Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo Muticus Linnaeus, 1766) Di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran

PENGEMBANGAN EKOWISATA MERAK HIJAU (Pavo
muticus Linnaeus, 1766) DI RESORT LABUHAN MERAK
TAMAN NASIONAL BALURAN

BERTY FATIMAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Resort Labuhan Merak,
Taman Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Berty Fatimah
NIM E34110046

ABSTRAK
BERTY FATIMAH. Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus
Linnaeus, 1766) di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran. Dibimbing
oleh HARNIOS ARIEF dan TUTUT SUNARMINTO.
Merak Hijau merupakan salah satu satwa liar yang terdapat di Taman
Nasional Baluran (TNB), memiliki bentuk morfologi yang indah serta perilaku
yang unik. Habitat merak hijau di Resort Labuhan Merak memiliki lansekap alam
yang potensial untuk dijadikan daya tarik ekowisata. Tujuan utama dari penelitian
ini adalah untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan ekowisata merak
hijau di Resort Labuhan Merak TNB berdasarkan aspek permintaan dan aspek
penawaran. Penelitian dilakukan di Bilik dan Air Karang Resort Labuhan Merak,
TNB pada bulan Febuari – Maret 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui

observasi lapang, penyebaran kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Alternatif
strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat
dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat sekitar, menyusun desain teknis dan
paket ekowisata merak hijau, meningkatkan mutu sumber daya manusia,
meningkatkan sarana penunjang dan promosikan Resort Labuhan Merak melalui
berbagai media promosi.
Kata kunci: ekowisata, merak hijau, strategi pengembangan, taman nasional

ABSTRACT
BERTY FATIMAH. Ecotourism Development of the Green Peafowl (Pavo
muticus Linnaeus, 1766) in the Resort Labuhan Merak Baluran National Park.
Supervised by HARNIOS ARIEF and TUTUT SUNARMINTO.
Green pefowl is one of wild animal in Baluran National Park, it has
beautiful morphological shape with unique behaviour. The habitat of green
pefowlin Baluran National Park owns natural landscape which is potential to be
ecotourism interest. The main goal of this research is to formulate an alternative
development strategy of green pefowl ecotourism in Baluran National Park based
on demand and supply aspects. This research is applied in Bilik and Air Karang
Labuhan Merak Resort, Baluran National Park on February – March 2015. Data
collection is applied by field observation, distributing questionnaires, interview

and literature study. Alternative development strategy of green pefowl ecotourism
in Baluran National Park is applied by empowering local people, creating
technical design and green pefowl ecotourism package, increasing human
resource quality, increasing supporting facility and promoting Labuhan Merak
Resort via various kinds of promoting media.
Keyword: ecotourism, green peafowl, national park, strategy development

PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI PANTAI
BILIK DAN SEJILE RESORT LABUHAN MERAK
TAMAN NASIONAL BALURAN

BERTY FATIMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766)
pada bulan Februari – Maret 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Harnios Arief M ScF dan
Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto M Si selaku pembimbing skripsi, pihak Resort
labuhan Merak, TNB yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian,
Kepala Resort Labuhan Merak, Outsourcing Resort labuhan Merak yang telah
membantu dan membimbing dalam pengumpulan data lapang. Terima kasih
kepada Bapak (Mohamad Farid), Ibu (Yulistiana Dewayani), Ma’e (Hj. Haniyah),
kedua adik saya (Muhammad Adam Yourdan dan Fakhri Syuhada), dan seluruh
keluarga atas kasih sayang dan dukungan dalam bentuk moril maupun meteril.
Terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, keluarga besar KSHE 48, tim PKLP Taman Nasional

Baluran, dan Himakova atas segala bentuk bantuannya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2015

Berty Fatimah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pemikiran

2


METODE

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Alat dan Obyek

4

Metode Penelitian

4

Pengumpulan Data

4


Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Merak Hijau

8

Potensi Ekowisata Merak Hijau

13


Pengunjung Potensial Ekowisata Merak hijau

13

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Merak Hijau

15

Rencana Pengembangan Ekowisata Merak Hijau

16

Pengembangan Ekowisata Merak Hujau

16

SIMPULAN DAN SARAN

23


Simpulan

23

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

24

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5

Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak
Karakteristik pengunjung TNB
Preferensi pengunjung terhadap merak hijau
Prferensi pengunjung terhadap merak hijau
Matrik SWOT strategi pengembangan ekowisata merak hijau

7
14
14
15
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata merak hijau
Peta lokasi penelitian
Merak hijau jantan (a), dan merak hijau betina (b)
Perilaku makan merak hijau (a), pohon pakan (b)
Pohon pilang sebagai pohon tidur merak hijau
Merak hijau jantan yang mengalami moulting
Bukit Bilik (a), dan Bukit Air Karang (b)
Bukit Bilik (a), kondisi substrat di Bukit Bilik (b), Savana Bilik (c)
Karakteristik pengunjung Taman Nasional Baluran
Bukit Air Karang (a), rumput gajah (b), jalur tanah berbatu (c)

3
4
8
9
10
12
13
21
15
22

DAFTAR LAMPIRAN
1

Potensi ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak

27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Merak hijau (Pavo muticus) merupakan salah satu satwaliar yang memiliki
persebaran luas khususnya pada wilayah Asia Timur dan Asia Selatan, yaitu dari
Bangladesh sampai Indochina dan Pulau Jawa (Indonesia) (Shanaz et al., 1995;
MacKinnon 1993; Departemen Kehutanan dan Perkebunan 2000). Salah satu
wilayah persebaran Merak hijau di Indonesia yaitu di Taman Nasional Baluran
(TNB). Berdasarkan peta persebaran merak hijau (P. muticus) di TNB, terdapat
beberapa lokasi perjumpaan merak hijau (P. muticus) yaitu Resort Labuhan
Merak, Resort Bama, Resort Perengan, Resort Watu Numpuk, dan Resort Bitakol.
Status merak hijau berdasarkan IUCN (2014) dikategorikan ke dalam
vulnerable (rentan atau rawan punah). Sedangkan berdasarkan CITES (2015)
burung merak hijau dikategorikan ke dalam Appendix II, artinya perdagangan
jenis burung ini harus dikendalikan, antara lain melalui sistem kuota dan
pengawasan. Upaya konservasi merupakan bentuk pelestarian keberadaan merak
hijau khususnya di kawasan TNB. Upaya konservasi dapat dilakukan melalui
banyak cara, salah satunya adalah dengan adanya kegiatan wisata yang dapat
menunjukkan kepada masyarakat akan manfaat dan pentingnya keberadaan merak
hijau bagi keseimbangan ekosistem TNB.
Merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat dijadikan sebagai potensi
ekowisata karena memiliki daya tarik berupa keindah morfologi dan perilakunya.
Namun sampai saat ini belum ada pengembangan ekowisata merak hijau di Resort
Labuhan Merak. Sehingga dibutuhkan strategi pengembangan ekowisata merak
hijau. Strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Taman Nasional Baluran
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ekonomi masyarakat dengan
pendekatan yang berwawasan ekonomi dan lingkungan.
Pengembangan ekowisata merak hijau diharapkan tidak bertentangan
dengan fungsi utama kawasan TNB sebagai kawasan konservasi. Oleh karena itu
diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui berbagai aspek permintaan dan
penawaran yang dapat mendukung pengembangan ekowisata merak hijau.
Rumusan Masalah
Merak hijau merupakan salah satu satwa yang terdapat di TNB dan memiliki
peluang untuk dikembangkan sebagai obyek ekowisata. Kegiatan ekowisata tidak
hanya membantu melesatarikan alam, namun merupakan kegiatan berwisata yang
melibatkan banyak pihak terutama masyarakat. Perencanaan dan pengelolaan
yang tepat diperlukan agar kegiatan tersebut berkelanjutan dan tujuan ekowisata
tercapai. Pengembangan ekowisata merak hijau di TNB masih mengalami
kendala, antara lain:
1. Potensi merak hijau sebagai obyek ekowisata di Resort Labuhan Merak
belum teridentifikasi,
1. Permintaan pengunjung potensial, kesiapan masyarakat dan pengelola
terhadap ekowisata merak hijau belum teridentifikasi,

