Identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA SERTA ARAHAN
RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

JETI RAHMAWATI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi
Obyek Wisata serta Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata
di Kabupaten Siak, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Jeti Rahmawati
NIM A14110088

4

ABSTRAK
JETI RAHMAWATI. Identifikasi Potensi Obyek Wisata serta Arahan Rencana
dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.
Kabupaten Siak memiliki potensi pariwisata yang belum tergali secara
maksimal. Pariwisata di Kabupaten Siak didominasi nuansa Melayu sehingga
pemerintah berkeinginan mewujudkan Siak The Truly Malay.Tujuan penelitian
ini adalah mengidentifikasi obyek wisata eksisting dan yang berpotensi untuk
dikembangkan, mengetahui faktor yang mempengaruhi minat berkunjung

wisatawan, dan menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan
wisata. Analisis yang digunakan adalah: skoring, regresi logistik biner, dan
A’WOT. Hasil penelitian menunjukkan,terdapat lima obyek wisata eksisting yang
diminati secara berurutan yaitu Istana Siak, Turap Siak, Makam Sultan Syarif
Kasim II, Makam Koto Tinggi, dan Zapin Siak. Obyek wisata yang berpotensi
untuk dikembangkan yang diminati secara berurutan adalah Kolam Hijau, Makam
Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura.
Faktor yang mempengaruhi minat berkunjung yaitu jenis wisata yang disukai dan
penginapan (hotel). Terdapat 2 rencana pengembangan kawasan wisata yaitu
kawasan I dengan 8 obyek wisata dan kawasan II dengan 2 obyek wisata.
Berdasarkan hasil analisis A’WOT diperoleh strategi pengembangan Kawasan
Wisata Siak yaitu: rencana pengembangan paket wisata melalui kerjasama
pemerintah dan masyarakat, mengembangkan jenis wisata lainnya dengan adanya
potensi SDA dan dukungan kebijakan pemerintah serta kemudahan aksesibilitas
dan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di lokasi wisata yang diminati
dengan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada.
Kata Kunci:A’WOT, pariwisata, regresi logistik biner, skoring

ABSTRACT
JETI RAHMAWATI. Identification of Tourism Objects Potential with Plan

Direction and Development Strategy in Siak Regency, Riau Province. Supervised
by SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.
Siak Regency has a lot of undiscovered potential tourist destination, which
generally malay culture, so the goverment’s willing to realize Siak The Truly
Malay. The purpose of this research were (1)To identify some objects or areas of
the existing tourist destinations and the potential object to be developed as new
tourist destination, (2) to know factors affecting the interest of visiting tourists,
and (3) to formulate plan direction and development strategy of the tourist area of
Siak. The analysis used in research are the scoring system, binary logistic
regression, and A’WOT analysis. Existing tourist destinations are Istana Siak,
Turap Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, and Zapin
Siak.While the tourism objects potential to be developed are Kolam Hijau,
Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, and Ekowisata
Mempura. Affecting Factors the interest of tourists to visit are type of preferred

5

tourist destination and hotel. There are two development plans of tourist areas
those are area I with 8 tourism objects and area II with 2 tourism objects. Based
on the A’WOT analysis result retrieved development strategies of Siak tourist

area are: development plan of tourism packages via partnership of government
and public sector, development of other types of tourism based on natural
resources potential, government policy support, and easy accessibility, capacity
and quality services improvement in preferred tourist sites through improvement
of existing infrastructure.
Key words: A’WOT, binary logistic regression, scoring, tourism

6

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA SERTA ARAHAN
RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

JETI RAHMAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

7

Judul skripsi

Nama
NRP

: Identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan
strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak,
Provinsi Riau
: Jeti Rahmawati
: A14110088

Disetujui oleh,


Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Pembimbing I

Setyardi Pratika Mulya, SP.M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

8

PRAKATA
Puji dan syukur diucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul
Identifikasi Potensi Obyek Wisata Serta Arahan Rencana dan Strategi

Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus dan Setyardi Pratika Mulya, SP. M.Si
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan
saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Siak, atas kesempatan beasiswa yang
diberikan kepada penulis
3. Kedua orang tua, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi,
pengorbanan, cinta, dan kasih sayang kepda penulis
4. Staf BAPPEDA, DISPARPORA, KESBANGPOLINMAS Kabupaten
Siak serta seluruh instansi, masyarakat, wisatawan/pengunjung, dan
seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini atas kerjasama dalam
memberikan informasi dan data-data yang diperlukan
5. Seluruh dosen dan staf departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan
yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis.
6. Sahabat seperjuangan Divisi Perencanaan PengembanganWilayah.
7. Sahabat Soil Science ’48 yang telah memberikan semangat selama ini
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.


Bogor, Juli 2015

Jeti Rahmawati

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata
Pengembangan Kawasan Wisata
Kebijakan dan Strategi Pengembangan untuk Mendukung

Pembangunan Kawasan Wisata
Kawasan Wisata dan Pengembangan Wilayah
Hasil Penelitian Terdahulu
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis Data dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data
Kerangka Analisis
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kondisi fisik
Kondisi Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Obyek Wisata dan analisis Skoring
Obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak
Urutan obyek wisata yang sudah berkembang yang paling disukai
wisatawan
Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Berpotensi Untuk
dikembangkan Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru di Kabupaten
Siak
Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk berkembang yang paling

diminati wisatawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di kawasan
wisata Kabupaten Siak
Arahan rencana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak
Arahan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
Xii
xiii
1
1
1
2
2

2
3
4
5
5
6
8
8
13
16
17
18
21
22
25
26
29
32
36
36
37
39
46

10

xii

DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

12.
13.

Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian
Variabel penentu minat berkunjung wisatawan
Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)
External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)
Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah desa/ kelurahan dan Luas
wilayah (Km2) di Kabupaten Siak Tahun 2014.
Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013
Sebaran luas lahan menurut penggunaan tahun 2013
Jarak lurus antara Ibukota Kabupaten dengan setiap Ibukota
Kecamatan
Jumlah Hotel, dan kamar menurut kecamatan di Kabupaten Siak
Tahun 2012
Nilai akurasi dan Pseudo R2 hasil regresi logistik biner
Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner dalam
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung
wisatawan
IFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam keterpaduan
pengembangan kawasan wisata Siak
EFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam keterpaduan
pengembangan kawasan wisata Siak

7
9
11
12
14
15
16
16
17
27
27

33
33

DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Kerangka teknik analisis data penelitian
Matriks space dan posisi kuadran
Peta administrasi Kabupaten Siak
Peta lokasi obyek wisata di Kabupaten Siak
Istana Asseraiyah Al Hasyimiah
Taman yang ada di depan Istana Siak
Makam Sultan Syarif Kasim II
Makam Koto Tinggi
Penari tari Zapin
Alat Musik Tradisional yang mengiringi tari Zapin
Suasana dari Turap Siak
Pemandangan Sungai Siak dari Turap Siak
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah
Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek
wisata yang sudah berkembang
Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek
wisata yang sudah berkembang
Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang
sudah berkembang di Kabupaten Siak
Kolam Hijau
Makam Raja Kecik
Balairung Sri
Mesjid Raya Syahbuddin

8
12
14
18
19
19
19
19
20
20
20
21
21
21
21
22
23
23
24
24

xiii

21. Sungai Mempura
22. Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek
wisata yang berpotensi untuk dikembangkan
23. Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek
wisata yang berpotensi untuk dikembangkan
24. Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembanngkan di Kabupaten Siak
25. Peta rencana pengembanngan Kawasan Wisata di Kabupaten
Siak
26. Hasil plot kawasan wisata pada peta Rencana Tata Ruang
Wilayah
27. Hasil Analisis Matriks Space
28. Hasil analisis Matriks SWOT dalam pengembangan Kawasan
Wisata di Kabupaten Siak

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan lokal
2. Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan
nusantara
3. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang
disukai oleh seluruh wisatawan
4. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang
disukai oleh wisatawan lokal
5. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang
disukai oleh wisatawan nusantara
6. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang
disukai oleh seluruh wisatawan
7. Pemilihan Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan
8. Nama-nama tokoh masyarakat yang diwawancara untuk
mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan
9. Data untuk menghitung analisis regresi logistik biner

24
25
25
25
30
31
34
35

39
39
39
39
39
40
40
40
41

xiv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor yang sangat kompleks karena pariwisata bersifat
multidimensi, baik fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Selain itu, kegiatan
pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai sektor dan lembaga
yang terkait.
Kabupaten Siak merupakan kabupaten ke enam terluas di Provinsi Riau
dengan pusat administrasi berada di Kota Siak Sri Indrapura. Kabupaten Siak
secara geografis memiliki luas 8.556,09 km2 atau 9,74% dari total luas wilayah
Provinsi Riau dan merupakan Kabupaten yang memiliki potensi pariwisata yang
belum tergali secara maksimal. Potensi pariwisata di Kabupaten Siak secara
umum bernuansa Melayu. Hal inilah yang menyebabkan adanya dorongan
pemerintah untuk mengembangkan kebudayaan melayu di Kabupaten Siak untuk
mewujudkan Siak The Truly Malay. Berdasarkan Peraturan Daerah No.12 Tahun
2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Siak,
pembangunan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pembangunan daerah,
dan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat, dengan memperhatikan
aspek agama, pendidikan, kebudayaan, lingkungan hidup, ketentraman dan
ketertiban, serta kenyamanan dalam masyarakat.
Salah satu obyek wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak sekaligus
menjadi lambang dari Kabupaten tersebut adalah Istana Asseraiyah Al-Hasyimiah
yang merupakan istana peninggalan kerajaan Siak di masa lalu. Selain obyek
wisata sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Siak, Kabupaten ini juga
memiliki potensi wisata lain yang bisa di kunjungi seperti wisata budaya dan
wisata alam. Namun, wisata yang bernuansa sejarahlah yang diutamakan.
Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di Kabupaten Siak lebih diarahkan
pada pariwisata yang bernuansa sejarah. Pengembangan kawasan wisata ini secara
tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Untuk
mewujudkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
berbagai obyek wisata eksisting dan obyek yang berpotensi untuk dikembangkan
dalam rangka pengembangan kawasan wisata dimasa yang akan datang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Belum diketahuinya obyek-obyek wisata baik yang sudah berkembang
(eksisting) maupun yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak
2. Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk
berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Siak.
3. Belum ada arahan rencana pengembangan kawasan wisata dan strategi yang
dibutuhkan agar pengembangan kawasan wisata dapat diwujudkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi obyek wisata yang sudah berkembang dan yang berpotensi
untuk dikembangkan
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke
obyek wisata siak
3. Menyusun arahan rencana pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak

2

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah:
1. Memberikan informasi kepada pemerintah setempat tentang daerah-daerah
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata.
2. Sebagai masukan untuk pemerintah dalam menyusun rencana pengembangan
Kawasan Wisata Kabupaten Siak.

TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menggerakkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,
pendapatan, taraf hidup, dan mengaktifkan sektor produksi laindi dalam kawasan
wisata. Penilaian terhadap suatu kawasan wisata dapat menentukan
pengembangan dari tempat wisata itu sendiri yang berkaitan dengan nilai sosial
dan politik (Afia dan Susilowati 2004).
Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No.27 tahun
2014, Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian
dari pariwisata menurut UU No.10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kepariwisataan itu
sendiri merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
Pengembangan Kawasan Wisata
Pengembangan pariwisata memiliki karakter aktivitas yang bersifat
multisectoral, dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana
secara terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek ekonomi,
sosial, budaya, lingkungan fisik dan politik. Pada setiap tahapan perencanaan
pengembangan pariwisata yang dapat meminimalisasi sebanyak mungkin dampak
negatif yang akan timbul serta berkaitan erat dengan pembangunan perekonomian
suatu daerah (Prayogi 2011).
Obyek wisata adalah sumber daya alam, buatan dan budaya yang berpotensi
dan memiliki daya tarik. Tersedianya obyek wisata dan daya tarik wisata
merupakan salah satu syarat yang harus ada dalam pengembangan pariwisata.
Obyek dan daya tarik wisata merupakan hal yang menarik wisatawan untuk
datang berkunjung. Selain itu, dalam pengembangan pariwisata pada suatu
kawasan juga harus memperhatikan sarana dan prasarananya.
Sarana wisata merupakan kelengkapan pendukung yang diperlukan untuk
melayani wisatawan dalam menikmati kunjungan wisatanya. Berbagai sarana
wisata yang harus disediakan didaerah tujuan wisata antara lain hotel, biro
perjalanan, alat transportasi, rumah makan, dan lain sebagainya. Semakin lengkap
sarana wisata/fasilitas yang dapat diberikan oleh daerah tujuan wisata akan
meningkatkan daya tarik obyek wisata tersebut. Prasarana adalah kelengkapan
awal sebelum (pra) sarana wisata dapat disediakan atau dikembangkan. Oleh
karena itu, prasarana wisata dapat dikatakan sebagai sumber daya alam dan buatan

3

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya menuju daerah
tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan
lain sebagainya.
Pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia
No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 1, menyebutkan sebagai
berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan untuk Mendukung Pembangunan
Kawasan Wisata
Menurut Karsudi dan Kartodihardjo (2010), strategi dalam pengembangan
ekowisata yang dapat diterapkan berdasarkan kondisi obyektifnya yakni melalui
upaya penataan ruang wisata, pengembangan manajemen atraksi, pengembangan
promosi dan pemasaran, pengembangan regulasi dan organisasi pengelolaan
ekowisata, dan menciptakan situasi keamanan yang kondusif didalam maupun
diluar kawasan wisata. Antariksa (2011) mengungkapkan bahwa kepariwisataan
pada dasarnya adalah sebuah konsep abstrak yang merupakan gabungan dari
berbagai unsur pendukung dan membentuk sebuah sistem. Artinya, para
pemangku kepentingan dalam industri pariwisata sejak awal harus sudah
memahami bahwa sektor ini tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya tanpa
dukungan dari berbagai sektor lain. Oleh karena itu, di tingkat kebijakan selalu
muncul ungkapan bahwa sektor pariwisata tidak punya “barangnya”, karena yang
memiliki “barangnya” adalah sektor lain seperti transportasi, kehutanan, pertanian
dan sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata berdiri dengan adanya sektor
lain sebagai pendukung dari sektor tersebut. Selain itu, Antariksa (2011) juga
menyebutkan bahwa destinasi pariwisata perlu dikembangkan dengan alasan bagi
negara sedang berkembang, industri pariwisata dapat dikatakan merupakan media
pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam
jangka panjang sebelum dapat memberikan keuntungan.
Pembangunan kepariwisataan sedapat mungkin harus menjadi media bagi
wisatawan untuk belajar tentang suatu nilai yang baik.Pembangunan
kepariwisataan tidak boleh menyebabkan penduduk lokal kehilangan “keahlian
tradisionalnya” yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal itu terjadi, maka selain
dapat kehilangan kearifan lokal, penduduk lokal juga dapat terancam kehilangan
pekerjaan atau sumber pendapatan lain ketika terjadi krisis dalam perkembangan
kepariwisataan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti terorisme,
wabah penyakit, bencana alam dan sebagainya. Oleh karena itu, pembangunan
kepariwisataan harus disesuaikan dengan karakteristik lapangan pekerjaan yang
sudah ada. Sebagai contoh, jika di suatu destinasi pariwisata mata pencaharian
utama penduduk lokal adalah pertanian, maka sebaiknya jenis wisata yang
dikembangkan adalah agrowisata (Antariksa 2011).
Pembangunan/pengembangan kawasan wisata harus memperhitungkan
keterkaitannya dengan daerah perkotaan. Menurut Xijia, et al. (2014),
pengembangan kawasan wisata lebih diarahkan pada wisata pedesaaan yang
mempertimbangkan mekanisme interaktif antara daerah perkotaan dengan daerah
perdesaan. Wisata perdesaan harus dikembangkan pada skala penuh berdasarkan

