Ekologi trofik ikan ikan dominan (Trichogaster leerii, T.trichopterus, dan Rasbora dusonensis) di hutan rawa gambut desa Dadahup Kalimantan Tengah

EKOLOGI TROFIK IKAN-IKAN DOMINAN
(Trichogaster leerii, T. trichopterus, dan Rasbora dusonensis)
Dl HUTAN RAWA GAMBUT DESA DADAHUP
KALIMANTAN TENGAH

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR
DAN SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir "Ekologi Trofik Ikan-lkan Dominan
(Jrichogaster leerii, T. trichopterus, and Rasbom dusonensis) di Hutan Rawa Gambut Desa
Dadahup, Kalimantan Tengah adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber infonnasi yang berasal atau
dikutip dari kaiya yang diterbitkan maupun tidzk diterbltkzn dari penulis !ain te!ah disebutkan
dalarn teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, 21 Juli 2008

AHMAD ZAHlD

C 151 060 161

ABSTRACT

AHMAD ZAHID. Trophic Ecology of Dominant Fishes (Trichogaster leerii, T.
trichopterus, and Rasbora dusonensis) in Peatswamp Forest Dadahup District,
Province of Central Kalimantan. Under direction of M.F. Rahardjo, Sutrisno Sukimin,
and Lenny S. Syafei
The study was conducted from July to December 2007 which aiming to described diet
composition, feeding strategy, and relating of diet consumption and prey availability in
peatswamp forest district of Dadahup, Province of Central Kalimantan. Each mounth,
research station, and size classes; the stomach contents of Trichogaster leeni on
consisted predominantly of periphyton and T. frichopterus, and Rasbom dusonensis
were consisted predominantly of phytoplankton. Feeding strategy of three dominant
fishes were generalized. Diatoma and Fmgillaria were the dominance in the stomach
contents and prey-selectively ingested of T. leerii and T. frichopfeus. Navicula was
dominance prey in stomach, but no prey-selectively ingested of R. dusonensis. Size
classes-based, the diet of T. leerfi, T. frichopferus, and Rasbom dusonensis were least
similar during falling and rising water. Niche breadth no different larger during the
falling-water and the rising-water period. Diet overlap between pairs of size classes of

T. leerii were high in falling and rising water. Their diet was influenced by changes in
the quality and quantity.offood in the waters.
Keywords: water level, feeding strategy, diet, dominant fishes, peatswamps forests

RINGKASAN
AHMAD ZAHID. Ekologi Trodik Ikan-lkan Dominan (Trichogaster leerii, T. trichopterus,
and Rasbora dusonensis) d i Hutan Rawa Gambut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah.
Dibawah bimbingan M.F. Rahardjo, Sutrisno Sukirnin, dan Lenny S. Syafei
Salah satu daerah yang terkena pengaruh dari kegiatan PLG sejuta hektar adalah
Desa Dadahup. Daerah ini berada di daerah aliran Sungai Mangkatip dan di sekitarnya
tersebar luas ekosistem hutan rawa gambut. Sebelum kegiatan PLG dirnulai, rawa-rawa
gambui Desa Dadahup merupakan daerah produksi ikan dan benih ikan terbesar di
Kalimantan Tengah. Namun setelah pelaksanaan kegiatan PLG dirnulai, produksi ikan
menjadi menurun dan benih ikan sudah sangat sulit ditemukan di daerah ini. Seperti halnya
rawa pada urnumnya, fluktuasi rnuka air di rawa garnbut dipengaruhi oleh sungai yang
mengalir di sekitar rawa tersebut. Pada rnusim hujan, tinggi rnuka air sungai akan
meningkat, menyebabkan peningkatan rnuka air rawa garnbut. Hal ini berpengaruh kepada
peningkatan unsur hara yang masuk bersama limpasan air sungai. Oleh karena itu, sungai
memberikan pengaruh terhadap kehidupan organisme di perairan rawa gambut. Selain
fluktuasi muka air, vegetasi rawa juga berperan besar dalarn ekosistem rawa gambut. Dalam

upaya pengelolaan surnberdaya perikanan diperlukan informasi-inforrnasi biologis mengenai
sumberdaya ikan tersebut, yang salah satunya ialah informasi mengenai makanan dan
keterkaitan antara ketersediaan organisme rnakanan dengan keberadaan ikan-ikan di hutan
rawa gambut. lnformasi biologis tentang ikan-ikan di rawa gambut masih kurang dan
terbatas pada inforrnasi mengenai komposisi dan distribusinya
Adanya perubahan fungsi hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah rnenjadi lahan
pertanian, perkebunan dan pemukirnan rnasyarakat serta pembangunan saluran irigasi
mernberikan pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas perairan serta surnberdaya hayati
(kornunitas ikan dan organisme rnakanan) yang hidup di ekosistem tersebut. Pembukaan
lahan dan pernbangunan irigasi menyebabkan air dari rawa akan rnengalir keluar dengan
cepat (overdrainage) dan pH 9erairan menjadi semakin menurun (bertambah asam). Selain
itu, pembukaan lahan rnenyebabkan vegetasi rawa sebagai penyedia makanan bagi biota
perairan (khususnya ikan) juga menjadi berkurang dan seiring dengan itu komunitas ikan
akan berkurang. Berkurangnya organisme di ekosistem hutan rawa gambut memengaruhi
kualitas dan kuantitas makanan serta pemanfaatannya oleh komunitas ikan. Hal ini akan
berpengaruh pada keberadaan ikan di perairan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan komposisi rnakanan, strategi pola
makanan tiga spesies ikan dominan (sepat layang, Trichogaster Ieerii; sepat rawa, T.
trichopterus; dan seluang, Rasbora dusonensis) dan mengkaji keterkaitan antara jenis
makanan ikan-ikan dominan tersebut dengan ketersediaan jenis makanan di perairan hutan

rawa gambut Desa Dadahup rnelalui analisis selektivitas rnakanan, luas dan tumpang tindih
relung makanan.
Penelitian dilakukan di hutan rawa gambut Desa Dadahup, Kecamatan Kapuas
Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah (Larnpiran 1) sejak bulan Juli
sarnpai dengan Desember 2008. Daerah ini berada di daerah kerja (Blok) A lokasi kegiatan
pengembangan lahan gambut (PLG) sejuta hektar dan berada di daerah aliran Sungai
Mangkatip. Lokasi pengambilan contoh dibagi menjadi tiga stasiun berdasarkan daerah
penyebaran rawa yang terluas dan daerah penangkapan ikan yaitu Rawa Sei Katapi
(stasiun I ) , Rawa Sei Kakawang (stasiun 2), dan Rawa Sei Baru (stasiun 3) (Lampiran 1
dan 2). Rawa Sei Katapi merupakan daerah yang telah mengalami kebakaran hutan, ha1 ini
menyebabkan penutupan vegetasinya kecil (~r
30%), daerah ini sangat dekat dengan lokasi
pemukiman penduduk. Rawa Sei Kakawang rnerupakan daerah dengan penutupan vegetasi
60%, dan sebagian lahannya telah rnengalarni kebakaran. Rawa Sei Baru merupakan
hutan rawa yang penutupan vegetasinya tinggi (+ 80%), di areal ini terdapat beberapa kolarn
(beje). Analisis laboratorium yang dilakukan di Laboratoriurn Bio Makro I, meliputi identifikasi
plankton dan perifiton, pengukuran panjang total, penimbangan bobot ikan, dan analisis isi
saluran pencernaan ikan. Analisis data rneliputi komposisi jenis ikan, hubungan panjang

