Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi
EFEK ZAT ANTIBAKTERI DAUN TORBANGUN (Coleus
amboinicus Lour) TERHADAP BAKTERI YANG BERASAL
DARI MAKANAN BASI
LUSIA PRIMADONA JUITA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efek Zat Antibakteri
Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari
Makanan Basi” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Lusia Primadona Juita
NIM I14100128
ABSTRAK
LUSIA PRIMADONA JUITA. Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi. Dibawah
bimbingan M. RIZAL M. DAMANIK dan USAMAH AFIFF.
Penggunaan komponen tumbuhan sebagai tujuan farmaseutikal meningkat
dalam beberapa studi terakhir. Produk-produk tumbuhan mempunyai sifat antibakteri
karena adanya komponen aktif yang dapat disintesis didalamnya. Daun Torbangun
diyakini memiliki khasiat sebagai penawar racun (antibakteri) dan obat untuk
menyembuhkan penyakit seperti sariawan dan batuk. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek zat antibakteri daun Torbangun terhadap bakteri yang berasal dari
makanan basi serta mengetahui efek dari zat antibakteri daun Torbangun sebagai
bahan obat herbal. Penelitian memiliki beberapa tahapan yaitu Pemilihan sampel pada
30 orang mahasiswa IPB, Isolasi dan identifikasi bakteri, Uji Perlakuan daun
Torbangun, dan Uji aktivitas antibakteri. Terdapat perbedaan nyata (p0.05).
Kata kunci : aktivitas antibakteri, bakteri, daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour),
perlakuan
ABSTRACT
LUSIA PRIMADONA JUITA. Effects of Torbangun (Coleus amboinicus
Lour) Leaves’s Antibacterial Traits against Bacteria from Perishable Food.
Supervised by M. RIZAL M. DAMANIK and USAMAH AFIFF.
The use of plants component for pharmaceutical purposes has been gradually
increasing. Plant products have been used as antibacterial traits, which are because
of active component synthesized in plants. Torbangun leaves have been known to
have efficacy as an antidote (antibacterial) and drugs to cure diseases such as scurvy
and cough. This study aimed to determine the effect of Torbangun leaves’s
antibacterial traits against bacteria from perishable food and to determine the effect
of Torbangun leaves’s antibacterial traits as herbal medicinal ingredients. This study
has several stages, Sample selection to 30 Bogor Agricultural University students,
Isolation and identification of bacteria, Treatment Torbangun leaves Test, and
Antibacterial activity test. There is significant difference (P0.05) of treatment types to broad barrier inhibitory zone diameter against
positive bacteria or negative bacteria (P >0.05).
Key words: antibacterial activity, bacteria, Torbangun leaves (Coleus amboinicus
Lour), treatment
EFEK ZAT ANTIBAKTERI DAUN TORBANGUN (Coleus
amboinicus Lour) TERHADAP BAKTERI YANG BERASAL
DARI MAKANAN BASI
LUSIA PRIMADONA JUITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
201
Judul Skripsi : Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour)
terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi
Nama
: Lusia Primadona Juita
NIM
: I14100128
Disetujui oleh
Prof. drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD
Pembimbing 1
Diketahui oleh
Rimbawan, PhD
Ketua Departemen
Tanggal lulus :
drh. Usamah Afiff, MSc
Pembimbing 2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Februari 2014 ini ialah “Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus
Amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi” yang
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Gizi di Fakultas Ekologi
Manusia (FEMA).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.drh.M. Rizal Martua
Damanik, MRepSc, PhD dan drh. Usamah Afiff, MSc selaku pembimbing skripsi,
Bapak Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD selaku penguji yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi
kepada penulis. Di samping itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Esi dan Pak Ismet dari staf Laboratorium Mikologi FKH dan Bapak Mashudi
dari staf Laboratorium Gizi Masyarakat FEMA yang telah banyak membantu
selama penelitian ini dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
kedua orangtua, seluruh keluarga, big sis Siti Komariah, Warrior GM 47, dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala bantuan,
dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Lusia Primadona Juita
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................1
Tujuan Penelitian........................................................................................2
Manfaat Penelitian......................................................................................3
METODE PENELITIAN.........................................................................................3
Waktu dan Tempat......................................................................................3
Alat .............................................................................................................3
Bahan ..........................................................................................................4
Alat .............................................................................................................4
Prosedur ......................................................................................................4
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................6
Data Konsumsi Responden.........................................................................6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri .................................................................10
Perlakuan Daun Torbangun ......................................................................12
Uji Aktivitas Antibakteri ..........................................................................13
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................16
Simpulan...................................................................................................16
Saran .........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17
LAMPIRAN...........................................................................................................21
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................28
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis bakteri yang ditemukan dalam sampel makanan terpilih
Tabel 2 Nilai rata-rata diameter zona hambat berbagai perlakuan
Tabel 3 Rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan
10
14
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan prosedur penelitian secara keseluruhan ..................................... 5
Gambar 2 Jenis dan jumlah konsumsi lauk nabati responden ............................... 7
Gambar 3 Jenis dan jumlah konsumsi lauk hewani responden.............................. 8
Gambar 4 Jenis dan jumlah konsumsi sayuran responden..................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................................... 21
Lampiran 2 ........................................................................................................... 23
Lampiran 3 ........................................................................................................... 25
Lampiran 4 ........................................................................................................... 26
Lampiran 5 ........................................................................................................... 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keamanan pangan menurut UU Nomor 18 Tahun 2012 adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Suatu
pangan menjadi tidak aman ketika terjadi pencemaran pada pangan tersebut
(Sulaeman 2006).
Pangan yang tercemar secara biologis khususnya oleh pertumbuhan mikroba
dapat dipengaruhi oleh cara pengolahan, penjualan, penyajian yang belum
memenuhi persyaratan sanitasi dan kesehatan serta teknologi pengolahan yang
masih sederhana (Handayani & Werdiningsih 2010). Menurut Puckett (2004),
pertumbuhan bakteri di dalam makanan terutama terdapat pada makanan yang
kaya protein (seperti daging, susu, telur), buah melon potong, bawang putih dan
minyak campuran, sayuran kaleng, buah dan sayur yang tidak dicuci, serta
makanan dengan kadar air tinggi. Terkontaminasinya pangan yang berasal dari
perternakan (Suwito 2010) maupun perkebunan oleh bakteri dapat menyebabkan
kasus keracunan makanan seperti mual, muntah, diare, dan lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan seperti keracunan makanan atau
foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh
bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk
Indonesia. (Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM 2010). Selain itu, masih
kurangnya kepedulian dan kesadaran konsumen mengenai pangan yang
dikonsumsi sudah menjadi basi atau belum. Menurut Mukono (2004) makanan
basi ditandai dengan perubahan rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur,
berubah aroma atau adanya pengolahan lainnya.
Berbagai penelitian mengenai herbal di dunia mencoba untuk mengerti
bahan, keselamatan, dan efisiensi sumber daya alam sebagai obat tradisional.
Menurut WHO (2005), tanaman herbal dapat menjadi sumber untuk mendapatkan
terapi alami. Komponen tanaman, seperti komponen fenolik dalam tanaman
penting untuk kesehatan manusia (Gordana et al. 2007). Penggunaan komponen
tumbuhan sebagai tujuan farmaseutikal meningkat dalam beberapa studi terakhir.
Produk-produk tumbuhan mempunyai sifat antibakteri karena adanya komponen
aktif yang dapat disintesis didalamnya (Gislene et al. 2000).
Daun Torbangun memiliki peran dalam pengobatan herbal yakni diyakini
masyarakat Sumatera Utara memiliki khasiat sebagai penawar racun
(antimikroba/antibakteri) dan obat untuk menyembuhkan penyakit seperti
sariawan, demam, sakit kepala, batuk (Damanik et al. 2001; Rout & Panda 2010),
memperbaiki tekanan darah (Andriani et al. 2012), dan menstimulasi kinerja hati
(Lukhoba et al. 2006). Jenis-jenis Coleus digunakan sebagai obat tradisional Asia
untuk mengobati berbagai penyakit dikarenakan tinggi akan konsentrasi
komponen fenolik (Kumar et al. 2008).
Daun Torbangun juga dipercaya dapat meningkatkan produksi air susu ibu
karena mengandung lactogogum (Damanik et al. 2004; Damanik et al. 2005a;
2
Damanik et al. 2006; Damanik et al. 2007; Damanik et al. 2009a) yang telah
dibuktikan baik pada manusia maupun hewan (Siagian et al. 2009). Penggunaan
daun Torbangun selain mengandung lactogogum juga mengandung zat antibakteri
(Manjamalai et al. 2011; Hazimah et al. 2013; Khattak et al. (2013a). Daun
Torbangun dapat dikonsumsi dalam bentuk sayur sop (Damanik et al. 2005b;
Damanik et al. 2009b), sayur sop kalengan (Warsiki et al. 2009), dan suplemen
PMS (Devi et al. 2010; Pramadya et al. 2010).
Senyawa antimikroba merupakan senyawa alami maupun kimia sintetik
yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Madigan
et al. 2009). Antimikroba meliputi antibakteri, antiprotozoa, antifungi, dan
antivirus. Antibakteri termasuk dalam antimikroba yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri (Dikbas et al. 2009). Kriteria umum yang
digunakan sebagai antibakteri antara lain tidak bersifat racun bagi bahan pangan,
ekonomis, tidak menyebabkan perubahan aroma, cita rasa dan tekstur makanan,
tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, dan sebaliknya mempunyai
kemampuan membunuh dibanding menghambat pertumbuhan bakteri (Frazier &
Westhoff 1978).
Penggunaan dedaunan sebagai obat herbal di Indonesia berdasarkan
kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi bahan herbal dengan cara
melarutkannya dengan air. Metode ini murah dan praktis sehingga dapat
dilakukan oleh masyarakat umum (Siregar 2012). Sehingga membuat peneliti
merasa perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai zat antibakteri dalam Daun
Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dengan perlakuan ekstraksi dan simplisia
agar dapat memberi manfaat bagi kesehatan manusia. Pemilihan sampel oleh
peneliti antara lain makanan yang ada di rumah makan sekitar kampus IPB
Darmaga kemudian dibasikan untuk mengetahui jenis bakteri yang dapat
berpotensi mengganggu keamanan pangan tersebut dan pengujian zat aktivitas
antibakteri daun Torbangun terhadap bakteri yang ditemukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek zat
antibakteri daun Torbangun terhadap bakteri yang berasal dari makanan basi serta
mengetahui efek dari zat antibakteri daun Torbangun sebagai bahan obat herbal.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis makanan yang biasa dikonsumsi mahasiswa yang ada di
sekitar kampus IPB Darmaga terutama jenis lauk hewani, lauk nabati, dan
sayuran.
2. Mengetahui keberadaan bakteri pada makanan terpilih (lauk hewani, lauk
nabati, dan sayuran) yang telah dibasikan yang berasal dari sekitar kampus
IPB Darmaga.
