ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [PLTU] SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8 MERAK, CILEGON, BANTEN

(1)

ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [PLTU] SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8

MERAK, CILEGON, BANTEN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarajana Strata-1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Oleh: Nama : Rifki Zulkarnain

Nim : 20120610073

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [ PLTU ] SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8

MERAK, CILEGON, BANTEN SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarajana Strata-1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

NAMA : RIFKI ZULKARNAIN

NIM : 20120610073

BAGIAN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [ PLTU ] SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8

MERAK, CILEGON, BANTEN

Diajukan Oleh:

Nama : Rifki Zulkarnain

Nim : 20120610073

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Telah disetujui oleh dosen pembimbing pada 27 Oktober 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Bagus Sarnawa.,S.H.M.Hum Beni Hidayat.,S.H,M.Hum NIK. 19680821 199303 1003 NIK.1973123 1 19980415 3030


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [ PLTU ] SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8

MERAK, CILEGON, BANTEN

Skripsi ini dipertahankan di hadapan dewan penguji pada tanggal: 24 Desember 2016

Ketua

H. Nasrullah.,S.H.,S.Ag.MCL NIK. 19700617200004 153 045

Anggota Anggota

Bagus Sarnawa.,S.H.M.,Hum Beni Hidayat., S.H,M.Hum NIK. 196808211993 031 003 NIK.19731231199804 153 030

Mengesahkan Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr.Trisno Raharjo.,SH.M.HUM NIK. 19710409199702 153 028


(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Bismillahirohmanirrahim

Yang bertanda tangan di bawah ini. Nama : Rifki Zulkarnain Nim : 20120610073

Judul Skripsi : ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [PLTU]

SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8 MERAK, CILEGON, BANTEN.

Menyatakan bahwa skripsi merupakan karya asli, Seluruh ide yang ada dalam skripsi ini, kecuali yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada bagian dari skripsi ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar atau sertifikat akademik. Jika pernyataan diatas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 24 Desember 2016


(6)

Halaman Motto

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap” .

`( QS. Al-Insyirah,6-8 )

"Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu

gunakan untuk merubah dunia" .

( Nelson Mandela )

“Jangan pernah membenci tuhan untuk apa yang telah ia takdirkan di hidup kita, karena sekenario tuhan pasti yang terbaik”.


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Allah yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda tercinta Ahmad Sahroni dan ibunda tercinta Rohayah dan Bapak H.Sahruji.S.H yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku., Ayah,..Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk berbakti kepada kalian. Skripsi ini juga kupersembahkan kepada adik-adiku tercinta Riko Aprianus dan Siful Anwar. dan kupersembahkan juga unutk Keluarga Besarku Alm. Abdul Karim. Kakak-kakak dan abang-abangku Tercinta Saefudin.S.H, Endang Efendi,S.E, Eman Sulaiman,S.E, Reni Andriani, Noni Yanty, Nur Hayati.Spd dengan penuh kesabaran mendampingi serta memberikan motivasi dan dukunganya, terimaksih untuk segalanya. Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan kepada kalian semua, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat, hidayah serta innayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ASPEK HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP [ PLTU ]

SURALAYA UNIT 1 SAMPAI 8, MERAK, CILEGON, BANTEN”. dapat

diselesaikan dengan baik. shalawat dan taslim semoga tetap tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW yang telah menerangi dunia ini dengan cahaya islam.

Proses penyelesaian skripsi ini merupakan suatu perjuangan yang panjang bagi penulis. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi. Namun berkat keseriusan pembimbing mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. skripsi ini dapat selesai semata-mata bukan karena usaha dari penulis sendiri, melainkan atas dukungan dari banyak pihak, baik secara moril dan materil, Oleh karena itu patutlah kiranya penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa, untuk kedua orang tuaku Ayahanda Ahmad Sahroni yang kusayangi dan aku banggakan dan Ibunda Tercinta Rohayah. Ungkapan terima kasih , hormat dan cinta kasihku yang tak terhingga untuk seorang perempuan yang telah memberi cintanya secara utuh, mendidik mengajarkan arti yang


(9)

membawaku ketitik perjalanan kehidupanku hari ini. Sembah Sujud anakmu Ibu Ayah kalianlah yang selalu menjadi alasan penulis untuk meraih masa depan dan hidup yang lebih baik. Terima Kasih atas dukungan moril, materil, dan spiritual yang diberikan kepada anakmu ini.

2. Kepada Bapak H. Sahruji,.S.H Terima Kasih yang tak terhingga untukmu

Abah, atas do’a dan restu motivasi yang telah mengantarkanku kepada

semangat yang tiada henti-henti untuk mencari ilmu. Terima kasih Abah telah memberi kesempatan rifki untuk menempuh jenjang pendidikan saat ini.

3. Kepada Paman Saefudin,.S.H yang luar biasa selalu memberikan yang terbaik bagi penulis, terima kasih segala bantuan yang kau berikan sampai Rifki lulus. 4. Kepada Bapak Dr. Trisno Raharjo.SH.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Kepada Bapak Bagus Sarnawa, S.H.,M.Hum Selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Bapak Beni Hidayat, S.H.,M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang banyak membantu penyelesaian skripsi ini dengan sabar, terima kasih atas waktu, bantuan dan arahanya.

7. Terimakasih untuk sahabat-sahabat satu perjuangan selama Berada di Yogyakarta suka maupun duka dari awal perkuliahan Ahmad Ali Akbar, Ali Akbar Mukti, Alva Rio Hs, Arief Setiawan, Eko Maruliansyah, Fitrian Puji Istianto, Ghirfan Lazuardi.,


(10)

8. Terimakasih buat Teman-teman organisasi saya HMI yang sudah saya anggap seperti keluarga, Yogi, bang Rahim, bang Alvin, bang andre, bang fauzi, ikmal, putra, Indra, Ibong, Iccang, Bastian, Taufik, Iksan Suhardi, Suhardy, Fizal, Putry, Nenek, Vita, Hendra, Aryang, Dimas, Fandi, dll.

9. Terimakasih untuk rekan-rekan pelopor Debat Community of Law School Diana, Silfi, Opan, Rofi,, Rahma, Adit, Agus, Andhika. Bang Rizal Moni. 10.Ibu kantin Ibu Pur dan Mbak Wanty Terimakasih atas segala bantuan dan

sudah menjadi orang tua kedua penulis selama penulis berada di Yogyakarta. 11.Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

terkhusus angkatan 2012. yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu semoga bantuanya menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akhirnya dengan kerendahan hati. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Yogyakarta penulis


(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi dari aspek hukum pengolahan limbah batu bara pembangkit listrik tenaga uap. Tujuan dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui pelaksanaan sistem pengelolaan limbah batu bara berdasarkan peraturan perundang-undangan dan untuk mengetahuai bagaimana perlindungan hukum bagi masyarakat yang berada disekitar perusahaan pltu suralaya.

Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang menggunakan analisis perundang-undangan, sedangkan pengumpulan data melalui studi pustaka dan wawancara serta analisis data secara deskriptif-kualitatif, yaitu data yang telah diperoleh baik yang secara tertulis maupun wawancara dipilih secara kualitatif untuk memperoleh hasil obyektif dan konkret, kemudian di analisis secara.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa pelaksanaan pengelolaan limbah batu bara yang dilakukan oleh perusaan pltu suralaya sudah memperoleh izin-izin yang di perlukan dalam pengelolaan limbahnya. berdasarkan peraturan perundang-undangan No 32 Tahun 2009. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perlindungan hukum bagi masyarakat sekitar sebenarnya sudah di atur dalam peraturan perundang-undangan lingkungan hidup dalam Pasal 65 tetapi kenyataannya perusahaan banyak melakukan pelanggaran terhadap masyarakat sekitar. Diantaranya tidak ada jaminan kesehatan untuk masyarakat terkait dengan polusi udara dari abu yang dihasilkan oleh perusahaan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAM JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7


(13)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DAN

PENGELOLAAN LIMBAH BATU BARA ... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Perizinan ... 9

1. Pengertian Perizinan... 9

2. Perizinan Dalam Konteks Hukum Administrasi Negara ... 14

3. Fungsi Dan Tujuan Sistem Perizinan ... 15

4. Unsur – Unsur Perizinan ... 18

5. Syarat Sah Perizinan ... 21

6. Sanksi Administratif Dalam Perizinan ... 22

B. Tinjauan Tentang Pengelolaan Limbah Batu Bara ... 23

1. Pengertian Limbah ... 23

2. Pengertian Pengelolaan Limbah ... 28

3. Jenis Dan Macam Limbah ... 33

C. Tinjauan Tentang Batu Bara ... 40

1. Pengertian Batu Bara... 40

2. Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral Dan Batu Bara ... 41

D. Tinjauan Tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)... 43

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ... 43


(14)

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

1. Jenis Penelitian ... 47

2. Sumber Data ... 47

3. Tekhnis Pengambilan Data ... 48

4. Lokasi Penelitian ... 49

5. Meto de Pengambilan Sampel ... 49

6. Narasumber Dan Responden ... 49

7. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Pengolahan Limbah Batu Bara PLTU Suralaya ... 51

B. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Sekitar Perusahaan PLTU Suralaya 62 BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

1. Pengelolaan Limbah Batu Bara PLTU Suralaya ... 77

2. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Sekitar perusahaan PLTU Suralaya 78 B. Saran ... 78

1. Pengelolaan Limbah Batu Bara ... 78

2. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Sekitar perusahaan PLTU Suralaya 79 DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(15)

(16)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi dari aspek hukum pengolahan limbah batu bara pembangkit listrik tenaga uap. Tujuan dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui pelaksanaan sistem pengelolaan limbah batu bara berdasarkan peraturan perundang-undangan dan untuk mengetahuai bagaimana perlindungan hukum bagi masyarakat yang berada disekitar perusahaan pltu suralaya.

Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang menggunakan analisis perundang-undangan, sedangkan pengumpulan data melalui studi pustaka dan wawancara serta analisis data secara deskriptif-kualitatif, yaitu data yang telah diperoleh baik yang secara tertulis maupun wawancara dipilih secara kualitatif untuk memperoleh hasil obyektif dan konkret, kemudian di analisis secara.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa pelaksanaan pengelolaan limbah batu bara yang dilakukan oleh perusaan pltu suralaya sudah memperoleh izin-izin yang di perlukan dalam pengelolaan limbahnya. berdasarkan peraturan perundang-undangan No 32 Tahun 2009. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perlindungan hukum bagi masyarakat sekitar sebenarnya sudah di atur dalam peraturan perundang-undangan lingkungan hidup dalam Pasal 65 tetapi kenyataannya perusahaan banyak melakukan pelanggaran terhadap masyarakat sekitar. Diantaranya tidak ada jaminan kesehatan untuk masyarakat terkait dengan polusi udara dari abu yang dihasilkan oleh perusahaan.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini dihadapkan pada masa perubahan sebagai akibat dari transformasi kearah masyrakat industri. Di abad 21 ini Indonesia memasuki era globalisasi dan proses perubahan yang akan berlangsung begitu cepat. Penerapan pasar bebas ASEAN Asia Pasifik dan dunia secara global memicu negara untuk menekan efesiensi dalam segala hal, termasuk menekan efesiensi sumber daya alam, penerapan ilmu dan teknologi, salah satu usaha bangsa Indonesia dalam memasuki era globalisasi adalah melalui pembangunan.

Pembangunan selalu menyebabkan perubahan terhadap struktur tatanan kehidupan, termasuk didalamnya adalah tatanan lingkungan. Sebagian dari perubahan itu memang sudah direncanakan tetapi dalam setiap kegiatan pembangunan sekala perubahan baik dalam luas maupun intensitasnya, selalu lebih besar dari yang direncanakan. Dengan demikian dapat dikatakan permasalahan lingkungan yang terjadi lebih banyak timbul karena efek samping dari pembangunan.1

Pembangunan industri merupakan salah satu unsur dalam rangka menciptakan kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

1

Otto Soemarwoto, 1994, Ekologi Lingkungan dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta, hal 41


(18)

berkembang. Pembangunan industri sangat penting dan menentukan perkembangan dan pertumbuhan pembangunan selanjutnya, maka pembangunan industri pada dasarnya merupakan usaha terpadu untuk memantapkan suatu proses industri dalam arti yang seluas-luasnya.

Pembangunan industri yang lajunya semakin tinggi dapat dipercepat lagi, yang berarti ketertinggalan dan kemelaratan akan lebih cepat teratasi. Tetapi apabila dalam proses percepatan pembangunan itu semata-mata hanya menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan manusia tanpa memperhatikan aspek lingkungan sebagai daya dukung pembangunan, maka dalam waktu yang relatife singkat sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui akan cepat habis. Dalam kaitanya semua itu, pada dasarnya industrialisasi adalah sebuah dilema. Disatu pihak, pembangunan industri ini amat sangat diperlukan untuk meningkatkan penyedian barang dan jasa yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Tetapi disisilain, industrialisasi juga mempunyai dampak negatif, khususnya jika ditinjau dari aspek lingkungan hidup dan sumber alam. Pembangunan industri yang berusaha untuk melestarikan lingkungan hidup masih banyak kendala dan berbagai hambatan di lapangan. Salah satu hambatan yaitu adanya perbedaan keserasian antara perkembangan industri dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Bagi para pengusaha industri masalah lingkungan selalu dikaitkan dengan biaya yang mereka keluarkan, sehingga dapat berdampak pada pendapatan mereka, hal ini lah yang sering terjadi oleh pengusaha industri untuk mengeyampingkan masalah kelestarian lingkungan.


(19)

Masalah lingkungan hidup dewasa ini sudah menjadi masalah nasional. Bahwa permasalahan lingkungan hidup adalah suatu hal yang baru hal ini disebabkan oleh perhatian terhadap kegiatan dalam lingkungan hidup yang meningkat selama beberapa tahun ini. Kegiatan industri yang semakin menigkat mempunyai kecenderungan secara potensial dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan apabila tidak terkendali secara proposional. Sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kegiatan industri merupakan alat untuk mensejahterakan masyarakat, akan tetapi disatu sisi dapat menyebabkan malapetaka bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Pembangunan yang sengaja atau tidak sengaja mempengaruhi daya dukung lingkungan. Salah satu contoh dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan itu dalah pencemaran lingkungan. Gejala pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah-limbah industri, perkembangan industri bukan saja mempercepat proses-proses perubahan dan perusakan lingkungan akan tetapi memungkinkan berbagai pilihan pengelolaan lingkungan hidup yang sebelumnya tidak terbayangkan.

Pertumbuhan industri dan pabrik-pabrik di kota Cilegon begitu sangat pesat, sehingga kota yang berada diujung barat pulau jawa ini dijuluki seabai kota industri. Dari ujung kota samapai ujung kota semua pabrik-pabrik, bahkan rumah-rumah penduduk jarak sangat berdekatan dengan kawasan pabrik, gunung dihancurkan dan disulap menjadi pabrik. Tetapi dalam faktanya kota yang dipenuhi dengan pabrik-pabrik itu masyarakat pribumi masih saja kehidupan


(20)

kurang mampu, ini disebabkan karena masyarakat pribumi kalah bersaing dengan masyarakat luar untuk bekerja, masyarakat pribumi hanya mendapat ampas-ampas pembuangan pabrik, udara yang tidak sehat karna udara sudah tercemar akibat polusi limbah pabrik-pabrik yang setiap waktu tanpa henti beroprasi.

Undang-Undang Dasar 1945 sudah jelas untuk mengamanatkan, pemerintah dan seluruh unsur masyarakat wajib melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, agar lingkungan hidup indonesia tetap menjadi sumber daya dan penunjang hidup bagi rakyat indonesia serta makhluk hidup lainnya. Tapi semua itu hanya sebuah undang-undang yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh UUD 1945.