+


bobot ikan, kebiasaan makanan, kelirnpahan spesifik organisrne rnakanan, indeks pilihan,
dan luas dan tumpang tindih reiung makanan.
Hasil peneiitian rnenunujukkan kisaran suhu perairan hutan rawa garnbut Desa
Dadahup berkisar antara 26,9 - 30,3 O C ; kedalaman perairan sangat ditentukan oleh
fluktuasi tinggi rnuka air sungai yang rnengalir di sekitar rawa; kecerahan perairan,
kandungan oksigen, dan pH perairan relatif rendah. Di hutan rawa gambut Desa Dadahup
diternukan 34 spesies ikan, dan paling dominan ialah sepat rawa (Jrichogaster trichopterus).
sepat layang (J. leerif), dan seluang (Rasbora dusonensis). lkan sepat layang yang
tertangkap berjumlah 509 ekor (st.1: 135; st.2: 170; st.3: 204) dan paling banyak tertangkap
berada pada ukuran 55 - 64 mm (Gambar 4). Kisaran panjang dan bobot ikan yang
tertangkap adalah 35 - 78 rnm dan 0,64 - 7,99 gram. Berdasarkan stasiun pengamatan dan
jenis kelamin ikan. ikan sepat rawa ditemukan 685 ekor (st.1: 188; st.2: 224; st.3: 273) dan
berdasarkan sebaran ukuran, ikan paling banyak tertangkap pada ukuran 52 - 61 rnm.
Secara keseluruhan panjang total ikan yang tertangkap berkisar 32 - 93 mm, dan bobot
tubuh ? , I 3 - 18,93 gram. lkan seluang yang tertangkap berjumlah 460 ekor (st.1: 124; st.2:
151; st.3: 185), dan ikan ini paling banyak tertangkap pada ukuran 94 - 103 mm. Rentang
panjang dan bobot ikan yang tertangkap di perairan hutan rawa garnbut Desa Dadahup
berkisar 54 - 203 mm dan bobot 1,02 12,03 gram. Hubungan panjang bobot ketiga ikan
dorninan adalah alometrik. lkan sepat layang mernanfaatkan perifiton sebagai makanannya,

ha1 yang berbeda ikan sepat rawa dan seluang memanfaatkan fitoplankton. Strategi pola
makanan ketiga ikan dorninan adalah generalis. Pemanfaatan sumberdaya makanan di
perairan ketiga ikan dominan relatif sarna baik pada setiap bulan rnaupun berdasarkan
ukuran panjang yang berbeda. lkan sepat layang lebih rnarnpu memanfaatkan sumberdaya
rnakanan lebih besar dibandingkan dua jenis ikan dominan lainnya. Tingkat kesamaan
relung makanan antar kelompok ukuran panjang (intraspesifik) ketiga ikan dorninan relatif
tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kompetisi pernanfaatan rnakanan jika
ketersediaan makanan di perairan terbatas.

-

0 Hak Cipta rnilik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa rnencanturnkan atau
menyebutkan surnbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu rnasalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang rnengurnurnkan atau rnernperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB.


EKOLOGI TROFIK IKAN-IKAN DOMINAN
(Trichogaster leerii, T. trichopterus, dan Rasbora dusonensis)
Dl HUTAN RAWA GAMBUT DESA DADAHUP
KALIMANTAN TENGAH

AHMAD ZAHlD

TESlS
Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi llrnu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOW
2008

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis


: EKOLOGI TROFIK IKAN-IKAN DOMINAN (Trichogasferleerii,
T. frichopferus, dan Rasbora dusonensis) Dl HUTAN RAWA
GAMBUT DESA DADAHUP, KALIMANTAN TENGAH

Narna Lengkap

: AHMAD ZAHlD

Nomor Pokok

: C 151 060 161

Program Studi

: ILMU PERAIRAN

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.F. Rahardio. DEA

Ketua

,
J

Ketua Program Studi llmu Perairan

olah Pascasarjana

t

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS
Tanggal Ujian : 17 Juli 2008

Tanggal Lulus :

2

JUL 2008


PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa atas kehendak-Nya
sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang menjadi syarat bagi penulis
untuk memperoleh magister sains ini, disusun dalam lima bagian (bab) isi yaitu bab
pertama berisi pendahuluan yang mengupas mengenai latar belakang, tujuan dan
perumusan masalah dari penelitian; bab kedua berisi tinjauan pustaka yang
merupakan kerangka teoritis dari permasalahan yang diteliti; bab ketiga
memaparkan mengenai daerah penelitian, bahan, alat, dan metode penelitian yang
digunakan; bab keempat berisi hasil penelitian dan pembahasan dari hasil yang
dipemleh; dan bab kelima merupakan kesimpulan dari penelitian dan rnerupakan
jawaban dari tujuan penelitian.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA; Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, DEA; dan Dr. Ir. Lenny
S. Syafei, MS atas bimbingan, atas arahan dan sumbangan pemikiran dalam
penyusunan tesis ini; Dr. Ir. M. Ridwan Affandi atas saran yang diberikan dalam
ujian akhir demi kesempumaan tesis ini; Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS selaku Ketua
Program Studi llmu Perairan atas bimbingan selarna penulis menjadi mahasiswa
SPs IPB; Direktur P~asaranaBudidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
DKP atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut serta dalam
kegiatan penelitian di Kawasan PLG Kalimantan Tengah melalui PT. Pillar Nugraha

Consultant; Ayahanda Ahmad Satullah, lbunda Raznah Luthfah Hilmie, Kak Zaiem
dan Kak Zahirah atas dukungan, do'a, dan nasehat selama ini; Keluarga Besar
Bapak Lambung O.S. Nyalin dan Bapak Maman, atas bantuan selama penulis
berada di lokasi penelitian; Saudara Charles P.H. Simanjuntak SPi, MSi; Rini "yas"
Susilowati, dan rekan-rekan mahasiswa AIR '06 atas dukungan, kritik, saran dan
nasehat yang diberikan kepada penulis selama ini; dan seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat berguna dalam rangka pengelolaan
sumberdaya perikanan dan lingkungan perairan, khususnya pada ekosistem hutan
rawa gambut.
Bogor, Juli 2008
AHMAD ZAHlD

Penulis dengan nama lengkap Ahmad Zahid dilahirkan di Ujung Pandang pada
tanggal 26 Desember 1982 dari pasangan Ahmad Satullah dan Raznah Luthfah Hilmie.
Pendidikan formai ditempuh dari SD, SMP, dan SMU sejak tahun 1988-2000 di
Makassar. Pendidikan program sajana (SI) diselesaikan pada tahun 2005 di lnstitut
Pertanian Bogor pada Pr~gramStudi Manajemen Sumberdaya Perairan, dan pada
tahun 2006 melanjutkan studi program magister sains (S2) pada program studi llmu
Perairan dengan bidang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Lingkungan Perairan,
Sekolah Pascasajana, lnstitut Pertanian Bogor.
Dalarn usaha menyelesaikan studi di Sekolah Pascasajana, penulis melakukan
penelitian yang pendanaannya mendapat bantuan dari Direktorat Prasarana Budidaya,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan RI
melalui PT. Pillar Nugraha Consultant dan telah dituiiskan dalam sebuah tesis dengan
judul "Ekologi Trofik ikan-lkan Dominan (Trichogaster leerii,

Z trichopterus, dan

Rasbora dusonensis) di Hutan Rawa Gambut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah".

