Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

(1)

SKRIPSI

RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS POTENSI ALAM LOKAL

(Studi Deskriptif Program Bina Desa Pada Kelompok Perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

Disusun Oleh:

HERLIZA WIDYA UMAMI NIM. 110901011/SOSIOLOGI

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)” berawal dari ketertarikan penulis terhadap pelaksanaan Program Bina Desa yang baru pertama kalinya diselenggarakan di desa tersebut. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Adapun profesi masyarakat pesisir di desa ini didominasi oleh usaha perikanan yakni sebagai nelayan. Selama ini masyarakat yang tinggal diwilayah pesisir diketahui sulit untuk melakukan perubahan, seperti yang dikatakan oleh Panayotou (1982) dalam Nikijuluw (2001) bahwa masyarakat nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Menurutnya hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu. Adanya Program Bina Desa dimaksudkan untuk membawa perubahan bagi masyarakat pesisir di Desa Bogak khususnya bagi perempuan agar menjadi kreatif, berdaya dan mandiri sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Maka dalam penelitian ini, respon merupakan suatu indikator untuk mengetahui apakah Program Bina Desa tersebut benar-benar diterima serta dimanfaatkan oleh masyarakat sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi sasaran Program Bina Desa yang terdiri 100 orang. Karena jumlah populasi hanya 100 orang maka sampel yang diambil adalah total sampling yang berjumlah 100 orang. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu dengan menggunakan teknik survei dengan intrument kuesioner yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dalam beberapa tahap analisa, yaitu dengan menggunakan analisa tabel tunggal dan uji hipotesa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki respon yang positif terhadap pelaksanaan Program Bina Desa. Respon masyarakat yang positif menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Bogak terbuka terhadap hal hal baru yang datang dari luar dan Program Bina Desa benar-benar diterima oleh masyarakat. Sementara itu, dalam penelitian ini terlihat bahwa ada perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan respon nya terhadap program tersebut, dimana masyarakat yang sangat setuju dengan adanya Program Bina Desa cenderung lebih aktif menghadiri berbagai kegiatan pelatihan setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa Program Bina Desa tidak hanya diterima namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat sasaran.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan karunianyaNya sehinga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan juga Dosen Penasehat Akademik saya yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta saran dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Dra. Lina Sudarwati M.Si, selaku Ketua Departemen sosiologi yang telah

memberikan pengetahuan, arahan dan dorongan kepada penulis selama berkuliah.

3. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.

4. Kepada Orangtua dan suami saya tercinta, Mama tersayang Ermayulis, dan abangnda Muhammad Solihin yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan


(4)

materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini. Semoga selalu dilimpahkan rahmat dan karunia oleh Allah SWT.

5. Kepada warga masyarakat di Desa Bogak, terimakasih telah bersedia meluangkan waktu jadi responden saya. Terima Kasih juga telah memberikan saya tumpangan tempat tinggal sela penelitian berlangsung. Semoga sehat-sehat selalu, Amin.

6. Buat teman-teman satu angkatan 2011, kak novi, ismi, ernita, aisyah, nidia, dwi terimakasih atas persahabatan yang indah selama masa perkuliahan, semoga persahabatan ini terjalin sampai tua. Sukses selalu untuk kita semua. “tetap semangat!!”

7. Buat teman-teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan. Semoga ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pada pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penilis sendiri.

Medan, 2 Januari 2015 Penulis,

Herliza Widya Umami NIM. 110901011


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 31

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama... 32

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku... 33

Tabel 4.4. Mata Pencaharian Pokok Penduduk ... …… 34

Tabel 4.5. Sarana Pendidikan ………... 35

Tabel 4.6. Sarana Kesehatan... 36

Tabel 4.7 Identitas Responden berdasarkan usia……… 49

Tabel 4.8. Pendidikan Terakhir Responden... …… 50

Tabel 4.9 Identitas Reponden Berdasarkan Etnis... …… 51

Tabel 4.10. Identitas Status Responden... 51

Tabel 4.11. Setuju dengan adanya Program Bina Desa ….……… 52

Tabel 4.12. Setuju Diberikan pelatihan keterampilan ... 55

Tabel 4.13. Setuju Pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan... 56

Tabel 4.14. Setuju Memanfaatkan Tanaman Mangrove………. 57

Tabel 4.15. Setuju Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang…... ……. 59

Tabel 4.16. Setuju Pelatihan Keterampilan Dilaksanakan Diakhir Pekan………. 60

Tabel 4.17. Minat Masyarakat Ikut Serta Dalam Pelatihan Keterampilan... ……. 61

Tabel 4.18. Setuju Dengan Kelanjutan Program Bina Desa………..,……. 63

Tabel 4.19. Menyukai Kehadiran Pelaksana Program………. 64

Tabel 4.20. Jumlah Mahasiswa Yang Melatih Keterampilan Telah Memadai... 64


(6)

Tabel 4.22. Kehadiran Masyarakat Pada Kegiatan Sosialisasi……… 67

Tabel 4.23. Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Pelatihan Keterampilan……… 69

Tabel 4.24. Intensitas Kehadiran Responden Menghadiri Pelatihan Keterampilan…….. 70

Tabel 4.25. Partisipasi Responden Dalam Memberikan Pinjaman Peralatan…………. 71

Tabel 4.26. Mempraktekan Kembali Keterampilan Yang Telah Diajarkan……….. 73

Tabel 4.27. Intensitas Mempraktekan Kembali Keterampilan……….. 74

Tabel 4.28. Mempraktekan Kembali Keterampilan Bersama Kelompok……… 75

Tabel 4.29. Berwirausaha……… 76

Tabel 4.30. Bekerjasama dengan Kelompok Berwirausaha………. 78


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Hipotesis Penelitian... 8

1.6. Definisi Konsep………..………... 9

1.7. Oprasional Variabel………... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat... 14

2.2. Respon……...,………. 18

2.3. Partisipasi………... 19

2.4. Masyarakat Pesisir………… ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... …………. 26


(8)

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Popuasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5 Teknik Analisa Data ... 28

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram... 30

4.1.1 Deskripsi Lokasi……….…... 30

4.1.2 Keadaan Penduduk……….………... 31

4.1.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……… 31

4.1.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama………... ……….. 32

4.1.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku………. 32

4.1.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...… 33

4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa Bogak ………... 34

4.1.3.1 Sarana Pendidikan……….………... 35

4.1.3.2 Sarana Kesehatan………..…………... 35

4.1.3.3 Sarana Ibadah………...………... 36

4.1.4 Kelembagaan atau Organisasi Desa Bogak ………...………..……. 36

4.2. Gambaran Struktur masyarakat……….….… 37

4.3 Pogram Bina Desa……….………...…. 40

4.4 Karekteristik Responden………...………... 48

4.4.1. Identitas Responden……… 48

a. Distribusi responden berdasarkan usia………..……… 48


(9)

c. Distribusi reponden Berdasarkan Etnis……….. 50

d. Distribusi responden berdasarkan status……… 51

4.4.2 Respon Terhadap Program Bina Desa……… 52

a. Adanya pelaksanaan Program Bina Desa ……….. 52

b. Diberikan kegiatan pelatihan keterampilan……… 55

c. Pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan……... 56

d. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Tanaman Mangrove……….. 57

e. Pelatihan keterampilan memanfaatkan limbah kulit kerang……… 58

f. Pelatihan keterampilan yang diselenggarakan diakhir pekan………. 60

g. Minat masyarakat ikut serta dalam pelatihan keterampilan…………..…. 61

h. Kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak………. 63

i. Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran Pelaksana Program……… 64

