Analisis Korelasi Kanonik Terhadap Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Dan Akreditasi Sekolah Tingkat Smp/Mts

ANALISIS KORELASI KANONIK TERHADAP INDIKATOR
PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN
DASAR DAN AKREDITASI SEKOLAH TINGKAT SMP/MTS

KARTIKA NUR ISNAINI

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Korelasi
Kanonik terhadap Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
Dasar dan Akreditasi Sekolah Tingkat SMP/MTs adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Kartika Nur Isnaini
NIM G14110061

ABSTRAK
KARTIKA NUR ISNAINI. Analisis Korelasi Kanonik terhadap Indikator
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar dan Akreditasi Sekolah
Tingkat SMP/MTs. Dibimbing oleh BUDI SUSETYO dan BAGUS SARTONO.
Akreditasi sekolah/madrasah dan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
Dasar (SPM Dikdas) merupakan dua program yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk memberikan penjaminan mutu pendidikan sekolah/madrasah dan memiliki
acuan yang sama sehingga penting mengkaji hubungan antara kedua program
tersebut. Analisis korelasi kanonik mendefinisikan hubungan antara dua gugus
peubah. Korelasi kanonik pada umumnya menggunakan korelasi Pearson sebagai
pembentuk matriks korelasi sehingga jika terdapat peubah numerik dan dikotomi
dalam analisis, diperlukan koefisien lain yang lebih tepat yaitu koefisien korelasi
tetrachoric dan korelasi biserial. Hasil analisis korelasi kanonik dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa tiga pasangan peubah kanonik dengan 79% hubungan

antara gugus peubah akreditasi dan gugus peubah SPM Dikdas yang dapat
dirangkum. Pasangan peubah kanonik pertama dengan korelasi sebesar 0.71
didominasi oleh peubah sarana prasarana dan tenaga kependidikan pada kedua
gugus data. Pasangan peubah kanonik kedua memiliki korelasi sebesar 0.46,
menggambarkan hubungan antara komponen standar isi, proses, dan pengelolaan
sekolah dengan SPM Dikdas yang berkaitan dengan sarana prasarana dan
manajemen sekolah. Pasangan peubah kanonik ketiga memiliki korelasi sebesar
0.33 dan menjelaskan hubungan antara komponen standar isi, pembiayaan, serta
penilaian dengan SPM Dikdas berkaitan dengan penjaminan mutu dan manajemen
sekolah.
Kata kunci : Akreditasi, analisis korelasi kanonik, korelasi biserial,korelasi
tetrachoric, SPM Dikdas

ABSTRACT
KARTIKA NUR ISNAINI. Canonical Correlation Analysis of Basic Education
Minimum Service Standard Achievement Indicators and School Accreditation at
The Junior High/MTs Level. Supervised by BUDI SUSETYO and BAGUS
SARTONO.
School accreditation and Basic Education Minimum Service Standard
(SPM Dikdas) are two programs set by the government to provide

school/madrasah education quality assurance based on the same reference, so that
it is very important to examine the relationship between these two. The canonical
correlation analysis defines the relationship between two variable group.
Canonical correlation generally uses the Pearson correlation to form correlation
matrices so that if there are numerical and dichotomous variables in the analysis,
it’s necessary to find more appropriate coefficients. Tetrachoric correlation
coefficient is used to describe the relationship between two dichotomous
variables. Biserial correlation measures the quantitative relationship between
numerical variable and dichotomous variable. The canonical correlation analysis
produces three pairs of canonical variates with 79% correlation between the
accreditation and SPM Dikdas variables that can be summarized. The first pair of
canonical variates with a correlation of 0.71 is dominated by variable
infrastructure and education personnel in both groups. The second pair of
canonical variates have a correlation of 0.46, describes the relationship between
the components of accreditation content standards, processes, and management of
schools with SPM Dikdas relating to infrastructure and school management. The
third pair of canonical variables have a correlation of 0.33 and explain the
relationship between the components of content standards accreditation,
financing, as well as evaluating the SPM Dikdas related to quality assurance and
school management.

Keywords : Accreditation, biserial correlation, canonical correlation analysis,
tetrachoric correlation, SPM Dikdas

ANALISIS KORELASI KANONIK TERHADAP INDIKATOR
PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN
DASAR DAN AKREDITASI SEKOLAH TINGKAT SMP/MTS

KARTIKA NUR ISNAINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Korelasi Kanonik Terhadap Indikator Pencapaian Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar dan Akreditasi Sekolah Tingkat SMP/MTS”, yang
selanjutnya menjadi syarat memperoleh gelar Sarjana Statistika.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu penulis is
sampaikanterima kasih kepada:
1.
Bapak Budi Susetyo dan Bapak Bagus Sartono selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bersabar dalam
membimbing penulis .
2.
Seluruh dosen dan staff Departemen Statistika IPB atas bantuan dalam
tahap-tahap pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi .
3.
Keluarga penulis yang tidak henti memberi motivasi, dukungan, dan doa
sehingga penulis dapat sampai pada tahap ini.

