Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung Kenari (Kasus: Usaha Asoy D' Canary)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA BURUNG KENARI
(Kasus: Usaha Asoy D’ Canary)

SURYANA PERMANA PUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Budidaya Burung Kenari (Kasus: Usaha Asoy D‟Canary)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Suryana Permana Putra
NIM H34090053

ABSTRAK
SURYANA PERMANA PUTRA. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung
Kenari (Kasus: Usaha Asoy D‟Canary). Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.
Burung kenari menjadi burung kicau peliharaan yang terpopuler di antara
jenis burung kicau peliharaan lainnya mencapai angka 424.000 ekor di Pulau Jawa
dan Bali berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jepson and Ladle (2006).
Salah satu pembudidaya burung kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep
Permana yang menamai peternakannya Asoy D‟Canary. Adanya peluang dalam
memenuhi permintaan dari sesama penghobi mendorong pelaku bisnis ini untuk
menjalankan usaha. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha
budidaya burung kenari dengan studi kasus usaha Asoy D‟Canary ditinjau dari
aspek nonfinansial dan aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek

nonfinansial diperoleh bahwa usaha Asoy D‟Canary layak untuk dijalankan,
karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi Asoy D‟ Canary dari
tiap-tiap aspek. Sedangkan berdasarkan hasil analisis aspek finansial usaha
budidaya burung kenari Asoy D‟ Canary layak untuk diusahakan dengan nilai
kriteria investasi Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 406,175,581, Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,45, Internal Rate of Return (IRR) 29,11, Payback
Period (PP) adalah 4,06. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan jumlah
produksi dan kenaikan biaya pakan masing-masing adalah 44, 08 persen dan 390,
64 persen.
Kata kunci: Burung kenari, kelayakan usaha

ABSTRACT
SURYANA PERMANA PUTRA. An Analysis on the Business Feasibility of
Farming Kenari (Case: Asoy D‟Canary‟s farm). Supervised by AMZUL RIFIN.
Birds chirping canary become the most popular pet among other
domesticated birds chirping reached 424,000 head in Java and Bali is based on
research conducted by Jepson and Ladle (2006). One cultivators canary in Bogor
is Mr. Asep Permana who named his ranch Asoy D'Canary. The opportunity to
meet the demand of a fellow hobbyist encourage businesses to conduct business.
The purpose of this study was to analyze the feasibility of cultivation canary with

business case studies Asoy D'Canary review of aspects of nonfinancial and
financial aspects. Based on the results of the analysis showed that the nonfinancial aspects of the business Asoy D'Canary feasible, because there are no
factors that inhibit the production activities Asoy D 'Canary from every aspect.
While based on the analysis of the financial aspects of the cultivation of canary
Asoy D 'Canary worth the effort with the value of the investment criteria of Net
Present Value (NPV) of Rp. 406,175,581, Net Benefit Cost Ratio (Net B / C) of
2.45, the Internal Rate of Return (IRR) 29.11, Payback Period (PP) is 4.06.
Maximum limit changes to decrease the amount of production and the increase in
feed costs, respectively 44,08 and 390,64 percent.
Keywords: Canary birds, business feasibility

ANALISIS KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA BURUNG KENARI
(Kasus: Usaha Asoy D’Canary)

SURYANA PERMANA PUTRA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan
pada bulan September - Oktober 2014 dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha
Budidaya Burung Kenari (Kasus: Usaha Asoy D‟Canary)”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha burung kenari dengan studi kasus
usaha Asoy D‟Canary bila ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen

Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian
skripsi, dan Bapak Asep selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan
informasi serta menjadi tempat penelitian penulis, serta teman-teman
seperjuangan yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan adik-adkiku, serta seluruh
keluarga atas segala do‟a dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Suryana Permana Putra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x


DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

4


Manfaat Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

Klasifikasi Ilmiah Burung Kenari

4

Budidaya Burung Kenari

4

Penelitian Terdahulu

8


KERANGKA PEMIKIRAN

10

Kerangka Pemikiran Teoritis

10

Kerangka Pemikiran Operasional

15

METODE PENELITIAN

17

Lokasi dan Waktu Penelitian

17


Jenis dan Sumber Data

17

Metode Pengumpulan Data

17

Metode Pengolahan Data

17

Asumsi Dasar Penelitian

22

GAMBARAN UMUM

23


Sejarah Perusahaan

23

Proses Budidaya

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Analisis Aspek Nonfinansial

25

Analisis Aspek Finansial

30


SIMPULAN DAN SARAN

38

Simpulan

38

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

41

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Data permintaan dan penawaran Usaha Asoy D‟ Canary
Biaya Penyusutan Usaha Asoy D‟ Canary
Nilai Sisa Usaha Asoy D‟ Canary
Biaya Investasi pada Usaha Asoy D‟ Canary
Biaya Reinvestasi Usaha Asoy D‟ Canary
Hasil Analisis Finansial Usaha Asoy D‟ Canary
Hasil perhitungan switching value Asoy D‟Canary

26
31
33
35
35
37
37

DAFTAR GAMBAR
1 Persentase penyebaran hewan peliharaan di Pulau Jawa dan Bali
2 Penyebaran burung peliharaan berdasarkan jenis burung peliharaan
3 Indukan jantan (kiri) dan indukan betina (kanan)
4 Penjodohan kenari
5 Pengeraman telur
6 Memberi pakan tambahan pada anakan burung kenari
7 Grafik hubungan NPV dan IRR
8 Kerangka pemikiran operasional
9 Saluran pemasaran usaha Asoy D‟ Canary
10 Saluran pemasaran usaha burung kenari Asoy D‟Canary
11 Skema pembagian kerja pada Usaha Asoy D‟Canary