3. Menguji ekstrak daun Torbangun sebagai antibakteri secara in vitro.
4. Mengetahui karakteristik daun Torbangun dan efek zat antibakterinya
terhadap bakteri,
3
5. Mengetahui aktivitas antibakteri daun Torbangun dengan berbagai
perlakuan sebagai bahan obat herbal yaitu daun Torbangun yang direbus,
daun Torbangun yang dikeringkan, dan daun Torbangun yang ditumbuk.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
bagi masyarakat bahwa secara umum daun Torbangun memiliki zat antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara alami sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pengawet alami. Selain itu juga memberikan informasi
mengenai efek zat antibakteri yang ada dalam daun Torbangun terhadap bakteri
pada makanan basi jenis lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran terpilih dari
warung makan sekitar kampus IPB Darmaga.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2014 sampai bulan Juni
2014. Penelitian ini memiliki beberapa tahapan yaitu :
1. Pemilihan sampel yang yang akan diteliti melalui kuesioner yang
disebarkan pada 30 orang mahasiswa IPB.
2. Isolasi dan identifikasi bakteri yang dilakukan di Laboratorium Riset
Bagian Mikrobiologi Medik Departemen IPHK Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
3. Pengambilan daun Torbangun di kebun Torbangun dari peneliti Damanik
di daerah Cijeruk yang telah disertifikasi oleh Herbarium LIPI Bogor
kemudian Uji Ekstraksi daun Torbangun yang dilakukan di Laboratorium
Penelitian Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
4. Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan di Laboratorium Riset Bagian
Mikrobiologi Medik Departemen IPHK Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Alat
Alat yang digunakan dalam tahap identifikasi dan isolasi bakteri antara
lain kuesioner, timbangan, mortar, wadah plastik, pipet volumetrik, inkubator,
spiritus, korek api, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, jarum needle,
jarum ose, dan spidol. Alat yang digunakan dalam tahap ekstraksi antara lain
spatula, corong, magnet stirer, freeze dryer, labu erlenmeyer 1L, rotavapor, kertas
saring Whatman 42, wadah plastik, tabung kecil, mikropipet, dan lemari
pendingin. Alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri adalah timbangan,
pipet tetes, tabung kecil, lemari pendingin, mikropipet, vortex, spidol, cakram/disk
antibakteri, spatel, spiritus, korek api, pinset, inkubator, kertas plastik steril, dan
penggaris.
4
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel lauk
hewani, lauk nabati, dan sayuran terpilih dari berbagai warung makan di sekitar
kampus IPB Darmaga yang kemudian dibasikan, media BPW 225 mL, media LB
225 mL, media BPW 10 mL, media RV, media TT, media agar XLD, media agar
HE, media agar MSA, media agar miring TSA, media agar TSIA, media uji Indol,
media uji gula-gula, media uji Urea, media uji Citrate, media agar MHA, ekstrak
daun Torbangun, pelarut methanol, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis 10 mL,
larutan Mac. Farland 1, air murni MILI Q, daun Torbangun yang direbus, daun
Torbangun yang dikeringkan, dan daun Torbangun yang ditumbuk.
Alat
Alat yang digunakan dalam tahap identifikasi dan isolasi bakteri antara
lain kuesioner, timbangan, mortar, wadah plastik, pipet volumetrik, inkubator,
spiritus, korek api, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, jarum needle,
jarum ose, dan spidol. Alat yang digunakan dalam tahap ekstraksi antara lain
spatula, corong, magnet stirer, freeze dryer, labu erlenmeyer 1L, rotavapor, kertas
saring Whatman 42, wadah plastik, tabung kecil, mikropipet, dan lemari
pendingin. Alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri adalah timbangan,
pipet tetes, tabung kecil, lemari pendingin, mikropipet, vortex, spidol, cakram/disk
antibakteri, spatel, spiritus, korek api, pinset, incubator, kertas plastik steril, dan
penggaris.
Prosedur
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan yaitu 1) Pemilihan
sampel/jenis makanan yang yang akan diuji melalui kuesioner yang disebarkan
pada 30 orang mahasiswa IPB; 2) Isolasi dan identifikasi bakteri yang ada di
dalam sampel terpilih; 3) Perlakuan daun Torbangun; dan 4) Uji aktivitas
antibakteri. Berikut bagan prosedur penelitian secara keseluruhan.
Pemilihan Sampel
Sampel terpilih jenis makanan lauk
hewani, lauk nabati, dan sayuran
Sampel terpilih diuji secara tiga kali
ulangan dengan pengambilan sampel acak
di warung makan sekitar kampus IPB
Sampel terpilih dibasikan (Mukono
(2004)
X
- Responden terpilih
30 orang.
- Faktor inklusi :
a. bukan mahasiswa
TPB,
b. mahasiswa yang
tinggal
di
sekitar
kampus IPB Darmaga,
c. responden lebih
sering
membeli
makanan di warung
makan
daripada
memasak sendiri.
Data
konsumsi
makanan
diambil
dengan kuisioner food
recall 2 x 24 jam.
5
X
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
- Bakteri Salmonella sp (gram negatif) menggunakan metode
(WHO Global Foodborne Infections Network (2010)dan
- bakteri Staphylococcus sp (gram positif) menggunakan
metode BAM/Bacteriological Analytical Manual (2006).
Pengujian Salmonella sp
- Sampel yang diduga
memiliki Salmonella sp
ditanam pada media
selektif dengan pra
pengayaan
(preenrichment),
dan
pengayaan (enrichment)
dilanjutkan tahap isolasi
dan indentifikasi, dan uji
biokimia antara lain Uji
TSIA, Uji Urease, Uji
Indol, Uji Gula-gula,
dan Uji Sitrat.
Pengujian
Staphylococcus aureus
- Koloni
S.
aureus
ditaman pada media
MSA agar mempunyai
ciri : bundar, licin
halus, menonjol dan
berkilauan,
koloni
berwarna
kuning
dikelilingi zona kuning
keemasan
Isolat bakteri-bakteri yang ditemukan dibiakkan pada media
Agar Miring TSA untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
Ekstraksi Daun
Torbangun
(Khattak et al. 2013b)
dengan modifikasi
Ekstrak
daun Torbangun
yang dikeringkan
Uji Aktivitas Antibakteri
Dilakukan secara kualitatif
dengan menggunakan
metode difusi Disk
menurut Kirby-Bauer
(Bauer et al. 1966).
daun Torbangun
yang direbus
daun Torbangun
yang ditumbuk
Gambar 1 Bagan prosedur penelitian secara keseluruhan
6
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan program
komputer Microsoft Excel Office 2007 dan program statistika SPSS (Versi 16.0)
for Windows. Data kualitatif jenis makanan yang dikonsumsi responden diolah
dengan Microsoft Excel Office 2007. Data kuantitatif yang diperoleh yaitu luas
hambatan diameter zona hambat menggunakan kertas cakram Kirby-Bauer yang
dihasilkan pada uji aktivitas antibakteri terhadap berbagai perlakuan. penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Hubungan antar faktor
perlakuan Daun Torbangun dengan luas hambatan diameter zona hambat dan
bakteri uji diuji dengan Analisis General Linear Model Univariat, jika hasil
signifikan akan diuji lanjut dengan analisis Tukey HSD. Korelasi data kuantitatif
luas hambatan diameter zona hambat terhadap bakteri uji tiap kelompok perlakuan
dengan menggunakan Analisis Regresi Linear.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Konsumsi Responden
Data konsumsi responden diambil menggunakan kuesioner food recall 2 x
24 jam. Sampel dengan jenis lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran terpilih
diambil dari data konsumsi makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh 30
orang responden tiap waktu makan. Jumlah responden yang diambil adalah
mahasiswa sebanyak 30 orang. Pemilihan ini berdasarkan Gay dan Diehl (1992)
yang menyatakan ukuran responden bergantung pada jenis penelitiannya. Jenis
penelitian yang bersifat korelasional menggunakan responden minimum sebanyak
30 subjek. Selain itu, distribusi sampel yang terbentuk mendekasi distribusi
normal ketika jumlah sampel mencapai 30 sampel. Semakin besar jumlah
sampelnya semakin normal distribusinya dengan acuan Tabel Durbin Watson.
Pemilihan jumlah responden ini dikarenakan tidak adanya data akurat mengenai
jumlah populasi mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus IPB Darmaga setelah
peneliti menanyakan hal tersebut ke Kantor Desa Babakan, Darmaga.
Responden dipilih berdasarkan faktor inklusi yaitu bukan mahasiswa TPB,
mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus IPB Darmaga antara lain Daerah Bara,
Bateng, Balio, Balebak, Radar, dan Perwira, serta lebih sering membeli makanan
di warung makan daripada memasak sendiri. Sampel dengan jenis lauk hewani,
lauk nabati, dan sayuran terpilih diambil dari akumulasi data konsumsi makanan
yang dikonsumsi mahasiswa tiap waktu makan. Sampel diuji secara tiga kali
ulangan dengan pengambilan sampel acak di semua perwakilan daerah di sekitar
kampus IPB Darmaga (Bara, Bateng, Balio, Balebak, Radar, dan Perwira).
Berikut grafik data jenis dan jumlah konsumsi lauk nabati responden selama 2
hari.
7
Konsumsi Lauk Nabati
20
hari pertama
makan pagi
makan siang
tidak ada lauk nabati
tahu goreng
tempe goreng
tempe orek
tahu penyet
tempe penyet
tidak ada lauk nabati
tempe goreng
tempe orek
tahu goreng
tidak ada lauk nabati
tahu goreng
tempe bacem
tempe goreng
tempe orek
0
hari kedua
makan malam
lauk nabati
Gambar 2 Jen
Jenis dan jumlah konsumsi lauk nabati respondenn
Jenis lauk nabat
bati yang paling sering dikonsumsi respondenn pada saat
waktu makan pagi adala
alah tempe orek dengan total 21 responden. Seb
Sebanyak 18
responden yang tidak m
mengonsumsi lauk nabati. Pilihan tertinggi jenis
nis makanan
lauk nabati pada waktuu m
makan siang adalah tahu goreng dengan jumlah
ah responden
16 orang walaupun ada
da 20 responden yang tidak mengonsumsi laukk nnabati saat
makan siang. Jenis mak
akanan tempe penyet menjadi pilihan utama sa
saat makan
malam dengan jumlah re
responden 14 orang walaupun ada 19 respondenn yang tidak
bati saat makan malam.
mengonsumsi lauk nabat
enjadi pilihan dari jenis makanan lauk nabati
ti rresponden.