4.
Keluarga besar Statistika 48 atas kerja sama dan bantuan dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini .
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, oleh karena itu penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tulisan selanjutnya. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Bogor, Juni 2015
Kartika Nur Isnaini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Akreditasi Sekolah

2

Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar

3

Korelasi Tetrachoric

3

Korelasi Biserial

4

Analisis Korelasi Kanonik

5


METODOLOGI

9

Data

9

Tahapan Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Eksplorasi Data

10


Analisis Korelasi Kanonik

12

SIMPULAN

16

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

26


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Tabel Kontingensi 2×2
Koefisien korelasi antar peubah
Banyaknya dan persentase SMP/MTs contoh tiap provinsi
Korelasi kanonik, kuadrat korelasi kanonik, dan indeks �� 2 tiap pasangan peubah
kanonik
Beban (struktur) kanonik peubah kanonik V
Beban (struktur) kanonik peubah kanonik U

4
9
10
13
13
14

DAFTAR GAMBAR
1
2

Persentase contoh berdasarkan status dan jenis sekolah
Plot nilai rataan peubah akreditasi berdasarkan jenis dan status sekolah

11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Daftar peubah yang digunakan
Sebaran contoh berdasarkan status sekolah pada setiap provinsi
Sebaran contoh berdasarkan jenis sekolah pada setiap provinsi
Sebaran contoh berdasarkan status dan jenis sekolah pada setiap provinsi
Statistika deskriptif untuk setiap peubah akreditasi
Plot rataan skor peubah akreditasi berdasarkan jenis sekolah
Plot rataan skor peubah akreditasi berdasarkan status sekolah
Persentase dan rataan peubah SPM Dikdas berdasarkan status dan jenis
sekolah
9 Matriks korelasi antar peubah
10 Cross-loading kanonik peubah kanonik U dengan peubah akreditasi
11 Cross-loading kanonik peubah kanonik V dengan peubah SPM Dikdas

18
20
20
21
21
22
22
23
24
25
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan
nasional, mengingat peningkatan kualitas manusia yang menjadi subjek
pembangunan agar siap berpartisipasi dalam proses pembangunan untuk
mewujudkan visi pembangunan hanya dapat dicapai melalui pendidikan (Ali
2007). Pendidikan adalah kunci dari kualitas sumber daya manusia, untuk itu
mutu pendidikan perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
Akreditasi sekolah/madrasah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan
program dan satuan pendidikan dasar dan menengah berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan untuk memberikan penjaminan mutu pendidikan
sekolah/madrasah (Permendikbud No. 59 Tahun 2012). Salah satu program
penjaminan mutu lain yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2013. Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar (SPM Dikdas) merupakan kriteria yang digunakan
untuk mengevaluasi pelayanan pendidikan dasar yang diberikan oleh daerah. SPM
Dikdas ini merupakan langkah awal mencapai Standar Nasional Pendidikan
(SNP), sehingga SPM Dikdas juga didefinisikan sebagai kriteria minimal berupa
nilai kumulatif pemenuhan SNP yang harus dipenuhi oleh setiap satuan
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, akreditasi sekolah/madrasah dan SPM Dikdas
memiliki acuan yang sama yaitu Standar Nasional Pendidikan (SNP), sehingga
pelaksanaan keduanya harus sejalan karena keduanya merupakan program
penjaminan mutu yang tersusun dari proses pengukuran, evaluasi, dan perbaikan.
Hal ini juga didukung kaitan standar penilaian antar keduanya, yaitu standar isi,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, serta
penilaian pendidikan. Melihat keterkaitan tersebut, sangat penting untuk mengkaji
hubungan antara SPM Dikdas dengan akreditasi sekolah/madrasah agar satuan
pendidikan tidak menganggap bahwa akreditasi dan SPM Dikdas merupakan dua
ukuran yang berbeda. Selain itu, akan memudahkan bagi satuan pendidikan
karena pemenuhan SPM Dikdas juga merupakan pemenuhan standar akreditasi,
sehingga indikator SPM Dikdas dapat diintegrasikan dalam standar akreditasi
sekolah/madrasah.
Penelitian mengenai keterkaitan antara himpunan peubah yang berbeda
banyak dilakukan di berbagai cabang ilmu pengetahuan. Analisis peubah ganda
merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang terdiri
dari lebih dari satu peubah bebas dan lebih dari satu peubah tak bebas. Analisis
korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistika peubah ganda yang
digunakan untuk melihat hubungan antara segugus peubah dengan segugus
peubah lainnya. Fokus perhatian dalam analisis korelasi kanonik adalah korelasi
(hubungan), sehingga pada dasarnya kedua himpunan tidak perlu dibedakan
menjadi kelompok peubah bebas dan tak bebas (Mattjik & Sumertajaya 2011).
Analisis korelasi kanonik dapat dilakukan untuk data numerik maupun
kategorik, akan tetapi dalam korelasi kanonik pada umumnya digunakan korelasi

2

product moment Pearson sebagai pembentuk matriks korelasi antar peubah.
Korelasi product moment Pearson mengukur hubungan linear antara dua peubah
dengan skala numerik. Jika terdapat peubah berskala rasio dan nominal (biner)
dalam analisis, diperlukan koefisien korelasi lain yang lebih tepat untuk mengukur
korelasi antar peubah nominal dan korelasi antara peubah numerik dan nominal,
yaitu koefisien korelasi tetrakorik dan korelasi biserial.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengkaji tingkat keeratan hubungan antara gugus peubah akreditasi
sekolah/madrasah dan gugus peubah SPM Dikdas
2. Menguraikan struktur hubungan antar gugus peubah akreditasi
sekolah/madrasah dan gugus peubah SPM Dikdas

TINJAUAN PUSTAKA
Akreditasi Sekolah
Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian sekolah secara sistematis dan
komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal untuk
menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
Berdasarkan SK Mendiknas No. 87/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah,
akreditasi sekolah bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah
dan meningkatkan kelayakan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.Fungsi
akreditasi adalah sebagai (1) pengetahuan, yakni sebagai bahan informasi bagi
berbagai pihak, (2) akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban
sekolah kepada publik, serta (3) pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai
dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Akreditasi dilaksanakan dengan prinsip objektif, efektif, komprehensif,
memandirikan, dan keharusan. Instrumen akreditasi SMP/MTs disusun
berdasarkan delapan komponen yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan,
mencakup berbagai komponen standar akreditasi sekolah, yaitu standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Masing-masing komponen standar dijabarkan ke
dalam beberapa aspek dan masing-masing aspek dijabarkan ke dalam indikator.
Pelaksana akreditasi sekolah terdiri dari Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN-S/M), Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah
(BAP-S/M), dan Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) kabupaten/kota. Badan
Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) berkewenangan untuk
melaksanakan kegiatan akreditasi SMP, SMA, SMK dan SLB. Sedangkan, Unit
Pelaksana Akreditasi (UPA) kabupaten/kota berkewenangan melaksanakan

3

akreditasi untuk TK dan SD. Hasil akreditasi berupa sertifikat akreditasi sekolah,
profil sekolah, kekuatan dan kelemahan, dan rekomendasi.

Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
Berdasarkan UU No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Indikator SPM
adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu
SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan. SPM
disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintahan daerah untuk menjamin akses
dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka
penyelenggaraan urusan wajib.
Menurut Kemendiknas (2010), SPM Dikdas adalah acuan kinerja
pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan
daerah kabupaten/kota. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 1 menyebutkan Standar
Pelayanan Minimal adalah kriteria minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan
Standar Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan
pendidikan.Sementara itu, Standar Nasional Pendidikan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, merupakan kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu (Herwin 2012).
Pemenuhan kebutuhan pendidikan dasar ditandai dengan tersedianya
sarana prasarana pendidikan yang layak, pendidik dan tenaga kependidikan yang
berkualitas dan kompeten, kurikulum yang baik, sistem penilaian pendidikan yang
baik, penjaminan mutu pendidikan yang baik, dan manajemen sekolah yang
mantap. Kebutuhan dasar pendidikan tersebut diwujudkan dalam indikatorindikator pencapaian SPM Dikdas. Pada pelaksanaannya, SPM Dikdas terbagi
dalam 27 indikator dengan 14 indikator tingkat kabupaten/kota dan 13 indikator
tingkat satuan pendidikan (Permendikbud No. 23 Tahun 2013).

Korelasi Tetrakorik
Koefisien korelasi merupakan ukuran yang digunakan untuk
mendefinisikan keeratan hubungan antar peubah. Koefisien korelasi tetrakorik
digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua peubah berskala nominal
berbentuk data biner (0 dan 1) (Divgi 1979). Korelasi tetrakorik didasarkan pada
asumsi bahwa dua peubah terdistribusi normal sebelum diskalakan menjadi
dikotomi Jika terdapat dua peubah dikotomi X dan Y, dapat dibentuk tabel
kontingensi 2 × 2 dari dua peubah tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

4

Tabel 1 Tabel Kontingensi 2×2
Y
1

0

1
0

X

1−

1−

Tabel 1 memiliki elemen , , dan
dengan
dan
merupakan
peluang marjinal nilai positif (1) dari dua peubah dikotomi X dan Y, sedangkan
merupakan peluang bersama dari nilai positif kedua peubah. Untuk peluang
marjinal yang memenuhi 0 < ,
< 1 dan peluang bersama
yang
memenuhi max
+ − 1,0 <
< min⁡
( , ), koefisien korelasi
tetrakorik ( ) didefinisikan sebagai solusi untuk persamaan integral berikut
(Ekstrom 2009):
=
�2

, ,

=





� −1 (1−

) � −1 (1−
2

1

1−

2



2

)

�2 ( , ,

)

+ 2−2
2 1− 2

; −∞ < ,

�2 > … > � yang merupakan kuadrat korelasi
kanonik ( 1 2 , 2 2 , … , 2 ) untuk setiap pasangan peubah kanonik dan vektor ciri
(bersesuaian) 1 , 2 , … , merupakan koefisien peubah Y untuk peubah kanonik
V. Akar ciri (�1 , �2 , … , � ) menggambarkan keragaman yang dapat diterangkan
peubah kanonik, misalkan Ui yang diterangkan oleh peubah kanonik Vi. Koefisien
Ui untuk peubah kanonik ke-i untuk peubah X diperoleh dari elemen vektor:


−1







;

= 1,2, . . ,

Pasangan peubah kanonik pertama dapat diperoleh dari perkalian berikut:
1

=



dan

1

=



Menentukan jumlah peubah kanonik yang akan diinterpretasikan dapat
menggunakan beberapa kriteria. Hair et al. (2013) merekomendasikan beberapa
kriteria yang harus dipertimbangkan dan dikaitkan satu sama lain untuk
menentukan peubah kanonik yang akan dipilih, diantaranya besarnya korelasi
kanonik dan ukuran redundansi untuk persentase keragaman yang mampu
dijelaskan oleh peubah kanonik.
Redundansi merupakan proporsi keragaman total dari gugus peubah asal
yang diduga dari kombinasi linear gugus peubah lain, yang dalam hal ini adalah

7

gugus peubah kedua. Istilah redundansi memiliki makna yang sama dengan
keragaman yang dapat dijelaskan (Gittins 1985). Redundansi dilambangkan
dengan 2 . Koefisien 2 digunakan untuk menentukan peubah kanonik yang
dianggap cukup untuk menerangkan struktur hubungan Y dan X. Nilai ini
merupakan kuadrat korelasi kanonik pasangan peubah kanonik ke-i (Mattjik &
Sumertajaya 2011):
Menurut Timm (2002), sering ditemukan kasus korelasi kanonik pertama
2
2
2
bernilai tinggi, sedangkan yang lain +1 2 , +2 2 , … , 2 bernilai
1 , 2 ,…,
rendah, sehingga sebagian besar hubungan korelasi dapat dijelaskan oleh k
pasangan peubah kanonik pertama. Indeks �2 menunjukkan besarnya hubungan
yang dapat dijelaskan oleh k pasangan peubah kanonik pertama yang dapat
diperoleh melalui persamaan sebagai berikut:
�2 =

