ALIH FUNGI LAHAN BERIRINGAN

BAB XI ALIH FUNGI LAHAN BERIRINGAN

Pasal 46 1 Untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat jaringan irigasi Gubernur sesuai dengan kewenangannya mengupayakan ketersediaan lahan beririgasi dan atau mengendalikan alih fungsi lahan beririgasi. 2 Dalam rangka menjamin kelestarian fungsi dan manfaat jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, instansi yang berwenang dan bertanggung jawab dibidang irigasi berperan mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan beririgasi untuk keperluan non pertanian. 3 Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah KabupatenKota sesuai dengan kewenangannya secara terpadu menetapkan wilayah potensial irigasi dalam rangka mendukung perwilayahan komoditi pertanian yang menjadi salah satu unsur dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Pasal 47 1 Alih fungsi lahan beririgasi tidak dapat dilakukan kecuali terdapat a. perubahan rencana tata ruang wilayah atau b. bencana alam yang mengakibatkan hilangnya fungsi lahan dan jaringan irigasi. 2 Pemerintah Provinsi bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Kota sesuai dengan kewenangannya mengupayakan penggantian lahan beririgasi beserta jaringannya yang diakibatkan oleh perubahan rencana tata ruang wilayah. 3 Pemerintah Provinsi bertanggung jawab melakukan penataan ulang sistem irigasi dalam hal : a. sebagian atau seluruh jaringan irigasi berafih fungsi atau b. lahan beririgasi beralih fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat 2. 4 Badan usaha, badan sosial, atau instansi yang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan alih fungsi lahan beririgasi yang melanggar rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a wajib mengganti lahan beririgasi beserta jaringannya. 5 Tatacara alih fungsi lahan beririgasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 25

BAB XII KOORDINASI PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI