar dan investasi tersebut akan tertanam dalam jangka
waktu lama sampai pengembalian modal. Pelaku usaha memerlukan mesin,
bangunan, dan lahan sebagai investasi dalam pengolahan kopi. Melihat
permasalahan tersebut, pemerintah melalui dana APBN dan APBD yang
disalurkan oleh Kementrian Perindustrian dan Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi, dan UKM Kabupaten Temanggung memberikan bantuan dalam bentuk
investasi kepada kelompok tani. Harapan dari adanya bantuan tersebut kelompok
tani akan menjadi kelompok usaha bersama dan memotivasi mengembangkan
usahanya.
Masalah sumberdaya manusia menjadi masalah utama sulit berkembangnya
usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung. Pelaku usaha tidak ditunjang
pendidikan formal yang tinggi sehingga mempengaruhi pola pikir dan strategi
usaha mereka. Pelaku usaha tidak mengetahui bauran pemasaran, cara menyangrai
kopi yang benar agar menghasilkan aroma kopi yang nikmat karena salah satu
kunci pengolahan kopi adalah saat menyangrai, serta cara membina hubungan
dengan pembeli. Masalah-masalah tersebut yang membuat pendapatan pelaku
usaha tidak menentu karena berproduksi hanya berdasarkan pesanan konsumen.
Masalah yang dialami para pelaku usaha pengolahan kopi tidak membuat mereka
menurunkan standar kualitas kopi bubuknya. Kopi bubuk yang mereka buat
merupakan kopi asli tanpa campuran apapun termasuk jagung dan beras yang
sering digunakan oleh perusahaan kopi komersil umumnya. Tujuan dilakukannya
hal tersebut untuk tetap menjaga kepercayaan pelanggan karena kualitas kopi
yang dibelinya.
Dari enam pelaku usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung
terdapat sebuah Kelompok Usaha Bersama yang telah mendapatkan bantuan dari
pemerintah, yaitu KUB Robusta Akur. Pada awal pendiriannya kelompok tersebut
bekerja bersama-sama dalam menjalankan usaha namun dikarenakan kelompok
belum mampu memasarkan hasil usahanya maka saat ini hanya ketua kelompok
yang mengusahakan usaha tersebut dengan menggunakan modal pribadi untuk
biaya operasional. Keadaan tersebut yang membuat kelompok tersebut tidak lagi

5
dijalankan oleh kelompok melainkan secara tidak langsung telah diusahakan
secara pribadi. Dalam penelitian ini, KUB Robusta Akur sebagai pelaku usaha
yang dalam berinvestasi mendapatkan bantuan pemerintah dalam bentuk mesin
dan bangunan. Berdasarkan hal tersebut, ingin diketahui apakah investasi yang
didapat melalui bantuan akan mempengaruhi kelayakan usaha atau tidak.
Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dilakukan penelitian kelayakan usaha
pengolahan kopi terhadap pelaku usaha yang mengolah kopi dari kopi segar
hingga kopi bubuk dalam kemasan. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan non finansial usaha pengolahan kopi KUB Robusta
Akur di Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur di
Kabupaten Temanggung?
3. Bagaimana sensitivitas usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur di
Kabupaten Temanggung apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan nonfinansial usaha pengolahan kopi pada KUB
Robusta Akur yaitu usaha yang mendapatkan bantuan dalam bentuk bangunan
dan mesin di Kabupaten Temanggung yang dilihat dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan kopi KUB Robusta Akur
yaitu usaha yang mendapatkan bantuan dalam bentuk bangunan dan mesin di
Kabupaten Temanggung.