2
2. Pengelola TNB belum memiliki strategi pengembangan ekowisata merak
hijau di Taman Nasional Baluran, khususnya Resort Labuhan Merak.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menilai potensi ekowisata merak hijau (P. muticus) sebagai atraksi wisata
di Resort Labuhan Merak, Taman Nasional Baluran.
2. Menganalisis permintaan pengunjung, kesiapan masyarakat dan pengelola
dalam pengembangan ekowisata merak hijau di resort Labuan Merak,
Taman Nasional Baluran.
3. Merancang strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Resort
Labuhan Merak, Taman Nasional Baluran.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
merak hijau dan pemanfaatannya dalam ekowisata di TNB. Hasil ini juga dapat
digunakan untuk merancang kegiatan ekowisata dengan memperhatikan nilai-nilai
ekologis dari kehidupan merak hijau di TNB.
Kerangka Pemikiran
Merak hijau merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di TNB
khususnya di Resort Labuhan Merak pada bulan-bulan tertentu, memiliki daya
tarik untuk dikembangkan menjadi obyek ekowisata. Merak hijau, habitat dan
wilayah jelajahnya dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran khususnya
konservasi. Sehingga akan memberikan kesadaran terhadap masyarakat akan
pentingnya kelestarian keberadaan merak hijau dan habitatnya.
Pengembangan ekowisata perlu mempertimbangkan beberapa hal agar
ekowisata tersebut berjalan optimal dan berkelanjutan, antara lain ketersediaan
obyek (supply), permintaan pengunjung (demand), dan pihak pendukung (tourism
supporting). Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut, dapat disusun suatu
rencana pengembangan ekowisata sehingga memberikan keuntungan ekonomi,
ekologi, dan sosial. Alur pemikiran ekowisata merak hijau dapat dilihat dalam
Gambar 1.

3
Resort Labuhan
Merak

Morfologi: memiliki
bulu hias yang khas
Potensi Ekowisata

Merak Hijau
Perilaku: makan dan
minum,
berjemur,
berteduh, isitrahat dan
tidur, mandi debu,
display dan kawin,
moulting, menghindari
gangguan.

Ketersediaan obyek
(Supply)

Permintaan pengunjung
(demand)

Pihak pendukung
(Tourism supporting)

Merak hijau, sarana
prasarana

Pengunjung: Persepsi
dan preferensi terhadap
ekowisata merak hijau

Masyarakat dan
pengelola TNB:
Persepsi dan
keterlibatan terhadap
ekowisata merak hijau

Minat Pengunjung

Pengembangan Ekowisata Merak Hijau

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengembangan Ekowisata Merak Hijau

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan Resort Labuhan Merak, Seksi Pengelolaan Taman
Nasional (SPTN) Wilayah II Karangtekok TNB. Penelitian juga dilakukan di desa
sekitar TNB yaitu Desa Sumberwaru Kecamatan Banyuputih Kabupaten
Situbondo Provinsi Jawa Timur. Data penelitian dikumpulkan pada bulan
Februari−Maret 2015. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

4

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Alat dan Obyek Penelitian
Alat yang digunakan yaitu GPS, kuesioner, panduan wawancara, tally sheet,
kamera Nikon P530, peta kawasan, alat tulis, dan laptop, ArcGIS 10.2 dan
microsoft office 2013 (word, excel dan power point).. Obyek penelitian berupa
merak hijau, dengan subyek penelitian yaitu pengunjung potensial Resort Bama,
pengelola TNB, dan masyarakat Desa Sumberwaru.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahap pengumpulan data dan analisis data.
Pengumpulan data
Studi pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum
dilakukannya kegiatan pengambilan data di lapang, yaitu untuk mengetahui
kondisi Merak hijau pada kawasan TNB. Studi pustaka dilakukan dengan cara
menelusuri dokumen atau pustaka yang terkait kondisi umum TNB. Sumber
pustaka yang digunakan untuk acuan yaitu jurnal, Desain Tapak TNB, dan RPTN
TNB.