Jenis pencemaran antara lain pencemaran udara yang diakibatkan oleh asap yang dihasilkan dari sisa pembakaran dari mesin, pencemaran air yang diakibatkan dari pembuangan sisa industri yang bersifat cair secara langsung tanpa melalui proses tahap daur ulang, pencemaran suara yang diakibatkan dari pengoprasian mesin-mesin industri. Maka semakin meningkat industri untuk memproduksi barang dengan jumlah yang besar , maka semakin meningkat sisa pembakaran berupa gas Co2 yang berbahaya bagi manusia.

Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan yang kemudian disempurnakan dengan UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UU-PPLH). UU No 32 Tahun 2009 ini memuat hal-hal yang lebih rinci dan jelas, seperti adanya pola perlindungan


(21)

lingkungan, upaya pengelolaan lingkugan hidup, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3), dimana pengaturan tersebut tidak ditemukan dalam UUPLH 1997.

Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menghendaki perizinan tepadu bidang lingkungan hidup, menimbulkan implikasi hukum bagi sistem perizinan di Indonesia. Implikasi utama adalah sebuah peraturan perundang-undangan bidang lingkungan hidup tidak boleh bertentangan dengan UU-PPLH sebagai pedoman norma hukum “payung atau pedoman”.2

Limbah batu bara itu disebut dengan fly ash dan botoom ash yaitu abu yang terbang ringan dan abu relatife berat yang timbul dari proses pembakaran suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Sesuai peraturan No 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) bahwa fly ash dan

bottom ash termasuk dalam jenis limbah B3 yang pemanfaatannya harus mendapat izin dari kementrian lingkungan hidup.3

Peraturan perundang-undangan dapat berlaku efektif apabila didukung dengan aparat penegak hukum penegakan hukum lingkungan berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarkat terhadap peraturan yang berlaku, dimana meliputi tiga bidang hukum, yaitu administratif, pidana dan perdata. Penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketentuan terhadap peraturan dan persyartan dalam ketentun hukum yang berlaku

2

Helmi,. hukum perizinn lingkungan hidup . sinar grafika, Jakarta 2013, hlm 26

3http://

tractor-truck/brita/1411-pabrik-limbahbatubara-segera-dibangun-di-kim.html,diakses 12 februari 2016


(22)

secara umum atau individual, melalui pengawaasan dan penerapan sanksi administratif, kepidanaan, dan keperdataan.

Pelaksanaan pengelolaan limbah hasil pengusaha industri masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh karnanya fungsi pengawasan oleh pemerintah dan masyarakat sangat besar peranannya dalam mengawal peraturan perundang-undangan dan dalam pemberian izin untuk pengelolaan limbah guna menjaga lingkungan hidup, salah satu dari industri yang menggunakan bahan bakar batu bara PLTU Suralaya Unit 1-8 adalah perusahaan yang menggunakan batu bara, karena untuk mengoprasikan mesin-mesin turbin yang akan menghasilkan listrik maka dibutuhkan batu bara sebagai bahan bakar utama. dari data PLTU kebutuhan batu bara untuk PLTU unit 1-8 setiap jam dibutuhkan 1,343 ton batu bara untuk oprasional pembangkit unit 1-8, ditambah dengan unit 8 yang membutuhkan batu bara 222 ton/jam, sehingga total kebtuhan batu bara untuk PLTU Suralaya Unit 1-8 adalah 1.565 ton/jam, atau dalam satu tahun sekitar ± 12 juta ton batu bara.4

Munculnya permasalah yang terjadi terhadap penggunaan batu bara yang besar oleh PLTU Suralaya mengidentifikasi bahwa pemberian perizinan penggeolaan limbah belum dilakukan dengan maksimal oleh pemerintah, untuk itu peranan pemerintah untuk memaksimalkan terhadap pelaksananaan izin pengelolaan limbah yang dihasilkan akibat produksi pembakaran batu bara oleh

4

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12835-Paper, Diakses hari Rabu, 20 maret, 2016 pukul 21:00


(23)

PLTU Suralaya unit 1-8 sangat penting. Agar penggelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah pengelolaan limbah batu bara oleh perusahan PLTU Suralaya unit 1-8 di kota Cilegon sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan ?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi masyarakat sekitar perusahaan PLTU Suralaya ?

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengelolaan limbah batu bara oleh perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap [ PLTU ] Suralaya unit 1-8 di kota Cilegon Apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi masyarakat sekitar perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya unit 1-8 di kota Cilegon.

C. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis :

Sebagai kajian yang mendalam mengenai pelaksanaan pengelolaan limbah batu bara oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap [ PLTU ] Suralaya unit 1-8 dan perlindungan hukum bagi masyarakat sekitarnya, sehingga bisa dijadikan sebagai upaya pengembangan dibidang akademik.


(24)

2. Manfaat Praktis:

Sebagai saran bagi masyarakat sekitar perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap [PLTU] Suralaya unit 1-8 pada khususnya dan kantor perizinan di kota Cilegon serta pihak terkait dalam proses pemberian izin.


(25)

BAB II

A. Tinjauan Umum Tentang Perizinan Dan Pengelolaan Limbah Batu Bara 1. Pengertian Izin Dan Perizinan

Sulit memberikan definisi izin. Hal ini dikemukakan oleh Sjachran Basah. Perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendapat yang dikatakan Sjachran agaknya sama dengan yang berlaku di negeri belanda, seperti dikemukan Van Der Pot, Het is uiterst moelijk voor begrip vergunning een definite te vinden ( sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin itu). Hal ini disebabkan oleh para pakar tidak terdapat persesuain paham, masing-masing pakar melihat dari sisi-sisi yang berlainan terhadap obyek yang didefinisikannya. Sukar memberikan definisi bukan berarti tidak terdapat definisi, bahkan dikemukan sejumlah definisi yang beragam.5

Ultrecht memberikan pengertian izin (vergunning) sebagai berikut: bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning). Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah

5


(26)

untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undanga. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan / pembebasaan dari suatu larangan.

Ateng Syafudin mengatakan bahwa perizinan bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh. atau Als opheffing van een algemene verbodsregel in het concrete geval, (sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret).6

Izin adalah suatu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Dengan memberi izin, pemerintah mengarahkan untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dilarang dalam hal menyangkut pemberian izin. Izin merupakan ketetapan dari pemerintah agar suatu ketetapan menjadi sah, maka harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

a. Ketetapan harus dibuat oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk itu.

b. Ketetapan harus diberikan bentuk yang ditetapkan di dalam peraturan yang menjadi dasarnya dan pembuatannya juga harus memperhatikan cara membuat ketetapan itu , bilamana caranya ditetapkan dalam peraturan dasar tersebut.

6

Adria Sutedi, 2001, Hukum perizinan dalam sektor pelayanan publik, Sinar Grafik, Jakarta, hlm 170


(27)

c. Isi dan tujuan ketetapan harus sesuai dengan isi dan tujuan dasarnya.

Izin yang paling pokok bahwa suatu tindakan dilarang terkecuali diperkenankan, dengan tujuan untuk mengatur pihak yang mendapatkan izin agar tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penolakan izin hanya dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh penguasa tidak terpenuhi atau bila karena suatu alasan tidak mungkin member izin kepada semua orang yang memiliki kriteria. Prakteknya pemerintah mempunyai kebijakan untuk para pengusaha industri untuk mengajukan izin pembuangan limbah dengan mengacu pada ketentuan dalam tata cara pelaksanaan pemberian izin industri. Yang dalam pelaksanaanya masih terdapat ketentuan-ketentuan yang menurut kantor wilayah Departement Perindustrian masih memerlukan teknis lebih lanjut, yaitu mengenai:

1) Penyusunan berita acara pemeriksaan. 2) Penerapan sanksi pada perusahaan.

Petunjuk teknis tentang pelaksanaan hal-hal tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a) Penyusunan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dilakukan oleh pejabat Kanwil/Kandep untuk memastikan kesiapan perusahaan untuk memproduksi komersial dalam rangka penertiban Izin Usaha Tetap (IUT).