Tempe orek men
ung makan di sekitar Kampus IPB Darmaga mem
emiliki menu
Hampir di semua warung
tempe orek yang dijual antara lain tempe orek basah,
bas tempe
makanan ini. Variasi tem
ek bbalado, dan tempe orek teri. Tempe orek merup
upakan salah
orek kering, tempe orek
dalam pengolahan tempe. Indonesia merupaka
akan negara
satu jenis masakan da
esar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesa
esar di Asia
produsen tempe terbesa
si tempe di Indonesia dengan rata-rata per orang
ng per tahun
dengan angka konsumsi
Data tersebut dapat menjadi salah satu data
ta penunjang
diperkirakan 6,45 kg.. Da
auk hewani
terpilihnya salah satu oolahan masakan tempe, yaitu tempe orek. Lau
responden dibandingkan dengan lauk nabati. Ber
erikut grafik
menjadi pilihan utama re
konsumsi lauk hewani responden selama 2 hari..
data jenis dan jumlah ko
8
Jumlah (buah)
12
10
8
6
4
2
0
makan pagi
Konsumsi Lauk Hewani
makan siang
lauk hewani
makan malam
Gambar 3 Jenis dan jumlah konsumsi lauk hewani responden
Ga
ikan kembung goreng
ikan teri goreng
ayam goreng
cumi goreng
telur dadar
telur mata sapi
ikan tongkol goreng
rolade
ikan mujair goreng
kornet
hati ampela goreng
lele goreng
tidak ada lauk hewani
hati ampela goreng
ikan lele goreng
ikan kembung goreng
opor ayam
kerang balado
telur rebus
telur dadar
dendeng
ayam goreng
ayam bumbu tomat
rolade
telur penyet
ikan mujair goreng
kornet
ikan tongkol goreng
ikan teri goreng
ayam bakar
cumi goreng
tidak ada lauk hewani
telur penyet
ayam penyet
dendeng
hati ampela goreng
ikan teri goreng
ayam goreng
ayam bakar
telur dadar
cumi goreng
ikan kembung goreng
hati ampela goreng
kornet
ikan tongkol goreng
pecel lele
ikan teri goreng
tidak ada lauk hewani
hari pertama
hari kedua
9
Berdasarkan graf
rafik di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis mak
akanan lauk
hewani responden bera
eranekaragam. Telur dadar menjadi pilihan ut
utama jenis
makanan lauk hewani re
responden pada waktu makan pagi selama hari pe
pertama dan
hari kedua walaupun ssejumlah 15 responden yang tidak mengonsu
nsumsi lauk
hewani pada pagi hari.
ri. Pada waktu makan siang, ayam goreng men
enjadi menu
pilihan tertinggi dengan
gan total 7 responden selama 2 hari pengamata
atan dengan
responden yang tidakk m
mengonsumsi lauk hewani sebanyak 10 oran
rang. Pilihan
tertinggi responden pad
ada saat makan malam adalah pecel lele denga
gan 3 orang
responden yang tidak me
mengonsumsi lauk hewani.
Jenis makanan la
lauk hewani yang ada warung makan di sekita
itar Kampus
IPB Darmaga tergolong
ng beragam. Hal ini dapat dilihat dari data yangg ddikonsumsi
responden selama 2 har
hari pengamatan. Sampel terpilih pada jenis mak
akanan lauk
hewani responden adala
alah telur dadar, terutama waktu makan pagi selama
se
hari
pertama dan hari kedua
dua. Telur dadar merupakan salah satu olahann ttelur yang
paling disukai masyarak
rakat Indonesia selain telur mata sapi. Berikutt grafik
g
data
jenis dan jumlah konsum
umsi sayuran responden selama 2 hari.
Konsumsi Sayuran
Jumlah (buah)
20
15
10
hari
pertama
5
hari
kedua
tumis jamur
tumis kangkung
capcay
lalapan
tumis sawi
tumis kacang panjang
sayur sop
pecel sayur
bening bayam
tidak ada sayur
sayur daun singkong
sayur sop
tumis toge
tumis jamur
tumis sawi
tumis kacang panjang
lalapan
capcay
bening bayam
tumis kangkung
sayur asem
tidak ada sayur
lalapan
sayur capcay
tumis kacang panjang
tumis kangkung
bening bayam
sayur sop
sayur nangka
tumis sawi
tumis jamur
sayur daun singkong
tidak ada sayur
0
makan pagi
makan siang
makan malam
sayuran
Gambar
ar 4 Jenis dan jumlah konsumsi sayuran responden
en
Berdasarkan gra
grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis
nis makanan
sayuran responden tergo
rgolong beranekaragam. Sayur sop menjadi menja
njadi pilihan
utama jenis makanan rresponden pada waktu makan pagi, siang, ddan malam
selama 2 hari. Jumlahh rresponden yang tidak mengonsumsi sayuran pa
pada waktu
makan pagi lebih besar
ar ddaripada waktu makan malam dan siang. Samp
mpel sayuran
terpilih adalah sayur sop
sop. Hal ini sejalan dengan penelitian Briawan et al. (2012)
yang menyebutkan bah
bahwa sayur sop merupakan sayur yang palin
ling banyak
dikonsumsi oleh siswi
wi SM
SMA di daerah Bogor.
10
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Jenis makanan terpilih ditentukan berdasarkan akumulasi yang paling
banyak dikonsumsi responden selama 2x24 jam recall. Sampel yang akan diuji
untuk tahap selanjutnya adalah sampel terpilih jenis lauk hewani yaitu telur dadar,
sampel jenis lauk nabati yaitu tempe orek, dan sampel jenis sayuran yaitu sayur
sop. Sampel kemudian dibasikan untuk tahap isolasi dan identifikasi bakteri yang
ditemukan. Berikut adalah jenis bakteri yang ditemukan dalam sampel terpilih.
Tabel 1 Jenis bakteri yang ditemukan dalam sampel makanan terpilih
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bakteri
Stapylococcus aureus
Klebsiella sp
Proteus sp
Citrobakter sp
Enterobakter sp
Listeria sp
Salmonella sp
Pseudomonas sp
Erwinia sp
Jenis sampel terpilih
Tempe orek, telur dadar, sayur sop
Tempe orek, telur dadar
Tempe orek, telur dadar
Telur dadar
Telur dadar
Tempe orek, telur dadar
Tempe orek, telur dadar, sayur sop
Sayur sop
Sayur sop
Sampel terpilih dibasikan dengan penyimpanan yang lebih lama sehingga
diduga memiliki bakteri. Ada dua kelompok besar bakteri yang berperan dalam
mutu dan keamanan pangan, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Bakteri
patogen sangat menentukan keamanan mikrobiologis pangan dan keberadaannya
bisa membahayakan kesehatan, Sementara bakteri pembusuk tidak menyebabkan
penyakit pada orang yang mengonsumsinya, tetapi menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari segi bau, aroma, dan warna sehingga produk tidak layak untuk
dikonsumsi.
Bakteri bersifat patogen yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
Staphylococcus aureus, Listeria sp, dan Salmonella sp. Bakteri Coliform seperti
Enterobacter sp, Proteus sp, Klebsiella sp, dan Citrobacter sp merupakan bakteri
pembusuk namun dapat menjadi bakteri patogen ketika imunitas/daya tahan tubuh
inang menurun (patogen oportunistik). Bakteri Erwinia sp merupakan bakteri
pembusuk penyebab penyakit busuk rebah pada sebagian besar tanaman seperti
kentang, ketela, jagung, dan tomat (Tasnim et al. 2011). Ditemukannya bakteri
Erwinia sp ini diduga karena bahan dalam sayur sop yang dibuat telah mengalami
pembusukan sebelum dimasak.
Bakteri yang akan diidentifikasi awalnya dipilih perwakilan bakteri gram
positif Staphylococcus sp dan bakteri gram negatif Salmonella sp. Pengujian
isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella sp menggunakan metode WHO Global
Foodborne Infections Network (2010) dan pengujian isolasi dan identifikasi
bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode BAM/Bacteriological
Analytical Manual (2006).
Pengujian Salmonella sp dimulai dengan menumbuhkannya pada media
selektif dengan pra pengayaan (pre-enrichment), dan pengayaan (enrichment) dan
dilanjutkan dengan uji biokimia. Media agar untuk isolasi dan identifikasi bakteri
Salmonella sp menggunakan media agar HE dan XLD. Menurut MacFaddin
11
(1985), Media XLD juga bisa menumbuhkan bakteri gram negatif lainnya antara
lain Proteus sp, Citrobakter sp, Enterobakter sp, dan lainnya sehingga saat
penelitian berlangsung, ditemukan bakteri gram negatif lainnya seperti pada tabel
di atas. Bakteri yang ditemukan diuji secara biokimia antara lain uji Urease, uji
Indol, Uji Gula-gula, dan uji Sitrat. Bakteri yang sesuai dengan karakteristik dan
identifikasi berdasarkan Cowan & Steel (1990) dipilih berdasarkan hasil uji-uji
biokimia tersebut. Pengujian bakteri Staphylococcus aureus dengan
menumbuhkannya menggunakan media selektif Mannitol Salt Agar dengan
mempunyai ciri : bundar, licin halus, menonjol dan berkilauan, koloni berwarna kuning
dikelilingi zona kuning keemasan. Tumbuhnya bakteri gram positif lainnya
dikarenakan media tersebut juga cocok untuk pertumbuhan beberapa bakteri gram
positif lainnya.
Bakteri-bakteri yang ditemukan dalam penelitian ini dapat bersifat patogen
pada manusia. Bakteri patogen yang berada pada makanan akan menyebabkan
penyakit pada manusia sehingga mengganggu kesehatan manusia. Menurut Sentra
Informasi Keracunan Nasional BPOM (2010), bakteri dapat menyebabkan
keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi.
Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu
toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan
dan memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan
menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Bakteri patogen yang dapat
mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah :
1. Staphylococcus aureus. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan
panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat
mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Pangan yang dapat tercemar bakteri
ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan
daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam
keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang
terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada
lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta
pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. Gejala
keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah
(lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi
abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit
kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.
Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang
dikonsumsi. Bakteri patogen masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan
yang telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang
tertelan harus memadai. Hal itu dinamakan dosis infeksi. Beberapa bakteri
patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga menimbulkan
sakit adalah:
1. Salmonella sp. Bakteri ini bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti
telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan
tidak sempurna. Cara penularan yang utama adalah dengan menelan bakteri
dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pada
kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah
diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengonsumsi
12
2.
3.
4.
5.
pangan yang tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual,
dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang
dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat
membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang
yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
Listeria sp. Bakteri ini berperan penting sebagai agen penyebab foodborne
disease yaitu penyakit yang ditularkan melalui makanan. Penyakit yang
timbul dikenal dengan nama listeriosis. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada
bermacam-macam makanan mentah seperti daging yang tidak dimasak, susu
mentah, susu pasteurisasi, keju lunak, coklat susu, hot dog, sayuran, dan
seafood (CDC 2010; Churchill et al. 2006). Listeriosis pada manusia yang
sehat, umumnya hanya menunjukkan gejala yang sangat ringan seperti
demam, kelelahan, mual, muntah dan diare. Apabila listeriosis tidak diobati,
maka gejala dapat berkembang menjadi meningitis dan bakteremia.
Untuk bakteri Coliform seperti Enterobacter sp, Proteus sp, Klebsiella sp,
dan Citrobacter sp, infeksi yang disebabkannya bersifat oportunistik, atau
saat daya tahan tubuh dari host sedang mengalami penurunan. Klebsiella sp
dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan dapat menyerang saluran napas
serta saluran kemih. Proteus sp dan Citrobacter sp dapat menginfeksi ketika
keluar dari saluran cerna, dan biasanya menginfeksi saluran kemih. Bakteribakteri ini bisa terdapat pada produk susu, kerang mentah, dan sayuran
mentah yang masih segar.
Pseudomonas sp. Bakteri ini disebut patogen oportunistik, yaitu
memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan host untuk memulai
suatu infeksi. Bakteri ini dapat tinggal pada manusia yang normal dan
berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi,
infeksi Pseudomonas sp menjadi masalah serius pada pasien rumah sakit
yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasienpasien tersebut mencapai 50 %. Bakteri ini dapat ditemukan pada ikan air
tawar, makanan, dan minuman yang terkontaminasi.