j. Jumlah Pelatih Keterampilan (mahasiswa) Telah Memadai………... 64

k. Profesionalitas pelaksana program……….. 66

4.4.3 Partisipasi Masyarakat a. Kehadiran Responden Pada Kegiatan Sosialisasi ……….. 67

b. Kahadiran Responden Pada Kegiatan Pelatihan Keterampilan …………. 69

c. Intensitas Kehadiran Responden Mengikuti Pelatihan Keterampilan……. 69

d. Memberikan Bantuan Berupa Peminjaman Peralatan ……… 71

e. Memperaktekkan Kembali Keterampilan……… 73

f. Intensitas Mempraktekkan Kembali Keterampilan ……… 74

g. Bekerjasama Saat Mempraktekkan Kembali Keterampilan……….... 75


(10)

i. Bekerja Sama Dengan Kelompok Dalam Berwirausaha………. 78

j. Hubungan Sosial Responden Dengan Sesama Anggota Kelompok…..…. 79

4.4.4 Analisis Chi-Square……….. 80

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)” berawal dari ketertarikan penulis terhadap pelaksanaan Program Bina Desa yang baru pertama kalinya diselenggarakan di desa tersebut. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Adapun profesi masyarakat pesisir di desa ini didominasi oleh usaha perikanan yakni sebagai nelayan. Selama ini masyarakat yang tinggal diwilayah pesisir diketahui sulit untuk melakukan perubahan, seperti yang dikatakan oleh Panayotou (1982) dalam Nikijuluw (2001) bahwa masyarakat nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Menurutnya hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu. Adanya Program Bina Desa dimaksudkan untuk membawa perubahan bagi masyarakat pesisir di Desa Bogak khususnya bagi perempuan agar menjadi kreatif, berdaya dan mandiri sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Maka dalam penelitian ini, respon merupakan suatu indikator untuk mengetahui apakah Program Bina Desa tersebut benar-benar diterima serta dimanfaatkan oleh masyarakat sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi sasaran Program Bina Desa yang terdiri 100 orang. Karena jumlah populasi hanya 100 orang maka sampel yang diambil adalah total sampling yang berjumlah 100 orang. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu dengan menggunakan teknik survei dengan intrument kuesioner yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dalam beberapa tahap analisa, yaitu dengan menggunakan analisa tabel tunggal dan uji hipotesa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki respon yang positif terhadap pelaksanaan Program Bina Desa. Respon masyarakat yang positif menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Bogak terbuka terhadap hal hal baru yang datang dari luar dan Program Bina Desa benar-benar diterima oleh masyarakat. Sementara itu, dalam penelitian ini terlihat bahwa ada perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan respon nya terhadap program tersebut, dimana masyarakat yang sangat setuju dengan adanya Program Bina Desa cenderung lebih aktif menghadiri berbagai kegiatan pelatihan setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa Program Bina Desa tidak hanya diterima namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat sasaran.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir, Desa Bogak memiliki kekayaan potensi alam laut yang cukup besar seperti segala jenis ikan, udang, kepiting, kerang, dan cumi-cumi. Selain itu Desa Bogak juga memiliki potensi alam lokal lain seperti hutan mangrove yang luas yang dapat diolah menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Desa Bogak memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.036 orang dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.251 KK (Kantor Kepala Desa Bogak, 2014). Adapun profesi masyarakat pesisir di desa ini didominasi oleh usaha perikanan yakni sebagai nelayan.

Panayotou (1982) dalam Nikijuluw (2001) menekankan bahwa masyarakat nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Menurutnya hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu. Sejalan dengan hal tersebut, Lewaherilla (2002) juga menyebutkan bahwa masyarakat pesisir yang didominasi oleh usaha perikanan pada umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, serta tidak mengetahui dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Apa yang dikemukakan oleh Lewaherilla dalam penelitiannya tersebut juga terdapat di Desa Bogak, dimana berdasarkan hasil observasi tim Program Bina Desa 2014, di Desa Bogak terdapat 579 KK penduduk miskin dengan presentase 47% dari total kepala keluarga. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di


(13)

Desa Bogak memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Selain masalah kemiskinan, masih rendahnya keterampilan dan pendidikan yang dimiliki masyarakat juga menjadi suatu problema yang membuat mereka tidak mampu melakukan perubahan dalam kehidupan mereka.

Selama ini, kebijakan pembangunan di Indonesia terutama pembangunan desa selalu bersifat top down dan sektoral. Hal tersebut mengakibatkan kondisi di desa tidak tersentuh pembangunan secara utuh, infrastruktur dasar tidak terpenuhi, aktivitas ekonomi sangat rendah, dan sarana pendidikan terbatas dimana sebagian besar baru terpenuhi untuk sekolah dasar saja. Seyogianya pembangunan desa yang dilakukan harus menerapkan prinsip-prinsip desentralisasi yang bersifat bottom up yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif.

Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana konsep otonomi desa yang tertuang didalamnya memberikan kedudukan yang kuat bagi desa dan masyarakatnya untuk melaksanakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhannya, dimana proses pembangunan secara bertahap telah bergeser mengarah kepada proses yang memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi secara keseluruhan, sejak dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya oleh masyarakat. Melalui proses semacam ini maka keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat desa dapat disalurkan dan diwujudkan dalam program pembangunan desa.

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka kebijakan


(14)

pembangunan perdesaan dapat dilakukan dengan peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui program pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mempersiapkan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan. Prijono dan Pranarka (1996) menyebutkan proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya serta mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Oleh sebab itu dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan antara pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang yang merupakan kelompok atau lapisan masyarakat yang masih tertinggal.

Pemberdayaan masyarakat akhir-akhir ini sering mendapat perhatian luas dari banyak kalangan baik birokrat atau pemerintah, kalangan professional hingga dari kalangan ilmuan termasuk institusi pendidikan atau perguruan tinggi. Berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat tersebut banyak sudah kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh berbagai kalangan tersebut, yang tujuannya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Dari kalangan ilmuan, institusi pendidikan Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi juga ikut serta dalam membuat sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dinamakan Program Bina Desa. Program Bina Desa merupakan salah satu program kegiatan pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada penguatan solidaritas kelompok masyarakat desa dan pemanfaatan potensi alam lokal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan prinsip pembangunan yang bersifat bottom up. Program ini ditujukan untuk membangun desa tertinggal dengan memberdayakan masyarakatnya sebagai upaya dalam pengentasan kemiskinan.