5
Observasi
Observasi lapang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
data mengenai potensi ekowisata, aksesibilitas, sarana dan prasarana dan
penunjang lainnya dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan.
Pengambilan data perilaku merak hijau dilakukan dengan menggunakan metode
concentration count, yaitu pengamatan yang dilakukan secara terkonsentrasi pada
suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan yang tinggi
misalnya tempat tersedianya pakan dan pohon tidur. Pengamatan ini dilakukan
pada tempat berkumpulnya atau tempat yang menjadi kebutuhan dasar bagi merak
hijau seperti tempat berlindung, tempat tidur, berkembangbiak, makan dan
minum. Pengamatan dimulai pada pukul 04.30-18.30 WIB. Parameter yang
dicatat yaitu perilaku harian, habitat, dan lokasi sebaran. Observasi lapang juga
dilakukan untuk melihat dan mengidentifikasi sarana dan prasarana yang tersedia
di Resort Labuhan Merak sebagai fasilitas pengunjung.
Wawancara
Wawancara ditujukan kepada pengelola dan masyarakat Desa Sumberwaru.
Wawancara kepada pihak pengelola ditujukan kepada kepala balai; kepala bagian
konservasi, humas, pemanduan dan pelayanan TNB; kepala Resort Labuhan
Merak dan kepala SPTNW II Karangtekok. Sedangkan wawancara kepada
masyarakat Desa Sumberwaru dilakukan dengan teknik systematic random
sampling sebanyak 30 responden, yaitu pengambilan sampel dimana hanya unsur
pertama yang dipilih secara random, sedangkan unsur berikutnya dipilih secara
sistematis dengan selang lima rumah untuk diambil sampel.
Kuesioner
Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner ditujukan kepada
pengunjung, yaitu dengan menggunakan kuesioner tertutup (close ended), dimana
responden diminta menjawab pertanyaan dengan memilih dari sejumlah alternatif
jawaban yang telah disediakan. Teknik yang digunakan adalah random sampling
sebanyak 30 responden. Hal ini didasarkan dari perhitungan dengan jumlah 30
tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari 30, sehingga 30
responden sudah cukup dalam penelitian sosial.
Analisis data
Analisis deskriptif
Data dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan aktivitas dan perilaku
harian serta kondisi habitat dari Merak hijau. Analisis deskriptif juga digunakan
untuk menyimpulkan data yang diperoleh dari pengelola terkait keberadaan Merak
hijau di Resort Labuan Merak TNB.
Skala likert
Analisis mengenai karakteristik pengunjung dilakukan dengan penilaian
menggunakan skala likert. Hal ini mengacu kepada karakter masyarakat
Indonesia. Nilai atau skor 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (agak tidak
setuju), 4 (biasa saja), 5 (agak setuju), 6 (setuju) dan 7 (sangat setuju) yang
disajikan dalam bentuk tabulasi (Avenzora 2008), sehingga akan terlihat minat

6
pengunjung terhadap ekowisata merak hijau dari jumlah aspek yang memiliki
nilai terbesar dibandingkan aspek lainnya.
Analisis SWOT
Analisis SWOT, yaitu Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat
(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dengan tujuan untuk mengetahui
strategi pengembangan, perencanaan dan pengelolaan kawasan pariwisata.
Analisis SWOT memungkinkan untuk mengembangkan model strategi yang
didasarkan pada infromasi yang telah dikumpulkan. Analisis SWOT
mengasumsikan bahwa organisasi akan mencapai strategi yang sukses dengan
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
hambatan (Rangkuti 2001).
Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui dan
menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength) yaitu faktor internal yang bersifat menguntungkan.
2. Kelemahan (weakness) yaitu faktor internal yang bersifat tidak
menguntungkan.
3. Kesempatan (opportunity) yaitu faktor eksternal yang dapat menguntungkan.
4. Ancaman (treath) yaitu faktor eksternal yang dapat mendatangkan kerugian.
Analisis SWOT akan menghasilkan suatu strategi yang menggambarkan
paduan terbaik diantara faktor-faktor tersebut. Analisis ini dilaksanakan
berdasarkan asumsi bahwa strategi yang didapatkan merupakan suatu strategi
yang efektif untuk memaksimalkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang dan
meminimalkan kelemahan dan kemungkinan ancaman (Yoeti 1996 diacu pada
Noor 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Resort Labuhan Merak terletak di Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah (SPTNW) II Karangtekok memiliki luas kawasan 2.526,97 ha. Taman
Nasional Baluran secara administratif terletak di Kecamatan Banyuputih,
Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Catatan klimatologi TNB
menyatakan bahwa musim hujan terjadi antara bulan November-April, sedangkan
musim kemarau pada bulan April-Oktober setiap tahunnya. Pada bulan basah
curah hujan tertinggi terjadi di bulan Desember-Januari (Rencana Pengelolaan
Taman Nasional 2014).
Ekosistem hutan di Resort Labuhan Merak terdiri atas hutan primer, hutan
sekunder, hutan mangrove dan savana. Flora yang terdapat di Resort Labuhan
Merak antara lain trenggulun (Protium javanicum), serut (Streblus asper),
ketapang (Terminalia catappa), popoan (Buchanania arborescens), manting
(Syzygium polyanthum) pilang (Acacia leucophloea), gebang (Corypha utan),
mimba (Azadirachta indica) dan lain sebagainya. Sedangkan fauna yang dapat
ditemukan di Resort Labuhan Merak, yaitu banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus

7
timorensis), lutung jawa (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), merak hijau (Pavo muticus) dan beberapa jenis burung lain.
Aksesibilitas
Aksesibilitas menggambarkan tentang kondisi dan proses yang harus
dilakukan pengunjung dalam mendatangi suatu obyek wisata tersebut berada
(Avenzora 2008). Taman Nasional Baluran berada di lokasi yang strategis karena
merupakan koridor pariwisata Surabaya-Bali. Aksesibilitas menuju TNB dapat
ditempuh dari arah Banyuwangi, Bali, Situbondo, maupun Surabaya. Bandara
terdekat dengan TNB adalah Bandara Blimbingsari di Banyuwangi dan terdapat
dua bandara lainnya, yaitu Bandara Ngurah Rai di Denpasar dan Bandara Juanda
di Surabaya. Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran disajikan dalam Tabel
1.
Tabel 1 Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak
Jarak
Rute
Jenis
(km)
Denpasar−Ketapang (Banyuwangi)
132 Aspal, laut
Ketapang (Banyuwangi)−TNB
50 Hotmix
(Karangtekok)
Surabaya−TNB (Karangtekok)
232 Hotmix
Situbondo−TNB (Karangtekok)
37 Hotmix
Banyuwangi (Kota)−TNB
58 Hotmix
(Karangtekok)
Karangtekok−Ketapang Kecil
5 Aspal
(Situbondo)
Ketapang Kecil (Situbondo)−Resort
10 Laut
Lab. Merak

Baik

Waktu
(menit)
225

Baik

65

Baik
Baik

265
25

Kondisi

Hotmix

75

Baik

15

-

45

Sumber: Balai Taman Nasional Baluran (2014).

Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak dapat ditempuh
menggunakan jalur darat dan laut. Jalur laut hanya dapat dilalui apabila musim
kering. Hal ini dikarenakan jenis tanah di kawasan ini merupakan jenis tanah
alluvium yang memiliki karakter berlumpur pada saat musim penghujan dan
retak-retak pada saat musim kemarau. Sehingga pada saat musim penghujan akses
menuju kawasan hanya dapat melalui jalur laut, yaitu dengan menggunakan
perahu dari pelabuhan ketapang kecil yang berada di Desa Sidodadi.
Sarana dan prasarana
Sejauh ini Resort Labuhan Merak belum memiliki sarana dan prasarana
untuk kegiatan ekowisata. Satu-satunya sarana dan prasarana yang terdapat di
resort ini adalah kantor resort. Sarana prasarana wisata di Taman Nasional
Baluran masih terfokus pada tiga lokasi, yaitu Batangan, Bekol dan Bama.
Fasilitas wisata di Batangan berupa visitor center, di Bekol dan Bama berupa
kantor (SPTNW I Bekol dan kantor Resort Bama), penginapan, pelayanan wisata,
cafeteria, toilet, mushola, listrik, air dan mobil wisata. Seluruh sarana dan
prasarana yang tersedia di kelola oleh Koperasi Baluran Sejahtera.