4

ketentuan yang sesuai dari setiap aspek, mulai dari perencanaan terpadu dan
operasi, pembangunan lingkungan ekologi, menilai dampak sosial dan budaya,
untuk mengelaborasi hubungan antara pembangunan perkotaan dan daerah
pedesaan. Hal yang paling penting adalah menonjolkan tiga isu penting pedesaan
yakni pertanian, desa, dan petani.
Selain itu, menurut Mi (2014), pembangunan suatu kawasan wisata harus
memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial dan
ekologi, karena dalam pengembangan kawasan wisata sering kali mengabaikan
aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Sebagai contoh di Cina, pengembangan daerah
pariwisata menyebabkan serangkaian dampak lingkungan, seperti kebijakan
perlindungan lingkungan tempat wisata, daya dukung tempat-tempat wisata dan
pengembangan dan perlindungan sumber daya wisata dan penekanan pada aspek
ekonomi mengabaikan dampak sosial. Hal ini termasuk salah satu kebijakan
dalam pengembangan kawasan wisata sehingga tidak bertentangan dengan
pembangunan berkelanjutan.
Kawasan Wisata dan Pengembangan Wilayah
Mulyanto (2008) menyatakan bahwa kawasan adalah bagian dari wilayah
yang khusus disediakan/dikembangkan untuk suatu kegiatan tertentu misalnya
kawasan Industri, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan, kawasan hutan
produksi dan lain sebagainya. Kawasan wisata merupakan bagian dari wilayah
yang khusus disediakan/dikembangkan untuk kegiatan wisata.
Wilayah merupakan suatu area yang batas dan sistemnya dibatasi oleh aspek
administrasi dan fungsional. Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang
dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, untuk
kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di daerah itu khususnya.
Dalam pengembangan wilayah harus mempertimbangkan kondisi-kondisi daerah
terhadap empat faktor yaitu, Strength atau kekuatan/kemampuan sumberdaya dan
dana yang dimiliki, Weakness atau kekurangan/kelemahan yang ada yang dapat
menghambat seperti kualitas dan kuantitas SDM, Opportunities terkait dengan
menimbang kedua faktor di atas dan dilakukan pemilihan alternatif program yang
sesuai dengan keperluan dan kemampuan wilayah, dan terakhir Threat berupa
potensi ancaman dan gangguan yang mungkin muncul/timbul akibat adanya
program-program pengembangan tersebut (Mulyanto 2008).
Suatu wilayah akan dapat berkembang jika tersedia prasarana dan sarana
pelayanan ekonomi dan sosial. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan sarana untuk
memenuhi kebutuhan penduduk. Semakin lengkap tersedianya prasarana dan
sarana di suatu daerah maka akan semakin kuat daya tariknya untuk mengundang
penduduk dan kegiatan produktif lainnya untuk datang. Hal in menyebabkan suatu
wilayah akan semakin berkembang (Adisasmita 2008).
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian terkait dengan pengembangan kawasan wisata telah
banyak dilakukan. Pusporini (2010) melakukan penelitian tentang strategi
pengembangan wisata di Situ Pengasingan kota Depok dengan menggunakan
teknik analisis finansial, analisis kelayakan investasi dan analisis Analytical
Hierarchy Process (AHP) untuk merumuskan strategi pengembangan kawasan
wisata. Rencana strategi yang didapat yaitu: sosialisasi dengan kegiatan Fokus

5

Group Discussion (FGD) antara masyarakat, pemerintah kota dan swasta,
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembentukan dewan budaya untuk
melestarikan tradisi dan budaya lokal, pembangunan sarana dan prasarana
kawasan wisata dengan investor, peningkatan infrastruktur pelayanan transportasi
dan peningkatan dukungan kelembagaan melalui kegiatan public hearing.
Rudita et al. (2012) melakukan analisis Input-Output, analisis Scoring
System, dan analisis A’WOT (AHP dan SWOT) dalam makalahnya yang berjudul
Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan
Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya,
mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan
Agropolitan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke
Kawasan Agropolitan Payangan. Berdasarkan tiga aspek tersebut, maka
dihasilkan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu
dengan pengembangan kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka
pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil analisis maka dihasilkan tiga rencana
dan strategi pengembangan obyek wisata yaitu pertama, rencana meningkatkan
keterkaitan sektoral dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang
ada melalui pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), kedua
memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada dengan
pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta, dan
masyarakat, serta yang ketiga memperkuat kepariwisataan dengan membangun
kemitraan dan membentuk jejaring.
Penelitian Rianto (2014) berjudul Analisis potensi obyek wisata dan
keterpaduannya dalam pengembangan kawasan wisata pangandaran, kabupaten
pangandaran, provinsi jawa barat, mengggunakan analisis Scoring System, analisis
Regresi Logistik Biner, AHP dan SWOT. Penelitian ini menghasilkan dua rencana
dan strategi dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu
yaitu pertama, mengadakan percepatan pembangunan jaringan transportasi dan
perbaikan jalan terutama jalan-jalan nasional, provinsi, maupun jalan penghubung
ke lokasi wisata dan kedua, peningkatan kapasitas dan kualitas layanan di lokasi
kawasan wisata unggulan.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Siak. Analisis data dilakukan di studio
Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departeman Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
berlangsung mulai dari bulan Desember 2014 sampai bulan Juni 2015.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder.
Jenis data primer yang dibutuhkan terdiri dari:
a. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan (dari Dinas Pariwisata
dan tokoh masyarakat)
b. Obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan ke obyek di
Kabupaten Siak (dikumpulkan dari hasil wawancara wisatawan)

