Identifikasi Kutudaun (Hemiptera: Aphididae) pada Tanaman Buah di Bogor

IDENTIFIKASI KUTUDAUN (HEMIPTERA: APHIDIDAE)
PADA TANAMAN BUAH DI BOGOR

JOHANNA CHRISTINE HAKIM SINAGA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi
Kutudaun Pada Tanaman Buah di Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014
Johanna Christine Hakim Sinaga
NIM A34100037

ii

ABSTRAK

JOHANNA CHRISTINE HAKIM SINAGA. Identifikasi Kutudaun (Hemiptera:
Aphididae) pada Tanaman Buah di Bogor. Dibimbing oleh PURNAMA
HIDAYAT.
Kutudaun (Hemiptera: Aphididae) merupakan serangga yang memiliki
sebaran inang yang luas, termasuk tanaman buah-buahan. Hampir setiap tanaman
yang dikenal merupakan inang dari satu atau lebih spesies kutudaun. Tanaman
buah merupakan salah satu inang dari kutudaun. Kutudaun termasuk kelompok
hama yang cukup merugikan pada tanaman buah. Serangan kutudun menjadi salah
satu faktor yang memengaruhi menurunnya produksi buah di Indonesia. Serangan

kutudaun dapat menurunkan kualitas dan kuantitas buah. Penelitian ini bertujuan
mempelajari keanekaragaman spesies kutudaun (Hemiptera: Aphididae) pada
tanaman buah-buahan di Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengumpulan sampel kutudaun pada tanaman buah-buahan di 13
kecamatan yang tersebar di Kabupaten dan Kota Bogor. Pengambilan sampel
dilakukan dengan memasukkan kutudaun ke dalam kantong plastik lalu diberi
label lokasi dan nama tanaman inang. Selanjutnya sampel dibawa ke
Laboratorium Biosistematika Serangga untuk dihitung jumlah individu perkoloni
dan untuk pembuatan preparat slide permanen. Kutudaun diidentifikasi
berdasarkan karakter morfologinya dengan menggunakan buku panduan Aphids
on the World’s Trees, Aphids of the World Crop, Aphids on the World’s
Herbaceous Plants and Shrubs. Kutudaun yang ditemukan pada tanaman buah di
Bogor adalah sebanyak 7 spesies yaitu Aphis gossypii Glover, Aphis spiraecola
Patch, Brachycaudus helichrysi (Kaltenbach), Pentalonia nigronervosa Coquerel,
Toxoptera aurantii (Boyer de Fonscolombe) , Toxoptera citricidus (Kirkaldy), dan
Toxoptera odinae (van der Goot). Jenis Kutudaun yang paling banyak ditemukan
adalah T. aurantii. Tanaman buah yang paling banyak terserang kutudaun adalah
tanaman jambu biji. Semut yang ditemukan dalam koloni kutudaun adalah
Dolichoderus sp. dan Technomyrmex sp. Kunci identifikasi kutudaun yang
ditemukan pada tanaman buah di Bogor dibuat dalam bentuk kunci identifikasi

bergambar dan dikotomi.
Kata kunci : Aphididae, buah, hemiptera, identifikasi, kutudaun.

ii

ABSTRACT

JOHANNA CHRISTINE HAKIM SINAGA. Identification of Aphids (Hemiptera:
Aphididae) Associated with Fruits Crops in Bogor. Supervised by PURNAMA
HIDAYAT.
Aphids (Hemiptera: Aphididae) is a group of insect pests that have a very
wide host range. Almost all plants are the host of aphids. Aphids can reduce the
quality and quantity of fruit. This research aimed to know the species diversity of
aphids on fruit crops in Bogor. The method used in this research is by
collecting aphids and ants on 13 districts in Bogor. Sample of aphids were put
in plastic bag then labelled by the location and the name of host plants. Samples
then were taken to the laboratory and the number of individuals and the number of
winged and wingless aphids in the colony were counted. Aphid specimens in the
microscope slides were used for identification to species level using published
keys based on morphological characters. Identification of aphids were using these

keys: Aphids on the World’s Trees, Aphids of the World Crop, and Aphids on the
World’s Herbaceous Plants and Shrubs. There were seven aphid species
identified, they were Aphis gossypii Glover, Aphis spiraecola Patch,
Brachycaudus helichrysi (Kaltenbach), Pentalonia nigronervosa Coquerel,
Toxoptera aurantii (Boyer de Fonscolombe), Toxoptera citricidus (Kirkaldy), and
Toxoptera odinae (van der Goot). T. aurantii was the most abundant aphid species
found in the area. The plant family of Myrtaceae was the most host frequently
attacked by aphids. The ants found in the aphid colonies were Dolichoderus sp.
and Technomyrmex sp. Based on the morphological character, a pictorial and
dichotomous keys of aphids associated with fruit crops were constructed.
Keywords: Aphids, Aphididae, fruit, hemiptera, identification.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak

merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ii

Judul Skripsi

: Identifikasi Kutudaun (Hemiptera: Aphididae) pada Tanaman Buah
di Bogor
Nama Mahasiswa : Johanna Christine Hakim Sinaga
NIM
: A34100037