1
2
5
6
7
7
14
16
27
27
29

DAFTAR LAMPIRAN
Layout Peternakan Asoy D‟ Canary
Kegiatan usaha Asoy D‟Canary
Proyeksi laba rugi
Proyeksi cash flow
Analisis switching value penurunan jumlah produksi 44, 08 % usaha
penangkaran burung kenari milik Asoy D‟Canary
6 Analisis switching value kenaikan biaya pakan biji-bijian 390, 64 %
usaha penangkaran burung kenari milik Asoy D‟Canary
7 Kuesioner Penelitian untuk Analisis Kelayakan Usaha Burung Kenari di
Peternakan Asoy D‟Canary, Kota Bogor.
1
2
3
4
5

41
42
43
45
47
49
51

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat daya beli rata – rata masyarakat
Indonesia semakin meningkat seiring bertambahnya tingkat pendapatan rata rata
mereka. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014,
pendapatan nasional per kapita penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan
dari tahun 2010 sampai tahun 2013 dengan nilai masing-masing sebesar 26, 29,
32, dan 35 juta rupiah. Hal ini menyebabkan perubahan beberapa faktor salah
satunya adalah perubahan gaya hidup seperti perubahan kebutuhan tersier menjadi
kebutuhan sekunder, dan kebutuhan sekunder menjadi primer. Perubahan ini
terjadi dikarenakan masyarakat merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan
primer seperti sandang, pangan, papan dan mereka akan menggunakan kelebihan
pendapatan mereka untuk terus memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.
Contohnya adalah hobi, dimana mereka dapat menjernihkan pikiran dari
kepenatan sehari – hari dengan meluangkan waktu dan terkadang membutuhkan
dana tambahan untuk melakukannya.
Salah satu hobi yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah
memelihara hewan peliharaan. Burung merupakan jenis hewan peliharaan yang
paling populer di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Jepson and Ladle (2006) yang menyatakan bahwa burung merupakan jenis
hewan yang paling banyak dipelihara di Pulau Jawa dan Bali, yaitu mencapai
angka 35,70 persen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

1%
4%

3%

5%

6%
35,7%
10%

13%
23%

m

Gambar 1 Persentase penyebaran hewan peliharaan di Pulau Jawa dan Bali
Sumber : Jepson and Ladle (2006)
Burung kenari menjadi burung kicau peliharaan yang terpopuler diantara
jenis burung kicau peliharaan lainnya. Diantara sepuluh jenis burung yang paling
populer dipelihara, kenari merupakan burung terbanyak yang dipelihara mencapai
angka 424.000 ekor di Pulau Jawa dan Bali (Jepson and Ladle 2006). Penyebaran
burung peliharaan berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Gambar 2.

2

Kota Bogor menjadi salah satu kota dengan masyarakat yang bany

Gambar 2 Penyebaran burung peliharaan berdasarkan jenis burung peliharaan
Sumber : Jepson and Ladle (2006)
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang masyarakatnya banyak
memelihara burung kicau. Hal ini disebabkan letak geografis Kota Bogor yang
berada dekat dengan Ibukota Jakarta dan Ibukota Provinsi Jawa Barat, atau
Bandung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jepson and Ladle (2006),
Kota Jakarta dan Kota Bandung adalah kota terbesar pertama dan ketiga yang
masyarakatnya memelihara burung kenari diantara kota-kota di Pulau Jawa dan
Bali. Kedekatan lokasi secara geografis ini mengakibatkan Kota Bogor
dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan akan burung kenari.
Salah satu penangkar burung kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep
Permana. Lokasi penangkarannya di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor
dengan nama usaha Asoy D‟ Canary. Pak Asep baru memulai usahanya pada
tahun 2012. Meskipun terbilang pemain baru, usaha Pak Asep ini tidak pernah
sepi permintaan. Permintaan tersebut datang dari wilayah Jakarta, Depok,
Bandung dan Jawa Tengah dengan jumlah permintaan mencapai 125 ekor per
siklus. Sedangkan Asoy D‟ Canary hanya dapat memenuhi sebanyak 30 ekor per
siklus.
Melihat kondisi permintaan yang besar tersebut, Pak Asep berencana
menambah skala produksinya dengan memperluas bangunan dan menambah
indukan burung kenari. Sebelum dilakukan penambahan skala produksi, usaha ini
memerlukan analisis untuk memproyesikan kelayakan usahanya beberapa tahun
ke depan, baik secara finansial maupun non-finasial. Oleh karena itu, analisis
kelayakan usaha penting dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Pak Asep ke
depannya.
Rumusan Masalah
Salah satu pengusaha yang membudidayakan burung kenari di Kota Bogor
adalah Bapak Asep Permana. Usaha yang dijalankan diberi nama Asoy D‟ Canary
yang terletak di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor. Perbedaan usaha yang