Sebagian hasil penelitian untuk tesis ini telah disarnpaikan pada Forum Nasional
Pemacuan Stok lkan I pada tanggal 10 November 2007 dengan judul Keragaman Ikanlkan di Ekosistem Hutan R a m Garnbut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah, dan tulisan
tersebut telah dimuat dalam Pmsiding Forum Nasional Pemacuan Stok lkan I. Tulisan
lain terkait dengan tesis ini juga telah disampaikan pada Seminar Nasional lkan V pada
tanggal 3 Juni 2008 dengan judul Variasi Temporal Ragam Makanan lkan Sepat Layang
(Trichogaster leerii, Blkr. 1852) di Hutan R a m Gambut Desa Dadahup, Pmvinsi
Kalimantan Tengah dan akan dimuat pada Jumal lktiologi Indonesia (JII) volume 9
nomor 1.

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ......................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

vii

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang ......................................................................................
Perurnusan Masalah .............................................................................
..
Tujuan dan Manfaat Penelltlan ..............................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
Deskripsi Hutan Rawa Garnbut .............................................................
Bioekologi lkan ......................................................................................
DAERAH. BAHAN DAN METODE PENELlTlAN ........................................
..

Daerah Penelrtran .................................................................................
Bahan dan Alat
. .Penelitian .....................................................................
Metode Penel~tran..................................................................................
Analisis Laboratoriurn ............................................................................
Analisis Data .........................................................................................
HASlL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Perairan
.....................
Komposisi Jenis lkan
Sebaran Ukuran Pa
...................................
Ikan-lkan Dorninan
Variasi Temporal
Keterkaitan Antara Jenis Makanan dengan Ketersediaan Jenis
Makanan di Perairan
Upaya Pengelolaan S
Desa Dadahup ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

1

DAFTAR TABEL
Judul

Halaman

Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kimia perairan
pada kondisi air suru
........

19

Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kimia perairan
pada kondisi air nai

19

Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang dan bobot
ikan sepat layang, sepat rawa, dan seluang .................................

24

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan sepat layang di hutan
rawa gambut Desa Dadahup ........................................................

29

lndeks bagian terbesarjenis makanan ikan sepat layang di hutan
rawa gambut berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut
dan air naik ....................

30

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan sepat rawa di hutar:
rawa gambut Desa Dadahup

33

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan sepat rawa di hutan
rawa gambut berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut
dan air naik ..................................................................................

34

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan seluang di hutan
rawa gambut Desa Dadahup

37

lndeks bagian terbesarjenis makanan ikan seluang di hutan
rawa gambut berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air sumt
dan air naik .

38

Luas relung makanan ikan sepat layang, sepat rawa, dan seluang
setiap bulan ..................................................................................

41

Luas relung makanan ikan sepat rawa, sepat layang, dan seluang
berdasarkan selang kelas panjang pada kondisi air surut
.
.
dan a ~nark
r ...................................................................................

41

Tingkat kesamaan pemanfaatan sumberdaya makanan ikan sepat
layang berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut
42
dan kondisi air naik.....................
Tingkat kesamaan pemanfaatan sumberdaya makanan ikan sepat
rawa berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut
. . . .
dan kondlsl air nalk ....................................................................... 43
Tingkat kesamaan pemanfaatan sumberdaya makanan ikan seluang
berdasarkan ukuran panjang pada kondisi airsurut dan kondisi
.
.
alr nalk ..................................
43

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Judul
Diagram alir skema pendekatan rnasalah ...................................
Plot kelimpahan relatif organisme makanan dengan frekuensi
kejadian modifikasi Costello ...................... .
.
.........................
Fluktuasi ketinggian muka air hutan rawa gambut Desa Dadahup
di setiap stasiun dikaitkan dengan tingkat curah hujan ................
Sebaran panjang ikan sepat layang di ekosistem hutan rawa
gambut Desa Dadahup .......................................................
Sebaran panjang ikan sepat rawa di ekosisiem hutan rawa
garnbut Desa Dadahup .........................................................
Sebaran panjang ikan seluang di ekosistem hutan rawa gambut
Desa Dadahup ...........................................................................
Hubungan panjang bobot ikan sepat layang .........................
Hubungan panjang bobot ikan sepat rawa .................................
Hubungan panjang bobot ikan seluang .......................................
Strategi pola makanan ikan sepat layang di tiga stasiun penelitian
(a). stasiun 1, (b). stasiun 2, (c). stasiun 3 ...................................
Strategi pola makanan ikan sepat rawa di tiga stasiun penelitian
(a). stasiun 1, (b). stasiun 2, (c). stasiun 3 ...................................
Strategi pola makanan ikan seluang di tiga stasiun penelitian
(a). stasiun 1, (b). stasiun 2, (c). stasiun 3 ...................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Larnpiran

Judul

Halarnan

..

1

Peta lokasi penel~t~an
................................................................

55

2

Foto lokasi stasiun penelitian dan jenis ikan-ikan dorninan ..........

56

3

Kornposisijenis ikan yang tertangkap di hutan rawa garnbut Desa
Dadahup selarna peneiitian ...................................................

57

4

Uji-t terhadap nilai b untuk setiap ikan dorninan ..........................

58

5

Pernilihan makanan ikan sepat layang, sepat rawa dan seluang
di perairan rawa garnbut Desa Dadahup ....................................