(15)

Desa Bogak merupakan desa yang menjadi sasaran diselenggarakannya Program Bina Desa pada tahun 2014. Selain karena kondisi ekonomi masyarakat yang rendah, kondisi sosial seperti banyaknya sumberdaya manusia serta tersedianya sumberdaya alam yang berlimpah juga menjadi alasan terselenggaranya program di desa tersebut. Dalam program ini, masyarakat di Desa Bogak diberi penyadaran dan pelatihan keterampilan dalam memanfaatkan potensi alam local yang banyak terdapat di desa ini seperti tanaman mangrove dan limbah laut pesisir (kulit kerang) yang selama ini dibiarkan begitu saja. Pelatihan keterampilan ini diberikan guna meningkatkan kreatifitas masyarakat setempat khususnya perempuan sebagai upaya dalam pengentasan kemiskinan. Pelatihan ini khusus diberikan kepada perempuan-perempuan di Desa Bogak, sebab selama ini mereka hanya menjadi ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki pekerjaan tetap untuk membantu perekonomian keluarga, selain itu juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan strategis jender. Selama ini segala bentuk kebijakan yang berjalan adalah bias jender perempuan, sehingga kaum perempuan di sana tidak mendapat keuntungan yang konkrit dari kebijakan yang ada dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

Program Bina Desa ini telah berjalan selama enam bulan dimulai sejak pertengahan hingga akhir tahun 2014. Berdasarkan hasil observasi tim pelaksana program, di desa ini belum pernah ada program pemberdayaan masyarakat dari pihak manapun, sehingga Program Bina Desa ini merupakan program pemberdayaan masyarakat pertama yang baru dilaksanakan di Desa Bogak yang diselenggarakan oleh Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi, dimana yang menjadi tim pelaksana programnya adalah mahasiswa yang masih berstatus aktif. Berdasarkan hal tersebut maka saya tertarik untuk mengetahui respon masyarakat sasaran terhadap program tersebut.


(16)

Poewadarminta (1993) menyebutkan respon adalah reaksi baik positif maupun negatif yang diberikan oleh seorang atau sekelompok orang. Menurutnya, respon akan timbul ketika seorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian menginterpretasikan objek yang dirasakan tadi. Sejalan dengan definisi tersebut, Azwar (1988) juga mengatakan bahwa respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dapat dalam bentuk baik atau buruk, dan positif atau negative. Menurutnya, apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut. Respon masyarakat dalam hal ini merupakan suatu indikator untuk mengetahui apakah program pemberdayaan tersebut benar-benar dibutuhkan, diterima, serta dimanfaatkan oleh masyarakat sasaran.

Sebelumya penelitian yang terkait tentang respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat ini sudah pernah dilakukan. Adapun penelitian yang relevan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ananta Hidayat Purba pada tahun 2006 yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir”. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif, namun partisipasi masyarakat dalam kegiatan program tersebut masih rendah. Selain itu ada juga penelitian oleh Grace Leliharni Damanik pada tahun 2013 yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaaan Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Medan Selayang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Selayang. Berdasarkan hasil analisis data


(17)

dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Selayang adalah positif.

Beberapa penelitian terdahulu tersebut mengkaji respon masyarakat terhadap program pemberdayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Maka dalam penelitian ini penulis ingin melakukan penelitian pada lokasi dan objek yang berbeda. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respon masyarakat pesisir di Desa Bogak terhadap program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara di desa tersebut. Maka penelitian ini akan diberi judul “Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak ?

2. Apakah ada perbedaan partisipasi masyarakat dalam kegiatan program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak berdasarkan respon masyarakat terhadap program tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian


(18)

1. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak. 2. Untuk mengetahui perbedaan partisipasi masyarakat dalam kegiatan program

pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak berdasarkan respon masyarakat terhadap program tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaat teoritis yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosiologi khususnya bagi sosiologi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dari pada hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang penelitian sebelumnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi pemerintah terkait dengan kebijakan program pembangunan yang berorientasi pada partisipasi masyarakat langsung sebagai upaya dalam mensejahterakan masyarakat khususnya pada masyarakat pesisir.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus di uji kebenarannya. Arikunto (2006 :71) mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan itu belum final, masih harus dibuktikan kebenaranya atau hipotesis adalah jawaban sementara. Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan


(19)

data yang diperoleh dari sampel penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan partisipasi masyarakat dalam kegiatan program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak berdasarkan respon masyarakatnya terhadap program tersebut”

1.6. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong,1997:67). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan penelitian. Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai berikut : 1. Respon masyarakat adalah tanggapan masyarakat terhadap suatu objek atau fenomena

tertentu. Dalam penelitian ini respon masyarakat yang dimaksud adalah tanggapan positif atau tanggapan negative masyarakat terhadap Program Bina Desa dan juga terhadap perilaku pengabdi sebagai pelaksana program tersebut yang dalam hal ini merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

2. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir. Dalam penelitian ini masyarakat pesisir yang dimaksud adalah masyarakat pesisir di Desa Bogak yang menjadi sasaran pelaksanaan Program Bina Desa.


(20)

3. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mempersiapkan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan sehingga dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat di Desa Bogak khususnya perempuan dengan memberikan penyadaran dan pelatihan keterampilan dalam memanfaatkan potensi alam lokal yang tersedia di desa ini dengan tujuan untuk mengubah kualitas kehidupan masyarakat di Desa Bogak agar dapat keluar dari belenggu kemiskinan, serta menguatkan solidaritas kelompok masyarakat desa dalam mencapai tujuan tersebut.

4. Penyadaran berarti mengupayakan masyarakat menjadi sadar bahwa mereka tidak hanya mempunyai masalah masalah namun juga memiliki tujuan-tujuan untuk memperbaiki kehidupan mereka. Masyarakat yang sadar juga mulai menemukan peluang atau sumberdaya-sumberdaya yang ada yang selama ini tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Dengan penyadaran tersebut masyarakat menjadi mampu merumuskan kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.

5. Pelatihan keterampilan adalah kegiatan melatih suatu kecakapan atau keahlian dalam mengerjakan sesuatu. Dalam penelitian ini keterampilan yang dimaksud adalah kecakapan atau keahlian dalam mengelola sumberdaya alam seperti limbah kulit kerang menjadi aksesoris dan tanaman mangrove menjadi bahan makanan yang bernilai jual.

6. Solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Dalam penelitian ini solidaritas yang dimaksud adalah kondisi solidaritas kelompok yang terjalin diantara anggota kelompok perempuan yang


(21)

merupakan sasaran dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Solidaritas tersebut menunjukkan bagaimana kekompakan mereka dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan yakni masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

7. Program pemberdayaan masyarakat yakni kegiatan pemberdayaan masyarakat yang lebih bersifat sistematis, dimana dalam pelaksanaannya akan menggunakan beberapa tahapan pelaksanaan dalam rangka meraih suatu tujuan yang sudah ditentukan jangka waktunya. Dalam penelitian ini program pemberdayaan yang dimaksud adalah Program Bina Desa yang telah berjalan selama enam bulan, dimana kegiatan pemberdayaannya meliputi beberapa tahapan diantaranya tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. 8. Berbasis sumberdaya potensi alam local merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat

yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan dan mengelola sumber daya pesisir seperti tanaman mangrove dan limbah kulit kerang yang banyak ditemukan di Desa Bogak . 9. Partisipasi adalah keterlibatan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kegiatan

dengan kesadaran disertai tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat di Desa Bogak dalam kegiatan program pemberdayaan yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi program tersebut.

1.7 Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Defenisi operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006:12). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(22)

Variable Indikator Uraian Skala

Respon Tanggapan positif atau negative masyarakat

 Adanya program pemberdayaan masyarakat di Desa Bogak

Nominal Mekanisme program

Perilaku mahasiswa selaku pelaksana program pemberdayaan masyarakat Partisipasi Tahap perencanaan program

Kehadiran masyarakat pada kegiatan sosialisasi oleh pelaksana program

Nominal Tahap

pelaksanaan program

Keaktifan masyarakat mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan keterampilan dalam pelaksanaan program pemberdayaan

Kesediaan masyarakat memberikan bantuan berupa materi/peralatan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan

Tahap evaluasi program

Kemauan masyarakat untuk berkreatifitas

Keberanian masyarakat berwirausaha

Hubungan sosial yang baik antar masyarakat


(23)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang positif bagi kualitas kehidupan masyarakat. Tjokroamidjojo (1993) mendefinisikan pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat bangsa itu. Selain itu Todaro dalam Bryant dan White (1982) juga mengemukakan bahwa pembangunan adalah proses multidemensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan proses perubahan sosial yang dikehendaki atau direncanakan secara sengaja atas suatu masyarakat atau sistem sosial yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga terciptanya suatu keadaan atau dinamika yang lebih baik.