=1
=1

2
2

Penelitian ini menggunakan acuan besarnya indeks �2 yang dianggap cukup
untuk menjelaskan hubungan dua gugus data adalah sebesar 0.75 (75%).
Terdapat
beberapa
metode
yang
dapat
digunakan
untuk
menginterpretasikan peubah kanonik, antara lain canonical loading (beban
kanonik) dan canonical cross-loading (Mattjik & Sumertajaya 2011).
1. Canonical loading (beban kanonik)
Beban kanonik juga disebut sebagai struktur kanonik, mengukur korelasi
linear yang sederhana antara suatu peubah asal dengan kumpulan peubah
kanoniknya. Beban kanonik peubah V dan U dapat diperoleh sebagai berikut:
,
,

=�
=�





Keterangan :
= korelasi antara peubah kanonik Vi dengan peubah Y (beban
,
kanonik)
= korelasi antara peubah kanonik Ui dengan peubah X (beban
,
kanonik)
=
matriks korelasi peubah Y berukuran ×

= matriks korelasi peubah X berukuran ×

= vektor koefisien Y pada peubah kanonik Vi

= vektor koefisien X pada peubah kanonik Ui

= 1,2, . . . ,
Peubah asal yang memiliki nilai beban kanonik besar dikatakan memiliki
peranan besar dalam set peubahnya. Semakin besar nilai beban kanonik,
dapat dikatakan peranan peubah asal tersebut dalam gugus peubahnya
semakin penting. Beban kanonik dapat pula mendeskripsikan proporsi
keragaman gugus peubah yang dapat diterangkan oleh peubah kanoniknya.
Proporsi keragaman gugus peubah X yang dapat diterangkan oleh peubah
kanonik U adalah

8

2

�2

,

=
=1

Keterangan :
= proporsi keragaman gugus peubah X yang dapat diterangkan oleh
�2
peubah kanonik Ui
=
korelasi antara peubah kanonik Ui dengan peubah Xj (beban
,
kanonik)
= banyaknya peubah X
i
= 1,2, . . . ,
j
= 1,2, . . . ,
Proporsi keragaman gugus peubah Y yang dapat diterangkan oleh peubah
kanonik V adalah
2

�2

2.

,

=
=1

Keterangan :
= proporsi keragaman gugus peubah Y yang dapat dijelaskan oleh
�2
peubah kanonik Vi
=
korelasi antara peubah kanonik Vi dengan peubah Yj (beban
,
kanonik)
= banyaknya peubah Y
i
= 1,2,...,r
j
= 1,2,...,p
Canonical cross-loading
Cross-loading digunakan untuk melihat korelasi antar peubah asal dalam satu
kumpulan dengan peubah kanonik pada kumpulan yang lainnya. Semakin
tinggi nilai ini, maka dapat menggambarkan semakin erat pula hubungan
antara kedua gugus. Cross-loading kanonik untuk peubah X dan Y dapat
dihitung sebagai berikut :
,
,

=
=

,
,

Keterangan :
= korelasi antara peubah kanonik Vi dengan
,
loading kanonik)
=
korelasi
antara peubah kanonik Ui dengan
,
loading kanonik)
= korelasi antara peubah kanonik Vi dengan
,
kanonik)
= korelasi antara peubah kanonik Ui dengan
,
kanonik)
= korelasi pasangan peubah kanonik ke-i
= 1,2,...,r

peubah X

(cross-

peubah Y

(cross-

peubah Y

(beban

peubah X

(beban

9

METODOLOGI
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
gabungan hasil survei Minimum Service Standard Capacity Development
Program oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 dengan
data akreditasi sekolah/madrasah dari BAN S/M. Survei Minimum Service
Standard Capacity Development Program memiliki populasi target dinas
pendidikan kabupaten/kota dan satuan pendidikan (SD, MI, SMP, dan MTs)
seluruh Indonesia dengan metode penarikan contoh acak berlapis dengan tingkat
pendidikan dan jenis sekolah sebagai strata, namun penelitian ini hanya berfokus
pada data SMP dan MTs. Pengambilan contoh dilakukan di 16 provinsi yang
terdiri dari 110 kabupaten/kota. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini
terbagi menjadi dua gugus peubah yaitu gugus peubah akreditasi dan gugus
peubah SPM Dikdas. Gugus peubah akreditasi terdiri dari 8 peubah numerik
berskala rasio (Y1-Y8). Gugus peubah SPM Dikdas terdiri dari 20 peubah nominal
biner (1=Ya dan 0=Tidak) yaitu X1-X20 dan 6 peubah berskala rasio (X21-X26).
Peubah – peubah yang digunakan dalam analisis dapat dilihat pada Lampiran 1.
Software yang digunakan dalam analisis ini adalah Ms. Excel 2007 dan SAS 9.2.

Tahapan Analisis Data
1.

2.
3.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Melakukan penyiapan data. Pada tahapan ini dilakukan pencocokan data hasil
survei SPM Dikdas dengan data akreditasi nasional serta pembersihan data
dari data hilang.
Eksplorasi data menggunakan statistika deskriptif terhadap peubah-peubah
yang digunakan sehingga diperoleh gambaran umum dan karakteristik data.
Menghitung matriks korelasi antara dua gugus data, dengan ketentuan
penggunaan koefisien korelasi dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Koefisien korelasi antar peubah
Peubah
(skala)
Y1 s.d. Y8
(rasio)
X1 s.d. X20
(nominal biner)
X21 s.d. X26
(rasio)

4.

