Kajian Partisipasi Peserta dan Kinerja Pengelolaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat PEsisir (PEMP) Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah

KAJIAN PARTISIPASI PESERTA DAN -3A
PENGELOLAAN PROGRAM PEMBERIbAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP)
(Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto,
Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengalh)

OLEH :
ST. KHASANATURODHIYAH

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2002

ABSTRAK

ST. KHASANATURODHIYAH. Kajian Partisipasi Peserta dan Kinerja Pengelolaan
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Dibimbing oleh SOERYO
ADNVTBOWO, ERNAN RUSTIADI.
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) adalah salah satu
program pembangunan kawasan laut dan pesisir yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pguatan kelembagaan sosial ekonomi
dengan mendayagunakan sumberdaya laut dan pesisir secara berkelanjutan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi peserta program, kinerja pengelolaan
program dan dampaknya terhadap anggota kelompok usaha bersama (KUB) di
Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan.
Data yang dikumpulkan meliputi aspek kelembagaan pengelolaan program, pola
dan mekanisme pendanaan, faktor-faktor yang memepengarutu m s i p a s i peserta dan
darnpak PEMP terhadap anggota penerima bantuan (Kelompok Usaha Bersama).
Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara mendalarn. Data kualitatif
didiskripsikan, dianalisis dan direduksi untuk kesimpulan. Data kuantitatif dianalisis
dengan metode Hayashi 11. Metode Hayashi I1 digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi.
PEMP dilaksanakan dengan institusi yang relatif kompleks sejak tingkat pusat
hingga kabupaten, kecamatan hingga desa. Melihat disain institusi yang dirancang
clan diimplementasikan tampak bahwa program PEMP dijalankan dengan institusi
yang bersifat top down, bias pada aparatur pemerintah dan menempuh proses yang
cenderung panjang (birokrasi). Di Kecamatan Wonokerto terbentuk 16 KUB Nelayan
dan 9 KUB Pedagang yang beranggotalcan 110 jiwa. Pada Tahun Anggaran 2000
Kabupaten Pekalongan memperoleh anggaran PEMP sebesar Rp. 924.250.000.
dialokasikan untuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp. 498.867.000
(54%), Bantuan Manajemen Daerah (BMD) sebesar Rp.331.133.000 (36%). dan

untuk Adrninistrasi Proyek (AP) sebesar Rp. 94.250.000 (10%). Kendala dan masalah
yang dihadapi PEMP, mundurnya waktu pelaksanaan, kurangnya pengetahuan KUB
tentang pemilihan kapal, dan pemahaman masyarakat bahwa bantuan program PEMP
ini cuma-cuma dan tidak perlu dikembalikan.
Tingkat partisipasi di KUB Pedagang tergolong tinggi. Sekitar 14,2% responden
anggota KUB yang partisipasinya rendah. Selebihnya 28,5% dari responden
tergolong parbsipasinya sedang dan sisanya 57,1% tergolong partisipasinya tinggi.
Yang tidak jauh berbeda dijumpai pada KUB Nelayan, sekitar 43,7% responden
tergolong tinggi, dan 37,5% responden tergolong sedang clan sisanya 18,7 tergolong
rendah.
Bantuan modal untuk KUB Pedagang dan Pengolah Ikan walaupun belwn
meningkatkan omzet usaha, namun telah mampu menjamin keberlangsungan usaha
para pedagang dan pengolah ikan. Adapun bantuan modal untuk KUB Nelayan belurn
dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan, terutama dikalangan nelayan kapal sopek
dan wedung. Hal ini dikarenakan oleh dua ha1 yang saling terkait satu sama lain: a)
lamanya jangka waktu pengembalian pinjaman (hperkirakan melewati umur efektif
kapal) dan b). sumberdaya hayati pesisir yang ada yang dapat ditangkap dengan jenis
kapal sopek dan wedung sudah berkurang. Ada dugaan kuat bahwa bertarnbahnya
kapal jenis sopek dan wedung justru mempercepat degradasi sumberdaya alam hayati.


SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
KAJIAN PARTISIPASI PESERTA DAN KJNERJA PENGELOLAAN
PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR
(PEMP) Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto Ka~bupatenPekalongan
Propinsi Jawa Tengah.

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah dipublikasikan.
Semua sumber dan informasi telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.

Bogor, Agustus 2002

( 5 3
St.

asanaturod iyah

P


NRP. P 315000 8

KAJIAN PARTISIPASI PESERTA DAN KINERJA
PENGELOLAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP)
(Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto,
Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah)

ST. KHASANATURODHIYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


JUDUL TESIS

: KAJIAN

NAMA

:

ST. KHASANATURODIYAH

NOMOR POKOK

:

P. 31500018

PROGRAM STUD1

: PENGELOLAAN


PARTISIPASI PESERTA
DAN
KINERJA
PENGELOLAAN
PROGRAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
PESISIR (PEMP) Studi Kasus di Kecamatan
Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa
Tengah.

SUMBERDAYA

PESISIR

DAN LAUTAN
Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

*


Ir. Soervo Adiwibowo. M.S.
Ketua

Dr. I . rnan

iadi M.A

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut

Tanggal lulus : 12 Agustus 2002

ur Program Pascasarjana

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 April 1966 di Kabupate~Semarang, penulis

putri

ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Moch Tanwir AS. dan

St. Chomsiyah (almarhumah). Penulis menamatkan pendidikan, Strata 1 (Sl) lulus
sebagai Sarjana Geografi dari Fakultas Geografi Universitas Muharnmadiyah
Surakarta pada Tahun 1992.
Sejak Tahun 1993 - 1997 penulis bekeja sebagai staf Bappeda Propinsi
Sulawesi Tenggara. Pada Tahun 1997 penulis mutasi sebagai staf di Bappeda
Propinsi Jawa Tengah sampai sekarang. Pada Tahun 2000 penulis mendapatkan
kesempatan melanjutkan pendidikan Program Pascasajana di Institut Pertanian
Rogor pada Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Pesisir dm Lautan (SPL)
dengan biaya APBD I Propinsi Jawa Tengah.

PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah, serta ridho-Nya karya ilmiah ini telah dapat disttlesaikan. Tesis ini
merupakan hasil penelitian terhadap Partisipasi Peserta Program Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Pesisir ini diberi judul "Kajian Partisipasi Peserta dan
Kineerja Pengelolaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

(PEMP), Studi Kasus di Kecarnatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Propinsi
Jawa Tengah", Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Program Pascasarjana Institut Partanian Bogor.
Penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membimbing, membina, membantu dan
mendukung penyelesaian tesis ini yaitu :
1
Bapak Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S. selaku Ketua Komisi, dan Bapak Dr. Ir.
Ernan Rustiadi, M-Agr. selaku Anggota Komisi dan Bapak Dr. Ir. Joko
Punvanto, DEA sebagai penguji luar komisi.
2
Bapak Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang memberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor.
3
Bapak Ketua Bappeda Propinsi Jawa Tengah serta rekan-rekan di Bappeda yang
telah mendukung berhasilnya pendidikan kami
4
Ketua Lembaga Pengelola Kegiatan Kawasan Pesisir Mandiri (LPKK Pesisir
Mandiri) Wonokerta beserta stafnya
5

Keluarga penulis: Nenek, Ayah, Mas Wakhid sekeluarga, Mbak Rik, Dik Puji
dan Irul yang telah memberikan do'a serta dukungan demi suksesnya
pendidikan kami.
6
Rekan-rekan mahasiswa SPL yang telah mendukung berhasilnya pendidikan
kami (Priyatna, Slamet, Nedi,Yusdi, Agung, Yunus, Ikram, Nurdin,Tutik,
Martini,Diah dan mbak Mia)
7
Rekan-rekan mahasiswa SPL angkatan V dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu
Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun yang dapat lebih menyempurnakan hasil
penelitian ini. Selanjutnya penulis mengharapkan agar tesis ini dapat bermanfaat bag
masyarakat luas.
Bogor, Agustus 2002

vii

DAFTAR IS1
Halaman

RIWAYAT HlDUP .....................................................................................................

vi
..
PRAKATA .................................................................................................................vii

DAFTAR IS1 ............................................................................................................

...

viii

DAFTAR TABEL........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................

xi
..

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... xi1

PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

I1.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6

I11

Latar Belakang ................................................................... 1
Perurnusan masalah .............................................................. 4
Tujuan Penelitian ................................................................8
Manfaat Penelitian ..............................................................9

Konsep Pembangunan berkelanjutan ........................................10
Kelembagaan dan Organisasi ................................................. 12
Konsep Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 14
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir .............................. 17
Pendapatan Rumah Tangga .................................................. 20
Partisipasi Masyarakat ......................................................... 20
2.6.1.Definisi Partisipasi .................................................... ., .20
2.6.2 Jenis dan Macam Partisipasi dalam Pembangunan ................. 24
2.6.3 Faktor-faktor Yang Mempenganihi Partisipasi ......................30

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................... 32
3.2 Hipotesis ......................................................................... 35

...

Vlll

IV

METODOLOGI PENELITIAN
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5

V

LokasidanwaktuPenelitian .................................................. 36
Metode Penelitian .............................................................. 36
Responden ....................................................................... 41
Jenis Data Yang Dikumpulkan .............................................. -42
Definisi Operasional ........................................................... 43

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian........................................... 45
5.1.1 Desa Semut .............................................................47
5.1.2 Desa Tratebang ........................................................ 53
5.1.3 Desa Wonokerto Wetan ...............................................58

VI

HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Disain Institusi Program P E W ............................................... 64
6.1.1 Lingkup, Tujuan sasaran PEMP ................................... 64
6.1.2 Institusi Pelaksanaan Program PEMP............................... 66
6.1.3 Alokasi dan Penyerapan dana PEMP ................................80
6.1.4 Kendala dan permasalahan Pelaksanaan dan
Pengembangan P E W .................................................84
6.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat dan Faktor yang Mempengaruhinya
6.2.1 Tingkat Partisipasi di KUB Pedagang...............................85
6.2.2 Tingkat Partisipasi di KUB Nelayan ................................ 89
6.3 Dampak Program PEMP di Tingkat KUB
6.3.1 KUB Pedagang dan Pengolah Ikan ..................................92
6.3.2 KUB Nelayan dan Penangkapan Ikan ............................... 97

VII

KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan .................................................................... 105
7.2 Saran ............................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 108
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

Peubah-peubah yang digunakan dalam analisis tingkat
partisipasi peserta PEMP ............................................
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Desa Semut
Tahun 2002 ............................................................
Jumlah Penduduk di Desa Semut Berdasarkan Mata
Pencaharian tahun 2002....................................:. ..........
Jumlah Prasarana Transportasi dan Komonikasi y h g ada di
Desa Semut Tahun 2002.. .............................................
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Desa 'Tratebang
Tahun 2002 ............................................................
Jumlah Penduduk di Desa Tratebang Berdasarkan Mata
Pencaharian tahun 2002 ...............................................
Jurnlah Prasarana Transportasi dan Komonikasi yang ada di
Desa Tratebang Tahun 2002 .........................................
Nama-nama Kub dan Jumlah Anggota KUB di Desa
Wonokerto Wetan, Semut dan Desa Tratebang ...................
Jenis Alokasi Anggaran Pelaksanaan Program PEMP Tahun
2000 .....................................................................
Jenis Kegiatan dan Jumlah KUB Penerima BLM di Desa
Wonokerto Wetan, Semut dan Desa Tratebang ...................
Tingkat Partisipasi Peserta Program PEMP di KUB Pedagang
di Kecamatan Wonokerio ............................................
Hasil Analisis Kwantifikasi Hayashi 11, Peubah-peubah
dugaan yang terkait dengan tingkat partisipasi ...................
Tingkat Partisipasi Peserta Program PEMP di KUB Nelayan
di Kecamatan Wonokerto ............................................
Hasil Analisis Kwantifikasi Hayashi 11, Peubah-peubah
dugaan yang terkait dengan tingkat partisipasi ..................
Mata Pencaharian Anggota KUB Pedagang dan Pengolah Ikan