Peran serta masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan karena masyarakat merupakan objek sekaligus subjek pembangunan. Inkeles dan Smith dalam So-Suwarsono (1991) juga mengkaji tentang pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting dalam penopang pembangunan. Menurut mereka pembangunan bukan sekedar masalah pemasokan modal dan teknologi saja, tetapi di butuhkan manusia yang dapat mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif. Untuk itu, dibutuhkan apa yang disebut oleh inkeles sebagai manusia modern. kedua tokoh itu mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia yang


(24)

dimaksud, yang antara lain meliputi keterbukaan terhadap terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi pada masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, serta percaya bahwa manusia bisa menguasai alam.

Terkait dengan pentingnya peran masyarakat dalam proses pembangunan tersebut maka berkembanglah konsep pembangunan dengan pendekatan yang bersifat bottom up yang senantiasa mengedepankan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui proses-proses pemberdayaan masyarakat. Dalam Permendagri no 7 tahun 2007 disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata berdaya yang berarti kekuatan, berkemampuan, bertenaga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:189). Suharto (2005) memberi definisi mengenai pemberdayaan yaitu pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam memenuhi kebutuahan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.

Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri, proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat


(25)

yang tertinggal. Oleh sebab itu dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan antara pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang yang merupakan kelompok atau lapisan masyarakat yang masih tertinggal.

Rubin dalam Sumaryadi (2005: 94-96) mengemukakan beberapa prinsip dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.

2. Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik.

3. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.

4. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.

Selain hal tersebut diatas, Sumaryadi (2005) juga menjelaskan beberapa factor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat diantaranya sebagai berikut:

1. Kesediaan suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan bergantung pada situasi yang dihadapinya.


(26)

2. Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan siklus pemberdayaan yang membutuhkan waktu relatif lama dimana pada sisi yang lain kemampuan dan motivasi setiap orang berbeda-beda.

3. Adanya kepercayaan dari para pemimpin komunitas untuk mengembangkan pemberdayaan dan mengubah persepsi mereka tentang anggota komunitasnya.

4. Pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya yang besar, baik dari segi pembiayaan maupun waktu

Program pemberdayaan masyarakat yang dirancang untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakberdayaan merupakan bagian dari upaya mempercepat proses perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang masih tertinggal. Sutiyono (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Program Desa Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta”, mengkaji tentang pemberdayaan masyarakat desa dalam pelaksanaan program desa wisata di wilayah pedesaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa : (1) Pemberdayaan masyarakat desa melibatkan seluruh warga masyarakat, (2) Upaya konkrit untuk meningkatkan daya dukung adalah memajukan potensi utama desa dan potensi masyarakat desa, dan (3) Pemberdayaan masyarakat desa memeberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan ekonomi. Terkait dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini maka konsep tersebut di atas berguna untuk mengindentifikasi Program Bina Desa yang merupakan program pemberdayaan di Desa Bogak yang akan dikaji dalam penelitian ini.


(27)

2.2. Respon

Dalam pemberdayaan di suatu komunitas masyarakat, harus disadari bahwa setiap masyarakat berbeda-beda. Mereka memiliki karakteristik budaya, geografi, sosial, politik, dan demografi yang unik, sehingga pengalaman pemberdayaan di suatu komunitas masyarakat belum tentu dapat berjalan di masyarakat yang lain, Respon dalam hal ini dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui apakah adanya program pemberdayaan disuatu komunitas masyarakat benar-benar dibutuhkan, diterima, serta dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut.

Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Dalam Poewadarminta (1993: 83) respon adalah reaksi baik positif maupun negatif yang diberikan oleh masyarakat. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa respon akan timbul ketika seorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian menginterpretasikan objek yang dirasakan tadi. Berarti dalam hal ini respon pada dasarnya adalah proses pemahaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan manusia.

Azwar (1988) menyebutkan bahwa respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk dan mendukung atau menolak. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk mendukung objek tersebut, sedangkan respon negatif cenderung untuk menolak objek tersebut. Selain itu, Azwar (1988) juga mengatakan bahwa individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon, sehingga yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri. Sependapat dengan hal tersebut, Cruthefield dalam sarwono (1991) juga menyebutkan bahwa terdapat dua jenis yang mempengaruhi respon, yaitu:

 Variabel struktural, yaitu faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik yang berupa objek atau fenomena tertentu.


(28)

 Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.

Respon masyarakat dalam penelitian ini merupakan tanggapan masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak . Apakah masyarakat merespon program tersebut secara positif atau negatif. Masyarakat yang merespon secara positif yaitu masyarakat yang cenderung mendukung program pemberdayaan masyarakat dengan berpatisipasi aktif dalam kegiatan program tersebut, sedangkan masyarakat yang merespon secara negatif yaitu masyarakat yang tidak mendukung atau menerima adanya program pemberdayaan masyarakat dengan tidak berpatisipasi dalam kegiatan program tersebut.

2.3. Partisipasi

Dalam pemberdayaan masyarakat biasanya juga tidak lepas dari konsep Partisipasi, karena unsur utama dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat. Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation, artinya mengambil bagian. Dalam kamus sosiologi, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang didalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri (Mardikanto 2010). Partisipasi juga diartikan sebagai keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa dipaksa. Sebagaimana yang dijelaskan Sastropoetro (1988) dalam Lugiarti (2004) bahwa partisipasi adalah keterlibatan secara spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan.

Menurut Wibisana (1989) yang dikutip oleh Mardikanto (2010), partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam


(29)

suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanan program. Menurutnya, partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan, pemikiran dan material yang diperlukan. Keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung tersebut sudah dapat dianggap sebagai suatu peran serta masyarakat dalam berpartisipasi.

Slamet dalam Mardikanto (2010), menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan tiga unsur pokok yaitu adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Sementara itu, Jayadinata (1999) menyebutkan terdapat dua macam partisipasi masyarakat yaitu partisipasi vertical dan partisipasi horizontal. Pada partisipasi vertikal masyarakat diberi lebih banyak kesempatan untuk menyumbangkan pendapatnya. Sehingga terjadi interaksi dengan cara dari bawah ke atas (bottom up). Pada partisipasi horizontal masyarakat berinteraksi secara horizontal dalam hal berinteraksi dengan berbagai kelompok lain, mengambil pengalaman dari kelompok lain, serta mempengaruhi agar persentase partisipasi masyarakat menjadi lebih besar.

Partisipasi masyarakat adalah hal yang sangat penting di dalam keseluruhan proses pemberdayaan. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan selayaknya mencakup keseluruhan proses mulai dari awal sampai tahap akhir. Cohen dan Uphoff (1977) dalam Girsang (2011) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan atau perencanaan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.


(30)

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pemberdayaan, sebab inti dari pemberdayaan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota.