(28)

b) Ketentuan pelaksanaan acara pemeriksaan

Pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Pengertian izin dalam arti sempit adalah pengikatan aktifitas-aktifitas pada suatu peraturan izin yang pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai tujuan suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk.7 Tujuannya adalah untuk mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undangan yang seluruhnya tidak dianggap tercela, namun dimana penguasa dapat melakukan pengawasaan-pengawasaan. Hal yang pokok pada izin dalam arti sempit ialah suatu tindakan yang diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi setiap kasus. Jadi persoalannya bukan hanya memberi perkenaan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu yaitu dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan.

Berikut ini merupakan beberapa macam perizinan :

(1). Izin Peruntukan Lahan ( IPL )

(2). Izin Membangun Bangunan Bangunan ( IMBB )

7

Ultrecht, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Tinta Mas, Surabaya, hal 187


(29)

(3). Izin Gangguan HO

(4). Surat Izin Usaha Perdagangan ( SIUP )

(5). Tanda Daftar Industri Dan Tanda Daftar Produksi ( TDI )

(6). Izin Lokasi

(7). Tanda Daftar Tanah ( TDP )

(8) Izin Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum

(9). Izin Perubahan Penggunaan Tanah ( IPPT )

(10). Izin Usaha Hotel Dan Penginapan

(11). Izin Gangguan

(12). Izin Lingkungan

Berdasarkan pengertia di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama,

izin dapat dikatakan sebagai landasan hukum. Dapat dipahami, kegiatan tertentu memang tidak dapat dilakukan oleh warga masyarakat tanpa izin dari organ pemerintah yang berwenang. Kedua, izin umumnya dimuat berbagai hal, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Ketiga, izin sebagai keputusan yang merupakan instrumen perlindungan kepentingan baik itu kepentingan pemohon,


(30)

kepentingan pemerintah, maupun kepentingan lain.8 Jadi izin digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warga masyarakat agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan yang konkrit. Namun terkadang dapat disimpulkan dari konsiderans undang-undang atau penentuan yang mengatur izin tersebut, atau dapat pula dari sisi sejarah lahirnya undang-undang itu. Instrumen izin digunakan oleh penguasa pada sejumlah sektor kebijaksanaan penguasa dapat berdiri secara berdampingan dengan berbagai izin dengan motif sejenis. Bahwa didalam undang-undang kebijaksanaan penguasa banyak terjadi pengkhususan dari tujua-tujuan kebijaksanaan itu. Dengan demikian timbul berbagai bagian dari kebijaksanaan penguasa dengan sistem-sistem izin yang juga berdiri berdampingan didalamnya.

2. Perizinan Dalam Konteks Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara menurut Muchsan adalah hukum mengenai struktur kefungsian administrasi negara, sehingga dengan demikian hukum administrasi negara dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:9

a. Sebagai HAN, hukum yang mengenai operasi dan pengendalian kekuasaan administrasi, ataupun pengawasaan terhadap penguasa-penguasaa administrasi.

b. Sebagai hukum muatan administrasi, maka HAN merupakan hukum yang menjadi pedoman dalam penyelenggaran undang-undang.

8

Helmi, 2013, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, sinar grafika, Jakarta hal 83-84

9


(31)

Luas cakupan tugas pemerintah , maka hukum administrasi negara mencakup hal-hal diantaranya.10

1) Sarana–sarana (instrumen) bagi penguasa untuk mengatur, menyeimbangkan, dan mengendalikan berbagai kepentingan masyarakat.

2) Mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses penyusunan dan pengendalian tersebut, termasuk proses penentuan kebijakan.

3) Perlindungan hukum bagi warga masyarakat.

4) Menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintahan yang baik.

Cakupan hukum administrasi negara diatas dapat diketahui bahwa, tugas pemerintah dalam penyelenggaran negara maupun pemerintah adalah mengatur dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kedua tugas pemerintah tersebut didasarkan atas pengaruh konsep negara hukum modern yaitu welfare state yang selama ini dijadikan sebagai pedoman bagi penyelenggara pemerintahan yang digunakan oleh pemerintah untuk mensejahterakan warga masyarakat.

3. Fungsi Dan Tujuan Sistem Perizinan

Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai, penertiban dan sebagai fungsi pengatur, sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga memberikan ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Adrian Sutedi mengatakan,

10


(32)

sebagai pengatur dimaksudkan, agar usaha atau kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukan. 11

Perizinan memiliki beberapa fungsi, pertama, sebagai instrumen rekayasa pembangunan. pemerintah dapat membuat suatu regulasi dan keputusan yang memberikan insentif bagi pertumbuhan sosial ekonomi.12 Demikian juga sebaliknya, regulasi dan keputusan tersebut dapat pula menjadi penghambat bagi pembangunan. Perizinan adalah instrumen yang manfaatnya ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan sebagai sumber pendapatan, akan memberikan dampak negatif (disinsentif) bagi pembangunan.

Kedua, fungsi keuangan (budgetering), yaitu menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemberian izin dilakukan dengan kontraprestasi berupa retribusi perizinan. Negara mendapat kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya dibenarkan jika ada dasar hukum, yaitu undang-undang dan/atau peraturan daerah.13 Hal ini menjamin hak-hak dasar masyarakat mendapat pelayanan dari pemerintah. Tidak dirugikan akibat penarikan retribusi perizinan yang sewenang-wenang dan tidak memiliki dasar hukum. Pada sisi lain jika secara imperatif melalui peraturan perundang-undangan pemerintah telah mendapat mandat untuk

11

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, hal 193

12 Ibid.,

hlm 198


(33)

menarik retribusi perizinan, maka masyarakat juga tidak boleh menghindar untuk membayarnya.

Ketiga, fungsi pengaturan (reguleren), yaitu menjadi instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat,14 Sebagaimana prinsip pemungutan pajak, perizinan dapat mengatur pilihan-pilihan tindakan dan perilaku masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan untuk pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, tata ruang, dan aspek strategis lain, prosedur dan syarat yang harus ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan harus pula dengan pertimbangan-pertimbangan strategis. Harus ada keterkaitan antara tujuan pemberian perizinan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam izin. Izin bertujuan untuk mengendalikan kegiatan masyarakat. Sistemnya adalah bahwa undang-undang melarang suatu tindakan tertentu yang saling berhubungan, larangan ini dimaksudkan secara mutlak namun untuk dapat bertindak dan mengeluarkan izin, khususnya dengan menghubungkan peraturan-peraturan pada izin tersebut.15

Beberapa tujuan-tujuan perizinan, yaitu :

a. Keinginan mengarahkan / mengendalikan aktifitas-aktifitas tertentu ( contohnya izin pembangunan );

b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (contohnya izin lingkungan); c. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu ( contohnya izin terbang);

14 Ibid.

, hal 200

15

Philip M.Hadjone, 2006, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 126


(34)

d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit jumlahnya ( izin penghuni didaerah padat penduduk);

e. Pengarahan tenaga dengan menyeleksi orang-orang dan aktifitas (izin

berdasarkan “ drank en horecawet“, dimana pengurus harus memenuhi syarat

-syarat tertentu.

Tujuan perizinan menurut Ten Berge, yaitu pertama, alokasi sumber daya alam. Adakalanya kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sumber daya jumlahnya sangat terbatas. Apabila ada warga masyarakat yang membutuhkan hal tersebut maka kesempatan yang adapun terbatas. Pemerintah memandang hal yang demikian perlu ditanggapi secara tepat. Kedua, mengarahkan aktivitas-aktivitas. Izin dapat ditujukan untuk pengarahan dengan menyeleksi orang dan aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan oleh warga masyarakat.16

4. Unsur – Unsur Perizinan

Beberapa unsur yang termuat didalam perizinan antara lain : a. Instrument Yuridis

Tugas kewenangan pemerintah dalam Negara hukum modern adalah menjaga ketertiban dan keamanan ( rust en orde I ). Tidak kalah pentingnya juga adalah mengupayakan kesejahteraan umum (besturjong).17 Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan

16

Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Dalam Perizinan: Problem Dan Upaya Pembenahan, Grasindo, Jakarta, hal 11

17


(35)

tugas penting dalam negara hukum. Dalam rangka melaksanakan tugas ini, pemerintah diberikan wewenangan dalam bidang pengaturan, melalaui fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrument yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret yang dituangkan dalam bentuk ketetapan ( beschiking ).