3

dilakukan oleh Bapak Asep Permana dengan pengusaha burung kenari lain adalah
Bapak Asep hanya melakukan budidaya burung kenari F2 Yorkshire. Kenari jenis
ini memiliki harga jual lebih tinggi dibanding harga burung kenari lokal yang
umum dibudidayakan di Indonesia. Harga anakan burung kenari F2 yorkshire usia
dua bulan mencapai dua juta rupiah per ekor, sedangkan harga anakan burung
kenari local pada usia yang sama mencapai seratus ribu rupiah per ekor. Masih
sedikit peternak Bogor yang bergelut di bidang ini karena biaya yang besar untuk
mendatangkan indukan burung kenari yang merupakan burung kenari impor
mencapai harga sepuluh juta rupiah per ekor. Terbukti baru tiga penangkar burung
kenari yang membudidayakan beberapa burung kenari jenis ini dalam skala besar
yaitu Asoy D‟Canary, The King‟s Farm, dan Gubuk Kenari.
Potensi pasar yang besar pada usaha Asoy D‟ Canary dapat dilihat pada
kelebihan permintaan yang dihadapi sebesar 95 ekor per siklus produksi. Hal ini
memberikan peluang bagi Asoy D‟ Canary untuk mengembangkan usahanya.
Dalam melakukan pengembangan usaha dibutuhkan biaya yang besar untuk
memperluas bangunan, menambah kandang, menambah indukan, dan peralatan
lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan untuk menilai kelayakan
pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Asoy D‟ Canary.
Tingkat penetasan telur dan tingkat hidup anakan burung kenari F2
Yorkshire cukup rendah. Tingkat penetasan telur burung kenari dapat mencapai
persentase sebesar nol persen. Setelah menetas pun, anakan burung kenari
menghadapi risiko kematian yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
penyakit, kelembaban, dan suhu ruangan yang berubah-ubah. Beberapa penyakit
yang biasa menyerang anakan burung kenari menurut Masyud (2013) adalah
gangguan pernapasan, berak kapur, snot atau coryza, bubul, cacingan dan kutu.
Disamping produksi telur, hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kenaikan harga
pakan biji-bijian. Kenaikan harga pakan biji-bijian disebabkan karena fluktuasi
produksi biji buah kenari, biji sawi, biji milet putih dan milet merah yang
merupakan bahan baku pakan biji-bijian burung kenari. Apabila harga pakan naik
maka biaya yang ditanggung menjadi lebih besar karena biaya pakan biji-bijian
merupakan biaya operasional terbesar pada usaha ini. Untuk itu, maka perlu
dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui perubahan yang dapat
ditolerir terhadap penurunan produksi telur dan peningkatan harga pakan bijibijian.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah usaha budidaya burung kenari Asoy D‟ Canary layak dijalankan
dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial lingkungan?
2. Apakah usaha budidaya burung kenari Asoy D‟ Canary layak dijalankan
dilihat dari kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net
Benefit and Cost Ratio (Net B-C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PP)?
3. Berapa besar perubahan kenaikan harga pakan dan penurunan produksi yang
dapat ditolerir pada usaha budidaya burung kenari Asoy D‟Canary?

4

Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan peru musan masalah yang ada, tujuan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis kelayakan usaha budidaya burung kenari dilihat dari aspek
pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial lingkungan.
2.
Menganalisis kelayakan usaha budidaya burung kenari dilihat dari kriteria
investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit adn Cost Ratio (Net BC Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).
3.
Menganalisis besar perubahan kenaikan harga pakan dan penurunan
produksi yang dapat ditolerir pada usaha budidaya burung kenari Asoy
D‟Canary.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1.
Sebagai sarana pembelajaran, penerapan ilmu dan pengembangan
pengetahuan bagi penulis terhadap kondisi pertanian.
2.
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengusaha burung kenari
dalam menjalankan atau memulai usahanya.
3.
Sebagai informasi dan pembanding bagi peneliti lain yang berkaitan dengan
budidaya burung kenari.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Ilmiah Burung Kenari
Kenari (Serinus Canaria) merupakan jenis burung kecil yang suka berkicau
dan termasuk kedalam kelompok burung pemakan biji (fringilidae). Berikut
klasifikasi ilmiah burung kenari :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Famili
: Fringilidae
Bangsa
: Serinus
Genus
: Serinus canaria
Budidaya Burung Kenari
Penentuan jenis kelamin
Burung kenari termasuk kategori burung monomorfik atau memiliki ciri
morfologi yang mirip antara burung jantan dan betina. Akibatnya secara
morfologis untuk membedakan jenis kelamin menjadi relative lebih sulit. Padahal
keberhasilan penentuan atau pembedaan jenis kelamin dengan tepat merupakan

5

prasyarat untuk menentukan kesuksesan program pengembangbiakan. Oleh
karena itu, menurut Masyud (2013) tahap awal yang harus dilakukan dengan tepat
dalam program pengembangbiakan adalah penentuan jenis kelamin.
Ciri–ciri kenari jantan adalah postur tubuh kenari jantan relatif ramping,
kepala bulat, dan leher agak panjang. Pada usia sekitar 2 - 4 bulan sudah mulai
tampak potensinya dalam berkicau. Selain itu, cara pengenalan melalui alat
kelamin dilakukan dengan membuka dubur/kloaka dan melihat vent. Bulu-bulu
disekitar dubur (kloaka) ditiup atau disibak agar mudah melihat alat kelamin
(vent), apabila terlihat ada bagian yang menonjol/runcing atau diraba di bagian
dubur terasa memanjang seperti “bamboo”.
Sedangkan kenari betina dari segi postur tubuh terlihat lebih bulat, kepala
sedikit lonjong, dan bentuk perut agak mengembang dan lebih lembut, tetapi tidak
gemuk terutama dalam masa siap kawin (birahi). Pada usia sekitar 3-4 bulan,
jarang atau belum berkicau. Dari segi alat kelamin, apabila diraba maka bagian
dubur/kloaka terasa relative tumpul. Apabila sudah memasuki usia siap kawin,
bentuk perut agak lebih mengembang dan tampak memerah. Burung kenari betina
terlihat mengepakkan sayap di depan sarangnya ketika mendengar kicauan dari
kenari jantan. Perbedaan indukan jantan dan indukan betina burung kenari dapat
dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Indukan jantan (kiri) dan indukan betina (kanan)
Pemilihan Indukan dan Penjodohan
Sebelum melakukan penjodohan, langkah awal yang harus dilakukan adalah
pemilihan calon indukan dengan mengacu pada beberapa kriteria umum pemilihan
indukan, yaitu calon indukan harus sehat, tidak sakit, tidak ada cacat fisik, umur
cukup untuk jantan delapan bulan dan betina tujuh bulan, dan sudah mulai tampak
perilaku seksual atau birahi.
Burung kenari tergolong monogamous temporalis, yaitu memiliki satu
pasangan dalam satu masa kawin dan setelah melewati satu masa kawin baru
pasangan dalam satu masa kawin dan setelah melewati satu masa kawin baru
dapat dijodohkan dan dikawinkan kembali. Burung tidak akan berkembang biak
apabila pasangannya tidak terbentuk atau tidak cocok, dan dapat terjadi
perkelahian.
Cara mencari pasangan atau menjodohkan burung kenari di penangkaran
sebagai usaha menjodohkan burung kenari dengan membentuk pasangannya yang
cocok, dapat dilakukan dengan cara yang pertama memasukkan kenari jantan dan
betina dewasa ke dalam satu kandang besar dan diamati proses penjodohannya.
Apabila cara ini berhasil membentuk pasangannya, maka pasangan tersebut dapat
dipindahkan ke dalam kandang pembiakan untuk pemeliharaan selanjutnya. Ikuti

