Aktivitas harian dan wilayah jelajah Lutung Jawa (Trachypithecus auratus Raffles 1821) di Resort Bama Taman Nasional Baluran

AKTIVITAS HARIAN DAN WILAYAH JELAJAH LUTUNG
JAWA (Trachypithecus auratus Raffles 1821) DI RESORT
BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN

DENDI GIOVANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Harian dan
Wilayah Jelajah Lutung Jawa (T.auratus Raffles 1821) di Resort Bama Taman
Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Dendi Giovana
NIM E34100088

ABSTRAK
DENDI GIOVANA. Aktivitas Harian dan Wilayah Jelajah Lutung Jawa (T.auratus
Raffles 1821) di Resort Bama Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh DONES
RINALDI.
Taman Nasional Baluran merupakan salah satu habitat lutung jawa (T.auratus
Raffles 1821) di Resort Bama. Kajian mengenai aktivitas harian dan wilayah jelajah
lutung jawa sangat diperlukan. Tujuan penelitian yaitu mengkaji aktivitas harian
dan wilayah jelajah kelompok lutung jawa. Pengamatan aktivitas harian
menggunakan metode Focal animal sampling, Sasaran pencatatan adalah aktivitas
setiap individu kelompok lutung jawa dilakukan dengan cara continuous recording.
Wilayah jelajah dikumpulkan dengan cara tracking mengikuti kelompok lutung
jawa dan memetakan rute jelajahnya menggunakan GPS (Global Positioning
System). Rata-rata waktu aktif kedua kelompok lutung jawa yaitu 12 jam 22 menit,

presentase aktivitas dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah 40% aktivitas
makan, 26% aktivitas berpindah, 22% aktivitas istirahat dan 12% aktivitas sosial.
Rata-rata luas wilayah jelajah kelompok I yaitu 7,46 ha dan kelompok II yaitu 13,15
ha. Pakan lutung jawa terdiri dari asam jawa, kesambi, mimbo, pilang, kepuh,
walikukun, akasia, dan jerukan.
Kata kunci: aktivitas harian, lutung jawa, wilayah jelajah

ABSTRACT
DENDI GIOVANA. Daily Behavior and Homerange of Ebony leaf monkey
(T.auratus Raffles 1821) in Bama Resort Baluran National Park. Supervised by
DONES RINALDI.
Baluran National Park particuralry Bama Resort is one of Javan Ebony leaf
monkey (T.auratus Raffles 1821) habitat. This research purposes were to study
daily behavior and homerange of Ebony leaf monkey group. The observation was
conducted using Focal animal sampling method, the observation target is the
activity of each Ebony leaf monkey group recorded continuously. Homerange was
recorded by tracking and following the Ebony leaf monkey group while mapped
using GPS (Global Positioning System). The average active time between two
groups was around 12 hours 12 minutes, activity percentage from highest to lowest
were 40% of feeding activity, 26% of moving activity, 22% of resting activity, and

12% of social activity. Average homerange from group I was 7,46 ha and group II
is 13,15 ha. Main foods for Ebony leaf monkey were contains of Asam Jawa,
Kesambi, Mimbo, Pilang, Kepuh, Walikukun, Akasia, and Jerukan.
Keywords: daily behavior, ebony leaf monkey, homerange

AKTIVITAS HARIAN DAN WILAYAH JELAJAH LUTUNG
JAWA (Trachypithecus auratus Raffles 1821) DI RESORT
BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN

DENDI GIOVANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015 TAMAM
ASEP BADRU

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Aktivitas Harian dan
Wilayah Jelajah Lutung Jawa (T.auratus Raffles 1821) di Resort Bama Taman
Nasional Baluran berhasil dilaksanakan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir
Dones Rinaldi, MScF selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan
arahan selama penelitian. Penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Taman
Nasional Baluran (TNB) yang telah mengijinkan dan membantu penulis sehingga
penelitian ini berjalan dengan lancar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan
do’a dan motivasinya selama menempuh pendidikan. Tak lupa ucapan terima kasih
kepada keluarga besar DKSHE, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), Kelompok Pemerhati Burung (KPB)
”Perenjak”, Nepenthes rafflesiana 47 (KSHE 47), Forum Komunikasi Kulawarga
Subang (FOKKUS), Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) 2014 Taman Nasional
Baluran Anxious Yoga Perdana, Rosalina Alvionita, Pratiwi Primatirta, dan Aldi

Andrean atas suka dan dukanya di lapangan, dan seluruh sahabat-sahabat atas
bantuan dan do’anya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Maret 2015

Dendi Giovana

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2


Waktu dan Tempat

2

Alat dan Obyek

2

Jenis Data

2

Metode Pengambilan Data

3

Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Ukuran Kelompok Lutung Jawa

6

Struktur Vegetasi dan Komposisi

8

Aktivitas Harian Lutung Jawa

10


Wilayah Jelajah Lutung Jawa

16

SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


19

DAFTAR TABEL
1 INP tertinggi dan terendah kelompok I dan II
2 Interval waktu awal dan akhir kelompok lutung jawa
3 Pergerakan harian dua kelompok lutung jawa

9
10
18

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2
2 (a) Bentuk dan ukuran petak ganda untuk pengamatan vegetasi berdasarkan

3
4
5
6

7
8
9
10
11
12

aktivitas harian lutung jawa ; (b) petak ukur untuk tumbuhan bawah dan
semai (A), pancang (B), tiang (C), dan pohon (D)
Kelompok lutung jawa di Resort Bama
(a) Kelompok I dan (b) Kelompok II
(a) Jerukan (C.sepiaria) dan (b) Asam jawa (T.indica) salah satu pakan
lutung jawa di Resort Bama
Presentase rata-rata aktivitas harian lutung jawa
Perbandingan aktivitas kelompok I dan II
Lutung jawa sedang melakukan aktivitas makan
Lutung jawa sedang berpindah
Lutung sedang melakukan aktivitas istirahat
Lutung jawa sedang mengasuh
Dugaan wilayah jelajah lutung jawa dengan menggunakan metode MCP

4
7
8
10
11
12
13
14
15
15
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Posisi koordinat titik perjumpaan lutung jawa kelompok I
Posisi koordinat titik perjumpaan lutung jawa kelompok II
Analisis vegetasi kelompok I tumbuhan bawah
Analisis vegetasi kelompok I tingkat semai
Analisis vegetasi kelompok I tingkat pancang
Analisis vegetasi kelompok I tingkat tiang
Analisis vegetasi kelompok I tingkat pohon
Analisis vegetasi kelompok II tumbuhan bawah
Analisis vegetasi kelompok II tingkat semai
Analisis vegetasi kelompok II tingkat pancang
Analisis vegetasi kelompok II tingkat tiang
Analisis vegetasi kelompok II tingkat pohon