6

d. Arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten
Siak (hasil wawancara dari pihak pemangku kebijakan)
Jenis data sekunder yang dibutuhkan terdiri dari:
a. Nama-nama obyek wisata yang ada di Kabupaten Siak
b. Jumlah wisatawan domestik (wisatawan yang berasal dari Kabupaten Siak)
dan nusantara (wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Siak)
c. Prasarana dan sarana penunjang aktivitas wisata seperti hotel, restauran,
toilet, jalan, modal transportasi, pemandu wisata, agen perjalanan.
d. Peta RTRW, Peta Administrasi Kabupaten Siak, profil daerah Kabupaten
Siak.
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda, dan Dinas
Pariwisata.
Obyek wisata eksisting atau yang sudah berkembang adalah obyek-obyek
wisata yang saat ini sudah banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah obyek-obyek wisata yang ada tetapi saat
ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan, ditetapkan dengan beberapa kriteria yaitu jarak dari ibukota
Kabupaten, aksesibilitas, dan fasilitas yang tersedia di lokasi obyek wisata
(Lampiran 7).
Teknik pengumpulan data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik sampling probabilitas
yakni melalui pendekatan Stratified Sampling yaitu setiap individu dalam suatu
kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
Cakupan responden dalam penelitian ini adalah Pemerintah, tokoh masyarakat,
dan wisatawan lokal dan wisatawan nusantara.
Cakupan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk analisis scoring system, responden terdiri dari wisatawan sebanyak 209
orang, dan instansi terkait yaitu Bappeda, Dinas Pariwisata serta tokoh
masyarakat sebanyak 5 orang untuk mendapatkan data mengenai obyek
wisata yang berpotensi untuk dikembangkan.
- Untuk analisis regresi logistik biner responden terdiri dari 209 responden (97
orang wisatawan lokal dan 112 wisatawan nusantara).
- Untuk analisis A’WOT responden berasal dari Dinas terkait seperti Bappeda,
Dinas Pariwisata ( terdiri dari 9 orang).
Pelaksanaan wawancara dengan menggunakan 3 jenis kuesioner yaitu:
1. Kuesioner pertama, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system
dari responden wisatawan (Lampiran 1).
2. Kuesioner kedua, untuk mendapatkan data untuk analisis regresi logistik
biner (untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan
wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Siak), responden berasal dari
wisatawan lokal, nusantara dan pemerintah (Lampiran 8).
3. Kuesioner ketiga, untuk mendapatkan data untuk analisis A’WOT dalam
menentukan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata oleh
pemerintah.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

7

Tabel 1 Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian
Tujuan penelitian

1

Mengetahui
dan - Jenis dan profil obyek wisata
mengidentifikasi obyek wisata
yang sudah berkembang dan
yang sudah berkembang dan
berpotensi untuk dikembangkan
yang
berpotensi
untuk
di Kabupaten Siak
dikembangkan
- Obyek wisata alam, budaya,
peninggalan sejarah
Mengetahui faktor-faktor yang - Faktor-faktor yang berpengaruh
mempengaruhi
kunjungan
terkait
promosi,
sarana
wisatawan ke obyek wisata
transportasi, fasilitas, jenis wisata
siak
& harga tiket, pelayanan

- Dinas
pariwisata
- Responden
- Bappeda

Menyusun arahan rencana dan - Persepsi stakeholders
strategi
pengembangan - Hasil analisis dari tujuan 1 dan 2
Kawasan Wisata Kabupaten
Siak

- Responden - AWOT
Rencana
dan
strategi
(AHP dan pengembangan
Kawasan
SWOT)
Wisata Kabupaten Siak

2

3

Jenis data

Sumber data

- Responden

Teknik
analisis data
- Scoring
system

Output

No

- Analisis
Regresi
Logistik
Biner

Obyek
wisata
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan di Kabupaten
Siak dan obyek wisata yang
sudah ada/ berkembang di
Kabupaten Siak
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kunjungan
wisatawan
ke
kawasan
wisata maupun obyek wisata

7

8

Teknik Analisis Data dan Kerangka Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahapan. Pertama untuk mengetahui dan menganalisis daerah tujuan wisata
eksisting dan daerah yang berpoensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan
wisata baru di Kabupaten Siak, dilakukan analisis skoring melalui persepsi
wisatawan yang diperoleh melalui wawancara. Kedua, untuk mengetahui persepsi
wisatawan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan
dilakukan dengan melakukan analisis regresi logistik biner. Ketiga melalui
analisis A’WOT dari persepsi stakeholders yang terdiri dari unsur pemerintah
untuk dapat merumuskan arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan
Wisata Kabupaten Siak. Secara sistematis kerangka analisis data dapat dilihat dari
bagan alir seperti yang tertera pada Gambar 1.
Jenis obyek wisata eksisting dan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

Instansi terkait dan tokoh masyarakat

Pendapat wisatawan

Analisis skoring

Obyek wisata eksisting dan
daerah/kawasan yang berpotensi
untuk
dikembangkan
menjadi
kawasan wisata