38
47

51
52
54

56
60
78
81
82

85
86

89
90

...........................................................................
93
Nama KUB dan Jumlah KUB serta besarnya modal yang
dipinjamkan ............................................................
95
Nama KUB Nelayan dan Penangkapan Ikan, serta besarnya
modal yang dipinjamkan sampai dengan bulan Maret
2002 .....................................................................
100

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Desa Semut tahun 2002 ........................
Gambar 2. Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Semut Tahun 2002 ...........................................
Garnbar 3. Grafik Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Desa Tratebang Tahun 2002 .................
Gambar 4. Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Tratebang Tahun 2002 .......................................
Gambar 5. Grafik Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Desa Wonokerto Wetan Tahun 2002
..........................................................................
Gambar 6. Grafik Jurnlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Wonokerto Wetan Tahun 2002 ............................

49

50
55
57

59

62

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nama-nama responden dan identitas responden lainnya
Lampiran 2. Nama KUB, jumlah anggota dan jumlah responden serta jumlah
dana yang diterima
Lampiran 3. Peserta PEMP dan Jenis Usaha serta Jumlah yang digulirkan
Lampiran 4. Hasil Analisis Hayashi I1 untuk KUB Pedagang
Lampiran 5. Hasil Analisis Kuantifikasi Hayashi II, Peubah-peubah dugaan yang
terkait dengan tingkat partisipasi di KUB Pedagang
Lampiran 6 Hasil Analisis Hayashi I1 untuk KUB Nelayan
Lampiran 7 Hasil Analisis Kuantifikasi Hayashi 11, Peubah-peubah dugaan yang
terkait dengan tingkat partisipasi di KUB Nelayan

xii

I.
1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu masalah klasik yang selalu dihadapi oleh
manusia, karena melibatkan seluruh aspek kehidupan, walaupun seringkali
kehadirannya tidak disadari sebagai masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi
mereka yang tergolong miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata dalam
kehidupan mereka sehari-hari, karena mereka merasakan dan menjalani sendiri
sebagaimana hidup dalam kemiskinan.
Walaupun demikian, belum tentu mereka sadar akan kemiskinan yang mereka
jalani. Kesadaran akan kemiskinan yang mereka miliki itu baru muncul pada waktu
mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani dengan kehidupan orang lain
yang tergolong mempunyai tingkat kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.
Kemiskinan merupakan kondisi kekurangan yang menimpa seseorang atau
sekelompok masyarakat yang sebetulnya tidak dikehendaki, melainkan karena tidak
dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan terjadi antara lain
dicirikan dengan sikap dan perilaku individu yang menerima keadaan, yang seolaholah tidak dapat diubah. Hal ini tercermin pada lemahnya kemauan untuk maju,
rendahnya kualitas sumberdaya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi,
rendahnya produktifitas kinerja dan daya beli serta terbatasnya kesempatan
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Kondisi demiluan diperburuk dengan
situasi perekonomian yang serba sulit, sehingga semakin mengakibatkan
meningkatnya beban hidup. Di dalam menangani keadaan tersebut maka pemerintah

membuat kebijakan unbrk mensejahterakan masyarakat pesisir dengan program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) diasumsikan
akan memotivasi masyarakat pesisir, sehingga pa& muaranya komunitas tersebut
dapat berinovasi untuk memilih, merencanakan dan menetapkan kegiatan ekonorni
yang dibutuhkan berdasarkan musyawarah, dengan fasilitas dari stakeholders yang
kompeten dan bertanggung jawab. Hal demikian diharapkan dapat menumbuhkan
rasa ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan
program yang telah mereka musyawarahkan. Secara konkrit, program PEMP ini
diharapkan akan berdampak

langsung pada peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat pesisir, yang kerena kompleksitas permasalahan
kehidupannya mereka relatif tertinggal dibandingkan dengan komunitas masyarakat
lainnya. Kesejahteraan yang diharapkan dapat direalisasikan dalarn program PEMP,
tidak hanya meliputi aspek ekonomi (pendapatan) tetapi juga meliputi aspek sosial
(pendidikan, kesehatan dan agama), lingkungan dan infmtruktur.
Meskipu~demikian, f o h 5 program ini adalah pengembangan aspek ekonomi
untuk meningkatkan pendapatan, sedangkan aspek sosial penting untuk meningkatkan
kesadaran akan sikap dan perilaku berbudaya etos kerja dengan titik sentral
mengubah pola distruktif yang secara umum mereka telah lakukan. Pada sisi lain,
aspek lingkungan penting untuk pelestarian sumberdaya pesisir dan laut, agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Demiluan juga dengan aspek infiastruktur,
dibutuhkan untuk memperlancar dan menunjang mobilitas pelaksanaan kegiatan
ekonomi di wilayah pesisir. Keempat aspek tersebut secara simultan perlu ditunjang

oleh kelembagaan sosial ekonomi yang kuat pada komunitas masyarakat pesisir.
Pemberdayaan kelembagaan tersebut perlu diupayakan secara optimal sehingga
berdampak langsung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir.
Keberhasilan dalam merintis peningkatan pendapatan untuk masyarakat nelayan
sangat ditentukan oleh kegiatan usaha yang bisa dikembangkan, permodalan yang
dapat disedlakan, serta kondisi pasar yang mendukungnya. Kegiatan usaha itu sendiri
keberhasilannya akan dipengaruhi oleh kondisi surnberdaya laut dan pesisir yang ada,
teknologi yang tersedia serta kualitas SDM yang akan mengelolanya. Kualitas
sumberdaya yang dicirikan oleh perilaku etos kerja, kondisinya sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, tingkat pendidikan, kesehatan clan keinginan untuk maju. Oleh
karena itu, fenomena tersebut penting untuk diperhatikan dalam rangka
pengembangan ekonomi yang meliputi manajemen usaha, kemitraan dan
kelembagaan yang dikelolanya.
Untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia dan pengembangan
ekonomi, peran pemerintah masih sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan
sarana dan prasarana pendukung, termasuk di dalamnya kebijakan pemerintah, akses
permodalan, pasar dan tab ruang kawaan pesisir. Berdasarkan uraian di atas, upaya
pengkajitln program PEMP secara esensial kususnya dalam ha1 kontribusi program
tersebut terhadap upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan pada komunitas
masyarakat pesisir perlu dilakukan.
Disadari bahwa upaya pemberdayaan pada program PEMP keberhasilannya
sangat ditentukan oleh berbagai komponen dan prasarana yang tersedia, namun di
antara berbagai komponen tersebut, partisipasi dan kepedulian masyarakat sasaran

program, merupakan bagian yang strategis dan sangat menentukan keberhasilan
program.
Berkaitan dengan ha1 tersebut penelitian tentang tingkat partisipasi masyarakat
pada program tersebut sangat urgent untuk dilakukan.