22
23
24
24
24
25
25
26
26
26
27
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu primata
endemik di Pulau Jawa. Lutung jawa termasuk kedalam red list IUCN 2014
(International Union for Conservation of Nature and Natural Resourses) jenis
primata dengan kategori rentan (vulnerable) akibat pengurangan populasi hingga
30% dalam tiga generasi terakhir dan salah satu jenis satwa yang terdapat dalam
Appendiks II dokumen CITES (Convention on International Trade in Endengered
Spesies of Wild Fauna and Flora). Sehingga perdagangan satwa lutung jawa ini di
batasi berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 733/Kpts-II/1999
lutung jawa termasuk jenis satwaliar yang dilindungi. Salah satu pertimbangan
penetapan status lutung jawa dilindungi karena populasi jenis satwa ini telah
mengalami penurunan dan keberadaaan di alamnya terancam punah.
Menurut Bismark dan Wiriosoeparhto (1980) lutung jawa termasuk golongan
monyet dari famili Cercopithecidae yang hidup secara arboreal. Habitat lutung jawa
meliputi hutan primer, hutan sekunder, hutan pantai, hutan mangrove maupun hutan
hujan tropis. Pakan utama lutung jawa adalah daun dan pakan tambahannya buah
serta biji-bijian. Lutung jawa telah banyak dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, riset dan teknologi serta komoditi ekspor.
Taman Nasional Baluran merupakan salah satu habitat utama lutung jawa.
Penyebaran lutung jawa di Taman Nasional Baluran paling banyak di Resort Bama
yang masuk ke dalam wilayah Bekol. Resort Bama merupakan kawasan di Taman
Nasional Baluran yang dikembangkan menjadi obyek wisata alam. Pengaruh dari
adanya kegiatan wisata alam terhadap aktivitas lutung jawa di wilayah ini belum
diketahui secara pasti, oleh karena itu kajian mengenai aktivitas harian dan wilayah
jelajah lutung jawa sangat diperlukan.
Aktivitas harian dan wilayah jelajah lutung jawa sangat diperlukan dalam
sebuah pengelolaan konservasi lutung jawa. Parameter yang dikaji terdiri dari
waktu yang digunakan untuk makan, minum, istirahat, bermain, merawat tubuh
mengasuh anak, berkelahi dan hubungan antar individu sejenis. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi sejauh mana jelajah harian lutung di lokasi
tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengkaji aktivitas harian dan wilayah jelajah
kelompok lutung jawa (T.auratus Raffles 1821) di Resort Bama Taman Nasional
Baluran.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi informasi, data terbaru
aktivitas harian dan wilayah jelajah lutung jawa, dan masukan bagi pihak pengelola
kawasan Taman Nasional Baluran dalam menyusun kebijakan dan program
pengembangan kawasan Taman Nasional Baluran.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian aktivitas harian dan wilayah jelajah lutung jawa di kawasan Taman
Nasional Baluran (TNB), Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur dilaksanakan
pada bulan Februari-Maret 2014 berlokasi di Resort Bama wilayah SPTNW I
Bekol.

Gambar 1 Lokasi penelitian

Alat dan Obyek
Alat dan obyek yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, binokuler,
kompas, Global Positioning System (GPS), pengukur waktu, tallysheet, peta kerja
kawasan TNB skala 1:100.000, komputer, software ArcGis, meteran, tali rafia, dan
alat tulis. Obyek yang dijadikan dalam penelitian adalah kelompok lutung jawa (T.
auratus).
Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi lapang dan
pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan petugas TNB dan

3
masyarakat lokal yang sering beraktivitas di wilayah TNB khususnya di Resort
Bama. Observasi lapang kegiatan awal digunakan untuk mengetahui dan mengenal
tempat-tempat yang biasanya digunakan lutung jawa berkumpul, sedangkan, data
sekunder diperoleh melalui studi pustaka berupa literatur atau penelitian
sebelumnya yang meliputi letak, topografi, luas, geologi, iklim, potensi flora dan
fauna.
Metode Pengambilan Data
Aktivitas harian
Pengamatan aktivitas yang umum seperti aktivitas makan, berpindah tempat,
istirahat, dan sosial dengan menggunakan metode Focal animal sampling (Altman
1974 dalam Kartikasari 1986) yaitu metode pengamatan yang dilakukan untuk
mencatat obyek satwa yang menjadi fokus pengamatan dengan cara memilih salah
satu individu dalam suatu kelompok dalam jangka waktu atau periode tertentu.
Pengamatan dilakukan pada dua kelompok lutung jawa dengan cara berselang, dan
menjaga jarak dengan lutung jawa yang diikuti untuk menghindari gangguan
aktivitas hariannya. Jarak pengamat dengan lutung jawa tergantung pada posisi
lutung jawa dan kondisi topografi. Pencatatan aktivitas setiap individu kelompok
lutung jawa dilakukan dengan cara continuous recording untuk mencatat aktivitas
yang terjadi baik frekuensi maupun durasi aktivitas tersebut. Pengamatan dimulai
pada pukul 05.30-18.00 WIB atau pada saat lutung mulai bangun dari pohon
tidurnya sampai memasuki pohon tidurnya lagi. Aktivitas yang diamati adalah
sebagai berikut:
1. Aktivitas makan yaitu aktivitas yang meliputi pencarian makan, pemilihan
makan, memasukan ke mulut, mengunyah dan di ikuti dengan menelan.
2. Aktivitas berpindah yaitu kegiatan pengembaraan atau perjalanan, berpindah
dari satu pohon ke pohon lain.
3. Aktivitas istirahat, meliputi diam di posisi/tempatnya dan tidur.
4. Aktivitas sosial meliputi bermain, berkutu-kutuan, kawin, serta konflik dengan
anggota kelompok atau jenis satwa lain.
Wilayah jelajah
Pengambilan data wilayah jelajah lutung jawa dilakukan dengan cara tracking
yaitu mengikuti dan mengidentifikasi titik posisi berdasarkan aktivitas harian
kelompok lutung jawa dan memetakan rute jelajahnya menggunakan GPS (Global
Positioning System). Metode yang digunakan untuk menghubungkan titik-titik
koordinat terluar tempat lutung jawa beraktivitas dengan metode perjumpaan
langsung (direct encounter) dengan mengikuti pergerakan lutung jawa dimulai pada
pukul 05.30-18.00 WIB atau pada saat lutung mulai bangun dari pohon tidurnya
sampai memasuki pohon tidurnya lagi.
Pengambilan data kordinat dilakukan pada setiap lutung jawa yang berada
pada satu pohon untuk melakukan aktivitas dan pada saat berpindah ke pohon
berikutnya untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Data vegetasi
Tujuan pengambilan data vegetasi adalah mengetahui komposisi dan
dominasi suatu jenis vegetasi lutung jawa di lokasi penelitian. Data vegetasi

4

menggunakan metode kuadrat berpetak ganda. Pengambilan unit contoh yang
dibuat berdasarkan aktivitas lutung di setiap tipe habitat.
Data yang diukur di lapangan adalah diameter setinggi dada, tinggi bebas
cabang, tinggi total, yang dikhususkan pada tingkat pohon dan tiang. Vegetasi
tumbuhan bawah, semai, dan pancang yang diukur adalah jumlah individu saja
(Soerianegara dan Indrawan 2005).