Pendapat wisatawan

Pendapat pemangku
kebijakan

Regresi Logistik Biner

Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat
berkunjung wisatawan

Analisis AWOT

Arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak

Gambar 1 Kerangka teknik analisis data penelitian
Teknik analisis data
Identifikasi obyek wisata dan Analisis Skoring
Nama-nama obyek wisata eksisting di Kabupaten Siak didapatkan dari
Dinas Pariwisata, sedangkan data potensi obyek wisata dikumpulkan dari hasil
wawancara dan tabulasi (Lampiran 7) dengan responden instansi terkait dan tokoh
masyarakat. Setelah dikumpulkan semua data tersebut maka dilakukan analisis
skoring untuk mengetahui obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan.
Analisis skoring digunakan untuk mengetahui obyek wisata eksisting yang
paling diminati oleh wisatawan dan obyek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kabupaten Siak melalui pendapat dari pemerintah, tokoh
masyarakat, dan wisatawan yang berkunjung. Besarnya skor masing-masing
obyek wisata atau daerah yang berpotensi untuk dikembangkan ditentukan dari

9

kebalikan dari jumlah obyek wisata atau daerah yang ditentukan. Sebagai contoh,
sejumlah n obyek wisata yang telah ditentukan, maka nilai skor tertinggi suatu
obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1.
Analisis Regresi Logistik Biner
Regresi logistik merupakan suatu metode regresi yang menggambarkan
hubungan antara suatu variabel respon (dependent) dan satu atau lebih variabel
prediktor (independent). Perbedaan antara model regresi logistik dengan model
regresi linear adalah variabel respon dari regresi logistik bersifat dikotomus.
Untuk variabel respon Y ada dua kategori yaitu obyek wisata yang memiliki
prioritas utama dan obyek wisata tidak berprioritas. Bentuk model regresi logistik
dengan variabel prediktor i adalah sebagai berikut:
π(x) =

dengan

π(x) = Peluang kejadian sukses dengan nilai probabilitas 0≤π(x)≤1
j
= Nilai parameter dengan j = 1,2,......,p.
X1,.,Xi = Peubah penjelas
π(x) merupakan fungsi yang non linier, sehingga perlu dilakukan
transformasi ke dalam bentuk logit untuk memperoleh fungsi yang linier agar
dapat dilihat hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Dengan
melakukan transformasi dari logit π(x), maka didapat persamaan yang lebih
sederhana, yaitu:
g(x) = 0+ 1x1+ 2x2+.......+ ixi
Bentuk logit g(x) ini merupakan model logit, fungsi linear dalam parameterparameternya, dan berada dalam jarak antara -∞ sampai +∞ tergantung dari
variabel X (Yudissanta dan Ratna, 2012).
Tabel 2 Variabel penentu minat berkunjung wisatawan
Y=

Peubah respon (Y)
Obyek wisata yang memiliki prioritas
utama (1) dan tidak berprioritas (0)

Peubah penjelas (X)
X1=Pernah berkunjung atau tidak ke lokasi
wisata (Ya =1 dan tidak =0)
X2=Jenis wisata yang disukai (wisata
budaya/sejarah =1 dan wisata lainnya = 0)
X3=Alat transportasi yang digunakan (pribadi =
1 dan umum =0)
X4=Pemandu wisata (Ada =1 dan tidak ada = 0)
X5=Hotel (Ada =1 dan tidak ada = 0)
X6=Restoran (Ada =1 dan tidak ada= 0)
X7=Toilet umum (Ada =1 dan tidak ada = 0)
X8=Informasi tentang obyek wisata (Ada =1
dan tidak ada = 0)
X9=Jenis fasilitas lainnya seperti tempat parkir
kendaraan (Ada =1 dan tidak ada = 0)
X10=Jenis fasilitas tempat pembuangan sampah
(Ada =1 dan tidak ada = 0)

Analytical Hierarchy Process (AHP)
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu
alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah
hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki
memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-

10

sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. Prinsip kerja AHP
adalah menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terstruktur,
strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu
hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan
dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian
dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Sumiyati, et al. 2011).
Permasalahan yang diselesaikan dengan AHP memiliki beberapa prinsip, di
antaranya adalah:
a. Membuat hierarki yakni memahami sebuah sistem yang kompleks, dapat
dilakukan dengan memecah sistem tersebut menjadi elemen – elemen
pendukung, menyusun elemen secara hierarki dan menggabungkannya atau
mensintesiskan sistem tersebut.
b. Penilaian kriteria dan alternatif yakni kriteria dan alternatif dapat ditentukan
dengan perbandingan berpasangan.
Metode AHP merupakan salah satu model Sistem Penunjang Keputusan
yang memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan
keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis melalui matriks
sehingga mudah dipahami (Arifin, 2010).
Penentuan besar bobot masing-masing kriteria, dapat menggunakan
persamaan berikut :
Wi = ∑nj=1 aij Wj (i=1,2,...,n)
Wi = aijWj (i dan j = 1,2,..,n)
Wi = rataan dari ai1 W1,..,ainWn, dimana:
Wi = Rataan dari ai1 W1,..ain Wn
Wj = Bobot input dalam kolom
aij = Bobot elemen ke-i pada kolom ke-j
n = Ordo matriks Saaty (1983) dalam Rianto (2014)
Analisis AWOT
Menurut Kangas et al. (2001), A’WOT merupakan metode hibrid yang
menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Proces
(AHP). Metode ini diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan yang dimiliki
SWOT. Metode A’WOT yang diterapkan dengan menggunakan AHP untuk
menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk
mengurangi subyektivitas penilaian terhadap fakor-faktor internal dan eksternal,
baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam
pengambilan suatu keputusan strategi. Dengan adanya prioritas dari setiap faktor
internal dan eksternal, yang dihasilkan dari analisis AHP akan memudahkan
dalam penyusunan suatu strategi. A’WOT merupakan alat dalam komunikasi dan
proses belajar dalam membuat keputusan, dimana melibatkan beberapa pembuat
keputusan. Selain itu, dapat dijadikan dasar yang baik untuk mempelajari
perbedaan pendapat, pengalaman dari stakeholders yang berbeda terkait dengan
proses pengambilan keputusan.
Data yang didapat dari responden dikerucutkan lagi baik itu data internal
(kekuatan dan kelemahan) maupun data eksternal (peluang dan ancaman). Data
internal dan eksternal akan digunakan untuk kuesioner dalam menentukan rencana
dan strategi pengembangan untuk mendapatkan bobot dan rating masing-masing