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Semakin besar manfaat program yang dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Konsep partisipasi tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk mengindentifikasi partisipasi masyarakat dalam kegiatan program pemberdayaan masyarakat di Desa Bogak . Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat di Desa Bogak dalam kegiatan program pemberdayaan yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi program tersebut. Penelitian yang terkait dengan partisipasi masyarakat terhadap program pemberdayaan pernah dilakukan oleh Angga Harahap pada tahun 2010 yang merupakan hasil skripsinya yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan

Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara”. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan hingga pengawasannya cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari keikutsertaan dan


(31)

peran aktif masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Namun tidak semua masyarakat berpartisipasi, hal ini karena ketidakpercayaan sebagian masyarakat terhadap pelaku kegiatan di perdesaan.

Selain itu ada juga penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yoni Yulianti pada tahun 2012 yang berjudul “Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok”. Penelitian tersebut mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Solok. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam program tersebut diberikan dalam bentuk tenaga dan sumbangan pikiran berupa usulan, saran maupun kritik. Namun tingkat partisipasi masyarakat tersebut termasuk kategori rendah.

2.4. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir (Satria, 2004). Masyarakat yang hidup dipermukiman pesisir memiliki karakteristik secara sosial ekonomis sangat terkait dengan sumber perekonomian dari wilayah laut. Demikian pula jenis mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya alam atau jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan, dan pemilik atau pekerja industri maritim. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Nikijuluw (2001) bahwa yang dimaksud masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir; mereka terdiri dari nelayan pemilik,


(32)

buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, pemasok faktor sarana produksi perikanan.

Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh usaha perikanan pada umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak mengetahui dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Lewaherilla, 2002). Menurut Nikijuluw (2001) kemiskinan sebagai indikator ketertinggalan masyarakat pesisir ini disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu kemiskinan struktural, superstruktural, dan kultural.

1. Kemiskinan struktural adalah struktur sosial-ekonomi masyarakat, ketersediaan insentif atau disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan, ketersediaan teknologi, dan ketersediaan sumberdaya pembangunan, khususnya sumberdaya alam. 2. Kemiskinan superstruktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena variabel

kebijakan makro yang tidak atau kurang berpihak pada pembangunan masyarakat nelayan.

3. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan karena variabel yang melekat, inheren, dan menjadi gaya hidup tertentu yang menyebabkan individu yang bersangkutan sulit keluar dari kemiskinan karena faktor tersebut tidak disadari atau tidak diketahui oleh individu yang bersangkutan. Panayotou (1982) dalam Nikijuluw (2001) menekankan bahwa nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu.


(33)

Konsep masyarakat pesisir digunakan dalam penelitian ini karena yang menjadi objek atau sorotan dalam penelitian adalah respon masyarakat pesisir, dimana telah diketahui bahwa karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan masyarakat lainnya. Mereka memiliki ciri khas atau kebudayaan tertentu yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakatnya termasuk pada respon masyarakatnya.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Dalam Sugiyono (2010 : 11), metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu dengan cara peneliti melakukan pengumpulan data misalnya dengan membagikan kuesioner, test, dan wawancara terstruktur.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini dikarenakan di desa ini telah terselenggaranya program pemberdayaan masyarakat yang bernama Program Bina Desa dikelola yang oleh institusi pendidikan Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Program Bina Desa ini merupakan program pemberdayaan masyarakat yang pertama yang dilaksanakan di Desa Bogak dan telah berjalan selama enam bulan dimulai sejak pertengahan hingga akhir tahun 2014. Oleh karena itu peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana respon masyarakat setempat terhadap pelaksanaan Program Bina Desa ini.


(35)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu atau populasi merupakan keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini merupakan masyarakat Desa Bogak yang namanya terdaftar dalam kelompok pelatihan sebanyak 10 kelompok yang masing masing kelompok terdiri dari 10 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari yang ingin diteliti. Karena jumlah pupulasi hanya 100 orang maka sampel yang diambil adalah total sampling yang berjumlah 100 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan untuk menggali sumber data. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui :

1. Data primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu dengan menggunakan teknik Survei. Survei merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Survei juga merupakan pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif Adapun pengumpulan data teknik survei dilakukan dengan intrument kuesionner yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan.


(36)

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, foto, jurnal, artikel, dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Singarimbun dalam (Nanawi 1994:263) mengatakan analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap analisa, yaitu dengan menggunakan beberapa analisis yaitu:

1. Analisis Tabel Tunggal

Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori (Nanawi 1994:266). Analisa Tabel Tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa Tabel tunggal dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan masalah mengenai respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak .

2. Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji apakah ada perbedaan partisipasi masyarakat dalam


(37)

kegiatan program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak berdasarkan respon masyarakatnya terhadap program tersebut, maka peneliti menggunakan rumus Chi-square. Chi-square merupakan teknik analisa statistik yang menyelidiki frekuensi pengamatan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:



n

i k

i ij

ij ij

e

e

n

X

1 1

2

2

(

)

Untuk mempermudah perhitungan tersebut maka dalam penelitian ini dibantu dengan program software SPSS sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih akurat.


(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram

4.1.1 Deskripsi Lokasi

Desa Bogak merupakan salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Baturabara. Berdasarkan letak astronomisnya, Desa Bogak berada pada posisi 03º01’54’’-03º03’56’’ BT dan 99º33’57” LU. Terletak pada daerah pantai dengan ketinggian 3-5 meter di atas permukaan laut. Desa Bogak memiliki curah hujan rata-rata per tahun 2678,4 mm/tahun dengan suhu udara minimum 24º dan maksimum 36º.

Desa Bogak merupakan desa yang baru mekar pada tahun 1950, sebelumnya Desa Bogak masih bergabung dengan Kabupaten Asahan. Desa Bogak memiliki wilayah yang cukup luas yang terdiri dari dusun satu hingga dusun lima. Secara geografis Desa Bogak merupakan bagian dari Kecamatan Tanjung Tiram yang berbatasan langsung dengan beberapa daerah diantaranya :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pahlawan, 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Indrayaman, 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Maju dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Rahmat.

Topografi bentangan wilayah desa seluas 52 ha, serta orbitasi atau perjalanan desa menuju akses ke ibukota memiliki jarak tempuh kurang lebih 1 jam atau kurang lebih 31km dari Desa Bogak . Kendaraan umum yang dapat menyambungkan akses dari desa ke kota kabupaten ini dengan 7 jenis kendaraan diantaranya Bus Sartika, Angkot serta becak mesin. Untuk


(39)

menempuh jarak ke ibu kota provinsi mencapai 157 km, adapun lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan umum atau pribadi kurang lebih 4jam.

4.1.2 Keadaan Penduduk

4.1.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk yang tinggal di Desa Bogak cukup terbilang padat, hal tersebut dapat dibuktikan dari Tabel 4.1 yang peneliti ambil dari data kantor kepala desa.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

1 2013 2752 55,21 2232 44,78 4984

jiwa

2 2014 2777 55,14 2259 44,85 5036

jiwa (sumber : Profil Desa Bogak tahun 2014)

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk desa ini pada tahun 2014 adalah 5036 jiwa, jika dilihat dari jumlah tahun lalu penduduk desa ini mengalami peningkatan yakni tahun lalu berjumlah 4984 jiwa atau mengalami peningkatan sekitar 1,03% dari tahun sebelumnya. Dimana penduduk yang berjenis kelamin laki laki lebih banyak yakni 55,14%, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 44,85%.