8
Merak Hijau
Morfologi
Delacour (1977) menyebutkan merak hijau jantan mempunyai ciri-ciri
morfologi mempunyai jambul dan dagu yang berwarna hijau kebiruan. Pada
bagian muka di sekitar mata berwarna biru hitam, biru kobalt dan kemudian
kuning. Leher, dada dan punggung sebelah depan berwarna campuran antara biru
dan hijau emas, sedangkan bagian punggung sebelah belakang terdapat bulu-bulu
yang tersusun seperti sisik dengan warna hijau perunggu yang bagian tepinya
berwarna hitam dan mempunyai jalur-jalur berwarna coklat berbentuk seperti
huruf “v”. Sayap berwarna hijau kebiruan, sayap sekunder berwarna hijau biru
pekat dan sayap primernya berwarna merah tua. Perutnya berwarna hijau pekat,
sedangkan kakinya berwarna hitam kecoklatan dan bertaji. Ekor merak hijau
berwarna coklat kehitaman dan bintik-bintik pucat, tidak panjang dan letaknya
tertutupi oleh bulu hias dan berfungsi menopang bulu hias. ciri morfologi merak
hijai jantan dapat dilihat pada Gambar 3a.
Morfologi merak hijau betina sama dengan merak jantan, hanya pada
bagian ekor saja yang membedakan jantan dan betina. Merak betina tidak memili
bulu hias. Ciri morfologi merak hijau betina dapat dilihat pada Gambar 3b.

(a)
(b)
Gambar 3 Merak hijau jantan (a) dan merak hijau betina (b)
Perilaku
Perilaku makan dan minum
Perilaku makan merak hijau di Resort Labuhan Merak dilakukan setelah
turun dari sarangnya yaitu pada pukul 05.30 WIB. Merak hijau memakan bunga
rumput dengan cara mematuk-matukkan paruhnya pada ujung bunga rumput.
Perilaku makan berlangsung hingga pukul 09.00 WIB. Menurut Hernowo (1995),
merak hijau mencari makan pada pagi dan sore hari yang sering disebut sebagai
aktivitas makan primer yaitu pada pukul 05.30-09.30 WIB dan antara pukul
13.30-17.30 WIB. Sedangkan aktivitas makan sekunder terjadi pada waktu
istirahat karena aktivitas makan ini bukan merupakan aktivitas utama. Perilaku
makan merak hijau dapat ditunjukkan pada Gambar 4a menujukkan perilaku
makan merak hijau. Menurut penuturan pihak pengelola, merak hijau di Resort
Labuhan Merak banyak memakan biji pohon gebang yang masih muda. Pohon
gebang dapat ditunjukkan pada Gambar 4b. Supratman (1998) meyebutkan bahwa

9
perilaku makan merak hijau dilakukan dengan cara berjalan sambil mematukmatuk bagian daun atau bunga rumput dan daun anakan, atau mematuk-matuk
buah sambil hinggap pada cabang pohon bagian atas yang masih mampu menahan
berat badannya.
Aktivitas minum dilakukan setelah aktivitas makan selesai dengan cara
berjalan ke tempat-tempat sumber air. Hernowo (1995) juga menyatakan bahwa
merak hijau minum dengan cara memasukkan paruhnya ke dalam air untuk
mengambil air yang dilanjutkan dengan mengangkat kepalanya ke atas hingga
lehernya membentuk huruf S. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas, merak hijau tidak akan minum ke sumber air selama pakan yang dimakan
masih mengandung banyak air. Aktifitas minum dilakukan pada saat musim
kering karena kadar air pada pakan berkurang.

(a)
(b)
Gambar 4 Perilaku makan (a) dan pohon gebang (Corypha utan) sebagai pohon
pakan merak hijau (b)
Perilaku berjemur
Merak hijau di Bilik dan Air Karang memulai aktifitasnya pada pukul
05.00-05.30 WIB dengan bertengger pada dahan pohon pilang sebagai pohon
tidurnya. Kemudian mengeluarkan satu kali suara sebagai tanda akan turun dari
sarang untuk melanjutkan aktifitasnya yaitu mencari makan. Menurut Sumbara
(2006), aktivitas berjemur berguna untuk mengeringkan bulu yang basah pada
malam hari akibat embun dan memanfaatkan sinar matahari.
Perilaku berteduh
Perilaku berteduh merak hijau di daerah Bukit Air Karang Resort Labuhan
Merak dilakukan pada pukul 15.00 WIB. Merak hijau berteduh di bawah pohon
atau semak yang rindang dengan posisi menekuk kaki namun kepalanya tetap
tegak, hal ini dilakukan untuk mewaspadai predator yang mendekat. Lokasi yang
dipilih adalah daerah yang tidak dilewati oleh manusia dan terdapat pohon rindang
yang dapat melindungi merak hijau dari cahaya matahari. Pada daerah Bukit Air
Karang pohon yang biasa digunakan untuk berteduh adalah pohon pilang.

10
Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak hijau di TNB berteduh pada
pukul 09.00-13.00 WIB sambil melakukan aktifitas makan. Merak hijau berteduh
di bawah pohon yang tidak tinggi dan rindang serta memiliki tajuk berpayung.
Selain itu merak hijau juga berteduh di bawah semak belukar atau pohon yang
tidak tinggi dan bertajuk rindang seperti bentuk paying. Aktivitas berteduh
dilakukan di bawah pohon dengan cara berdiri tegak dengan sayap dibuka ke
bawah. Pada saat berteduh dilakukan kegiatan mandi debu, menelisik, makan, dan
minum.
Perilaku istirahat dan tidur
Aktivitas tidur merak dilakukan mulai pukul 17.30 WIB atau setelah
keadaan mulai gelap. Menurut penuturan petugas, merak hijau naik ke atas pohon
tidurnya lalu mengeluarkan bunyi satu kali sebagai tanda merak tidak akan turun
lagi dari pohon tidur sampai pagi. Sebelum tidur, merak hijau berdiri selama 5-12
menit di cabang pohon tidur yang dilanjutkan dengan meletakkan perutnya
dengan muka tegak ke arah areal yang terbuka. Pohon tidur merak hijau di Bilik
dan Air Karang Resort Labuhan Merak tidur terdapat 1-2 individu. Tempat tidur
merak hijau di Resort Labuhan Merak umunya terdapat di areal yang terbuka dan
memiliki pohon yang besar. Pohon yang sering dimanfaatkan oleh merak hijau
untuk tidur adalah pohon pilang, dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut Hernowo
(1995) merak hijau juga menggunakan pohon yang berbeda sebagai pohon
tidurnya untuk menghindari adanya gangguan atau bahaya yang dapat mengancam
dirinya. Namun di Resort Labuhan Merak, merak hijau banyak menggunakan
pohon pilang sebagai pohon tidur (Gambar 5).