(a)
(b)
Gambar 2 (a) Bentuk dan ukuran petak ganda untuk pengamatan vegetasi
berdasarkan aktivitas harian lutung jawa; (b) petak ukur untuk
tumbuhan bawah dan semai (A), pancang (B) tiang (C), dan pohon (D).

Analisis Data
Analisis aktivitas harian
Analisis aktivitas harian digunakan untuk menjelaskan aktivitas harian lutung
jawa seperti aktivitas makan, berpindah tempat, istirahat, dan sosial. Analisis
menggunakan deskriptif dan kuantitatif. Secara deskriptif untuk menggambarkan
seluruh jenis aktivitas lutung jawa yang dijumpai, secara kuantitatif untuk
menjelaskan hubungan intensitas atau lamanya aktivitas yang dijumpai menurut
tipe habitatnya. Hubungan-hubungan tersebut diantaranya: Proporsi jenis aktivitas
dan waktu aktivitas dengan proporsi posisi dalam ruang. Dihitung persentasenya
dan digambarkan dalam bentuk histogram dengan menggunakan tabel dan grafik.
Perhitungan persentase aktivitas harian lutung jawa dilakukan dengan
menggunakan rumus:

Persentase aktivitas i (%) =
Keterangan: i= jenis aktivitas

×

%

Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan dominansi
suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas. Indeks Nilai Penting (INP)

5
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komonitas dengan kata lain
INP digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainya. INP
yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi
Relatif (FR), dan Dominasi Relatif (DR) berdasarkan Soerianegara dan Indrawan
(2005):

Kerapatan

=

Kerapatan Relatif (KR)

=

Dominansi

=

Dominansi Relatif (DR) =
Frekuensi

=

Frekuensi Relatif (FR)

=

D

D

F

F

×

%

×

%

×

%

Indeks nilai penting tumbuhan bawah, semai dan pancang = KR+FR
Indeks nilai penting untuk tiang dan pohon = KR + DR + FR

Analisis wilayah jelajah
Wilayah jelajah masing-masing kelompok lutung jawa dianalisis secara
kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui luas
wilayah jelajah, dan panjang jelajah. Perhitungan luas wilayah jelajah dilakukan
dengan menggunakan analisis Minimum Convex Polygon (MCP). MCP merupakan
metode yang paling popular dan banyak digunakan untuk menduga luasan wilayah
jelajah.
Analisis deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan mengenai wilayah
jelajah masing-masing kelompok lutung yang diteliti berupa gambar dan tabel
berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. Parameter yang di ukur meliputi:
1. Jelajah harian (Daily range) yaitu panjang jelajah kelompok lutung yang
dilakukan dalam waktu aktifnya setiap hari dari mulai meninggalkan lokasi tidur
sampai ke lokasi tidur selanjutnya.
2. Radius maksimum merupakan jarak terjauh dari rute jelajah harian.
3. Jarak posisi bermalam (Night Position Shift) merupakan perbedaan jarak antar
pohon tempat semula dengan tempat tidur pada malam berikutnya.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih,
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur dan berbatasan sebelah utara Selat
Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan sungai banjulmati, Desa
Wonorejo, serta sebelah barat sungai klokoran, Desa Sumberanyar. Berdasarkan
SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan
Taman Nasional Baluran seluas 25.000 Ha. Luas kawasan tersebut dibagi menjadi
beberapa zona berdasarkan SK Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13
Desember yang terdiri zona inti seluas 12.000 ha, zona rimba seluas 5.537 ha
(perairan= 1.063 ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan intensif dengan
luas 800 ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi
seluas 783 ha.
Taman Nasional Baluran memiliki bentuk topografi yang bervariasi, dari
datar sampai bergunung-gunung dengan ketinggian yang berkisar antara 0 -1.247
m dari permukaan air laut. Bentuk topografi datar sampai berombak relatif
mendominasi kawasan ini. Jenis tanah yang ada di dalam kawasan Taman Nasional
Baluran antara lain, andosol (5,52%), latosol (20,23%), mediteran, grumusol
(51,25%), dan alluvium (23%). Penyebaran di daerah yang lebih rendah jenis
tanahnya terdiri dari mediteran grumusol. Tanah-tanah ini merupakan jenis tanah
yang mempunyai bukit adalah andosol dan latosol sedangkan di merah kuning
daerah yang paling rendah (seperti di Candi Bang, Bilik-Sijile) jenis tanahnya
didominasi oleh alluvium (Balai Taman Nasional Baluran 2007).
Taman Nasional Baluran dibagi menjadi dua seksi Konservasi Wilayah,
yaitu: Seksi Konservasi Wilayah II Karangtekok, meliputi Resort Bitakol, Resort
Watunumpuk, dan Resort Labuan Merak Seksi Konservasi Wilayah I Bekol,
meliputi Resort Bama, Resort Balanan, dan Resort Perengan. Taman Nasional
Baluran memiliki tipe ekosistem yang beragam, antara lain hutan pantai, hutan
payau, savana, dan hutan musim. Taman Nasional Baluran termasuk ke dalam kelas
hujan tipe E dengan temperatur berkisar antara 27,2C smpai 30,9C. Resort Bama
masuk ke dalam sub konservasi wilayah SPTNW 1 Bekol di bagian pantai timur
Taman Nasional Baluran yang memanjang dari utara hingga ke selatan, dan
merupakan kawasan di Taman Nasional Baluran yang dikembangkan menjadi
obyek wisata alam, adapun ekosistem savana yang dibedakan berdasarkan topografi
yaitu savana datar dan bergelombang, sebelum terinvasi A. nilotica luas savana
datar 1500-2000 ha di bagian tenggara yaitu savana Bekol di Resort Bama dan
semiang (Balai Taman Nasional Baluran, 2007).
Ukuran Kelompok Lutung Jawa
Terbentuknya kelompok pada satwa diawali dari kebutuhan individu satwa
untuk hidup, kebutuhan tersebut diantaranya adalah kebutuhan dasar yang meliputi
makan, minum, bereproduksi, bergerak, bermain. Besar kecilnya ukuran kelompok
sangat dipengaruhi beberapa hal diantaranya sumberdaya yang ada, penggunaan
energi dan keberadaan predator, jenis primata cenderung berkelompok pada habitat

7
terbuka dan di daerah kering. Dalam setiap kelompok, terdapat lutung jantan yang
bertindak sebagai pimpinan kelompok dan jumlah kelompok lutung betina dalam
kelompok umumnya lebih banyak dibanding jumlah jantan (Nijman 2000;
Febriyanti 2008; Hendratmoko 2009). Kelompok studi lutung jawa yang menjadi
obyek penelitian selama pengamatan di Taman Nasional Baluran (TNB) Resort
Bama sebanyak dua kelompok (Gambar 3). Jumlah kelompok I berjumlah 12
individu dengan komposisi jumlah jantan dewasa satu ekor, betina lima ekor,
remaja dua ekor, anakan dua ekor dan bayi dua ekor. Kelompok pertama dijumpai
di sekitar blok curah di pinggir jalan antara bama-bekol. Tipe kelompok lutung jawa
pada kelompok I ini adalah Uni-Male Group, adalah dalam suatu kelompok sosial
yang terdiri atas beberapa betina yang aktif secara reproduktif tapi hanya satu jantan
aktif secara reproduktif dan bertindak sebagai pemimpin.