(40)

4.1.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Indonesia merupakan Negara yang mengakui dan menjamin keberadaan masyarakatnya untuk meyakini dan memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Di Desa Bogak komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat di Tabel 4.2 :

Tabel 4.2

Jumlah Pemeluk Agama

No Kategori Jumlah Presentase

1 Islam 5031 99,90

2 Katolik 5 0,09

Jumlah 5036 100,00

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa agama yang ada di desa ini adalah Agama Islam dan Katolik, akan tetapi yang mayoritas masyarakatnya adalah penganut Agama Islam yakni berjumlah 5031 jiwa dengan presentase 99,90%, sedangkan Katolik hanya berjumlah 5 jiwa dengan presentase 0,09%. Meskipun mimoritas namun masyarakat yang beragama Katolik tetap aman menjalani kehidupan seperti masyarakat lainnya. Tingginya toleransi tersebut dapat dibuktikan dengan tidak adanya konflik antarumat beragama di desa ini.

4.1.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

Mayoritas penduduk di Desa Bogak pada awalnya adalah Suku Melayu. Hingga saat ini Suku Melayu juga masih menjadi suku mayoritas di desa ini, namun selain Suku Melayu saat ini di Desa Bogak telah masuk berbagai suku lain diakibatkan adanya transmigrasi penduduk dari daerah lain. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk berdasarkan suku dapat dilihat di Tabel 4.3 :


(41)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Kategori Jumlah Presentase

1 Melayu 4.190 83,20

2 Batak 492 9,76

3 Nias 10 0,19

4 Jawa 344 6,83

Jumlah 5036 100,00

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah Suku Melayu yang ada di desa ini sebanyak 4.190 orang dengan presentase 83,20%, Suku Batak sebanyak 492 orang dengan presentase 9,76% , Suku Nias sebanyak 10 orang dengan presentase 0,19%, dan sisanya Suku Jawa sebanyak 344 orang dengan presentase 6,83%.

4.1.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Masyarakat pesisir biasanya memiliki perkerjaan hanya sebagai nelayan, tetapi sekarang pekerjaan penduduk yang ada di Desa Bogak mulai beranekaragam. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat di Tabel 4.4 :


(42)

Tabel 4.4

Mata Pencaharian Pokok Penduduk

No Jenis Pekerjaan Jenis kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki Perempuan 1 Pegawai Negeri

Sipil

9 orang 17 orang 26 orang 1,44 2 Pedagang

Keliling

10 orang 11 orang 21 orang 1,16

3 Peternak 2 orang - 2 orang 0,11

4 Nelayan 1718 orang - 1718

orang

95,71

5 Montir 1 orang - 1 orang 0,05

6 Bidan Swasta - 3 orang 3 orang 0,16

7 Perawat Swasta - 5 orang 5 orang 0,27

8 PRT 1 orang 13 orang 14 orang 0,77

9 Pensiun

PNS/TNI/POLRI

1 orang 2 orang 3 orang 0,16 10 Dukun Kampung

Terlatih

- 2 orang 2 orang 0,11

Jumlah 1742 orang 96,99% 53 orang 3,01% 1795 orang 100 (sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakkat di Desa Bogak bermatapencaharian sebagai nelayan yakni 95,71%. Dari Tabel 4.4 tersebut juga dapat diketahui bahwa di desa ini hanya sedikit perempuan yang bekerja diluar rumah yakni hanya 2,95 % dibanding dengan laki laki yang mencapai 96,99%

4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa Bogak

Berbagai sarana umum di desa ini sudah banyak berdiri dan terpenuhi diantaranya terdiri dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana ibadah. Dengan kategori data sebagai berikut:


(43)

4.1.3.1 Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menopang kemajuan suatu bangsa dan Negara, oleh sebab itu maka sarana pendidikan harus selalu ada pada masing masing daerah. Berikut ini merupakan sarana pendidikan yang terdapat di Desa Bogak .

Tabel 4.5

Sarana Pendidikan di Desa Bogak

No Pendidikan Formal Terakreditasi Jumlah

1 Play Group Ya 1

2 SD/sederajat Ya 3

3 SMP/sederajat Ya 1

(Sumber:Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa sarana pendidikan di Desa Bogak cukup memadai, namun tidak ada Sekolah Menengah Atas di desa ini sehingga anak anak yang telah selesai menempuh pendidikan di jenjang SMP harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya.

4.1.3.2 Sarana Kesehatan

Kesehatan juga tidak kalah pentingnya dengan pendidikan, sebab kesejahteraan suatu bangsa juga dinilai dari kesehatan masyarakatnya. Oleh sebab itu maka sarana kesehatan juga harus ada disetiap daerah. Tabel 4.6 merupakan sarana kesehatan yang ada di Desa Bogak :


(44)

Tabel 4.6

Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga ahli Jumlah 1

Puskesmas 1 unit Dukun Bersalin Terlatih

1 orang

2 Apotek 1 unit Bidan 2 orang

3 Posyandu 1 unit

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa di desa ini, sarana kesehatan cukup memadai. Meskipun tidak ada rumah sakit namun desa ini memiliki sarana kesehatan lain seperti puskesmas, apotek, posyandu dan balai pengobatan masyarakat. selain itu ada juga tenaga ahli seperti bidan dan dukun bersalin terlatih.

4.1.3.3 Sarana Ibadah

Di Desa Bogak hanya ada sarana ibadah untuk umat muslim yang berjumlah 2 unit, sedangkan sarana ibadah lain tidak ada, hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat di Batubara menganut agama islam. Kendatipun begitu keharmonisan antar umat beragama di desa ini tetap terjaga.

4.1.4 Kelembagaan atau Organisasi Desa Bogak

Masyarakat Desa Bogak mempunyai beberapa lembaga atau organisasi untuk mendukung dan mengembangkan kehidupannya sebagai masyarakat pesisir diantaranya melalui lembaga ekonomi dan organisasi keagamaan. Masyarakat Desa Bogak mempunyai beberapa


(45)

lembaga atau organisasi untuk mendukung dan mengembangkan kehidupannya sebagai masyarakat pesisir diantaranya melalui lembaga ekonomi dan organisasi keagamaan.

Adapun lembaga ekonomi masyarakat di desa ini adalah kelompok simpan pinjam yang berjumlah 6 unit, namun berdasarkan hasil wawancara kepada sejumlah masyarakat menyatakan bahwa kelompok simpan pinjam tersebut tidak berjalan sabagaimana mestinya atau tidak aktif dalam menjalankan fungsinya. Selain lembaga ekonomi, di Desa Bogak juga terdapat lembaga keagamaan yang juga merupakan suatu kesatuan dari system masyarakat yang ada di Desa Bogak dintaranya adalah pengajian perempuan kahairunisa dan serikat tolong menolong. Masing masing lembaga keagamaan tersebut berjalan aktif sesuai dengan fungsinya.

4.2. Gambaran Struktur Masyarakat

Masyarakat Desa Bogak merupakan masyarakat pesisir dimana secara geografis, masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagian besar masyarakat pesisir di Desa Bogak, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelautan. Dilihat dari aspek sumberdaya ekonomi yang tersedia di kawasan pesisir, masyarakat nelayan terkelompok sebagai berikut:

1. Pemanfaat langsung sumberdaya lingkungan, seperti nelayan

2. Pengolah hasil ikan atau hasil laut lainnya, seperti pemindang, pengering ikan, pengasap dan pengusaha terasi dan ikan asin

3. Penunjang kegiatan ekonomi perikanan, seperti pemilik toko atau warung, pemilik bengkel (montir dan las), tukang perahu dan buruh kasar.


