Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat

KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA SEDIMEN
DI WADUK SAGULING, BANDUNG, JAWA BARAT

RIO DWI BIANTARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Logam
Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Rio Dwi Biantara
NIM C24090042

iv

ABSTRAK

RIO DWI BIANTARA. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di
Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh SULISTIONO dan
AGUSTINUS M. SAMOSIR.
Waduk Saguling merupakan salah satu waduk yang menerima masukan air
dari Sungai Citarum, yang menerima banyak limbah dari industri. Limbah
tersebut diantaranya mengandung logam berat Pb dan Cd yang mencemari air,
sedimen maupun biota yang terdapat di dalam waduk tersebut. Pengamatan pada
sedimen diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencemaran
logam berat di waduk tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan kandungan

logam Pb dan Cd pada sedimen masing-masing sebesar 8.623 ppm dan 0.721
ppm. Nilai dari kedua logam berat pada masing-masing stasiun menyatakan
bahwa tingkat pencemaran logam berat pada sedimen telah melebihi baku mutu
yang telah ditetapkan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993). Jika dibandingkan
dengan kandungan logam berat di air, sedimen memiliki nilai konsentrasi yang
lebih besar dengan rata-rata rasio 11:1. Sedangkan jika dibandingkan kandungan
logam berat di dalam biota (Tutut), sedimen memiliki nilai konsentrasi yang lebih
kecil dengan rata-rata rasio 0.4:1. Sebaran logam berat Pb dan Cd di Waduk
Saguling mempunyai pola yang sama, di inlet tinggi, di tengah menurun dan di
outlet meningkat lagi melebihi inlet. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi pencemaran limbah di Waduk Saguling salah satunya yaitu perlunya
penerapan IPAL pada industri-industri yang diperkirakan membuang limbah ke
perairan.
Kata kunci: Pencemaran, Logam berat, Waduk Saguling

ABSTRACT
RIO DWI BIANTARA. Heavy Metals Pb and Cd Content of Sediment in
Saguling Reservoirs, West Java. Supervised by SULISTIONO and AGUSTINUS
M. SAMOSIR
Saguling Reservoir is a reservoir that received water flow from the

Citarum River, which was pouled by many industrial wastes. These wastes
contain heavy metals such as Pb and Cd that contaminated water, sediment and
biota in the reservoir. The observation on the sediment, is expected to give a
results about nominal level of the heavy metal pollution in that reservoir. The
result showed that the content of heavy metal Pb and Cd was 8.623 ppm and 0.721
ppm. The value of both heavy metals at each station states that the levels of heavy
metal pollution in sediments has exceeded the standard quality by EPA (1987) in
the Laws (1993). In comparison with the content of heavy metals in water,
sediment has a greater concentration with an average ratio of 11:1. Whereas

v

sediment in comparison with the content of heavy metals in Tutut, they have a
smaller concentration values with an average ratio of 0.4:1. Distribution value of
the heavy metal Pb and Cd in Saguling Reservoir have the same pattern, is high in
inlet, and then decrease in the middle and increase surpass the inlet. The
recommended supervision to reduce waste pollution in Saguling, is the
implementation of the waste water treatment (IPAL) to industries that dispose
their wastes to the water.
Keywords: Pollution, Heavy metals, Saguling Reservoir


vi

vii

KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA SEDIMEN
DI WADUK SAGULING, BANDUNG, JAWA BARAT

RIO DWI BIANTARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

viii

ix

Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk
Saguling, Bandung, Jawa Barat
Nama
: Rio Dwi Biantara
NIM
: C24090042

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc
Pembimbing I

Ir Agustinus M. Samosir, MPhil
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Muhammad Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk
Saguling, Bandung, Jawa Barat
Nama
: Rio Dwi Biantara
NIM
: C24090042

Disetujui oleh

MSc

Ir Agustinus M. Samosir, MPhil

Pembimbing II

c

Tanggal Lulus:

03 0 22 0 1 4

x

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul
“Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling,
Bandung, Jawa Barat” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2012 hingga Januari 2013 dimulai dari pengambilan sampel di Waduk
Saguling, Jawa Barat dan analisis di Laboratorium Pengujian, Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, dan analisis
kekeruhan dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof Dr Ir Sulistiono, MSc selaku Pembimbing I dan Ir Agustinus M. Samosir,
MPhil selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada Penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi atas kesediaan bapak sebagai penguji tamu.
3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS atas kesediaan ibu menjadi penguji dari komisi
pendidikan MSP.
4. Dr Ir Sigid Hariyadi MSc sebagai dosen pembimbing akademik atas
bimbingannya selama ini di MSP
5. Ayahanda Tumar dan Ibunda Roh Dwi Wilujeng serta keluarga besar yang
telah memberikan semangat, doa dan dukungannya.
6. Kang Ali dan keluarga yang sudah membantu Penulis di lapang dalam
melakukan aktivitas penelitian.
7. Sahabat Seperjuangan Riza, Riandi, Hari, Fatkur, Umay, Fajar, Reza, Ferdy
serta teman seperjuangan di RISBHA, BEM FPIK, dan SOSMAS BEM KM.
8. Sahabat Seperjuangan Saguling Ai, Ika, Dwi, dan Eka atas kerjasamanya
selama penelitian, serta keluarga besar MSP 46 terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Januari 2014

Rio Dwi Biantara

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
METODE ................................................................................................................ 3
Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................... 3
Alat dan Bahan .................................................................................................... 4
Metode Penelitian ................................................................................................ 4
Penentuan Titik Pengambilan Contoh ............................................................. 4
Pengambilan Sampel Sedimen......................................................................... 4
Perlakuan Contoh Analisis............................................................................... 5
Prosedur Analisis Data ........................................................................................ 5
Penentuan Konsentrasi Logam Berat ............................................................... 5
Analisis Deskriptif ........................................................................................... 5
Analisis Kualitas Air ........................................................................................ 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
Hasil..................................................................................................................... 7
Kondisi Waduk Saguling ................................................................................. 7
Fraksi Sedimen ................................................................................................ 8
Kandungan Logam Berat Pb pada Sedimen .................................................... 9

