ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb Cd DAN

PROPOSAL TANOTO STUDENT RESEARCH AWARD

JUDUL PENELITIAN
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb, Cd, DAN Hg DALAM
AIR, SUBSTRAT DAN KERANG DARAH (Anadara granosa)
DI PERAIRAN TANJUNG BALAI ASAHAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

Diusulkan Oleh:
Arief Persadanta Bangun
Habib Athansyah
Imam Gazali Manik

130302054 (2013)
130302048 (2013)
130302082 (2013)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016


DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
RINGKASAN ............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................
1.3. Tujuan .....................................................................................................
1.4. Manfaat ...................................................................................................

1
2
2
2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 3
2.2. Kerang Darah (Anadara granosa) ............................................................. 3
2.3. Logam Berat ............................................................................................ 4

2.3.1. Timbal (Pb) ................................................................................... 6
2.3.2. Kadmium (Cd) .............................................................................. 7
2.3.3. Merkuri (Hg) ................................................................................ 7
2.4. Logam Berat di Air .................................................................................. 9
2.5. Logam Berat di Sedimen .......................................................................... 10
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................
3.3. Prosedur Kerja .........................................................................................
3.3.1. Pengambilan contoh .......................................................................
3.3.1.1. Air dan sedimen ...............................................................
3.3.1.2. Kerang darah....................................................................
3.4. Analisis Data............................................................................................
3.4.1. Indeks faktor konsentrasi (IFK) .....................................................
3.4.2. Koefisien korelasi (r) ....................................................................
3.4.3. Uji t-Student .................................................................................
3.4.4. Batas aman konsumsi ....................................................................

13
13

13
13
14
14
14
14
14
15
15

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA
BAB V. JUSTIFIKASI ANGGARAN
5.1. Peralatan Penunjang .................................................................................
5.2. Bahan Habis Pakai ...................................................................................
5.3. Perjalanan ................................................................................................
5.4. Lain-lain ..................................................................................................

17
18
18

19

BAB VI. JADWAL PELAKSANAAN
6.1 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 20
BAB VII. BIODATA PENELITI
7.1 Biodata Ketua Pelaksana Kegiatan ............................................................ 21
7.2 Biodata Anggota I Pelaksana Kegiatan ...................................................... 22
7.3 Biodata Anggota II Pelaksana Kegiatan ..................................................... 23

1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari
peradaban manusia. Perubahan baik secara total maupun sebagian akan membawa
dampak terhadap ekologi dan segala aspek pendukungnya. Kehidupan tanpa
adanya aktivitas pembangunan merupakan suatu kemunduran dalam peradaban
manusia. Seringkali pembangunan seperti pabrik industri maupun pertanian tidak
memperhatikan aspek lingkungan sehingga merusak alam. Pencemaran logam
berat juga merupakan salah satu dampak dari buruknya sistem pengelolaan limbah

di Indonesia. Logam berat dibuang begitu saja kedalam kolom perairan,
terakumulasi pada sedimen yang menjadi habitat kerang.
Kota Tanjungbalai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 154.445 jiwa.
Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara.
Jarak tempuh dari Medan sekitar 4 jam. Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas
dari hanya 199 ha (2 km²) menjadi 60,52 km², kota ini pernah menjadi kota
terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000
orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per km².
Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 km² dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang
perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan. Hasil
Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah
154.445 jiwa yang terdiri atas 77.933 jiwa dan

76.512

jiwa

perempuan.


Penduduk Kecamatan terbanyak berada di Kecamatan Teluknibung dengan
jumlah penduduk 35.802 jiwa sedangkan yang terendah berada di Kecamatan
Tanjungbalai Utara dengan jumlah penduduk 15.862 jiwa.
Penelitian mengenai kandungan logam berat yang terdapat di perairan
Tanjungbalai Asahan hingga saat ini belum ada dilakukan baik pada air, substrat
maupun pada biota seperti kekerangan. Analisa mengenai kandungan logam berat
ini sangat penting untuk dilakukan mengingat kekerangan menjadi komoditi
utama yang menghasilkan pendapatan daerah terbesar. Aktivitas perkapalan,
pembuatan kapal, pengecatan kapal yang juga tinggi di perairan ini turut