(46)

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian di desa ini yang melakukan pekerjaan dalam melaut atau bernelayan hanya kaum laki-lakinya saja sedangkan kaum perempuan hanya sebagian kecil saja yang melakukan pengelolaan hasil laut yang berukuran kecil sepeti kepah dan kerang. Kaum perempuan lebih memilih aktifitas ini dikarenakan menurut mereka bisa menyambil pekerjaan rumah tangga yang lainnya agar semua dapat berjalan seimbang.

Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan di Desa Bogak ini menghadapi banyak masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Ragam masalah tersebut antara lain :

1) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada.

Kelembagaan sosial ekonomi seyogianya dapat menjadi sarana bagi masyarakat di Desa Bogak untuk dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun kelembagaan sosial ekonomi yang ada di Desa Bogak masih sangat minim dan belum menjalankan fungsi sebagai mana mestinya.

2) keterbatasan akses modal dan teknologi sehingga mempengaruhi dinamika usaha.

Lemahnya fungsi lembaga ekonomi yang ada di desa sini mengakibatkan terbatasnya akses modal bagi masyarakat dalam kegiatan ekonominya, hal tersebut juga berpengaruh terhadap teknologi yang mereka gunakan dalam profesinya sebagai nelayan, para nelayan di desa ini sebagian besar masih menggunakan perahu dan jaring untuk menangkap ikan. 3) Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses

pendidikan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

Pendidikan merupakan kunci penting dalam melakukan mobilitas sosial untuk menciptakan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Namun kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat di Desa Bogak masih sangat rendah, hal ini


(47)

terlihat dari banyaknya anak anak yang tidak sekolah dikarenakan sibuk membantu orangtuanya mencari nafkah sebagai nelayan. Terbatasnya akses pendidikan juga turut mempengaruhi kesadaran mereka untuk sekolah. Di Desa Bogak hanya ada sekolah sebatas pada Sekolah Menengah Pertama, sedangkan untuk melanjuti Sekolah Menengah Atas mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh ke pusat kota.

Masyarakat di desa ini mayoritas penduduknya suku melayu yang didalam kehidupan sehari-harinya masing memegang teguh norma adat dan agama. Masyarakat Desa Bogak menurut para tokoh masyarakat, tokoh agama dan beberapa masyarakat biasa adalah masyarakat yang memiliki hubungan sosial yang kuat antar satu dengan yang lain. Masyarakat pada umumnya lebih memiliki rasa kepercayaan yang tinggi antar masyarakat. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

4.3 Pogram Bina Desa

Pembangunan merupakan proses perubahan sosial yang dikehendaki atau direncanakan secara sengaja atas suatu masyarakat atau sistem sosial yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga terciptanya suatu keadaan atau dinamika yang lebih baik. Peran serta masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan karena masyarakat merupakan objek sekaligus subjek pembangunan. Inkeles dan Smith dalam So-Suwarsono (1991) juga mengkaji tentang pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting dalam penopang pembangunan. Menurut mereka pembangunan bukan sekedar masalah pemasokan modal dan teknologi saja, tetapi di butuhkan manusia yang dapat mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif.


(48)

Pembangunan yang bersifat bottom up yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif kiranya dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dialami masyarakat pesisir, dimana proses pembangunan merupakan proses yang memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi secara keseluruhan, sejak dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya oleh masyarakat. Adapun tujuan pembangunan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka kebijakan pembangunan perdesaan dapat dilakukan dengan peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mempersiapkan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan.

Menurut Suharto (2005) Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam memenuhi kebutuahan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.

Dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan antara pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang yang merupakan kelompok atau lapisan masyarakat yang masih tertinggal. Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu wujud kepedualian


(49)

dari Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi kepada lapisan masyarakat tertinggal yang dalam hal ini merupakan masyarakat pesisir di Desa Bogak .

Hal yang melatarbelakangi pelaksanaan Program Bina Desa di desa ini adalah karena mayoritas masyarakat di desa ini memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah dikarenakan perekonomian mereka sebagian besar bergerak disektor nelayan yang pendapatannya dipengaruhi oleh keadaan alam, serta rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam hal mengelolah dan memanfaatkan potensi alam lokal, padahal ada banyak potensi alam yang terdapat di Desa Bogak yang dapat diolah menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

Adapun yang menjadi sasaran utama dari program ini adalah kelompok perempuan di Desa Bogak hal ini dikarenakan di Desa Bogak merupakan daerah padat penduduk dengan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Waktu senggang yang ada, tidak digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan dan bermanfaat secara ekonomis. Melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis potensi alam, diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas serta kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kreatifitas yang diajarkan dengan mengandalkan potensi alam lokal yang terhampar luas namun belum pernah dioptimalkan oleh masyarakat setempat dengan alasan kurangnya pengetahuan akan hal tersebut. Sebagai sebuah program pemberdayaan masyarakat, Progam Bina Desa mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran dan kreatifitas kelompok perempuan di Desa Bogak tentang pemanfaatan potensi alam lokal.

2. Meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat Desa Bogak . 3. Meningkatkan solidaritas kelompok perempuan di Desa Bogak 4. Memberdayakan kaum perempuan.


(50)

1. Masyarakat sadar dan kreatif dalam memanfaatkan potensi alam lokal. 2. Pendapatan ekonomi masyarakat meningkat secara bertahap.

3. Solidaritas antar masyarakat semakin kuat.

4. Kebutuhan praktis dan strategis perempuan terpenuhi.

Komponen pemberdayaan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasil hasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69). Sejalan dengan hal tersebut adapun seragkaian kegiatan Program Bina Desa yang telah dilakukan sebagai berikut :

4. Persiapan dan Perencanaan  Identifikasi Masalah

Mengidentifikasi permasalahan sosial ekonomi masyarakat Desa Bogak melalui kegiatan Need Assessment, yaitu dengan mendiskusikan apa yang masyarakat butuhkan dan bagaimana pemenuhannya sesuai dengan kemampuan pelaksana Program Bina Desa baik dalam segi waktu maupun biaya yang akan dipergunakan.


(51)

 Penyusunan Program

Gambar 4.1 Bagan Kegiatan Program Bina Desa

5. Pelaksanaan

 Pembentukan Kelompok Kecil

Pembentukan kelompok kecil dilakukan untuk membagi kelompok masryarakat yang beranggotakan 100 orang menjadi 10 kelompok kecil beranggotakan 10 orang. Pembentukan kelompok kecil ini dilakukan agar pelaksanaan pemberdayaan masyarakat ini dapat lebih mudah dan efisien. Masing-masing kelompok diketuai oleh satu orang untuk memudahkan tim pengabdi mengkoordinir kelompok tersebut.

Pelatihan Pembuatan Aksesoris Dari Kulit Kepah dan Kerang Pembagian Menjadi

Kelompok-Kelompok Kecil

Pelatihan Pembuatan Olahan Mangrove Menjadi Makanan

Sosialisasi Kepada Kelompok Perempuan

Evaluasi dan Monitoring Program Bersama TIM Masyarakat Desa


(52)

 Sosialisasi Lanjutan

Sosioalisasi lanjutan dilakukan untuk menjelaskakn program kerja dan tujuan dari pelaksanaan pemberdayaan yang akan mereka terima. Sosialisasi tersebut juga bertujuan untuk memperkenalkan diri seluruh tim pengabdi beserta dosen pembimbing, selain itu juga dilakukan pemutaran video yang berisi tentang keberhasilan sebuah desa lain dari program pemberdayaan untuk menumbuhkan semangat para masyarakat.