6

dan amati perkembangan perilaku pasangan tersebut, apakah cocok atau tidak.
Bila tidak cocok, segera dipisahkan dan dicarikan pasangan baru. Kedua,
memasangkan kenari jantan dan betina sejak kecil dan diikuti perkembang
kecocokan pasangannya. Apabila cocok dan terbentuk pasangan tetap maka dapat
dipindahkan ke kandang pembiakan. Ketiga, memasukkan beberapa sangkar kecil
yang masing-masing berisi satu ekor kenari betina dewasa ke dalam satu kandang
berukuran besar yang berisi kenari jantan dan diamati perkembangannya. Apabila
kenari jantan terlihat mendekati sangkar berisi kenari betina secara terus-menerus,
berarti sudah terbentuk pasangan. Selanjutnya pasangan tersebut disatukan ke
dalam satu kandang pembiakan dan terus dipantau.

Gambar 4 Penjodohan kenari
Pengaturan Perkawinan Kenari
Dalam mengatur perkawinan atau program pengembangbiakan burung
kenari di penangkaran, paling tidak ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh
seorang penangkar, yaitu persiapan perkawinan dan proses perkawinan. Persiapan
perkawinan atau pengembangbiakan kenari mencakup yang pertama persiapan
lingkungan kandang penangkaran. Kandang pembiakan harus dipersiapkan
dengan baik yang meliputi sarang, kondisi suhu, intensitas cahaya matahari yang
cukup, serta kenyamanan dan keamanan. Kedua, persiapan pasangan burung
untuk program perkawinan harus dipastikan sehat, tidak cacat, cukup umur,
terseleksi dari turunan yang bermutu baik, memperlihatkan perilaku seksual yang
jelas, serta jantan dan betina sudah terlihat berdekatan.
dan memperlihatkan Pada proses perkawinan umumnya burung kenari yang
sudah berjodoh perilaku seksual akan diikuti dengan perkawinan. Dalam praktik,
seringkali seorang penangkar mengawinkan seekor pejantan unggul dengan dua
sampai tiga ekor betina. Setelah berhasil mengawini betina pertama dan betina
tersebut sudah berhasil bertelur, maka pejantannya dapat dipisahkan dan
diistirahatkan dua sampai tiga hari untuk kemudian dikawinkan lagi dengan betina
lainnya.
Penanganan telur dan proses pengeramannya
Apabila burung telah berhasil kawin, burung kenari akan mulai menyiapkan
sarangnya dan diperkirakan lima sampai tujuh hari setelah kenari betina membuat
sarangnya. Setelah itu burung kenari betina mulai bertelur sebanyak 2-6 butir atau

7

rata-rata 4 butir. Biasanya telur diletakkan satu butir setiap hari pada waktu antara
jam 05.00-07.30 pagi. Setelah semua telur dikeluarkan dan akan diikuti dengan
proses pengeraman telur.
Proses pengeraman telur berlangsung selama 13-14 hari. Pengeraman
umumnya dilakukan oleh betina, sementara pejantan biasanya menunggu di depan
sarang, membantu mengambilkan pakan untuk betina, dan bergantian mengerami
telur pada saat betina keluar mengambil pakan. Telur yang dierami perlu
dipastikan bahwa benar-benar dibuahi. Oleh karena itu, pada hari ketujuh dalam
masa pengeraman telur, perlu dilakukan pemeriksaan telur dengan mengambil dan
melihatnya dibawah cahaya untuk melihat ada tidaknya benih di dalam telur
tersebut. Umumnya telur yang terlihat gelap dibawah cahaya menunjukkan bahwa
telur tersebut dibuahi.

Gambar 5 Pengeraman telur
Perawatan dan Pembesaran Anak
Setelah telur menetas, langkah penting yang harus segera dilakukan adalah
perawatan dan pembesaran anak. Umumnya setelah menetas, anak masih
dibiarkan diasuh oleh induk betina sampai berumur sekitar 14-15 hari (± 2
minggu) dan setelah itu disapih dan dipelihara bersama induk jantannya. Pada saat
itu induk betina sudah mulai dipulihkan kondisinya dan dipersiapkan untuk
dikawinkan kembali. Umumnya dengan perlakuan yang baik, 20-23 hari sesudah
penetasan telur seekor induk betina kenari sudah dapat dijodohkan dan siap
dikawinkan kembali.