2

menyumbang akumulasi logam pada perairan. Aktivitas industri skala kecil
maupun menengah yang terdapat di beberapa titik sepanjang sungai diduga turut
menyumbang akumulasi logam berat. Tingginya konsumsi masyarakat akan
kekerangan menjadi pokok utama perhatian. Apabila kandungan logam berat
sudah melampaui ambang batas akan sangat berbahaya jika dikonsumi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah dugaan akan tingginya kandungan

logam berat pada air, substrat maupun Kerang Darah (Anadara

granosa ) di

Perairan Tanjung Balai Asahan yang akan sangat berpengaruh terhadap populasi,
kelestarian dan dampak terhadap konsumsi masyarakat. Logam berat tersebut
akan terserap dan dalam jangka waktu tertentu akan terakumulasi dalam tubuh
organisme. Akibat pengendapan, logam berat juga akan terakumulasi di sedimen
dan tubuh kerang darah, karena Kerang Darah (Anadara granosa ) merupakan
organisme yang hidupnya menetap di dasar perairan dan merupakan deposit
feeder.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kandungan logam berat Pb, Cd, dan Hg pada daging kerang darah
(Anadara granosa), air, dan substrat.
2. Mengetahui hubungan kandungan logam berat di air dan sedimen dengan
kerang darah.
3. Mengetahui kelayakan kerang darah di perairan Tanjungbalai Asahan untuk
dikonsumsi berdasarkan kandungan logam dalam tubuhnya.
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang logam berat Pb, Cd, dan Hg diharapkan dapat
bermanfaat untuk masyarakat sebagai informasi dasar dalam melakukan kegiatan
pemanfaatan dan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dalam pengelolaan
kerang darah secara tepat dan lestari di Perairan Tanjung Balai Asahan, Provinsi
Sumatera Utara.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perairan Tanjung Balai Asahan
Secara geografis Kota Tanjung Balai Asahan berada di Kawasan
Pantai Timur Sumatera, berada pada koordinat 990 48’00” BT dan 2 0 58’00” LU
dengan ketinggian 0-3 meter dari permukaan laut dan luas wilayah 6.052 Ha dan
memiliki bentuk topografi perairan yang landai dengan dasar perairan yang
berlumpur. Pengukuran kualitas perairan dilakukan pada siang hari untuk
mendapatkan intensitas cahaya yang maksimal. Hasil pengukuran parameter
kualitas perairan di perairan Tanjung Balai Asahan diperoleh suhu berkisar
antara 28,90 - 29,60oC dengan rata-rata 29,13oC; pH 7; salinitas 22,50 - 23,60‰
dengan rata-rata 23,1‰; kecepatan arus 0,18 m/detik; kecerahan 0,3 - 0,31 m
dengan rata-rata 0,30 m (O.S, dkk., 2014).

2.2 Biologi Kerang Darah (Anadara granosa, L)
Menurur Broom (1985) klasifikasi kerang darah secara sistematika
adalah sebagai berikut:
Filum

: Moluska

Kelas

: Bivalvia

Famili

: Arcidae

Sub Famili

: Anadarinae

Genus


: Anadara

Spesies

: Anadara granosa (Linnaeus 1758)

Nama Umum : Blood cockle
Nama Lokal : Kerang darah

Gambar 1. Kerang Darah (Anadara granosa, L) (Lubayasari, 2010)

4

Kerang ini mencapai kematangan seksual pada ukuran panjang
anterior-posterior 18 sampai 20 mm ketika umurnya mencapai 6 bulan. Gonad
kerang darah mulai berkembang pada ukuran terkecil 15 sampai 16 mm. Musim
pemijahan terjadi sepanjang tahun akan tetapi puncak musimnya terjadi pada
bulan-bulan tertentu dimulai bulan Mei atau Juni (Pathansali 1966 in Erianto
2005).

Menurut Storer et al. (1977) dalam Erianto (2005) bahwa morfologi dari
spesies ini adalah simetris bilateral dengan tubuh lunak yang memadati
antara dua cangkang lateral yang secara dorsal berhimpitan. Bivalvia tidak
memiliki

kepala

tetapi memiliki

kaki

yang

berbentuk

seperti

kapak.

Cangkang yang melindungi tubuh berbentuk bulat yang ditandai dengan
garis pertumbuhan kosentris yang berputar memusat kearah tempat yang lebih
besar (umbo) dekat dengan ujung anterior bagian dorsal.