Y1 s.d.Y8
(rasio)

Peubah (skala)
X1 s.d. X20
(nominal biner)

X21 s.d. X26
(rasio)

Pearson

Biserial

Pearson

Biserial

Tetrachoric

Biserial

Pearson

Biserial

Pearson

Melakukan operasi dengan persamaan (1) terhadap matriks korelasi sehingga
diperoleh peubah kanonik dan korelasi kanonik serta menghitung nilai

10

5.
6.

proporsi keragaman yang dapat dijelaskan oleh masing-masing pasangan
peubah kanonik.
Menentukan peubah kanonik yang akan diinterpretasi.
Melakukan interpretasi peubah kanonik berdasarkan beban kanonik dan
cross-loading kanonik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan amatan berupa
SMP dan MTs sebanyak 2091 unit. Sebaran contoh pada masing-masing provinsi
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Banyaknya dan persentase SMP/MTs contoh tiap provinsi
Provinsi
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Barat
Lampung
Sumatera Utara
Kalimantan Barat
Maluku
Papua Barat
Gorontalo
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Papua

Banyaknya SMP/MTs
contoh
367
282
181
177
173
158
157
129
120
72
62
59
48
41
35
30

Banyaknya
SMP/MTs
4878
1695
7914
530
938
1639
1987
8492
1472
701
298
391
1544
473
1077
590

Persentase
contoh
7.52
16.64
2.29
33.40
18.44
9.64
7.90
1.52
8.15
10.27
20.80
15.09
3.11
8.67
3.25
5.08

Satuan amatan dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis sekolah yaitu
SMP dan MTs serta dua status sekolah yaitu negeri dan swasta. Sebaran dan
persentase contoh berdasarkan status dan jenis sekolah dapat dilihat pada Gambar
1. Jumlah sekolah yang diteliti didominasi oleh sekolah berjenis SMP dengan
persentase sekitar 70% dari keseluruhan contoh, dengan 20% merupakan SMP
berstatus swasta dan 50% SMP berstatus negeri. Jika ditinjau dari perbandingan
sekolah berstatus negeri dan swasta pada masing-masing jenis sekolah, SMP
berstatus negeri memiliki proporsi contoh yang lebih tinggi dibandingkan SMP
berstatus swasta, sedangkan MTs berstatus negeri memiliki proporsi lebih rendah
dibandingkan MTs berstatus swasta.

11

MTs Swasta
559; 27%

MTs Negeri
66; 3%

SMP Negeri
1056; 50%

SMP Swasta
410; 20%

Gambar 1 Persentase contoh berdasarkan status dan jenis sekolah
Sebaran contoh berdasarkan status sekolah pada tiap provinsi yang
disajikan dalam Lampiran 2 menunjukkan pada 12 dari 16 provinsi, contoh
dengan status sekolah negeri lebih banyak dibandingkan swasta. Data contoh
pada provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung
memiliki banyaknya sekolah berstatus swasta lebih tinggi dibandingkan sekolah
berstatus negeri. Jenis sekolah tiap provinsi yang disajikan dalam Lampiran 3
menunjukkan pada hampir semua provinsi, kecuali Nusa Tenggara Barat, data
memiliki jumlah sekolah berjenis SMP lebih tinggi dibandingkan sekolah berjenis
MTs. Tabel pada Lampiran 4 menunjukkan banyaknya MTs negeri amatan pada
tiap provinsi sangat rendah jika dibandingkan banyaknya SMP negeri dan tidak
semua provinsi memiliki contoh MTs negeri, provinsi tersebut antara lain Nusa
Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.
Statistika deskriptif peubah akreditasi disajikan dalam Lampiran 5. Peubah
Y7 (nilai komponen standar pembiayaan) memiliki rataan skor tertinggi antar
jenis sekolah yang diteliti. Peubah Y3 (nilai komponen standar kompetensi
lulusan) memiliki rataan skor terendah dan keragaman tertinggi antar jenis
sekolah yang diteliti. Plot nilai rataan skor peubah akreditasi berdasarkan jenis
sekolah disajikan pada Lampiran 6 dan plot nilai rataan skor peubah akreditasi
berdasarkan status sekolah disajikan pada Lampiran 7. Berdasarkan plot nilai
rataan pada Lampiran 6, sekolah berjenis SMP memiliki rataan skor lebih tinggi
daripada sekolah berjenis MTs pada semua peubah akreditasi, sedangkan
berdasarkan plot rataan pada Lampiran 7 sekolah dengan status negeri memiliki
nilai rataan yang lebih tinggi pada semua peubah akreditasi dibandingkan sekolah
berstatus swasta.
Gambar 2 menyajikan nilai rataan peubah akreditasi pada setiap jenis dan
status sekolah. Berdasarkan plot nilai rataan pada Gambar 2, SMP swasta
memiliki nilai rataan yang tidak jauh berbeda dengan SMP negeri untuk masingmasing peubah akreditasi. Terdapat perbedaan nilai rataan yang tinggi pada setiap
peubah akreditasi untuk MTs berstatus swasta dan negeri. MTs swasta memiliki
nilai rataan terendah untuk semua peubah akreditasi, sedangkan MTs negeri
memiliki nilai rataan tertinggi pada semua peubah akreditasi.
Lampiran 8 menyajikan persentase dan rataan pencapaian peubah SPM
Dikdas seluruh sekolah dan berdasarkan status dan jenis sekolah. Peubah X3
(memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang

12

cukup untuk 36 peserta didik) memiliki persentase pencapaian terendah sebesar
13.68% dari keseluruhan sekolah yang diteliti sedangkan X 14 (menerapkan
kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku) memiliki persentase pencapaian
tertinggi. Pada persentase pencapaian peubah X7 (memiliki satu guru untuk setiap
mata pelajaran), terdapat kesenjangan yang terlihat antara sekolah berjenis SMP
dengan MTs pada data yang diteliti. SMP negeri dan swasta memiliki persentase
pencapaian di atas 35%, sedangkan persentase pencapaian MTs baik negeri
maupun swasta berkisar pada angka 4%.
95,00