59

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Garnbut rnerupakan tanah yang rnengadung bahan organik lebih dari 30%
dan tehentuk dari hasil dekornposisi bahan-bahan organik seperti daun, ranting,
sernak belukar yang berlangsung dalam kecepatan larnbat dan dalarn suasana
anaerob pada daerah cekungan-cekungan di daerah periernbahan, rawa, dan di
daerah antara sungai besar (Wahyunto et a/. 2005; Suryadiputra etal. 2005).
Hutan rawa garnbut rnerupakan ekosistem lahan basah yang terbentuk di
atas tanah gambut dan rnemiliki karakteristik ekosistern yang unik. Ekosistern
rawa garnbut rnerniliki kondisi perairan yang ekstrirn dibandingkan dengan
perairan lainnya yang dicirikan dengan warna perairan hitam, derajat keasaman
(pH) dan konsentrasi oksigen rendah (Ng et a/. 1994; Bearnish et al. 2003). Di
Indonesia, luas hutan rawa garnbut sekitar 20,6 juta ha (52,6% dari luas rawa
garnbut dunia), dan tersebar di pulau Surnatera, Kalirnantan, Sulawesi dan
Papua. Khusus di pulau Kalirnantan, hutan rawa gambut ini tersebar luas di
Provinsi Kalirnantan Tengah (52,18% dari total luas rawa di Kalirnantan atau
14,5% dari total luas rawa di Indonesia) (Wahyunto etal. 2005).
Pada tahun 1995, pemerintah Republik Indonesia rnenetapkan Provinsi
Kalirnantan Tengah sebagai daerah kegiatan pengembangan lahan gambut
(PLG) sejuta hektar. Pelaksanaan kegiatan yang berupa konversi lahan garnbut
rnenjadi lahan pertanian, perkebunan dan permukirnan serta pernbangunan
saluran irigasi pertanian rnernberikan pengaruh besar terhadap ekosistem rawa
gambut. Darnpak yang ditirnbulkan kegiatan ini adalah penurunan kerapatan
vegetasi rawa dan terjadinya kekeringan di lahan gambut akibat aliran keluar air
rawa melalui saluran irigasi pertanian yang tidak terkendali. Hal ini berakibat
pada penurunan fungsi hidrologis dan ekologis rawa garnbut (Boehm dan Siegert
2001; Suryadiputra et al. 2005), dan pada tahun 2007 melalui lnstruksi Presiden
(INPRES) Nomor 2 dilakukan upaya perbaikan berupa pengelolaan dan
pernanfaatan lahan garnbut untuk budidaya (20% dari luas PLG) dan selebihnya
untuk konsewasi.
Salah satu daerah yang terkena pengaruh dari kegiatan PLG sejuta hektar
adalah Desa Dadahup. Daerah ini berada di daerah aliran Sungai Mangkatip dan
di sekitarnya tersebar luas ekosistern hutan rawa garnbut. Sebelurn kegiatan
PLG dirnulai, rawa-rawa gambut Desa Dadahup merupakan daerah produksi ikan
dan benih ikan terbesar di Kalirnantan Tengah. Namun setelah pelaksanaan

kegiatan PLG dirnulai, produksi ikan menjadi rnenurun dan benih ikan sudah
sangat sulit diternukan di daerah ini (kornunikasi pribadi). Selanjutnya dinyatakan
pula bahwa ikan betok (Anabas testudineus, Farnili Anabantidae) yang
merupakan salah satu jenis ikan konsurnsi yang paling digernari oleh rnasyarakat
sudah sulit diperoleh pada hasil tangkapan nelayan di Desa Dadahup.
Seperti halnya rawa pada urnurnnya, fluktuasi rnuka air di rawa gambut
dipengaruhi oleh sungai yang mengalir di sekitar rawa tersebut. Pada rnusim
hujan, tinggi rnuka air sungai akan meningkat, menyebabkan peningkatan rnuka
air rawa gambut. Hal ini berpengaruh kepada peningkatan unsur hara yang
rnasuk bersarna lirnpasan air sungai. Oleh karena itu, sungai rnernberikan
pengaruh terhadap kehidupan organisrne di perairan rawa garnbut. Selain
fluktuasi muka air, vegetasi rawa juga berperan besar dalarn ekosistern rawa
gambut. Vegetasi rawa berperan sebagai surnber rnakanan bagi organisme di
perairan, ternpat rneletakkan telur bagi ikan-ikan yang rnernijah di daerah rawa
dan juga sebagai ternpat perlindungan ikan-ikan rnuda (Utorno dan Asyari 1999;
Wardoyo 2006).
Kondisi ekstrirn di hutan rawa garnbut rnenyebabkan keragarnan jenis
organisrne (khususnya ikan) yang hidup di dalarn perairan rnenjadi sedikit.
Beberapa jenis ikan yang dapat hidup di perairan ini yaitu ikan dari farnili
Belontiidae, Anabantidae, Ophiocephalidae, Bagridae dan Siluridae. Selain
kornposisi jenis .ikan, kondisi perairan ini juga rnernengaruhi ketersediaan
rnakanan bagi ikan. Keberadaan vegetasi di rawa garnbut rnenjadi faktor penting
terhadap ketersediaan makanan di perairan. Ketersediaan organisrne rnakanan
di perairan rnernberikan pengaruh terhadap pernanfaatan surnberdaya rnakanan
dan juga berpengaruh pada keberadaan ikan-ikan di perairan (Kornatsu et a/.
2000).
Dalarn upaya pengelolaan surnberdaya perikanan diperlukan inforrnasiinforrnasi biologis rnengenai surnberdaya ikan tersebut, yang salah satunya ialah
inforrnasi rnengenai rnakanan dan keterkaitan antara ketersediaan organisrne
rnakanan dengan keberadaan ikan-ikan di hutan rawa garnbut. lnforrnasi biologis
tentang ikan-ikan di rawa garnbut rnasih kurang dan terbatas pada inforrnasi
rnengenai kornposisi dan distribusinya (Roberts 1989; Kottelat ef a/. 1993; Nelson
1994; Ng et al. 1994; Bearnish et al. 2003).

Perurnusan Masalah
Adanya perubahan fungsi hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah
berupa pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan dan pemukiman
masyarakat serta pembangunan saluran irigasi memberikan pengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas perairan serta sumberdaya hayati (komunitas ikan dan
organisme makanan) yang hidup di ekosistex tersebut. Pembukaan lahan
menyebabkan vegetasi rawa sebagai penyedia makanan bagi biota perairan
(khususnya ikan) juga menjadi berkurang dan seiring dengan itu komunitas ikan
akan berkurang.
Selain pennasalahan di atas, vegetasi; hidromorfometrik rawa; kualitas air;
plankton; dan perifiton secara variasi temporal akan memengaruhi kualitas
habitat pada kondisi tinggi air yang berbeda. Selain itu, kondis~siap tumbuh ikan
sangat ditentukan oleh keberadaan plankton dan perifiton (sebagai makanan
bagi ikan), serta komunitas ikan di perairan. Keberadaan beberapa jenis ikan
dominan di perairan tidak terlepas dari kesuksesan strategi adaptasi yang
dilakukan oleh kelompok ikan tersebut. Pada kondisi kualitas habitat yang
berbeda terkait dengan tinggi muka air, akan memengaruhi tingkat pernanfaatan
makanan oleh komunitas ikan yang pada akhimya akan memengaruhi
keberadaan dan pertumbuhan ikan di perairan. Untuk lebih jelasnya, analisis
komponen dari kerangka pendekatan masalah tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan komposisi makanan, strategi
pola makanan tiga spesies ikan dominan (sepat layang, Trichogasfer leerii; sepat
rawa, T. trichopterus; dan seluang, Rasbora dusonensis) dan mengkaji
keterkaitan antara jenis

makanan ikan-ikan dominan tersebut dengan

ketersediaan jenis makanan di perairan hutan rawa gambut Desa Dadahup
melalui analisis selektivitas makanan, luas dan tumpang tindih relung makanan.