Sendi

ligamen

menahan cangkang bagian dorsal secara bersama-sama dan membentang
untuk membuat kedua belah cangkang berpisah sacara ventral. Permukaan
interior pada masing-masing cangkang memiliki tanda yang menandakan
dimana beberapa otot melekat. Otot ini berperan dalam membuka cangkang
dan menggerakkan kakinya.
Kemudian menurut Dance (1977), bahwa kerang darah mempunyai
cangkang yang tebal, berbentuk agak elips, dan terdapat 20-21 garis vertikal pada
permukaan yang dimulai pada bagian ventral sampai dengan bagian dorsal.
Terdapat juga duri-duri kecil yang pendek, berwarna putih agak kecoklatan pada
lapisan periostracum.
2.3. Logam Berat
Logam secara alami berasal dari kerak bumi. Proses pelapukan secara
kimiawi dan geokimiawi melepaskan berbagai unsur, salah satunya logam, yang
ada di kerak bumi ke dalam perairan. Dalam sistem skala periodik, dari 106 unsur
terdapat 94 unsur logam. Logam digolongkan ke dalam dua golongan yaitu logam
ringan dan logam berat. Menurut Darmono (1995), logam yang mempunyai berat
5 gram atau lebih untuk setiap cm3 atau setara dengan lima kali berat air disebut
logam berat. Definisi logam berat menurut Murphy 1981 in Connell&Gregory
1995, didasarkan kepada gaya berat spesifik logam (lebih besar dari 4 atau 5),

5

jumlah atom unsur pada tabel periodik antara 22-34 dan 40-52 serta lantanida dan
aktinida dan tanggapan spesifik biokomiawi di dalam tubuh hewan dan tumbuhan.
Logam berat yang terdapat di perairan berasal dari proses erosi, buangan
aktivitas industri, limbah domestik dan kegiatan pertanian (Etim et al. 1991).
Logam berat pada dasarnya sangat diperlukan dalam proses kehidupan manusia.
Misalnya dalam proses metabolisme untuk pertumbuhan dan perkembangan selsel tubuh. Konsentrasi logam berat yang dibutuhkan tubuh dalam proses
metabolisme relatif sangat sedikit. Menurut Lu et al., (2001) Pb anorganik (lead
acetate) pada konsentrasi 100 nM dapat menstimulasi sintesis DNA pada sel
tubuh dan sebagai pengganti kalsium dalam mengaktifkan protein kinase-C
(PKC). Selain itu, Achard-Joris et al.,(2006) menyatakan bahwa logam Cd dapat
meregulasi Cytochrome c Oxydase subunit I yang dilakukan pada tiga jenis
bivalvia.
Djuangsih et al. (1982) in Rochyatun dan Rozak (2007) menyatakan
bahwa penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu
sifat logam berat yang tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh makhluk
hidup serta logam berat dapat terakumulasi dalam sedimen sungai dan laut karena
dapat berikatan dengan senyawa organik dan anorganik membentuk senyawa
kompleks melalui proses adsorbsi dan kombinasi. Logam berat mengalami
biokonsentrasi dan bioakumulasi sehingga kadar dalam tubuh lebih tinggi
dibandingkan lingkungan. Logam berat juga mengalami biomagnifikasi yang
tergantung pada posisi organisme pada rantai makanan (Effendi 2003). Darmono
(1995) menyatakan bahwa, berdasarkan penelitian toksisitas akut terhadap
organisme air dan akibatnya yaitu LC-50 selama 48 jam disimpulkan bahwa
urutan logam dari toksisitas paling tinggi ke paling rendah adalah sebagai berikut:
Hg2+ > Cd2+ > Ag+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+
Menurut Bryan (1976), kekuatan racun logam berat terhadap ikan dan
organisme lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Bentuk ikatan kimia dari logam yang larut dalam air
2. Pengaruh interaksi antara logam dan jenis racun lainnya
3. Pengaruh lingkungan seperti temperatur, kadar garam, pH atau kadar
oksigen dalam air