3. Menganalisis sensitivitas dengan menggunakan switching value pada kedua
pola usaha pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung apabila terjadi
perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biaya dan manfaat.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Kelompok Usaha Bersama
(KUB) Robusta Akur untuk dijadikan bahan pertimbangan atau masukan dalam
membuat rencana usaha selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi kepada pemerintah dan lembaga terkait yang berniat
melakukan pembentukan Kelompok Usaha Bersama dan memberikan bantuan
terhadap usaha tersebut dan dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji usaha pengolahan kopi
Kelompok Usaha Bersama (KUB) Robusta Akur. Analisis yang akan dilakukan
pada penelitian ini adalah analisis kelayakan bisnis. Analisis kelayakan bisnis

6
mengkaji dua aspek yakni aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non
finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek
sosial dan lingkungan. Selain itu, sensitivitas melalui pendekatan switching value
terhadap penurunan produksi dan kenaikan biaya bahan baku produk kopi.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Non Finansial
Aspek Pasar
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai analisis kelayakan usaha pada
komoditi perkebunan pernah dilakukan oleh Akzar (2012), Sihombing (2011), dan
Ramadhannissa (2013). Salah satu bahasan dalam penelitian tersebut adalah
analisis nonfinansial dari masing-masing kelayakan usaha komoditi tersebut.
Judul penelitian yang dilakukan oleh Akzar (2012) adalah Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu pada UD Julu Atia,
Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Aspek pasar yang dikaji
dalam penelitian Akzar (2012) adalah potensi pasar dari produk yang akan
dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar dan kebijakan terhadap bauran
pemasaran yang dilakukan. UD Julu Atia memiliki potensi pasar lokal karena
permintaannya yang sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas
produksi. Produk gula merah yang dihasilkan langsung terjual pada hari produksi
dengan harga Rp8 000 per kilogram, sementara prediksinya hanya Rp5 000
sampai Rp7 000 per kilogram. Produk ini dibandingkan dengan gula merah dari
palm dengan harga berkisar Rp10 000 sampai Rp15 000 per kilogram. Selisih
harga yang besar, membuat gula merah tebu memiliki prospek pasar yang besar
dan menjanjikan. Prospek pasar gula merah tebu ini juga sampai ke luar Jawa
diantaranya Jayapura dan Kalimantan Timur, selain itu juga diekspor hingga
Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa. Pengembangan pemasaran gula
merah tebu dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran yaitu produk,
harga, tempat, dan promosi. Produk yang dihasilkan berkaitan dengan bentuk,
warna, dan kualitas. Kualitas gula merah sangat dipengaruhi oleh bahan baku,
pascapanen, dan pengolahan sedangkan tebu dipengaruhi oleh iklim, umur tanam,
dan varietas. Bentuk produk gula merah tebu yang dihasilkan UD Jala Atia
berbentuk balok dan padat. Pemilihan tempat penjualan gula merah tebu adalah
penjualan di pasar-pasar lokal, antarpulau dan pada pengembangannya akan
diekspor. Pasar yang sudah dilayani yaitu Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa,
Kabupaten Jeneponto, dan Kota Makassar. Harga jual gula merah tebu yaitu Rp8
000 per kilogram. Selama tahun 2011, promosi yang sudah dilakukan adalah
mengikuti pameran produk hasil pertanian yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan
Kabupaten Takalar dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Sihombing (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Kelayakan
Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus PT. Sumatera
Specialty Coffees) menganalisis aspek pasar yang terdiri dari bentuk pasar,
kecenderungan permintaan dan penawaran, analisis persaingan, dan bauran
pemasaran. PT. SSC menghasilkan kopi biji hijau kering yang diekspor ke luar

7
negeri. Bentuk pasar dari kopi biji hijau kering adalah pasar persaingan sempurna,
PT. SSC tidak dapat menentukan dan mengubah harga pasar. Harga kopi biji kopi
kering ditentukan oleh harga kopi internasional dan dipengaruhi oleh persediaan,
cuaca, dan kondisi perekonomian. Pasar persaingan sempurna yang dialami PT.