Disetujui oleh

Dr Ir Purnama Hidayat, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

IDENTIFIKASI KUTUDAUN (HEMIPTERA: APHIDIDAE) PADA
TANAMAN BUAH DI BOGOR

JOHANNA CHRISTINE HAKIM SINAGA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

ii

ii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Identifikasi Kutudaun (Hemiptera: Aphididae) pada Tanaman Buah di Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2014, di
Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan syarat untuk meraih
gelar Sarjana Pertanian pada Mayor Proteksi Tanaman di Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada: Dr Ir Purnama Hidayat, M Sc
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan
penjelasan dalam penyelesaian tugas akhir ini dan yang telah membimbing
penulis selama ini, Dr Ir Abdul Munif, M Sc, Agr. selaku dosen penguji tamu

yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi,
dan seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB baik Dosen Pengajar,
Laboran, dan yang lainnya.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda Karmel
Sinaga dan Ibunda Rani Nababan tercinta, Opung Tairan Manullang, Abang
Hebron, Adik-adik tersayang Meilani, Mega, Chavin, dan seluruh keluarga
penulis yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis
yang menjadi motivasi dalam pelaksanaan dan penyelasaian skripsi ini.
Terimakasih juga kepada teman-teman Vincentius Dango, Shandy
Amarullah, Rizky Marcheria, Ridho Rasid, Andi Mandasari, Ka Fathur, Mba Yani
Maharani, Syifa Febrina, Rocky Evander, Noveni Vidya, Adhila Asri, Yosi
Febrianti, Anggi Marstella, Christina Sinaga, Olivia Scarinta, teman-teman
Proteksi Tanaman 47 dan semua personil Laboratorium Biosistematika Serangga
yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama melakukan
penelitian, serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan
pengendalian kutudaun pada tanaman buah-buahan.
.


Bogor, Desember 2014
Johanna Christine Hakim Sinaga

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Survei Lokasi
Pengumpulan Sampel
Pembuatan Preparat Slide
Identifikasi Kutudaun dan Semut

Pembuatan Kunci Identifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kisaran Inang dan Keanekaragaman Spesies Kutudaun
Karakter Koloni Kutudaun
Semut yang Berasosiasi dengan Kutudaun
Spesies Kutudaun yang ditemukan pada Tanaman Buah di Bogor
Tribe Aphidini
Tribe Macrosiphini
Kunci Identifikasi Bergambar Kutudaun yang ditemukan
pada Tanaman Buah di Bogor
Kunci Dikotomi Kutudaun yang ditemukan pada Tanaman Buah di
Bogor
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

ix
x
xi
1
1

2
2
3
3
3
3
3
3
4
5
5
7
7
10
12
14
14
18
20
23
26
27

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.
4.
5.

Peta lokasi pengambilan sampel kutudaun pada tanaman buah di Bogor
Diagram ilustrasi taksonomi kutudaun pada bagian dorsal dan ventral
Jumlah sampel tanaman inang
Persentase koloni kutudaun yang ditemukan
Jumlah kutudaun bersayap dan tidak bersayap yang ditemukan
pada tanaman buah di Bogor
6. Semut yang berasosiasi dengan tanaman buah
7. Koloni A. gossypii
8. Karakter taksonomi A. gossypii
9. Karakter taksonomi A. spiraecola
10. T. aurantii pada tanaman belimbing, lemon dan T. aurantii pradewasa
berwarna coklat
11. Karakter taksonomi T. aurantii
12. Karakter taksonomi T. citricidus
13. Karakter taksonomi T. odinae
14. Karakter taksonomi B. helichrysi
15. Karakter taksonomi P. nigronervosa
16. Karakter taksonomi Aphidinae
17. Karakter taksonomi Tribe Aphidini
18. Karakter taksonomi panjang kornikel dan kauda
19. Karakter taksonomi bentuk kauda
20. Karakter taksonomi ukuran tubuh
21. Karakter taksonomi panjang antena
22. Karakter taksonomi warna kauda dan kornikel

4
6
7
11
12
12
14
15
16
16
17
18
18
19
19
23
23
24
24
24
25
25

DAFTAR TABEL

1. Hasil Pengambilan Sampel Kutudaun pada Tanaman Buah di Bogor
2. Jenis Semut yang ditemukan Dalam Koloni Kutudaun

8
12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lokasi Pengambilan Sampel Kutudaun pada Tanaman Buah di Bogor
2. Lokasi Sampel Tanaman yang Tidak Terserang Kutudaun

