Analisis kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA KRISAN POTONG

DI KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

RR. MIRANTI CANDRANINGTYAS H34061153

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

RINGKASAN

RR. MIRANTI CANDRANINGTYAS. Analisis Kelayakan Usaha Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI).

Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional terus mengalami peningkatan dari Tahun 2007 hingga Tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura. Laju pertumbungan share subsektor tanaman hias pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura bernilai positif yang berarti terjadi peningkatan pada komoditi tersebut sebesar 0,87 persen per tahun. Diantara jenis komoditas tanaman hias, bunga potong memiliki peluang yang cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Salah satunya adalah krisan, krisan potong mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Dari proyeksi ekspor krisan pada Tahun 2007 diperkirakan mencapai US $ 15.000.000 (BPS, 2005). Meski demikian, hingga saat ini pasokan krisan belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, sebagai salah satu sentra produksi krisan potong di Jawa Barat memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung sebagai daerah pengembangan komoditas pertanian tersebut. Namun jumlah permintaan akan krisan potong yang semakin meningkat belum sepenuhnya terpenuhi oleh produksi di Kecamatan Sukaresmi. Oleh karena itu muncul keinginan petani untuk meningkatkan skala usaha. Selain itu masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong mengingat masih terbukanya peluang pasar komoditas khas Kecamatan Sukaresmi itu. Namun keinginan petani dan masyarakat terbentur adanya kendala modal sehingga diperlukan analisis kelayakan usaha yang dilakukan melalui aspek non finansial dan aspek finansial.

Ketidakpastian akan dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang mampu mempengaruhi kelayakan terutama dari aspek finansial. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi antara lain penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga input variabel. Untuk melihat kondisi kelayakan usaha dengan adanya perubahan tersebut maka perlu dilakukan analisis sensitivitas pada usaha komoditas pertanian ini. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, serta aspek lingkungan, (2) menganalisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi pada aspek finansial, (3) menganalisis sensitivitas kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi bila terjadi perubahan harga jual krisan potong dan harga beli bibit dengan menggunakan analisis switching value.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Februari 2011. Data primer diperoleh melalui metode wawancara langsung dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis


(3)

dilakukan secara kualitatif pada aspek-aspek non finansial dan secara kuantitatif pada aspek finansial dengan program komputer Microsoft excel 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pasar, usaha krisan potong di wilayah ini masih memiliki peluang pasar. Pada bauran pemasaran tidak terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran. Pada aspek teknis, pemilihan lokasi hingga teknik budidaya tidak menemui kendala yang berarti. Pada aspek manajemen, meskipun manajemen usaha masih sederhana namun telah terdapat pembagian tugas yang jelas dan usaha ini pun terdafatar dalam keanggotaan gapoktan setempat. Pada aspek sosial dan lingkungan, usaha ini memberikan dampak positif yang cukup banyak bagi masyarakat sekitar. Secara aspek non finansial, usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi layak untuk dilaksanakan.

Analisis aspek finansial dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan usaha dengan modal mandiri (skenario I) dan pelaksanaan usaha dengan modal pinjaman (skenario II). Pada skenario I diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 297.538.961,70, sedangkan pada skenario II diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 261.865.533,70. IRR masing-masing skenario adalah 103 persen untuk skenario I dan 207,65 persen untuk skenario II. Net B/C dari skenario I sebesar 3,43 sementara untuk skenario II sebesar 8,04. Lama Payback Period dari kedua skenario adalah kurang dari dua tahun. Dapat disimpulkan bahwa usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi lebih layak untuk dilaksanakan jika dibiayai oleh modal pinjaman. Karena meskipun nilai NPV dari skenario I lebih besar, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Sebaliknya Nilai IRR dan Net B/C dari skenario II jauh lebih besar dibandingkan skenario I.

Hasil analisis switching value pada skenario I memperlihatkan bahwa jika harga jual krisan potong menurun lebih dari 51,67 persen atau harga bibit meningkat lebih dari 651,46 persen, maka usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis switching value pada skenario II memperlihatkan bahwa jika harga harga jual krisan potong menurun lebih dari 51,15 persen atau harga bibit meningkat lebih dari 633,39 persen maka usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil ini memperlihatkan bahwa usaha dengan modal pinjaman lebih sensitif terhadap penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga bibit dibandingkan dengan pembiayaan dari modal sendiri.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA KRISAN POTONG

DI KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR

RR. MIRANTI CANDRANINGTYAS H34061153

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan

Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur Nama : Rr. Miranti Candraningtyas

NIM : H341153

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Harmini, MSi

NIP. 1950316 200501 2001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Rr. Miranti Candraningtyas


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nganjuk pada tanggal 7 April 1988. Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak R. Harnyoto dan Ibu Nurtiani

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Yayasan Wanita Kereta Api (YWKA) Kertosono yang diselesaikan pada tahun 1994, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SDN BANARAN I KERTOSONO yang diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri I Kertosono pada tahun 2003 sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri I Kertosono pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007.

Selama masa perkuliahan, penulis juga tercatat sebagai anggota Departemen Sosial Lingkungan dan Pengabdian Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode kepengurusan Tahun 2008-2009.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Krisan potong merupakan salah satu jenis komoditas bunga potong yang memiliki peluang pasar yang cerah. Sebagai salah satu sentra budidaya krisan potong di Indonesia, Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur masih mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Dengan luasnya lahan potensial yang tersedia untuk mengusahakan budidaya krisan potong, maka tersedia peluang bagi petani atau pengusaha untuk membuka usaha krisan potong baru di wilayah ini. Oleh karena itu sebelum menjalankan usaha diperlukan analisis untuk mengetahui kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Harmini, MSi sebagai pembimbing skripsi atas bimbingannya, kesabaran, waktu, pikiran, perhatian, arahan dan nasihat yang diberikan.

2. Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribis selaku penguji Utama pada ujian sidang yang telah memberikan masukan dan arahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Dra. Yusalina, MS selaku penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak H. Dadang selaku petani responden krisan potong di Kecamatan Sukaresmi yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua tercinta Bapak R. Harnyoto dan Ibu Nurtiani atas doa, kasih sayang, kepercayaan, sarana dan prasarana yang telah diberikan.

6. Kakak-kakak Bayu Yudianto, Endro Lukito, Teguh Widodo, Retno Yustriningtyas, Anugrah Hendratno, Dyah Nani Retnaningtyas, Hanis Mohammad Candra, atas kasih sayang, doa serta dukungan berupa moral maupun materil.

7. Rekan satu perjuangan: Lina, Fatimah Khairunnisa, Agista Rosiana, Emijar, dan Uni yang memberikan bantuan, semangat serta doa.

8. Sahabat-sahabat tercinta: Ichfani Listyawati, Achmad Fadillah, Devi Mustikawati, Gangga Nanda Adi Surya dan Faisal Nafis atas bantuan, inspirasi, kebersamaan, keceriaan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

9. Pihak-pihak lain yang ikut membantu namun tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis, baik yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan ... 9

1.4. Kegunaan ... 9

1.5. Ruang Lingkup ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Karakteristik Umum Krisan Potong ... 11

2.2. Sistem Agribisnis Krisan Potong ... 12

2.2.1 Subsistem Pengadaan Input dan Penyaluran Sarana Produksi ... 12

2.2.2 Subsistem Usahatani (Budidaya) ... 13

2.2.3 Subsistem Pemasaran ... 15

2.2.4 Subsistem Pendukung ... 18

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ... 18

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis ... 25

3.1.2 Aspek Kelayakan Bisnis ... 26

3.1.2.1 Aspek Pasar ... 26

3.1.2.2 Aspek Teknis ... 27

3.1.2.3 Aspek Manajemen ... 29

3.1.2.4 Aspek Sosial dan Lingkungan ... 29

3.1.2.5 Aspek Finansial ... 29

3.1.3 Analisis Sensitivitas ... 32

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

IV METODEPENELITIAN ... 37

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

4.3 Metode Penentuan Sampel ... 38

4.4 Metode Analisis Data ... 38

4.4.1 Metode Analisis Kelayakan Usaha Krisan Potong ... 38

4.4.2 Metode Analisis Sensitivitas ... 43

4.5. Asumsi Dasar ... 43

V GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKARESMI ... 46

5.1 Kondisi Wilayah Kecamatan Sukaresmi ... 46

5.2 Gapoktan Seruni Citra Resmi ... 48


(11)