1
Vegetasi

Kualitas habitat (Kualitas
air. plankton & perifiton)
pada waktu air sunct
(Juli - Oktober)

I

-

I

I
I
I

Hidromorfometrik

Keberadaan &
Pertumbuhan

ikan
Kualitas air

.-

~

Plankton dan
Perifiton

Jenis ikan dominan

L

-

- - - - - - - - -- - -

Kekradaan &
Periurnbuhan

Kualilas habitat (Kualitas
air. plankton & perifiton)
pads waktu air naik
(November Desember)

-

Gambar 1 Skema pendekatan masalah

I
I
I
I
I
I
I

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Hutan Rawa Gambut
Tanah gambut terbentuk melalui proses paludisasi yang disebabkan oleh
akumulasi bahan organik pada daerah perairan tergenang, sehingga terjadi
kondisi an-aerob yang memungkinkan terjadinya akumulasi sepanjang waktu.
Tanah gambut selaiu terbentuk di tempat yang kondisinya jenuh air atau
tergenang, rnisalnya cekungan-cekungan di daerah perlembahan, rawa, dan di
daerah antara sungai besar (Wahyunto ef a\. 2005).
Selanjutnya Wahyunto et a/. (2005) menyatakan bahwa lahan gambut
mernegang peranan penting dalam sistem hidrologi lahan rawa. Salah satu sifat
gambut yang berperan dalam sistem hidrologi adalah kemampuan gambut
rnenahan air yang dimilikinya. Gambut memiliki kemampuan menahan air hingga
300 - 800% dari bobotnya. Selain kernampuan tersebut, gambut juga

mempunyai kemampuan lepas air yang juga besar. Terkait dengan ha1 tersebut,
rnaka keberadaan lahan gambut sangat penting untuk dipertahankan sebagai
daerah konservasi air.
Seperti rawa pada umumnya, rawa gambut banyak ditumbuhi oleh berbagai
jenis vegetasi yang telah teradaptasi dengan tingkungan jenuh air. Selain itu,
rawa gambut yang terbentuk di atas tanah gambut memiliki karakteristik
ekosistem yang unik berupa wama perairan hitam (ekosistem air hitarn), derajat
keasaman (pH) relatif rendah, dan konsentrasi oksigen terlarut rendah. Rawa
garnbut di Selangor Utara, Malaysia memiliki karakteristik berupa wama perairan
hitam, pH dan konsentrasi oksigen terlarut rendah (Beamish ef a/. 2003). Hal
yang sama juga ditemukan di Rawa Berengbengkel, Kalimantan Tengah b e ~ p a
wama perairan coklat tua yang diduga disebabkan oleh koloid asam humus yang
tersuspensi dan pH perairan yang relatif rendah (2.8 - 3,3) yang juga dipengaruhi
oleh asam humus (Sulistiyarto 1998).
Pada tahun 1995, pemerintah Republik Indonesia menetapkan Provinsi
Kalimantan Tengah sebagai lokasi kegiatan pengembangan lahan gambut
sejuta hektar (PLG). Lokasi pengembangan dibagi menjadi lima daerah kerja
(blok) yaitu blok A, B, C, D dan E. Kegiatan pengembangan meliputi konversi
lahan rawa menjadi lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman penduduk
serta pembangunan saluran irigasi pertanian.
Kegiatan ini memberikan dampak terhadap penurunan kualitas dan kualitas
perairan yang berakibat pada menurunnya sumberdaya hayati di ekosistem rawa

garnbut. Konversi lahan gambut menjadi lahan pertanian, perkebunan dan
perrnukiman telah rnenyebabkan berkurangnya luas vegetasi hutan rawa yang
secara ekologis berfungsi sebagai habitat bagi ikan-ikan dan rnerupakan sumber
rnakanan bagi ikan. Selain itu, pembangunan saluran irigasi menyebabkan
peningkatan aliran air gambut rnenuju ekosistern perairan sekitamya rnemberikan
darnpak negati kepada kehidupan organisrne perairan (Banas dan Gos 2004).
Pelaksanaan kegiatan PLG juga menyebabkan penurunan pH perairan secara
drastis yang rnenyebabkan terjadinya kernatian terhadap ikan-ikan di sungai
dekat lokasi penggalian saluran irigasi (Wardoyo 2006).
Bioekologi ikan
Kornunitas lkan
Keberadaan kornunitas ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
perairan sebagai ternpat hidupnya dalam skala ruang dan waktu. Komposisi
kornunitas ikan di perairan sangat tergantung pada faktor abiotik dan biotik
lingkungannya (Vdootton 1998; Moyle dan Cech 2004).
Faktor abiotik yang rnemengaruhi keberadaan komunitas ikan di suatu
perairan yaitu fluktuasi tinggi rnuka air. Siklus banjir tahunan menunjukkan
fluktuasi rnusirnan penukaan air dan rnerupakan karakteristik ekosistem
perairan di sekitar daerah aliran sungai (Junk, Bayley dan Sparks 1989 in Pouilly
dan Rodriguez 2004). Ketika memasuki rnusirn hujan, ketinggian air rnulai
rneningkat dan peningkatan ini dimanfaatkan ikan-ikan untuk rnelakukan ruaya
pernijahan dan mencari rnakanan. Setelah sekian waktu terendam, air akan surut
seiring dengan pergantian rnusirn hujan ke rnusirn kernarau. Penurunan tinggi
rnuka air dirnanfaatkan ikan-ikan peruaya kernbali ke habitatnya. Keberadaan
ikan baik jumlah spesies rnaupun jurnlah individu akan rneningkat pada saat
terjadinya penggenangan. Kornatsu ef a/. (2000) mengatakan bahwa terjadi
peningkatan jurnlah jenis dan individu ikan-ikan di Danau Tundai pada saat tinggi
muka air rneningkat.
Faktor abiotik yang rnencirikan ekosistern hutan rawa garnbut pH dan
kandungan oksigen terlarut. Pada umurnnya perairan di Kalimantan Tengah
rnemiliki nilai pH yang rendah (asarn) yang diakibatkan oleh sedirnen atau tanah
yang banyak mengandung humus. Pada rawa gambut pH dapat berkisar antara
2,O - 5,5. Rendahnya nilai pH perairan rawa garnbut disebabkan oleh keberadaan
asarn humus di dalarn perairan. Pada perairan sfagnan yang diturnbuhi oleh