Sesuai dengan sifatnya, ketetapan ini merupakan ujung tombak dari instrument hukum yang menyelenggarakan pemerintah.

b. Peraturan Perundang – Undangan

Pemerintah dalam memperoleh wewenang untuk mengeluarkan izin adalah ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dalam perizinan tersebut. Akan tetapi dalam penerapanya, menurut Marcus Lukman, Kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat deskresionaire power atau berupa kewenangan bebas, dalam arti pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin tersebut misalnya tentang:18

1) Kondisi-kondisi yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada pemohon.

2) Hal mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut.

18


(36)

3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan permohonan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Prosedur yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat sesudah serta pada saat ketetapan izin diberikan baik penerimaan ataupun penolakannya.

c. Organ pemerintahan

Organ pemerintah adalah instansi yang berwenang menjalankan urusan pemerintah. baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Menurut Sjachran Basah, dari penulusura berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintah dapat diketahui mulai administrasi negara tertinggi hingga yang terendah berwenang memberikan izin. Sedangkan menurut N.M Spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M Ten

Berge, “ keputusan yang memberikan izin harus diambil oleh organ yang

berwenang “.19

d. Peristiwa Konkrit

Izin merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkrit adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu.20

19

Ibid hal 214

20


(37)

e. Prosedur Dan Persyaratan

Pemohon izin harus menempuh prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebagai pihak pemberi izin. Selain untuk menempuh prosedur yang telah ditetapkan pemerintah, pemohon izin harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah tersebut sebagai pemberi izin. Meskipun penentuan prosedur dan persyaratan secara sepihak oleh pemerintah, tidak dibenarkan pemerintah membuat dan menentukan dengan kehendaknya sendiri secara sewenang-wenang tanpa memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar izin tersebut.

5. Syarat Sah Perizinan

Perizinan adalah merupakan suatu ketetapan yang dikeluarkan oleh aparatur pemerintah, agar menjadi suatu ketetapan yang sah, maka harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :

a. Ketetapan harus dibuat oleh organ yang mempunyai kekuasaan untuk itu. b. Ketetapan tidak boleh mempunyai kekurangan yuridis.

c. Ketetapan harus diberi bentuk yang ditetapkan didalam peraturan yang menjadi dasarnya dan pembuatannya harus juga memperhatikan cara membuat ketetapan itu, bilamana caranya ditetapkan dalam peraturan dasar tersebut.


(38)

6. Sanksi Administratif Dalam Perizinan

Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari kekuasaan pemerintah

( bestuur ) sehingga seringkali penegakan Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai penerapan alat kekuasaan sebagai reaksi atas pelanggaran norma hukum administrasi negara. Kaitanya dengan pelanggaran norma hukum maka seringkali dikaitkan dengan sanksi. Jika seorang tidak memenuhi kewajiban yang berasal dari suatu hubungan hukum, maka seorang tersebut dapat dikenakan sanksi karena kelalaiannya. Sanksi merupakan bagian penutup yang penting didalam hukum. Salah satu sanksi yang dapat diterapkan terhadap suatu pelanggaran atas peraturan perundang-undangan adalah sanksi administrasi. Sanksi ini merupakan suatu bentuk pemaksaan dari administrasi negara (pemerintah) terhadap warga negara dalam hal adanya perintah-perintah, kewajiban-kewajiban, atau larangan-larangan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh administrasi negara (pemerintah) termasuk didalamnya peraturan perundang-undangan bidang perizinan. Sanksi administrasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggar perizinan yaitu :

a. Paksaan Pemerintah (Bestuursdwang)

Paksaan pemerintah merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ pemerintah untuk memindahkan, menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan atau yang sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.


(39)

b. Penarikan Kembali (Putusan) Yang Menguntungkan

Penarikan kembali putusan yang menguntungkan dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku kembali ketetapan yang terdahulu.

c. Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)

Sanksi ini untuk mengganti sanksi bestuurdwang apabila secara praktis

bestuurdwang sulit dijalankan. d. Pengenaan Denda Administratif

Sanksi yang berupa kewajiban membayar sejumlah uang dikarenakan melanggar ketentuan yang ada sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tinjauan Umum Pengelolaan Limbah Dan Limbah 1. Pengertian Limbah

Undang – Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Limbah ( waste ) sebagaimana dibunyikan dalam undang –undang dari undang-undang pokok yang mengatur lingkungan yang dilanjutkan dengan peraturan perundang-undangan pelaksanaanya yang menspesifisikan pada karakteristik limbah itu sendiri bahwa Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Penegertian dalam Pasal 21 bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan atau komponen lain yang karena sifat,


(40)

konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak linkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidip, kesehatan, serata kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Berdasarkan Pasal 22 Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Berdasarkan karakteristiknya limbah terdiri dari unsur cair, padat, gas dan partikel dan para ahli lingkungan dewasa ini menekankan pada beberapa pembahasaan terkait limbah cair, padat, gas dan partikel 21

Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2014 tentang Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Limbah merupakan suatu barang atau benda buangan sisa dari sebuah proses kegiatan produksi dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut peraturan pemerintah Nomor 101 Tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.22

Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (PP RI No 101 Tahun 2014 Pasal 1). Yang dimaksud sisa suatu

21

Achmad Faisal, 2016, Hukum Lingkungan, Liberti, Yogyakarta, hal 16

22

Pasal 1 ayat 2 PP Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun


(41)

kegiatan adalah sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, rumah sakit, industri, pertambangan dan kegiatan lain. Limbah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna.

Kegiatan pembangunan berkelanjutan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan dibidang industri. Pembangunan dibidang industri tersebut disatu pihak akan menghasilkan limbah. Diantara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut adalah limbah bahan berbahaya dan beracun atau yang lebih dikenal dengan Limbah B3.23

Terdapat perbedaan pengertian antara limbah dan limbah B3. Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi, yang dimaksud dengan sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi yang dihasilkan, sedangkan limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ini antara lain adalah bahan baku yang bersifat kemasan.24

23

Djatmiko, Margono, Wahyono, 2000, Pendayahgunaan Industrial waste Management, PT Citra Aditiya Bakti, Bandung.

24Ibid,.


(42)

Salah satu dari pelaksanaan pembangunan adalah proses industri dimana dalam proses itu menghasilkan limbah yang akan mengakibatkan pencemaran. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah lingkungan yang cukup serius karena presentasinya cukup besar dibandingkan masalah-masalah lingkungan yang lainnya. Hal ini terjadi karena sebagian besar kegiatan manusia menyisakan limbah yang potensial menimbulkan pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup. Pengendalian lingkungan akibat pencemaran menjadi masalah yang perlu ditanggulangi demi kemajuan dalam pembangunan.

Peristiwa pencemaran pada dasarnya mempunyai beberapa komponen pokok untuk dapat disebut sebagai pencemaran, yaitu :

a. Lingkungan yang terkena adalah lingkungan hidup manusia. b. Yang terkena dampak negatif adalah manusia.

c. Di dalam lingkungan tersebut terdapat bahan bangunan yang juga disebabkan oleh aktifitas manusia.

Penyebab yang paling mendasar tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah. Limbah dalam konotasi sederhana dapat diartikan sebagai sampah, limbah atau dalam bahasa ilmiahnya disebut juga dengan polutan yaitu setiap benda zat ataupun organisme hidup yang masuk kedalam suatu tatanan alami dan


(43)

kemudian mendatangkan perubahan-perubahan yang negatif terhadap tatanan yang dimasukinya.25

Limbah pada dasarnya tidak dapat dibuang dengan begitu saja ke lingkungan, tetapi harus melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga mengurangi bahaya pencemaran, ini berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan hidup .