SSC juga dilihat dengan mudah keluar masuk pasar. Kecenderungan permintaan
dan penawaran kopi meningkat yang dilihat dari meningkatnya taraf hidup dan
pergeseran gaya hidup masyarakat dunia, telah mendorong terjadinya pergeseran
dalam pola konsumsi kopi. Pergeseran ini khususnya terjadi pada kawula muda
yang menyukai kopi instan. Peningkatan konsumsi ini menjadi peluang bagi
pengekspor kopi karena permintaan yang semakin banyak. Pada analisis
persaingan, PT.SSC menempati urutan kelima untuk perusahaan pengekspor kopi
bii hijau kering di Sumatera Utara pada tahun 2009. Pangsa pasar PT. SSC adalah
6.09 persen. Penyebabnya adalah PT. SSC belum memiliki perkebunan sendiri
dimana bahan baku perusahaan tergantung kepada hasil panen petani. Secara
umum tingkat persaingan di pasar tidak terlalu tinggi karena masing-masing
perusahaan telah memiliki pembeli tetap sesuai dengan kontrak dan kapasitas kopi
yang diminta. Bauran pemasaran yang dilakukan PT. SSC antara lain produk,
harga, tempat (distribusi), dan promosi. PT. SSC memasarkan biji kopi berupa
kopi biji hijau kering dengan jenis kopinya yaitu kopi arabika. Kopi biji hijau
kering dijual dengan kadar air 12 persen dan dikepak menggunakan karung
dengan netto 60 kilogram setiap karungnya. Merek yang digunakan,
menggunakan nama perusahaannya sendiri. Harga kopi yang diterima oleh PT.
SSC merupakan harga sesuai dengan kontrak yang disepakati oleh PT. SSC
dengan pembeli. Distribusi merupakan penting agar pelanggan dapat memperoleh
produk dengan mudah. PT. SSC menyalurkan produknya kepada perusahaan yang
sebelumnya telah melakukan kesepakatan kontrak yang dibantu oleh National
Cooperative Business Association (NBCA) dan Cooperative Business
International (CBI) yang berada di Klaten Jawa Tengah. NCBA melakukan
pemasaran dalam mendapatkan pembeli kemudian melakukan penawaran harga,
kualitas, kuantitas dan hal terkait lainnya kepada PT. CBI Indonesia, kemudian
CBI menawarkan kontrak tersebut kepada PT. SSC dan PT. SSC nantinya
langsung mengirimkan biji hijau kering kepada pembeli yang ada didalam kontrak
sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Perjanjian dilakukan dengan sistem
freight off board (fob). Promosi yang dilakukan oleh PT. SSC adalah dengan
menawarkan biji kopi hijau kering dengan kualitas terbaik kepada perusahaanperusahaan importir dengan mengirimkan sampel ke organisasi kopi berskala
internasional seperti CBI.
Judul penelitian yang dilakukan Ramadhannissa (2013) adalah Analisis
Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi
Riau. Salah satu yang dibahas pada aspek nonfinansial pada penelitian ini adalah
aspek pasar dengan memperhatikan potensi pasar dan pangsa pasar. PT. TIS
merupakan perusahaan yang menjual tandan buah segar (TBS) saja, TBS tersebut
sampai saat ini telah dijual langsung kepada dua pabrik pengolah kelapa sawit
yaitu PT. Sawit Asahan Indah dan PT. Bangun Tenera Riau. Sampai dengan akhir
tahun 2012, terdapat sekitar 146 pabrik kelapa sawit di Provinsi Riau. Hingga
tahun 2011, kebutuhan bahan baku CPO untuk pabrik olahan masih belum
terpenuhi. Produksi TBS di Riau pada tahun 2011 adalah 36 809 252 ton
sedangkan 146 PKS di Riau pada tahun 2011 sebanyak 6 254 perjamnya. Pabrik

8
kelapa sawit pada umumnya mampu beroperasi 20 jam setiap harinya. Berarti,
PKS di Riau mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi PT. TIS untuk memenuhi permintaan pasar. Target pasar
yang dituju oleh PT. TIS adalah pabrik kelapa sawit yang berada di Riau. Pangsa
pasar PT. TIS dalam produksi TBS di Riau pada tahun 2012 adalah 0.092 persen.