Gambar 3 Kelompok lutung jawa di Resort Bama.
Jumlah individu kelompok II lebih banyak dibandingkan dengan kelompok I.
Jumlah kelompok II berjumlah 20 individu dengan jumlah jantan dewasa tiga ekor,
betina delapan ekor, remaja dua ekor, anakan lima ekor, dan bayi dua ekor.
Kelompok kedua dijumpai di perbatasan savana bekol dan hutan sekunder. Tipe
kelompok lutung jawa pada kelompok II adalah Uni-Male Group adalah dalam
suatu kelompok terdapat beberapa jantan dewasa dan beberapa betina yang aktif
secara reproduktif namun hanya ada satu yang bertindak sebagai pemimpin.
Menurut penelitian Nijman (2000) lutung jawa adalah uni-male group namun
penelitian Hendratmoko (2009), ada kelompok lutung jawa yang terdapat lebih dari
satu jantan dewasa tapi hanya satu yang bertindak sebagai alpha male. Cannon
(2009) menyatakan dalam suatu kelompok lutung jawa biasanya terdiri 1-2 jantan
dengan 5-6 betina, ukuran kelompok bisa mencapai 23 individu dengan tetap 1-2

8

jantan dalam kelompok, 6-21 individu (Kool 1992), 6-23 individu Supriyatna dan
Wahyono (2000), 3-30 individu (Nijman 2000). Jumlah betina dalam kelompok
lebih dominan dibanding jantan, hal ini terkait dengan sistem perkawinan poligami
dimana satu jantan akan mengawini banyak betina dalam kelompoknya.

(a)
(b)
Gambar 4 (a) Kelompok I dan (b) Kelompok II
Struktur Vegetasi dan Komposisi
Keberadaan lutung jawa di Resort Bama didukung dengan vegetasi yang
terdapat didalamnya. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi
jenis dan dominasi suatu jenis vegetasi sebagai daya dukung terhadap kebutuhan
lutung jawa dalam melakukan aktivitas dan wilayah jelajah sehari-hari di Resort
Bama, selain berfungsi sebagai sumber makanan juga berfungsi sebagai pelindung
(Muntasib dan Pakpahan 1992) pada tingkat tumbuhan bawah, semai, pancang,
tiang, dan pohon. Analisis vegetasi yang telah dilakukan menunjukan hasil
perbandingan Indeks Nilai Penting (INP) pada setiap struktur vegetasi pada
pergerakan harian lutung jawa (Tabel 1).
Indeks Nilai Penting merupakan parameter kuantitatif yang biasanya dipakai
untuk menunjukan tingkat dominasi suatu jenis tumbuhan dalam suatu komunitas
tumbuhan (Indriyanto 2006). Jenis tumbuhan dengan INP tertinggi merupakan jenis
tumbuhan yang paling dominan pada suatu komunitas tumbuhan. Farida dan Harun
(2000) menjelaskan untuk mempertahankan keberadaan primata di habitat
alaminya, perlu dilakukan identifikasi terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan
yang ada karena tumbuhan-tumbuhan ini adalah sumber pakan bagi primata yang
hidup di habitat tersebut. Berdasarkan masing-masing tingkat pertumbuhan
didapatkan jenis-jenis dominan dari hasil analisis vegetasi. Hasil analisis vegetasi
pada daerah yang digunakan lutung jawa kelompok I, diketahui bahwa kesambi
(Scleicera oleosa) merupakan jenis dominan pada tingkat pohon dengan nilai
101,05 % INP terendah adalah Walikukun (Schouthenia ovata) dengan nilai 14, 32
%, pada kelompok II jenis yang mendominasi dengan INP terbesar adalah kesambi
dengan nilai 110,42 % dan INP terendah yaitu pohon Walikukun (S.ovata) (Tabel
1). Hasil tersebut menunjukkan terdapat kesamaan vegetasi pada kelompok I dan II
sehingga ukuran kelompok tidak mempengaruhi kondisi struktur vegetasi yang
digunakan dalam aktivitas harian lutung. Jumlah individu dalam kelompok II lebih
banyak dibandingkan kelompok I.

9
Tabel 1 INP tertinggi dan terendah kelompok I dan II
Kelompok

Tingkat

Nama Latin

Nama Lokal

INP(%)

Ketul

74,16

Nyawon

19,73

Azadirachta indica

Mimbo

102,14

Acacia leucophloea

Pilang

9,73

Ficus superba

Krasak

93,33

Scleicera oleosa

Kesambi

53,33

Scleicera oleosa

Kesambi

59,18

Ziziphus rotundifolia

Widoro bukol

40,01

Scleicera oleosa
Schouthenia ovata

Kesambi
Walikukun

101,05
14,32

Ketul

66,75

Nyawon

16,84

Acacia nilotica

Akasia

107,04

Acacia leucophloea

Pilang

9,70

Scleicera oleosa

Krasak

75,00

Acacia nilotica

Akasia

41,67

Acacia nilotica

Akasia

80,05

Ziziphus rotundifolia

Widoro bukol

29,91

Scleicera oleosa
Schouthenia ovata

Kesambi
Walikukun

110,42
14,13

Tumbuhan Cosmos caudatus
Bawah
Vernonia cinerea
Semai
I

Pancang
Tiang
Pohon

Tumbuhan Cosmos caudatus
Bawah
Vernonia cinerea
Semai

II

Pancang
Tiang
Pohon

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di lokasi penelitian, terdapat beberapa
vegetasi yang dimanfaatkan sebagai pakan lutung jawa. Pakan lutung jawa terdiri
dari enam jenis pohon diantaranya asam jawa (T.indica), kesambi (S.oleosa),
mimbo (A.indica), pilang (A.leucophloea), kepuh (S.foetida), dan walikukun (S.
ovata). Untuk jenis tiang yaitu akasia (A.nilotica) dan krasak (F.superba),
tumbuhan bawah yaitu jerukan (C.sepiaria). Jenis-jenis tersebut terdapat hampir
semua lokasi wilayah kelompok lutung jawa. Menurut Bailey (1984) jumlah dan
kualitas pakan yang dibutuhkan oleh individu satwaliar bervariasi, dipengaruhi oleh
faktor jenis kelamin, kelas umur, dan fisiologi pencernaan.
Hasil penelitian menurut Kurniadi (2010) presentase tipe pemilihan pakan di
Resort Bama Taman Nasional Baluran dengan komposisi daun sebanyak 72,61%,
buah 21,84% dan bunga 1,92%, dan penelitian Shofa (2014) komposisi pakan
lutung di CA Dungus Iwul berupa daun besar 75,68%, buah sebesar 21,62% dan
bunga sebesar 2,70%.