Erwinia sp. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman yang
digunakan sebagai bahan sayuran seperti kubis, jagung, dan lainnya. Bakteri
ini muncul sebagai saprotrof atau patogen pada atau di dalam tanaman,
sebagian juga hidup pada serangga, dan beberapa strain merupakan patogen
oportunistik pada manusia manusia.
Perlakuan Daun Torbangun
Pengambilan daun Torbangun di kebun Torbangun dari peneliti Damanik
di daerah Cijeruk yang telah disertifikasi oleh Herbarium LIPI Bogor. Tahap awal
yang dilakukan pada penentuan tingkat ekstraksi yaitu sortasi daun Torbangun.
Bagian tanaman torbangun yang digunakan adalah bagian daun yang segar,
berwarna hijau, berada di daerah pucuk dan bawah pucuk daun, dan bentuknya
sempurna. Daun Torbangun sesuai kriteria hasil sortasi kemudian dibersihkan
untuk digunakan pada proses selanjutnya.
Proses selanjutnya yaitu ekstraksi daun Torbangun mengikuti metode
Khattak et al. (2013b) dengan modifikasi. Proses ini dimulai dengan
mengeringkan daun Torbangun dalam Freeze Dryer hingga daun benar-benar
13
kering, kemudian diberikan pelarut metanol pada daun yang sudah kering untuk
dimaserasi selama 1x24 jam. Setelah dimaserasi, larutan disaring dan filtratnya
diambil. Ekstraksi daun Torbangun dilakukan sampai taraf ekstraksi yang optimal,
yaitu sampai warna filtrat menjadi bening. Ekstraksi dilakukan dengan
perbandingan pelarut dan daun Torbangun yaitu 1:20. Filtrat yang dihasilkan pada
setiap tingkatan ekstraksi dikumpulkan untuk dievaporasi. Proses evaporasi
menggunakan Rotavapor untuk menguapkan pelarut metanol yang ada pada filtrat
hingga akhirnya diperoleh ekstrak daun Torbangun. Nilai rendemen ekstrak yang
diperoleh tergolong baik, yaitu 90.1%.
Penggunaan dedaunan sebagai obat herbal di Indonesia didasarkan pada
kebiasaan masyarakat mengonsumsi bahan herbal dengan cara melarutkannya
dengan air. Metode ini murah dan praktis sehingga dapat dilakukan oleh
masyarakat umum (Siregar 2012). Pengolahan pascapanen tanaman obat dari daun
menurut Balitbang (2012) dapat digunakan dalam keadaan segar ataupun bentuk
kering yang biasa disebut simplisia, dan direbus. Daun yang ditumbuk memiliki
khasiat menjadi obat tipikal sebagai antiinflamasi (Putri 2007).
Perlakuan terhadap daun Torbangun dibagi dua, yaitu perlakuan ekstrak dan
perlakuan simplisia (direbus, dikeringkan, ditumbuk). Perbedaan perlakuan
ekstrak dan perlakuan simplisia seperti yang direbus, dikeringkan, dan ditumbuk
dapat dilihat dari proses pembuatan ekstrak yang lebih kompleks dikarenakan
mengambil zat-zat aktif dalam tumbuhan, sedangkan proses dari simplisia (daun
yang dikeringkan, yang direbus, dan ditumbuk) lebih sederhana. Efek
penyembuhan dari ekstrak lebih baik dibandingkan simplisia karena ekstrak berisi
senyawa aktif yang dapat diserap dan dimanfaatkan tubuh. Sedangkan hasil
simplisia diuraikan terlebih dahulu oleh sistem pencernaan (Suhirman et al. 2006).
Zat fitokimia yang terdapat dalam daun Torbangun sehingga dapat memiliki
sifat sebagai antibakteri antara lain alkaloid, flavonoid, dan tannin (Pramadya et
al. 2010). Aktivitas antibakteri dari flavonoid dapat dilihat dari penggunaan
ekstrak kasar dari tanaman telah dibuktikan secara in vitro memiliki aktivitas
antibakteri oleh berbagai penelitian (Cushnie & Lamb 2005). Menurut Lawrence
et al. (2005) zat fitokimia aktif dalam D=daun Torbangun berupa fitokimia
senyawa aktif seperti cinole, gyminene, styrene, terpinene, liminene, phytosterol,
fenol, dan flavonoid.
Uji Aktivitas Antibakteri
Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk
kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh
patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas)
(Brooks et al. 2005). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi. Disc
diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter zona
bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak yang diukur
dalam millimeter (Mbata et al. 2008). Jumlah bakteri untuk uji kepekaan atau
sensitivitas yang digunakan yaitu 106 CFU/mL.
Bakteri yang ditemukan tidak hanya bakteri Staphylococcus aureus dan
Salmonella sp. Hal ini dikarenakan media untuk tumbuhnya kedua bakteri
14
tersebut juga memungkinkan tumbuhnya bakteri lain. Bakteri yang ditemukan
dibiakkan menjadi isolat yang siap digunakan untuk uji aktivitas antibakteri.
Perlakuan yang diberikan adalah daun Torbangun yang diekstrak, daun
Torbangun yang direbus, daun Torbangun yang dikeringkan, dan daun Torbangun
yang ditumbuk. Aktivitas antibakteri diukur dari diameter yang dibentuk oleh
berbagai konsentrasi tiap perlakuan. diameter zona hambat diukur dengan tiga kali
ulangan untuk setiap perlakuan (Klancnik et al. 2010; Mothana et al. 2005;
Nagshetty et al. 2010). Berikut hasil rata-rata diameter zona hambat dari berbagai
perlakuan.
Tabel 2 Nilai rata-rata diameter zona hambat berbagai perlakuan
No
Bakteri Uji
1
Stapylococcus
aureus
(gram positif)
2
Listeria sp
(gram positif)
3
Proteus sp
(gram
negative)
4
Citrobakter
sp (gram
negative)
5
Enterobakter
sp (gram
negative)
6
Klebsiella sp
(gram
negative)
7
Salmonella sp
(gram
negative)
8
Pseudomonas
sp (gram)
negative)
9
Erwinia sp
(gram
negative)
Perlakuan
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
0%
8.50±1.50
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
8.30±1.50
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±1.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.70±1.20
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.30±0.60
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
20%
40%
60%
80%
17.00±1.00 17.30±0.58 17.00±1.00 19.50±1.50
7.00±0.00
7.00±0.00
8.00±0.71
9.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
8.00±0.00
8.00±0.00
9.30±0.58
7.00±1.00
9.30±2.10
9.70±0.60 10.70±2.10
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
12.00±1.70 11.70±1.50 13.70±2.50 13.70±2.30
6.00±0.00
6.00±0.00
8.30±0.00
8.30±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±1.00
8.30±2.50
8.00±2.00
9.30±2.30
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±1.00
7.00±0.00
7.00±0.00
8.30±2.50
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
10.70±2.30 10.70±1.20 12.00±2.00 13.00±1.70
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.70±0.60 11.00±2.00 9.70±1.50 10.00±1.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
8.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
Pengujian aktivitas antibakteri tiap jenis perlakuan dibagi dalam beberapa
konsentasi. Konsentrasi 0% adalah kontrol positif/pelarut yang digunakan pada
15
setiap jenis perlakuan. Dari semua bakteri uji, bakteri yang memiliki diameter
zona hambat tertinggi adalah bakteri Staphylococcus aureus sebagai perwakilan
gram positif pada konsentrasi 80% (19.50±1.50 mm) dan bakteri Proteus sp
(13.70±2.30 mm) sebagai perwakilan gram negatif pada konsentrasi 80% untuk
perlakuan ekstrak. Bakteri Salmonella sp merupakan bakteri dengan diameter
zona hambat terkecil (6.00±0.00 mm) yang menunjukkan tidak adanya aktivitas
antibakteri pada bakteri tersebut dari semua perlakuan kecuali pada konsentrasi
0% perlakuan ekstrak yang berisi kontrol positif (pelarut metanol). Perlakuan
daun yang dikeringkan tidak menghasilkan aktivitas antibakteri sama sekali
kepada semua bakteri uji. Hal ini dapat disebabkan oleh zat aktif pada daun yang
dikeringkan tidak keluar secara sempurna (Suhirman et al. 2006). Berikut adalah
rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan dikategorikan berdasarkan bakteri
gram positif dan gram negatif.
Tabel 3 Rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan
No
Perlakuan
1
Ekstrak
2
Rebusan
3
Kering
4
Tumbuk
Bakteri
Gram +
Gram Gram +
Gram Gram +
Gram Gram +
Gram -
0%
7.25±1.42
7.05±0.71
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
20%
40%
60%
12.00±7.07 13.33±5.66 13.33±5.16
8.05±2.35
8.67±2.43
8.90±3.00
6.50±0.71 6.50±0.71
7.00±1.41
6.00±0.00
6.00±0.00
6.62±0.89
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.50±0.71
7.50±0.71
6.71±0.49 6.71±0.49
6.71±0.49
80%
15.08±6.22
9.48±3.05
7.50±2.12
6.76±1.02
6.00±0.00
6.00±0.00
8.17±1.65
6.71±0.49
Diameter zona hambat menunjukkan seberapa besar aktivitas zat antibakteri
terhadap bakteri uji. Setelah diuji dengan analisis GLM Univariat, aktivitas zat
antibakteri perlakuan ekstrak terhadap perlakuan lainnya (daun yang dikeringkan,
direbus, dan ditumbuk) berbeda nyata (p0.05). Terdapat perbedaan nyata pada jenis perlakuan
ekstrak dan luas hambatan pada bakteri uji gram positif (p0.05). Efektivitas zat antibakteri
16
terhadap bakteri gram positif lebih tinggi jika dibandingkan dengan bakteri gram
negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian Hazimah et al. (2011) yang menyatakan
diameter zona hambat bakteri gram positif Staphylococcus aureus lebih besar
daripada gram negatif. Secara umum, bakteri gram negatif lebih resisten terhadap
ekstrak tanaman dibandingkan bakteri gram. Hal ini dapat disebabkan karena
struktur membran bakteri gram positif adalah membrane tunggal (peptidoglikan)
sedangkan bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan membran (membran dalam,
peptidoglikan, membran luar) sehingga lebih resisten (Basri & Fan 2005). Setelah
dilakukan uji regresi linear, tidak terdapat perbedaan nyata antara antara jenis
perlakuan dan luas hambatan diameter zona hambat terhadap bakteri gram positif
maupun gram negatif (p>0.05).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis makanan terpilih
dari lauk hewani yaitu telur dadar, lauk nabati yaitu tempe orek, dan sayuran yaitu
sayur sop. Sampel terpilih diperoleh dari data konsumsi makanan mahasiswa IPB
dengan menggunakan kuesioner food recall 2x24 jam. Responden dipilih
berdasarkan faktor inklusi yaitu bukan mahasiswa TPB, mahasiswa yang tinggal
di sekitar kampus IPB Darmaga antara lain Daerah Bara, Bateng,
amboinicus Lour) TERHADAP BAKTERI YANG BERASAL
DARI MAKANAN BASI
LUSIA PRIMADONA JUITA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efek Zat Antibakteri
Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari
Makanan Basi” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Lusia Primadona Juita
NIM I14100128
ABSTRAK
LUSIA PRIMADONA JUITA. Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi. Dibawah
bimbingan M. RIZAL M. DAMANIK dan USAMAH AFIFF.