30
34

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kutudaun merupakan serangga yang memiliki kisaran inang yang luas.
Kutudaun berbentuk seperti buah pir, panjangnya sekitar 4mm, lunak, dan
pengisap cairan bermacam-macam tanaman. Serangga ini hidup secara
bergerombol pada daun dan tunas muda. Menurut Pedigo et al. (2006), kutudaun
dapat dikenali dari sepasang kornikel yang berbentuk silinder menyerupai pipa
dan meruncing ke ujung yang menonjol dari bagian belakang abdomen. Kutudaun
mengeluarkan embun madu, cairan yang mengandung gula yang dikeluarkan
melalui anus. Ketika eksresi, embun madu jatuh diatas permukaan daun, ranting,
buah, atau bagian permukaan tanaman lainnya. Embun madu tersebut menarik
semut untuk datang. Semut-semut tersebut berperan untuk melindungi kutudaun
dari serangan predator.
Kutudaun termasuk kedalam kelompok hama yang cukup merugikan pada
tanaman buah. Serangan kutudaun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
menurunnya produksi buah di Indonesia. Kutudaun mengakibatkan kerusakan
secara langsung dan tidak langsung. Serangga ini mengisap cairan dari tanaman
untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Kerusakan karena kutudaun tampak
pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya tunas-tunas dan daundaun serta tangkai daun yang masih muda. Hal ini terjadi karena serangga ini
menusukkan stiletnya pada bagian tanaman, kemudian mengisap cairan sel
tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya.
Kerusakan langsung yang diakibatkan kutudaun meliputi daun yang
terserang keriput (berkerut) dan keriting, berwarna kekuningan, terpuntir, dan
pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), sehingga tanaman layu dan mati.
Kerugian secara tidak langsung disebabkan peranan kutudaun sebagai vektor virus
antara lain virus mosaik dan virus roset. Kutudaun merupakan vektor yang efektif
dalam menularkan virus tanaman dan mampu menularkan lebih dari 150 strain
virus (Saragih 1994). Besar kecilnya angka kerugian erat kaitannya dengan umur
dan varietas tanaman serta jenis virus dan sifat kutudaun (Irsan 2004). Kerugian
yang ditimbulkan oleh kutudaun sebagai hama hanya berkisar antara 6-25%,
sedangkan sebagai vektor dapat mencapai lebih dari 80% (Miles 1987).
Keefektifan kutudaun sebagai vektor virus disebabkan oleh keperidian
kutudaun yang tinggi, siklus hidupnya yang sangat pendek, serta cara makan
serangga tersebut yang memungkinkan menularkan virus sampai ke floem
tanaman (Miles 1987). Di daerah tropis khususnya dataran rendah terutama pada
waktu permulaan musim kemarau, perkembangan kutudaun sangat subur. Tunastunas muda pun banyak dikerumuni kutudaun. Kutudaun mampu berkembang
biak secara cepat sehingga permukaan tanaman dapat ditutupi koloni kutudaun
(Kalshoven 1981). Kutudaun dewasa dapat menghasilkan 2-20 individu setiap
hari. Embrio dapat terbentuk tanpa melalui proses pembuahan dan telah
berkembang di dalam tubuh induknya, sehingga imago kutudaun tampak seperti
melahirkan nimfa (Salanti 2009).