1.2 Perurnusan Masalah
Ketidakberhasilan suatu program yang berbasis pada pendayagunaan
sumberdaya manusia biasanya disebabkan oleh kurang partisipasinya masyarakat.
Proses pemberdayaan masyarakat pesisir hendaknya disusun dalarn bingkai
pendekatan yang harmonis dengan memperhatikan sistim nilai dan kelembagaan yang
turnbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat, potensi lokal dan unit usaha
masyarakat. Pemberdayaan diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat
untuk pengambilan keputusan dan pengawasan pengelolaan sumberdaya laut dan
pesisir. Upaya tersebut akan lebih menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan
masyarakat dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut.
Pengembangan kegiatan usaha yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut
memerlukan perencanaan yang matang agar dalam pelaksanaannya tidak
menyebabkan kemsakan sumberdaya yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan
tersebut hams dimulai dengan identifikasi potensi dan permasalahan wilayah pesisir
dan laut yang disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan kemampuan masyarakat
serta kebijakan pemerintah dan infiastmktur yang mendukungnya.
Keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir hams didukung oleh
kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal dengan

memprioritaskan partisipasi masyarakat setempat dan memperhatikan skala dan
tingkat kelayakan ekonomi. Pengembangan organisasi dan kelembagaan sosial
ekonomi masyarakat yang berbasis pada budaya lokal perlu dilakukan untuk
mendukung aktivitas sosial dan ekonomi yang akan dikembangkan. Hal ini penting
terutarna untuk membantu mengantisipasi dan menyelesaikan konflik sosial yang
terjadi dalam pemanfaatan surnberdaya pesisir dan laut.
Upaya pencapaian keberhasilan program PEMP diawali dengan sosialisasi
program pada berbagai pihak terkait yang meliputi dinas teknis, masyarakat sasaran
program, tokoh masyarakat dan lainnya guna mendapatkan respon dan masukan
untuk menyempurnakan program yang telah disusun. Pada kondisi sosial (tingkat
pendidikan, mental, perilaku) masyarakat pesisir yang belum memadai, di sisi lain
program dapat bejalan dengan baik dan berkesinambungan, sangat diperlukan tenaga
pendaping profesional. Monitoring dan evaluasi harus dilakukan agar program dapat
berjalan sesuai dengan harapan.
Dari pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa elemen penting dari
suksesnya pelaksanaan suatu program adalah partisipasi aktif dari seluruh komponen
masyarakat seperti: masyarakat lokal, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), sektor swasta dan pelaksana program itu sendiri.
Masalahnya adalah bagaimana kita dapat melibatkan anggota masyarakat untuk
berperan secara aktif dalam upaya pelaksanaan program pembangunan, khususnya
pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Dapat diasurnsikan
bahwa keberhasilan program tersebut ditentukan oleh besar kecilnya partisipasi
masyarakat dan pelaksana program itu sendiri.

Permasalahan yang dihadapi dalarn pengembangan perilcanan dan pembangunan
kawasan pesisir untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat pesisir
adalah sebagai berikut:
Terbatasnya ketrampilan dan pengetahuan nelayan
Sumberdaya manusia yang ada belurn mempunyai ketrampilan dan ilmu
pengetahuan untuk mengelola potensi sumberdaya alam yang ada. Rata-rata
pendidikan yang dipunyai adalah tamatan Sekolah Dasar, sedangkan
ketrampilan yang diperoleh hanya bersifat turun temurun atau diperoleh tanpa
pendidikan formal maupun pelatihan.
Armada dan alat tangkap terbatas
Pengertian keterbatasan alat tangkap ikan ini dalam arti jurnlahnya masih sedikit
serta kemampuan untuk dapat menangkap ikan di luar wilayah perairan pantai,
terbatas. Sedangkan untuk perbandingan jumlah armada penangkapan ikan
masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah nelayan yang ada yaitu satu
kapal per 16 orang nelayan, sedangkan jenis kapal yang digunakan masih
tradisional (jenis wedung dan sopek).
Kurangnya modal useha
Modal usaha yang dimiliki nelayan guna rnemperoleh alat-alat produksi masih
terbatas, yapg dengan sendirinya berdampak pada terbatasnya pula ketersediaan
dan kemampuan alat-alat produksi maupun upaya pengembangan skala usaha
yang dilakukan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh minimnya lembaga keuangan
yang mau memberikan pinjaman modal dengan suku bunga rendah kepada
masyarakat nelayan untuk mengembangkan produksinya.

Manajemen usaha bersifat tradisional dan dengan teknologi terbatas
Pengolahan yang dilakukan masih menggunakan manajemen yang bersifat
tradisional dan terbatas. Kondisi ini menjadi kendala tersendiri dalam proses
pelaksanaan produksi maupun pemasaran hasil produksinya. Usaha nelayan
rata-rat. dilakukan secara turun temurun dari orang tuannya. Biasanya anak
lulusan SD atau masih SD ikut membantu orang tuanya pergi melaut dan kelak
setelah menginjak remaja mulai melepaskan diri dari orang tuanya dan jadi
buruh pada juragan kapal. Orentasi usaha dari nelayan tersebut di atas, hanya
sebatas mempertahankan hidup dan agar tidak menganggur, sedangkan aturan
usaha masih dikuasai oleh juragan kapal. Apabila kemampuan seseorang
nelayan meningkat maka nelayan tersebut memilih ikut kapal yang relatif lebih
besar di daerah lain.