Penggunaan komponen tumbuhan sebagai tujuan farmaseutikal meningkat
dalam beberapa studi terakhir. Produk-produk tumbuhan mempunyai sifat antibakteri
karena adanya komponen aktif yang dapat disintesis didalamnya. Daun Torbangun
diyakini memiliki khasiat sebagai penawar racun (antibakteri) dan obat untuk
menyembuhkan penyakit seperti sariawan dan batuk. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek zat antibakteri daun Torbangun terhadap bakteri yang berasal dari
makanan basi serta mengetahui efek dari zat antibakteri daun Torbangun sebagai
bahan obat herbal. Penelitian memiliki beberapa tahapan yaitu Pemilihan sampel pada
30 orang mahasiswa IPB, Isolasi dan identifikasi bakteri, Uji Perlakuan daun
Torbangun, dan Uji aktivitas antibakteri. Terdapat perbedaan nyata (p0.05).
Kata kunci : aktivitas antibakteri, bakteri, daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour),
perlakuan
ABSTRACT
LUSIA PRIMADONA JUITA. Effects of Torbangun (Coleus amboinicus
Lour) Leaves’s Antibacterial Traits against Bacteria from Perishable Food.
Supervised by M. RIZAL M. DAMANIK and USAMAH AFIFF.
The use of plants component for pharmaceutical purposes has been gradually
increasing. Plant products have been used as antibacterial traits, which are because
of active component synthesized in plants. Torbangun leaves have been known to
have efficacy as an antidote (antibacterial) and drugs to cure diseases such as scurvy
and cough. This study aimed to determine the effect of Torbangun leaves’s
antibacterial traits against bacteria from perishable food and to determine the effect
of Torbangun leaves’s antibacterial traits as herbal medicinal ingredients. This study
has several stages, Sample selection to 30 Bogor Agricultural University students,
Isolation and identification of bacteria, Treatment Torbangun leaves Test, and
Antibacterial activity test. There is significant difference (P0.05) of treatment types to broad barrier inhibitory zone diameter against
positive bacteria or negative bacteria (P >0.05).
Key words: antibacterial activity, bacteria, Torbangun leaves (Coleus amboinicus
Lour), treatment
EFEK ZAT ANTIBAKTERI DAUN TORBANGUN (Coleus
amboinicus Lour) TERHADAP BAKTERI YANG BERASAL
DARI MAKANAN BASI
LUSIA PRIMADONA JUITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
201
Judul Skripsi : Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour)
terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi
Nama
: Lusia Primadona Juita
NIM
: I14100128
Disetujui oleh
Prof. drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD
Pembimbing 1
Diketahui oleh
Rimbawan, PhD
Ketua Departemen
Tanggal lulus :
drh. Usamah Afiff, MSc
Pembimbing 2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Februari 2014 ini ialah “Efek Zat Antibakteri Daun Torbangun (Coleus
Amboinicus Lour) terhadap Bakteri yang Berasal dari Makanan Basi” yang
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Gizi di Fakultas Ekologi
Manusia (FEMA).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.drh.M. Rizal Martua
Damanik, MRepSc, PhD dan drh. Usamah Afiff, MSc selaku pembimbing skripsi,
Bapak Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD selaku penguji yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi
kepada penulis. Di samping itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Esi dan Pak Ismet dari staf Laboratorium Mikologi FKH dan Bapak Mashudi
dari staf Laboratorium Gizi Masyarakat FEMA yang telah banyak membantu
selama penelitian ini dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
kedua orangtua, seluruh keluarga, big sis Siti Komariah, Warrior GM 47, dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala bantuan,
dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Lusia Primadona Juita
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................1
Tujuan Penelitian........................................................................................2
Manfaat Penelitian......................................................................................3
METODE PENELITIAN.........................................................................................3
Waktu dan Tempat......................................................................................3
Alat .............................................................................................................3
Bahan ..........................................................................................................4
Alat .............................................................................................................4
Prosedur ......................................................................................................4
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................6
Data Konsumsi Responden.........................................................................6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri .................................................................10
Perlakuan Daun Torbangun ......................................................................12
Uji Aktivitas Antibakteri ..........................................................................13
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................16
Simpulan...................................................................................................16
Saran .........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17
LAMPIRAN...........................................................................................................21
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................28
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis bakteri yang ditemukan dalam sampel makanan terpilih
Tabel 2 Nilai rata-rata diameter zona hambat berbagai perlakuan
Tabel 3 Rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan
10
14
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan prosedur penelitian secara keseluruhan ..................................... 5
Gambar 2 Jenis dan jumlah konsumsi lauk nabati responden ............................... 7
Gambar 3 Jenis dan jumlah konsumsi lauk hewani responden.............................. 8
Gambar 4 Jenis dan jumlah konsumsi sayuran responden..................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................................... 21
Lampiran 2 ........................................................................................................... 23
Lampiran 3 ........................................................................................................... 25
Lampiran 4 ........................................................................................................... 26
Lampiran 5 ........................................................................................................... 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keamanan pangan menurut UU Nomor 18 Tahun 2012 adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Suatu
pangan menjadi tidak aman ketika terjadi pencemaran pada pangan tersebut
(Sulaeman 2006).
Pangan yang tercemar secara biologis khususnya oleh pertumbuhan mikroba
dapat dipengaruhi oleh cara pengolahan, penjualan, penyajian yang belum
memenuhi persyaratan sanitasi dan kesehatan serta teknologi pengolahan yang
masih sederhana (Handayani & Werdiningsih 2010). Menurut Puckett (2004),
pertumbuhan bakteri di dalam makanan terutama terdapat pada makanan yang
kaya protein (seperti daging, susu, telur), buah melon potong, bawang putih dan
minyak campuran, sayuran kaleng, buah dan sayur yang tidak dicuci, serta
makanan dengan kadar air tinggi. Terkontaminasinya pangan yang berasal dari
perternakan (Suwito 2010) maupun perkebunan oleh bakteri dapat menyebabkan
kasus keracunan makanan seperti mual, muntah, diare, dan lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan seperti keracunan makanan atau
foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh
bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk
Indonesia. (Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM 2010). Selain itu, masih
kurangnya kepedulian dan kesadaran konsumen mengenai pangan yang
dikonsumsi sudah menjadi basi atau belum. Menurut Mukono (2004) makanan
basi ditandai dengan perubahan rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur,
berubah aroma atau adanya pengolahan lainnya.
Berbagai penelitian mengenai herbal di dunia mencoba untuk mengerti
bahan, keselamatan, dan efisiensi sumber daya alam sebagai obat tradisional.
Menurut WHO (2005), tanaman herbal dapat menjadi sumber untuk mendapatkan
terapi alami. Komponen tanaman, seperti komponen fenolik dalam tanaman
penting untuk kesehatan manusia (Gordana et al. 2007). Penggunaan komponen
tumbuhan sebagai tujuan farmaseutikal meningkat dalam beberapa studi terakhir.
Produk-produk tumbuhan mempunyai sifat antibakteri karena adanya komponen
aktif yang dapat disintesis didalamnya (Gislene et al. 2000).
Daun Torbangun memiliki peran dalam pengobatan herbal yakni diyakini
masyarakat Sumatera Utara memiliki khasiat sebagai penawar racun
(antimikroba/antibakteri) dan obat untuk menyembuhkan penyakit seperti
sariawan, demam, sakit kepala, batuk (Damanik et al. 2001; Rout & Panda 2010),
memperbaiki tekanan darah (Andriani et al. 2012), dan menstimulasi kinerja hati
(Lukhoba et al. 2006). Jenis-jenis Coleus digunakan sebagai obat tradisional Asia
untuk mengobati berbagai penyakit dikarenakan tinggi akan konsentrasi
komponen fenolik (Kumar et al. 2008).
Daun Torbangun juga dipercaya dapat meningkatkan produksi air susu ibu
karena mengandung lactogogum (Damanik et al. 2004; Damanik et al. 2005a;
2
Damanik et al. 2006; Damanik et al. 2007; Damanik et al. 2009a) yang telah
dibuktikan baik pada manusia maupun hewan (Siagian et al. 2009). Penggunaan
daun Torbangun selain mengandung lactogogum juga mengandung zat antibakteri
(Manjamalai et al. 2011; Hazimah et al. 2013; Khattak et al. (2013a). Daun
Torbangun dapat dikonsumsi dalam bentuk sayur sop (Damanik et al. 2005b;
Damanik et al. 2009b), sayur sop kalengan (Warsiki et al. 2009), dan suplemen
PMS (Devi et al. 2010; Pramadya et al. 2010).
Senyawa antimikroba merupakan senyawa alami maupun kimia sintetik
yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Madigan
et al. 2009). Antimikroba meliputi antibakteri, antiprotozoa, antifungi, dan
antivirus. Antibakteri termasuk dalam antimikroba yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri (Dikbas et al. 2009). Kriteria umum yang
digunakan sebagai antibakteri antara lain tidak bersifat racun bagi bahan pangan,
ekonomis, tidak menyebabkan perubahan aroma, cita rasa dan tekstur makanan,
tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, dan sebaliknya mempunyai
kemampuan membunuh dibanding menghambat pertumbuhan bakteri (Frazier &
Westhoff 1978).
Penggunaan dedaunan sebagai obat herbal di Indonesia berdasarkan
kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi bahan herbal dengan cara
melarutkannya dengan air. Metode ini murah dan praktis sehingga dapat
dilakukan oleh masyarakat umum (Siregar 2012). Sehingga membuat peneliti
merasa perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai zat antibakteri dalam Daun
Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dengan perlakuan ekstraksi dan simplisia
agar dapat memberi manfaat bagi kesehatan manusia. Pemilihan sampel oleh
peneliti antara lain makanan yang ada di rumah makan sekitar kampus IPB
Darmaga kemudian dibasikan untuk mengetahui jenis bakteri yang dapat
berpotensi mengganggu keamanan pangan tersebut dan pengujian zat aktivitas
antibakteri daun Torbangun terhadap bakteri yang ditemukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek zat
antibakteri daun Torbangun terhadap bakteri yang berasal dari makanan basi serta
mengetahui efek dari zat antibakteri daun Torbangun sebagai bahan obat herbal.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis makanan yang biasa dikonsumsi mahasiswa yang ada di
sekitar kampus IPB Darmaga terutama jenis lauk hewani, lauk nabati, dan
sayuran.
2. Mengetahui keberadaan bakteri pada makanan terpilih (lauk hewani, lauk
nabati, dan sayuran) yang telah dibasikan yang berasal dari sekitar kampus
IPB Darmaga.