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman spesies kutudaun
(Hemiptera: Aphididae) pada tanaman buah-buahan di Bogor dan membuat kunci
identifikasinya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang spesies
kutudaun (Hemiptera: Aphididae) yang menyerang tanaman buah dan dapat
dijadikan acuan dalam menentukan metode pengendalian yang sesuai dengan
spesies kutudaun (Hemiptera: Aphididae). Hasil yang didapat dari penelitian ini
adalah kunci identifikasi yang dapat digunakan untuk identifikasi kutudaun pada
tanaman buah di Bogor.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Pengambilan sampel kutudaun dilakukan di 13 kecamatan yang tersebar di
wilayah kabupaten dan kota Bogor. Sampel yang diperoleh dari lapang
dikumpulkan dan diidentifikasi di Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo
Olympus® SZ-ST, mikroskop cahaya Olympus® model CX21FS1, kamera
(DinoEye ocular lens camera) yang langsung dihubungkan dengan komputer,
perangkat lunak Dinocapture, perangkat lunak GPS (Global Positioning System)
Compass and Altitude Over BT pada Smartphone Samsung® Galaxy Core Duos
GT-I8262 yang berfungsi untuk mengetahui posisi lintang dan bujur dari suatu
lokasi, kantung plastik transparan, alat tulis, tabung reaksi, cawan Syracus untuk
perendaman, tabung reaksi, pipet, cawan petri, jarum mikron, kaca penutup
preparat dan kaca objek. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya
alkohol 50, 80, 95, dan 100%, larutan KOH 10% untuk mengeluarkan cairan
tubuh, minyak cengkeh, dan canada balsem berfungsi untuk media dalam preparat
yang permanen, dan sampel kutudaun dari tanaman inang.
Metode Penelitian
Lokasi Pengambilan Sampel
Sebanyak 13 kecamatan menjadi lokasi pengambilan sampel tanaman inang
beserta kutudaun yaitu Kecamatan Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Timur,
Caringin, Ciampea, Cibinong, Cibungbulang, Cijeruk, Cisarua, Dramaga,
Pamijahan, Rancabungur, Tanah Sareal, dan Tenjolaya (Gambar 1). Pengamatan
kutudaun dan tanaman inang dilakukan secara acak dan tidak terstruktur pada
lokasi pengambilan sampel. Pengamatan pada beberapa lokasi dilakukan untuk
memperbanyak kemungkinan tanaman inang yang terserang. Selain itu juga
digunakan GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui ketinggian dan
koordinat lokasi pengambilan sampel.
Pengumpulan Sampel
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel kutudaun pada bagian daun,
ranting, buah, dan bunga dari tanaman inang di 13 kecamatan yang tersebar di
kabupaten dan kota Bogor. Kutudaun yang ditemukan pada daun, ranting, dan
buah tanaman inang pada fase imago dimasukkan ke dalam kantung plastik lalu
diberi label lokasi dan tanggal pengambilan sampel. Kemudian sampel kutudaun
tersebut dibawa ke Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor untuk dilakukan
pengamatan terhadap karakter morfologi spesimen kutudaun dan penghitungan
jumlah individu kutudaun bersayap (alatae) dan tidak bersayap (aptera) dalam
satu koloni. Kemudian dilakukan pembuatan preparat slide kutudaun.

4

Keterangan :
A. Kecamatan Pamijahan
H. Kecamatan Cibinong
B. Kecamatan Tenjolaya
I.
Kecamatan Tanah Sareal
C. Kecamatan Cibungbulang
J.
Kecamatan Bogor Selatan
D. Kecamatan Ciampea
K. Kecamatan Bogor Timur
E. Kecamatan Dramaga
L.
Kecamatan Cijeruk
F. Kecamatan Rancabungur
M. Kecamatan Cisarua
G. Kecamatan Bogor Barat
Gambar 1 Peta lokasi pengambilan sampel kutudaun pada tanaman buah di Bogor
(Google Maps http://maps.google.com/peta-Bogor 10 Oktober 2014)
Pembuatan Preparat Slide
Pembuatan preparat slide mengacu pada metode Blackman and Eastop
(2000). Kutudaun yang diperoleh dari lapang dibuat menjadi preparat slide yang
permanen agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Kutudaun yang
dijadikan preparat slide adalah pada fase imago dengan tujuan bentuk morfologi
pada kutudaun sudah berkembang seluruhnya sehingga dapat dilakukan proses
idenifikasi.
Tahap pertama pembuatan preparat slide adalah kutudaun yang diperoleh
dari lapang dipilih fase imago yang masih memiliki organ tubuh yang lengkap.
Kemudian kutudaun tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang di
dalamnya terdapat alkohol 95%, selanjutnya tabung reaksi tersebut dimasukkan ke
dalam gelas ukur untuk dipanaskan pada suhu 80-100ºC selama 3 menit. Setelah
itu, spesimen dan larutan alkohol 95% dituangkan ke dalam cawan syracus,
bagian abdomen kutudaun ditusuk kemudian spesimen dimasukkan ke dalam
tabung rekasi yang telah berisi KOH 10% dan dipanaskan kembali. KOH
berfungsi untuk mengeluarkan cairan tubuh kutudaun.
Tahap berikutnya, isi dari tubuh kutudaun dikeluarkan dengan menekan
secara terus-menerus secara perlahan bagian lingkar dorsal posterior spesimen
hingga cairan tubuhnya keluar. Larutan KOH 10% dibuang dengan pipet hingga