5.4 Pemasaran Produk ... 53

5.3 Kegiatatan Manajerial ... 55

VI ASPEK NON FINANSIAL ... 57

6.1 Aspek Pasar ... 57

6.1.1 Analisis Peluang Pasar ... 57

6.1.2 Bauran Pemasaran ... 58

6.1.3.1 Produk ... 58

6.1.3.2 Harga ... 59

6.1.3.3 Tempat ... 60

6.1.3.4 Promosi ... 60

6.1.3 Hasil Analisis Pasar ... 60

6.2 Aspek Teknis ... 61

6.2.1 Lokasi Usaha ... 61

6.2.2 Skala Usaha ... 62

6.2.3 Proses Budidaya Krisan Potong ... 62

1) Persiapan Lahan ... 62

2) Penanaman Bibit ... 62

3) Penyulaman ... 63

4) Pemeliharaan ... 63

5) Pengelolaan Panen dan Pascapanen ... 63

6.2.4 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 64

6.3 Aspek Manajemen ... 64

6.3.1 Struktur Organisasi ... 64

6.3.2 Deskripsi Pekerjaan ... 65

6.3.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 66

6.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan ... 66

VII ASPEK FINANSIAL ... 68

7.1 Analisis Biaya Manfaat ... 68

7.1.1 Analisis Biaya ... 68

7.1.1.1 Biaya Investasi ... 68

7.1.1.2 Biaya Operasional ... 70

1) Biaya Operasional Tetap ... 70

2) Biaya Operasional Variabel ... 71

7.1.1.3 Pembayaran Pinjaman ... 73

7.1.2 Analisis Manfaat ... 74

7.2 Analisis Laba Rugi ... 76

7.3 Analisis Kelayakan Investasi ... 76

7.3.1 Skenario Usaha I (Modal Mandiri) ... 76

7.3.2 Skenario Usaha II (Modal Pinjaman) ... 77

7.3.3 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Kedua Skenario ... 78

7.4 Analisis Switching Value ... 79

7.4.1 Penurunan Harga Jual Krisan Potong ... 79

7.4.2 Peningkatan Harga Beli Bibit Krisan ... 81


(12)

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

8.1 Kesimpulan ... 83

8.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura

berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007 – 2009 ... 1

2. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Potong Indonesia Tahun 2003-2008 ... 2

3. Volume Penjualan Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2006-2007 ... 3

4. Produksi Bunga Krisan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008 ... 5

5. Rincian Penelitian Terdahulu ... 24

6. Luas Lahan Desa-Desa di Kecamatan Sukaresmi ... 47

7. Pola Pertanaman Lahan Sawah Kecamatan Sukaresmi Selama Satu Tahun ... 47

8. Data Kelompok Tani Anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi ... 50

9. Nama Varietas Bunga Krisan Potong Produksi Kecamatan Sukaresmi ... 51

10. Rata-Rata Harga Jual Bunga Krisan Potong per Ikat Kecamatan Sukaresmi pada Tahun 2010 ... 55

11. Proyeksi Penjualan Kelompok Tani Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Tahun 2010 ... 58

12. Deskripsi Pekerjaan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi ... 66

13. Biaya Investasi Usaha Krisan Potong Kecamatan Sukaresmi 69

14. Reinvestasi Tahun Ke Tiga ... 70

15. Biaya Operasional Tetap per Tahun Skenario I ... 70

16. Kebutuhan Pupuk dan Pestisida per Tahun ... 72

17. Penggunaan Tenaga Kerja Per Tahun ... 73

18. Biaya Pasca Panen Selama Setahun ... 73

19. Produksi dan Penerimaan Krisan Potong Selama Tahun Pertama ... 75

20. Produksi dan Penerimaan Krisan Potong Selama Tahun Ke Dua dan Seterusnya ... 75


(14)

22. Kelayakan Vinansial Skenario I (Modal Pribadi) ... 77 23. Kelayakan Finansial Skenario II (Permodalan Pinjaman) ... 78 24. Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial Kedua Skenario 79 25. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Krisan

Potong ... 80 26. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Bibit .... 82


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tahapan Pascapanen Krisan Potong ... 17

2. Bagan Alur Kerangka Operasional ... 36

3. Greenhouse Tipe Sere ... 51

4. Kemasan Krisan Potong Tipe Standar ... 53

5. Saluran Pemasaran Krisan Potong Kecamatan Sukaresmi... 54

6. Struktur Organisasi Pengusahaan Krisan Potong di Kecamatan Seruni Citra Resmi ... 55


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Produksi Bunga Krisan Menurut Provinsi di Indonesia

Tahun 2008 ... 87 2. Siklus usaha Budidaya Krisan Potong Seluas 1.000 m2 Selama

Setahun ... 88 3. Biaya Investasi Usaha Krisan Potong Luas 1.000 m2 ... 89 4. Perhitungan Biaya PBB ... 89 5. Perhitungan Pembayaran Angsuran pada Tahun Ke Dua dan

Seterusnya ... 90 6. Biaya Pembuatan Satu Unit Greenhouse dengan Luas 200 m2 . 90 7. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Nilai Sisa Aset Usaha ... 91 8. Rincian Kebutuhan Pupuk dan Pestisida dalam Setahun ... 92 9. Proyeksi Laba Rugi Usaha Krisan Potong denga Luasan

1000 m2 (Skenario I) ... 93 10. Proyeksi Laba Rugi Usaha Krisan Potong dengan Luasan

1000 m2 (Skenario II) ... 94 11. Cashflow Usaha Krisan Potong dengan Luasan 1000 m2

(Skenario I) ... 95 12. Cashflow Usaha Krisan Potong dengan Luasan 1000 m2

(Skenario II) ... 97 13. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value

Skenario I dengan Perubahan Harga Jual Krisan Potong ... 99 14. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value

Skenario II dengan Perubahan Harga Jual Krisan Potong ... 100 15. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value

Skenario I dengan Perubahan Harga Bibit Krisan ... 101 16. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value


(17)

I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu komponen PDB nasional yang memberikan kontribusi terhadap penerimaan devisa negara. Tahun 2008, subsektor hortikultura memberikan kontribusi sebesar 19 persen dalam PDB pertanian1. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Produksi dan luas panen komoditas hortikultura di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007 - 2009

Komoditas

PDB 2007 PDB 2007 PDB 2007 Laju

Pertumbuhan

Share

(%/tahun) Nilai

(Milyar Rp) %

Nilai

(Milyar Rp) %

Nilai

(Milyar Rp) %

Sayuran 25.587 33,31 28.205 33,50 30.506 34,53 1,82

Buah-buahan 42.362 55,16 47.060 55,89 48.437 54,84

-0,28

Tanaman

hias 4.741 6,17 5.085 6,04 5.494 6,22

0,87

Biofarmaka 4.105 5,36 3.853 4,57 3.897 4,41 -9,12

Total 76.795 100 84.203 100 88.334 100 -6,71

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) (diolah)

Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional terus mengalami peningkatan dari Tahun 2007 hingga Tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura. Jika dilihat dari laju pertumbungan share pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura, subsektor tanaman hias bernilai positif yang berarti terjadi peningkatan pada komoditi tersebut sebesar 0,87 persen per tahun. Selain itu florikultura di Indonesia menjadi salah satu industri yang sedang dikembangkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan

1


(18)

2 petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata serta menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman (Zebua, 2011).

Diantara jenis komoditas tanaman hias, bunga potong memiliki peluang besar baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Data Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2009 (Tabel 2) memberikan informasi mengenai perkembangan volume ekspor bunga potong Indonesia dari Tahun 2003 hingga 2007yang cenderung meningkat. Sedangkan prospek pasar domestik bunga potong dapat dilihat dari volume penjualan tanaman hias di Indonesia Tahun 2006 hingga Tahun 2007 pada Tabel 3.

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Potong Indonesia Tahun 2003-2008 No.

Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Harga Rata-Rata (US $/Kg)

1. 2003 681.928 1.387.338 2,03

2. 2004 14.065.154 12.914.439 0,92

3. 2005 18.259.265 15.027.410 0,82

4. 2006 15.047.349 16.331.671 1,08

5. 2007 15.875.683 12.573.931 0,79

6. 2008* 3.343.562 9.230.721 2,76

Keterangan : * bukan merupakan Angka Tetap (ATAP) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2009)

Tabel 2 menunjukkan volume dan nilai ekspor bunga potong dari Tahun 2003 hingga 2008 memiliki kecenderungan meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2004, sebagian besar bunga potong Indonesia diekspor diantaranya ke Jepang, Korea Selatan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat.

Volume penjualan bunga potong di Indonesia pada Tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 3. Setelah mencapai 94,38 persen dari total penjualan tanaman hias, penjualan bunga potong Indonesia turun menjadi 87,94 persen pada Tahun 2007. Hal ini disebabkan pada Tahun 2007 tren daun potong seperti Anthurium sedang meningkat sehingga konsumen bunga potong sedikit beralih ke produk daun potong.