6

4. Kondisi hewan, fase siklus hidup, besarnya organisme, jenis kelamin,
dan kecukupan kebutuhan nutrisi
5. Kemampuan hewan untuk menghindar dari kondisi buruk (polusi)
6. Kemampuan hewan untuk beradaptasi terhadap racun
Logam-logam berat dapat berbentuk senyawa organik, anorganik atau
terikat dalam senyawa logam yang lebih berbahaya daripada keadaan murninya.
Timbal, kadmium dan merkuri merupakan logam berat yang mendapat perhatian
besar karena penggunaannya di sebagian besar proses produksi. Selain itu,
dampaknya pada sebagian besar orang karena sifat toksisitasnya yang tinggi.
Menurut Murtini et al. (2003), logam berat Hg, Cd dan Pb sangat berbahaya
karena bersifat biomagnifikasi yang artinya dapat terakumulasi dan tinggal dalam
jaringan tubuh organisme dalam jangka waktu lama sebagai racun terakumulasi.
Dalam tubuh logam Pb, Cd dan Hg memiliki waktu paruh (half-life).
Logamlogam tersebut akan terakumulasi di darah, ginjal, jaringan, tulang bahkan
gigi (Nordberg 2004). Logam Pb memiliki half-life yang relatif singkat di darah
yaitu 28 hari sedangkan untuk logam merkuri selama 45-70 hari (WHO 2008).
Lain halnya dengan logam Cd yang memiliki half-life relatif lebih lama yaitu 20
tahun (Nordberg 2004).
Distribusi dan akumulasi logam untuk setiap organisme air sangat
berbedabeda. Hal ini bergantung pada makanan yang tersedia, siklus hidup dan
laju pertumbuhan (Bryan 1976). Gosling (1992) menyatakan bahwa, tingkat
akumulasi bahan pencemar organik dan anorganik pada kerang tergantung faktor
abiotik (salinitas dan kedalaman perairan) dan faktor biotik (seperti aktivitas
memompa,

pertumbuhan,

komposisi

biokimia,

kondisi

reproduksi,

dan

metabolisme).
2.3.1. Timbal (Pb)
Keberadaan timbal (Pb) di alam lebih tersebar luas daripada logam toksik
lainnya. Menurut Laws (1993), dalam pertambangan timbal berasal dari mineral
galena atau yang disebut timbal sulfida (PbS). Dibandingkan logam berat Cd dan
Hg, maka unsur Pb tidak terlalu beracun. Akan tetapi, senyawa timbal dalam
bentuk organik lebih beracun daripada dalam bentuk anorganik (Pain 1995 in
Kennish 1996).

7

Kadar Pb dalam lingkungan

meningkat sejalan dengan meningkatnya

kegiatan pertambangan, peleburan, dan penggunaannya dalam aktivitas industri.
Menurut Lu (1995), penggunaan Pb dalam industri merupakan faktor utama
penyebab meningkatnya kadar Pb di lingkungan. Timbal banyak digunakan untuk
industri baterai, bahan bakar mobil dan cat (Fergusson 1990). Absorbsi timbal di
dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar
keracunan yang progresif. Konsentrasi yang tinggi akan timbal dalam tubuh
moluska dapat menghambat pertumbuhan (Dunstan 2006).
2.3.2. Kadmium (Cd)
Kadmium terdapat di alam biasanya bercampur dengan bijih timbal dan
seng (Lu 1995). Kadmium jarang sekali ditemukan dalam bentuk bebas.
Keberadaannya di alam dalam berbagai jenis batuan, tanah, dalam batubara dan
minyak (Saeni 1997). Kadmium dalam air laut berbentuk senyawa klorida
(CdCl2), sedangkan dalam air tawar berbentuk karbonat (CdCO 3) (Darmono
1995). Logam ini memiliki sifat tahan panas dan tahan korosif sehingga kadmium
banyak digunakan dalam industri cat, PVC, dan baterai. Kadmium banyak
digunakan sebagai pelapis karena dapat membuat logam menjadi antikorosi bila
digunakan dalam air laut, air alkalis dan lingkungan tropis (Fergusson 1990).
Pada kadar yang cukup rendah logam berat Cd dalam perairan sudah
bersifat racun. Sanusi et al. (1984) menyatakan bahwa toksisitas Cd terhadap
hewan air meningkat dengan menurunnya kadar oksigen dan kesadahan dan
meningkatnya pH dan suhu. Akibat yang ditimbulkan dari keracunan Cd berupa
tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, jaringan testikular dan sel-sel darah merah
hingga merusak tulang (Saeni 1997).
Menurut Avelar et al. (2000) in Goksu et al. (2005), konsentrasi Cd yag
terakumulasi dalam jaringan tubuh kerang dapat mencapai 100.000 kali lebih
besar daripada konsentrasi di perairan habitatnya. Dalam air laut kadar Cd yang
normal berkisar antara 0.05 ppb sampai 0.1 ppb (Sanusi et al. 1984).
2.3.3. Merkuri (Hg)
Merkuri secara alami tersedia di alam sebagai hasil proses vulkanik kerak
bumi (El-Moselhy 2006). Logam merkuri bersifat volatil, larut dalam air dan