Terbatasnya akses informasi
Dalam era perdagangan dunia saat ini, informasi telah menjadi kebutuhan
sumberdaya tersendiri. Informasi ini tidak hanya terkait dalam proses produksi,
tetapi j uga dalam proses pemasaran. Terbatasnya akses informasi ini disebabkan
karena sumberdaya yang ada tidak mampu untuk mengakses informasi yang
dibcltuhkan dan keterbatasan informasi yang tersedia

Terbatasnya prasarana, sarana dan institusi pendukung
Keberadaan prasarana dan sarana pendukung perikanan lainnya seperti TPI,
Dermaga dan lain-lain serta dukungan institusi terkait (lembaga penyuluh,
lembaga keuangan) masih terbatas, demikian pula dengan keterbatasan pasar
dan harga yang rendah. Pangsa pasar dari komoditas yang dihasilkan masih

bersifat lokal karena ikan hasil tangkapan umumnya jenis ikan kecil, di sarnping
itu nilai jual ikan relatif rendah, karena mutu ikan jelek (cepat busuk). Hal ini
disebabkan karena kurangnnya pengetahuan mengenai penanganan pasca panen
dan jarang tersedianya cool box di kapal kecil sebelurn dijual di TPI.
Dilaksanakannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 yang diatur
dalam 1RINo. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, khususnya pasal 104 yang
berbunyi: Badan Perwakilan Desa atau yang disebut BPD berfhgsi mengayomi adat
istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat,
serta melakukan pelestarian terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dengan
demikian semakin besar peluang bagi masyarakat untuk berperan dalam
pembangunan.
Mengacu pada ha1 tersebut di atas, maka permasalahan yang ada sehubungan
dengan tingkat partisipasi peserta dan kinerja pengelolaan dalam pelaksanaan
program pembangunan dapat dinyatakan dengan pertanyaan sebagai berikut:
"Seberapa besar tingkat partisipasi peserta dan kinerja pelaksanaan program
pemberdayaan

ekonomi

masyarakat

pesisir

dan

faktor-fa!or

yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji: 1) partisipasi

peserta

mempengaruhinya".

1.3 Tujuan Penelitian

program dan kinerja pengelolaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir (PEMP) di Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan dan 2) dampak
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di KUB.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a.

Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (stakeholders) dalam
menentukan kebijakan pelaksanaan program PEMP agar lebih baik di masa
mendatang.

b.

Sebagai informasi mengenai partisipasi peserta dalam pelaksanaan program
yang berbasis pada pendayagunaan surnberdaya manusia.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan wilayah pesisir adalah pembangunan seluruh wilayah perairan
Indonesia dengan segenap sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya untuk
kesejahteraan seluruh Bangsa Indonesia. Pemahaman tentang pembangunan menjadi
penting disebabkan karena selama pembangunan ini, pmerintah

kurang

memperhatikan keberlanjutan program dan hasil pembangunan yang selanjutnya
memberikan ketimpangan yang cukup besar dalam masyarakat dan kerusakan
sumberdaya alam (natural resources). Menurut Brundtland Commision, Report of
Our Common Future ( 1987) dalam Dipokusumo ( 1999), pembangunan berkelanjutan
adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengabaikan
kemampuan dari generasi akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pembangunan berkelanjutan merupakan pencerrninan dari pemahaman yang
lebih baik dari fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh unsur-unsur lingkungan hidup
yang merupakan matrik yang terdiri dari sumberdaya alam yang diperlukan untuk
mendukung

kehidupan

masyarakat.

Selanjutnya

pengertian

pembangunan

berkelanjutan juga mampu mengandung pemahaman berkelanjiltan clan aspek
ekonomi maupun finansial yang mampu melakukan pemeliharaan terhadap setiap
kapital secara efisien dari investasi. Pemahaman ini hams juga dapat memelihara
integritas ekosistem, daya dukung dan konservasi sumberdaya alam dengan
mengikutsertakan masyarakat komunal yang hidupnya telah menyatu dengan alam.
Oleh karena itu hak-hak hams diakui dan dijamin negara, agar terciptanya partisipasi

dalarn pemeliharaan kelestarian sumberdaya alam yang menjadi sumber nafkah dan
mendukung kehidupan masyarakat (Anwar, 1994).
Berkaitan dengan kegiatan pembanguan di wilayah pesisir, maka diperlukan
adanya suatu kebijakan yang dapat ditempuh sehingga tujuan jangka panjang
pembangunan wilayah pesisir akan tercapai. Secara m u m , tujuan jangka panjang
tersebut adalah:
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan

kesempatan usaha.
2. Pengembangan program dan kegatan yang mengarah kepada peningkatan

pemanfaatan secara optimal dan lestari sumberdaya di wilayah pesisir dan
lautan.
3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian
lingkungan.
4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisir

dan lautan.
Keempat tujuan j angka panjang tersebut hams senantiasa menjadi j iwa dari
setiap pokok kebijaksanaan yang akan diambil guna mensukseskan pembangunan
wilayah pesisir dan lautan di Indonesia (Dahuri, R., 1996). Menurut Chambers
(199 l), pada umumnya keberhasilan pembangunan ditentukan oleh kombinasi antara

pembangunan fisik dan pembangunan manusia. Tetapi terdapat perbedaan antara
keduanya dimana pembangunan yang mengutamakan manusia di atas segala sesuatu
merupakan paradigma pembangunan baru.

2.2 Kelembagaan dan Organisasi
Kelembagaan dapat diartikan dalam dua pengertian, pertarna kelembagaan
sebagai institut, yaitu lembaga atau organisasi berbadan hukurn untuk mengelola
suatu kegiatan, dan kedua

pelembagaan nilai-nilai atau institutionalized.