(19)

3

Tabel 3. Volume Penjualan Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2006-2007

No. Jenis komoditas Volume penjualan

2006 2007

Rp % Rp %

1 Bunga potong 24.172.712.150,00 94,38 15.330.986.350,00 87,94 2 Bunga potong

Filler

748.030.000,00 2,92 1.270.955.000,00 7,29

3 Daun Potong 101.139.200,00 0,39 183.967.100,00 1,06 4 Ranting 17.550.000,00 0,07 17.550.000,00 0,10 5 Tanaman Hias

Daun Pot

53.346.000,00 0,21 21.465.000,00 0,12

6 Tanaman Taman

520.069.500,00 2,03 608.418.000,00 3,49

Total 25.612.846.850,00 100,00 17.433.341.450,00 100,00

Sumber: Asosiasi Bunga Indonesia (2008)

Meskipun mengalami penurunan, komoditas bunga potong masih memiliki volume penjualan terbesar, sehingga agribisnis bunga potong masih memiliki peluang bisnis yang baik diantara komoditas tanaman hias yang lain. Salah satu jenis bunga potong yang memiliki pasar prospektif adalah krisan. Hal ini dikarenakan krisan memiliki variasi warna dan bentuk yang cerah dan menarik, memiliki daya tahan kesegaran (vase life) yang cukup lama, mudah dirangkai, serta ekonomis. Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada era perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapura dan Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Permana, 2005).Krisan menempati urutan kedua setelah bunga mawar di pasar tanaman hias dunia.

Krisan potong mempunyai peluang pasar yang sangat luas, baik domestik maupun ekspor. Pasar domestik yang potensial adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Malang dan Denpasar, mengingat perilaku masyarakat di kota besar yang memanfaatkan krisan potong untuk menyambut hari-hari besar, upacara keagamaan, pesta, dekorasi hotel, rumah makan, dan lain-lain. Sebagai gambaran, proyeksi kebutuhan bunga potong di Pasar Rawabelong Jakarta pada Tahun 2007 mencapai 3.171.946 tangkai, 26


(20)

4 persen diantaranya adalah krisan (Nurmalinda dan A.Yani, 2009). Selain itu dijelaskan lebih lanjut bahwa Departemen Pertanian meramalkan permintaan domestik untuk bunga potong meningkat 15-20 persen per tahun.

Selain dalam negeri, pasar luar negeri mempunyai potensi yang besar. Pada Tahun 2003, perdagangan krisan di Indonesia mengalami surplus sekitar US $ 1000.000. Ekspor komoditas ini ke negara-negera tujuan seperti Hongkong, Jepang, Singapore dan Malaysia pun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun,. Dari proyeksi ekspor krisan pada Tahun 2007 diperkirakan mencapai US $ 15.000.000 (BPS, 2005). Meski demikian, hingga saat ini pasokan krisan belum mencukupi kebutuhan dunia. Negara-negara penghasil utama krisan seperti Jepang dan Belanda hanya mampu memasok kurang dari 60 persen dan kontribusi negara-negara penghasil krisan di Asia Tenggara seperti Indonesia hanya sekitar sepuluh persen dari total permintaan dunia. Dengan demikian, peluang bisnis bunga krisan masih sangat besar. Peningkatan ekspor bunga krisan dengan mutu yang memadai ke pasar internasional masih sangat terbuka.

Permintaan bunga krisan di pasar dapat pula diukur dengan menggunakan pendekatan penawaran (supply). Penawaran terhadap krisan potong dapat ditunjukkan dari volume produksi. Pada Tabel 4 dapat dilihat perkembangan produksi bunga krisan di Indonesia dan perbandingannya dengan jenis tanaman hias lainnya.

Berdasarkan data perkembangan produksi tanaman hias Indonesia Tahun 1997 hingga 2008 dari Badan Pusat Statistik, krisan merupakan tanaman hias dengan rata-rata volume tertinggi ke dua di Indonesia setelah mawar. Perkembangan produksi krisan dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Sebaliknya, mawar mengalami penurunan volume produksi sejak Tahun 1998. Hal tersebut mengindikasikan bahwa krisan menjadi pesaing utama bagi mawar. Merujuk pada data-data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa usaha pengembangan krisan potong memiliki prospek yang cerah.

Menurut Widya Sari (2008), peningkatan produksi krisan di Indonesia ini disebabkan kondisi iklim Indonesia yang cocok dengan syarat tumbuh dan budidaya krisan, selain itu juga sistem pembungaan dan panen krisan dapat diatur


(21)

5 menurut kebutuhan pasar. Dalam Tabel 5 dapat dilihat perbandingan produksi krisan diantara provinsi-provinsi di Indonesia pada tahun 2008.

Tabel 4. Produksi Bunga Krisan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008

Provinsi Produksi Proporsi

(Tangkai) (%)

Sumatera Utara 3.803.034 3,77

Jawa Barat 51.451.094 51,00

Jawa Tengah 13.528.918 13,41

Jawa Timur 29.962.606 29,70

Sulawesi Utara 2.140.908 2,12

Total 100.886.560 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009 (Diolah)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2008, provinsi di Indonesia dengan produksi bunga krisan tertinggi adalah Jawa Barat, yaitu sebesar 50,55 persen.Hal ini disebabkan iklim sebagian besar wilayah di Jawa Barat yang sesuai dengan syarat tumbuh dari bunga yang kerap dikonsumsi dalam jumlah besar oleh hotel, perkantoran serta instansi pemerintah ini. Di Provinsi Jawa Barat banyak tersebar sentra-sentra produksi krisan,diantaranya adalah Cisarua Kabupaten Bogor, Lembang Kabupaten Bandung, Sukabumi dan Cipanas Kabupaten Cianjur.

Kecamatan Sukaresmi-Cipanas, Kabupaten Cianjur memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung sebagai daerah pengembangan tanaman hias. khususnya krisan potong. Sektor pertanian di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur memberikan sumbangan sebesar 42,93 persen terhadap PDRB. Disamping itu, terdapat 63,52 persen tenaga kerja di sektor pertanian2. Demikian pula untuk komoditas krisan potong. Di wilayah ini terdapat banyak pelaku usaha yang berfokus pada budidaya krisan potong, mulai dari petani kecil hingga perusahaan komersial yang telah mencapai pasar ekspor. Petani-petani yang membudidayakan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini tergabung dalam sebuah gabungan

2


(22)

6 kelompok tani (gapoktan), yaitu Gapoktan Seruni Citra Resmi dengan 11 kelompok tani sebagai anggotanya3.

Kondisi alam yang mendukung dan jarak yang relatif dekat dengan pasar serta banyaknya petani krisan di wilayah ini, sejak beberapa dekade yang lalu Sukaresmi telah memasok sebagian besar pasar krisan potong di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali dan Medan. Meskipun demikian, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.permintaan akan krisan potong semakin meningkat dan belum sepenuhnya terpenuhi oleh produksi dalam negeri, khususnya di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ini.

Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut perlu adanya peningkatan jumlah produksi di Kecamatan Sukaresmi. Para petani krisan di wilayah tersebut ingin meningkatkan skala usaha mereka. Tidak hanya petani yang telah memulai usaha, masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong mengingat masih terbukanya peluang pasar komoditas khas kecamatan Sukaresmi itu, namun keinginan petani dan masyarakat terbentur adanya kendala modal. Usaha krisan potong memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi, mengingat usaha ini memerlukan lahan yang luas serta biaya pembuatan green house produksi yang tinggi. Tidak hanya itu, pembangunan usaha krisan potong juga memiliki risiko layaknya komoditas pertanian lainnya, yaitu memerlukan tempat yang besar, cepat rusak, dan rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Risiko fisik tersebut dapat menurunkan nilai jual bunga krisan yang berujung pada kerugian. Oleh karena itu, guna mendukung usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini perlu dilakukan suatu analisis yang meninjau kelayakan usaha budidaya krisan potong, baik dari aspek finansial maupun non finansial.

1.2.Perumusan Masalah

Produk florikultura khususnya krisan potong dimanfaatkan untuk bahan rangkaian bunga atau dekorasi dalam berbagai keperluan baik acara adat maupun keagamaan, atau dimanfaatkan untuk sekedar sebagai penghias meja, hadiah untuk orang-orang terdekat, atau kegunaan lainnya. Seiring meningkatnya pendapatan masyarakat. proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi

3


(23)

7 kebutuhan sekunder semakin tinggi (Malian dan Masdjidin. 2000). Demikian pula yang terjadi pada krisan potong, Permintaan krisan potong sebagai kebutuhan sekunder semakin meningkat. Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur sebagai sentra produksi krisan potong pun sering kali mengalami kelebihan permintaan.