8

lemak (Kerby 1991 in Fajri 2001 in Murtini et al. 2003) dan memiliki tekanan uap
pada suhu kamar sehingga uap merkuri dapat masuk tubuh menusia melalui
saluran pernafasan. Merkuri merupakan logam yang paling beracun bagi manusia
dan sebagian besar hewan. Ion metilmerkuri (CH3Hg+) merupakan senyawa yang
sangat beracun dan membahayakan kesehatan manusia. Zat ini dapat dihasilkan
oleh mikroorganisme dari ion Hg2+ dalam lingkungan alami yang berbeda.
Metilmerkuri mengakibatkan efek teratogenik kuat, karsinogenik, dan aktivitas
mutagenik (Saeni 1997).
Toksisitas Hg terhadap hewan air terutama disebabkan oleh terjadinya
perubahan komponen Hg-anorganik menjadi Hg-organik (Metilmerkuri) yang
bersifat racun oleh aktivitas jasad renik dalam air (Sanusi et al. 1984). Kadar
metilmerkuri dalam tubuh ikan dan kerang bisa mencapai 90% (Bryan 1976).
Menurut Mukhtasor (2007), Ikan dan kerang mampu membuat merkuri bagi
tubuhnya tidak beracun melalui proses methilating.
Konsentrasi merkuri di air laut berkisar antara 0.05 ppb sampai 0.1 ppb
(Sanusi et al. 1984). Menurut El-Moselhy (2006), akumulasi Hg pada organisme
laut tergantung dari faktor biotik dan abotik seperti laju petumbuhan, stadia hidup,
supply makanan, kebiasaan makan, jenis spesies, tingkat psikologi, suhu, salinitas,
dan sumber pencemaran. Merkuri banyak digunakan dalam industri baterai,
termometer, lampu, barometer, listrik, dan kedokteran (untuk pembuatan
amalgam) (Fergusson 1990).
2.4. Logam Berat di Air
Logam selalu ditemukan dalam air laut dan tawar walaupun jumlahnya
terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan
maupun logam berat jumlahnya sangat sedikit dalam air. Logam berat dalam air
jarang berbentuk atom

melainkan terikat dengan senyawa lain sehingga

berbentuk molekul (Darmono 1995). Fergusson (1990) menyatakan, logam berat
di perairan terdapat secara alami dan kegiatan antropogenik. Secara alami, logam
berat berasal dari atmosfer seperti emisi vulkanik dan run-off dari daratan. Lain
halnya dari kegiatan antropogenik, logam berat dihasilkan dari pertambangan,
pertanian, pelayaran, dan industri yang menggunakan materi logam berat.

9

Rochyatun dan Rozak (2007) menyatakan bahwa faktor lingkungan
perairan seperti pH, kesadahan, temperatur dan salinitas dapat mempengaruhi
daya racun logam berat. Penurunan pH air akan menyebabkan daya racun logam
berat semakin besar dan kesadahan yang tinggi akan mempengaruhi daya racun
logam berat karena logam berat yang terdapat dalam air yang memiliki kesadahan
tinggi akan membentuk senyawa yang kompleks yang menggendap dalam dasar
perairan. Beberapa logam bersifat esensial dan sangat dibutuhkan dalam proses
kehidupan, seperti kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) yang merupakan
logam ringan yang berguna dalam pembentukan kutikula atau sisik pada ikan dan
udang. Sedang logam berat seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan mangan (Mn)
sangat bermanfaat dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan
enzimatik pada hewan air tesebut (Darmono 1995). GESAMP (1976) in Kennish
(1996) memperlihatkan kadar alamiah logam berat di air laut seperti yang
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kadar alamiah logam berat di air laut
Logam

Simbol

Kadar alamiah (ppm)

Timbal

Pb

0,002

Kadmium

Cd

0,1

Merkuri

Hg

0,007

Sumber: GESAMP (1976) in Kennish (1996)
Berdasarkan peraturan pemerintah kandungan logam berat di perairan
memiliki ambang batas tertentu. Tabel 2 memperlihatkan baku mutu kandungan
logam berat di perairan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51
Tahun 2004 dan menurut EPA (1986).
Tabel 2. Baku mutu air laut untuk biota laut terhadap logam berat
Logam