Pengolahan limbah secara formal adalah sisa suatu usaha dan kegiatan industri. Limbah digolongkan berdasarkan nilainya, yaitu :

1)Limbah yang memiliki nilai ekonomis adalah limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah.

2)Limbah yang tidak memiliki nilai ekonomisnya adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah proses pembuangan limbah itu sendiri.

Limbah adalah hasil dari buangan industri yang kalau dalam proses pembuangannya tidak memperhatikan lingkungan dapat mengganggu lingkungan lainnya. Pencemaran lingkungan dapat mengganggu kesehatan manusia. Oleh karena itu perlindungan terhadap bahaya pencemaran dan pengrusakan lingkungan memerlukan suatu perhatian khusus baik pihak masyarakat maupun pemerintah.

25

Haryanto Polar, 1994,Pencemaran Dan Toksiklogi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta, hal 10


(44)

2. Pengertian Pengolahan Limbah

Bahaya yang sering menjadi ancaman dalam melestarikan lingkungan, baik yang disebabkan karenan kegiatan manusia maupun oleh proses alam yang berakibat lingkungan rusak atau tidak berfungsi lagi. Selain itu dampak dari adanya pengerusakan dan pencemaran lingkungan dapat menyebabkan ekosistem suatu lingkungan dari suatu ekosistem tersebut menurun.26

Pengertian antara pencemaran dan pengerusakan lingkungan hidup, seringkali orang menyamakan pengertian keduanya, padahal antara kedua pengertian tersebut terdapat perbedaan. Dalam hal ini undang-undang secara jelas memberikan perbedaan atara keduanya, Khususnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).

Pasal 1 ayat (14) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menjelaskan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya makluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.

Berdasarkan perngertian di atas maka dapat disimpulkan adanya unsur-unsur pencemaran lingkungan, yaitu sebagai berikut:

26Abdurahman, 1986, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Citra Aditia Bakti, Bandung,


(45)

a. Masuknya atau dimasukinya zat pencemar kedalam lingkungan; b. Berubahnya tatanan lingkungan;

c. Adanya kegiatan manusia; d. Adanya proses alam;

e. Turunya kualitas lingkungan;

f. Timbulnya akibat berupa kurangnya atau tidak dapatnya lingkungan berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran lingkungan merupakan dampak negatif akibat kegiatan industri, untuk itu perlu dilakukannya upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran agar pelaksanan pembangunan dapat mencapai sasaran yang telah digariskan. Pencegahan pencemaran lingkungan lebih diupayakan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pencemaran, sedangkan penanggulangan merupakan upaya yang dilakukan karena pencemaran itu telah terjadi.

Proses pembangunan pada umumnya aspek lingkungan hidup kurang diperhatikan, sehingga baru disadari kemudian adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan yang merugikan baik untuk kehidupan masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Perusakan lingkungan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (19) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menjelskan bahwa pengrusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayati yang mengakibatkan


(46)

lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan adanya unsur-unsur pengrusakan lingkungan sebagai berikut:

1) Adanya suatu tindakan manusia Terjadinya perubahan terhadap sifat fisik. 2) lingkungan dan sifat hayati lingkungan.

3) Timbulnya akibat berupa kurangnya atau tidak dapatnya lingkungan berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.

Perbedaan antara pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup tersebut tidak terlalu mendasar, karena setiap orang yang melakukan pengrusakan lingkungan maka dengan sendirinya orang tersebut telah melakukan pencemaran dan sebaliknya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh lingkungan akibat perbuatan tersebut. Secara umum pencemaran lingkungan dapat berbentuk pencemaran udara, penceran air, pencemaran tanah dan kebisingan. Setiap pencemaran tersebut berdasarkan dari sumber tertentu. Sumber ini penting karena merupakan pilihan pertama untuk melenyapkan pencemaran dan pengrusakan lingkungan secara nyata merupakan akibat pencemaran itu, tetapi ada hal yang mengotori atau mengubah susunan lingkungan, kadangkala tidak dimasukan pencemar kecuali kalau pengaruh jelek terhadap lingkungan.


(47)

Salah satu yang dapat memberikan dampak untuk perbaikan atau mengurangi kerusakan lingkungan hidup adalah dengan cara mengelola limbah dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga kerusakan lingkungan dapat di minimalisir kerusakanya. Dalam hal pengelolaan limbah harus juga memperhatikan pembuangan limbah hasil dari suatu kegiatan industri, perizinan sangat berperan penting dalam hal membina, mengarahkan, dan mengawasi suatu kegiatan industri agar melakukan kegiatan industrinya sesuai dengan peraturan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Peran hukum pada era pembangunan ini adalah sebagai sarana penunjang yang berfungsi sebagai sarana pengawas dan pengaman pelaksanaan pembangunan.27

Peraturan yang mengatur tentang pembuangan limbah industri telah diatur secara khusus didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada pasal 20 UUPLH ini menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembuangan limbah diantaranya adalah :

a) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.

b) Setiap orang dilarang membuang limbah yang berasal dari luar wilayah Indonesia kemedia lingkungan hidup Indonesia.

27


(48)

c) Kewenangan menerbitkan atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada menteri.

d) Pembuangan limbah kemedia lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi pembuangan yang ditetapkan oleh menteri.

e) Ketentuan pasal ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan tersebut menerangkan bahwa suatu usaha dan/atau suatu kegiatan usaha akan menghasilkan limbah, yang harus diperhatikan pembuangannya agar tidak menimbulkan pencearan lingkungan hidup, tentunya dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah . Maka dalam hal ini wewenang pemerintah untuk menentukan, menerbitkan atau menolak izin yang ada pada menteri perlu didelegasikan ke pemerintah daerah, demikian pula tentang lokasi pembuangan. Disamping itu dalam mengeluarkan atau memberikan izin harus selektif kepada para pengusaha industri. Sehingga hal tersebut dapat mencegah terjadinya pelanggaran atau penyalahgunaan terhadap ketentuan izin yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Pengusaha industri harus mengetahui persyaratan perundangan dan peraturan yang relevan.28

28


(49)

3. Jenis Dan Macam Limbah

Didasarkan pada asalnya, limbah dikelompokan menjadi 2 yaitu :

a. Limbah Organik Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang bersifat organik seperti dari krgiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami.

b. Limbah Anorganik limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diuraikan dan tidak dapat perbaharui. Dan air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, seperti garam anorganik dan asam anorganik.

Jika dikelompokan berdasarkan sumbernya limbah dikelompokan menjadi 3 yaitu:

1) Limbah pabrik

Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar gas yang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya (Mandi, Cuci, Kakus) MCK dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.


(50)

2) Limbah rumah tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.

3) Limbah industri

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan mahluk hidup lainnya termasuk juga manusia.

Berdasarkan karakteristiknya limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu29 a) Limbah Cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air rikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian

29

Http://haeranisuryadia.blogspot.co.id/2012/11/Macam-Macam-Limbah.html di akses Rabu 28 september 2016, pukul 20:00


(51)

diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:

(1) pengolahan secara fisika. (2) pengolahan secara kimia. (3) pengolahan secara biolog.


(52)

Ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada30 :

(a) Sifat Fisika dan Sifat Agregat. Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik.

(b) Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA.

(c) Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol.

(d) Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD). (e) Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN.

(f) Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik. (g) Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA.

b) Limbah Padat.

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur.

Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi

30


(53)

dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.

c) Limbah Gas Dan Partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.


(54)

d) Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Limbah dapat digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Limbah ini dikenal dengan limbah B3, karena semua jenis limbah baik limbah padat, limbah cair, dan limbah gas, bisa masuk kedalam golongan limbah B3, karena pada dasarnya sebuah limbah dikategorikan sebagai limbah B3 bila limbah itu mengandung bahan berbahaya dan beracun yang memiliki sifat baik secara langsung ataupun tidak langsung bisa merusak atau mencemari lingkungan hidup serta bisa membahayakan kesejahteraan manusia.