Hampir seluruh lahan usaha tani di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur ini berada di ketinggian 700-800 meter di atas permukaan laut dengan kondisi yang sesuai untuk berbagai jenis tanaman, termasuk bunga krisan. Lahan potensial yang masih ada di wilayah ini yaitu seluas 611,09 Ha yang tersebar di 11 desa4.Saat ini Kecamatan Sukaresmi, sebagai salah satu sentra budidaya krisan potong menghadapi permintaan rata-rata 40.000 ikat per minggu atau sebesar 1.920.000 ikat per tahun. Sedangkan jumlah krisan potong yang dapat dijual oleh petani-petani di kecamatan ini hanya mencapai 1.200.000 ikat per tahun atau 25.000 ikat per minggu. Ini berarti Kecamatan Sukaresmi masih memiliki peluang pasar sebesar 15.000 ikat per minggu. Selain itu data volume dan nilai ekspor krisan potong Indonesia yang memiliki tren meningkat semakin menguatkan bahwa Kecamatan Sukaresmimemiliki peluang pasar yang cukup besar baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.

Petani-petani bunga di Kecamatan Sukaresmi tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Seruni Citra Resmi. Gapoktan yang beranggotakan 193 petani ini telah memiliki pasar di berbagai kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali dan Medan5. Masing-masing petani memiliki skala produksi yang bervariasi. Mulai dari dua hingga 20 green house produksi. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani krisan di Kecamatan Sukaresmi adalah 1000-2000 m2. Petani-petani anggota memasarkan hasil kebunnya kepada gapoktan, kemudian gapoktan akan menjual kembali produk bunga petani kepada para dekorator atau konsumen besar lainnya yang memanfaatkan bunga potong untuk keperluan acara adat maupun agama6. Setiap tahun permintaan yang datang dari para dekorator semakin meningkat, sehingga sering kali terjadi excess demand pada gapoktan. Untuk menutupi kurangnya pasokan dari petani, gapoktan kerap membeli produk perusahaan

4

BPBTP Sukaresmi, 2010 5

Profil Gapoktan, 2009 6


(24)

8 bunga potong komersial di wilayah tersebut. Namun permintaan belum seluruhnya terpenuhi. Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut perlu adanya peningkatan jumlah produksi di Kecamatan Sukaresmi. Para petani krisan di wilayah tersebut ingin meningkatkan skala usaha mereka. Tidak hanya petani yang telah memulai usaha, masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong mengingat masih terbukanya peluang pasar komoditas pertanian tersebut, namun keinginan petani dan masyarakat tersebut terkendala kebutuhan modal yang besar, mengingat pengusahaan krisan potong di daerah tropis seperti Indonesia khususnya Kabupaten Cianjur yang rentan terpaan air hujan dan angin ini membutuhkan fasilitas green house sebagai naungan. Pembuatan green house produksi ini memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi.

Sebagaimana permintaan bunga potong di Indonesia, krisan potong di Kecamatan Sukaresmi juga mengalami fluktuasi permintaan. Permintaan akan krisan potong berubah-ubah berdarkan kalender Islam. Dalam satu tahun biasanya terjadi tiga kali penurunan jumlah permintaan. Penurunan tersebut berlangsung selama Bulan Muharram, Safar dan Ramadhan. Penurunan ini disebabkan jarang diadakannya resepsi atau acara ritual lainnya. Selain penurunan jumlah permintaan yang menyebabkan penurunan pendapatan, ada pula waktu tertentu dimana pendapatan petani meningkat. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada Bulan Syawal dan Dzulhijjah pada perhitungan kalender Islam, serta ketika menjelang Natal dan Tahun Baru.

Usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi sangat potensial untuk dijalankan mengingat masih besarnya permintaan yang belum terpenuhi di wilayah ini, yakni sebesar 720.000 ikat per tahun. Namun dalam pelaksanaanya ada beberapa kendala antara lain biaya investasi yang cukup tinggi serta risiko kerugian yang dapat terjadi kapan saja pada usaha budidaya krisan potong ini.

Peluang pasar yang tinggi serta biaya investasi dan risiko kerugian yang besar menjadi pertimbangan untuk melakukan analisis kelayakan usaha sebelum menjalankan usaha ini, baik dari aspek finansial maupun non finansial.

Berdasarkan uraian diatas. maka perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:


(25)

9 1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur?

3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur jika terjadi penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga beli bibit dengan menggunakan metode switching value?

1.3.Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang ada. maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, ekonomi dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.

3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur jika terjadi penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga beli bibit dengan menggunakan metode switching value.

1.4.Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan :

1. Bagi petani dan masyarakat sekitar, sebagai pedoman untuk melakukan pengusahaan krisan potong.

2. Bagi investor sebagai bahan acuan mengenai prospek usaha krisan potong. 3. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan

pengembangan potensi agribisnis Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. 4. Bagi penulis, memberi kesempatan belajar dan menambah pengetahuan serta


(26)

10 5. Bagi pembaca, sebagai informasi dan bahan kajian bagi kalangan akademisi

yang tertarik pada pengusahaan krisan potong.

1.5. Ruang Lingkup

Di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terdapat banyak pelaku usaha budidaya krisan potong. mulai dari petani kecil hingga perusahaan komersial yang telah mencapai pasar ekspor. Petani-petani yang membudidayakan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini tergabung dalam sebuah gabungan kelompok tani (gapoktan), yaitu Gapoktan Seruni Citra Resmi. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani-petani anggota gapoktan tersebutlah yang akan digunakan sebagai pendekatan analisis kelayakan usaha krisan potong pada penelitian ini dengan melihat aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan, serta aspek finansial.


(27)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Karakteristik Umum Krisan Potong

Menurut Widyawan dan Prahastuti (1994), krisan merupakan tanaman hias bunga potong perdu yang berasal dari daratan Cina yang karena keelokan bentuk dan warnanya, bunga potong ini menyebar ke negara lain seperti Eropa. Di Eropa krisan mulai dikembangkan menjadi berbagai macam varietas. Berdasarkan Rukmana dan Mulyana (1997), krisan masuk ke Indonesia tahun 1800 dan sejak tahun 1940 mulai dikembangkan secara komersil di Indonesia.

Tanaman dengan nama latin Chrysanthenum,sp ini menurut Kofranek (1992) dibudidayakan dengan tiga tipe, yaitu :

1)Tipe Standard : pembudidayaan dengan membuang seluruh bunga lateral agar hanya terdapat satu bunga utama dengan ukuran besar dalam satu tangkai.

2)Tipe Disbuds : memberikan perlakuan pinching pada bunga dengan maksud dapat memperbanyak cabang. Kemudian tunas lateral pada setiap cabang dibuang agar dapat memunculkan satu bunga utama berukuran besar.

3)Tipe Spray : pembudidayaan dengan membuang bunga utama pada setiap cabang sehingga bunga lateral tumbuh pada setiap cabang. Pada tipe ini terdapat beberapa bunga berukuran kecil dalam satu tangkai.

Namun sebagai bunga potong, krisan hanya dibudidayakan dalam tipe Standard dan tipe Spray sesuai permintaan pasar. Dalam Rukmana dan Mulyana (1997), krisan tipe standar diantaranya terdiri dari varietas White Fiji, Yellow Fiji, Holday, Alouis, Astro, Snowdon White, Cassandra dan pingpong. Sedangkan varietas krisan spray antara lain adalah Puma, Yellow Puma, White regent, Town talk, Heidi, Zroland, Pompon, Soraya, Wendi, Caymono dan Casablanca.

Menurut Kofranek (1992), berdasarkan bentuk dan susunan bunganya krisan siklasifikasikan menjadi:

1)Tipe Single (Aster), yaitu krisan dengan satu atau dua baris susunan bunga pita, serta memiliki satu bunga cakram di tengahnya.


(28)

12 2)Tipe Anemone, mirip dengan tipe single namun bunga cakramnya membentuk

bantalan.

3)Tipe Pompon, yaitu krisan dengan susunan rangkaian bunga pita yang pendek dengan bunga cakram yang tidak nampak.

4)Tipe Decorative, yaitu krisan dengan susunan bunga pita dan bunga cakram yang bertumpukan dengan bentuk bundar. Bunga pita terluar biasanya lebih panjang.

5)Tipe Large Flower, yaitu bunga berdiameter lebih dari 10 cm dengan bunga cakram yang tidak terlihat jelas.

Kriteria krisan potong yang diterima konsumen akhir adalah bunga dengan tingkat kemekaran sempurna, berpenampilan sehat dan segar, serta memiliki tangkai yang tegar dan kekar agar bunga menjadi tahan lama. Sehingga produsen (petani) harus memperhitungkan jarak dan waktu pengiriman serta risiko kerusakan bunga dalam proses pengiriman agar bunga dapat tetap memenuhi kriteria setelah sampai di tangan konsumen akhir.

Krisan potong memiliki penampilan yang menarik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Daerah sentra produksi krisan antara lain adalah Cipanas (Cianjur), Cisarua (Bogor), Sukabumi, Lembang (Bandung), Bandungan, Malang, dan Brastagi.