10

(a)
(b)
Gambar 5 (a) Jerukan (C.sepiaria) dan (b) Asam jawa (T.indica) salah satu pakan
lutung jawa di Resort Bama
Aktivitas Harian Lutung Jawa
Penggunaan waktu dan aktivitas lutung jawa
Aktivitas harian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan,
sosial, reproduksi, istirahat. Aktivitas harian dilakukan dalam wilayah jelajah.
Lutung jawa mulai beraktivitas dengan bangun dari pohon tidurnya sekitar pukul
05.20-06.00 WIB, kemudian berpindah dan makan di pohon tempat tidur atau
sumber pakan di sekitar pohon tidur. Waktu mulai beraktivitas tidak tetap, akhir
aktivitas harian ditandai dengan memasuki pohon tempat tidur dengan melakukan
aktivitas makan dan mencari posisi tidur, lutung jawa mulai memasuki pohon tidur
pukul 17.30 dan mulai melakukan tidur sekitar pukul 18.05, umumnya setelah
memasuki pohon tidur lutung jawa tidak beraktivitas lagi namum beberapa individu
masih melakukan aktivitas makan dan mencari posisi tidur. Pada saat makan, lutung
jawa memilih pohon pakan masing-masing, setiap pohon dipakai 1-5 individu,
sekitar jam 06.00 pagi, kelompok lutung jawa mulai bergerak mencari pakan,
dipimpin oleh pemimpin kelompok. Lutung jawa mulai beristirahat pada saat siang
hari sekitar jam 11.00 WIB, istirahat dilakukan dengan tidur, dan terkadang sambil
melakukan aktivitas sosial. Kelompok lutung jawa bergerak lagi untuk mencari
pakan sekitar pukul 14.00 WIB sampai sekitar jam 17.30 WIB, pada saat itu
kelompok lutung jawa menuju pohon tidur. Total waktu perjumpaan selama
penelitian berlangsung adalah 4457 menit atau 74 jam 17 menit untuk seluruh
individu lutung jawa. Rata-rata waktu aktivitas harian dua kelompok tersebut
adalah 12 jam 22 menit.

No

Tabel 2 Interval waktu awal dan akhir kelompok lutung jawa.
Kelompok lutung
Waktu awal aktivitas
Waktu akhir aktivitas

1
2

Kelompok I
Kelompok II

05.30-06.28
05.20-06.30

17.00-18.00
17.32-17.53

Kelompok II memiliki waktu rata-rata aktivitas harian lebih besar dari pada
waktu rata-rata aktivitas harian kelompok I. Kelompok I memiliki waktu rata-rata
aktivitas harian yaitu 11 jam 59 menit sedangkan kelompok II memiliki waktu rata-

11
rata harian yaitu 12 jam 46 menit. Secara umum aktivitas harian lutung jawa dibagi
kedalam empat aktivitas utama, yaitu aktivitas makan (makan atau minum),
istirahat (diam di posisi dan tidur) aktivitas berpindah (kegiatan pengembaraan atau
perjalanan, berpindah dari satu pohon ke pohon lain) dan aktivitas sosial (bermain,
berkutu-kutuan, kawin, serta konflik dengan anggota kelompok atau jenis satwa
lain).
Istirahat
22%
Makan
40%
Sosial
12%

Berpindah
26%

Gambar 6 Presentase rata-rata aktivitas harian lutung jawa
Hasil pengamatan aktivitas harian lutung jawa pada kelompok I dan
kelompok II (Gambar 6) lutung jawa di Resort Bama diperoleh persentase aktivitas
rata-rata dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah adalah aktivitas makan
40%, 26% aktivitas berpindah, 22% aktivitas istirahat dan 12% aktivitas sosial.
Alokasi waktu aktivitas pada pagi hari dengan proporsi aktivitas pada pagi hari
aktivitas tertinggi adalah makan. Kondisi suhu dan kelembaban yang relatif tinggi
pagi hari menyebabkan lutung jawa untuk memilih berkumpul untuk makan
(Nadler et al 2002) pada siang hari lutung jawa lebih banyak bergerak dan istirahat.
Aktivitas ini terkait dengan usaha mencari sumber pakan sesuai dengan pernyataan
Prayogo (2006) dalam Sulistyadi (2009) kegiatan istirahat pada primata termasuk
lutung jawa umumnya dipengaruhi oleh tingkat suhu dan kelembaban. Suhu yang
relatif tinggi pada siang hari menyebabkan lutung jawa banyak bergerak dan
beristirahat dengan cara berteduh di bawah kerimbunan tajuk pohon.
Distribusi aktivitas harian lutung jawa kelompok I dan II menunjukan variasi
beragam. kelompok I presentase aktivitas yang dilakukan lutung jawa yang meliputi
makan 50%, istirahat 34%, berpindah tempat 11%, dan aktivitas sosial sebanyak
5% (Gambar 7). Jika dibandingkan dengan keempat aktivitas lutung jawa yang
diamati, maka aktivitas yang paling banyak dilakukan lutung jawa adalah makan
diikuti istirahat, berpindah dan sosial. Sedangkan pada kelompok II presentase
aktivitas yang dilakukan aktivitas makan 30%, istirahat 10%, berpindah tempat
41%, dan aktivitas sosial 19%.