Kandungan Logam Berat Cd pada Sedimen .................................................. 10
Rasio Kandungan Logam Pb pada Air, Biota dan Sedimen .......................... 10
Rasio Kandungan Logam Cd pada Air, Biota dan Sedimen ......................... 11
Sebaran Logam Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling ..................... 12
Pembahasan ....................................................................................................... 13
Kondisi Lingkungan ...................................................................................... 13
Fraksi Sedimen .............................................................................................. 13
Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen ...................................... 13
Rasio kandungan logam Pb dan Cd pada Air, Biota dan Sedimen ................ 14
Sebaran logam Pb dan Cd pada sedimen di Waduk Saguling ....................... 15
Pengelolaan Pencemaran ............................................................................... 15
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 17
Simpulan ............................................................................................................ 17
Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 22

xii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Deskripsi dari masing-masing stasiun pengamatan ...................................
Parameter kualitas air yang diamati beserta alat dan metode analisisnya. .
Baku mutu logam berat pada sedimen ......................................................
Kriteria Pb dalam badan air .......................................................................
Kriteria Cd dalam badan air ......................................................................
Nilai baku mutu kekeruhan, suhu, dan pH ................................................

4
5
6
6
7
7

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bagan alir perumusan masalah ..................................................................
Lokasi penelitian .......................................................................................
Grafik perbandingan beberapa parameter lingkungan ..............................
Fraksi sedimen pada Waduk Saguling ......................................................
Kandungan rata-rata logam berat Pb pada masing-masing stasiun ............
Kandungan rata-rata logam berat Cd pada masing-masing stasiun ...........
Rasio kandungan logam berat Pb pada air, biota dan sedimen .................
Rasio kandungan logam berat Cd pada air, biota dan sedimen .................
Sebaran logam Pb pada sedimen di Waduk Saguling ...............................
Sebaran logam Cd pada sedimen di Waduk Saguling ................................

2
3
8
9
9
10
11
11
12
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lokasi pengambilan contoh sedimen ........................................................
2 Alat yang digunakan selama penelitian ... ..................................................
3. Pengukuran kandungan logam berat dalam sedimen ............................... .
4. Data logam berat Pb dan Cd hasil pembacaan AAS ..............................
5. Baku mutu yang digunakan.......................................................................
6. Tabel jenis dan jumlah industri yang beroperasi pada DAS
Citarum......................................................................................................

19
19
19
20
20
21

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Waduk Saguling adalah salah satu dari tiga waduk yang berada pada aliran
Sungai Citarum. Penduduk memanfaatkan potensi perairan waduk untuk
kepentingan usaha budidaya ikan khususnya Sistem Jaring Terapung (KJA) dan
sangat membantu bagi peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar waduk.
Saat ini, jumlah sedimen yang masuk dan mengendap dalam Waduk Saguling
setiap tahun terus meningkat, tidak adanya tindakan pengerukan dapat
mengakibatkan pendangkalan Waduk Saguling dan kondisi kualitas air waduk
cenderung menunjukkan penurunan, baik sebagai akibat pencemaran oleh limbah
industri, rumah tangga, maupun secara kuantitas yaitu faktor penurunan jumlah
atau volume air terutama kemarau panjang yang sering terjadi pada beberapa
tahun terakhir.
Waduk Saguling merupakan waduk yang berada di posisi teratas yang secara
otomatis menjadi penerima awal limpasan air dari Sungai Citarum Hulu, termasuk
segala sedimentasi yang dibawa. Masalah peningkatan beban sedimentasi yang
tinggi ini menjadi masalah krusial Saguling beberapa tahun terakhir ini. Saguling
yang terletak di daerah perbukitan, menjadi tempat bermuara banyak sumber air
yang ada di daerah tersebut. Belum lagi limbah-limbah industri, maupun rumah
tangga, ikut berkontribusi pada kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu.
Umumnya air limbah industri mengandung logam berat tertentu, seperti industri
kimia, industri cat, dan industri pupuk karena dalam proses produksinya banyak
melibatkan bahan kimia (Darmono 1995).
Logam berat Pb dan Cd selain merupakan unsur runutan yang tidak esensial
bagi tumbuhan maupun hewan air, juga bersifat sangat beracun. Logam berat
tersebut memiliki sifat afinitas besar terhadap protein dan lipid pada tubuh hewan
air, dan pada kadar relatif rendah dalam badan air akan mudah diabsorpsi dan
terakumulasi pada tubuh hewan air tersebut (Sanusi dkk 1984). Logam berat yang
berasal dari buangan limbah pabrik maupun limbah rumah tangga dapat
berpengaruh pada pengakumulasian logam berat pada perairan, terutama pada
sedimen dasar perairan. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap
lingkungan perairan, termasuk organisme yang terdapat di dalamnya. Oleh karena
itu, dibutuhkan kajian mengenai kandungan logam berat pada sedimen di Waduk
Saguling secara berkala.

Perumusan Masalah
Kandungan logam berat dalam perairan secara alamiah berada dalam jumlah
yang relatif sedikit. Berbagai aktivitas manusia yang meliputi kegiatan rumah
tangga, kegiatan industri, pertanian, budidaya dan kegiatan lainnya akan
menghasilkan limbah yang masuk ke perairan waduk Saguling. Jika pembuangan
limbah dilakukan terus menerus tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu dapat
meningkatkan bahan pencemar di perairan dan akan terakumulasi di sedimen.

2

Konsentrasi logam berat timbal dan kadmium yang ada di lingkungan perairan
akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya beban masukan yang
mengandung logam berat tersebut ke dalam perairan. Demikian pula konsentrasi
logam berat di sedimen dimana logam berat yang tersuspensi dalam air lama
kelamaan akan mengendap dan terakumulasi dalam sedimen.
Jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan perubahan ekosistem perairan
bahkan biota-biota tertentu yang tidak dapat mentolerir pencemaran tersebut dapat
terancam keberadaannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema
perumusan masalah dibawah ini.
Aktivitas manusia
(Industri, Pertanian & Domestik)

Faktor yang mempengaruhi
(suhu, pH, DO, kekeruhan)

Faktor alami
(Hujan, Sedimentasi, Gunung
meletus & Erosi)

Limbah logam
berat (Pb, dan
Cd)

Biota perairan

Kualitas Perairan Waduk Saguling

Kegiatan Budidaya (KJA)
yang Berkelanjutan

Gambar 1 Bagan alir perumusan masalah

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status dan sebaran kandungan
logam berat Pb dan Cd yang terakumulasi pada sedimen di Waduk Saguling.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
informasi mengenai logam berat pada sedimen di perairan Waduk Saguling dan
faktor yang mempengaruhi, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan
langkah-langkah pengelolaan Waduk Saguling.