2.2.Sistem Agribisnis Krisan Potong

Sistem agribisnis bunga potong terdiri dari subsistem yang saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain (Bunasor, 1999). Subsistem tersebut diantaranya:

2.2.1. Subsistem Pengadaan Input dan Penyaluran Sarana Produksi

Input dan sarana produksi budidaya krisan potong meliputi green house, bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian, dan lain-lain. Bibit yang digunakan adalah anakan dari induk tanaman krisan yang dapat dipanen maksimal enam kali. Lima kali panen diantaranya untuk produksi dan satu kali panen untuk indukan baru, yaitu dengan cara stek.

Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, KCl, ZA dan KNO3. Sedangkan obat-obatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan yaitu fungisida dan insektisida.


(29)

13

2.2.2. Subsistem Usahatani (Budidaya)

1) Pembibitan

Pada umumnya krisan potong diperbanyak dengan metode stek pucuk. Penyetekan merupakan proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, dan dapat berkembang menjadi satu tanaman lengkap apabila ditempatkan pada kondisi optimum (Kofranek, 1992). Pembibitan dimulai dengan memilih induk yang telah berumur minimal satu tahun, sehat, berkualitas prima, memiliki daya tumbuh tinggi, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar. Kemudian tunas air yang muncul dari tanaman induk diambil sepanjang 2-8 cm. Lalu daun bagian atas dipotong, diambil pucuknya. Setelah itu ditanam pada bak berisi pasir atau sekam bakar yang diberi alas agar air tetap tersedia. Temperature dijaga sekitar 17°C. jarak tanam rapat dan dijauhkan dari penyinaran langsung dengan cara menutup bak tanam dengan kain blancu (Sari, 2008).

Berdasarkan Rukmana dan Mulyana (1997) pemeliharaan untuk bibit (stek pucuk) dilakukan dengan penyiraman menggunakan sprayer dua hingga tiga kali sehari, diberikan penyinaran dengan lampu untuk pertumbuhan vegetatif, serta penyemprotan pestisida apabila tanaman diserang hama atau penyakit. Selain itu pada sore hari dan malam hari, khususnya pada beberapa hari sebelum bibit dipindahkan ke lapangan sungkup pesemaian dibuka. Sedangkan pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptic. Bibit diadaptasikan besar secara bertahap ke lapangan terbuka setelah berukuran cukup besar.

Setelah bibit stek pucuk berumur 10-14 hari, bibit siap dipindahtanamkan ke kebun. Sedangkan bibit dari kultur jaringan siap dipindahtanamkan jika telah memiliki daun berjumlahlima hingga tujuh helai dan setinggi 7,5-10 cm (Rukmana dan Mulyana, 1997).

2) Pengolahan Media Tanam, Penanaman, dan Pemeliharaan

Sebelum menanam bibit krisan, perlu dibuat bedengan sebagai media tanam dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, dan jarak antara bedengan 30-40 cm. Setelah itu dilakukan pengapuran untuk tanah yang mempunyai pH kurang dari 5,5. Pengapuran dilakukan dengan menyebar kapur pertanian, seperti perlu dolomit, kalsit atauzeagrosecara merata


(30)

14 pada permukaan bedengan (Rukmana dan Mulyana, 1997). Kemudian dianjutkan dengan pembuatan lubang tanam. Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm dan 20 cm x 20 cm. Pelubangan dilakukan dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang ideal adalah pagi atau sore hari.

Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), tanah perlu dipupuk dengan ZA, TSP dan KCl secara merata sebelum ditanami bibit. Campuran ketiga pupuk tersebut disebut pupuk dasar, dimaksudkan untuk mengembalikan nutrisi tanah yang hilang karena proses pembudidayaan sebelumnya. Selain diberi pupuk, tanah juga perlu ditaburi furadan pada tiap lubang tanam, yaitu 6-10 butir per lubang. Furadan 3G merupakan fungisida yang dapat mencegah tumbuhnya gulma pada media tanam.

Penanaman dilakukan dengan mengurug akar bibit dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Kemudian bibit krisan satu per satu ditanam pada lubang yang telah disiapkan sedalam satu hingga dua sentimeter. Kemudian disiram dengan air dan dipasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan (Rukmana dan Mulyana. 1997).

Setelah penanaman perlu dilakukan penyulaman, penyiangan, pengairan dan pemupukan. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), penyulaman perlu dilakukan seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Untuk menghindari serangan gulma dilakukan penyiangan. Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan rumput-rumput liar menggunakan cangkul atau kored dengan hati-hati.Sedangkan pengairan dilakukan pada pagi atau sore hari secara kontinu satu hingga dua kali sehari, tergantung pada cuaca atau media tanam. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.

Menurut Soekartawi (1996), pemupukan dalam budidaya krisan merupakan hal yang cukup penting karena krisan merupakan tanaman yang rakus akan nutrisi, terutama N dan K pada masa vegetatifnya. Konsentrasi pupuk krisan yang sering digunakan adalah 300-400 ppm (mg per liter). Setelah tanaman mulai berbunga, konsentrasi pupuk dapat dikurangi menjadi 100-125 ppm N.


(31)

15 3) Hama dan Penyakit

Terdapat beberapa hama dan penyakit yang sering ditemui pada krisan potong. Adapun jenis-jenis hama yang sering meyerang tanaman ini menurut Rukamana dan Mulyana (1997) diantaranya adalah ulat tanah, Thrips, tungau merah, penggerek daun.

Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan perlakuan fisik menggunakan cara-cara tradisional, seperti memotong atau merompes bagian tanaman yang terserang maupun secara kimiawi menggunakan pestisida. Begitu pula dengan penyakit yang sering ditemui pada krisan potong dapat ditanggulangi dengan cara yang sama. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), jenis-jenis penyakit yang sering menyerang tanaman ini antara lain adalah karat/Rust, Tepung Oidium, virus kerdil dan Mozaik.

3) Panen

Krisan potong yang siap panen adalah yang berumur tiga hingga empat bulan setelah tanam. Kriteria krisan potong yang telah siap panen adalah bunga yang telah setengah mekar atau tiga hingga empat hari sebelum mekar penuh.

Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat krisan potong berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dipotong tangkainya atau dicabut seluruh tanaman. Pemotongan tangkai bunga dilakukan sepanjang 60-80 sentimeter dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 sentimeterdari permukaan tanah dengan menggunakan gunting steril. Untuk lahan produksi seluas satu hektar dengan jarak tanam 10 sentimeter x 10 sentimeterdapat menghasilkan sekitar 800.000 tanaman.

2.2.3. Subsistem Pemasaran

Menurut Soekartawi (1996), kegiatan yang perlu dilaukan setelah pemanenan krisan potong adalah sebagai berikut:

1) Pengangkutan

Aktivitas pengangkutan adalah aktivitas membawa bunga dari kebun ke tempat penampungan. Aktivitas ini memerlukan kehati-hatian agar bunga tidak rusak, karena mahkota bunga mudah rusak dan mudah terluka bila terkena


(32)

16 gesekan atau goncangan yang keras. Bila tidak hati-hati dalam tahapan ini, persentase kerusakan bunga dapat meningkat. Sehingga diperlukan tenaga kerja yang terampil pada lini pekerjaan ini.

2) Pengumpulan

Bunga yang telah dipotong perlu diupayakan agar daya tahannya tetap tinggi. Oleh karena itu saat pengumpulan bunga perlu hati-hati terutama pada saat meletakkan dan saat menumpuknya. Krisan potong tergolong bunga kuat yang relatif memiliki daya tahan yang tinggi setelah dipotong.

3) Pemilihan kualitas (grading)

Pada tahap ini bunga dikelompokkan pada kualitas tertentu. Setelah bunga terkumpul, dilakukan pembersihan serta penyortiran (grading). Pembersihan dilakukan pada bagian tangkai, daun dan bunga yang sekiranya perlu dibuang. Aktivitas penyortiran adalah memilah-milah bunga berdasarkan kelas dan ukurannya. Kumpulan bunga yangsama ukuran dan kualitasnya diikat dengan karet gelang atau tali sebanyak sepuluh tangkai perikat. Sebaiknya grading disesuaikan dengan perubahan keinginan konsumen.

4) Pengemasan dan penyimpanan

Tahapan pengemasan dan penyimpanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari variabel pembentukan harga. Pada umumnya kelemahan pelaku usaha bunga terletak pada tingkatan ini. Hal ini disebabkan pengemasan dan penyimpanan bukan saja memelukan waktu dan tenaga kerja yang relatif16 banyak, tetapi juga memerlukan keahlian khusus. Para pengemas harus sudah memperkirakan bunga tersebut akan dibawa kemana, diangkut menggunakan apa, memerlukan waktu berapa hari, apakah bunga dapat bertahan selama pengiriman tersebut dan bagaimana pula teknik pengemasan yang diperlukan pada masing-masing kondisi.