12

Kelompok I

Kelompok II

50.28 %
41.11 %

33.63 %

29.90 %
10.67 %

Makan

Berpindah

18.56 %
5.43 %
Sosial

10.43 %

Istirahat

Gambar 7 Perbandingan aktivitas kelompok I dan II
Berdasarkan penggunaan rata-rata lamanya waktu aktivitas lutung jawa
kelompok I dan II (Gambar 7), terlihat aktivitas makan kelompok I lebih lama dari
kelompok II, sedangkan aktivitas berpindah dan aktivitas sosial kelompok II lebih
lama dibandingkan kelompok I, dan aktivitas istirahat lebih lama dilakukan oleh
kelompok I dibandingkan oleh kelompok II. Seperti halnya pada primata lain,
aktivitas harian kelompok lutung jawa diawali dengan aktivitas makan. Selanjutnya
yaitu aktivitas istirahat yang biasanya terjadi sekitar pukul 08.00-11.00 WIB.
Aktivitas sosial dilakukan sebelum atau sesudah waktu aktivitas istirahat. Aktivitas
berpindah lutung jawa melakukanya secara efektif dan efisien, durasi setiap tipe
aktivitas masing-masing kelompok berbeda. Perbedaan yang jelas terlihat pada
aktivitas berpindah dan aktivitas istirahat. Pada aktivitas berpindah, kelompok II
memiliki presentase waktu lama dibandingkan dengan kelompok I selama waktu
pengamatan, hal ini dikarenakan wilayah jelajah kelompok II lebih luas dan
penyebaran pohon pakan yang menyebar di seluruh wilayah jelajah kelompok II,
selain itu jumlah kelompok lutung jawa pada kelompok II lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok I. Presentase aktivitas istirahat pada kelompok II
sebesar 10,43 % hal ini berhubungan dengan aktivitas bergerak atau berpindah
dengan jumlah individu yang banyak, oleh karena itu semakin besar energi yang
digunakan untuk bergerak maka semakin besar pula waktu yang diperlukan untuk
istirahat dan aktivitas makan, namun pada kelompok II ini aktivitas istirahat lebih
sedikit.
Aktivitas makan
Pola makan pada primata umumnya dibagi kedalam tiga kategori berdasarkan
kuantitas jenis pakan yang dikonsumsinya yaitu frugivorus (banyak memakan
buah), folivorus (banyak memakan dedaunan), dan insectivorus (banyak memakan
serangga) (Rowe 1996). Aktivitas makan merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh setiap individu untuk mendapatkan energi yang dapat digunakan
dalam aktivitas lain, aktivitas makan diperoleh presentase terbesar rata-rata yang
dilakukan oleh kelompok lutung jawa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa aktivitas makan merupakan aktivitas paling besar yaitu dengan presentase
40% (Gambar 8).
Lutung jawa kelompok I rata-rata menggunakan pohon asam (T. indica),
kesambi (S. oleosa), dan jerukan (C. sepiaria) sebagai pohon pakan. Lokasi makan
pada pagi hari berdekatan dengan tempat tidurnya terkadang pohon tidur sekaligus
pohon pakan. Pohon asam memiliki bentuk percabangan yang melebar dan daunya
yang kecil sehingga memudahkan lutung jawa untuk memakan daunya. Karena

13
percabangannya yang melebar dalam satu pohon memungkinkan banyak individu
atau dalam kelompok makan pada saat bersamaan. Lutung jawa kelompok kedua
menggunakan pohon asam, akasia berduri, pilang sebagai pohon pakan karena pada
kelompok dua ini lebih sering masuk ke hutan akasia, selain memakan daun, lutung
jawa juga memakan buah yaitu pada jerukan (C. sepiaria),dan krasak (F. superba)
(Gambar 8).
Menurut Kool (1993) sebagian pakan lutung jawa terdiri atas dedaunan
berprotein tinggi. Daun yang dipilih yang dikonsumsi yaitu mempunyai kandungan
serat yang mudah dicerna yaitu daun muda. Buah-buahan juga dikonsumsi oleh
lutung jawa karena mempunyai kadar tannin dan kadar fenol yang lebih tinggi dari
dedaunan. Menurut Goltenboth (1976) diacu dalam Hendratmoko (2009) kadar
tanin ini berfungsi untuk mengurangi kadar keasaman lambung akibat fermentasi
pakan.
Aktivitas makan biasanya dilakukan setelah bangun tidur, siang hari dan
menjelang sore. Waktu makan lutung jawa dimulai pukul 06.00 WIB sampai
dengan pukul 11.00 WIB dan kembali makan ketika menjelang ke pohon tidur
sekitar pukul 17.00 WIB.

Gambar 8 Lutung jawa sedang melakukan aktivitas makan
Cara makan lutung jawa sangat bervariasi mulai dari cara mengambil
sampai menelan kedalam mulutnya, diantaranya seperti sikap tubuhnya selalu
duduk dengan cara menarik ranting dengan tangan kemudian daun diambil dengan
tangan yang lain, ranting dilepaskan, daun dimasukan ke mulut, digigit atau
dipotong lalu dimakan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Nurwulan (2002) bahwa
lutung jawa biasanya makan dengan posisi tubuh bergelantungan di atas pohon.
Posisi duduk lutung jawa dalam penelitian ini diduga bahwa karena ranting pada
pohon pakan tersebut mampu menopang tubuh lutung jawa dan sumber pakanya
mudah dijangkau, sehingga lutung jawa lebih banyak melakukan aktivitas makanya
dengan cara duduk. Menurut Chievers et al (1975) diacu dalam Widyanti (2001)
yang termasuk aktivitas makan adalah mencari sumber pakan yang potensial,
melakukan pemilihan atau memetiknya, memasukannya kedalam mulut dan
mengunyah kemudian menelannya. Cara makan dapat berbeda untuk bagian dan
jenis yang berbeda. Daun akasia berduri dimakan dengan cara langsung dengan
mulutnya dan tangan memegang batang yang berduri selebihnya dibuang.
Aktivitas berpindah
Aktivitas berpindah atau bergerak merupakan pada lutung jawa bermacammacam diantaranya melompat, memanjat, dan berjalan dari satu pohon ke pohon

14

lain dengan tujuan untuk mencari sumber pakan, cover, dan shelter serta
menghindari dari bahaya predator. Lutung jawa lebih banyak melakukan
pergerakan pada pagi hari dan menjelang memasuki pohon tidur hal ini dilakukan
untuk mencari sumber pakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas
harianya. Berdasarkan hasil penelitian aktivitas berpindah memiliki presentase
sebesar 26% dari seluruh aktivitas yang dilakukan lutung jawa.
Secara umum lutung jawa menggunakan seluruh tungkainya untuk kegiatan
berpindah dengan cara melompat (Gambar 9) dari cabang ke cabang atau pohon ke
pohon, namun beberapa kasus sering berpindah dan turun lewat tanah karena vegetasi yang
jaraknya berjauhan. Perpindahan kelompok sering diawali oleh jantan dewasa,
namun beberapa kasus betina dewasa juga mengawali perpindahan anggota
kelompok lainya. Berpindah posisi secara umum ataupun berpindah kelompok,
hanya dilakukan oleh seluruh individu kecuali bayi, hal ini individu bayi belum
memiliki kemampuan lokomosi yang baik (belum terlatih). Bayi berpindah-pindah
disekitar induknya, bayi digendong ketika induk berpindah ke pohon lain atau
tempat pohon yang agak jauh. Individu peralihan bayi-anak dapat berpindah sendiri
dari satu pohon ke pohon yang lain.

Gambar 9 Lutung jawa sedang berpindah
Aktivitas istirahat
Aktivitas istirahat merupakan aktivitas diam dalam selang waktu tertentu
tidak melakukan aktivitas apapun. Iskandar (2007) diacu dalam Zanuansyah (2009),
masa istirahat biasanya dilakukan karena beberapa alasan , yaitu untuk memberi
kesempatan terjadinya proses fisiologis mencerna pakan yang dikonsumsi. Pada
umumnya aktivitas istirahat lutung yaitu tidur dengan frekuensi 2-3 kali dalam
sehari dengan lama istirahat 1-2 jam. Kondisi tersebut kemungkinan dipengaruhi
proses fermentasi pakan pada lambung lutung. Posisi lutung jawa pada saat tidur
yakni dengan cara tangan memeluk batang pohon atau pada saat istirahat siang
posisi lutung jawa membungkukan badan, telapak kaki saling bertimpaan, tangan
memegang cabang, kepala disusupkan ke perut diantara dua kaki/lutut.
Lutung jawa menggunakan pohon asam, kesambi sebagai tempat beristirahat
atau pohon tidur. Setiap harinya pohon tidur yang digunakan lutung jawa bisa saja
berbeda, pemilihan pohon tidur dipengaruhi tingkat kesukaan dan kenyamanan
masing-masing kelompok lutung jawa berdasarkan bentuk dan luas tajuk pohon.
Tajuk pohon tidur umumnya juga luas dengan percabangan yang relatif banyak dan
berdaun rimbun. Berdasarkan Utami (2010) pohon tidur yang dipakai oleh

15
kelompok lutung jawa di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan
pohon dengan ketinggian berkisar 30-41 meter, memiliki diameter 32-90 cm.