Gambar 6 Memberi pakan tambahan pada anakan burung kenari

8

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nurman Siagian berjudul Analisis
Kelayakan Investasi Usaha Penangkaran Burung Walet (Collucalia fuciphaga).
Pada penelitian ini, analisis finansial dibagi menjadi dua scenario yang didasarkan
pada masuknya burung wallet. Scenario 1 adalah analisis kelayakan investasi
dengan pendekatan rumah wallet sudah menghasilkan pada umur 2 tahun.
Scenario 2 adalah analisis kelayakan investasi dengan pendekatan rumah wallet
sudah menghasilkan pada umur 5 tahun. Arus manfaat (inflow) berupa nilai
produksi sarang burung wallet feses wallet, sedangkan arus biaya meliputi biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi pada scenario 1 sebesar Rp
147.400.000 dan pada scenario 2 sebesar 147.355.000. porsi biaya operasional
terbesar terletak pada komponen biaya tetap, yaitu sebesar Rp 183.305.000 atau
60,26% (scenario 1) dan Rp 147. 785.000 atau 61,11% (scenario 2) dari total
biaya yang dikeluarkan dalam biaya operasional. Analisis lainnya adalah B/C
ratio, NPV, IRR, dan PBP. Manfaat yang diperoleh didiskonto pada berbagai
tingkat diskonto yaitu 12%, 18%, dan 24%. Pada scenario 1, jika rumah wallet
mulai menghasilkan pada tahun ke-2, maka diperoleh B/C ratio sebesar 3,87 pada
tingkat diskonto 12%. Sedangkan pada tingkat diskonto 18% dan 24%, B/C ratio
berturut-turut sebesar 2,35 dan 1,51. Pada tingkat diskonto 12%, NPV proyek
sebesar Rp 372.082.356,20. Pada tingkat diskonto 18% dan 24% nilai NPVnya
sebesar Rp 166.850.221 dan Rp 59.906.074,54. IRR yang diperoleh sebesar
30,29% dan lebih besar dari tingkat suku bunga pada tingkat diskonto 12%, 18%,
dan 24% yang berarti investasi layak dan menguntungkan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bagus Yanuar Hariyanto, Usaha
Peternakan Burung Puyuh Surya Unggas Raya terbukti layak untuk diusahakan.
Nilai kriteria investasi Net Present Value (NPV) sebesar Rp 191.570.762, Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,50, Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
sebesar 1,06, Internal Rate of Return (IRR) 23,03%, Profitabilitas Ratio (PR)
sebesar 2,35, Payback Period (PP) sebesar 4,68 atau 4 tahun, 8 bulan, dan 4 hari.
Selain itu, Peternakan Burung Puyuh Surya Unggas Jaya peka terhadap kenaikan
harga pakan, penurunan harga telur kenari dan penurunan output produksi telur
kenari.
Penelitian A. Setiadi dan Bambang Mulyatno menunjukkan bahwa
penerimaan usaha ternak burung puyuh berkisar antara Rp 37.080.000 hingga Rp
63.840.000 per tahun dengan nilai rata-rata Rp 46.704.000. Pada penelitian ini
diperoleh nilai B/C rata-rata sebesar 1.039 yang berarti usaha burung puyuh
mempunyai jumlah penerimaan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
biaya produksi yang dikeluarkan. Selain itu, nilai ROI rata-rata diperoleh sebesar
101,93% yang menunjukkan usaha peternakan burung puyuh rakyat mempunyai
nilai yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang
berlaku. Penelitian lainnya mengenai analisis usaha beternak burung puyuh juga
dilakukan oleh Jusuf O Panekenan yang dilakukan di Kecamatan Sonder
Kabupaten Minahasa. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha
burung puyuh adalah sebesar Rp.1.952.738.975 / periode produksi. Tingkat
keuntungan yang diperoleh peternak burung puyuh bervariasi menurut skala
pemilikkan (skala usaha). Rata-rata tingkat keuntungan beternak burung puyuh di
Kecamatan Sonder sebesar Rp.50.987.460 per periode produksi.

9

Penelitian dari Suwarto (2003) yang berbentuk tesis, menganalisis usaha
ternak burung puyuh di Jl. Narogong, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan
Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat. Tujuan kajian penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bisnis beternak puyuh untuk dijadikan sumber mata pencaharian,
memahami permasalahan yang ada dalam beternak puyuh, melakukan evaluasi
kelayakan finansial usaha ternak puyuh dalam upaya pemenuhan dana dengan
skim yang ada. Analisis usaha pada penelitian tesis ini dilakukan melalui
pendekatan metode deskriptif terhadap aspek umum dan melalui pendekatan
metode analisis keuangan terhadap pembiayaan usaha seperti: NPV, IRR, PBP,
BEP serta analisis rentabilitas.
Analisis tingkat kelayakan finansial usaha ternak puyuh pada penelitian
tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan modal sendiri (discount rate
18 persen) maka diperoleh NPV sebesar Rp 16.071.600, IRR yang didapat sebesar
24,84 persen melebihi tingkat suku bunga yang berlaku, PBP yang diperoleh yaitu
15 bulan, BEP dalam unit sebanyak 135.478 butir dan harga sebesar Rp 71,94,sehingga analisis kelayakan finansial usaha ternak puyuh tersebut layak untuk
dijalankan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa usaha puyuh tersebut
dapat diberikan fasilitas KKU s.d.Rp 50 juta untuk menjalankan usahanya dengan
skala 6.500 ekor petelur, dengan kebutuhan yang sesuai berupa kredit modal kerja
dan investasi.
Hasil penelitian Oom Rohmawati dilihat dari aspek teknis menunjukkan
bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan bahan baku atau
ketersediaan induk ikan hias air tawar. Hal ini dikarenakan perusahaan
memelihara ikan dari benih hasil pemijahan dalam kegiatan produksi. Dari aspek
manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi yang cukup
sederhana dan mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan
kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan Arifin Fish Farm dapat digolongkan
dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu
orang dan berperan sebagai pemilik perusahaan. Aspek pasar menunjukkan bahwa
budidaya ikan hias air tawar memiliki potensi untuk dikembangka. Tingginya
permintaan eksportir dan pedagang pengumpul terhadap ikan hias air tawar pada
Arifin Fish Farm yaitu untuk Black Ghost sebesar 20.000 ekor, dan Ctenopoma
sebesar 159.000 ekor, sedangkan permintaan Patin sebesar 8.260,000 ekor per
tahun. Sehingga permintaan yang terpenuhi oleh perusahaan hanya sebesar 13.545
ekor Black Ghost, 151.900 ekor Ctenopoma, dan 6.693.750 ekor Patin. Hasil
Perhitungan aspek finansial pada usaha ikan hias air tawar Arifin Fish Farm
menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp
2.039.639.749,00, nilai Net B/C diperoleh sebesar 4,08, nilai IRR sebesar 60
persen, payback period sebesar 2,03, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar
Rp 434.591.902,00. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap penuruanan
harga penjualan menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk dilanjutkan.
Penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV
Rp 1.125.203.260,00; Net B/C sebesar 2,43 dan IRR sebesar 34 persen.
sedangkan penurunan sebesar 30 persen, menghasilkan NPV sebesar
667.985.016,00; Net B/C sebesar 1,79 dan IRR sebesar 24 persen.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al. 2010). Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis
layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah usaha dinyatakan layak untuk
dilaksanakan jika usaha tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan dampak negatif yang
ditimbulkan. Studi kelayakan bisnis diperlukan oleh beberapa pihak yang
berkepentingan, seperti pelaku bisnis, investor, kreditor, pemerintah, dan
masyarakat.
Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis diperlukan ketika pelaku bisnis
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Merintis usaha baru
Ketika pelaku bisnis akan merintis usaha baru studi kelayakan bisnis
diperlukan untuk mengetahui apakah usaha baru yang dirintis layak atau
tidak untuk dijalankan.
2.
Mengembangkan usaha yang sudah ada
Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha yang sudah ada studi
kelayakan bisnis diperlukan untuk mengetahui apakah usaha yang akan
dikembangkan layak atau tidak untuk dijalankan.
3.
Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan
Ketika pelaku bisnis akan memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang
paling menguntungkan maka diperlukan studi kelayakan bisnis.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
tidak hanya menganalisis layak atau tidak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2005). Menurut Gittinger
(1986) rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek disebut
sebagai siklus proyek (project cycle). Siklus ini dibagi dalam beberapa tahap,
yaitu tahap identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, pelaksanaan dan
evaluasi.
Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui bermanfaat atau
tidak investasi yang dilakukan oleh seorang pengusaha pada bisnis yang akan atau
sedang dijalankannya sehingga menghindarkan pengusaha tersebut dari kegiatan
investasi yang merugikan. Salah satu analisis kelayakan usaha yang dilakukan
adalah pada budidaya burung kenari di peternakan Bapak Asep Permana. Burung
kenari sebagai komoditi baru di Indonesia memiliki prospek pengembangan
usaha. Namun, burung kenari membutuhkan modal yang cukup besar untuk
diusahakan sehingga dengan adanya analisis kelayakan usaha dapat diketahui
berapa manfaat yang didapatkan dari usaha budidaya burung kenari.