Simbol

Baku mutu (ppm)
KepMen LH*

EPA*

Timbal

Pb

0,0010

0,0021a

0,000025b

Kadmium

Cd

0,0010

0,0430a

0,0093b

Merkuri

Hg

0,0080

0,1400a

0,0056b

Sumber : *KepMen LH Nomor 51 Tahun 2004; **EPA (1986) ( aakut; bkronis)

10

2.5. Logam Berat di Sedimen
Sedimen pada dasarnya merupakan hasil dari pelapukan batuan baik secara
kimiawi maupun fisika. Perairan pesisir didominasi oleh susbstrat lunak berupa
lumpur yang berasal dari sedimen yang terbawa arus sungai hingga ke perairan
pesisir. Dalam ekosistem estuari, sedimen berperan penting dalam daur logam
berat yang merupakan hasil akumulasi logam dari organisme laut, khususnya
bivalvia yang terkait dengan kebiasaan makan (Gosling 2003 in Suwanjarat et al.
2009). Daerah pesisir relatif lebih mudah terpapar logam berat karena letaknya
yang dekat dengan daratan (Fergusson 1990).
Hutabarat dan Evans (1985) membagi sedimen berdasarkan ukuran
diameter butiran. Klasifikasi sedimen tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Selain
itu, hutabarat dan Evans (1985) mengklasifikasikan sedimen berdasarkan asalnya,
meliputi sedimen lithogenous, sedimen biogenous dan sedimen hydrogenous.
Sedimen lithogenous merupakan jenis sedimen yang berasal dari sisa pengikisan
batuan di daratan. Sedimen biogenous berasal dari sisa rangka organisme hidup
yang membentuk endapan partikel-partikel halus yang disebut ooze, sedangkan
sedimen hydrogenous dibentuk dari hasil reaksi kimia dalam air laut.
Komposisi sedimen mempengaruhi kadar logam berat dalam sedimen.
Rochyatun et al. (2005) menyatakan sedimen berbentuk lumpur memiliki kadar
logam berat yang cukup tinggi dibandingkan pasir. Hal ini karena lumpur
memiliki pori-pori cukup kecil sehingga daya absorbsi cukup besar dibandingkan
pasir yang memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga daya absorbsi relatif
kecil.
Kadar logam berat dalam sedimen lebih besar daripada air. Hal ini karena
adanya proses pengendapan sehingga logam berat dapat terakumulasi dalam
sedimen (Tarigan et al. 2003). Fergusson (1990) menyatakan bahwa konsentrasi
logam berat di sedimen tergantung dari lokasi dan kedalaman. Kadar logam berat
dalam sedimen muara lebih tinggi dibandingkan ke tengah laut. Logam berat yang
semula terlarut dalam air sungai diadsorbsi oleh partikel halus dan oleh aliran
sungai dibawa ke muara. Di muara, arus air sungai bertemu dengan arus pasang
sehingga partikel halus akan mengendap di muara sungai (Rochyatun et al. 2005).

11

Tabel 3. Klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran diameter butiran
Klasifikasi

Ukuran (mm)

Batuan (boulders)

>256
2 – 256

Kerikil (gravel)

1–2

Pasir sangat kasar (very coarse sand)

0,5 – 1

Pasir kasar (coarse sand)

0,25 – 0,5

Pasir (medium sand)

0,125 – 0,25

Pasir halus (fine sand)
Pasir sangat halus (very fine sand)

0,0625 – 0,125

Lumpur (silt)

0,002 – 0,0625

Liat (clay)

0,0005 – 0,002

Partikel terlarut (dissolved material)

3 cm).
3.4. Analisis data
3.4.1. Indeks faktor konsentrasi
Kemampuan biota air untuk mengakumulasi logam berat dapat dilihat dari
indeks faktor konsentrasi yang membandingkan antara konsentrasi logam berat di
dalam daging kerang darah dengan konsentrasi logam berat di air (Johnston
1976).