vegetasi air yang melimpah akan menyebabkan timbunan bahan organik di dasar
perairan. Nilai pH yang rendah juga dinyatakan oleh Beamish etal. (2003) bahwa
pH rawa gambut di Selangor Utara berkisar antara 3,3 - 53.
Selain nilai pH yang rendah, kandungan oksigen terlarut juga rendah. Hal
ini terjadi pada rawa gambut di Selangor Utara yang memiliki kandungan oksigen
berkisar antara 1,9 - 6,l mgll (Beamish etal. 2003). Kandungan oksigen yang
rendah dipengaruhi oleh laju dekomposisi bahan organik yang terakumulasi di
dasar rawa. Pada kondisi ini, ikan sangat jarang ditemukan kecuali ikan-ikan
yang mampu bertahan hidup pada kondisi ekstrim. lkan dan organisme lainnya
memiliki pola adaptasi yang memungkinkan memanfaatkan daerah rawa sebagai
tempat hidupnya (Feyrer et a/. 2006). Selanjutnya Moyle dan Cech (2004)
menyatakan bahwa ikan-ikan yang masih dapat bertahan hidup di lingkungan
perairan yang konsentrasi oksigen terlarutnya rendah dilengkapi dengan alat
pernafasan tambahan berupa labirin dan arboresen.
Selain faktor abiotik, faktor biotik yang memengaruhi keberadaan komunitas
ikan adalah hubungan pemangsaan dan kompetisi (Wootton 1998). Kompetisi
antar jenis ikan terjadi ketika salah satu organisrne menggunakan sumberdaya
yang sama dan jumlahnya terbatas. Krebs (1994) menyatakan bahwa jika terjadi
suatu tekanan dalam lingkungan perairan, maka kekayaan jenis organisme yang
ada relatif rendah dan didominasi oleh jenis tertentu.
Keberadaan ikan di perairan menunjukkan pola distribusi spasial dan
temporal yang berhubungan dengan keberadaan tanaman air, suhu air, oksigen
terlarut, kompetisi dan pemangsaan (Winemiller et a/. 2000; Keast 1978 in Araujo
dan Santos 2001; Pouilly dan Rodriguez 2004). Distribusi temporal terkait
dengan distribusi ikan berdasarkan waktu. Pada musim yang berbeda distribusi
ikan juga akan memiliki pola yang berbeda di dalam perairan. Distribusi spasial
terkait dengan distribusi ikan pada habitatnya sebagai tempat hidup. Pada
perairan tergenang ikan-ikan akan terdistribusi pada daerah litoral, limnetik dan
dasar (dekat dasar) perairan.
Makanan dan Kebiasaan Makanan
Makanan mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan organisrne dan
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan luas persebaran suatu
spesies. Besarnya populasi ikan di perairan antara lain ditentukan oleh makanan
yang tersedia baik kuantitas maupun kualitasnya. Makanan memengaruhi
pertumbuhan, tingkat kematangan gonad dan kelangsungan hidupnya.

Kebiasaan rnakanan ikan sangat bergantung kepada faktor lingkungan
perairan sebagai ternpat hidupnya.

Ketersediaan makanan rnerupakan

kornponen utama dalam menentukan kualitas habitat dan merupakan faktor
penting yang berpengaruh dalarn distribusi ikan di perairan (Hinz et a/. 2005).
lkan akan cenderung rnencari makanan ke daerah yang kaya akan surnberdaya
rnakanan.
Banyak spesies ikan yang dapat rnenyesuaikan diri dengan penediaan
makanan dalarn perairan sehubungan dengan rnusim yang berlaku. Balik et a/.
(2006) menyatakan bahwzi terdapat perbedaan kuantitas dan kualitas rnakanan
pada ikan Sander lucioperca di Danau Egirdir, Turki pada dua rnusirn yang
berbeda. Dalam suatu daerah geografis yang luas untuk satu spesies ikan yang
hidup terpisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Hal ini terjadi
pada ikan Cheimdon interuptus di aliran-aliran sungai kecil yang lebih banyak
mernanfaatkan larva chironornid dibandingkan dengan spesies yang sarna yang
hidup di kolarn yang lebih banyak rnernanfaatkan jenis plankton sebagai
rnakanannya (Escalante dan Menni 1999).
Plankton

dan

perifiton

me~pakan makanan

alami

ikan

yang

perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan. Adanya penyebaran
organisrne rnakanan yang tidak merata dapat rnemengamhi keberadaan ikan di
perairan. Setiap jenis ikan beradaptasi untuk mendapatkan makanan tertentu
dalarn ha1 ini mengadaptasikan alat sensorinya untuk mendapatkan rnakanan,
misalnya rongga rnulut diadaptasikan terhadap ukuran rnakanan dan saluran
pencernaan diadapfasikan terhadap proses pencernaan rnakanan (Karpouzi dan
Stergiou 2003).
Kelirnpahan organisme rnakanan ikan yang ada di suatu perairan selalu
berfluktuasi disebabkan oleh daur hidup, iklim, kondisi lingkungan dan jenis
rnakanan yang dirnakan. Kebiasaan rnakanan ikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting antara lain habitat hidupnya, kesukaannya terhadap jenis rnakanan
tertentu, ukuran dan urnur ikan. Perubahan lingkungan suatu perairan yang
rnenyebabkan perubahan persediaan makanan clan selanjutnya akan merubah
kebiasaan rnakanan ikan. Albrecht dan Caramaschi (2003) rnenyatakan bahwa
makanan Leporinus fseniofasciatus mengalami perubahan terkait dengan
fluktuasi tinggi rnuka air, ha1 ini disebabkan pada saat tinggi rnuka air rneningkat
bahan rnakanan alloktonus masuk bersama dengan aliran air.

Ketersediaan organisme makanan dalam jumlah terbatas akan mengurangi
keberadaan populasi ikan di perairan (Gerking 1994). lkan Orechrumis nilofiws
di Danau Chamo, Ethiopia termasuk dalam golongan fitoplanktivora yang
perkembangannya sangat pesat karena didukung oleh ketersediaan fitoplankton
sebagai rnakanannya (Teferi ef a/. 2001). Jumlah dan laju pemangsaan ikan trout
di Danau Oulujarvi rnengalami peningkatan dengan bertambahnya mangsa di
perairan (Hyvarinen dan Huusko 2006)
Luas relung makanan menggambarkan sejumlah sumberdaya makanan
yang ada dan dimanfaatkan oleh suatu jenis organisme. Luas relung makanan
mencerminkan adanya selektifitas kelompok ikan antar spesies maupun antar
individu dalam satu spesies yang sama terhadap sumberdaya makanan tertentu
(Pianka 1981). Ikan-ikan yang memiliki luas relung makanan yang besar berarti
ikan tersebut mampu memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia dalam
jurnlah yang besar. Sebaliknya, jika luas relung rnakanannya sempit maka hanya
sedikit sumberdaya makanan yang mampu dimanfaatkan oleh kelompok ikan.
Luas relung makanan berbeda menurut ukuran ikan. Semakin besar ukuran
ikan, rnaka ikan akan merubah makanannya dan pada perkembangannya
komunitas ikan tersebut dapat mempunyai relung makanan yang lebih luas atau
lebih sempit. Krumme ef a/. (2005) menyatakan bahwa ikan Re~ngraulis
atherinoides ukuran kecil rnemanfaatkan sumberdaya makanan yang lebih
beragam (kopepoda, kepiting dan amfipoda), sedangkan pada ukuran besar ikan
ini hanya memanfaatkan jenis Natantia dan Teleostei.
lkan yang mempunyai luas relung makanan yang besar menunjukkan
keberhasilan keberadaannya di dalam perairan, karena ikan tersebut mempunyai
peran besar dalam memanfaatkan makanan yang tersedia, dan mempunyai
kernampuan yang baik dalam menyesuaikan diri terhadap fluktuasi ketersediaan
makanan. Pemilihan terhadap jenis makanan terjadi pada lingkungan perairan
yarng mempunyai persediaan makanan melimpah dan atau ikan dewasa yang
selektif dalarn memilih makanan. Pemilihan makanan terlihat pada ikan Salmo

fmtta di Danau Oulujarvi, Finldania, pada ikan ukuran kecil (40-99 mm)
melakukan pemilihan terhadap makanannya. Hal yang berbeda terjadi pada ikan
ukuran besar (100