11

Kelayakan suatu usaha dianalisis dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, serta
aspek keuangan. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak dapat berdiri
sendiri. Jika salah satu aspek tidak dipenuhi, perlu dilakukan perbaikan atau
tambahan yang diperlukan.
a.
Aspek Pasar
Pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu usaha karena
berkaitan dengan kelangsungan produksi. Jika pasar menyerap hasil
produksi dalam jumlah yang tinggi, tentu tidak menjadi masalah sebab usaha
akan mendapatkan keuntungan. Tetapi jika pasar menyerap hasil produksi
dalam jumlah yang rendah, akan mendatangkan kerugian pada usaha yang
dirintis (Rahardi et al. 1993). Umumnya tujuan studi pasar bertujuan untuk
mengukur dan memperkirakan permintaan untuk menilai ketetapan waktu
dan harga dari proyek dalam memproduksi barang/jasa. Hal ini sangat
penting karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan.
Dengan demikian akan terlihat berapa besar volume yang akan dikejar untuk
mencapai sasaran laba yang telah ditetapkan dan berapa besar biaya yang
harus dikorbankan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut. Menurut
(Nurmalina et al. 2010) aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang
permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan
yang bisa dicapai perusahaan.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiaannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010). Aspek ini berpengaruh
terhadap kelancaran usaha terutama terhadap proses produksi. Hal yang perlu
dianalisis dalam aspek ini adalah sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi bisnis
Pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebaik-baiknya agar tidak
merugikan usaha yang telah dirintis. Menurut Rahardi et al. (1993),
penentuan lokasi usaha perlu ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek
teknis-ekonomis, aspek iklim, dan aspek agronomis.
2. Luas produksi
Penentuan luas produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi
yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan
kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang peling
efisien (Kasmir dan Jakfar 2009). Luas produksi dapat dilihat dari segi
ekonomis dan segi teknis. Jika dari segi ekonomis yang dilihat adalah
berapa jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya yang paling efisien,
sedangkan dari segi teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang
dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan produksi. Bagi
perusahaan yang tergantung pada mesin dan peralatan produksi serta
berproduksi berdasarkan pesanan, penentuan luas produksi kurang begitu
penting.
3. Pemilihan mesin peralatan dan teknologi
Dalam pemilihan teknologi yang perlu diperhatikan adalah seberapa
jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan. Beberapa kriteria dalam pemilihan teknologi, yaitu
ketepatan teknologi dengan bahan baku, keberhasilan penggunaan

12

c.

d.

e.

teknologi di tempat lain, pertimbangan teknologi lanjutan akibat
keusangan, dan kemampuan pengetahuan tenaga kerja dan kemungkinan
pengembangannya (Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan mesin peralatan (Suliyanto 2010)
yaitu kesesuaian dengan teknologi, nilai beli yang sesuai, kemampuan
mesin yang sesuai, ketersediaan pemasok, ketersediaan suku cadang,
kesesuaian kualitas mesin, dan kesesuaian umur ekonomis.
4. Penentuan layout pabrik dan bangunan
Layout adalah suatu proses dalam penentuan bentuk dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan
adanya layout dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu
memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan
pemeliharaan, pemakaian ruangan yang efisien, mengurangi biaya
produksi maupun investasi, serta memberikan kenyamanan, kesehatan,
dan keselamatan kerja yang lebih baik (Kasmir dan Jakfar 2009).
Aspek Manajemen dan Hukum
Manajemen merupakan cara mengatur satu atau beberapa faktor untuk
mencapai tujuan yang diharapkan (Rahardi et al. 1993). Dalam hal ini yang
perlu dipahami adalah dasar-dasar manajemen proyek, yaitu perencanaan
proyek dan dasar-dasar manajemen sumber daya manusia yang terdiri dari
deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, struktur organisasi, dan pengadaan
karyawan (Suliyanto 2010).
Manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai yang diharapkan. Beberapa fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi itu antara lain
(Rahardi et al. 1993) adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan
pengawasan.
Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek sosial merupakan aspek yang memperhatikan manfaat dan
pengorbanan sosial yang dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi usaha
(Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang dipelajari dalam aspek ini adalah
adanya penambahan kesempatan atau pengurangan pengangguran serta
bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis, seperti
lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan lain
sebagainya.
Lingkungan usaha dapat menjadi peluang bagi bisnis yang dijalankan
dan dapat pula menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis terhadap aspek lingkungan untuk mengetahui
kesesuaian lingkungan terhadap bisnis yang dijalankan serta dampak bisnis
terhadap lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menganalisis apakah kondisi
lingkungan mendukung untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis tersebut
memberikan dampak positif terhadap lingkungan (Suliyanto 2010).
Aspek Finansial
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya
yang dikeluarkan, sehingga akan terlihat pengembalian uang yang
ditanamkan seberapa lama akan kembali (Kasmir dan Jakfar 2009). Menurut
Umar (2007) besarnya biaya yang akan dikeluarkan tergantung dari usaha
yang akan dirintis. Perhitungannya perlu dilakukan sebelum investasi