3

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat. Pengamatan di lapang dilakukan selama 3 bulan dimulai dari bulan
November 2012 s.d Januari 2013. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak satu
kali setiap bulan pada tiga stasiun yang berbeda (Gambar 2), yaitu daerah Maroko
(Stasiun 1), daerah Karang Anyar (Stasiun 2) dan daerah DAM (Stasiun 3).
Analisis logam berat dilakukan di Laboratorium Pengujian, Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Analisis kekeruhan dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan
Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis fraksi sedimen dilakukan di
Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Pada penelitian ini melakukan pengambilan contoh sebanyak satu kali setiap
bulan pada tiga stasiun yang berbeda (Gambar 2), yaitu daerah Maroko (Stasiun
1), daerah Karang Anyar (Stasiun 2) dan daerah DAM (Stasiun 3). Adapun
gambaran dari masing-masing stasiun yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini

4

Tabel 1 Deskripsi dari masing-masing stasiun pengamatan
Stasiun
1

2

3

Deskripsi
Merupakan bagian inlet yang terdapat masukan dari Sungai
Citarum, terdapat aktivitas dari kegiatan Industri dan aktivitas
manusia, seperti budidaya ikan sistem KJA. Selain itu di daerah
ini juga terdapat banyak tanaman eceng gondok.
Muara sungai Ciminyak, dimana terdapat aktivitas manusia,
seperti budidaya ikan sistem KJA, kegiatan jual beli sembako di
pasar tradisional, kegiatan jual beli bahan bakar minyak. Selain itu
di daerah ini juga terdapat banyak tanaman eceng gondok.
Merupakan bagian Outlet atau DAM yang menampung dari
berbagai masukan anak sungai. Pada daerah ini terdapat aktivitas
kegiatan manusia, seperti budidaya ikan sistem KJA, pertanian,
pembangkit tenaga listrik dan penambangan pasir. Di daerah ini
terdapat sedikit tanaman eceng gondok.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan selama penelitian terdiri dari AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometrik), GPS (Global Positioning System), kertas
lakmus, turbidity meter, plastik klip, erlenmeyer, gelas ukur, hot plate, ember,
botol sample, kamera digital, baki, timbangan digital, kertas label, alat tulis, cool
box dan perahu. Sedangkan bahan yang digunakan adalah akuades, larutan HNO3
dan HClO4.

Metode Penelitian
Penentuan Titik Pengambilan Contoh
Penentuan titik pengambilan contoh dilakukan secara purposive atau
berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah titik pengambilan contoh yang dipilih
diharapkan dapat mewakili kondisi perairan Waduk Saguling, sehingga
pengambilan contoh diambil dari tiga wilayah, yaitu Inlet, Tengah dan Outlet.
Maroko yang terletak lebih dekat ke arah inlet (air masuk ke dalam waduk)
sebagai Stasiun 1. Karanganyar sebagai daerah yang padat kegiatan budidaya
dengan sistem keramba jaring apung dan terletak di bagian tengah waduk sebagai
Stasiun 2. DAM sebagai daerah yang terletak lebih dekat ke arah outlet (lokasi air
keluar dari Waduk) sebagai Stasiun 3.
Pengambilan Contoh Sedimen
Pengambilan contoh sedimen dilakukan setiap bulan yang dimulai pada
bulan November 2012 s.d Januari 2013 masing-masing sebanyak tiga ulangan.
Penentuan koordinat stasiun dilakukan dengan menggunakan GPS. Pengambilan
contoh sedimen menggunakan Ekman Grab, sedimen diambil bagian tengahnya
atau pada bagian yang tidak bersinggungan dengan dinding grab, kemudian
sedimen dimasukkan dalam kantong plastik dan disimpan di dalam cool box.
Selanjutnya contoh sedimen dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

5

Perlakuan Contoh Analisis
Pengukuran logam berat pada contoh sedimen tersebut menggunakan
metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Prinsip dari metode ini
berdasarkan pada penguapan larutan contoh, kemudian logam yang terkandung di
dalamnya diubah menjadi atom bebas (Darmono 1995).
Pengukuran parameter fisik dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni
cara langsung dan analisis laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung di
lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu dan pH. Analisis kekeruhan
dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Analisis logam berat dengan AAS dan destruksi sedimen dilakukan di
Laboratorium Pengujian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian. Parameter fisika dan kimia, beserta alat dan metode
disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Parameter kualitas air yang diamati beserta alat dan metode analisisnya
Parameter
Fisika
Suhu
Kekeruhan
Kimia
pH
DO
Logam Berat
Pb
Cd

Satuan

Metode/Alat

Pengukuran

C
NTU

Termometer air raksa
Turbidity meter

Insitu
Laboratorium

mg/L

pH indikator
Titrasi Winkler

Insitu
Insitu

ppm
ppm

AAS
AAS

Laboratorium
Laboratorium

o

Prosedur Analisis Data
Penentuan Konsentrasi Logam Berat
Pengukuran logam berat dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometry) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
Ac
: Absorban contoh
Ab
: Absorban blanko
a
: Intercept dari persamaan regresi standar
b
: Slope dari persamaan regresi standar
W
: Berat sampel (gram)
Analisis Deskriptif
Untuk melihat kondisi pencemaran logam berat di sedimen, digunakan baku
mutu yang berasal dari standar kualitas Belanda, yaitu IADC/ CEDA (1997),
seperti dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4 dan Tabel 5 di bawah ini menjelaskan
kriteria Pb dan Cd di dalam air.