 Pelatihan Pengelolaan Kulit Kerang Menjadi Aksesoris

Pelatihan pengelolaan kulit kerang menjadi aksesoris dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama menjelaskan bagaimana cara menghilangkan bau dari kerang tersebut dan jenis kerang apa saja yang dapat dipakai dalam pembuatan aksesoris. Kulit kerang didapat dari bantuan para nelayan yang mencarinya dilaut dan dipantai.

Gambar 4.2

Pelatihan Pengelolaan Kulit Kerang Menjadi Aksesoris.


(53)

Hal yang pertama dilakukan untuk pelatihan pembuatan kerupuk ikan adalah persiapan alat dan bahan terutama mencari ikan segar yang sesuai dan dapat dijadikan kerupuk ikan, kemudian dilakukan demonstrasi tahapan pengelolaan bahan oleh tim bina desa. Setelah itu setiap kelompok diberikan alat dan bahan yang harus dipraktekan setelah demo selesai.

Gambar 4.3

Pelatihan Pengolahan Kerupuk Ikan

Gambar 4.4

Hasil Olahan Kerupuk Ikan

 Pelatihan Pengelolaan Nipah Menjadi Manisan

Nipah merupakan salah satu jenis tanaman mangrove. Untuk membuat buah nipah menjadi manisan, yang dilakuan terlebih dahulu oleh bina desa adalah memperkenalkan buah


(54)

nipah, baik manfaat serta tips-tips pengelolaan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan demonstrasi pembuatan buah nipah menjadi manisan oleh tim bina desa.

 Pelatihan Pengolahan Kerupuk Jeruju

Tanaman jeruju juga merupakan jenis dari tanaman mangrove. Pembuatan kerupuk jeruju hanya memanfaatkan daunnya saja. Dalam pelatihan ini, masyarakat terlebih dahulu diberikan pengenalan tentang manfaat serta berbagai kegunaan tanaman jeruju. Setelah itu dilakukan demonstrasi untuk pembuatan kerupuk daun jeruju oleh tim bina desa.

Gambar 4.5

Pelatihan Pengolahan Kerupuk Jeruju

3. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan dan pencapaian dari pelaksanaan program kegiatan yang telah dilakukan. Dalam proses ini terlihat beberapa kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat sasaran dari waktu ke waktu diantaranya yaitu masyarakat sudah mengetahui sumberdaya alam apasaja yang dapat diolah menjadi barang yang bernilai jual, setelah tahu kemudian mereka telah mampu mengolah sumber daya alam yang selama ini disia-siakan, pada akhirnya mereka mampu berwirausaha memasarkan hasil olahan mereka.


(1)

menemukan data sebayak 58% responden yang sudah mulai berwirausaha 40% diantaranya bekerjasama dengan kelompok, sedangkan sisanya 18% berwirausaha sendiri.

Pelaksanaan program pemberdayaan melalui pelatihan keterampilan perempuan berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak Kabupaten Batubara merupakan kegiatan yang sangat tepat sehingga mendapatkan dukungan penuh dari beberapa pihak termasuk masyarakat setempat serta pemerintahan desa. Namun program yang telah dilakukan masih perlu banyak evaluasi dan waktu untuk menjadikan masyarakat benar-benar berdaya mandiri. Keberlanjutan program sangat diharapkan masyarakat, hal tersebut dilihat dari antusiasme masyarakat sasaran serta dukungan dari perangkat desa. .

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat menjadi masukan postif demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

a. Program pemberdayaan masyarakat sangat membantu masyarakat lapisan menengah kebawah, oleh sebab itu maka kegiatan seperti ini harus terus dilakukan dan disebarluaskan ke daerah lainnya agar semakin banyak masyarakat yang terbantu dari pengelolaan serta pemanfaatan potensi alam lokal yang terhampar luas namun sering diabaikan begitu saja.

b. Dalam melakukan kegiatan pemberdayaan sangat diperlukan adanya pendekatan kepada masyarakat sasaran sebagai langkah awal agar masyarakat tersebut dapat menerima dan menudukung jalannya program.


(2)

92

c. Suatu program dapat berhasil jika dijalankan dengan komitmen yang kuat baik oleh pelaksana program maupun masyarakat sasaran, jadi seyogiaya kedua belah pihak harus saling mendukung.

d. Pihak-pihak terkait seperti pemerintah desa juga harus terus mendukung kegiatan ini agar keberlanjutan program dapat benar-benar menciptakan kemandirian kelompok binaan dan mampu mengatasi permasalahan perekonomian masyarakat setempat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Azwar, S. 1988. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bryant and White. 1982. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : LIBERTY.

Damanik, Grace Leliharni. 2013. Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaaan Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Medan Selayang”. Jurnal Penelitian. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat diunduh dari: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/view/2136

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Girsang, LJ. 2011. Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor). [Skripsi]. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015].Dapat diunduh dari :

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49980/I11ljg.pdf

Harahap, Angga. 2010. Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Skipsi program sarjana Universitas Sumatera Utara.

Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan P edesaan, perkotaan dan Wilayah. Bandung: Penerbit ITB.


(4)

94

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta; Graha Ilmu Lewaherilla, N., E. 2002. Pariwisata Bahari; Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan.

Makalah Program Pasca Sarjana / S3. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lexy J. Moleong. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya Lugiarti, Eppy. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan Program

Pengembangan Masyarakat di Komunitas Desa Cijayanti. Tesis. Pascasarjana, IPB Mardikanto T. 2010. Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat. Surakarta: UNS Press Nawawi, dkk. 1994. P enelitian terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nikijuluw, v.p.h. 2001. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat di unduh melalui : https://www.academia.edu/1442332/Aspek_Sosial_Ekonomi_Masyarakat_Pesisir_dan_Str ategi_Pemberdayaan_Mereka_dalam_Konteks_Pengelolaan_Sumberdaya_Pesisir_Secara_ Terpadu

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat Poewardaminta. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Purba, AH. 2006. Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Skipsi program sarjana Universitas Sumatera Utara.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : KENCANA Predena Media Group.


(5)

Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia. Jakarta: LP3ES.

Soeharto, Irawan. 2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta ---. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit

Alfabeta

Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Sumaryadi, I Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama

Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan masyarakat dan jaringan pengaman sosial. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sutiyono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pela ksanaan Program Desa Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat diunduh dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808675/Jurnal-Kepatihan.pdf

Tjokromidjojo, Bintoro, 1993. Perencanaan P embangunan. Jakarta : Mas Agung Wirawan, Sarwono, Solita. 1991. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali

Yulianti Y. 2012. Analisis partisipasi masyarakat dalam pelaksa naan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNP M) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok. Jurnal Penelitian. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat diunduh dari:


(6)

96

http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ ANALISIS-PARTISIPASI-MASYARAKAT.pdf


Dokumen yang terkait

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

1 55 78

Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir Pantai (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

9 121 115

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Credit Union Arih Ersada Di Desa Namomirah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 41 102

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

DESENTRALISASI PENGELOLAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS POTENSI DAN KEARIFAN LOKAL

0 3 1

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 4 97

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 1 5

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 2 10

STUDI PERSPEKTIF MASYARAKAT UNTUK PROGRAM RESTORASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara) SKRIPSI

0 0 11