5
tidak ada sisa. Selanjutnya aquades dimasukkan untuk mencuci sisa larutan KOH
10%. Pembersihan dengan aquades dilakukan sebanyak dua kali. Kutudaun
direndam dalam alkohol bertingkat 50, 80, 95, dan 100% (alkohol absolut) masihmasing selama 10 menit dan dipindahkan ke dalam cawan syracus yang berisi
minyak cengkeh dan direndam selama 10 menit. Selanjutnya kutudaun diambil
dan diletakkan di tengah kaca objek, ditata lurus, diteteskan canada balsam secara
merata dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian preparat dikeringkan ke dalam
elemen pengering selama 6-7 hari hingga medium preparat benar-benar kering.
Preparat slide kutudaun yang telah dibuat disimpan di Museum Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Identifikasi Kutudaun dan Semut
Identifikasi kutudaun dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 4x10, 10x10, dan 40x10 berdasarkan karakter taksonomi (Gambar 2).
Buku identifikasi yang digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi
spesies kutudaun, yaitu Aphids on the World’s Trees oleh Blackman & Eastop
(1994), Aphids of the World Crop: An Identification and Information Guide oleh
Blackman & Eastop (2000), Aphids on the World’s Herbaceous Plants and
Shrubs oleh Blackman & Eastop (2006). Identifikasi kutudaun dilakukan dengan
melakukan pengamatan pada karakter taksonomi kutudaun berupa tuberkel
antena, kauda, kornikel, dan jumlah rambut pada organ tubuh tertentu. Kemudian
setiap karakter didokumentasikan dengan menggunakan kamera Dino-eye
AM423U yang ditempatkan pada mikroskop stereo dan dihubungkan langsung
dengan komputer merek HP model Pro 2000 MT Business PC. Gambar karakter
taksonomi hasil dokumentasi tersebut disimpan dalam bentuk file di komputer,
kemudian file gambar tersebut digunakan dalam pembuatan kunci identifikasi.
Gambar karakter taksonomi yang dibuat meliputi bentuk tuberkel antena,
keberadan pola hitam pada abdomen, bentuk kauda, bentuk kornikel, keberadaan
stridulatory apparatus pada bagian dekat kornikel, serta jumlah rambut pada
bagian-bagian tubuh tertentu. Sedangkan identifikasi semut dilakukan dengan
menggunakan buku Identification Guide to the Ant Genera of Borneo oleh
Hashimoto (2003).
Pembuatan Kunci Identifikasi
Kunci identifikasi dibuat dengan melakukan pengamatan karakter taksonomi
pada setiap spesies kutudaun. Setiap spesies kutudaun diamati karakter
taksonominya, kemudian dibuat perbedaan dan persamaan taksonomi setiap
spesies kutudaun. Karakter taksonomi yang diamati berupa tuberkel antena,
kauda, kornikel, ada tidaknya pola tempelan hitam pada tubuh, dan jumlah rambut
yang ada pada setiap organ tubuh. Setiap karakter taksonomi yang diamati
kemudian didokumentasikan dengan mengunakan kamera yang terhubung dengan
komputer. Hasil yang didapat yaitu berupa gambar yang disimpan dalam bentuk
file di komputer. File gambar taksonomi tersebut kemudian digunakan untuk
membuat kunci identifikasi dengan metode gambar dan dikotomi berdasarkan
karakter taksonomi kutudaun.

6

Gambar 2 Diagram Ilustrasi taksonomi kutudaun pada bagian dorsal dan ventral
(Blackman & Eastop 2006)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kisaran Inang dan Keanekaragaman Spesies Kutudaun
Penelitian dilakukan pada 27 jenis tanaman buah yang tersebar di 13
kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. Dari 27 tanaman buah yang
diamati, sebanyak 18 tanaman buah terserang kutudaun (Lampiran 1), dan
sebanyak 9 jenis tanaman buah tidak terserang kutudaun (Lampiran 2).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari
hingga Agustus 2014.
Tanaman buah yang terserang kutudaun, yaitu famili Anacardiaceae
(mangga), Annonaceae (sirsak, srikaya), Clusiaceae (manggis), Lauraceae
(alpukat), Moraceae (nangka), Muntingiaceae (seri), Musaceae (pisang),
Myrtaceae (jambu biji, jambu air), Oxalidaceae (belimbing), Rutaceae (jeruk bali,
jeruk manis, jeruk nipis, lemon), Sapindaceae (lengkeng, rambutan), Sapotaceae
(sawo) dan sebanyak 9 jenis tanaman buah (buah naga, bintaro, dewandaru,
durian, jambu bol, mahkota dewa, mengkudu, papaya, dan stroberi) tidak
terserang kutudaun (Lampiran 2). Tanaman inang yang paling banyak terserang
kutudaun adalah tanaman buah dari famili Myrtaceae yaitu pada tanaman jambu
air sebanyak 2 tanaman dan jambu biji sebanyak 10 tanaman (Gambar 3). Hal ini
dikarenakan tanaman dari famili Myrtaceae dapat tumbuh di berbagai daerah
tanpa kondisi khusus. Dibuktikan dengan hampir di setiap lokasi pengambilan
sampel selalu ada ditemukan tanaman dari famili ini dan hampir di semua
tanaman tersebut ditemukan adanya kutudaun.