Gambar 5 Pohon pilang (Acacia leucophloea) sebagai pohon tidur merak hijau
Perilaku mandi debu
Hernowo (1995) menyebutkan bahwa mandi debu dilakukan dengan cara
meletakkan perutnya ke tanah. Kakinya digerak-gerakan sambil menggaruk debu
engan sayapnya sehingga debu akan masuk ke bulu-bulu. Aktivitas mandi debu
dilakukan untuk merawat tubuh merak hijau yaitu dalam merapikan bulu-bulu,
mengeluarkan ektoparasit dan benda asing yang menempel pada tubuhnya. Mandi
debu dilakukan dengan cakarnya untuk menggaruk-garuk tanah gembur kering
sambil mendekam di atas tanah, kakinya dijulurkan ke belakang sambil
mengepakkan sayap hingga debu masuk ke dalam bulu. Biasanya, aktivitas ini

11
dilakukan pada siang hari yaitu pukul 10.00-14.00 WIB (Supratman diacu dalam
Sumbara 2006).
Perilaku display dan kawin
Perilaku display merupakan ciri awal akan dimulainya perkawinan.
Perilaku display dilakukan oleh merak hijau jantan saat bulu hiasnya mulai
tumbuh. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian merak hijau betina dan
menunjukkan kematangan secara seksual terhadap merak hijau betina maupun
merak hijau jantan lainnya. Aktivitas ini berlangsung selama 2-5 menit, tapi
display yang bertujuan untuk menarik perhatian betina bisa berlangsung lebih dari
7 (tujuh) menit bahkan sampai 30 menit. Di TNB perilaku kawin dimulai sekitar
bulan Oktober, sedangkan perilaku display dilakukan pada bulan Juli. Proses
display diawali dengan tubuh merak hijau jantan membungkuk ditopang oleh
kedua kakinya yang membengkok, diikuti dengan leher yang dilengkungkan
membentuk huruf “S” serta mengembangkan bulu-bulunya. Kedua sayap
dikembangkan dan diturunkanhingga tungkai kaki. Bulu hias didirikan dengan
cara menegakkan bulu ekornya yang berfungsi juga sebagai penopang beban bulu
hias. Bulu hias dimekarkannya dengan cara menggoyangkan tubuhnya hingga
berbentuk kipas raksasa atau setengah lingkaran sempurna, bulu hias yang mekar
ditopang oleh bulu ekor dan kedua sayapnya.
Hernowo (1995) perilaku kawin diawali dengan adanya ”Tarian Merak”
dan merak jantan memanggil merak betina dengan suara ngeeeeeeeyaow,
ngeeeeeeeyaow....... weewaaoow, wee-waaoow........ merak hijau jantan
menaikkan seluruh bulu hias yang ditopang oleh bulu ekornya yang kaku dan
membentuk kipas. Sayapnya diturunkan dan melangkah mendekati merak betina.
Selanjutnya merak jantan membalik secara tiba-tiba dengan memiringkan
tubuhnya ke arah merak betina. Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang.
Betina mengelilingi merak jantan berulang-ulang, dan merak jantan sesekali
mendekati betina sambil menggetarkan bulu hiasnya. Apabila merak betina
menerima bujukan tersebut, merak betina mendekam dan merak jantan segera
menaiki punggung merak betina dan perkawinan pun berlangsung.
Merontokkan bulu hias (moulting)
Menurut Hoogerwarf (1970) diacu dalam Hernawan (2003) moulting
terjadi hanya pada bulu hias. Bulu hias yang jatuh saat moulting sering ditemukan
di bawah pohon tidur dan tempat berteduh, setelah aktivitas menelisik bulu
maupun ketika memasuki semak. Merak hijau yang mengalami moulting dapat
dilihat pada Gambar 6.

12

Gambar 6 Merak hijau jantan yang mengalami moulting
Habitat
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik
maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat
hidup serta berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra 2002). Merak hijau di Pulau
Jawa hidup di habitat relatif kering, hutan semi gugur dan areal terbuka (BirdLife
International 2001). MacKinnon et al. (1993) menyatakan merak hijau merupakan
pengunjung hutan terbuka dengan padang rumput dan perkebunan teh atau kopi.
Hal ini dipertegas oleh King et al. (1975), bahwa habitat merak hijau adalah di
hutan terbuka, hutan sekunder, pinggir sungai, dan tepi hutan.
Merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat dijumpai di hutan musim
dataran rendah (hutan sekunder). Tipe hutan tersebut mendominasi di wilayah
Labuhan Merak. Pada musim kemarau mengalami kondisi kering dan sebagian
pohon menggugurkan daunnya. Merak hijau lebih memilih berada di wilayah
bervegetasi tidak rapat dan terdapat hamparan rumput. Hal ini karena faktor pakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan semak-semak digunakan untuk
melindungi diri dari serangan predator (ajag maupun manusia) sehingga mencari
lokasi yang cenderung tertutup.
Daerah jelajah
Jarak sebaran merak hijau sejauh 99.200.000 ha, mencakup masa berbiak
maupun tempat hidup (BirdLife International 2007). Menurut King et al. (1989),
merak hijau hidup hingga ketinggian 1.500 mdpl. Daerah jelajah merak hijau di
Resort Labuhan Merak TNB meliputi Hutan Bilik sampai ke Bukit Bilik (Gambar
7a) dan Bukit Air Karang (Gambar 7b). Kedua lokasi perjumpaan merak hijau
memiliki kondisi habitat yang sama yaitu hamparan rumput dengan beberapa
pohon yang tidak rapat namun memiliki ukuran yang besar karena digunakan
sebagai pohon tidur. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas, merak hijau
ditemukan di habitat tersebut karena pada saat pengambilan data sedang
mengalami proses pengeraman telur sehingga menggunakan area berumput tinggi
untuk menghindari predator.