6

Tabel 3 Baku mutu logam berat pada sedimen
Level

Level

Level

Level

Level

Target

Limit

Tes

Intervensi

Bahaya

Timbal (Pb)

85

530

530

530

1000

Kadmium (Cd)

0.8

2

7.5

12

30

Merkuri (Hg)

0.3

0.5

1.6

10

15

Logam Berat

Sumber : IADC/CEDA (1997)
Keterangan:
Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki
nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada
sedimen tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.
Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki
nilai maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun
ekosistem.
Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada
kisaran nilai antara level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai
tercemar ringan.
Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada
pada kisaran nilai level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai
tercemar sedang.
Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki
nilai yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus segera
dilakukan pembersihan sedimen.
Tabel 4 Kriteria Pb dalam badan air
Tipe Air
Air Laut
50 mg/l CaCO3
Air Tawar

100

Konsentrasi
Kontinyu (ppb)
5.6

Konsentrasi
Maksimum (ppb)
140

1.3

34

mg

3.2

82

mg

7.7

200

/l CaCO3

200 /l CaCO3
Sumber: EPA 1987 dalam Laws 1993

7

Tabel 5 Kriteria Cd dalam badan air
Konsentrasi
Kontinyu (ppb)
9.3

Konsentrasi
Maksimum (ppb)
43

50 mg/l CaCO3

0.66

1.8

100 mg/l CaCO3

1.1

3.9

2

8.6

Tipe Air
Air Laut
Air Tawar

200 mg/l CaCO3
Sumber: EPA 1987 dalam Laws 1993

Analisis Kualitas Air
Nilai-nilai parameter fisika dan kimia yang diukur akan dibandingkan
dengan baku mutu air menurut PP. RI No. 82 Tahun 2001 dan beberapa pustaka
dari beberapa sumber. Nilai baku mutu yang diukur beserta baku mutunya dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Nilai baku mutu kekeruhan, suhu dan pH
Parameter
Kekeruhan
Suhu
pH
DO

Nilai Baku Mutu
30 NTU
27 ± 3 0C
6–9
3 mg/l

Sumber
Pescod (1973) dalam Retnowati (2003)
Hariyadi dkk (1992)
PP. RI No. 82 tahun 2001
PP. RI No. 82 tahun 2001

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Waduk Saguling
Pengamatan terhadap beberapa parameter lingkungan yang diukur antara
lain suhu, pH, kekeruhan dan oksigen terlarut (dissolved oxygen). Parameter
lingkungan tersebut merupakan parameter yang berpengaruh cukup penting
terhadap kandungan logam berat dalam sedimen di perairan. Hal ini penting untuk
diketahui mengingat parameter lingkungan adalah parameter yang mengalami
fluktuasi secara harian. Kondisi beberapa parameter lingkungan tersebut
disampaikan pada Gambar 3.

8

Gambar 3 Grafik perbandingan beberapa parameter lingkungan
Kisaran suhu yang diperoleh adalah 28-30.3oC. Pada Stasiun 1 diperoleh
rata-rata suhu sebesar 29 ± 0oC, di Stasiun 2 sebesar 29.6 ± 0.6939oC dan pada
Stasiun 3 sebesar 28.7 ± 0.8819oC. Kisaran pH yang diperoleh adalah 6-6.5. Nilai
pH tertinggi terdapat di Stasiun 3 sebesar 6.33 ± 0.2887, kemudian pada Stasiun 1
sebesar 6.17 ± 0.2887 dan nilai pH terendah pada Stasiun 2 yaitu sebesar 6.00 ±
0.2887. Kisaran kekeruhan yang diperoleh pada ketiga stasiun adalah berkisar
antara 2.28-12.95 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi terdapat di Stasiun 2 sebesar
12.95 ± 4.8338 NTU, kemudian pada Stasiun 1 sebesar 5.52 ± 3.4279 NTU dan
nilai terendah pada Stasiun 3 diperoleh nilai kekeruhan sebesar 4.00 ± 0.6002
NTU. Kandungan oksigen terlarut yang diperoleh pada ketiga stasiun berkisar
antara 2.02–6.56 mg/L. Nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat di Stasiun 3
sebesar 5.97 ± 0.53 mg/L, kemudian pada Stasiun 2 sebesar 4.80 ± 0.67 mg/L dan
nilai terendah pada Stasiun 1 diperoleh nilai sebesar 3.11 ± 1.02 mg/L.
Fraksi Sedimen
Pengukuran terhadap fraksi sedimen merupakan suatu pengukuran untuk
mengetahui jenis sedimen yang terdapat di waduk Saguling. Jenis sedimen yang
terdapat di Waduk Saguling ditunjukkan oleh gambar 4.
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa terdapat tiga jenis sedimen di
Waduk Saguling yaitu pasir, debu dan liat. Pada masing-masing stasiun memiliki
nilai kisaran fraksi sedimen yang berbeda-beda dari ketiga jenis sedimen tersebut.
Pada Stasiun 1 memiliki fraksi sedimen berupa pasir sebesar 56.91%, debu
28.43% dan liat 14.66%. Pada Stasiun 2 memiliki fraksi sedimen berupa pasir
sebesar 58.31%, debu sebesar 25.95% dan liat 15.74%. Pada Stasiun 3 memiliki
fraksi sedimen berupa pasir sebesar 59.46%, debu 16.03% dan liat 24.51%.

9

Gambar 4 Fraksi sedimen pada Waduk Saguling
Kandungan Logam Berat Pb pada Sedimen
Logam Pb merupakan logam yang bersifat tidak esensial dan beracun.
Logam ini tergolong ke dalam logam yang keberadaannya di dalam tubuh
manusia maupun hewan dapat bersifat toksik. Tinggi rendahnya konsentrasi
logam berat disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tiga kali ulangan pada
setiap stasiun. Berikut ini merupakan grafik rata-rata kandungan logam berat Pb
pada masing-masing stasiun pengamatan dengan nilai standar deviasinya (Gambar
5).