Terdapat variabel analisis yang berbeda pada aspek pasar yang dilakukan
oleh masing-masing peneliti. Pada penelitian Akzar (2012), aspek pasar yang
dibahas adalah potensi pasar dan bauran pemasaran. Pada penelitian Sihombing
(2011), aspek pasar yang dibahas adalah bentuk pasar, kecenderungan permintaan
dan penawaran, analisis persaingan, dan bauran pemasaran. Pada penelitian yang
dilakukan Ramadhannissa (2013) adalah potensi pasar dan pangsa pasar. Pada
aspek pasar yang menjadi perhatian utama adalah pangsa pasar pada ketiga
penelitian tersebut. Kesimpulan yang didapat dari ketiga penelitian tersebut adalah
subsektor perkebunan layak untuk dijalankan pada aspek pasar karena pangsa
pasar dari masing-masing usaha masih dapat dikembangkan.
Aspek Teknis
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan kopi yang
membahas aspek teknis antara lain pernah dilakukan oleh Sihombing (2011) dan
Herdiyanti (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2011) berjudul
Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus
PT. Sumatera Specialty Coffees) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Herdiyanti (2013) berjudul Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Kedua peneliti
tersebut menganalisis lokasi usaha dan proses produksi. Lokasi usaha pada
penelitian Sihombing (2011) terletak di dua tempat yaitu di Siborongborong dan
Brastagi. Pabrik yang terletak di Siborongborong sebagai penyedia bahan baku
biji kopi dan mengolahnya menjadi biji kopi hijau kering, selanjutnya dikirim ke
pabrik yang terletak di Brastagi untuk disortir dan dipasarkan. PT. SSC didirikan
di Siborongborong dengan pertimbangan bahwa daerah Taput merupakan wilayah
sentra penghasil kopi arabika. Mendirikan pabrik dekat dengan pusat bahan baku
diharapkan lebih menguntungkan karena biaya transportasi semakin berkurang.
Selain itu, kopi-kopi dari daerah Toba Samosir, Samosir, Simalungun, Dairi, Karo,
Humbang Hasudutan dan Madina masuk ke PT. SSC Siborongborong karena
letak pabrik ini cukup strategis berada di lintas timur menuju Medan. Sama halnya
dengan pabrik yang berlokasi di Brastagi juga cukup strategis karena pabrik inilah
yang menampung biji kopi hijau kering hasil pengolahan koperasi-koperasi yang
berada di kawasan daerah tersebut yang kemudian di proses. Selain itu, melalui
Brastagi ke pelabuhan Belawan akses perjalanannya cukup baik yang
memudahkan perusahaan ini dalam pengiriman barang. Penelitian yang dilakukan
Herdiyanti (2013) berjudul Perancangan Awal dan Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Biji Kopi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Lokasi
penelitian yang dipilih yaitu Desa Makmur Sentosa, Desa Pondok Gajah, dan
Desa Sidodadi Kabupaten Bener Meriah. Baik Sihombing maupun Herdiyanti,
usaha yang diteliti mengenai biji kopi hijau kering.