Gambar 10 Lutung sedang melakukan aktivitas istirahat.
Aktivitas sosial
Menurut Soeratmo (1979) diacu dalam Zanuansyah (2013), hubungan sosial
secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yaitu hubungan dengan spesies yang
sama dan hubungan sosial dengan spesies yang berbeda. Kedua jenis hubungan
sosial tersebut dapat terjadi pada kelompok satwa karena terdapat bentuk-bentuk
komunikasi antar anggota kelompok. Kemampuan berkomunikasi pada satwa
dipengaruhi oleh tanda dapat dikirim tiap individu dan kemudian individu lain
menangkap atau menerima tanda tersebut.

Gambar 11 Lutung jawa sedang mengasuh.
Aktivitas sosial yang diamati adalah meliputi bermain, berkutu-kutuan,
kawin, serta konflik dengan anggota kelompok atau jenis satwa lain. Selama
pengamatan aktivitas sosial memiliki rata-rata proporsi 12 % pada kelompok I dan
II dari seluruh aktivitas harian utama yang dilakukan oleh lutung jawa. Aktivitas
sosial yang berhasil diamati pada kedua kelompok yaitu aktivitas bermain,
mengasuh anak (Gambar 11) , berkutu-kutuan, berkelahi, bersuara dan kawin. Pada
saat pengamatan ditemukan lutung jawa yang sedang melakukan aktivitas seksual,
selain itu juga terdapat kelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dalam satu pohon ketika lutung jawa sedang melakukan aktivitas makan, istirahat,
namun ketika seekor lutung jawa melihat pengamat, atau aktivitas pengunjung di

16

Taman Nasional Baluran dalam jarak yang dekat, individu lutung jawa tersebut
mengeluarkan suara yang didahului dengan mengamati dengan gerak yang cepat.

Wilayah Jelajah Lutung Jawa
Alikodra (2002) pergerakan satwaliar merupakan usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pergerakan tersebut erat hubungannya dengan sifat individu
dan kondisi lingkungannya. Pergerakan dilakukan untuk mencari pakan,
berkembang biak ataupun menghindarkan diri dari pemangsaan dan gangguan
lainya. Wilayah jelajah adalah daerah tempat tinggal suatu binatang yang tidak
dipertahankan terhadap masuknya binatang lain kedalam daerah tersebut. Apabila
daerah tersebut sudah mulai dipertahankan maka daerah tersebut menjadi daerah
teritorialnya. Mason (1968) dan Bates (1970) diacu dalam Rinaldi (1992)
menyatakan bahwa home range atau wilayah jelajah merupakan areal yang diliputi
oleh gabungan-gabungan jelajah harian suatu kelompok. Sedangkan Alikodra
(2002) mendefinisikan home range sebagai wilayah yang dikunjungi satwaliar
secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minuman, tempat tidur, dan kawin
serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung. Selanjutnya dinyatakan bahwa
ukuran dan kestabilan home range bervariasi menurut sumber dan jenis makanan,
topografi, kepadatan populasi, predator, dan ukuran kelompok. Parameter
pergerakan harian lutung jawa yang menjadi obyek pengamatan meliputi tiga aspek
yaitu panjang jelajah kelompok lutung yang dilakukan dalam waktu aktifnya setiap
hari dari mulai meninggalkan lokasi tidur sampai ke lokasi tidur selanjutnya, jarak
terjauh dari rute jelajah harian, dan perbedaan jarak antara pohon tempat semula
dengan tempat tidur pada malam berikutnya. (Chivers 1980, Bismark 1987) diacu
dalam Zanuansyah (2013). Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan metode Minimum convex polygon (MCP) diketahui bahwa lutung
jawa kelompok I mempunyai luas dugaan total 7,46 ha dan kelompok II seluas
13,15 ha di Resort Bama, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Supriatna dan
Wahyono (2000), daerah jelajah lutung jawa berkisar antara 15-23 ha namun
menurut penelitian Kurniadi (2010) di Taman Nasional Baluran Resort Bama dua
kelompok lutung jawa dengan luas wilayah jelajah 7,18 dan 6,86 ha. Wilayah
jelajah kelompok II lebih luas (Gambar 12). Menurut Chivers (1972) sumber pakan
menentukan besar kecilnya daerah jelajah, artinya semakin langka makanan, maka
semakin jauh dan luas daerah jelajah untuk mencari makan. Pohon tempat
beraktivitas makan kelompok I tersebar merata, seperti T.indica, S.oleosa, F.
superba dan A.indica, yang merupakan pohon dominan yang terdapat di Resort
Bama.
Lutung jawa saat melakukan pergerakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kelompok lutung jawa bisa bergerak memasuki daerah jelajah kelompok
lain. Overlap terletak di daerah yang sering terjadinya konflik antara kelompok I
dan II. Konflik antara kedua kelompok terjadi di perbatasan antara jalan raya dan
terdeteksi saat terdengar suara dari salah satu kelompok atau kedua kelompok.
Bismark (2006) menyatakan meratanya sebaran sumber pakan dengan potensi
tinggi menyebabkan kurangnya pertahanan kelompok terhadap daerah jelajah
sehingga terjadi tumpang tindih daerah jelajah mencapai lebih dari 40%. Luas
daerah overlap antar wilayah jelajah kelompok I dan II dengan menggunakan

17
metode MCP sebesar 7,1 ha. Luas daerah jelajah suatu kelompok lutung jawa selain
sebagai indikator ketersediaan pakan dan tempat berlindung, dapat pula
dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan anggota kelompok lainya, sehingga
membuka peluang terbentuknya kelompok baru dengan demikian akan
berpengaruh pada suatu kelompok.