Gambar 5 Kandungan rata-rata logam berat Pb pada masing-masing stasiun
Hasil pengamatan rata-rata logam berat Pb dalam sedimen di Waduk
Saguling, Jawa Barat pada Stasiun 1 adalah sebesar 4.1389 ± 3.9451 ppm, pada
Stasiun 2 adalah sebesar 2.6276 ± 2.3454 ppm dan pada Stasiun 3 adalah sebesar
5.1711 ± 4.5388 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa dari ketiga stasiun
pengamatan masih di bawah standar baku mutu yang ditetapkan oleh

10

(IADC/CEDA 1997). Namun di lihat dari standar baku mutu yang ditetapkan oleh
(US. EPA 1987) dalam Laws (1993), ketiga Stasiun pengamatan sudah melewati
batas baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa perairan tersebut telah tercemar.
Kandungan Logam Berat Cd pada Sedimen
Kadmium bersumber dari buangan industri limbah pertambangan,
pengelasan logam dan pipa-pipa air. Kadmium di dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi, perusakan ginjal, perusakan jaringan
testikular dan sel-sel darah merah. Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat
disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan tiga kali ulangan pada setiap stasiun.
Berikut ini merupakan grafik rata-rata kandungan logam berat Cd pada masingmasing stasiun pengamatan dengan nilai standar deviasinya (Gambar.6).

Gambar 6 Kandungan rata-rata logam berat Cd pada masing-masing stasiun
Hasil pengamatan rata-rata kandungan logam berat Cd dalam sedimen di
Waduk Saguling, Jawa Barat pada Stasiun 1 adalah sebesar 0.1348 ± 0.2248 ppm,
pada Stasiun 2 adalah sebesar 0.0452 ± 0.0697 ppm dan pada Stasiun 3 adalah
sebesar 0.2438 ± 0.4136 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa dari ketiga Stasiun
pengamatan masih di bawah standar baku mutu yang ditetapkan oleh
(IADC/CEDA 1997). Jika di lihat dari standar baku mutu yang ditetapkan oleh
(US. EPA 1987) dalam Laws (1993), ketiga Stasiun pengamatan hanya Stasiun 3
saja yang sudah melewati batas baku mutu, hal ini menunjukan bahwa perairan
tersebut telah tercemar.
Rasio Kandungan Logam Pb pada Air, Biota dan Sedimen
Beberapa sumber utama logam berat timbal berasal dari kendaraan
bermotor dan industri. Industri terbesar yang menggunakan timbal dan membuang
limbahnya ke perairan adalah industri pembuatan baterai. Konsentrasi logam berat
Pb pada air juga menunjukan nilai yang bervariasi pada setiap stasiun
pengambilan contoh. Grafik rasio kandungan logam Pb pada air, biota dan
sedimen di masing-masing stasiun pengamatan ditunjukkan oleh Gambar 7.
Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa rasio kandungan logam Pb
pada air, biota dan sedimen pada masing-masing stasiun memiliki kisaran nilai

11

pada Stasiun 1 sebesar 1:18, pada Stasiun 2 1:10 dan pada Stasiun 3 1:20. Pada
biota memiliki kisaran nilai pada Stasiun 1 sebesar 1:0.26, Stasiun 2 1:0.17 dan
pada Stasiun 3 1:0.40.

Gambar 7 Rasio kandungan logam berat Pb pada air, biota dan sedimen
Rasio Kandungan Logam Cd pada Air, Biota dan Sedimen
Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah
masukan limbah logam berat ke perairan. Konsentrasi logam berat Cd pada air
dan biota juga menunjukan nilai yang bervariasi pada setiap stasiun pengambilan
contoh. Berikut ini merupakan grafik rasio kandungan logam Cd pada air, biota
dan sedimen di masing-masing stasiun pengamatan (Gambar 8).

. Gambar 8 Rasio kandungan logam Cd pada air, biota dan sedimen
Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat bahwa ratio kandungan logam Cd
pada air, biota dan sedimen pada masing-masing stasiun memiliki nilai kisaran
pada Stasiun 1 sebesar 1:6, pada Stasiun 2 1:2 dan pada Stasiun 3 1: 13.

12

Sedangkan pada biota memiliki kisaran nilai pada Stasiun 1 sebesar 1:0.10,
Stasiun 2 1:0.02 dan pada Stasiun 3 1:1.28.
Sebaran Logam Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling
Sebaran logam Pb dan Cd di Waduk Saguling mempunyai pola yang sama,
di Stasiun 1 tinggi, di Stasiun 2 menurun, dan pada saat di Stasiun 3 meningkat
lagi. Berikut merupakan peta sebaran kandungan logam berat Pb dan Cd pada
masing-masing stasiun pengamatan.