13

dilakukan. Penilaian dalam aspek keuangan meliputi beberapa hal, yaitu
sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi,
estimasi pendapatan dan jenis-jenis serta biaya yang dikeluarkan selama
umur usaha, proyeksi laporan laba rugi, kriteria penilaian investasi, dan rasio
keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.
Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa besar
pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besar biaya yang akan
dikeluarkan selama umur usaha. Hal ini dapat digambarkan dalam suatu arus
kas (cash flow). Cash flow merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar
dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga investasi
tersebut berakhir. Dalam cash flow semua data pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan diestimasi sedemikian rupa selama umur bisnis, sehingga dapat
terlihat gambaran pemasukan (cash in) dan pengeluaran (cash out)
perusahaan di masa yang akan datang. Aspek finansial meliputi laporan laba
rugi, arus kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi.
1) Aliran kas (Cash flow)
Menurut Umar (2005) aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan
kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber
kas dan penggunaan-penggunaannya. Aliran kas setiap bisnis berbedabeda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis bisnis, proses kegiatan produksi, dan
keadaan kesiapan dimulainya bisnis. Aliran kas terdiri dari beberapa
unsur, seperti Arus penerimaan (inflow), Arus pengeluaran (outflow),
Manfaat bersih (Net Benefit)
2) Laporan laba rugi
Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi merupakan suatu laporan
keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan
selama periode akuntansi. Laporan ini menunjukkan hasil-hasil operasi
perusahaan selama periode tersebut. Penerimaan diperoleh dari penjualan
barang dan jasa. Penerimaan penjualan dikurangi seluruh pengeluaran
disebut pendapatan neto atau laba, sedangkan penerimaan yang dikurangi
pengeluaran tunai untuk operasi disebut dengan pendapatan bruto (laba
bruto). Pengeluaran tunai untuk operasi merupakan semua pengeluaran
yang timbul untuk memproduksi output diantaranya pengeluaran untuk
tenaga kerja dan pengeluaran untuk bahan mentah. Pengeluaran
selanjutnya adalah biaya-biaya penjualan, biaya-biaya umum, dan biayabiaya administrasi. Biaya-biaya ini mencakup sejumlah perincian biaya
eksploitasi, seperti biaya-biaya administrasi umum, latihan, penelitian,
dan biaya manajemen yang dibayar saat akan menjalankan usaha.
Berikutnya adalah dana-dana operasi (pendapatan operasi sebelum
penyusutan) dimana merupakan keuntungan neto atau arus uang tunai
perusahaan yang timbul dari kegiatan operasi. Selanjutnya pengeluaranpengeluaran operasi bukan tunai, unsur utamanya adalah penyusutan.
Penyusutan merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap
ke tiap-tiap periode akuntansi sehingga nilainya berangsur-angsur habis
atau terhapus, sejalan dengan umur teknis harta tersebut. Umumnya
metode yang digunakan adalah penyusutan garis lurus dimana
mengalokasikan suatu nilai harta tetap dengan besaran yang sama ke tiaptiap periode akuntansi. Pengurangan pengeluaran operasi bukan tunai dari

14

NPV (Rp)

penerimaan diperoleh pendapatan operasi (laba operasi) atau disebut juga
laba sebelum bunga dan pajak. Jika perusahaan menerima pembayaran
bunga maka transaksinya akan muncul pada satu perincian dalam laporan
laba rugi. Pengurangan pembayaran bunga dari penerimaan akan
diperoleh pendapatan (laba) sebelum pajak. Terakhir, pengurangan pajak
pendapatan dari penerimaan akan diperoleh pendapatan (laba) neto
setelah pajak.
3) Kriteria penilaian investasi
Kriteria penilaian investasi merupakan alat ukur yang digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu usaha pada aspek finansial. Kriteria yang
digunakan tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan. Kriteria
yang digunakan adalah Net Present Value (NPV,) Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).
Hubungan antara nilai Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of
Return (IRR) dapat dilihat pada Gambar 7.

IRR

Discount rate

Gambar 7 Grafik hubungan NPV dan IRR
Sumber : Nurmalina (2009)
Analisis Switching Value
Analisis switching value digunakan untuk mengukur perubahan maksimal
dari perubahan komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih
dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu pada
seberapa besar perubahan terjadi sampai dengan npv sama dengan nol. Perubahan
yang melebihi nilai switching value baik untuk penurunan inflow maupun
peningkatan outflow menyebabkan usaha tidak lagi layak dijalankan. Analisis
switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan
maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau
outflow.