Kelembagaan sebagai institut dikembangkan melalui tiga aspek yaitu: 1) peningkatan
kemampuan aparatur yang bekerja di lembaga tersebut dan memobilisasi tenaga
untuk bekerja di lembaga tersebut, 2) menyediakan fasilitas ruang kantor, peralatan
dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan lembaga tersebut, 3)
penyediaan dana operasional dan pemeliharaan serta pembangunan untuk membiayai
kegiatan lembaga tersebut.

Pelembagaan nilai-nilai, dikembangkan dengan

memasyarakatkan hasil-hasil yang dikejakan oleh lembaga tersebut ke masyarakat
yang menjadi target atau pengguna jasa tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan bisa
berupa peraturan perundang-undangan, peraturan daerah, tata ruang wilayah pesisir
dan lautan dan bentuk-bentuk lainnya yang dihasilkan oleh lembaga tersebut.
Kelembagaan (institusi) merupakan rule of the game dalam masyarakat, atau
secara lebih formal merupakan aturan yang membatasi dan membentuk interaksi
manusia (North, 1990).

Menurut Goldsmith dan Brinkerhoff (1990), institusi

merupakan aturan atau proseaur yang menentukan bagaimana mmusia bertindak, dan
peranan atau organisasi yang bertujuan memperoleh status atau legitimasi tertentu.
Peraturan dan peranan dapat dilembagakan sebagai peraturan atau perundangundangan dan sebagai organisasi yang konkrit.
Pembentukan organisasi bertujuan untuk mengundang partisipan guna secara
bersarna-sama melakukan kegiatan dalam mengambil keputusan bersama untuk

mencapai tujuan atau keinginan bersarna (Stevens, 1993). Menurut Olson (1977)
dalam Dipokusumo organisasi

merupakan wadah dimana sekumpulan orang

mempunyai kepentingan bersama untuk mencapai tujuan kolektif

Selanjutnya

Etzioni (1985) mendefinisikan organisasi sebagai unit sosial (pengelompokan
manusia yang sengaja dibentuk dengan penuh pertimbangan dalam mencapai tujuantujuan tertentu).
Pada umumnya organisasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya
pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung jawab, 2) adanya satu atau beberapa pusat
kekuasaan yang berfungsi sebagai pengendali organisasi dalam mencapai tujuan, 3)
adanya penggantian tenaga atau kepengurusan karena tidak bekerja dengan baik
(Etzioni, 1985). Bila dikaji dari sifatnya maka organisasi mempunyai karakteristik
sebagai berikut: 1) organisasi bersifat formal, 2) organisasi mempunyai hierarki, 3)
organisasi mempunyai ukuran, dan 4) umur (duration) (Sitorus et al. 1988).
Dalam mencapai tujuan organisasi tersebut, maka ukuran organisasi menjadi
penting. Ukuran organisasi sangat tergantung dari tujaun yang ingin dicapainya. Bila
tujuannya adalah untuk menghasilkan private good maka sebaiknya ukuran organisasi
tersebut adalah kecil yaitu enam orang sampai empat belas orang. Namun bila
tujuannya adalah untuk menghasilkan public good, maka sebaiknya ukuran organisasi
tersebut sebaiknya besar (lebih dari empat belas orang). Oleh karena itu ukuran
organisasi yang terlalu besar sama dengan kondisi pasar persaingan sempurna,
dimana setiap individu sebagai anggota organisasi tidak dapat mempengaruhi
keputusan organisasi dan sebaliknya ukuran organisasi yang kecil diurnpamakan

sebagai kondisi pasar monopoli, dimana segala keputusan organisasi ditentukan oleh
keinginan anggota (Olson, 1977) dalam Dipokusumo, 1999.

2.3 Konsep Pem berdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu inti setiap proses
pengembangan masyarakat.

Pengembangan masyarakat baik secara teoritis

konsepsional dan praktis operasional merupakan realita yang telah teruji dalam
sejarah pembangunan nasional maupun internaisonal.

Artinya sebagai suatu

paradigma pembangunan, maka pembangunan masyarakat dibangun atas realita
kehidupan

masyarakat

menjarnin

terwujudnya

pemberdayaan

masyarakat,

peningkatan kapasitas masyarakat untuk berkembang dan untuk menghadapi
perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi dan untuk meningkatkan ikatan dan
jalinan masyarakat sebagai suatu sistem. Oleh karena itu, maka pemberdayaan
masyarakat itu sendiri berintikan premis bahwa masyarakat yang menjadi zntended
beneficrariesmemiliki potensi untuk berkembang dan mandiri dalam menghadapi

berbagai tantangan dan berbagai perubahan yang terjadi (Winoto, 1997).
Pemberdayaan masyarakat hams dibangun di atas premis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang meliputi (Winoto, 1997):
1. Premis mengenai sifat dan tingkah laku dalam masyarakat
Di dalam proses interaksi sosial, manusia umumnya berusaha untuk
memperoleh manfaat bagi kehidupannya dan sekaligus mengurangi
ketidakmenentuan dan resiko kehidupan yang dihadapi walaupun banyak
juga anggota masyarakat yang bersifat phyantropic.

2. Premis tentang kehidupan organisasi

Pengelompokan sosial pada umumnya dilakukan untuk mengurangi
ketidakmenentuan dan resiko kehidupan serta di dalam prosese untuk
mendapatkan akses terhadap surnberdaya masyarakat.
3. Premis tentang kebutuhan manusia dan masyarakat

Manusia mencari dan berinteraksi dengan manusia lain melalui sistem
masyarakat (community system) oleh karena didorong alamiahnya.
Pengelompokan yang bersifat alamiah dan interaktif ini akan lebih penting
daripada pengelompokan berdasarkan batasan geografis. Atas dasar ini
masyarakat dipahami sebagai suatu sistem yang terjalin oleh karena adanya
ikatan-ikatan nilai dan kepentingan akan kebutuhan ekspresi diri dalam
masyarakat dan kebutuhan akan pemenuhan aspirasi-aspirasi kehidupannya.
4. Premis tentang partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perubahan.