Gambar 9 Sebaran logam Pb pada sedimen di Waduk Saguling

Gambar 10 Sebaran logam Cd pada sedimen di Waduk Saguling

13

Pembahasan
Kondisi Lingkungan
Suhu, pH, kekeruhan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
proses akumulasi logam. Nilai suhu yang diperoleh pada ketiga stasiun
pengamatan cenderung stabil dan berkisar antara 28 – 30°C. Nilai pH pada ketiga
stasiun juga tidak mengalami perbedaan yang cukup berarti berkisar antara 6-6.5.
Pada saat pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari sehingga suhu yang di
peroleh berkisar antara 28-30o C. Kisaran kekeruhan yang diperoleh pada ketiga
stasiun adalah berkisar antara 2.28-10.72 NTU. Nilai DO yang diperoleh memiliki
rata-rata yang berkisar antara 3.11- 5.97 mg/L. Jika dibandingkan dengan perairan
Waduk Cirata (Hadaming 2007) nilai kisaran dari kondisi lingkungan yang
diperoleh tidak jauh berbeda. Hasil pengukuran suhu, kekeruhan dan pH di
perairan Waduk Cirata berkisar antara 28.67-29.67 °C, 4.08-27 NTU, 7.4-7.7.
Nilai pH, suhu, kekeruhan dan DO pada setiap stasiun pengamatan baik di
perairan Waduk Saguling maupun Waduk Cirata masih dalam toleransi untuk
kehidupan biota air pada umumnya. Berdasarkan PP. RI No.82 tahun 2001 kisaran
DO yang sesuai untuk kegiatan perikanan berkisar antara 3-6 mg/l. Dengan
demikian nilai DO baik pada Waduk Saguling maupun Cirata masih memenuhi
kriteria yang baik untuk perikanan. Kebanyakan organisme akuatik memiliki suhu
optimum berkisar antara 20-300C (Arifin dkk 2012). Air limbah dan bahan
buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air
yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air
(Wardhana 1995 dalam Siregar 2013).
Fraksi sedimen
Persentase fraksi sedimen di semua lokasi stasiun pengamatan di dominasi
oleh fraksi pasir. Pada Stasiun 1 memiliki fraksi sedimen berupa pasir sebesar
56,91%, debu sebesar 28,43% dan liat sebesar 14,66%. Pada Stasiun 2 memiliki
fraksi sedimen berupa pasir sebesar 58,31%, debu sebesar 25,95% dan liat sebesar
15,74%. Pada Stasiun 3 memiliki fraksi sedimen berupa pasir sebesar 59,46%,
debu sebesar 16,03% dan liat sebesar 24,51% (Gambar 4). Kondisi sedimen ini
umumnya berwarna hitam dan abu-abu kehijauan yang mengindikasi kondisi
anoxik. Endapan sedimen di Stasiun 1 daerah Maroko dicirikan oleh warna
sedimen yang hitam serta berbau amoniak. Warna dan bau sedimen tersebut
merupakan indikasi perairan telah tercemar terutama akibat bahan organik, oleh
berbagai aktifitas industri yang kemudian bercampur dan mengendap di sedimen.
Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen
Besar konsentrasi logam berat timah hitam (Pb) pada sedimen masih berada
di bawah tingkat aman standar internasional baku mutu menurut Dutch Quality
Standards for Metals in Sediments (IADC/CEDA 1997). Mengacu pada baku
mutu yang ada, dijelaskan bahwa pada level target, konsentrasi maksimum logam
timah hitam adalah 85 ppm. Penjelasan yang terdapat pada Dutch Quality
Standards for Metals in Sediments menyatakan bahwa jika konsentrasi
kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level
target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi

14

lingkungan (IADC/CEDA 1997). Jika dibandingkan dengan standar baku mutu
EPA (1987) dalam Laws (1993), dengan nilai baku mutu sebesar 1,3 mg/L, maka
secara umum konsentrasi logam timbal di sedimen sudah melebihi baku mutu dan
sudah mulai tercemar.
Berdasarkan Gambar 5, rata-rata kandungan logam Pb pada sedimen
menyebar secara merata pada masing-masing stasiun. Nilai rata-rata kandungan
logam Pb pada perairan Waduk Saguling berkisar antara 2.6276-5.1711 ppm.
Pada perairan Waduk Cirata (Hadaming 2007) memiliki nilai rata-rata kandungan
logam Pb pada sedimen berkisar antara 20.5-29.43 ppm. Pada perairan Waduk
Jatiluhur (Thezar 2010) memiliki nilai rata-rata kandungan logam berat pada
sedimen berkisar antara 16.41-41.43 ppm. Pada perairan Waduk Saguling, Waduk
Cirata dan Waduk Jatiluhur memiliki nilai kandungan logam Pb yang sudah
melewati nilai batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh EPA (1987) dalam
Laws (1993), maka secara umum perairan Waduk Saguling, Waduk Cirata dan
Waduk Jatiluhur sudah mulai tercemar.
Selain itu, rendahnya kandungan logam berat pada Stasiun 1 dan 2
disebabkan oleh banyaknya tanaman air berupa eceng gondok yang mengapung
dan menutupi sebagian besar perairan. Tanaman air tersebut diduga telah
menyerap logam berat yang terbawa oleh air sehingga kandungan logam Pb pada
sedimen pada kedua stasiun tersebut lebih rendah dibanding Stasiun 3 yang
cenderung hanya terdapat sedikit eceng gondok.
Berdasarkan Gambar 6, rata-rata kandungan logam Cd di dalam sedimen
pada Waduk Saguling berkisar antara 0.04-0.24 ppm. Nilai rata-rata kandungan
logam Cd pada Waduk Cirata (Amin 2007) berkisar antara 0.001-1.02 ppm. Nilai
rata-rata kandungan logam Cd pada Waduk Jatiluhur (Thezar 2010) berkisar
antara 1.34-1.92 ppm. Pada Waduk Saguling kandungan logam Cd masih di
bawah kadar baku mutu yang ditetapkan oleh Dutch Quality Standards for Metals
in Sediments (IADC/CEDA 1997). Besar konsentrasi logam berat kadmium pada
sedimen di Waduk Saguling masih tergolong aman bagi kehidupan biota yang ada
menurut Dutch Quality Standards for Metals in Sediments yaitu di bawah 0.8
mg/kg (IADC/CEDA 1997). Namun menurut EPA (1987) dalam Laws (1993),
besar konsentrasi logam berat kadmium dalam perairan maksimum yang masih
diperbolehkan adalah sebesar 1.8 ppb. Sangat kecilnya konsentrasi logam berat
kadmium dalam sedimen diduga karena tidak terjadi pembuangan limbah lumpur
dari beragam sumber pencemaran seperti dari industri cat dan plastik, kegiatan
penambangan, kegiatan ekstraksi dan pengolahan logam Zn, maupun kegiatankegiatan industri lainnya yang berada disekitar perairan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran di Waduk Saguling.
Kadmium bersumber dari buangan industri limbah pertambangan,
pengelasan logam, dan pipa-pipa air. Kadmium didalam tubuh manusia dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi, perusakan ginjal, perusakan jaringan testicular
dan sel-sel darah merah, dan toksisitas bagi biota perairan (Murtini dan
Rachmawati 2007). Logam Kadmium memiliki batas U.S. Public Health Service
(USPHS) sebesar 0.01 mg/l (Saeni 1989).
Rasio kandungan logam Pb dan Cd pada Air, Biota dan Sedimen
Berdasarkan Gambar 7 dan 8, rasio logam berat Pb dan Cd pada air dan
sedimen memiliki kisaran nilai yang cukup signifikan pada masing-masing