13

(a)

(b)

Gambar 7 Bukit Bilik (a) dan Bukit Air Karang (b)
Potensi Ekowisata Merak Hijau
Merak hijau sebagai sumberdaya alam merupakan jasa alam yang dapat
dijadikan obyek kegiatan ekowisata. Merak hijau memiliki morfologi yang indah
serta keunikan perilaku seperti perilaku display dan kawin, mandi debu dan
moulting. Keunikan dan spesifik yang dimiliki oleh merak hijau dapat
dikembangkan menjadi obyek wisata di TNB. Ekowisata merak hijau dapat
dikembangkan untuk mengenalkan merak hijau beserta habitatnya kepada
pengunjung dan masyarakat serta penyadartahuan bahwa merak hijau merupakan
satwa yang keberadaannya harus dilestarikan, hal tersebut dapat membantu upaya
konservasi.
Selain merak hijau sebagai daya tarik utama wisata, lansekap alam yang
terdapat di Resort Labuhan Merak merupakan faktor pendukung dalam
pengembangan ekowisata merak hijau ini. Resort labuhan Merak memiliki
ekosistem yang beragam, seperti hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove
dan savana. Pada hutan sekunder terdapat bukit-bukit yang memiliki lansekap
alam yang indah. Sehingga selain menikmati morfologi dan perilaku merak hijau,
pengunjung dapat menikmati lansekap di sekitar habitat merak hijau. Peta potensi
ekowisata disajikan pada Lampiran 1.
Pengembangan ekowisata tidak hanya fokus terhadap obyeknya saja, tetapi
pada aspek lain seperti lingkungan sekitar kegiatan ekowisata tersebut. Menurut
Triastuti (2015), terdapat lima aspek utama dalam pengembangan ekowisata:
1. Adanya keaslian lingkungan alam dan budaya
2. Keberadaan dan dukungan masyarakat
3. Pendidikan dan pengalaman
4. Keberlanjutan
5. Kemampuan manajemen dalam pengelolaan ekowisata
Pengunjung Potensial Ekowisata Merak Hijau
Karakteristik
Pengunjung yang mengunjungi kawasan TNB didominasi oleh pelajar dan
mahasiswa yang berasal dari wilayah Jawa Timur. Karakteristik pengunjung

14
berpengaruh terhadap minat ekowisata yang ditawarkan. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah pendapatan dan pendidikan, dimana dengan
meningkatnya pendapatan pengunjung berpengaruh terhadap permintaan
perjalanan wisata. Berikut adalah karakteristik pengunjung TNB (Tabel 2).
Tabel 2 Karakteristik pengunjung TNB
Karakteristik Pengunjung
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki
19
Perempuan
11
Usia
15-24
27
25-50
3
Pendidikan Terakhir
SMP
2
SMA
20
Diploma
4
Sarjana
4

Presentase
63%
37%
10%
90%
7%
67%
13%
13%

Sumber informasi tentang TNB diperoleh responden dari media cetak
(27%), media elektronik (26%), website atau media sosial (28%) dan kerabat
dekat (19). Website atau media sosial merupakan media yang digunakan oleh
berbagai kalangan dan usia, penyebaran informasi melalui media tersebut sangat
efektif.
Persepsi
Kurangnya informasi mengenai merak hijau menyebabkan persepsi
pengunjung terhadap merak hijau rendah. Namun pengunjung mengetahui bahwa
merak hijau merupakan satwaliar yang menarik dan harus dilestarikan. Sebagian
besar pengunjung hanya mengetahui keunikan dari morfologi merak hijau saja.
Rincian persepsi penunjung mengenai merak hijau disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Persepsi pengunjung terhadap merak hijau
No
1
2
3
4
5

Pernyataan

Nilai

Merak hijau di TNB menarik untuk disaksikan/ diamati
Merak hijau di TNB perlu dilestarikan
Ekowisata merak hijau merupakan upaya pelestarian satwaliar
Perlu pengembangan ekowisata merak hijau di TNB
Responden sudah mengenal perilaku merak hijau di TNB dengan baik

5.5
6.53
6.1
6.4
4.43

Keterangan

1.
2.
3.

Sangat tidak menarik
Tidak menarik
Agak tidak menarik

4.
5.
6.

Biasa saja
Agak menarik
menarik

7.

Sangat menarik

15
Preferensi
Kegiatan pengembangan ekowisata harus memperhatikan preferensi
pengunjung. Perilaku display dan kawin merak hijau dianggap sebagai perilaku
yang paling menarik oleh pengunjung (skor 6,93). Hasil penilaian preferensi
pengunjung terhadap kegiatan yang diinginkan dalam ekowisata merak hijau telah
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Preferensi pengunjung terhadap perilaku merak hijau sebagai obyek
ekowisata
No
1
2
3
4
5

Perilaku
Display dan kawin
Makan dan minum
Mandi debu
Bersuara
Istirahat dan tidur

Keterangan

1.
2.
3.

Sangat tidak menarik
Tidak menarik
Agak tidak menarik

Nilai
6.93
5.56
4.9
5.37
5.06
4.
5.
6.

Biasa saja
Agak menarik
menarik

7.

Sangat menarik

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Merak Hijau
Karakteristik
Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNB adalah masyarakat yang
berasal dari lima desa penyangga. Desa penyangga merupakan desa yang
bersinggungan langsung dengan taman nasional. Lima desa penyangga kawasan
TNB diataranya adalah masyarakat Desa Wonorejo, Desa Watukebo, Desa
Bajulmati, Desa Sumberwaru, dan Desa Sumberanyar. Masyarakat yang dijadikan
responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dari Desa Sumberwaru, hal ini
dikarenakan Desa Sumberwaru merupakan desa terdekat dan merupakan akses
utama ke Resort Labuhan Merak. Sebagian besar masyarakat Desa Sumberwaru
merupakan masyarakat asli yang sudah mendiami kawasan tersebut lebih dari 10
tahun. Sebanyak 77% dari total responden merupakan masyarakat asli, sedangkan
sisanya yaitu 23% merupakan masyarakat pendatang dari daerah sekitar Desa
Sumberwaru yaitu dari Bayuwangi, dan Malang, bahkan salah satu responden
berasal dari Sulawesi. Di Desa Sumberwaru masyarakat lulus SD 70%, lulus SMP
13%, lulus SMA 7%, dan Sarjana 10%. Sebanyak 93% masayarakat
bermatapencaharian sebagai wiraswasta yaitu petani, peternak dan nelayan.
Sedangkan 7% responden merupakan PNS.
Persepsi
Masyarakat Desa Sumberwaru mengaku pernah memasuki dan
mengetahui keberadaan TNB. Sebagian besar responden memanfaatkan
keberadaan taman nasional sebagai sumber mata pencaharian (43%), yaitu
mencari ikan di sekitar kawasan TNB, 3% responden memanfaatkan kawasan
TNB sebagai tempat mengambil hasil hutan (kayu bakar dan rumput), dan 17%
responden hanya mengetahui keberadaan TNB namun tidak pernah memanfaatkan
kawasan TNB. Sejumlah 37% responden mengunjungi kawasan TNB untuk
berwisata, hal ini menyebabkan sebagian besar masyrakat menyetujui adanya