Nilai ratan

90,00
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

Y7

Y8

Peubah akreditasi
SMP Negeri

SMP Swasta

MTs Negeri

MTS Swasta

Gambar 2 Plot nilai rataan peubah akreditasi berdasarkan jenis dan status sekolah
Analisis Korelasi Kanonik
Analisis korelasi kanonik diawali dengan membentuk matriks korelasi
antara dua gugus data. Matriks korelasi antara gugus peubah akreditasi dan SPM
Dikdas disajikan pada Lampiran 9. Korelasi tertinggi yang dibentuk antar peubah
akreditasi sebesar 0.74 yaitu korelasi antara Y1 ( nilai komponen standar isi) dan
Y2 (nilai komponen standar proses), sedangkan korelasi tertinggi antar peubah
SPM Dikdas dibentuk oleh peubah X24 ( persentase guru yang menerapkan RPP
berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampu ) dan X26
(persentase guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada kepala
sekolah tiap akhir semester ) sebesar 0.96.
Nilai korelasi kanonik, kuadrat korelasi kanonik, dan indeks �2 peubah
kanonik disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan nilai indeks �2 , dipilih tiga
pasangan peubah kanonik yaitu peubah kanonik pertama, kedua, dan ketiga untuk
selanjutnya diinterpretasikan. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
nilai indeks �2 untuk tiga peubah kanonik pertama sebesar 0.79 (79%) dianggap
cukup menggambarkan hubungan antara dua gugus data, serta nilai korelasi
kanonik yang diperoleh pada tiga peubah kanonik masih mencukupi untuk
dilakukan interpretasi.

13

Tabel 4 Korelasi kanonik, kuadrat korelasi kanonik, dan indeks �� tiap pasangan
peubah kanonik
Pasangan peubah
Korelasi
Kuadrat korelasi
��
� 2
kanonik
kanonik
kanonik
(V1,U1)
0.71
0.50
0.48
(V2,U2)
0.46
0.21
0.68
(V3,U3)
0.33
0.11
0.79
(V4,U4)
0.27
0.07
0.86
(V5,U5)
0.25
0.06
0.92
(V6,U6)
0.22
0.05
0.97
(V7,U7)
0.14
0.02
0.98
(V8,U8)
0.13
0.02
1.00

Pasangan peubah kanonik pertama (V1,U1) memiliki korelasi kanonik
yang cukup tinggi yaitu sebesar 0.71 dengan kuadrat korelasi kanonik sebesar
0.50 (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa peubah kanonik U1 dan V1 dapat
merangkum keragaman total sebesar 50%. Tabel 5 menyajikan nilai beban
kanonik data akreditasi (Y) dengan peubah kanonik pertama (V1). Peubah Y4
(nilai komponen standar pendidik dan tenaga kependidikan), Y5 (nilai komponen
standar sarana dan prasarana) dan Y3 (nilai komponen standar kompetensi
lulusan) memiliki beban kanonik sebesar 0.94, 0.91, dan 0.76. Dapat dikatakan
bahwa nilai komponen standar pendidik dan tenaga kependidikan (Y4), nilai
komponen standar sarana dan prasarana (Y5), serta nilai komponen standar
kompetensi lulusan (Y3) memiliki peranan dan tingkat kepentingan lebih tinggi
dibandingkan peubah akreditasi lain terhadap peubah kanonik V1.
Tabel 5 Beban (struktur) kanonik peubah kanonik V
Peubah asal
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8

Komponen standar akreditasi
Isi
Proses
Kompetensi lulusan
Pendidik dan tenaga kependidikan
Sarana dan prasarana
Pengelolaan
Pembiayaan
Penilaian pendidikan
Proporsi keragaman

Peubah kanonik
V1
V2
V3
0.72
0.36
0.46
0.69
0.19
0.30
-0.05
0.21
0.76
-0.25
0.05
0.94
0.27
-0.19
0.91
0.74
0.24
0.30
0.62
0.17
0.32
0.63
0.01
0.56
0.57
0.06
0.10

Beban kanonik data SPM Dikdas (X) disajikan pada Tabel 6. Beban
kanonik data SPM Dikdas (X) dengan peubah kanonik U1 menunjukkan X6
(memiliki ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja
kursi), X9 (Memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat

14

pendidik minimal 35% dari keseluruhan jumlah guru), dan X10 (memiliki satu
orang guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik untuk
setiap mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
PKn) memiliki kontribusi positif yang tinggi dibandingkan peubah SPM Dikdas
lain (Tabel 6). Pasangan peubah kanonik pertama menjelaskan hubungan antara
komponen sarana prasarana dan tenaga kependidikan antara peubah akreditasi dan
SPM Dikdas. Pemenuhan indikator SPM Dikdas berupa memiliki ruang kepala
sekolah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja kursi (X6), memiliki
guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik minimal
35% dari keseluruhan jumlah guru (X9), dan memiliki satu orang guru dengan
kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik untuk setiap mata
pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn (X10)
sejalan dengan peningkatan nilai komponen standar pendidik dan tenaga
kependidikan (Y4), nilai komponen standar sarana dan prasarana (Y5), serta nilai
komponen standar kompetensi lulusan (Y3) yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Secara umum peubah kanonik V1 dapat menjelaskan 57% keragaman data
akreditasi dan peubah kanonik U1 dapat menjelaskan 15% keragaman peubah
SPM Dikdas.
Tabel 6 Beban (struktur) kanonik peubah kanonik U
Peubah asal
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13

Peubah kanonik
U1
U2
U3
-0.15
0.22 -0.24
0.00
0.09 -0.21
0.67
0.00 -0.07
0.28 -0.11
0.02
0.47
0.32 -0.24
0.73
0.32 -0.22
0.39 -0.03 -0.11
0.35 -0.06 -0.14
0.04
0.07
0.76
0.04
0.85 -0.09
0.44
0.03
0.18
0.08 -0.01
0.10
0.57
0.12
0.05
Proporsi keragaman

Peubah asal
X14
X15
X16
X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
X25
X26

Peubah kanonik
U1
U2
U3
0.29 -0.05 -0.00
0.15
0.05
0.20
0.26 -0.29
0.25
0.05
0.02 -0.17
0.32
0.33
0.41
0.13 -0.02
0.11
0.24 -0.01
0.35
0.08 -0.05 -0.14
0.29
0.06
0.16
0.05
0.09 -0.01
0.07 -0.01
0.09
0.06
0.02
0.07
0.03 -0.03
0.04
0.15
0.02
0.03