-

159 mm) yang tidak melakukan pemilihan makanan

(Hyvarinen dan Huusko 2006).
Menurut Colwell dan Futuyma (1971), tumpang tindih relung makanan
adalah penggunaan bersama afas seluruh sumberdaya makanan oleh dua

spesies atau lebih. Dengan kata lain bahwa tumpang tindih relung makanan
adalah daerah relung yang dihuni oleh dua penghuni relung atau lebih.
Selanjutnya Wootton (1998) menyatakan bahwa adanya pemanfaatan jenis
makanan yang sama menggambarkan adanya tumpang tindih terhadap
sumberdaya makanan yang ada oleh dua atau lebih kelompok ikan.

DAERAH, BAHAN, DAN METODE PENELlTlAN
Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di hutan rawa garnbut Desa Dadahup, Kecarnatan
Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah (Lampiran 1)
sejak bulan Juli sarnpai dengan Desernber 2008. Daerah ini berada di daerah
kerja (Blok) A lokasi kegiatan pengernbangan lahan garnbut (PLG) sejuta hektar
dan berada di daerah aliran Sungai Mangkatip.
Lokasi pengarnbilan contoh dibagi rnenjadi tiga stasiun berdasarkan daerah
penyebaran rawa yang terluas dan daerah penangkapan ikan yaitu Rawa Sei
Katapi (stasiun I ) , Rawa Sei Kakawang (stasiun 2), dan Rawa Sei Baru (stasiun
3) (Lampiran 1 dan 2). Rawa Sei Katapi merupakan daerah yang telah
rnengalarni kebakaran hutan, ha1 ini menyebabkan penutupan vegetasinya kecil
(+ 30%), daerah ini sangat dekat dengan lokasi pernukirnan penduduk. Rawa Sei

Kakawang merupakan daerah dengan penutupan vegetasi

+ 60%, dan sebagian

lahannya telah mengalami kebakaran. Rawa Sei Baru merupakan hutan rawa
yang penutupan vegetasinya tinggi (2 80%), di areal ini terdapat beberapa kolarn
(beje).
Bahan dan Alat Penelitian

Bahan
Objek penelitian meliputi ikan-ikan yang dominan tertangkap di perairan
selarna penelitian, plankton, perifiton dan beberapa parameter fisik dan kirnia
perairan. Bahan yang digunakan yaitu formalin 10% dan 4% serta alkohol 70%
untuk rnengawetkan ikan, saluran pencemaan; lugol untuk mengawetkan contoh
plankton dan perifiton; dan bahan-bahan untuk analisis kualitas air.

AIat
Alat yang digunakan adalah alat tangkap yang umum digunakan di lokasi
penelitian seperti serok, pancing, tempirai, selembau (panjang 20 meter, lebar
1,5 meter, tinggi 3 meter, ukuran rnata jaring 1 inu), kalang (perangkap) (panjang
2 meter, lebar 1 meter, tinggi 1 meter), dan rawai (panjang 15 meter dan tinggi 2
meter, ukuran mata jaring 1,5 inci); jaring plankton no. 25 (ukuran rnata jaring
0,064 prn); terrnorneter; tongkat skala; keping Seccht alat titrasi; pH digital;
rnikroskop; Sedgwick Rafter cell Counting; alat bedah; penggaris dengan
ketelitian 0,l cm; tirnbangan dengan ketelitian 0,01 g.

Metode Penelitian
Metode Penqambilan Contoh
a. Parameter Fisika dan Kirnia Perairan
Data kualitas air diperoleh dari setiap stasiun penelitian. Analisis parameter
fisik dan kirnia perairan diperiukan sebagai data pendukung penelitian.
Parameter fisika-kjmia perairan yang diukur yaitu suhu dengan menggunakan
terrnometer, kedalaman dengan tongkat skala, kecerahan dengan keping Secchi,
warna perairan secara visual, oksigen terlarut dengan DO meter, dan pH dengan
pH meter.
b. Plankton
Plankton diarnbil dengan menyaring air sebanyak 100 liter air dengan
menggunakan jaring plankton. Contoh air diarnbil secara kornposit pada
kedalarnan tertentu berdasarkan kedalarnan cakram Secchi Contoh plankton
ditampung dalarn botol contoh 10 ml dan diawetkan dengan rnenggunakan
larutan lugol 1% sebanyak 3-4 tetes.
c. Perifiton
Perifiton diambil dari bagian turnbuhan yang tergenangi air yang rneliputi
daun, batang, dan akar. Contoh perifiton diambil pada setiap bagian dengan
luasan 4 cm2, kemudian dirnasukkan ke daiam botol contoh 10 ml dan dilarutkan
dengan rnenggunakan aquades. Contoh perifiton yang telah dilarutkan kernudian
diawetkan dengan menggunakan lugolI% sebanyak 3-4 tetes.
d. lkan
Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan serok, pancing,
ternpirai, selembau, kalang (perangkap), dan rawai. Alat tangkap selernbau dan
rawai dipasang pada sore hari (17.00 WIB) dan diangkat pada pagi hari (07.00
WIB). Alat tangkap ternpirai dan kalang dipasang selarna dua hari dua rnalarn,
serok dan pancing dioperasikan saat penangkapan ikan di rawa. lkan contoh
yang tertangkap kemudian dipisahkan menurut daerah penangkapannya dan
dirnasukkan dalam wadah tertutup yang berisi larutan formalin 10%.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Bio Makro I, rneliputi
identiikasi plankton dan perifiton, pengukuran panjang total, penimbangan bobot
ikan, dan analisis isi saluran pencernaan ikan. ldentifikasi plankton dan perifiton
dilakukan dengan menggunakan rnikroskop. Setiap contoh diaduk kemudian

diteteskan pada Sedgwick Rafler cell Counting sampai penuh (1 ml), kemudian
diamati dan dicacah semua jenis dan jumlah plankton dan perifiton yang
ditemukan. ldentifikasi plankton yang terdapat di perairan menggunakan buku
identifikasi plankton oleh Davis (1955), Needham dan Needham (1962), dan
Mizuno (1979), sedangkan identifikasi perifiton dilakukan berdasarkan Needham
dan Needham (1962), Prescott (1970), dan Pennak (1978).
Kelimpahan plankton di perairan dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (APHA 1989):