Jenis kegiatan pengelolaan limbah B3 yang wajib dilengkapi dengan izin terdiri atas kegiatan ;31

(1) Pengangkutan;

31

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009, Tentang Tata Cara Perizinan Pnegelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.


(55)

(2) Penyimpanan sementara; (3) Pengumpulan;

(4) Pemanfaatan (5) Pengolahan (6) Penimbunan

Izin pengelolaan limbah B3 yang selanjutnya disebut izin adalah keputusan tata usaha negara yang berisi persetujuan permohonan untuk melakukan pengelolaan limbah B3 yang diterbitkan oleh mentri,Gubernur, atau Bupati /Walikota.32

Proses pembangunan pada umumnya aspek lingkungan hidup kurang diperhatikan, sehingga baru disadari kemudian adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan yang merugikan baik untuk kehidupan masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Perusakan lingkungan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (19) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menjelskan bahwa pengrusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik adan atau hayati yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.


(56)

C. Tinjauan Umum Tentang Batu Bara 1. Pengertian Batu Bara

Istilah batu bara berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu coal bahasa belanda, yaitu kolem, sedangkan bahasa jerman disebut dengan kohle. Pengertian batu bara dapat disajikan bedasarkan rumusan yang tercantum dalam undang-undang dan ahli. Dalam pasal 1 angka 3 dan Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan Mineral dan Batu Bara telah dirumuskan pengertian batu bara. Batu bara adalah “ Endapan senyawa organik karbon yang berbentuk secara alamiah dari sisa tumbuhan-tumbuhan”.33

Konstruksi batu bara dapat dilihat dari proses terbentuknya atau terjadinya batu bara. Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah membatu melalui

oksidasi (penggabungan). Hasil akhirnya adalah zat keras hitam yang mengeluarkan karbon dioksida ketika dibakar. Batu bara saat ini adalah zat yang paling banyak digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas.34

Pengertian batu bara ditemukan dalam kamus besar bahasa indonesia. Batu bara adalah “Arang yang diambil dari dalam tanah yang berasal dari tumbuhan darat, tumbuhan air dan sebagainya yang telah menjadi batu”. Dalam definisi ini batu bara dikonstruksikan sebagai arang. Arang yaitu bahan bakar yang hitam

33

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

34

Salim, Haji, 2014, Hukum pertambangan mineral dan batubara, sinar grafika, Jakarta, hal 40


(57)

warnanya. Sumber batu bara ini, yaitu dari tumbuhan darat, tumbuhan air, dan sebagainya. Batu bara dibagi dua macam, yaitu:

a. Batu bara muda. Batu bara ini kandungan airnya tinggi, tetapi kandungan karbonnya rendah; dan

b. Batu bara tua. Batu bara ini nilai kalornya (bentuk tenaga atau panasnya) sangat tinggi.35

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral Dan Batu Bara

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak sumber daya alam. Sumber daya alam itu, ada yang dapat diperbaharui dan ada juga yang tidak dapat diperbaharui, sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti ems, tembaga, perak, batu bara, intan, mangan, dan lainnya. Sumber daya alam tersebut dalam peraturan perundang-undangan dan berbagai kepustakaan disebut dengan mineral dan batu bara. Sumber hukum pertambangan mineral dan batu bara yang utama berlaku di indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. yang menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan.36

Undang-Undang ini mempunyai tujuan untuk berupaya mengurus, mengendalikan, dan merumuskan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan

35Ibid

., hal 41

36


(58)

pertambangan mineral dan batu bara. Sementara itu, tujuan pengelolaan mineral dan batu bara telah ditegaskan dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.37 Tujuannya adalah :

a. Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, dan bersaing;

b. Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batu bara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

c. Menjamin tersedianya mineral dan batu bara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber sebagi bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;

d. Mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing ditingkat nasional, regional, dan internasional;

e. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat; dan f. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaran kegitan usaha

pertambangan mineral dan batu bara.

37

Pasal 3 Tujuan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan atubara


(59)

D. Tinjauan Umum Pembangkit Listrik Tenaga Uap 1. Pembankit Listrik Tenaga Uap

Pembangkit Listrik Tenaga Uap [ PLTU ] adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik tenaga uap ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. PLTU pada umumnya menggunakan bahan bakar minyak dan batu bara.38 PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga thermal yng banyak digunakan, karena efesiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. PLTU yang menggunakan bahan bakar minyak memiliki gas buang yang relatif bersih dibandingkan dengan PLTU yang menggunakan bahan bakar batu bara.

2. Manfaat Pembangkit Listrik Tenaga UAP (PLTU)

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara memiliki dua reputasi yang saling bertolak belakang. Disatu pihak PLTU batu bara mempunyai reputasi baik karena mampu memproduksi listrik dengan biaya paling murah dibandingkan sistim pembangkit listrik lainnya. Biaya operasi PLTU batu bara kurang lebih 30 persen lebih rendah dibandingkan sistim pembangkit listrik

38

Https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Uap, diakses hari Rabu,23 maret, 2016 pukul 21:00


(60)

yang lain. Namun disisi lain PLTU batu bara juga mempunyai reputasi buruk karena merupakan sumber pencemar utama terhadap atmosfer kita.

Selama ini reputasi bahan bakar fosil, terutama batu bara, memang sangat buruk apabila dikaitkan dengan masalah pencemaran lingkungan seperti yang baru-baru ini terjadi di cilacap terkait dengan flay ash batu bara yang beterbangan kerumah penduduk disekitar penampungan flay ash batu bara. Walaupun stasiun pembangkit listrik batu bara saat ini telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap pembakaran batu bara, namun hal yang harus sangat diperhatikan adalah senyawa-senyawa seperti SOx dan NOx yang berbentuk gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Kedua gas tersebut dapat bereaksi dengan uap air yang ada di udara sehingga membentuk H2SO4 (asam sulfat) dan HNO3 (asam nitrat). Keduanya dapat jatuh bersama-sama air hujan sehingga mengakibatkan terjadinya hujan asam. Berbagai kerusakan lingkungan serta gangguan terhadap kesehatan dapat muncul karena terjadinya hujan asam tersebut.39

Fenomena hujan asam sebetulnya sudah dikenali oleh para pemerhati lingkungan sejak tahun 1950-an. Namun masalahnya menjadi bertambah parah seiring dengan semakin meningkatnya permintaan energi listrik yang disuplai melalui PLTU batu bara. Masalah hujan asam mungkin akan merupakan masalah

39


(61)

lingkungan jangka panjang yang teramat serius. Hujan asam bisa juga menjadi isu politik besar terutama karena sumber asal dan para korbannya sering berada ditempat yang berbeda. Bahan pencemar NOx dan SOx dapat bergerak terbawa udara hingga ratusan bahkan ribuan kilometer, mencapai lintas batas antar negara.

Keadaan udara bersih, air hujan bersifat agak asam dengan derajad keasaman (pH) 5,6. Penyebab keasaman ini adalah adanya senyawa carbon dioksida (CO2), suatu senyawa alamiah penyusun udara yang dalam air hujan membentuk asam lemah. Senyawa ini dikeluarkan baik oleh manusia, hewan maupun tanaman melalui sistim pernafasan. Air hujan dikatagorikan sebagai asam apabila nilai pH-nya dibawah 5,6. Air untuk konsumsi manusia harus memiliki nilai pH antara 6-9. Asam dalam air hujan menambah kemampuan air itu untuk melarutkan dan membawa lebih banyak logam-logam berat keluar dari tanah, seperti merkuri (Hg) dan aluminium (Al). Air asam ini juga dapat melarutkan tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dari pipa-pipa logam untuk menyalurkan air. Peristiwa ini tentu saja akan menggganggu persediaan air untuk konsumsi manusia. Air dengan pH 5 menyebabkan beberapa ikan tidak mampu berkembang biak. Pada pH sekitar 4,5, ikan lenyap dari perairan. Sedang pada pH 4, perairan menjadi tanpa kehidupan. Pada pH mendekati 3, daun tanaman menjadi rusak.40 Di berbagai belahan dunia, manusia mulai semakin menyadari perlunya menyelamatkan lingkungan hidup. Tindakan-tindakan protektif kini sedang

40


(62)

digiatkan untuk melindungi sumber-sumber alam yang tak ternilai harganya ini dari kehancuran total.