Keterangan :
IFK

= Indeks faktor konsentrasi

[L] Kerang

= konsentrasi logam berat dalam daging kerang darah (ppm)

[L] Air

= konsentrasi logam berat dalam air (ppm)

3.4.2. Koefisien korelasi (r)
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kandungan logam berat
dalam daging kerang darah dengan air dan keeratan hubungan antara kandungan
logam berat dalam daging kerang darah dengan sedimen, dapat dianalisis dengan
menggunakan regresi dan korelasinya (r) (Steel dan Torie 1986). Formulanya
adalah sebagai berikut:

r=

15

Keterangan:

Sx =

Sy =

3.4.3. Uji t-Student
Uji t-student digunakan untuk melihat perbedaan pada contoh yang dikaji
yang berasal dari suatu sebaran normal (Steel dan Torie 1986). Asumsi yang
dipakai adalah contoh menyebar normal dan ragam dianggap sama.
a. Rumus perhitungan

Keterangan:
t

= sebaran t
= nilai tengah dugaan bagi µ

µ

= nilai tengah yang dihipotesiskan

s

= simpangan baku

n

= banyaknya data

b. Hipotesis
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
3.4.4. Batas Aman Konsumsi
Logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan terakumulasi dalam tubuh,
baik dalam jaringan, darah, tulang maupun gigi. Untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan perlu dilakukan pembatasan konsumsi. Batasan ini dapat
diperkirakan melalui berat basah maksimum kerang yang dapat dikonsumsi
manusia per minggunya (Buwono et al., 2005).

16

BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Achard-Joris M, Gonzalez P, Marie V, Baudrimont M & Bourdineaud JP. 2006.
Cytochrome c oxydase subunit I gene is up-regulated by cadmium in
freshwater and marine bivalves. BioMetals..
Bryan GW. 1976. Heavy metal contamination in the sea. In: Johnston R (Editor).
Marine pollution. Academic Press. London.
Darmono. 1995. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. UI-Press. Jakarta.
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm.
Etim L, Ekom RA & Paul M. 1991. Temporal trends in heavy metal
concentrations in the clam Egeria radiata (bivalvia: Tellinacea: Donacidae)
from the Cross River, Nigeria. Rev. Hydrobiol Trop.
Fergusson JE. 1990. The heavy elements: chemistry, environmental impact and
health effects. Pergamon Press. New Zealand.
Hutabarat S & Evans SM. 1985. Pengantar oseanografi. Cetakan kedua. UI-Press.
Laws EA. 1993. Aquatic pollution: an introductory text. 2nd edition. John Wiley
and Sons. Inc. United States of America.
Lu FC. 1995. Toksikologi dasar: asas, organ sasaran, dan penilaian resiko. Edisi
kedua. Edi Nugroho (penerjemah). UI-Press. Jakarta.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. Pradnya Paramita. Jakarta.
OS ST Andrew, Yusni I Siregar, Efriyeldi. 2014. Kandungan Logam Berat Pb,
Cu, Zn Pada Daging dan Cangkang Kerang Hijau (Perna Viridis) Di
Perairan Tanjung Balai Asahan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Riau. Riau.
Razak H. 1986. Kandungan logam berat di Perairan Ujung Watu dan Jepara.
Oseanologi di Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Rochyatun E & Rozak A. 2007. Pemantauan kadar logam berat dalam sedimen di
perairan Teluk Jakarta. Makara Sains.
Sanusi HS, Hutagalung H & Razak H. 1984. Hubungan antara umur, kadar air
raksa (Hg) dan kadmium (Cd) yang terakumulasi oleh kerang hijau
Mytilus viridis L, yang dibudidayakan di perairan Teluk Jakarta. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Tarigan Z, Edward & Rozak A. 2003. Kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn
dan Ni dalam air laut dan sedimen di Muara Sungai Membrano, Papua
dalam kaitannya dengan kepentingan budidaya perikanan. Makaira Sains.
Wulandari A. 2006. Keterkaitan akumulasi logam berat (Hg. Cd dan Pb) dalam
sediment dan bioakumulasi pada beberapa kerang laut (Anadara granosa,
Trachycardium sp. dan Meretrix meretrix) di perairan Ujung Pangkah,
Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

20

BAB VI JADWAL PELAKSANAAN

6.1 Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan dilaksanakan selama 5 bulan. Adapun jadwal yang
dilaksanakan tersaji dalam tabel berikut:
No. Kegiatan
1

2
3
4
5

Pengambilan
Sampel
Lapangan
Analisis
Logam Berat
Pengukuran
Kualitas Air
Analisis Hasil
Laboratorium
Penyusunan
Laporan

Agustus
1 2 3 4

September
1 2 3 4

Oktober
1 2 3 4

November
1 2 3 4