15

Kerangka Pemikiran Operasional
Kenari merupakan burung peliharaan terpopuler di Indonesia. Kota bogor
menjadi salah satu kota dengan angka permintaan yang tinggi terhadap burung
kenari. Hal ini terbukti dari banyaknya perlombaan burung kicau serta kios-kios
burung kenari yang banyak terdapat di kota Bogor. Berdasarkan hal tersebut, Kota
Bogor memiliki permintaan yang berujung pada peluang usaha burung kenari
yang besar.
Salah satu peternak kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep Permana,
usaha Asoy D‟ Canary. Beliau merupakan pemain baru di usaha ini karena baru
sekitar dua tahun menggeluti usaha ternak burung kenari. Untuk dapat menangkap
peluang pasar yang besar, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha burung kenari.
Selain itu, analisis switching value dilakukan untuk melihat batas penurunan atau
kenaikan faktor-faktor dalam cashflow yang menyebabkan usaha tersebut tidak
layak.
Dalam analisis kelayakan usaha ini ada beberapa aspek yang perlu
dianalisis. Aspek tersebut meliputi aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek
nonfinansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
serta aspek sosial dan aspek lingkungan.. Dalam aspek finansial alat ukur yang
digunakan adalah kriteria penilaian investasi. Adapun alat ukur yang digunakan
pada penelitian ini meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Analisis
switching value dilakukan terhadap dua faktor, yaitu penurunan produksi dan
kenaikan biaya pakan biji-bijian.
Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 8.

16

Terdapat peluang pada
pengembangan usaha budidaya
burung kenari Asoy D‟ Canary

Investasi yang besar dan
perkembangan harga faktor
produksi yang tidak menentu di
masa yang akan datang

Analisis kelayakan usaha

Aspek finansial:
NPV, Net B-C, IRR, PP dan
Switching Value

Layak

Aspek non finansial:
Aspek pasar, teknis, manajemen,
hukum, sosial, dan lingkungan

Tidak layak

Evaluasi

Gambar 9 Kerangka pemikiran operasional

17

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usaha burung kenari milik Bapak Asep
Permana yang berlokasi di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor. Pemilihan
lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan
bahwa saat pengamatan langsung ke beberapa kios burung permintaan burung
kenari di Kota Bogor cukup besar sedangkan penangkarnya masih relatif sedikit.
Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan September hingga
Oktober 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan (observasi) langsung serta
wawancara dengan pemilik usaha atau pihak-pihak yang terkait dengan usaha
tersebut. Data primer bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai burung
kenari termasuk budidayanya dan informasi mengenai keuangan usaha tersebut.
Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian ini,
seperti buku teks, jurnal, penelitian-penelitian sebelumnya, surat kabar dan Badan
Pusat Statistik (BPS), serta internet.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara,
dan studi literatur. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data primer. Observasi dan wawancara dilakukan dengan pemilik usaha dan
pihak-pihak yang terkait dengan usaha tersebut, sedangkan studi literatur
dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder untuk mendukung data primer.
Pengumpulan data dengan studi literatur dilakukan melalui penelusuran pustaka di
perpustakaan IPB, internet, dan instansi terkait.
Metode Pengolahan Data
Metode penelitian ini mengacu pada studi kasus yang mana lingkup
penelitian ini terfokus pada kasus yang terjadi pada perusahaan tertentu yang
dikaji secara mendalam dan menyeluruh. Menurut Nazir (1999), tujuan metode ini
adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat
serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, kemudian dari
sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Studi kasus
ini difokuskan pada penangkaran burung kenari milik Asoy D‟Canary yang
terletak di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor.
Metode pengolahan data yang dilakukan adalah metode secara kualitatif
dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek
nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk
menganalisis aspek finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi dan

18

analisis kriteria penilaian investasi. Dalam hal ini data diolah dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan kalkulator.
Analisis Aspek Nonfinansial
Pada penelitian ini aspek-aspek nonfinansial yang akan dianalisis adalah
sebagai berikut:
1.
Aspek pasar
Ada beberapa hal yang akan dianalisis pada usaha burung kenari milik Asoy
D‟Canary. Pertama, permintaan baik secara total ataupun diperinci menurut
daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan tersebut. Kedua,
penawaran baik yang berasal dari dalam maupun dari luar kota. Ketiga
adalah harga, apakah ada kecenderungan perubahan harga pada usaha Asoy
D‟Canary. Keempat, program pemasaran yang mencakup strategi
pemasaran dan bauran pemasaran (marketing mix). Kelima, perkiraan
penjualan yang bisa dicapai oleh usaha burung kenari milik Asoy D‟Canary.
Menurut Jumingan (2009) jika hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan
tidak ada permintaan produk/jasa yang mencukupi maka proyek dinyatakan
tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil di masa yang akan
datang.
2.
Aspek teknis
Pada analisis ini hal yang perlu diperhatikan adalah perencanaan lokasi,
pemilihan peralatan dan teknologi yang digunakan, serta layout. Jika lokasi
usaha Asoy D‟Canary sesuai dengan kondisi lokasi usaha burung kenari
pada umumnya maka usaha ini dinyatakan layak. Untuk layout, penempatan
sarana dan prasarana dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan belum
ada ketentuan yang mengatur penempatan fasilitas-fasilitas serta bentuk,
ukuran, dan bahan kandang yang digunakan. Usaha ini dinyatakan layak
secara aspek teknis jika masih dapat memproduksi burung kenari. Menurut
Nurmalina et al. (2010), aspek teknis membahas tentang lokasi bisnis, luas
produksi, proses produksi, lay out, pemilihan jenis teknologi dan equipment.
Aspek teknis dikatakan layak jika komponen-komponen teknis yang
dianalisis dapat memberikan kemudahan, efektivitas dan efisiensi kerja
untuk mengoptimalkan hasil produksi.
3.
Aspek manajemen
Aspek manajemen yang akan dianalisis pada usaha Asoy D‟Canary, yaitu
perencanaan proyek dan dasar-dasar manajemen sumber daya manusia yang
terdiri dari deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, struktur organisasi, dan
pengadaan karyawan. Setiap kegiatan manajemen dibidang apa pun terdapat
fungsi-fungsi manajemen. Dalam bisnis peternakan ada tiga hal yang perlu
dilakukan pada manajemen, yaitu manajemen produksi, manajemen
pemasaran, dan m