Pengembangan masyarakat yang bertujuan untuk

memberdayakan

masyarakat dibangun di atas premis bahwa setiap anggota masyarakat
memiliki hak untuk berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan
yang secara langsung atau tudak langsung akan mempengaruhi
kehidupannya.
5. Premis tentang keberhasilan dan kegagalan program dan proyek

pemberdayaan masyarakat. Kegagalan dan keberhasilan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat ditentukan oleh kemampuan semua pihak yaag
terlibat dalam proses pengembangan masyarakat untuk memahami realitas
masyarakat dan lingkungannya sistem kepercayaan dan sistem nilai

masyarakat tentang arti perubahan dan arti masa depan, dan mindsescape
masyarakat dalam bersikap dan berperilaku serta faktor-faktor yang
mempengaruhi
keberhasilan

perubahan
suatu

budaya

program

masyarakat

atau

proyek

akan

menentukan

pengembangan

dan

memberdayakan masyarakat.
Salah satu program pembangunan pemberdayaan masyarakat yang tujuannya
mengangkat

masyarakat

pesisir dan jurang

kemiskinan adalah Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).

Program Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) akan mendorong masyarakat pesisir dengan
wadah kelompok mempunyai kebebasan memilih, merencanakan dan menetapkan
kegiatan ekonomi yang dibutuhkan berdasarkan musyawarah. Masyarakat merasa
memililu

dan

bertanggung

jawab

atas

pelaksanaan,

pengawasan

dan

pengembangannya. Program ini memiliki prinsipprinsip sebagai berikut:
1 Acceptable, pilihan kegatan ekonomi (usaha) berdasarkan potensi

surnberdaya, kelayakan usaha serta kebutuhan, keinginan dan kemampuan
masyarakat, sehingga memperoleh dukungan masyarslkat.

2 Transparancy,

pengelolaan

kegiatan

dilakilkan

secara

terbuka,

diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat
ikut memantaunya.
3 Accountability, pengelolaan kegiatan hams dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat.

4 Responsiveness, kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas
beban penduduk miskin.

5

Quick disbursement, penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran
secara cepat.

6 Demokrasi, proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilaksanakan

secara musyawarah.

7 Suistainability, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara berkelanjutan, baik dalam lingkungari internal maupun
eksternal.
8 Equality, pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belurn
memperoleh kesempatan agar semua masyarakat merasakan manfaat
langsung.
9 Competitiveness, setiap ketentuan dalam pemanfaatan dana ekonomi
produktif masyarakat diharapakan dapat mendorong terciptanya kompetisi
yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak (DKP,
200 1).

2.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
Pada dasarnya manusia (masyarakar), air (perairan) dan hutan merupakan
kompnen lingkungan hidup yang satu sama lainnya saling mempengaruhi atau
berhubungan. Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, ketergantungan mereka
terhadap lingkungan sangat besar. Artinya kehidupan sosial budaya mereka terutama
dari segi mata pencaharian sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Masyarakat
mempunyai kecenderungan menyandarkan hidupnya pada hasil hutan dan
ekosistemnya.

Masyarakat pesisir memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda dengan
kelompok masyarakat industri atau kelompok lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh
keterkaitan yang sangat erat terhadap kamkteristik ekonomi pesisir, ketersediaan
sarana dan prasarana sosial ekonomi maupun latar belakang budaya (Kusumastanto,
1997). Adiwibowo (1995) mengemukakan bahwa masyarakat pesisir dapat dipandang

suatu sistem sosial yang kehidupan segenap anggota-anggotanya tergantung sebagian
atau sepenuhnya pada kelimpahan sumberdaya pesisir dan lautan.
Kehidupan masyarakat pesisir sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan
sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran. Usaha di
bidang perikanan dapat dipengaruhi oleh kondisi tersebut yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi mereka. Masyarakat pesisir memililu
karakteristik tertentu yang khas atau unik. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat
usaha di bidang perikanan yang merupakan mata pencaharian utarna. Karena usaha
pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan pasar, maka
karakteristik masyarakat pesisir juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut
(Bapedal, 1996).
a.

Ketergantungan pada kondisi lingkungan
Keberlanjutan atau keberhasilan usaha perikanan sangat tergantung pada
kondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan ini berimplikasi pada kondisi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir
menjadi sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap
kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran, karena dapat menggoncang
sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Misalnya pencemaran

di pantai utara Jawa beberapa waktu lalu telah menyebabkan produksi udang
tambak turun secara drastis, dan mempunyai konsekwensi yang besar terhadap
kehidupan para petambak.
b.

Ketergantungan pada musim

Musim sangat menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan (nelayan
kecil), karena para nelayan yang ingin melaut tergantung pada musim. Pada
musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melagt, sedangkan pada musim
paceklik kegiatan melaut berkurang akibatnya banyak pengangguran. Kondisi
ini akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekoncmi masyarakat pantai secara

umum dan masyarakat nelayan khususnya. Di saat tertentu mereka mampu
membeli barang-barang yang mahal seperti kursi-meja, lemari dan sebagainya.
Sebaliknya pada musim paceklik pendapatan mereka menurun drastis, sehingga
kehidupan mereka juga semakin buruk (Dahuri, R. 2000).

c.

Ketergantungan pada pasar

Karakteristik lain dari usaha perikanan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
adalah ketergantungan pada pasar. Tidak seperti petani padi, para nelayan dan
tambak sangat tergantung pada keadaan pasar. Hal ini disebabkan komoditas
yang mereka hasilkan harm segera dijual tidak bisa disimpan karena untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Jadi hasil yang didapat langsung
dijual, maka hasil jualannya itu mengrkuti standar pasar. Karakteristik di atas
mempunyai implikasi yang sangat penting yakni masyarakat perikanan sangat
peka terhadap harga. Perubahan harga produk perikanan sangat mempenganh
kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.