3. Menguji ekstrak daun Torbangun sebagai antibakteri secara in vitro.
4. Mengetahui karakteristik daun Torbangun dan efek zat antibakterinya
terhadap bakteri,
3
5. Mengetahui aktivitas antibakteri daun Torbangun dengan berbagai
perlakuan sebagai bahan obat herbal yaitu daun Torbangun yang direbus,
daun Torbangun yang dikeringkan, dan daun Torbangun yang ditumbuk.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
bagi masyarakat bahwa secara umum daun Torbangun memiliki zat antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara alami sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pengawet alami. Selain itu juga memberikan informasi
mengenai efek zat antibakteri yang ada dalam daun Torbangun terhadap bakteri
pada makanan basi jenis lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran terpilih dari
warung makan sekitar kampus IPB Darmaga.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2014 sampai bulan Juni
2014. Penelitian ini memiliki beberapa tahapan yaitu :
1. Pemilihan sampel yang yang akan diteliti melalui kuesioner yang
disebarkan pada 30 orang mahasiswa IPB.
2. Isolasi dan identifikasi bakteri yang dilakukan di Laboratorium Riset
Bagian Mikrobiologi Medik Departemen IPHK Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
3. Pengambilan daun Torbangun di kebun Torbangun dari peneliti Damanik
di daerah Cijeruk yang telah disertifikasi oleh Herbarium LIPI Bogor
kemudian Uji Ekstraksi daun Torbangun yang dilakukan di Laboratorium
Penelitian Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
4. Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan di Laboratorium Riset Bagian
Mikrobiologi Medik Departemen IPHK Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Alat
Alat yang digunakan dalam tahap identifikasi dan isolasi bakteri antara
lain kuesioner, timbangan, mortar, wadah plastik, pipet volumetrik, inkubator,
spiritus, korek api, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, jarum needle,
jarum ose, dan spidol. Alat yang digunakan dalam tahap ekstraksi antara lain
spatula, corong, magnet stirer, freeze dryer, labu erlenmeyer 1L, rotavapor, kertas
saring Whatman 42, wadah plastik, tabung kecil, mikropipet, dan lemari
pendingin. Alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri adalah timbangan,
pipet tetes, tabung kecil, lemari pendingin, mikropipet, vortex, spidol, cakram/disk
antibakteri, spatel, spiritus, korek api, pinset, inkubator, kertas plastik steril, dan
penggaris.
4
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel lauk
hewani, lauk nabati, dan sayuran terpilih dari berbagai warung makan di sekitar
kampus IPB Darmaga yang kemudian dibasikan, media BPW 225 mL, media LB
225 mL, media BPW 10 mL, media RV, media TT, media agar XLD, media agar
HE, media agar MSA, media agar miring TSA, media agar TSIA, media uji Indol,
media uji gula-gula, media uji Urea, media uji Citrate, media agar MHA, ekstrak
daun Torbangun, pelarut methanol, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis 10 mL,
larutan Mac. Farland 1, air murni MILI Q, daun Torbangun yang direbus, daun
Torbangun yang dikeringkan, dan daun Torbangun yang ditumbuk.
Alat
Alat yang digunakan dalam tahap identifikasi dan isolasi bakteri antara
lain kuesioner, timbangan, mortar, wadah plastik, pipet volumetrik, inkubator,
spiritus, korek api, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, jarum needle,
jarum ose, dan spidol. Alat yang digunakan dalam tahap ekstraksi antara lain
spatula, corong, magnet stirer, freeze dryer, labu erlenmeyer 1L, rotavapor, kertas
saring Whatman 42, wadah plastik, tabung kecil, mikropipet, dan lemari
pendingin. Alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri adalah timbangan,
pipet tetes, tabung kecil, lemari pendingin, mikropipet, vortex, spidol, cakram/disk
antibakteri, spatel, spiritus, korek api, pinset, incubator, kertas plastik steril, dan
penggaris.
Prosedur
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan yaitu 1) Pemilihan
sampel/jenis makanan yang yang akan diuji melalui kuesioner yang disebarkan
pada 30 orang mahasiswa IPB; 2) Isolasi dan identifikasi bakteri yang ada di
dalam sampel terpilih; 3) Perlakuan daun Torbangun; dan 4) Uji aktivitas
antibakteri. Berikut bagan prosedur penelitian secara keseluruhan.
Pemilihan Sampel
Sampel terpilih jenis makanan lauk
hewani, lauk nabati, dan sayuran
Sampel terpilih diuji secara tiga kali
ulangan dengan pengambilan sampel acak
di warung makan sekitar kampus IPB
Sampel terpilih dibasikan (Mukono
(2004)
X
- Responden terpilih
30 orang.
- Faktor inklusi :
a. bukan mahasiswa
TPB,
b. mahasiswa yang
tinggal
di
sekitar
kampus IPB Darmaga,
c. responden lebih
sering
membeli
makanan di warung
makan
daripada
memasak sendiri.
Data
konsumsi
makanan
diambil
dengan kuisioner food
recall 2 x 24 jam.
5
X
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
- Bakteri Salmonella sp (gram negatif) menggunakan metode
(WHO Global Foodborne Infections Network (2010)dan
- bakteri Staphylococcus sp (gram positif) menggunakan
metode BAM/Bacteriological Analytical Manual (2006).
Pengujian Salmonella sp
- Sampel yang diduga
memiliki Salmonella sp
ditanam pada media
selektif dengan pra
pengayaan
(preenrichment),
dan
pengayaan (enrichment)
dilanjutkan tahap isolasi
dan indentifikasi, dan uji
biokimia antara lain Uji
TSIA, Uji Urease, Uji
Indol, Uji Gula-gula,
dan Uji Sitrat.
Pengujian
Staphylococcus aureus
- Koloni
S.
aureus
ditaman pada media
MSA agar mempunyai
ciri : bundar, licin
halus, menonjol dan
berkilauan,
koloni
berwarna
kuning
dikelilingi zona kuning
keemasan
Isolat bakteri-bakteri yang ditemukan dibiakkan pada media
Agar Miring TSA untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
Ekstraksi Daun
Torbangun
(Khattak et al. 2013b)
dengan modifikasi
Ekstrak
daun Torbangun
yang dikeringkan
Uji Aktivitas Antibakteri
Dilakukan secara kualitatif
dengan menggunakan
metode difusi Disk
menurut Kirby-Bauer
(Bauer et al. 1966).
daun Torbangun
yang direbus
daun Torbangun
yang ditumbuk
Gambar 1 Bagan prosedur penelitian secara keseluruhan
6
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan program
komputer Microsoft Excel Office 2007 dan program statistika SPSS (Versi 16.0)
for Windows. Data kualitatif jenis makanan yang dikonsumsi responden diolah
dengan Microsoft Excel Office 2007. Data kuantitatif yang diperoleh yaitu luas
hambatan diameter zona hambat menggunakan kertas cakram Kirby-Bauer yang
dihasilkan pada uji aktivitas antibakteri terhadap berbagai perlakuan. penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Hubungan antar faktor
perlakuan Daun Torbangun dengan luas hambatan diameter zona hambat dan
bakteri uji diuji dengan Analisis General Linear Model Univariat, jika hasil
signifikan akan diuji lanjut dengan analisis Tukey HSD. Korelasi data kuantitatif
luas hambatan diameter zona hambat terhadap bakteri uji tiap kelompok perlakuan
dengan menggunakan Analisis Regresi Linear.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Konsumsi Responden
Data konsumsi responden diambil menggunakan kuesioner food recall 2 x
24 jam. Sampel dengan jenis lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran terpilih
diambil dari data konsumsi makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh 30
orang responden tiap waktu makan. Jumlah responden yang diambil adalah
mahasiswa sebanyak 30 orang. Pemilihan ini berdasarkan Gay dan Diehl (1992)
yang menyatakan ukuran responden bergantung pada jenis penelitiannya. Jenis
penelitian yang bersifat korelasional menggunakan responden minimum sebanyak
30 subjek. Selain itu, distribusi sampel yang terbentuk mendekasi distribusi
normal ketika jumlah sampel mencapai 30 sampel. Semakin besar jumlah
sampelnya semakin normal distribusinya dengan acuan Tabel Durbin Watson.
Pemilihan jumlah responden ini dikarenakan tidak adanya data akurat mengenai
jumlah populasi mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus IPB Darmaga setelah
peneliti menanyakan hal tersebut ke Kantor Desa Babakan, Darmaga.
Responden dipilih berdasarkan faktor inklusi yaitu bukan mahasiswa TPB,
mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus IPB Darmaga antara lain Daerah Bara,
Bateng, Balio, Balebak, Radar, dan Perwira, serta lebih sering membeli makanan
di warung makan daripada memasak sendiri. Sampel dengan jenis lauk hewani,
lauk nabati, dan sayuran terpilih diambil dari akumulasi data konsumsi makanan
yang dikonsumsi mahasiswa tiap waktu makan. Sampel diuji secara tiga kali
ulangan dengan pengambilan sampel acak di semua perwakilan daerah di sekitar
kampus IPB Darmaga (Bara, Bateng, Balio, Balebak, Radar, dan Perwira).
Berikut grafik data jenis dan jumlah konsumsi lauk nabati responden selama 2
hari.
7
Konsumsi Lauk Nabati
20
hari pertama
makan pagi
makan siang
tidak ada lauk nabati
tahu goreng
tempe goreng
tempe orek
tahu penyet
tempe penyet
tidak ada lauk nabati
tempe goreng
tempe orek
tahu goreng
tidak ada lauk nabati
tahu goreng
tempe bacem
tempe goreng
tempe orek
0
hari kedua
makan malam
lauk nabati
Gambar 2 Jen
Jenis dan jumlah konsumsi lauk nabati respondenn
Jenis lauk nabat
bati yang paling sering dikonsumsi respondenn pada saat
waktu makan pagi adala
alah tempe orek dengan total 21 responden. Seb
Sebanyak 18
responden yang tidak m
mengonsumsi lauk nabati. Pilihan tertinggi jenis
nis makanan
lauk nabati pada waktuu m
makan siang adalah tahu goreng dengan jumlah
ah responden
16 orang walaupun ada
da 20 responden yang tidak mengonsumsi laukk nnabati saat
makan siang. Jenis mak
akanan tempe penyet menjadi pilihan utama sa
saat makan
malam dengan jumlah re
responden 14 orang walaupun ada 19 respondenn yang tidak
bati saat makan malam.
mengonsumsi lauk nabat
enjadi pilihan dari jenis makanan lauk nabati
ti rresponden.
Tempe orek men
ung makan di sekitar Kampus IPB Darmaga mem
emiliki menu
Hampir di semua warung
tempe orek yang dijual antara lain tempe orek basah,
bas tempe
makanan ini. Variasi tem
ek bbalado, dan tempe orek teri. Tempe orek merup
upakan salah
orek kering, tempe orek
dalam pengolahan tempe. Indonesia merupaka
akan negara
satu jenis masakan da
esar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesa
esar di Asia
produsen tempe terbesa
si tempe di Indonesia dengan rata-rata per orang
ng per tahun
dengan angka konsumsi
Data tersebut dapat menjadi salah satu data
ta penunjang
diperkirakan 6,45 kg.. Da
auk hewani
terpilihnya salah satu oolahan masakan tempe, yaitu tempe orek. Lau
responden dibandingkan dengan lauk nabati. Ber
erikut grafik
menjadi pilihan utama re
konsumsi lauk hewani responden selama 2 hari..
data jenis dan jumlah ko
8
Jumlah (buah)
12
10
8
6
4
2
0
makan pagi
Konsumsi Lauk Hewani
makan siang
lauk hewani
makan malam
Gambar 3 Jenis dan jumlah konsumsi lauk hewani responden
Ga
ikan kembung goreng
ikan teri goreng
ayam goreng
cumi goreng
telur dadar
telur mata sapi
ikan tongkol goreng
rolade
ikan mujair goreng
kornet
hati ampela goreng
lele goreng
tidak ada lauk hewani
hati ampela goreng
ikan lele goreng
ikan kembung goreng
opor ayam
kerang balado
telur rebus
telur dadar
dendeng
ayam goreng
ayam bumbu tomat
rolade
telur penyet
ikan mujair goreng
kornet
ikan tongkol goreng
ikan teri goreng
ayam bakar
cumi goreng
tidak ada lauk hewani
telur penyet
ayam penyet
dendeng
hati ampela goreng
ikan teri goreng
ayam goreng
ayam bakar
telur dadar
cumi goreng
ikan kembung goreng
hati ampela goreng
kornet
ikan tongkol goreng
pecel lele
ikan teri goreng
tidak ada lauk hewani
hari pertama
hari kedua
9
Berdasarkan graf
rafik di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis mak
akanan lauk
hewani responden bera
eranekaragam. Telur dadar menjadi pilihan ut
utama jenis
makanan lauk hewani re
responden pada waktu makan pagi selama hari pe
pertama dan
hari kedua walaupun ssejumlah 15 responden yang tidak mengonsu
nsumsi lauk
hewani pada pagi hari.
ri. Pada waktu makan siang, ayam goreng men
enjadi menu
pilihan tertinggi dengan
gan total 7 responden selama 2 hari pengamata
atan dengan
responden yang tidakk m
mengonsumsi lauk hewani sebanyak 10 oran
rang. Pilihan
tertinggi responden pad
ada saat makan malam adalah pecel lele denga
gan 3 orang
responden yang tidak me
mengonsumsi lauk hewani.
Jenis makanan la
lauk hewani yang ada warung makan di sekita
itar Kampus
IPB Darmaga tergolong
ng beragam. Hal ini dapat dilihat dari data yangg ddikonsumsi
responden selama 2 har
hari pengamatan. Sampel terpilih pada jenis mak
akanan lauk
hewani responden adala
alah telur dadar, terutama waktu makan pagi selama
se
hari
pertama dan hari kedua
dua. Telur dadar merupakan salah satu olahann ttelur yang
paling disukai masyarak
rakat Indonesia selain telur mata sapi. Berikutt grafik
g
data
jenis dan jumlah konsum
umsi sayuran responden selama 2 hari.
Konsumsi Sayuran
Jumlah (buah)
20
15
10
hari
pertama
5
hari
kedua
tumis jamur
tumis kangkung
capcay
lalapan
tumis sawi
tumis kacang panjang
sayur sop
pecel sayur
bening bayam
tidak ada sayur
sayur daun singkong
sayur sop
tumis toge
tumis jamur
tumis sawi
tumis kacang panjang
lalapan
capcay
bening bayam
tumis kangkung
sayur asem
tidak ada sayur
lalapan
sayur capcay
tumis kacang panjang
tumis kangkung
bening bayam
sayur sop
sayur nangka
tumis sawi
tumis jamur
sayur daun singkong
tidak ada sayur
0
makan pagi
makan siang
makan malam
sayuran
Gambar
ar 4 Jenis dan jumlah konsumsi sayuran responden
en
Berdasarkan gra
grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis
nis makanan
sayuran responden tergo
rgolong beranekaragam. Sayur sop menjadi menja
njadi pilihan
utama jenis makanan rresponden pada waktu makan pagi, siang, ddan malam
selama 2 hari. Jumlahh rresponden yang tidak mengonsumsi sayuran pa
pada waktu
makan pagi lebih besar
ar ddaripada waktu makan malam dan siang. Samp
mpel sayuran
terpilih adalah sayur sop
sop. Hal ini sejalan dengan penelitian Briawan et al. (2012)
yang menyebutkan bah
bahwa sayur sop merupakan sayur yang palin
ling banyak
dikonsumsi oleh siswi
wi SM
SMA di daerah Bogor.
10
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Jenis makanan terpilih ditentukan berdasarkan akumulasi yang paling
banyak dikonsumsi responden selama 2x24 jam recall. Sampel yang akan diuji
untuk tahap selanjutnya adalah sampel terpilih jenis lauk hewani yaitu telur dadar,
sampel jenis lauk nabati yaitu tempe orek, dan sampel jenis sayuran yaitu sayur
sop. Sampel kemudian dibasikan untuk tahap isolasi dan identifikasi bakteri yang
ditemukan. Berikut adalah jenis bakteri yang ditemukan dalam sampel terpilih.
Tabel 1 Jenis bakteri yang ditemukan dalam sampel makanan terpilih
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bakteri
Stapylococcus aureus
Klebsiella sp
Proteus sp
Citrobakter sp
Enterobakter sp
Listeria sp
Salmonella sp
Pseudomonas sp
Erwinia sp
Jenis sampel terpilih
Tempe orek, telur dadar, sayur sop
Tempe orek, telur dadar
Tempe orek, telur dadar
Telur dadar
Telur dadar
Tempe orek, telur dadar
Tempe orek, telur dadar, sayur sop
Sayur sop
Sayur sop
Sampel terpilih dibasikan dengan penyimpanan yang lebih lama sehingga
diduga memiliki bakteri. Ada dua kelompok besar bakteri yang berperan dalam
mutu dan keamanan pangan, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Bakteri
patogen sangat menentukan keamanan mikrobiologis pangan dan keberadaannya
bisa membahayakan kesehatan, Sementara bakteri pembusuk tidak menyebabkan
penyakit pada orang yang mengonsumsinya, tetapi menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari segi bau, aroma, dan warna sehingga produk tidak layak untuk
dikonsumsi.
Bakteri bersifat patogen yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
Staphylococcus aureus, Listeria sp, dan Salmonella sp. Bakteri Coliform seperti
Enterobacter sp, Proteus sp, Klebsiella sp, dan Citrobacter sp merupakan bakteri
pembusuk namun dapat menjadi bakteri patogen ketika imunitas/daya tahan tubuh
inang menurun (patogen oportunistik). Bakteri Erwinia sp merupakan bakteri
pembusuk penyebab penyakit busuk rebah pada sebagian besar tanaman seperti
kentang, ketela, jagung, dan tomat (Tasnim et al. 2011). Ditemukannya bakteri
Erwinia sp ini diduga karena bahan dalam sayur sop yang dibuat telah mengalami
pembusukan sebelum dimasak.
Bakteri yang akan diidentifikasi awalnya dipilih perwakilan bakteri gram
positif Staphylococcus sp dan bakteri gram negatif Salmonella sp. Pengujian
isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella sp menggunakan metode WHO Global
Foodborne Infections Network (2010) dan pengujian isolasi dan identifikasi
bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode BAM/Bacteriological
Analytical Manual (2006).
Pengujian Salmonella sp dimulai dengan menumbuhkannya pada media
selektif dengan pra pengayaan (pre-enrichment), dan pengayaan (enrichment) dan
dilanjutkan dengan uji biokimia. Media agar untuk isolasi dan identifikasi bakteri
Salmonella sp menggunakan media agar HE dan XLD. Menurut MacFaddin
11
(1985), Media XLD juga bisa menumbuhkan bakteri gram negatif lainnya antara
lain Proteus sp, Citrobakter sp, Enterobakter sp, dan lainnya sehingga saat
penelitian berlangsung, ditemukan bakteri gram negatif lainnya seperti pada tabel
di atas. Bakteri yang ditemukan diuji secara biokimia antara lain uji Urease, uji
Indol, Uji Gula-gula, dan uji Sitrat. Bakteri yang sesuai dengan karakteristik dan
identifikasi berdasarkan Cowan & Steel (1990) dipilih berdasarkan hasil uji-uji
biokimia tersebut. Pengujian bakteri Staphylococcus aureus dengan
menumbuhkannya menggunakan media selektif Mannitol Salt Agar dengan
mempunyai ciri : bundar, licin halus, menonjol dan berkilauan, koloni berwarna kuning
dikelilingi zona kuning keemasan. Tumbuhnya bakteri gram positif lainnya
dikarenakan media tersebut juga cocok untuk pertumbuhan beberapa bakteri gram
positif lainnya.
Bakteri-bakteri yang ditemukan dalam penelitian ini dapat bersifat patogen
pada manusia. Bakteri patogen yang berada pada makanan akan menyebabkan
penyakit pada manusia sehingga mengganggu kesehatan manusia. Menurut Sentra
Informasi Keracunan Nasional BPOM (2010), bakteri dapat menyebabkan
keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi.
Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu
toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan
dan memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan
menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Bakteri patogen yang dapat
mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah :
1. Staphylococcus aureus. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan
panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat
mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Pangan yang dapat tercemar bakteri
ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan
daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam
keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang
terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada
lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta
pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. Gejala
keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah
(lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi
abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit
kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah.
Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang
dikonsumsi. Bakteri patogen masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan
yang telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang
tertelan harus memadai. Hal itu dinamakan dosis infeksi. Beberapa bakteri
patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga menimbulkan
sakit adalah:
1. Salmonella sp. Bakteri ini bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti
telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan
tidak sempurna. Cara penularan yang utama adalah dengan menelan bakteri
dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pada
kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah
diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengonsumsi
12
2.
3.
4.
5.
pangan yang tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual,
dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang
dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat
membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang
yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
Listeria sp. Bakteri ini berperan penting sebagai agen penyebab foodborne
disease yaitu penyakit yang ditularkan melalui makanan. Penyakit yang
timbul dikenal dengan nama listeriosis. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada
bermacam-macam makanan mentah seperti daging yang tidak dimasak, susu
mentah, susu pasteurisasi, keju lunak, coklat susu, hot dog, sayuran, dan
seafood (CDC 2010; Churchill et al. 2006). Listeriosis pada manusia yang
sehat, umumnya hanya menunjukkan gejala yang sangat ringan seperti
demam, kelelahan, mual, muntah dan diare. Apabila listeriosis tidak diobati,
maka gejala dapat berkembang menjadi meningitis dan bakteremia.
Untuk bakteri Coliform seperti Enterobacter sp, Proteus sp, Klebsiella sp,
dan Citrobacter sp, infeksi yang disebabkannya bersifat oportunistik, atau
saat daya tahan tubuh dari host sedang mengalami penurunan. Klebsiella sp
dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan dapat menyerang saluran napas
serta saluran kemih. Proteus sp dan Citrobacter sp dapat menginfeksi ketika
keluar dari saluran cerna, dan biasanya menginfeksi saluran kemih. Bakteribakteri ini bisa terdapat pada produk susu, kerang mentah, dan sayuran
mentah yang masih segar.
Pseudomonas sp. Bakteri ini disebut patogen oportunistik, yaitu
memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan host untuk memulai
suatu infeksi. Bakteri ini dapat tinggal pada manusia yang normal dan
berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi,
infeksi Pseudomonas sp menjadi masalah serius pada pasien rumah sakit
yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasienpasien tersebut mencapai 50 %. Bakteri ini dapat ditemukan pada ikan air
tawar, makanan, dan minuman yang terkontaminasi.