Proses produksi biji kopi hijau kering pada PT. SSC wilayah
Siborongborong yaitu pembelian kopi kering basah, timbang dan labeling sesuai
daerah, penjemuran (sampai kadar air 23 sampai 24 persen) kopi kering kering,

9
timbang, hulling, biji hijau basah, timbang, penjemuran, biji hijau kering kadar air
12 persen, packing 100 kg/colli dan labeling, biji hijau kering dikirim ke PT. SSC
wilayah Brastagi. Proses produksi pada PT. SSC wilayah Brastagi yaitu
penerimaan biji hijau kering dari wilayah Siborongborong, timbang, apabila
terdapat kopi busuk maka dibuang, proses mesin (catador, grader, densi metric),
hand sorting, apabila terdapat kopi busuk maka dibuang, blending, packing,
pengiriman. Alur produksi biji kopi pada penelitian Herdiyanti (2013) yaitu
penggilingan kopi gelondong, fermentasi, pencucian, penjemuran kopi gabah,
penggilingan kopi gabah, penjemuran kopi beras, sortasi, penimbangan,
pengemasan, penyimpanan. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa aspek teknis pengolahan biji hijau kopi kering layak untuk
dijalankan karena pada penelitian Sihombing (2011) dan Herdiyanti (2013), untuk
dasar proses produksi telah sama.
Aspek Manajemen
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha yang membahas aspek
manajemen pernah dilakukan oleh Ramadhannissa (2013). Dalam penelitiannya,
aspek manajemen yang dianalisis adalah organisasi perusahaan. Menurut hasil
penelitiannya, perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik umumnya
memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta pembagian tugas
yang jelas. Struktur organisasi pada PT. TIS terdiri dari komisaris, direktur,
administrasi, agronomi, pimpinan kebun, pengawas, mandor panen, kerani,
mandor perawatan, makanik, driver atau operator, keamanan, tenaga kerja panen,
tenaga kerja perawatan, tenaga kerja umum. Masing-masing karyawan memiliki
pembagian tugas yang jelas. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis kelayakan
usaha kelapa sawit yang mencerminkan subsektor perkebunan layak untuk
dijalankan berdasarkan aspek manajemen.
Aspek Sosial dan Lingkungan
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha yang membahas aspek sosial
dan lingkungan pernah dilakukan oleh Ramadhannissa (2013). Analisis aspek
sosial dan lingkungan dapat dilihat dari dampak positif yang ditimbulkan oleh
kegiatan usaha PT. TIS terutama untuk lingkungan sekitar. Usaha yang didirikan
pada lingkungan masyarakat ini dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat.
Pendirian PT. TIS juga dapat membuka isolasi wilayah yang awalnya akses
menuju daerah tersebut sulit dikarenakan infrastruktur jalan yang masih belum
baik. PT. TIS berinisiatif untuk memperbaiki dan kegiatan perdagangan
kebutuhan sehari-hari seperti warung pun menjadi banyak karena mudahnya akses
menuju daerah tersebut. Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak
positif dari usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS karena PT. TIS juga
membayar retribusi untuk peningkatan pendapatan pemerintah Pekanbaru.
Limbah dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit ini adalah pelepahpelepah dan daun tanaman kelapa sawit. Limbah tersebut dibuang ke area natar
pohon sekaligus berguna sebagai penyubur tanah. Maka dapat disimpulkan bahwa
analisis kelayakan usaha kelapa sawit yang mencerminkan subsektor perkebunan
layak untuk dijalankan berdasarkan aspek sosial dan lingkungan.

10
Analisis Kelayakan Finansial
Penelitian-penelitian mengenai analisis kelayakan finansial pernah
dilakukan oleh Sihombing (2011), Akzar (2012), dan Ramadhannissa (2013).
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian Sihombing (2011)
mengenai komoditi kopi di Sumatera Utara beberapa diantaranya adalah Net
Present Value (NPV), Payback Period, dan Internal Rate of Return (IRR) dengan
umur bisnis 5 tahun. Hasil perhitungan kelayakan finansial pada PT. SSC
menunjukkan bahwa usaha ini layak. Masing-masing nilai NPV, Payback Period,
IRR yaitu Rp8 205 498 310, 2.13 tahun, 49.89 persen. Suku bunga yang
digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga pinjaman BI
pada bulan Maret 2011 sebesar 12 persen.