Keterangan:
K = Kelimpahan plankton (indlml)
C = Jumlah individu plankton yang tercacah (ind)
At = Luas Sedgwick Rafter cell Counting (mm2)
A, = Luas strip pengamatan (mm2)
S = Jumlah strip yang diamati
V = Volume air contoh pada Sedgwick Rafter cell Counting (ml)
Kepadatan perifiton di perairan dianaiisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (APHA 1989):

Keterangan:
K
N
At
V,
A,
V,
A,

= Kepadatan perifiton (ind/mm2)
= Jumlah perifiton yang tercacah (ml)
= Luas Sedgwick Rafler cell Counting (mm2)
= Volume air contoh (ml)
= Luas area yang tercacah (mm2)
= Volume air contoh pada Sedgwick Rafler cell Counting (ml)
= Luas permukaan substrat (mrn2)

lkan yang telah diawetkan di dalam larutan formalin lo%, dipindahkan ke
dalam larutan alkohol 70%, lalu ikan-ikan contoh tersebut diidentifikasi jenisnya
dengan menggunakan buku Weber dan de Beaufort (1913, 1916, dan 1922),
Roberts (1989), Kottelat et al. (1993), dan Nelson (1994). Selanjutnya dilakukan
pengukuran panjang total ikan dengan menggunakan penggaris dan bobot ikan
ditimbang dengan rneggunakan timbangan digital. Panjang total diukur dari ujung
kepala sampai dengan ujung ekor. Setelah diukur panjang dan ditimbang

/

bobotnya, ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah lalu saluran
pencemaan ikan diambil dan diawetkan di dalam formalin 4%. Penentuan jenis
kelamin ikan dilakukan dengan rnengamati morfologi gonadnya.
Analisis organisme makanan dilakukan di laboratorium dengan mengamati
keseluruhanjenis organisme makanan yang terdapat dalam saluran pencemaan
ikan yang dominan tertangkap selama penelitian. ldentifikasi jenis organisme
makanan menggunakan buku identifikasi plankton dan perifiton.
Analisis Data
a. Komposisi jenis ikan
Komposisi jenis ikan digunakan untuk melihat dominansi komposisi ikan
yang tertangkap dan dihitung dengan menggunakan rumus (Brower dan Zar
1977):

Keterangan:
K, = Kelimpahan relatif (%)
Ni = Jumlah total individu ke-i (ekor)
N = Jumlah semua individu (ekor)
b. Hubungan Panjang-Berat
Hubungan panjang-berat ikan mengikuti bentuk rumus yang dikemukakan
oleh Ricker (1970):
b
W=aL

Keterangan :

W = Bobot ikan (gram)
L = Panjang total ikan (mrn)
a dan b konstanta
Nilai b digunakan untuk menduga pola pertumbuhan kedua parameter
yang dianalisis, dengan hipotesis:

1. Nilai b = 3 menunjukkan pola pertumbuhan isomefrik
2. Nilai b # 3 menunjukkan pola perturnbuhan allometnk

jika b > 3 = allometrik positif (pertumbuhan bobot lebih cepat)
jika b < 3 = allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih cepat)

Penentuan pola perturnbuhan dilakukan dengan rnenggunakan uji-t
terhadap nilai b. Keeratan hubungan antara panjang dan bobot ikan ditunjukkan
dengan koefisien korelasi (r) yang diperoleh. Nilai r rnendekati satu rnenunjukkan
hubungan antara kedua peubah tersebut kuat dan terdapat korelasi yang tinggi,
akan tetapi apabila nilai r rnendekati nol, rnaka hubungan keduanya sangat
lemah atau harnpir tidak ada (Walpole 1992).

c. Kebiasaan Makanan
Kebiasaan rnakanan dianalisis dengan rnenggunakan indeks bagian
terbesar (Index of Prepondemnce, IP), yang rne~pakankornbinasi rnetode
frekuensi kejadian dengan rnetode volurnetrik (Natarajan dan Jhingran 1961).
lndeks bagian terbesar dimmuskan sebagai herikut:

Keterangan:
IPi = lndeks bagian terbesar organisrne makanan ke-i
Vi = Persentase volume makanan ke-i
Oi = Persentase frekuensi kejadian makanan ke-i
d. Kelirnpahan spesifik organisrne rnakanan
Kelirnpahan spesifik organisrne rnakanan dihitung dengan rnenggunakan
rnetode Costello yang dirnodifikasi Arnundsen eta/. (1996) in Hinz et a/. (2005):

Keterangan:
Pi = Kelimpahan spesifik organisrne rnakanan
Si = Isi lambung yang berisi organisrne rnakanan ke-i
Sti = Total isi larnbung yang berisi organisrne rnakanan ke-i
Kelimpahan spesifik organisrne makanan diplotkan dengan persentase
frekuensi kejadian, hasilnya digunakan untuk mengetahui strategi pola rnakanan
ikan-ikan di perairan (Hinz et a/. 2005) (Garnbar 2).

Gambar 2 Plot kelimpahan spesifik organisme makanan dengan frekuensi
kejadian modifikasi Costello (Hinz e i a/. 2005)
e. lndeks Pilihan Makanan
lndeks pilihan dihitung untuk mengetahui pemilihan makanan yang tersedia
di perairan oleh ikan. Pernilihan jenis organisme makanan oleh ikan dinyatakan
oleh lvlev (1961) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Ei = lndeksi pilihan organisme makanan ke-i
ri = Jumlah relatif organisme makanan ke-i di dalam saluran pencemaan
pi = Jumlah relatif organisme makanan ke-i di perairan
Nilai indeks pilihan rnakanan berkisar antara 1 sampai dengan -1. Nilai Ei
mendekati 1 mengandung arti bahwa ikan melakukan pemilihan terhadap jenis
organisme tersebut, sedangkan nilai Ei mendekati -1 berarti bahwa ikan tidak
memilih jenis organisme tersebut
f.

Luas dan Tumpang Tindih Relung Makanan
Luas relung dihitung menggunakan formula indeks Levin's yang teiah

dibakukan (Krebs 1989):

Keterangan:
BA = lndeks luas relung Levin's .
yang distdanarkan
pij = Poporsi makanan-ke-j yang dimanfaatkan oleh ikan ke-i
n = Jumlah total jenis makanan yang dimanfaatkan
-

Nlai indeks ini antara 0-1, nilai indeks yang kecil (mendekati 0 )
mengindikasikan bahwa ikan hanya memanfaatkan satu atau sangat sedikit jenis
makanan, sebaliknya jika nilai indeks besar (rnendekati 1) mengindikasikan
bahwa ikan memanfaatakan banyak jenis makanan.
Tumpang tindih relung makanan diukur menggunakan indeks Morisita yang
telah disederhanakan oleh Horn (Krebs 1989):

Keterangan:
Cik = lndeks Morisita-Horn dari kelompok ikan ke-i dan ke-k
D = Pro~orsi
makanan ke-i.yann
- dimanfaatkan oleh kelompok ikan ke-i
phj = ~ r o ~ o rmakanan
si
ke-j yang dimanfaatkan oleh kelompok ikan ke-k
.

9

Nilai tumpang tindih relung b