Cross-loading kanonik peubah akreditasi pada peubah kanonik U disajikan
pada Lampiran 10. Cross-loading kanonik peubah akreditasi pada peubah kanonik
U1 menunjukkan peubah akreditasi Y4 (nilai komponen standar pendidik dan
tenaga kependidikan) dan Y5 (nilai komponen standar sarana dan prasarana)
memiliki kontribusi tinggi dengan peubah kanonik U1. Cross-loading kanonik
peubah SPM Dikdas pada peubah kanonik V disajikan pada Lampiran 11. Peubah
SPM Dikdas yang memiliki korelasi tertinggi pada peubah kanonik V 1 adalah X6
(memiliki ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja

15

kursi), X9 (Memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat
pendidik minimal 35% dari keseluruhan jumlah guru), dan X10 (memiliki satu
orang guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik untuk
setiap mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
PKn) (Lampiran 11). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai komponen standar
pendidik dan tenaga kependidikan (Y4) dan nilai komponen standar sarana dan
prasarana (Y5) merupakan peubah akreditasi yang memiliki kaitan paling erat
dengan gugus peubah SPM Dikdas, sedangkan indikator pencapaian SPM Dikdas
berupa memiliki ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru dan
dilengkapi meja kursi (X6), memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV
dan bersertifikat pendidik minimal 35% dari keseluruhan jumlah guru (X9), dan
memiliki satu orang guru dengan kualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat
pendidik untuk setiap mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan PKn (X10) memiliki kaitan paling erat terhadap nilai komponen
akreditasi dibandingkan indikator percapaian SPM Dikdas lainnya.
Pasangan peubah kanonik kedua (V2,U2) memiliki korelasi sebesar 0.46
dengan kuadrat korelasi 0.21 (Tabel 4) . Korelasi kanonik yang dibentuk oleh
pasangan peubah kanonik ini tergolong sedang dengan nilai keragaman total yang
dapat dijelaskan (redundansi) sebesar 21%. Peubah kanonik kedua (V2)
didominasi oleh peubah akreditasi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
(baik isi hingga pengembangan) di sekolah dan manajemen sekolah. Beban
kanonik yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan peubah Y1 (nilai komponen
standar isi), Y2 (nilai komponen standar proses), dan Y6 (nilai komponen standar
pengelolaan) memiliki kontribusi dan tingkat kepentingan tertinggi terhadap
peubah kanonik kedua dibandingkan peubah akreditasi lain dengan kontribusi
positif sebesar 0.36, 0.30, dan 0.30.
Peubah SPM Dikdas dengan kontribusi tertinggi pada peubah kanonik U2
(Tabel 6) adalah X5 (memiliki satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan
kursi untuk setiap guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya), X6
(memiliki ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja
kursi), dan X18 (memiliki rencana kerja tahunan), sehingga berdasarkan beban
kanonik tersebut peubah X5, X6, dan X18 memiliki tingkat kepentingan lebih
dibandingkan peubah SPM Dikdas lain pada peubah kanonik kedua. Pasangan
peubah kanonik kedua (V2,U2) menjelaskan hubungan antara komponen akreditasi
kegiatan pembelajaran dan manajemen sekolah dengan SPM Dikdas yang
berkaitan dengan sarana prasarana dan manajemen sekolah. Pemenuhan indikator
SPM Dikdas pada kepemilikan ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi
untuk setiap guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya (X5), ruang
kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja kursi (X6), dan
rencana kerja tahunan (X18) memiliki hubungan positif dengan nilai komponen
standar isi (Y1), standar proses (Y2), dan standar pengelolaan (Y6).
Peubah kanonik V2 dapat menjelaskan keragaman peubah akreditasi
senilai 6% dan peubah kanonik U2 dapat menjelaskan keragaman peubah SPM
Dikdas senilai 2%. Cross-loading kanonik peubah kanonik kedua, menunjukkan
nilai korelasi yang relatif rendah baik cross-loading kanonik peubah akreditasi
terhadap U2 maupun peubah SPM Dikdas terhadap V2 ( Lampiran 10 dan 11).
Sehingga tidak terdapat peubah asal yang memiliki kontribusi silang tinggi
terhadap peubah kanonik kedua.

16

Peubah kanonik ketiga (V3,U3) memiliki korelasi sebesar 0.33 dengan
keragaman total sebesar 11% (Tabel 4). Beban kanonik peubah V3 menunjukkan
peubah Y8 (nilai komponen standar penilaian pendidikan), Y1 (nilai komponen
standar isi), dan Y7 (nilai komponen standar pembiayaan) memiliki nilai
kontribusi tinggi, sehingga peubah ini dapat dianggap memiliki peranandan
tingkat kepentingan lebih dibandingkan peubah laindalam gugus peubah
akreditasi (Tabel 5). Peubah SPM Dikdas dengan nilai beban kanonik tertinggi
pada peubah kanonik ketiga didominasi oleh peubah SPM Dikdas yang berkaitan
dengan penjaminan mutu dan manajemen sekolah, yaitu X18 (kepala sekolah
menyampaikan laporan hasil UAS, UKK, dan UN kepada orang tua peserta
didik), X20 (memiliki komite yang berfungsi baik) dan X16 (memiliki rencana
kerja tahunan) (Tabel 6). Berdasarkan beban kanonik pasangan peubah kanonik
ketiga, pemenuhan indikator pencapaian SPM Dikdas berupa kepala
menyampaikan laporan hasil UAS, UKK, dan UN kepada orang tua peserta didik
(X16), sekolah memiliki komite yang berfungsi baik (X20), dan memiliki rencana
kerja tahunan (X18) berhubungan positif dengan nilai komponen standar isi (Y1),
pembiayaan (Y7), dan penilaian pendidikan (Y8). Keragaman gugus data
akreditasi yang mampu dijelaskan oleh peubah kanonik V 3 sebesar 10%,
sedangkan peubah kanonik U3 mampu menjelaskan keragaman data SPM Dikdas
sebesar 3%. Cross-loading kanonik peubah kanonik ketiga, menunjukkan nilai
korelasi yang relatif rendah baik cross-loading kanonik peubah akreditasi
terhadap U3 maupun peubah SPM Dikdas terhadap V3 (Lampiran 10 dan 11).
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat peubah akreditasi yang memiliki
kontribusi tinggi terhadap peubah kanonik U3, dan tidak terdapat peubah SPM
Dikdas yang memiliki kontribusi tinggi terhadap paubah kanonik V 3.