15

stasiun. Nilai rasio logam berat Pb dan Cd pada air memiliki nilai kisaran yang
sama yaitu 1. Nilai rasio logam berat Pb dan Cd pada sedimen yang tertinggi
terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 21. Berdasarkan Gambar 7 dan 8 terlihat
bahwa nilai rasio logam berat Pb dan Cd pada air dan sedimen yang tertinggi
terdapat pada sedimen. Hal ini di karenakan bahwa sedimen memiliki sifat
menetap dan terakumulasi jauh lebih lama dibandingkan air yang sifatnya
mengalir, selain itu karena residence time air di waduk itu cukup lama
dibandingkan dengan sungai, maka logam yang terbawa oleh air dari daerah inlet
sedikit banyaknya ada yang sudah turun dan mengendap di sedimen dan
terakumulasi seiring berjalan waktu. Jika dibandingkan dengan kandungan logam
berat di air, sedimen memiliki nilai rasio perbandingan yang lebih besar dengan
rata-rata rasio sebesar 11:1. Perbandingan rata-rata keseluruhan kandungan logam
berat di air dan sedimen adalah 11:1, yang menandakan bahwa kandungan logam
berat pada sedimen itu 11 kali lebih tinggi daripada kandungan logam berat di air.
Sedangkan rasio kandungan logam Pb dan Cd pada biota dan sedimen memiliki
nilai rasio perbandingan yang lebih kecil dengan rata-rata rasio sebesar 0.4: 1.
Sebaran logam Pb dan Cd pada sedimen di Waduk Saguling
Berdasarkan gambar 9 dan 10 menunjukan sebaran kandungan logam berat
Pb dan Cd pada sedimen di Waduk Saguling dilihat berdasarkan gradasi warna.
Sebaran logam Pb dan Cd memiliki pola yang sama pada bagian inlet memiliki
gradasi warna merah dengan kisaran 3.644-4.153 ppm dan 0.125-0.164 ppm, pada
bagian tengah memiliki gradasi warna putih dengan kisaran 2.627-3.135 ppm dan
0.045-0.085 ppm, dan pada bagian outlet memiliki gradasi warna cokelat dengan
kisaran 4.661-5.17 ppm dan 0.204-0.244 ppm.
Pada bagian inlet memiliki nilai kandungan logam Pb dan Cd yang cukup
tinggi karena di inlet mendapat masukan dari DAS Citarum yang memiliki tingkat
pencemaran yang sangat tinggi dari kegiatan industri, domestik dan rumah tangga
(Rochyatun 2006). Namun pada bagian tengah memiliki nilai kandungan yang
sangat rendah karena pada daerah bagian tengah terdapat banyak tanaman air
berupa eceng gondok yang mengapung dan menutupi sebagian besar perairan.
Tanaman air tersebut diduga telah menyerap logam berat yang terbawa oleh air
sehingga kandungan logam Pb pada sedimen dikedua stasiun tersebut lebih rendah
dibanding Stasiun 3 yang cenderung hanya terdapat sedikit eceng gondok.
Pengendalian Pencemaran
Setidaknya ada 4 strategi untuk mengendalikan pencemaran yaitu,
pengawasan dan penegakan hukum, monitoring dan evaluasi, pengolahan limbah
dan penetapan daya dukung. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing
strategi untuk mengendalikan pencemaran.
Pengawasan terhadap bahan pencemar di Waduk Saguling dapat dilakukan
dengan menetapkan strategi pengawasan sasaran. Menurut Connell dan Miller
(1995) pengawasan sasaran itu sendiri melingkupi pengaruh pencemar pada
ekosistem alamiah dan biota yang berhubungan pada ekosistem tersebut.
Pengawasan ini meliputi pengukuran kiwiawi dan fisika dalam berbagai lokasi
atau situasi, sebagai contoh, proses produksi, emisi ke lingkungan, keberadaan
dalam lingkungan, pada permukaan suatu sasaran dan di dalam makhluk hidup.
Upaya penanggulangan masalah pencemaran logam berat di Waduk Saguling

16

dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti diterapkannya penegakan hukum
(law enforcement) yang lebih tegas lagi terhadap para pengusaha yang memiliki
industri yang berpotensi membuang limbah ke lingkungan. Peraturan-peraturan
yang telah ada yang mengatur mengenai penanganan limbah B3 seharusnya
dengan tegas harus dipatuhi oleh para pengusaha agar buangan-buangan limbah
berbahaya tidak dilepaskan ke lingkungan dengan kondisi yang tidak memenuhi
persyaratan. Tindakan dan sangsi hukum seharusnya diberlakukan dengan tegas
terhadap para pelanggarnya.
Selain itu upaya monitoring terhadap logam berat di perairan Waduk
Saguling harus dilakukan secara terus-menerus. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan tingkat pencemaran logam berat di waduk Saguling
adalah mewajibkan kepada perusahaan atau industri untuk membuat IPAL
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah) bagi yang belum memiliki. Penyempurnaan
prasarana untuk pengolahan limbah berbahaya bagi perusahaan yang memiliki
IPAL namun kondisinya telah tidak layak lagi. Jika IPAL tidak berjalan lancar,
maka pada umumnya sangat sulit bagi para pengusaha untuk melakukan
pengolahan limbah sesuai dengan peraturan yang diharuskan. Bagi industri kecil
yang tidak mampu membuat dan mengoperasikan IPAL secara mandiri dapat
dilakukan secara bersama dengan industri kecil yang lain (IPAL Terpadu).
Berbasis pada wawasan kita terhadap resiko polusi lingkungan oleh ion logam
berat, hal ini menyebabkan kita mau tidak mau harus memperbaiki kembali
perhatian kita terhadap sistem pengolahan limbah logam-logam berat tersebut.
Salah satunya adalah proses pengolahan dengan menggunakan mikroorganisme
dengan tujuan mengurangi tingkat keracunan elemen polusi terhadap lingkungan,
pendekatan ini dapat mengacu pada proses bioremediasi (Juhaeti dkk 2004) . Saat
ini, pengolahan secara biologis untuk mengurangi ion logam berat dari air
tercemar muncul sebagai teknologi alternatif yang berpotensi untuk
dikembangkan dibandingkan dengan proses kimia, seperti menambahkan zat
kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar
ion (exchange resins), dan beberapa methode lainnya seperti penyerapan dengan
menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Bioremoval
didefinisikan sebagai terakumulasi dan terkonsentrasinya zat polusi (pollutant)
dari suatu cairan oleh material biologi, selanjutnya melalui proses rekoveri
material ini dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Berbagai jenis
mikroba biomassa dapat digunakan untuk tujuan ini. Proses bioremoval berpotensi
tinggi dalam kontribusinya untuk mengurangi kadar logam berat pada level
konsentrasi yang sangat rendah. Bioremoval lebih efektif dibanding dengan ion
exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitifitas kehadiran
padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya, serta lebih
baik dari proses pengendapan (presipitation) bila dikaitkan dengan kemampuan
menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya (Suhendrayatna
2001).
Perlunya peran beberapa stakeholder dalam pengelolaan Waduk Saguling.
Termasuk didalamnya pembatasan jumlah industri yang boleh beroperasi di
Kabupaten Bandung. Pembatasan jumlah KJA juga seharusnya dilakukan oleh
Dinas Perikanan setempat guna mengurangi beban masukan limbah dari KJA
yang sangat besar. Pendirian unit KJA juga selayaknya memiliki izin dari Dinas
Perikanan dan diatur penggunaanya secara baik.