2.5 Pendapatan Rumah tangga

Pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan
keluarga dari semua surnber pendapatan, yakni pendapatan dari usaha perikanan,
pendapatan dari luar usaha perikanan, berbunrh, dagang dan usaha jasa lainnya untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga (Budiartha, 1999).
Untuk mengukur tingkat kehidupan masyarakat selain pendapatan dapat pula
dilihat dari pola pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran untuk makanan masih
merupakan bagian terbesar di negara yang sedang berkembang, sedangkan untuk
negara yang ekonominya sudah maju, pengeluaran untuk barang dan jasa di luar
makanan merupakan bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga, seperti untuk
pengeluaran perawatan kesehatan, peningkatan penhdikan, rekreasi, olah raga dan
sebagainya (BPS, 1987).
Ukuran pendapatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
keluarga adalah pendapatan keluarga yang hperoleh dari bekerja. Tiap anggota
keluarga berusia kerja dl rumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan
keluarga (Mangkuprawira, 1984). Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota
keluarga seperti istri dan anak-anak adalah sebagai penyumbang dalam berbagai
kegiatan baik dalam pekej a a ~rumah tangga maupun meilcari nafkah.

2.6

Partisipasi Masyarakat

2.6.1

Definisi Partisipasi

Partisipasi masyarakat (social participation) adalah suatu bentuk interaksi sosial
yang menjadi perhatian dan bahan kajian sosiologi dan beberapa disiplin ilmu lain.

Sebagai suatu istilah, partisipasi mempunyai berbagai pengertian dan batasan.
Tirnbulnya masalah-masalah pengelolaan sumberdaya alam dan pengembangan
lingkungan hidup memerlukan orientasi baru dari aparat pemerintah dan masyarakat
baik di tingkat pusat maupun daerah. Partisipasi aktif dan konstruktif dari masyarakat
sangat diperlukan dalam menanggulangi masalah-masalah lingkungan hidup dan
pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan pembangunan dalam mencapai
masyarakat yang adil dan makrnur.
Menurut Mubyarto (1984), arti partisipasi adalah kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai dengan kemarnpuan setiap orang tanpa
mengorbankan diri sendiri. Partisipasi adalah pencurahan aktivitas atau benda melalui
suatu proses kegiatan bersama mencapai tujuan bersama, yang di dalamnya
menyangkut kepentingan pribadi (Soejono, 1990). Menurut Sutrisno (1995) ada dua
jenis definisi partsipasi yang beredar di masyarakat yaitu:
*

Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana
pembangunan

formal di Indonesia. Definisi seperti ini memberikan arti

partisipasi masyarakat dalarn pembangunan sebagai dukungan masyarakat
terhadap rencanalproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan
tujuannya oleh pemerintah. b . n tinggi rendahnya partisipasi ini diukur dari
kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa waktu
maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah.
Definisi kedua adalah yang berlaku secara universal, yaitu partisipasi rakyat
dalam pembangunan merupakan kerjasarna yang erat antara perencana dan
rakyat dalam merencanakan, rnelaksanakan, melestarikan dan mengembangkan

hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini, ukuran tinggi
rendahnya partisipasi rakyat tidak hanya diukur dari kemauan rakyat
menanggung biaya pembangunan tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat
untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah
mereka. Ukuran lain yang dipakai adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk
secara mandiri melestarikan dan mehgernbangkan h a i l proyek.
Beberapa pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh para ahli antara lain
yang dikemukakan Dusseldorp (1981) yang menulis tentang partisipasi di tingkat
masyarakat pedesaan menyatakan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan
komunikasi khas, yaitu berbagai dalam kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan
tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Battachqa (1972), yang
menyatakan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Namun
demikian partisipasi bukan berarti hanya ikut serta secara fisik namun juga secara
kejiwaan, seperti dikemukakan oleh Keith Davis (1976) yang mengartikan partisipasi
sebagai keterlibatan mental, piluran dan perasaan seseorang di dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan atau bantuan kepada
kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan bersama dan turut bertanggung
jawab terhadap usaha bersangkutan.
Pengertian partisipasi oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya peran
serta masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan
maka akan merupakan upaya peran serta dalam pembangunan. Seperti yang
dikemukakan oleh Slamet (1980) dalam Rauf (1981), partisipasi masyarakat
sangatlah mutlak demi berhasilnya pembangunan. Pada umumnya dapat dikatakan

bahwa tanpa partisipasi masyarakat maka setiap kegiatan pembangunan akan kurang
berhasil. Menurut Wardoyo (1992), partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik
dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai
akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat yang lain
dalam pemban-.
Menurut Hadi (1995), w s i p a s i masyarakat merupakan proses di m k a
masyarakat ikut serta mengambil bagian dalam pengarnbilan keputusan. Ditinjau dari
segi kualitas, partwipasi adalah sebagai masukan kebijaksanaan, strategis,
komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Menurut Suratmo (1995),
tujuan dasar dari partisipasi masyarakat Indonesia adalah: (i) mengikutsertakan
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, (ii) mengikutsertakan masyarakat
dalam pembangunan negara dan (iii) membantu pemerintah untuk dapat mengambil
kebijaksanaan dan keputusan yang baik dan tepat.
Partisipasi oleh banyak ahli dikaitkan dengan bagaimana upaya mendukung
program pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan k o ~ s e ppelaksanaannya
berasal dari pemerintah. Seperti dikemukakan Rahardjo (1985) yang mengungkapkan
bahwa partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam programprogram pemerintah. Menurut Hanafiah (1982), peran serta tidak hanya pengertian di
tingkat lokal seperti

Dokumen yang terkait

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 41 97

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir ( Studi Kasus Program PEMP di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah )

1 16 181

Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui "Perbankan Mikro" (Studi Kasus di Kabupaten Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo)

0 12 227

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Studi Kasus Di Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat

0 12 188

Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

1 12 147

Analisis kelembagaan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara

0 4 21

Kajian Partisipasi Peserta dan Kinerja Pengelolaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat PEsisir (PEMP) Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah

0 3 137

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir ( Studi Kasus Program PEMP di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah )

0 5 171

Evaluasi Keberhasilan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kabupaten Bantul

0 2 15

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) DI KABUPATEN PATI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 121