Perhitungan kriteria investasi pada penelitian Akzar (2012) mengenai
komoditi tebu di Kabupaten Takalar menggunakan metode Discounted Cash Flow,
dimana seluruh penerimaan selama sepuluh tahun ke depan didiskontokan pada
masa kini. Analisis kriteria investasi yang digunakan beberapa diantaranya adalah
NPV, Gross Benefit/Cost (Gross B/C), Net Benefit/Cost (Net B/C), IRR, dan
Payback Period. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga
pinjaman rata-rata bank yaitu 11.67 persen. Hasil perhitungan kelayakan finansial
usaha pengembangan gula merah tebu layak untuk dijalankan. Nilai NPV sebesar
Rp371 948 158, nilai Gross B/C sebesar 1.063, nilai Net B/C sebesar 3.44, nilai
IRR sebesar 42.37 persen, dan Payback Period yaitu 3 tahun 1 bulan 14 hari.
Penelitian Ramadhannissa (2013) mengenai komoditi kelapa sawit di
Provinsi Riau menggunakan umur ekonomis selama 25 tahun dan suku bunga
yang digunakan yaitu 11 persen berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman pada
BRI Syariah. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV, Net B/C,
IRR dan Payback Period. Nilai NPV sebesar Rp26 057 938 182, nilai Net B/C
sebesar 3.58, nilai IRR sebesar 31 persen, nilai Payback period sebesar 7.58 tahun.
Nilai NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur
bisnis dengan tingkat suku bunga yang telah ditentukan. Usaha layak dijalankan
apabila NPV yang dihasilkan lebih dari nol. Gross B/C adalah rasio antara present
value manfaat kotor dan present value biaya kotor. Suatu usaha dikatakan layak
apabila Gross B/C nilainya lebih dari satu. Net B/C merupakan rasio antara
present value net benefit yang bernilai positif dan present value net benefit yang
bernilai negatif. Suatu usaha dikatakan layak jika rasio Net B/C lebih dari satu.
IRR adalah tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan pada
suatu usaha. Suatu usaha layak dijalankan jika nilai IRR yang diperoleh lebih
besar dibandingkan tingkat suku bunga yang ditetapkan. Payback Period dihitung
untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan bisa kembali.
Perhitungan Payback Period tidak memperhitungkan nilai waktu uang.
Berdasarkan kriteria invetasi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa usaha
perkebunan layak untuk dijalankan.

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Usaha atau bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau aktivitas yang
mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki kedalam suatu kegiatan
produksi yang menghasilkan jasa atau barang, dengan tujuan barang dan jasa
tersebut bisa dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan
atau pengembalian hasil. Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji
secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau
tidak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor
ekonomi yang akan dialokasikan kedalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan
hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu (Johan
2011).
Terdapat tiga tipe studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina et al (2010)
yaitu pembangunan fasilitas baru, artinya merupakan kegiatan yang benar-benar
baru dan belum pernah ada sebelumnya sehingga ada penambahan usaha baru.
Perbaikan fasilitas yang sudah ada, merupakan kelanjutan dan usaha yang sudah
ada sebelumnya artinya sudah ada kegiatan sebelumnya namun perlu dilakukan
tambahan atau perbaikan yang diinginkan. Penelitian dan pengembangan,
merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang
muncul di masyarakat, lalu dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Johan (2011) menjabarkan mengenai pengembangan usaha yang dapat
dilakukan antara lain:
1. Mengakuisisi produk yang telah ada. Mengakuisisi produk yang telah ada dan
dan dikembangkan menjadi produk yang bagus. Biasanya perusahaan akan
melihat ada produk yang bagus dipasaran, tapi karena belum dikembangkan
secara maksimal, dan jika dikombinasikan dengan nama besar perusahaan yang
ada termasuk juga sistem dan jaringan yang ada, maka produk tersebut menjadi
lebih memiliki kekuatan dan pasar yang lebih besar.