SIMPULAN
Korelasi antara gugus peubah akreditasi dan SPM Dikdas diukur melalui
korelasi kanonik tiga pasangan peubah kanonik. Pasangan peubah kanonik
pertama (V1,U1) memiliki korelasi sebesar 0.71 dengan keragaman total yang
dapat dijelaskan 50%. Peubah kanonik V1 dan U1 menjelaskan komponen
akreditasi dan indikator SPM Dikdas berkaitan dengan sarana prasarana dan
tenaga kependidikan sekolah. Pasangan peubah kanonik kedua (V2,U2) memiliki
korelasi sebesar 0.46 dengan keragaman total 21%. Pasangan peubah kanonik
kedua menjelaskan hubungan antara komponen standar isi, proses, dan
pengelolaan, dengan indikator pencapaian SPM Dikdas yang berkaitan dengan
sarana prasarana dan manajemen sekolah. Pasangan peubah kanonik ketiga
(V3,U3) memiliki korelasi sebesar 0.33 dengan keragaman yang mampu dijelaskan
sebesar 11% dan menjelaskan hubungan antara komponen standar isi,
pembiayaan, serta penilaian dengan SPM Dikdas berkaitan dengan penjaminan
mutu dan manajemen sekolah.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ali M. 2007. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa
Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta(ID): PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Divgi DR. 1979. Calculation of tetrachoric correlation coefficient. Psychometrika.
44(2).
Ekstrom J. 2009. A generalized definition of the tetrachoric correlation
coefficient. In Contributions to the Theory of Measures of Association for
Ordinal Variables. Ph.D.thesis, Uppsala: Acta Universitatis Upsaliensis.
Gittins R. 1985. Canonical Analysis: Review with Applications in Ecology. New
York(US): Springer-Verlag.
Hair JF, William CB, Barry JB. 2013. Multivariate Data Analysis. New
Jersey(US): Pearson Prentice Hall.
Herwin ST. 2012. Analisis pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
pendidikan dasar ( studi kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
Selatan)[tesis]. Padang (ID): Universitas Andalas.
Johnson RA, Winchern DW. 2007. Applied Multivariate Analysis. New
Jersey(US): Pearson Prentice Hall.
[Kemendikbud] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun
2012 tentang Badan Akreditasi Nasional. Jakarta(ID): Kemdikbud.
[Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
Jakarta(ID): Kemdiknas.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2011. Sidik Peubah Ganda dengan Menggunakan
SAS. Bogor (ID): IPB Press.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta(ID):
Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta(ID):
Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal. Jakarta(ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan. Jakarta(ID): Sekretariat Negara.
Tate RF. 1950. Biserial and Point Biserial Correlation. Chapel Hill(US):
University of North Carolina, Insitute of Statistics.
Timm NH. 2002. Applied Multivariate Analysis. New York(US): Springer-Verlag.

18

LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar peubah yang digunakan
Peubah SPM Dikdas
Peubah Jenis pelayanan
X1
Sarana dan
prasarana
X2

Sarana dan
prasarana

X3

Sarana dan
prasarana

X4

Sarana dan
prasarana
Sarana dan
prasarana

X5

X6
X7
X8

X9
X10

X11

X12
X13
X14
X15

Sarana dan
prasarana
Pendidik dan
tenaga
kependidikan
Pendidik dan
tenaga
kependidikan
Pendidik dan
tenaga
kependidikan
Pendidik dan
tenaga
kependidikan
Pendidik dan
tenaga
kependidikan
Penjaminan
mutu
Sarana dan
prasarana
Kurikulum
Penjaminan
mutu

Keterangan
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan
belajar di satuan pendidikan tidak melebihi 36
orang
Pada setiap rombongan belajar di satuan pendidikan
tersedia satu ruang kelas dengan meja kursi yang
cukup untuk peserta didik dan guru serta papan tulis
Memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi
dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta
didik
Memiliki minimal satu peralatan praktek IPA untuk
demonstrasi dan eksperimen peserta didik
Memiliki satu ruang guru yang dilengkapi dengan
meja dan kursi untuk setiap guru, kepala sekolah,
dan tenaga kependidikan lainnya
Memiliki ruang kepala sekolah yang terpisah dari
ruang guru dan dilengkapi meja kursi
Memiliki satu guru untuk setiap mata pelajaran

Memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1/DIV minimal 70% dari keseluruhan jumlah guru
Memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1/DIV dan bersertifikat pendidik minimal 35% dari
keseluruhan jumlah guru
Memiliki satu orang guru dengan kualifikasi
akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik untuk
setiap mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn
Memi

Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi dan Evaluasi Efektifitas Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) terhadap Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kota Sibolga Sumatera Utara

17 149 217

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 0 28

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 2 24

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 1 25

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 1 16

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 10 20

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 1 26

RPS MIK 631 Standar Akreditasi dalam Pelayanan Kesehatan

2 19 16

Analisis Implementasi dan Evaluasi Efektifitas Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) terhadap Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kota Sibolga Sumatera Utara

0 0 16

Analisis Implementasi dan Evaluasi Efektifitas Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) terhadap Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kota Sibolga Sumatera Utara

0 3 19