16
pengembangan ekowisata di TNB khususnya Resort Labuhan Merak karena selain
satwaliar yang menarik, resort tersebut memiliki lansekap alam yang indah.
Kesadaran masyarakat Desa Sumberwaru tinggi terhadap kelestarian
lingkungan, karena banyak masyarakat yang mencari sumber penghasilan dari
kawasan TNB. Selain kelestarian lingkungan, masyarakat Desa Sumberwaru juga
berpendapat tentang pentingnya kelestarian satwa yang berada di TNB salah
satunya yaitu merak hijau.
Partisipasi
Kegiatan ekowisata tidak terlepas dari peran serta masyarakat sekitar
kawasan. Partisipasi menjadi penting karena dapat memberikan manfaat yang
besar terhadap kesejahteraan masyarakat serta manfaat ekologi bagi kawasan.
Manfaat ekologi bagi kawasan, karena masyarakat akan merasa memiliki
tanggungjawab menjaga kelestarian kawasan karena kawasan telah memberikan
kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat. Semua responden setuju jika
dikembangkan ekowisata merak hijau, dengan adanya kegiatan tersebut
masyarakat berharap kepada pihak pengelola untuk memberikan andil kepada
masyarakat dalam kegiatan ekowisata tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekowisata merak hijau ini beragam,
yaitu sebagai pemandu wisata (13%), penyedia penginapan (6%), ikut
melestarikan kawasan (7%), warung (23%), penyediaan jasa transportasi (perahu
27% dan motor 17%). Namun partisipasi terbanyak adalah penyediaan jasa
transportasi perahu, karena sebagian besar masyarakat bermatapencaharian
sebagai nelayan.
Rencana Pengembangan Ekowisata Merak Hijau di Resort Labuhan Merak
Pengembangan ekowisata di TNB mengacu pada Rencana Pengelolaan
Taman Nasional (RPTN) yang dibuat setiap 10 tahun sekali. Resort Labuhan
Merak merupakan salah satu usulan pengembangan wisata seperti yang tercantum
pada RPTN TNB 2014-2023. Pengembangan ekowisata merak hijau memerlukan
dukungan dan partisipasi dari pengelola, sehingga perlu dikaji mengenai beberapa
persepsi, partisipasi serta kebijakan yang terkait pengelolaan satwaliar di TNB.
Pengelolaan sumberdaya di Resort Labuhan Merak dikelola oleh beberapa
pegawai dengan tugas/jabatan yang beragam yaitu Kepala Resort, Polisi Hutan
dan Outsourcing atau masyarakat mitra polhut. Salah satu pengelola di Resort
Labuhan Merak memiliki kemampuan di bidang merak hijau. Berdasarkan
penjelasan Kepala TNB, belum ada rencana pengembangan ekowisata merak
hijau karena pengelola masih terfokus kepada pengembangan dan pengelolaan
obyek ekowisata yang telah ada.
Pengembangan Ekowisata Merak Hijau Resort Labuhan Merak
Berdasarkan identifikasi berbagai Faktor internal dan eksternal ekowisata
merak hijau, maka dapat disusun strategi pengembangan ekowisata merak hijau
dengan menggunakan pendekatan SWOT yang dijabarkan pada Table 5.

17
Tebel 5 Matrik SWOT strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Resort
Labuhan merak TNB
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Merak hijau memiliki 1. TNB
belum
morfologi dan perilaku
mempunyai
konsep
Internal
yang menarik
mengenai
kegiatan
2. Resort Labuhan Merak
ekowisata di Resort
merupakan
usulan
Labuhan Merak
lokasi
ekowisata 2. Intensitas perjumpaan
lebih tinggi pada saat
seperti yang tercantum
musim kering
pada RPTN TNB
3. Rendahnya
SDM
2014-2023
mengenai pengelolaan
dan
pengetahuan
Internal
tentang
ekowisata
merak hijau
4. Akses menuju Resort
Labuhan Merak sulit
dijangkau
Peluang (O)
SO
WO
1. Letak TNB strategis 1. Melakukan kerjasama 1. Meningkatkan sarana
karena
berada
di
dengan
pemerintah
dan
prasarana
koridor
pariwisata
daerah dalam kegiatan
ekowisata merak hijau
Bali-Surabaya
ekowisata merak hijau 2. Membuat
kegiatan
2. Tren ekowisata yang 2. Membuat
strategi
ekowisata yang sesuai
saat ini digemari oleh
pemasaran
dan
dengan
permintaan
masyarakat
promosi
pengunjung
3. Pengunjung potensial
berminat
terhadap
ekowisata merak hijau
4. Dukungan
pemda
terhadap
kegiatan
ekowisata
untuk
meningkatkan
pendapatan daerah
Ancaman (T)
ST
WT
1. Mengatur jalur wisata Meningkatkan
kualitas
1. Adanya
penggembalaan
liar
bagi pengunjung di dan kuantitas SDM dalam
dapat mempengaruhi
Resort Labuhan Merak pengelolaan
kegiatan
keberadaan
merak 2. Peran pihak pengelola ekowisata merak hijau
hijau
dalam
menjaga
2. Perilaku pengunjung
keamanan di Resort
dapat
memberikan
Labuhan Merak
dampak
negatif
terhadap
kualitas
lingkungan

18
Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi SO merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat digunakan
yaitu melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam kegiatan ekowisata
merak hijau. Strategi ini dapat memberikan keuntungan kepada kedua pihak.
Strategi lain yang dapat dapat dilakukan yaitu membuat strategi pemasaran dan
promosi yan tepat, sehingga informasi mengenai kegiatan ekowisata merak hijau
di Resort Labuhan Merak dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Pemerintah daerah merupakan salah satu pelaku utama dalam peningkatan
kualitas kegiatan ekowisata. Partisipasi ini bertujuan untuk mewujudkan mitra
kerja dalam atau luar negeri dalam mengelola kawasan TN. Peran serta
pemerintah daerah sangat besar dalam penyusunan kegiatan ekowisata, karena
pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk memajukan perekonomian
daerahnya. Kegiatan ekowisata dapat memberikan pengaruh positif terhadap
perekonomian masyarakat sekitar TNB. Dengan adanya kegiatan ekowisata yang
memberikan keuntungan bagi banyak pihak, akan memberikan kesadaran
khususnya bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam karena
dengan lestarinya alam maka akan memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat.
Strategi yang dipakai oleh para pihak baik pemerintah yang memiliki
tanggungjawab dalam perlindungan sumberdaya alam dan swasta sebagai operator
wisata dalam mengatasi kendalan dan menggunakan peluang untuk memanfaatkan
potensi secara optimal. Menurut Triastuti (2015) dalam pengelolaan obyek wisata,
baik terhadap atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan pelayanan guna
mencapai keberhasilan perlu dijalin hubungan antar stakeholder. Sehingga
tercapai penghasilan dan manfaat secara nasional, baik terhadap kunjungan
pengunjung, penciptaan lapangan kerja, dan devisa negara. Sehingga dengan
adanya kerjasama dalam kegiatan ekowisata akan memberikan dampak positif
bagi pengelola, masyarakat, dan pemerintah.
Strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi
pengelola akan dampak dari berbagai aktifitas atau program pemasaran terhadap
permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Proses pemilihan
strategi pemasaran membutuhkan pertimbangan yang cermat atas sejumlah tipe
informasi :
a. Tujuan atau sasaran produk, tujuan produk harus dijadikan sebagai pedoman
dalam menetukan tipe dasar strategi yang dibutuhkan.
b. Peluang pasar, karakteristik dan besarnya peluang pasar harus ditetapkan secara
jelas berdasarkan analisis pasar dan pengukuran pasar.
c. Kesuksesan pasar, manajer pemasaran harus memahami jenis keunggulan
bersaing dan tingkat pengeluaran pemasaran yang diperlukan untuk mencapai
kesuksesan pasar (Candra 2002 diacu dalam Winarto 2003).
Peluang pasar untuk ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak
TNB berdasarkan hasil pengambilan data karakteristik pengunjung TNB sebagian
besar adalah usia 17-25 tahun. Penyebaran informasi yang paling mudah diakses
untuk kalangan ini berupa informasi melalui media elektronik, sehingga dapat
diakses dimanapun dan akan lebih menarik. Selain melalui media elektronik,
dapat memperkenalkan produk wisata melalui pameran wisata atau ekspo
pemerintah daerah yang mengenalkan daerahnya. Sehingga paket wisata yang