Gambar 3 Jumlah Sampel Tanaman Inang
Selama bulan Februari hingga Mei sangat sulit untuk mendapatkan sampel
kutudaun dikarenakan cuaca yang kurang mendukung. Adanya hujan setiap hari
dengan intensitas tinggi mengakibatkan kutudaun bisa saja tersapu oleh air hujan
dan sulit untuk ditemukan di lapang. Namun, meskipun hujan, kutudaun tetap ada

8
ditemukan di lapang, namun dalam jumlah yang sedikit. Lokasi pengambilan
sampel kutudaun memiliki ketinggian yang berbeda. Lokasi dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu daerah rendah (1-500 m dpl), daerah sedang (501-1000 m
dpl), dan daerah tinggi (>1000 m dpl). Pada penelitian ini, lokasi pengambilan
sampel dilakukan pada daerah dengan ketinggian rendah dan sedang. Jumlah
kutudaun yang ditemukan di daerah dengan ketinggian rendah sebanyak 320
kutudaun dan pada daerah sedang sebanyak 728 kutudaun. Sampel kutudaun yang
ada kemudian diidentifikasi dan dibedakan berdasarkan tanaman inangnya.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pada 18 jenis tanaman buah yang
terserang kutudaun, terdapat 7 spesies kutudaun yaitu Aphis gossypii Glover,
Aphis spiraecola Patch, Brachycaudus helichrysi (Kaltenbach), Pentalonia
nigronervosa Coquerel, Toxoptera aurantii (Boyer de Fonscolombe), Toxoptera
citricidus (Kirkaldy), dan Toxoptera odinae (van der Goot) (Tabel 1). Kutudaun
T. aurantii adalah spesies yang paling banyak ditemukan pada tanaman buah.
Kutudaun tersebut memiliki kisaran inang yang paling luas (polifag), yaitu
ditemukan di 8 tanaman inang, yaitu tanaman alpukat, belimbing, jeruk manis,
lemon, manggis, nangka, pisang, dan sawo. Kutudaun yang juga memiliki kisaran
inang yang luas adalah A. gossypii yaitu terdapat pada 6 tanaman inang berupa
jambu air, jambu biji, jeruk nipis, lengkeng, seri, dan sirsak. Selanjutnya A.
spiraecola ditemukan pada lima jenis tanaman inang, yaitu pada tanaman jeruk
nipis, mangga, rambutan, sirsak, dan srikaya. B. helichrysi ditemukan pada 2
tanaman inang yaitu jambu biji dan jeruk bali. Kutudaun P. nigronervosa, T.
citricidus, dan T. odinae ditemukan masing-masing pada satu jenis tanaman inang.
Tabel 1 Hasil pengambilan sampel kutudaun pada tanaman buah di Bogor
No
1

Spesies
kutudaun
A. gossypii

Tanaman inang/famili
Jambu biji (Psidium
guajava/ Myrtaceae)

Lengkeng
(Dimocarpus longan/
Sapindaceae)
Jambu air (Syzigium
aqueum/ Myrtaceae)
Jeruknipis (Citrus
aurantifolia/
Rutaceae)
Seri (Muntingia
calabura/

Lokasi
(Kecamatan)
Bogor Barat
Bogor
Selatan
Ciampea
Cijeruk
Cisarua
Dramaga
Tenjolaya
Bogor Barat

Ketinggian
(m dpl)
215.5
692.5

Bogor
Selatan
Cibungbulang
Pamijahan

692.5

Rancabungur

185.2

224.1
593.2
958.9
200
344.6
215.5

226.3
509.4

9
Tabel 1 Lanjutan Hasil pengambilan sampel kutudaun pada tanaman buah di Bogor
Spesies
Tanaman inang/
Lokasi
Ketinggian
No
Kutudaun
Famili
(Kecamatan)
(m dpl)
Muntingiaceae)
2
A. spiraecola
Mangga (Mangifera
Bogor Barat
262.8
indica/
Bogor
692.5
Anacardiaceae)
Selatan
Jeruk nipis
Bogor
692.5
(C. aurantifolia/
Selatan
Rutaceae)
Rambutan (Nephelium
Cijeruk
595
lappaceum/
Sapindaceae)
Srikaya (Annona
Tanah Sareal
222.2
squamosa/
Annonaceae)
3
B. helichrysi
Jambu biji (P.
Bogor Barat
201.3
guajava/ Myrtaceae)
Rancabungur
185.2
Rambutan (N.
Ciawi
517.3
lappaceum/
Sapindaceae)
Jeruk Bali (Citrus
Dramaga
200
grandis/ Rutaceae)
4
P. nigronervosa Pisang (Musa spp/
Rancabungur
185.2
Musaceae)
5
T. aurantii
Nangka (Artocarpus
Bogor Barat
201.3
heterophyllus/
207.7
Moraceae)
Caringin
302.7
Dramaga
213.4
Manggis (Garcinia
Bogor Barat
224.4
mangostana/
Clusiaceae)
Jeruk (Citrus sinensis/
Bogor
692.5
Rutaceae)
Selatan
Bogor Timur
399.1
Sawo (Manilkara
Bogor Timur
401.5
zapota/ Sapotaceae)
Belimbing (Averrhoa
Cibinong
156.2
carambola/
Dramaga
200
Oxalidaceae)
Lemon (Citrus limon/
Cisarua
958.9
Rutaceae)
Alpukat (Persea
Cisarua
958.5
Americana/
Lauraceae)
Pisang (Musa spp/
Dramaga
200
Musaceae)