Gambar 12 Dugaan wilayah jelajah lutung jawa dengan menggunakan metode
MCP
Pergerakan harian lutung jawa
Lutung jawa memulai aktivitas harian dengan bergerak dari pohon tidur
menuju pohon pakan. Dalam waktu satu hari aktivitas, lutung jawa dapat
menempuh pergerakan harian yang berbeda dari satu kelompok dari kelompok lain
tergantung dari suatu luas jelajahnya. Berdasarkan hasil perhitungan luas wilayah
jelajah menggunakan metode Minimum Convex Polygon (MCP), pergerakan harian
kedua kelompok lutung jawa memiliki jarak tempuh yang berbeda. Kelompok II
memiliki rata-rata pergerakan harian (daily range) dugaan lebih besar dalam satu
hari dari pada kelompok I. Kelompok II memiliki rata-rata daily range dugaan
sebesar 576 m sedangkan kelompok I memiliki rata-rata daily range dugaan
sebesar 417 m (Tabel 3). Hal tersebut dikarenakan ketersediaan pakan pada
kelompok II lebih tersebar berjauhan antar setiap pohon pakan dalam area luasan
wilayah jelajahnya dibandingkan kelompok I. Kelompok II bergerak lebih jauh
untuk mencapai pohon pakannya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terhadap
wilayah jelajah harian kelompok lutung jawa diantaranya suhu, jarak dari sungai
(kondisi fisik), jumlah jenis tumbuhan, kerapatan tumbuhan, ketersediaan pakan,

18

ketersediaan pohon tidur (kondisi vegetasi), ukuran kelompok. Menurut Alikodra
(1990) faktor yang mempengaruhi yaitu posisi jarak antar pohon berjauhan, selain
itu faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan satwa liar adalah ketersediaan
makanan, predator, dan waktu berkembang biak.
Tabel 3 Pergerakan harian dua kelompok lutung jawa.
No Ulangan keKelompok I
Kelompok II
DR (m) MR (m) NPS (m) DR (m) MR (m) NPS
(m)
1
ulangan ke-1 303
122
122
672
534
503
2
ulangan ke-2 438
177
177
465
182
182
3
ulangan ke-3 510
391
391
591
154
88
Rata-rata
417
230
230
576
290
257,
7
Keterangan :
DR : Daily range, MR :Maximum radius, NPS : Night position shift

Radius maksimum (MR) kelompok I mencapai rata-rata 230 m sedangkan
kelompok II mencapai rata-rata 290 m. Radius maksimum kelompok lutung jawa
dipengaruhi oleh luasan wilayah jelajah yang dibatasi oleh faktor kelimpahan pakan
dan gangguan aktivitas manusia. Wilayah jelajah harian kelompok I sering
didatangi oleh pengunjung sehingga kelompok I tidak terlalu aktif bergerak agar
menghindari gangguan dari aktivitas pengunjung.
Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi pohon tidur setiap kelompok lutung
jawa berbeda hampir setiap harinya. Diduga karena adanya beberapa faktor
diantaranya bahaya dari predator dan lokasi pohon pakan. Penghindaran lutung
jawa diasumsikan bahwa dengan tidak tetapnya lokasi pohon tidur kelompok lutung
jawa maka akan menghindari pengintaian dari predator. Selain itu, lokasi pohon
pakan yang menyediakan pakan pada musimnya akan mempengaruhi lokasi pohon
tidur di hari selanjutnya agar pada saat bangun dari tidurnya kelompok lutung jawa
akan dengan mudah mencapai lokasi pohon pakan. Menurut smith (2007 lihat Qihai
dkk. 2009 :362) pemilihan lokasi tidur yang berdekatan dipengaruhioleh keinginan
hewan untuk meminimalisir waktu tempuh untuk mencapai lokasi sumber pakan
pada hari berikutnya. Lokasi tempat tidur (night position shift) pada kelompok I
rata-rata 230 m, dan kelompok II mencapai 257,7 m. Saat pengamatan langsung di
lapangan, pengamat kesulitan mencari lokasi pohon tidur sebelumnya hal tersebut
dikarenakan pada awal memulai pengamatan pengamat harus mencari terlebih
dahulu lokasi keberadaan kelompok lutung jawa pada wilayah jelajahnya. Namun,
hal ini dapat diselesaikan dengan asumsi bahwa kelompok lutung jawa memulai
aktivitas harian dengan menuju pohon pakan yang tidak jauh dari lokasi pohon
tidurnya. Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) lutung jawa tidur pada dahan
atau cabang pohon, dan biasanya memilih pohon tidur di dekat sungai serta
menurut Li dan Roger (2003) lutung jawa memilih lokasi tidur didekat lokasi
makan. Lutung jawa menggunakan pohon tidurnya yaitu asam (T.indica) dan
kesambi (S. oleosa). Menurut Penelitian Kartikasari (1986) di Resort Bama Taman
Nasional Baluran pohon tidur lutung jawa umumnya lebih tinggi dari pohon
sekitarnya dan jenis tumbuhan yang dipakai sebagai pohon tidur dilokasi ini adalah
trenggulun (Protinium javanicum), beunying (Ficus fistulosa), dan asam (T.indica).

19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Waktu aktif kelompok lutung jawa (T. auratus ) di Resort Bama dimulai sejak
pukul 05.30-18.00 WIB, yaitu sejak bangun tidur sampai dengan tidur malam di
pohon tidurnya. Penggunaan waktu aktivitas lutung jawa rata-rata didominasi
dengan aktivitas makan, istirahat, berpindah kemudian yang terkecil aktivitas
sosial. Luas wilayah dugaan rata-rata kelompok lutung jawa kelompok I 7,46 ha,
kelompok II 13,15 dengan overlap sebesar 7,1 ha. Daily Range (DR) rata-rata 417
m, Radius Maksimum (RM) rata-rata 230 m, dan Night Position Shift (NPS) ratarata 230 m, sedangkan kelompok II DR rata-rata sebesar 576 m. RM rata-rata 290
m dan NPS rata-rata 257,7 m.
Saran
1.
2.

Pengelolaan wisata alam di Resort Bama diarahkan agar tidak mengganggu
daerah-daerah yang menjadi aktivitas harian lutung jawa.
Pengelola menetapkan jarak pengamatan minimal untuk pengamanan di dalam
hutan, hal ini untuk menghindari gangguan pola pergerakan lutung jawa di
Resort Bama.

DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor (ID): Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayati IPB.
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayati. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. Canada: John Wiley & Sons,
Inc.
Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Rencana Karya Lima Tahun (RKL) Balai
Taman Nasional Baluran Periode Tahun 2008-2014. Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Baluran.
Departemen Kehutanan.
Bismark M. 1988. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Bismark M, Wiriosoepartho AS. 1980. Beberapa Aspek Ekologi Lutung (Presbitys
cristata Raffles 1821) di Suaka Margasatwa Meru Betiri Jawa Timur.
Laporan penelitian.Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.
Bismark M. (2006). Konservasi primata endemik Mentawai : analisis habitat dan
populasi primata di Siberut Uta-ra. Prosiding Konservasi dan Reha-bilitasi
Sumberdaya Hutan. Sulis-tyo, A. Siran et al. eds. 63-69.
Cannon WVA. 2009. Trachypithecus auratus" (On-line), animal diversity web
[internet].
[diunduh
2014
April
24]
Tersedia
pada:

20

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Trachypit
hecus_auratus.html.
Djuwantoko. 1994. Habitat and conservation of ebony leaf monkey in deciduous
forests (teak), in Central Java [Abstract]. XVth Congress of the International
Primatolog ical Society [Internet]