2. Mengakuisisi perusahaan yang sudah ada. Tujuan untuk mencapai cara ini
adalah dengan melakukan merger atau akuisisi terhadap perusahaan sejenis
atau akuisisi sahamnya. Perusahaan juga cenderung mengakuisisi perusahaan
yang memiliki integrasi secara vertikal dan horizontal terhadap bisnis yang ada.,
sehingga terciptanya sinergi yang kuat dan menghasilkan nilai yang lebih
kepada pemegang saham.
Guna mencapai keberhasilan dalam memulai suatu usaha, maka perlu
menciptakan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk atau jasa saat
ini seperti menghasilkan produk yang efisien, menghasilkan produk berkualitas
tinggi tanpa perlu tambahan biaya yang mahal, menghasilkan produk yang
inovatif dan kreatif untuk memenuhi harapan konsumen yang belum terpenuhi.
Tahap-tahap studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina et al (2010) antara lain:
1. Identifikasi
Tahap ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat gambaran mengenai
kemampuan potensial dari bisnis yang akan dilaksanakan (identifikasi potensi

12
bisnis). Usulan-usulan bisnis bisa datang dari berbagai sumber yaitu investor, para
ahli dalam bidang teknis, pemerintah setempat, konsultan, dan pebisnis itu sendiri.
Identifikasi yang dilakukan berupa identifikasi berbagai tempat atau lokasi yang
dirasakan dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan.
2. Persiapan dan analisis
Tahap persiapan dan analisis meliputi semua kegiatan yang perlu dilakukan
terhadap pelaksanaan suatu bisnis yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya
diawali dengan pembuatan studi kelayakan bisnis dari kegiatan bisnis di lokasi
tertentu yang sudah ditentukan meliputi berbagai aspek seperti aspek teknis, aspek
pasar, aspek finansial, dan lain-lainnya. Studi kelayakan harus menegaskan tujuan
daripada bisnis secara jelas dan harus difokuskan pada persoalan apakah cara-cara
yang dipilih sudah sesuai untuk mencapai tujuan tersebut, dan studi kelayakan
akan membantu perencana bisnis meniadakan alternatif-alternatif lain yang tidak
menguntungkan. Studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun
kegiatan bisnis agar bisa cocok dengan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan serta memastikan bahwa kegiatan bisnis tersebut akan memberikan
hasil yang optimal. Apabila hasil dari studi kelayakan telah diketahui bahwa
bisnis yang telah diidentifikasi itu menguntungkan, maka perencanaan dan
analisis dapat dimulai secara lebih terperinci.
3. Penilaian
Pada tahap ini studi kelayakan bisnis yang telah disusun dinilai kembali,
apakah data dan perhitungannya sudah benar apakah asumsi-asumsi yang dipakai
dari berbagai aspek dapat diterima atau sudah sesuai. Tahap ini memungkinkan
melibatkan informasi atau data baru apabila tim penilai merasa bahwa sebagian
data diragukan atau sebagian dari asumsi yang dipergunakan untuk menilai
kelayakan bisnis tidak tepat. Tahap ini suatu tim dapat memberikan
pandangannya, apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana kegiatan bisnis
tersebut masuk akal, maka investasi bisa dilaksanakan, tetapi jika tim penilai
menemukan kekurangan yang cukup serius kemungkinan perlu bagi analis untuk
merubah kegiatan bisnis atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali
baru.
4. Pelaksanaan
Tahap ini adalah bahwa bisnis yang akan dilaksanakan harus diusahakan
untuk dapat mencapai manfaat yang ditetapkan, bisnis yang akan dilaksanakan
mempunyai pengaruh positif maupun negatif. Pelaksanaan bisnis harus fleksibel,
mengingat keadaan akan selalu berubah. Perubahan ini dapat bersifat teknis,
perubahan harga dan perubahan lingkungan ekonomi dan politik yang akan
merubah cara pelaksanaan suatu bisnis. Para analis bisnis pada umumnya
membagi tahap pelaksanaan kedalam dua periode yang berbeda. Pertama adalah
periode penanaman modal, ketika modal utama dari kegiatan ditanamkan. Jika
kegiatan bisnis tersebut dibiayai dengan bantuan pinjaman dari lembaga keuangan
pihak ketiga, maka periode penanaman modal mungkin sejalan dengan periode
pengeluaran pinjaman dari lembaga keuangan tersebut. Kedua adalah periode
pembangunan atau periode melaksanakan kegiatan investasi.
5. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi rencana bisnis yang akan datang. Evaluasi diadakan
tidak harus pada periode akhir bisnis, tetapi dapat dilakukan pada saat bisnis

13
sedang berjalan. Berdasarkan hasil evaluasi diharapkan dapat diperoleh
rekomendasi yang bisa dipertimbangkan secara cermat tentang bagaimana dapat
meningkatkan ketepatan dari setiap aspek dalam pola suatu kegiatan bisnis.
Pihak-pihak yang terkait dengan studi kelayakan menurut Johan (2011):
1. Pihak investor, melihat jumlah modal yang harus ditanamkan, potensi usaha,
nilai tambah yang dihasilkan, pendapatan, risiko usaha, dan berapa lama
pengembalian investasi terjadi.
2. Pihak kreditor, melihat risiko usaha dan tingkat pengembalian dana pinjaman.
3. Pihak manajemen, melakukan fungsi-fungsi manajemen dan menganalisis
risiko-risiko yang mungkin terjadi.
4. Pihak regulator, berkepentingan terhadap bentuk usaha yang dijalankan,
industri yang akan dijalankan, dan dampak terhadap masyarakat maupun
perekonomian nasional.
Aspek Nonfinansial
Menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai
aspek. Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar
nilai tertentu, namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada salah satu
aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada
seluruh aspek yang akan dinilai (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek-aspek tersebut
antar lain:
1. Aspek pasar
Aspek pasar berfungsi untuk menilai apakah perusahaan yang akan
melakukan investasi memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Seberapa
besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan market share
yang dikuasai oleh para pesaing. Bagaimana strategi pemasaran yang akan
dijalankan, untuk menangkap peluang pasar yang ada. Guna menentukan besarnya
pasar nyata dan potensi pasar yang ada maka perlu dilakukan riset pasar, baik
dengan turun lapang maupun menggunakan sumber data sekunder, kemudian
menyusun strategi pasar (Kasmir dan Jakfar 2010).
2. Aspek teknis
Aspek teknis atau operasi berhubungan dengan lokasi usaha, baik kantor
pusat, cabang, pabrik, atau gudang. Penentuan layout gedung, mesin, dan
peralatan serta layout ruangan sampai kepada usaha perluasan selanjutnya.
Analisis mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah harus dekat
dengan pasar, dekat dengan bahan baku, dengan tenaga kerja, dengan
pemerintahan, lembaga keuangan, pelabuhan, atau pertimbangan lainnya.
Mengenai penggunaan teknologi dan tenaga kerja apakah padat karya, maka akan
memberikan kesempatan kerja, namun jika tidak padat karya justru sebaliknya
(Kasmir dan Jakfar 2010).
3. Aspek manajemen
Aspek manajemen menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi
yang ada. Proyek dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang
yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan
mengendalikannya apabila terjadi penyimpangan. Hal tersebut juga berlaku untuk
struktur organisasi yang diplih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya
(Kasmir dan Jakfar 2010).

14
4. Aspek Sosial dan lingkungan
Aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang
ditimbulkan jika bisnis tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap
dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak sosial
menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat di luar lokasi pabrik. Hal
tersebut juga berdampak pada sosial yang ada seperti tersedianya sarana dan
prasarana seperti jalan, jembatan, penerangan, telepon, air, tempat kesehatan,
pendidikan, sarana olahraga, dan sarana ibadah. Aspek lingkungan menganalisis
d