10
Tabel 1 Lanjutan hasil pengambilan sampel kutudaun pada tanaman buah di
Bogor
Spesies
Tanaman Inang/
Lokasi
Ketinggian
No
Kutudaun
Famili
(Kecamatan)
(m dpl)
6
T. citricidus
Jeruk (C. sinensis/
Bogor Timur
401.5
Rutaceae)
7
T. odinae
Jeruk (C. sinensis/
Bogor Timur
399.1
Rutaceae)
Karakter Koloni Kutudaun
Kutudaun hidup secara berkoloni. Berdasarkan ukuran, karakter koloni
kutudaun dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu koloni kecil (2-10 individu),
koloni sedang (11-50 individu), dan koloni besar (>50 individu). Dari 40 kali
pengambilan sampel kutudaun di lapang pada 18 jenis tanaman inang, ditemukan
sebanyak 63.38% koloni termasuk koloni kecil, 27.78% termasuk koloni sedang,
dan 8.33% termasuk koloni besar (Gambar 4). Berdasarkan pengamatan di lapang,
ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap jumlah individu dalam suatu
koloni. Beberapa faktor diantaranya adalah jumlah nutrisi yang terkandung pada
tanaman inang terkait dengan kutudaun yang memiliki alat mulut menusuk
mengisap. Alat mulut tersebut berperan untuk mendapatkan makanan dengan
mengisap nutrisi dari tanaman inang. Faktor lainnya adalah ketersediaan bagian
dari tanaman inang yang menjadi habitat yang disenangi kutudaun seperti daundaun muda. Selain itu, cuaca juga mempengaruhi jumlah individu dalam suatu
koloni. Umumnya, pada musim hujan jumlah kutudaun yang ditemukan berbeda
dengan musim kemarau yang umumnya memiliki populasi kutudaun yang cukup
banyak.

Gambar 4 Persentase koloni kutudaun yang ditemukan
Ada koloni kutudaun yang terdiri dari kutudaun bersayap (alatae) dan
kutudaun tidak bersayap (aptera). Ada juga kutudaun yang terdiri dari kutudaun
yang bersayap saja atau tidak bersayap saja. Keberadaan kutudaun yang bersayap
tergantung dari jumlah nutrisi dari tanaman inang dan jumlah individu dalam
suatu koloni. Pada umumnya, apabila jumlah nutrisi pada tanaman inang sedikit
akan muncul individu bersayap yang akan bermigrasi ke tanaman inang lain yang
memiliki nutrisi yang mencukupi atau lebih banyak dibandingkan tanaman inang
sebelumnya (Irsan et al. 2010). Begitu juga dengan jumlah individu dalam suatu
koloni, apabila jumlah individu sangat banyak dalam suatu koloni maka akan
muncul individu bersayap untuk memudahkan migrasi karena sulit untuk bertahan
hidup.

11
Dalam penelitian ini, ditemukan koloni kutudaun yang terdiri dari individu
bersayap dan tidak bersayap, dan koloni kutudaun yang terdiri dari individu yang
tidak bersayap saja. Jenis kutudaun yang ditemukan terdiri dari individu bersayap
dan tidak bersayap dalam suatu koloni adalah A. gossypii, A. spiraecola, B.
helichrysi, dan T. aurantii. Berdasarkan jumlah individu dalam koloni kutudaun,
A. gossypii memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 865 individu yang terbagi
atas 175 bersayap dan 690 tidak bersayap. A. spiraecola memiliki individu
sebanyak 103 yang terbagi atas 28 bersayap dan 75 tidak bersayap. T. aurantii
memiliki jumlah 105 individu yang terbagi atas 15 bersayap dan 90 tidak
bersayap, dan kutudaun B. helichrysi memiliki 7 individu bersayap dan 20
individu tidak bersayap (Gambar 5). Kutudaun yang dalam satu koloni hanya
terdiri dari individu tidak bersayap saja adalah P. nigronervosa, T. citricidus, dan
T. odinae. Kutudaun T. odinae adalah spesies yang memiliki jumlah terbanyak
yaitu sebanyak 9 individu, kemudian dilanjutkan dengan kutudaun P.nigronervosa
dan T. citricidus yang memiliki jumlah individu yang sama yaitu sebanyak 3
individu dalam satu koloni (Gambar 5).