Dewasa ini manusia diberbagai belahan dunia mulai sadar akan perlunya menyelamatkan lingkungan dengan cara mereduksi maupun menjinakkan polutan-polutan yang terlepas ke lingkungan. Beberapa negara maju telah mengeluarkan peraturan sangat ketat dan menanamkan investasi cukup besar dalam rangka mengurangi polusi udara dari gas buang. Untuk penyelesaian jangka panjang, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menghindari terjadinya hujan asam adalah dengan menghentikan sumber hujan asam tersebut.

Maksud dan Tujuan adalah untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah dibidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian hukum normatif empiris dimana data yang diperoleh berasal dari penelitian lapangan serta penelitian kepustakaan.

2. Sumber Data

a.Data Primer, yaitu sumber Data yang berupa fakta-fakta empiris sebagai perilaku maupun hasil perilaku manusia. Baik dalam bentuk perilaku verbal perilaku nyata, maupun perilaku yang terdokumentasi dalam berbagai hasil perilaku atau catatan catatan (arsip).

b. Data Sekunder, data sekunder yaitu merupakan bahan hukum dalam penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum.41 Dalam penelitian ini data sekunder meliputi

1) Bahan Hukum Primer :

a) Undang-Undang Dasar 1945.

41

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 280.


(64)

b)Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup ( UU No 32 Tahun 2009 ).

c) Undang-Undang Mineral dan Batu bara (UU Nomor 4 Tahun 2009). d)Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014

Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya Dan Beracun.

e) Peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan penelitian 2) Bahan Hukum Sekunder

a) Buku Mineral Dan Batu bara b)Buku Tentang Lingkungan

c) Arsip, Literatur, Dokumen Yang Berkaitan Dengan Materi Penelitian. 3) Bahan Hukum Tersier

a) Kamus Hukum

b)Kamus Umum Bahasa Indonesia 3. Teknik Pengambilan Data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini akan diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan narasumber dan responden dengan menggunakan pedoman wawancara


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan pengelolaan limbah tidak dapat berjalan apabila suatu usaha pengelolaan limbah belum dikeluarkanya izin lingkungan dan izin pengelolaan limbah. UU No 32 Tahun 2009 sebagai peraturan perundang-undangan memang tidak seluruhnya menjelaskan tentang Pengelolaan limbah. Namun lebih berkitan dengan masalah hak dan kewajiban dari seluruh komponen masyarakat dan pemerintah. Dalam dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam hal ini berupa pengelolaan limbah B3. PP No 101 Tahun 2014 yang lebih merinci tentang pengelolaan limbah.

Perusahaan PLTU Suralaya Unit 1-8 dalam proses produksi listrik menghasilkan limba berupa limbah fly ash dan limbah botom ash yang secara karakteristik dapat dikategorikan sebagai limbah B3. PLTU Suralaya sudah memperoleh izin-izin yang diperlukan untuk mengelolah limbahnya yaitu izin lingkungan dan izin pengelolaan limbah. Dalam proses pengelolaan limbahnya jika mengacu pada UU No 32 Tahun 2009 Perusahaan PLTU Suralaya sudah mengikuti Prosedural pengelolaan limbah yang benar. Dengan demikian Perusahaan PLTU Suralaya dalam hal pengelolaan limbah sudah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang ada.


(2)

2. Perlindungan Hukum bagi masayarakat sekitar sebenarnya telah diatur dalam Undang- Undang No 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 65 UU PPLH telah memberikan pengaturan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Tetapi kenyataan nya perusahaan PLTU banyak melakukan pelanggar terhadap masayarakat sekitar.

B. SARAN

1. Meskipun Pengelolaan limbah oleh PLTU Suralaya sudah sesuai prosedur peraturan perundang-undangan akan tetapi lebih baiknya dalam proses pengelolaannya diteliti kembali terutama mesin alat yang digunakan untuk mengelola limbah agar tidak ada lagi kesalahan dalam pengelolaannya mengingakt limbah yang dihasilkan adalah limbah B3 yang berupa abu yang


(3)

sangat berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan, baik perusahan dan aparatur pemerintah lebih mengawasi lagi, sehingga dengan pengawasan yang ketat diharapkan tidak ada lagi kesalahan dalam pengelolaan limbah perusahaan, dan untuk masyarakat yang terkena dampak langsung ataupun masyakata yang berada disekitaran perusahaan agar tidak ragu untuk melaporkan jika terdapat temuan perusahan yang secara jelas mengakibatkan dampak dan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan.

2. yang terpenting adalah bagi perusahan PLTU Suralaya, penulis berharap agar perusahan lebih menjaga kelestarian lingkungan, dan memberikan suatu jaminan yang lebih pasti kepada masyarakat sekitar perusahan yang terkena dampak langsung akibat adanya perusahan PLTU Suralaya. dan untuk masyarakat yang terkena dampak langsung ataupun masyakata yang berada disekitaran perusahaan agar tidak ragu untuk melaporkan jika terdapat temuan perusahan yang secara jelas mengakibatkan dampak dan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU- BUKU

Abdurahman, 1986, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Citra Adittia Bandung.

Achmad Faisal, 2016, Hukum Lingkungan, Liberti, Yogyakarta,

Adria Sutedi, 2010, Hukum perizinan dalam sektor pelayanan publik, jakarta: Sinar Grafik, Jakarta.

Djatmiko, Margono, Wahyono, 2000, Pendayahgunaan Industrial waste Management, PT Citra Aditiya Bakti, Bandung.

Harun M.Husein,1995, Lingkungan Hidup, Bumi Aksara, Jakarta.

Haryanto Polar, 1994, Pencemaran Dan Toksiklogi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta.

Helmi, 2013 hukum perizinn lingkungan hidup . sinar grafika, Jakarta.

Muchsan, 1882, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, 1882, liberty, Yogyakarta.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Otto Soemarwoto, 1994, Ekologi Lingkungan dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.

Philip M.Hadjone, 2006, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Pramudaya Sunu, 2001, Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan , Grasindo, Jakarta.

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT Rajawali Pers, Jakarta. Salim,Haji, 2014, Hukum Pertambangan Mineral Dan Batubara, Sinar


(5)

Ultrecht, 1957, pengantar dalam hukum indonesia, Ichtiar, Jakarta.

---, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,Tinta Mas, Surabaya.

Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Dalam Perizinan: Problem Dan Upaya Pembenahan, Grasindo, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang–undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara

Pearaturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya Dan Beracun

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009, Tentang Tata Cara Perizinan Pnegelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. ANDAL. PT Indonesia Power Unit Pembangkit Listri Suralaya, Rencana

Pembangunan PLTU dalam rangka pengembangan PLTU Suralaya. ADENDUM, 2015, Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga

Uap, Rencana Pembangunan PLTU 1 Banten, dan Fasilitas Penunjangnya, Banten.

C. INTERNET

http://tractor-truck/brita/1411-pabrik-limbahbatubara-segera-dibangun-di kim.html, diakses 12 februari 2016.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12835-Paper, Diakses hari Rabu, 20 maret, 2016 pukul 21:00

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_uap, Diakses hari Rabu,23 maret, 2016 pukul 21:00


(6)

http://teguhadipoernomo.blogspot.co.id, di akses pada hari selasa 20 Agustus 2016

http://haeranisuryadia.blogspot.co.id/2012/11/macam-macam-limbah.html, di akses rabu 28 september 2016, pukul 20:09