Erwinia sp. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman yang
digunakan sebagai bahan sayuran seperti kubis, jagung, dan lainnya. Bakteri
ini muncul sebagai saprotrof atau patogen pada atau di dalam tanaman,
sebagian juga hidup pada serangga, dan beberapa strain merupakan patogen
oportunistik pada manusia manusia.
Perlakuan Daun Torbangun
Pengambilan daun Torbangun di kebun Torbangun dari peneliti Damanik
di daerah Cijeruk yang telah disertifikasi oleh Herbarium LIPI Bogor. Tahap awal
yang dilakukan pada penentuan tingkat ekstraksi yaitu sortasi daun Torbangun.
Bagian tanaman torbangun yang digunakan adalah bagian daun yang segar,
berwarna hijau, berada di daerah pucuk dan bawah pucuk daun, dan bentuknya
sempurna. Daun Torbangun sesuai kriteria hasil sortasi kemudian dibersihkan
untuk digunakan pada proses selanjutnya.
Proses selanjutnya yaitu ekstraksi daun Torbangun mengikuti metode
Khattak et al. (2013b) dengan modifikasi. Proses ini dimulai dengan
mengeringkan daun Torbangun dalam Freeze Dryer hingga daun benar-benar
13
kering, kemudian diberikan pelarut metanol pada daun yang sudah kering untuk
dimaserasi selama 1x24 jam. Setelah dimaserasi, larutan disaring dan filtratnya
diambil. Ekstraksi daun Torbangun dilakukan sampai taraf ekstraksi yang optimal,
yaitu sampai warna filtrat menjadi bening. Ekstraksi dilakukan dengan
perbandingan pelarut dan daun Torbangun yaitu 1:20. Filtrat yang dihasilkan pada
setiap tingkatan ekstraksi dikumpulkan untuk dievaporasi. Proses evaporasi
menggunakan Rotavapor untuk menguapkan pelarut metanol yang ada pada filtrat
hingga akhirnya diperoleh ekstrak daun Torbangun. Nilai rendemen ekstrak yang
diperoleh tergolong baik, yaitu 90.1%.
Penggunaan dedaunan sebagai obat herbal di Indonesia didasarkan pada
kebiasaan masyarakat mengonsumsi bahan herbal dengan cara melarutkannya
dengan air. Metode ini murah dan praktis sehingga dapat dilakukan oleh
masyarakat umum (Siregar 2012). Pengolahan pascapanen tanaman obat dari daun
menurut Balitbang (2012) dapat digunakan dalam keadaan segar ataupun bentuk
kering yang biasa disebut simplisia, dan direbus. Daun yang ditumbuk memiliki
khasiat menjadi obat tipikal sebagai antiinflamasi (Putri 2007).
Perlakuan terhadap daun Torbangun dibagi dua, yaitu perlakuan ekstrak dan
perlakuan simplisia (direbus, dikeringkan, ditumbuk). Perbedaan perlakuan
ekstrak dan perlakuan simplisia seperti yang direbus, dikeringkan, dan ditumbuk
dapat dilihat dari proses pembuatan ekstrak yang lebih kompleks dikarenakan
mengambil zat-zat aktif dalam tumbuhan, sedangkan proses dari simplisia (daun
yang dikeringkan, yang direbus, dan ditumbuk) lebih sederhana. Efek
penyembuhan dari ekstrak lebih baik dibandingkan simplisia karena ekstrak berisi
senyawa aktif yang dapat diserap dan dimanfaatkan tubuh. Sedangkan hasil
simplisia diuraikan terlebih dahulu oleh sistem pencernaan (Suhirman et al. 2006).
Zat fitokimia yang terdapat dalam daun Torbangun sehingga dapat memiliki
sifat sebagai antibakteri antara lain alkaloid, flavonoid, dan tannin (Pramadya et
al. 2010). Aktivitas antibakteri dari flavonoid dapat dilihat dari penggunaan
ekstrak kasar dari tanaman telah dibuktikan secara in vitro memiliki aktivitas
antibakteri oleh berbagai penelitian (Cushnie & Lamb 2005). Menurut Lawrence
et al. (2005) zat fitokimia aktif dalam D=daun Torbangun berupa fitokimia
senyawa aktif seperti cinole, gyminene, styrene, terpinene, liminene, phytosterol,
fenol, dan flavonoid.
Uji Aktivitas Antibakteri
Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk
kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh
patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas)
(Brooks et al. 2005). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi. Disc
diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter zona
bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak yang diukur
dalam millimeter (Mbata et al. 2008). Jumlah bakteri untuk uji kepekaan atau
sensitivitas yang digunakan yaitu 106 CFU/mL.
Bakteri yang ditemukan tidak hanya bakteri Staphylococcus aureus dan
Salmonella sp. Hal ini dikarenakan media untuk tumbuhnya kedua bakteri
14
tersebut juga memungkinkan tumbuhnya bakteri lain. Bakteri yang ditemukan
dibiakkan menjadi isolat yang siap digunakan untuk uji aktivitas antibakteri.
Perlakuan yang diberikan adalah daun Torbangun yang diekstrak, daun
Torbangun yang direbus, daun Torbangun yang dikeringkan, dan daun Torbangun
yang ditumbuk. Aktivitas antibakteri diukur dari diameter yang dibentuk oleh
berbagai konsentrasi tiap perlakuan. diameter zona hambat diukur dengan tiga kali
ulangan untuk setiap perlakuan (Klancnik et al. 2010; Mothana et al. 2005;
Nagshetty et al. 2010). Berikut hasil rata-rata diameter zona hambat dari berbagai
perlakuan.
Tabel 2 Nilai rata-rata diameter zona hambat berbagai perlakuan
No
Bakteri Uji
1
Stapylococcus
aureus
(gram positif)
2
Listeria sp
(gram positif)
3
Proteus sp
(gram
negative)
4
Citrobakter
sp (gram
negative)
5
Enterobakter
sp (gram
negative)
6
Klebsiella sp
(gram
negative)
7
Salmonella sp
(gram
negative)
8
Pseudomonas
sp (gram)
negative)
9
Erwinia sp
(gram
negative)
Perlakuan
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
Ekstrak
Rebus
Kering
Tumbuk
0%
8.50±1.50
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
8.30±1.50
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±1.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.70±1.20
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.30±0.60
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
20%
40%
60%
80%
17.00±1.00 17.30±0.58 17.00±1.00 19.50±1.50
7.00±0.00
7.00±0.00
8.00±0.71
9.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
8.00±0.00
8.00±0.00
9.30±0.58
7.00±1.00
9.30±2.10
9.70±0.60 10.70±2.10
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
12.00±1.70 11.70±1.50 13.70±2.50 13.70±2.30
6.00±0.00
6.00±0.00
8.30±0.00
8.30±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±1.00
8.30±2.50
8.00±2.00
9.30±2.30
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±1.00
7.00±0.00
7.00±0.00
8.30±2.50
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
10.70±2.30 10.70±1.20 12.00±2.00 13.00±1.70
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.70±0.60 11.00±2.00 9.70±1.50 10.00±1.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
8.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
7.00±0.00
Pengujian aktivitas antibakteri tiap jenis perlakuan dibagi dalam beberapa
konsentasi. Konsentrasi 0% adalah kontrol positif/pelarut yang digunakan pada
15
setiap jenis perlakuan. Dari semua bakteri uji, bakteri yang memiliki diameter
zona hambat tertinggi adalah bakteri Staphylococcus aureus sebagai perwakilan
gram positif pada konsentrasi 80% (19.50±1.50 mm) dan bakteri Proteus sp
(13.70±2.30 mm) sebagai perwakilan gram negatif pada konsentrasi 80% untuk
perlakuan ekstrak. Bakteri Salmonella sp merupakan bakteri dengan diameter
zona hambat terkecil (6.00±0.00 mm) yang menunjukkan tidak adanya aktivitas
antibakteri pada bakteri tersebut dari semua perlakuan kecuali pada konsentrasi
0% perlakuan ekstrak yang berisi kontrol positif (pelarut metanol). Perlakuan
daun yang dikeringkan tidak menghasilkan aktivitas antibakteri sama sekali
kepada semua bakteri uji. Hal ini dapat disebabkan oleh zat aktif pada daun yang
dikeringkan tidak keluar secara sempurna (Suhirman et al. 2006). Berikut adalah
rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan dikategorikan berdasarkan bakteri
gram positif dan gram negatif.
Tabel 3 Rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan
No
Perlakuan
1
Ekstrak
2
Rebusan
3
Kering
4
Tumbuk
Bakteri
Gram +
Gram Gram +
Gram Gram +
Gram Gram +
Gram -
0%
7.25±1.42
7.05±0.71
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
20%
40%
60%
12.00±7.07 13.33±5.66 13.33±5.16
8.05±2.35
8.67±2.43
8.90±3.00
6.50±0.71 6.50±0.71
7.00±1.41
6.00±0.00
6.00±0.00
6.62±0.89
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
6.00±0.00
7.00±0.00
7.50±0.71
7.50±0.71
6.71±0.49 6.71±0.49
6.71±0.49
80%
15.08±6.22
9.48±3.05
7.50±2.12
6.76±1.02
6.00±0.00
6.00±0.00
8.17±1.65
6.71±0.49
Diameter zona hambat menunjukkan seberapa besar aktivitas zat antibakteri
terhadap bakteri uji. Setelah diuji dengan analisis GLM Univariat, aktivitas zat
antibakteri perlakuan ekstrak terhadap perlakuan lainnya (daun yang dikeringkan,
direbus, dan ditumbuk) berbeda nyata (p0.05). Terdapat perbedaan nyata pada jenis perlakuan
ekstrak dan luas hambatan pada bakteri uji gram positif (p0.05). Efektivitas zat antibakteri
16
terhadap bakteri gram positif lebih tinggi jika dibandingkan dengan bakteri gram
negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian Hazimah et al. (2011) yang menyatakan
diameter zona hambat bakteri gram positif Staphylococcus aureus lebih besar
daripada gram negatif. Secara umum, bakteri gram negatif lebih resisten terhadap
ekstrak tanaman dibandingkan bakteri gram. Hal ini dapat disebabkan karena
struktur membran bakteri gram positif adalah membrane tunggal (peptidoglikan)
sedangkan bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan membran (membran dalam,
peptidoglikan, membran luar) sehingga lebih resisten (Basri & Fan 2005). Setelah
dilakukan uji regresi linear, tidak terdapat perbedaan nyata antara antara jenis
perlakuan dan luas hambatan diameter zona hambat terhadap bakteri gram positif
maupun gram negatif (p>0.05).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis makanan terpilih
dari lauk hewani yaitu telur dadar, lauk nabati yaitu tempe orek, dan sayuran yaitu
sayur sop. Sampel terpilih diperoleh dari data konsumsi makanan mahasiswa IPB
dengan menggunakan kuesioner food recall 2x24 jam. Responden dipilih
berdasarkan faktor inklusi yaitu bukan mahasiswa TPB, mahasiswa yang tinggal
di sekitar kampus IPB Darmaga antara lain Daerah Bara, Bateng,