17

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini menunjukan bahwa kondisi kualitas air di Waduk Saguling
menunjukkan niilai pH berada pada kisaran 6-6,5, oksigen terlarut > 3 mg/l,
temperatur pada kisaran 28-30oC dan kekeruhan pada kisaran 6-12 NTU. Hasil
penelitian ini menunjukkan kandungan logam Pb dan Cd pada sedimen masingmasing sebesar 8.623 ppm dan 0.721 ppm. Nilai dari kedua logam berat pada
masing-masing stasiun menyatakan bahwa tingkat pencemaran logam berat pada
sedimen telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh EPA (Enviromental
Protection Area). Pencemaran tersebut diduga berasal dari pembuangan limbah
dari industri tekstil, industri logam, limbah domestik, dan juga limpasan minyak.
Sebaran logam berat Pb dan Cd di Waduk Saguling mempunyai pola yang sama,
di Stasiun 1 tinggi, di Stasiun 2 menurun dan pada saat di Stasiun 3 meningkat
lagi. Selain itu perairan Waduk Saguling juga didominasi oleh fraksi sedimen
jenis pasir.
Implikasi bagi pengelolaan kualitas air yang ditawarkan untuk Waduk
Saguling antara lain pengawasan dan penegakan hukum, monitoring dan evaluasi,
pengolahan limbah, penetapan daya dukung dan perlunya pengelolaan IPAL pada
industri-industri yang diperkirakan membuang limbah di sungai.
Saran
Perlunya adanya penelitian lanjutan mengenai study penelusuran asal-usul
logam berat pada sedimen di Waduk Saguling.

DAFTAR PUSTAKA
Alihar F, Cahyadi R, Asiati D, Nugraha B, Miranda TI & Indrawardani KF. 2005.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk Saguling. Pusat Penelitian
Kependudukan. DIPA Biro Perencanaan dan Keuangan. LIPI. Jakarta.
Arifin B, Deswati & Loekman U. 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr
dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota
Padang. [Jurnal] Teknik Lingkungan UNAND 9 (2): 139-145.
Connell DW, Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti
Koestoer (penerjemah) & Sahati. UI Press. Jakarta. 520 hlm.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Garno YS. 2001. Status dan Karakteristik Pencemaran Air Waduk Kaskade
Citarum. [Jurnal] Teknologi Lingkungan Vol.2 (2).
Hadaming MA. 2007. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn)
pada Air, Sedimen, dan Makrozoobenthos di Perairan Waduk Cirata, Provinsi
Jawa Barat [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

18

Hariyadi S, Suryadiputra INN & Widigdo B. 1992. Limnologi : Metoda Analisa
Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
IADC/CEDA. 1997. Environmental aspects of dredging - conventions, codes and
conditions: marine disposal. International Association of Dredging
Companies (IADC), & Central Dredging Association (CEDA), Netherlands,
1-71.
Juhaeti T, Syarif F, Hidayati N. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk
Fitoremediasi Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. [Jurnal]
Biodiversitas Vol.6 (1): 31-33.
Laws EA. 1993. Aquatic pollution: An introductory text. Canada: John Riler and
Sons, Inc. 611 Hlm.
Murtini JT dan Rachmawati N. 2007. Kandungan Logam Berat pada Ikan, Air dan
Sedimen di Waduk Saguling Jawa Barat. [Jurnal] Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol.2 (2).
[PP. RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001.
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Retnowati DN. 2003. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Beberapa
Parameter Fisika Kimia Perairan Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rochyatun E, Kaisupy MT & Rozak A. 2006. Distribusi Logam Berat dalam Air
dan Sedimen di Perairan Muara Sungai Cisadane. [Jurnal] Makara, Sains,
Vol. 10 (1), April 2006: 35-40.
Saeni S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sanusi HS, Horas H & Hamidah R. 1984. Hubungan antara Umur, Kadar Air
Raksa (Hg) dan Kadmium (Cd) yang Terakumulasi oleh Kerang Hijau
Mytilus viridis L., yang dibudidaya di Perairan Teluk Jakarta. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan. Insitut Pertanian
Bogor. Proyek Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi No.
39/PIT/DPPM/408/1983, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian
pada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Siregar NMA. 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Keong
Tutut (Bellamya javanica v.d Bush 1844) di Waduk Saguling, Jawa Barat
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan
Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan (Heavy Metal Bioremoval by
Microorganisms: A Literature Study) Sinergy Forum - PPI Tokyo Institute
of Technology
Thezar DS. 2010. Identifikasi Logam Berat Hg, Cd dan Pb dalam Sedimen pada
Area KJA Budidaya Ik