11

faktor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis
faktor strategi internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), analisis matriks internaleksternal (IE), analisis matriks space, dan tahap pengambilan keputusan dengan
analisis SWOT.
Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Analisis faktor strategi internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan
strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan
Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Analisis faktor strategi internal dan eksternal
menjadi pertimbangan penting dalam merumuskan strategi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan
kelemahan yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu
dengan pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Bagian dari analisis ini
adalah membuat matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)
yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan membuat matriks Eksternal Strategic Factor
Analysis Summary (EFAS) yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 3 Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)
Faktor-faktor strategi internal
Kekuatan :
1................................
2................................
Dst
Kelemahan :
1................................
2................................
Dst
Jumlah

Bobot

Rating

Skor

1,000

Tabel 4 External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)
Faktor-faktor strategi eksternal Bobot
Peluang :
1................................
2................................
Dst
Ancaman :
1................................
2................................
Dst
Jumlah
1,000

Rating

Skor

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) dalam Rudita (2012)
Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut :
a. Menyusun sebanyak 4 sampai dengan 10 faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada kolom 1
yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan
pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak.
b. Memasukkan bobot masing-masing faktor internal dan eksternal pada kolom
2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah,
sehingga nilai total bobot sama dengan satu.

12

c. Pada kolom 3 dimasukkan rating (pengaruh) masing-masing faktor internal
dan eksternal dengan memberi skala dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1
(sangat lemah). Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai ratarata dari semua responden.
d. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3.
Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1.
e. Jumlahkan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor
internal dan eksternal. Nilai selisih jumlah skor faktor internal dan eksternal
digunakan dalam analisis matriks Space.
Analisis Matriks Space
Matriks space berfungsi untuk memperoleh strategi yang paling tepat akan
diambil dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan
Kawasan Wisata di Kabupaten Siak. Menurut Rangkuti (2011), Matriks Space
digunakan untuk mengetahui posisi dan arah perkembangan selanjutnya
suatuperusahaan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah selisih dari
skorfaktor internal (kekuatan–kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal
(peluang–ancaman).
Berbagai peluang

Kelemahan
internal

Kuadran III
Strategi
Turnaround

Kuadran I
Strategi
Agresif

Kuadran IV
Strategi Defensif

Kuadran II
Strategi
Diversifikasi

Kekuatan
internal

Berbagai Ancaman
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2011)
Gambar 2 Matriks Space dan posisi kuadran
Penjelasan dari setiap kuadran adalah sebagai berikut:
 Kuadran I: Merupakan suatu situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
 Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)
 Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi dilain pihak memiliki kelemahan/kendala internal. Fokus strategi
perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar.
 Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal (Rangkuti, 2011).

13

Analisis SWOT (Matriks SWOT)
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths/S) dan peluang (opportunities/O), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses/W) dan ancaman
(threats/T). Menurut Rangkuti (2011), analisis SWOT digunakan dalam
menyusun formulasi strategis dengan menggabungkan berbagai indikator yang
terdapat dalam kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Model
penggabungannya menggunakan matriks SWOT. Tahapan dalam penyusunan
matriks SWOT adalah sebagai berikut:
1. S-O strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan
semua kekuatan untuk merebut peluang
2. W-O strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada
3. S-T strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan
semua kekuatan untuk mengatasi ancaman
4. W-T strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk menghindari ancaman.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kondisi fisik
Geografi dan Administrasi
Kabupaten Siak merupakan kabupaten ke enam terluas di Provinsi Riau
dengan pusat administrasi berada di Kota Siak Sri Indrapura. Kabupaten Siak
secara geografis memiliki luas 8.556,09 Km2 atau 9,74% dari total luas wilayah
Provinsi Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Siak terletak diantara
1°16’30”LU-0°20’49”LU dan 100°54’21”BT-102°10’59”BT, yang sebagian
besar terdiri dari dataran rendah di bagian timur dan sebagian dataran tinggi di
sebelah barat (Gambar 3).
Secara administratif batas wilayah Kabupaten Siak adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara: Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti;
b. Sebelah Selatan: Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan dan Kota
Pekanbaru;
c. Sebelah Timur: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan dan Kepulauan
Meranti;
d. Sebelah Barat: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Kampar dan Kota Pekanbaru.
Kabupaten Siak terdiri dari 14 kecamatan yang terdiri dari 122 desa dan 9
kelurahan. Data kecamatan dan luasnya disajikan pada Tabel 5.

14

Tabel 5

Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah desa/kelurahan dan Luas
wilayah (km2) di Kabupaten Siak Tahun 2014.

Kecamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Ibukota

Minas
Minas
Kandis
Kandis
Siak
Siak Sri Indrapura
Sungai Apit
Sungai Apit
Sungai Mandau Muara kelantan
Kerinci Kanan
Kerinci Kanan
Lubuk Dalam
Lubuk Dalam
Tualang
Tualang
Koto Gasib
Pangkalan Pisang
Dayun
Dayun
Bunga Raya
Bunga raya
Mempura
Benteng hilir
Sabak Auh
Bandar Sungai
Pusako
Dusun Pusako
Jumlah

Jumlah
Desa/Kelurahan
5
11
8
15
9
12
7
9
11
11
10
8
8
7
131

Luas Wilayah (Km2)
346,35
1498,65
894,17
1346,33
1705,00
128,66
155,09
343,60
704,70
282,24
151,00
437,45
73,38
544,47
8.556,09

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Gambar 3 Peta administrasi Kabupaten Siak
Geologi dan Jenis tanah
Wilayah Kabupaten Siak merupakan bagian dari daerah yang tersusun dari
batuan sedimen tufa yang berombak sampai bergelombang. Batuan induk
didominasi batuan liat (clay), silika, batu pasir dan batu lapis. Formasi ini terdapat
di daerah Minas. Jenis tanah yang dominan adalah tanah tropodult atau setara
dengan tanah podsolik merah kuning pada perbukitan dan tropaquept atau setara
dengan tanah alluvial yang sudah mulai berkembang pada bagian daratan rendah,
terutama di pinggiran sungai. Tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay

15

loam) dan lempung berliat yang makin ke dalam makin tinggi kadar liatnya.
Struktur tanah gembur sampai gumpal menyudut untuk horison A dan gumpal
menyudut untuk horison B yang umumnya memiliki sifat permeabilitas yang
rendah. Wilayah alluvium merupakan daerah rawa-rawa yang terjadi karena
gambut yang mengalami proses sedimentasi dari sungai-sungai didekatnya.
Penggunaan lahan
Menurut BPS, luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaannya pada
tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6. Penggunaan lahan terluas adalah lahan
perkebunan yaitu sebesar 200.603 ha atau sebesar 23,45% dari luas wilayah
Kabupaten Siak.
Tabel 6 Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013
Penggunaan
Lahan Sawah
Tegalan/kebun
Ladang
Padang runput
Hutan Rakyat
Hutan Negara
Perkebunan
Rawa
Tambak
Sementara tidak diusahakan
Terbangun (rumah)
Lain-lain
Jumlah

Luas (ha)
4.675
30.900
9.358
236
110.702
90.958
200.603
18.479
15.825
2.012
174.922
196.944
855.509

Proporsi
0,55
3,61
1,09
0,03
12,94
10,68
23,45
2,16
1,85
0,24
20,45
23,02
100,00

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)
Sebaran dari penggunaan lahan pada masing-masing kecamatan dijelaskan
pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat diliat bahwa lahan sawah banyak
terdapat di Kecamatan Bunga Raya seluas 2.202 ha dan Kecamatan Sabak Auh
seluas 1.380, dua Kecamatan ini yang saat ini menjadi pusat dari kegiatan
pertanian (komoditas utama padi) dibandingkan kecamatan lainnya. Penggunaan
lahan untuk tegalan/kebun banyak terdapat di Kecamatan Sungai Mandau yaitu
seluas 14.710 ha begitu juga untuk penggunaan berupa ladang, Kecamatan Sungai
Mandau merupakan yang terluas penggunaanya dibandingkan Kecamatan lain
yaitu seluas 6.685 ha. Kecamatan Kandis penggunaan lahan yang paling tinggi
adalah padang rumput. Kecamatan Siak dan Sungai Apit penggunaan lahan yang
paling dominan atau paling luas adalah hutan rakyat, secara berturut-turut luasnya
adalah 54.100 ha dan 36.232 ha.

16
Tabel 7 Sebaran luas lahan menurut penggunaannya tahun 2013
Tipe penggunaan lahan (dalam ha)
Kecamatan
Lahan
Padang
Kebun/Tegalan Ladang
sawah
runput
1. Siak
0
3.378
80
15
2. Mempura
0
5.850
1.906
4
3. Sabak Auh
1.380
29
0
8
4. Sungai Apit
373
2.087
36
5
5. Bunga Raya
2.202
228
30
5
6. Minas
0
129
81
10
7. Dayun
0
270
200
5
8. Kandis
82
146
139
70
9. Tualang
0
55
16
5
10. Koto Gasib
0
1.115
158
50
11. Kerinci Kanan
0
15
0
6
12. Lubuk Dalam
0
217
22
19
13. Sungai Mandau
606
14.710
6.685
5
14. Pusako
32
2.671
0
29
Jumlah
4.675
30.900 9.353
236
Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Hutan
rakyat
54.100
2.385
0
36.232
0
0
123
84
1.463
3.100
75
1.100
11.037
1.003
11.0702

Kondisi Sarana dan Prasarana
Sarana jalan
Pada tahun 2013, panjang jalan Kabupaten Siak menurut jenis permukaan
jalan dari total panjang jalan yaitu sepanjang 2.880,19 km, terdapat jalan aspal
dengan panjang 839,97 km dengan kondisi baik sepanjang 570,84 km atau
19,82% dari panjang jalan aspal, jalan kerikil dengan panjang 923,75 km dengan
kondisi baik sepanjang 175,05 km atau 6,08% dari panjang jalan kerikil, jalan
tanah dengan panjang 799,47 km dengan kondisi baik sepanjang 83,69 km atau
2,91% dari panjang jalan tanah, dan jalan beton dengan panjang 317,01 km
dengan kondisi baik 130,54 km atau 4,53% dari panjang jalan beton. Selain jalan
yang diperbaiki, untuk meningkatkan kemudahan a