19
akan dijual lebih dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat yang dekat
dengan lokasi ekowisata tersebut.
Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi WO merupakan strategi untuk meminimalkan atau mengatasi
kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan
yaitu meningkatkan sarana dan prasarana dalam kegiatan ekowisata merak hijau
dan membuat kegiatan ekowisata yang sesuai dengan permintaan pengunjung.
Kegiatan ekowisata merak hijau yang ditawarkan harus aman dan sesuai dengan
permintaan pengunjung.
Meningkatnya minat ekowisata di TNB akan berpengaruh terhadap
permintaan pengunjung terkait fasilitas yang terdapat di lokasi ekowisata. Fasilitas
penunjang kegiatan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak harus
memperhatikan aspek ekologi sehingga tidak banyak merubah bentang alam pada
areal tersebut. Pembangunan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung
harus seminimal mungkin, seperti:
a. Kantor informasi kegiatan ekowisata, sehingga pengunjung akan mendapat
informasi lengkap mengenai kegiatan yang akan dilakukan juga sebagai
tempat singgah sementara sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi.
b. Jalan setapak menuju lokasi, berupa jalan tanah dari kantor informasi sampai
ke lokasi.
c. Shelter, digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung atau tempat
pengamatan obyek kegiatan ekowisata yaitu merak hijau namun dengan
pertimbangan sensitivitas merak hijau terhadap kegiatan manusia. Shelter
dapat berupa saung yang terbuat dari bahan kayu sehingga akan lebih alami
dan menyatu dengan lingkungan sekitar atau dapat berupa tempat duduk
panjang dengan bahan kayu.
d. Papan interpretasi, digunakan untuk menginformasikan merak hijau kepada
pengunjung. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap perubahan cuaca
sehingga mudah dalam perawatannya.
e. Menara pandang untuk menunjang kegiatan ekowisata merak hijau, sehingga
pengunjung dapat melihat perilaku merak hijau dengan mudah.
Kegiatan yang dapat dikembangkan dalam ekowisata merak hijau di
Resort Labuhan Merak TNB adalah ekowisata minat khusus untuk melihat
perilaku display dan kawin. Merak hijau merupakan satwa yang sensitif terhadap
gangguan, sehingga kegiatan mengamati perilaku merak hijau dapat dilakukan
pada jarak tertentu. Menurut petugas di Resort Labuhan Merak, jarak yang
memungkinkan untuk mengamati perilaku merak hijau adalah 20 meter. Sehingga
sasaran progam ekowisata minat khusus merak hijau adalah minimal usia 17
tahun, hal ini didasarkan pada hasil pengambilan data pengunjung. Usia minimal
pengunjung yang berkunjung ke TNB adalah 17 tahun. Pada usia ini maksud dan
tujuan produk ekowisata akan tersampaikan dengan baik kepada pengunjung.
Sehingga produk ekowisata minat khusus merak hijau ini akan berhasil.
Strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan pengembangan
ekowisata merak hijau pada bulan-bulan tertentu sehingga objek ekowisata akan
mudah dijumpai. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung,
yaitu dengan mengetahui bulan-bulan dimana merak hijau berperilaku spesifik

20
seperti perilaku display dan kawin. Perilaku display dan kawin dipilih karena
beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:
a. Musim kawin merak hijau terjadi pada bulan kering. Menurut MacKinnon
(1990) diacu pada Hernawan (2003) musim kawin merak hijau di TN Baluran
berlangsung dari bulan Oktober-Januari.
b. Kondisi habitat merak hijau pada saat musim kering akan lebih mudah
diakses, karena pada saat musim kering tanah di TNB akan memadat dan
menjadi keras sehingga lebih mudah untuk akses menuju lokasi
pengembangan ekowisata merak hijau.
c. Pada saat musim kering rumput yang berada di habitat merak hijau akan
mengering dan tidak tumbuh setinggi ± 150 cm seperti pada saat musim basah,
sehingga perjumpaan dengan obyek ekowisata akan lebih mudah. Pada bulan
basah rumput di TNB akan tumbuh tinggi dan lebat sehingga manghalangi
jarak pandang, sehingga perjumpaan dengan merak hijau akan susah dijumpai.
Maka bulan yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan ekowisata merak hijau
di Resort Labuhan Merak TNB dapat dilaksanakan pada saat musim kawin yaitu
pada bulan Oktober–Januari.
Strategi ST (Strength-Threats)
Strategi ST merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan atau mengatasi kelemahan-kelemahan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan yaitu mengatur jalur wisata bagi
pengunjung dan peran pihak pengelola dalam menjaga keamanan di Resort
Labuhan Merak.
Strategi ini dilakukan agar kegiatan ekowisata tidak bersinggungan dengan
jalur penggembalaan hewan ternak milik warga Dusun Merak. Terdapat dua jalur
pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak, yaitu jalur Bilik
dan jalur Air Karang. Kedua jalur tersebut berbeda arah, jalur Bilik menuju arah
utara dari kantor resort sedangkan jalur Air Karang menuju ke arah selatan kantor
resort.
Kondisi jalan untuk mencapai Bilik berupa jalan setapak tanah dengan
panorama pada sebelah kanan jala