Bunga yang telah diikat berdasarkan kelas dan ukuran tertentu perlu dibungkus dengan kertas atau plastik untuk melindungi mahkotanya. Selanjutnya tangkai bunga direndam dalam larutan pengawet tertentu. Untuk bunga yang akan dipasarkan ke luarnegeri perlu dimasukkan ke dalam container dan dalam cold storage.


(33)

17 Penyimpanan dimaksudkan agar penyediaan bunga dapat memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Dengan penyimpanan bunga kesegaran diharapkan lebih lama, dan dapat didistribusikan jauh dari tempat asalnya. Adapun metode penyimpanan dapat dilakukan pada suhu rendah. Secara komersial metode ini telah banyak dilakukan. Dengan menggunakan suhu redah proses fisiologis dalam jaringan bunga serta proses evaporasi dapat dihambat.

Adapun tahapan pasca panen krisan potong dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Pascapanen Krisan potong

Sumber: Soekartawi (1996)

Pengiriman Pembungkusan

Pengemasan

Pasar Ekspor Pasar Dalam

Negeri

Pemetikan

Pengangkutan

Pengikatan Pengumpulan

Pembersihan


(34)

18

2.2.4. Subsistem pendukung

Subsistem agribisnis ini merupakan lembaga-lembaga yang mendukung dalam sistem agribisnis. Lembaga-lembaga yang mendukung agribisnis krisan potong diantaranya adalah pemerintah ( Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias, Dinas Pertanian Daerah), peneliti (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanman Hias), Asosiasi Bunga Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara, Perbankan dan Koperasi.

2.3.Hasil Penelitian Terdahulu

Pada hasil penelitian terdahulu peneliti mengambil tinjauan beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian. Karena penelitian ini menggunakan krisan potong sebagai objek dan analisis kelayakan sebagai topiknya, maka penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan komoditas krisan potong serta analisis kelayakan usaha pertanian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan beberapa kajian yang dapat digunakan untuk melengkapi penelitian ini dan untuk membandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, sehingga dapat menunjukkan adanya persamaan, keunggulan, maupun kelemahan pada penelitian.

Salah satu penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pertanian adalah penelitian yang dilakukan oleh Sahruddin pada Tahun 2009. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat)”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji kelayakan aspek non finansial usaha budidaya jamur tiram putih (aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis), menganalisis pengaruh peningkatan produksi jika modal berasal dari pinjaman, dan menganalisis pengaruh peningkatan harga input dan penurunan harga output terhadap kelayakan usaha secara finansial. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa aspek pasar jamur tiram putih di Perusahaan X layak untuk dilaksanakan, karena produk yang ditawarkan sesuai dengan permintaan pasar, harga yang ditawarkan dapat terjangkau oleh konsumen, kontinuitas produk dapat dijaga, saluran tataniaga yang tidak terlalu panjang, dan farmer’s share yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa aspek teknis dan aspek manajemen


(35)

19 yang dilakukan perusahaan layak dilaksanakan, karena memiliki sistem pengaturan dan manajemen yang baik dan sesuai.

Aspek finansial pada penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif, yang menerapkan beberapa skenario. Skenario I dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dalam proses sterilisasi, skenario II dengan menggunakan gas alam sebagai bahan bakar dalam proses sterilisasi, dan skenario III dengan peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen. Berdasarkan analisis kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Periode, diperoleh bahwa ketiga skenario yang digunakan layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen lebih peka terhadap peningkatan harga input dan penurunan harga output. Perusahaan X lebih baik menggunakan gas alam sebagai bahan bakar untuk proses sterilisasi dan meningkatkan produksinya sebesar 50 persen karena biaya lebih efisien dan dapat meningkatkan keuntungan.

Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Tiara pada Tahun 2009. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan), menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan


(36)

20 yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontribusi kepada negara berupa pajak, mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar usaha.

Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan payback period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.46,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 persen. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional.

Ada pula penelitian lain mengenai analisis kelayakan usaha dengan komoditas yang sama dengan kajian peneliti, yaitu krisan potong. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Afnita Widya Sari pada Tahun 2008. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi kelayakan usaha krisan potong Loka Farm dari aspek non finansial (pasar, sosial, manajemen, dan teknis), menganalisis kelayakan finansial usaha bunga potong krisan Loka Farm, dan menganalisis sensitivitas usaha krisan potong apabila terjadi penurunan harga jual dan peningkatan biaya variabel. Dari analisis aspek pasar, sosial, manajemen dan teknis, disimpulkan bahwa usaha krisan potong Loka Farm layak untuk dijalankan.

Hasil analisis aspek pasar menunjukkan potensi pasar masih terbuka lebar. Dari segi bauran pemasaran, harga yang disepakati menguntungkan perusahaan


(37)

21 dan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen. Berdasarkan aspek teknis, lokasi kebun dan kondisi geografis telah memenuhi syarat tumbung krisan potong. Teknik budidaya sederhana yang selama ini dijalankan oleh perusahan dengan bantuan green house sere dapat menghasilkan krisan potong berkualitas baik. Selain itu input pun mudah diakses. Berdasarkan aspek manajemen, struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap pekerja di Loka Farm. Pekerja dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Berdasarkan aspek sosial, usaha krisan potong Loka Farm dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar.

Untuk analisis finansial, Sari menggunakan dua skenario berdasarkan sumber modal. Skenario I adalah Loka Farm mendapatkan modal dari PUSKOP, sedangkan pada skenario II sumber modal diperoleh dari pinjaman Bank Jabar Syariah dengan umur bisnis empat tahun sesuai dengan umur teknis green house berbentuk sere sebagai aset terbesar dalam usaha ini. Nilai discount ratey ang digunakan pada penelitian ini untuk skenario I adalah sebesar bunga pinjaman dari PUSKOP yaitu 18%, sedangkan untuk skenario II digunakan suku bunga pinjaman Bank Jabar Syariah tahun 2008 sebesar 24%.

Untuk analisis finansial dengan kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP), untuk kedua skenario layak untuk diusahakan, namun skenario I lebih layak karena memiliki nilai NPV dan Net B/C yang lebih besar. Sedangkan hasil analisis sensitivitas yang menggunakan switching value menyebutkan bahwa skenario II lebih sensitif terhadap kedua parameter, yaitu penurunan harga jual dan peningkatan biaya variabel. Disamping itu dapat dilihat bahwa parameter penurunan harga jual lebih sensitif dibandingkan parameter lain karena memiliki persentase lebih kecil.

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha krisan potong juga dilakukan oleh Butaflika pada Tahun 2008. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di Kabupaten Lampung Barat”. Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji kelayakan aspek non finansial perencanaan program pengusahaan krisan (pasar, sosial, manajemen, dan teknis),


(38)

22 menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis pengaruh penurunan penjualan dan penurunan volume produksi terhadap kelayakan usaha secara finansial. Dari analisis aspek pasar, sosial, manajemen dan teknis, disimpulkan bahwa perencanaan program pengusahaan krisan di Kabupaten Lampung Barat layak untuk dijalankan.

Hasil analisis aspek pasar menunjukkan masih terbukanya peluang pasar bagi krisan potong hasil budidaya Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan aspek teknis, lokasi usaha relatif memenuhi syarat pertumbuhan dan perkembangan krisan potong. Berdasarkan aspek sosial, program tersebut dapat memberikan manfaat bagi kelompok wanita tani pelaksana. Sementara dari aspek manajemen, pengelolaan usaha krisan potong yang akan dilaksanakan oleh kelompok tani akan didampingi oleh penyuluh.

Skenario yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah skenario I yaitu penanaman tanpa pembibitan dan skenario II penanaman dengan pembibitan. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 8% didasarkan pada bunga deposito per April 2008. Umur bisnis ini ditetapkan 5 tahun berdasarkan umur ekonomis green house sebagai aset penting dan terbesar dalam usaha ini. Adapun kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP). Hasil analisis finansial Butaflika menunjukkan bahwa usaha krisan di Kabupaten Lampung Barat layak diusahakan baik untuk skenario I maupun II., Namun skenario II merupakan skenario paling menguntungkan karena dari seluruh kriteria menunjukkan nilai yang paling baik. Sedangkan skenario yang paling sensitif terhadap penurunan penjualan dan penurunan volume produksi adalah skenario I.

Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti, terutama dalam pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan dalam topik penelitian studi kelayakan bisnis usaha krisan potong ini. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu juga menjadi bahan acuan untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahruddin (2009) dan Tiara (2009) terletak pada topik penelitian yakni analisis kelayakan


(39)

23 usaha komoditas pertanian dan alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Untuk analisis aspek non finansial, beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Sementara itu penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini mengkaji tentang kelayakan usaha komoditas krisan potong, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) dan Butaflika (2008). Itu artinya terdapat cukup banyak persamaan antara penelitian yang dilaksanakan dengan penelitian tersebut. Persamaan tersebut diantanya terletak pada aspek yang dikaji yakni aspek finansial dan aspek non dinansial, alat analisis yang digunakan yakni kriteria kelayakan investasi, dan objek penelitian atau komoditas yang dikaji. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu berbeda. Secara lengkap, rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 5.


(40)

24

Tabel 5. Rincian Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti

Topik Penelitian

Lokasi dan Tahun Penelitian

Alat Analisis Aspek Non Finansial yang Dikaji

Komoditas

1. Sahruddin Analisis Kelayakan Usaha Desa Cibitung, Kecamatan Pamijahan, Bogor, 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis Jamur Tiram Putih

2. Tiara Analisis

Kelayakan Usaha Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan Srikaya Organk

3. Sari Analisis

Kelayakan Usaha Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, 2008 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Aspek pasar, aspek sosial, aspek manajemen, dan aspek teknis Krisan Potong

4. Butaflika Analisis Kelayakan Usaha Kabupaten Lampung Barat, 2008 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Aspek pasar, aspek sosial, aspek manajemen, dan aspek teknis Krisan Potong


(41)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas. Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Usaha budidaya krisan potong memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi serta memiliki risiko yang dapat menurunkan nilai jual bunga krisan tersebut yang berujung pada kerugian. Untuk itu pembukaan usaha budidaya krisan potong membutuhkan analisis kelayakan baik dari aspek finansial maupun non finansial.

3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil ke depannya. Kegiatan ini terdiri dari perencanaan, pembiayaan dan pelakasanaan dalam satu unit. Siklus bisnis terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dana analisis, serta pelakasanaan dan evaluasi.

Penelitian ini membahas kelayakan bisnis pertanian, yaitu usaha krisan potong. Gittinger (1986) mendefinisikan bisnis pertanian sebagai suatu kegiatan investasi di bidang pertanian untuk mengubah sumber-sumber keuangan menjadi output-output kapital yang dapat memberikan manfaat (benefit) pada masa yang akan datang.

Investasi merupakan suatu kesatuan bentuk kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan mempergunakan sumber-sumber keuangan untuk memperoleh manfaat (benefit). Manfaat dapat berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, kesempatan kerja lebih luas, atau perbaikan sistem (Gray dalam Nurmalina, 2009).

Investasi di bidang pertanian hortikultura memiliki risiko dan ketidakpastian yang cukup besar, mengingat karakteristik komoditi dan teknologi yang digunakan berbeda dengan komoditi/ produk lain. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan untuk investasi ini.


(42)

26 Nurmalina (2009) menggambarkan studi kelayakan bisnis sebagai dasar untuk menilai kelayakan suatu bisnis atau investasi untuk dijalankan. Adapun tujuan studi kelayakan bisnis ini antara lain:

a. menghindari risiko kerugian b. memudahkan perencanaan

c. memudahkan pekerjaan/pelaksanaan d. memudahkan pengawasan

e. memudahkan pengendalian

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa dalam menganalisis kelayakan proyek/usaha harus dilihat dari aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama pada setiap tahap perencanaan usaha dan siklus pelaksanaannya. Aspek-aspek tersebut antara lain Aspek-aspek pasar, Aspek-aspek teknis, Aspek-aspek sosial, Aspek-aspek manajemen, aspek finansial dan aspek ekonomi. Pertimbangan aspek-aspek tersebut sangat penting untuk menghindari kesalahan menanamkan modal pada bisnis yang tidak menguntungkan. Jika kesalahan itu terjadi tidak hanya akan merugikan para stakeholder yang terlibat langsung dalam usaha tersebut, namun juga akan merugikan masyarakat luas.

3.1.2. Aspek Kelayakan Bisnis

Dalam menganalisis kelayakan usaha pertanian terdapat enam aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek finansial, dan aspek ekonomi (Gittinger, 1986). Dalam penelitian ini akan dibahas lima aspek pertama untuk kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi.

3.1.2.1. Aspek Pasar

Aspek pasar menyangkut pasar input dan pasar output. Bagaimana penawaran input produksi saat membangun usaha dan pada saat usaha telah beroperasi. Aspek pasar juga menganalisis bagaimana kondisi pemasaran output yang akan diproduksi dalam usaha tersebut (Kadariah et al, 1999). Menurut Nurmalina (2009), suatu usaha (proyek) dapat beroperasi dengan baik apabila output yang dihasilkan dapat memperoleh tempat di pasar serta dapat menghasilkan keuntungan dengan hasil penjualan yang cukup.


(1)

98

Pupuk Kandang

2.400.000

2.400.000

2.400.000

2.400.000

Pestisida I

1.800.000

1.800.000

1.800.000

1.800.000

Pestisida II

7.200.000

7.200.000

7.200.000

7.200.000

Pestisida III

5.040.000

5.040.000

5.040.000

5.040.000

Tenaga Kerja

9.900.000

9.900.000

9.900.000

9.900.000

Koran

120.000

120.000

120.000

120.000

Isi Straples

40.000

40.000

40.000

40.000

Selotip

50.000

50.000

50.000

50.000

Kardus

3.120.000

3.120.000

3.120.000

3.120.000

Transportasi

4.680.000

4.680.000

4.680.000

4.680.000

TOTAL BIAYA VARIABEL

51150000

51150000

51150000

51150000

BIAYA TETAP

Gaji Kepala Bagian

24000000

24000000

24000000

24000000

Biaya Listrik

9000000

9000000

9000000

9000000

PBB

600000

600000

600000

600000

TOTAL BIAYA TETAP

33600000

33600000

33600000

33600000

BIAYA LAIN-LAIN

Biaya Bunga

11000000

40921306,96

40921306,96

40921306,96

TOTAL BIAYA

LAIN-LAIN

11000000

40921306,96

40921306,96

40921306,96

TOTAL OUTFLOW

218.276.500

125.671.307

128.035.807

125.671.307

Pajak

0

32277947,01

32277947,01

32277947,01

NET BENEFIT

-41294100

110089466

107724966

198789466

DF pada DR 11 %

0,900900901

0,811622433

0,731191381

0,658730974

PV

-37201891,89

89351080,29

78767566,71

130948778,6

PV negatif

-37201891,89

PV positif

299067425,6

NPV

261865533,7

IRR

271,65%

Net B/C

8,04

Rata-rata PV per tahun

65466383,43

PP

1,871594146

PP

1 tahun

10 Bulan

14 Hari

PV Inflow

159443603,6

217546238,1

195987601,9

234994844,5


(2)

92

Lampiran 13.

Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario I dengan Perubahan Harga Jual Krisan Potong

Proyeksi Laba Rugi

Uraian Perubahan Harga Jual 51 % Perubahan Harga Jual 52 %

Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

PENERIMAAN

Penjualan Krisan Potong 37721376 131338972,8 131338972,8 131338972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 128658585,6

TOTAL PENERIMAAN 37721376 131338972,8 131338972,8 131338972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 128658585,6

BIAYA VARIABEL 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000

BIAYA TETAP 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625

Laba Bersih sebelum Pajak -60284249 33333347,8 33333347,8 33333347,8 -61054073 30652960,6 30652960,6 30652960,6

Pajak 0 8333336,95 8333336,95 8333336,95 0 7663240,15 7663240,15 7663240,15

LABA SETELAH PAJAK -60284249 25000010,85 25000010,85 25000010,85 -61054073 22989720,45 22989720,45 22989720,45

Cashflow

Uraian Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

INFLOW

Penjualan Krisan Potong 37721376 131338972,8 131338972,8 131338972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 128658585,6

Nilai Sisa 88700000 88700000

TOTAL INFLOW 37721376 131338972,8 131338972,8 220038972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 217358585,6

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI 122526500 0 2364500 0 122526500 0 2364500 0

BIAYA VARIABEL 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000

BIAYA TETAP 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000

TOTAL OUT FLOW 207276500 84750000 87114500 84750000 207276500 84750000 87114500 84750000

Pajak 0 8333336,95 8333336,95 8333336,95 0 7663240,15 7663240,15 7663240,15

NET BENEFIT -169555124 38255635,85 35891135,85 126955635,9 -170324948 36245345,45 33880845,45 124945345,5 DF pada DR 6,25 % 0,941176471 0,885813149 0,833706493 0,784664935 0,941176471 0,885813149 0,833706493 0,784664935

PV -159581293,2 33887345,25 29922673 99617635,7 -160305833,4 32106603,58 28246680,84 98040231,31

PV negatif -159581293,2 -160305833,4

PV positif 163427653,9 158393515,7

NPV 3846360,77 -1912317,678

IRR 0,073101162 0,057239435

Net B/C 1,02410283 0,988070817

Rata-rata PV per tahun 961590,1926 -478079,4196

PP 127,4207047 -256,2890076


(3)

93

Lampiran 14.

Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario II dengan Perubahan Harga Jual Krisan Potong

Proyeksi Laba Rugi

Uraian

Perubahan Harga Jual Krisan 51 Persen Perubahan Harga Jual Krisan 52 Persen

Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

PENERIMAAN

Penjualan Krisan Potong 37721376 131338972,8 131338972,8 131338972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 128658585,6

TOTAL PENERIMAAN 37721376 131338972,8 131338972,8 131338972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 128658585,6

BIAYA VARIABEL 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000

BIAYA TETAP 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625

BIAYA PINJAMAN 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96

Laba Sebelum Pajak -71284249 -7587959,163 -7587959,16 -7587959,163 -72054073 -10268346,36 -10268346,36 -10268346,36

Pajak 0 -1896989,791 -1896989,79 -1896989,791 0 -2567086,591 -2567086,591 -2567086,591

LABA SETELAH PAJAK -71284249 -5690969,372 -5690969,37 -5690969,372 -72054073 -7701259,772 -7701259,772 -7701259,772

Cashflow

Uraian Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

INFLOW

Penjualan Krisan Potong 37721376 131338972,8 131338972,8 131338972,8 36951552 128658585,6 128658585,6 128658585,6

Penerimaan Pinjaman 100000000 0 0 0 100000000 0 0 0

Nilai Sisa 0 0 0 88700000 0 0 0 88700000

TOTAL INFLOW 137721376 131338972,8 131338972,8 220038972,8 136951552 128658585,6 128658585,6 217358585,6

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI 122526500 0 2364500 0 122526500 0 2364500 0

BIAYA VARIABEL 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000 51150000

BIAYA TETAP 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000

Biaya Bunga 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96

TOTAL OUTFLOW 218276500 125671307 128035807 125671307 218276500 125671307 128035807 125671307

Pajak 0 -1896989,791 -1896989,79 -1896989,791 0 -2567086,591 -2567086,591 -2567086,591

NET BENEFIT -80555124 7564655,628 5200155,628 96264655,63 -81324948 5554365,228 3189865,228 94254365,23

DF pada DR 11 % 0,900900901 0,811622433 0,731191381 0,658730974 0,900900901 0,811622433 0,731191381 0,658730974

PV -72572183,78 6139644,207 3802308,977 63412510,38 -73265718,92 4508047,421 2332401,962 62088269,82

PV negatif -72572183,78 -73265718,92

PV positif 73354463,56 68928719,21

NPV 782279,7778 -4336999,711

IRR 0,114289036 0,086390349

Net B/C 1,010779334 0,940804516

Rata-rata PV per tahun 195569,9445 -1084249,928

PP 626,5098676 -113,0057719


(4)

94

Lampiran 15.

Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario I dengan Perubahan Harga Bibit Krisan

Proyeksi Laba Rugi

Uraian

Perubahan Harga Bibit Krisan Sebesar 651% Perubahan Harga Bibit Krisan Sebesar 652%

Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

PENERIMAAN

Penjualan Krisan Potong 76982400 268038720 268038720 268038720 76982400 268038720 268038720 268038720

TOTAL PENERIMAAN 76982400 268038720 268038720 268038720 76982400 268038720 268038720 268038720

BIAYA VARIABEL

Bibit 121662000 121662000 121662000 121662000 121824000 121824000 121824000 121824000

Input variabel selain bibit 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000

TOTAL BIAYA VARIABEL 156612000 156612000 156612000 156612000 156774000 156774000 156774000 156774000

BIAYA TETAP 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625

Laba Bersih sebelum Pajak -126485225 64571095 64571095 64571095 -126647225 64409095 64409095 64409095

Pajak 0 16142773,75 16142773,75 16142773,75 0 16102273,75 16102273,75 16102273,75

LABA BERSIH SETELAH PAJAK -126485225 48428321,25 48428321,25 48428321,25 -126647225 48306821,25 48306821,25 48306821,25

b) Cashflow

Uraian Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

Penjualan Krisan Potong 76982400 268038720 268038720 268038720 76982400 268038720 268038720 268038720

Nilai Sisa 0 0 0 88700000 0 0 0 88700000

TOTAL INFLOW 76982400 268038720 268038720 356738720 76982400 268038720 268038720 356738720

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI 122526500 0 2364500 0 122526500 0 2364500 0

BIAYA VARIABEL

Bibit 121662000 121662000 121662000 121662000 121824000 121824000 121824000 121824000

Input variabel selain bibit 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000

TOTAL BIAYA VARIABEL 156612000 156612000 156612000 156612000 156774000 156774000 156774000 156774000

BIAYA TETAP 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000

TOTAL OUTFLOW 312738500 190212000 192576500 190212000 312900500 190374000 192738500 190374000

Pajak 0 16142773,75 16142773,75 16142773,75 0 16102273,75 16102273,75 16102273,75

NET BENEFIT -235756100 61683946,25 59319446,25 150383946,3 -235918100 61562446,25 59197946,25 150262446,3

DF pada DR 6,25 % 0,941176471 0,885813149 0,833706493 0,784664935 0,941176471 0,885813149 0,833706493 0,784664935

PV -221888094,1 54640450,66 49455007,5 118001009,3 -222040564,7 54532824,36 49353712,16 117905672,6

PV negatif -221888094,1 -222040564,7

PV positif 222096467,5 221792209,1

NPV 208373,3825 -248355,6318

IRR 0,062936525 0,061979944

Net B/C 1,000939092 0,998881485


(5)

95

Lampiran 16.

Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario II dengan Perubahan Harga Bibit Krisan

Proyeksi Laba Rugi

Uraian Perubahan Harga Bibit Sebesar 630 % Perubahan Harga Bibit Sebesar 640 %

Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

PENERIMAAN

Penjualan Krisan Potong 76982400 268038720 268038720 268038720 76982400 268038720 268038720 268038720

TOTAL PENERIMAAN 76982400 268038720 268038720 268038720 76982400 268038720 268038720 268038720

BIAYA VARIABEL

Bibit 118260000 118260000 118260000 118260000 119880000 119880000 119880000 119880000

Input variabel selain bibit 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000

TOTAL BIAYA VARIABEL 153210000 153210000 153210000 153210000 154830000 154830000 154830000 154830000

BIAYA TETAP 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625 46855625

BIAYA BUNGA 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96

Laba Bersih sebelum Pajak -134083225 27051788,04 27051788,04 27051788,04 -135703225 25431788,04 25431788,04 25431788,04

Pajak 0 6762947,009 6762947,009 6762947,009 0 6357947,009 6357947,009 6357947,009

LABA BERSIH SETELAH PAJAK -134083225 20288841,03 20288841,03 20288841,03 -135703225 19073841,03 19073841,03 19073841,03

Cashflow

Uraian Tahun Tahun

1 2 3 4 1 2 3 4

INFLOW

Penjualan Krisan Potong 76982400 268038720 268038720 268038720 76982400 268038720 268038720 268038720

Penerimaan Pinjaman 100000000 0 0 0 100000000 0 0 0

Nilai Sisa 0 0 0 88700000 0 0 0 88700000

TOTAL INFLOW 176982400 268038720 268038720 356738720 176982400 268038720 268038720 356738720

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI 122526500 0 2364500 0 122526500 0 2364500 0

BIAYA VARIABEL

Bibit 118260000 118260000 118260000 118260000 119880000 119880000 119880000 119880000

Input variabel selain bibit 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000 34950000

TOTAL BIAYA VARIABEL 153210000 153210000 153210000 153210000 154830000 154830000 154830000 154830000

BIAYA TETAP 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000 33600000

BIAYA BUNGA 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96 11000000 40921306,96 40921306,96 40921306,96

TOTAL OUTFLOW 320336500 227731307 230095807 227731307 321956500 229351307 231715807 229351307

Pajak 0 6762947,009 6762947,009 6762947,009 0 6357947,009 6357947,009 6357947,009

NET BENEFIT -143354100 33544466,03 31179966,03 122244466 -144974100 32329466,03 29964966,03 121029466

DF pada DR 11 % 0,900900901 0,811622433 0,731191381 0,658730974 0,900900901 0,811622433 0,731191381 0,658730974

PV -129147837,8 27225441,14 22798522,43 80526216,19 -130607297,3 26239319,88 21910124,9 79725858,06


(6)

96

PV negatif -129147837,8 -130607297,3

PV positif 130550179,8 127875302,8

NPV 1402341,921 -2731994,457

IRR 0,114992033 0,100350453

Net B/C 1,010858424 0,979082375

Rata-rata PV per tahun 350585,4803 -682998,6142

PP 349,4910853 -179,3949467