Gambar 5 Jumlah kutudaun bersayap dan tidak bersayap yang ditemukan pada
tanaman buah di Bogor

Semut yang Berasosiasi dengan Kutudaun
Dalam penelitian ini, ditemukan adanya semut dalam koloni kutudaun pada
tanaman jambu biji, jambu air, nangka, dan sirsak. Dari sampel yang ditemukan,
ada dua spesies kutudaun yaitu A. gossypii dan T. aurantii yang berasosiasi
dengan semut Dolichoderus sp. (Gambar 6a) dan Technomyrmex sp. (Gambar 6b).

(a)

(b)

Gambar 6 Semut yang berasosiasi dengan tanaman buah; Dolichoderus sp. (a) dan
Technomyrmex sp. (b)

12
Semut yang paling sering ditemukan adalah Dolichoderus sp. dari sub famili
Dolichoderinae yang ditemukan lima kali dalam pengambilan sampel jambu biji
di Kecamatan Bogor Barat, Ciampea, Cibungbulang, Cisarua, dan Dramaga,
ditemukan sebanyak dua kali dalam pengambilan sampel nangka di Kecamatan
Bogor Barat, dan ditemukan satu kali dalam pengambilan sampel jambu air di
Kecamatan Cibungbulang. Semut Technomyrmex sp. ditemukan sebanyak satu
kali dalam pengambilan sampel pada tanaman sirsak di Kecamatan Pamijahan.
Tabel 2 Jenis semut yang ditemukan dalam koloni kutudaun pada tanaman buah
di Bogor
No
1

Jenis Semut/ Sub
Famili

Spesies
Kutudaun

Dolichoderus sp./ A. gossypii
Dolichoderinae

T. aurantii

2

Technomyrmex sp./ A. gossypii
Dolichoderinae

Tanaman
Inang
Jambu biji P.
guajava
Jambu biji P.
guajava
Jambu biji P.
guajava
Jambu biji P.
guajava
Jambu biji P.
guajava
Jambu biji P.
guajava
Jambu air
S. aqueum
Nangka A.
heterophyllus
Nangka A.
heterophyllus
Sirsak
A. muricata

Lokasi/ Ketinggian
(m dpl)
Bogor Barat/ 215.5
Ciampea/ 224.1
Cibungbulang/ 226.3
Cisarua/ 958.9
Dramaga/ 200
Ciampea/ 224.1
Cibungbulang/ 226.3
Bogor Barat/ 201.3
Bogor Barat/ 207.7
Pamijahan/ 509.4

Semut Dolichoderus sp. memiliki karakter ujung gaster berupa celah atau
belahan dan tidak dikelilingi rambut pendek. Petiol terdiri dari nod dan hanya
sebagian yang berjuntai pada bagian bawah segmen pertama gaster. Bagian depan
klipeus rata atau cekung dan lebar. Dibagian tengah klipeus tidak mempunyai
proyeksi. Bagian depan klipeus mempunyai rambut pendek dan bagian belakang
propodeum biasanya mencekung. Semut ini berukuran besar, dengan warna
keseluruhan hampir sama yaitu hitam dan di temukan di berbagai habitat.
Semut Technomyrmex sp. memiliki karakter ujung gaster berupa celah atau
belahan dan tidak dikelilingi rambut pendek. Petiol terlihat biasa, seperti kepingan
rata dan berjuntai pada bagian bawah segmen pertama gaster. Gaster mempunyai
5 kepingan tergit pada permukaan atas (tergit ke-5 kecil tetapi tidak terlindung
dibawah tergit ke-4). Pronotum biasanya mempunyai rambut tegak, dan badan
biasanya berukuran lebih besar.

13
Deskripsi Kutudaun yang ditemukan pada Tanaman Buah di Bogor
Tribe Aphidini
Aphis gossypii Glover. Kutudaun ini memiliki tingkat diversitas yang lebih
luas dibandingkan kutudaun lainnya dari segi hubungan dengan tanaman inang,
siklus hidup, dan persebarannya. A. gossypii yang berukuran kecil memiliki warna
yang beragam mulai dari kuning muda pada temperatur tinggi, kuning kehijauan
(gelap), hijau gelap, atau hampir keseluruhan hitam pada temperatur rendah
(Blackman & Eastop 1994). Lebih dari 50 virus tanaman ditularkan oleh kutudaun
ini sebagai vektornya. Di negara dengan suhu panas, kutudaun dengan koloni
kecil dapat bertahan di banyak jenis tanaman.
Pada penelitian ini, A. gossypii ditemukan pada 5 tanaman inang, yaitu
tanaman jambu air, jambu biji, jeruk nipis, lengkeng, nangka, seri, dan sirsak.
Pada umumnya kutudaun ini ditemukan pada bagian permukaan bawah daun
seperti yang terdapat pada tanaman jambu biji (Gambar 7a) Namun pada tanaman
jeruk nipis tanaman ini ditemukan pada bagian ranting tanaman (Gambar 7b) dan
pada tanaman sirsak selain pada daun, kutudaun ini juga ditemukan pada bagian
bunga.

(a)

(b)

(c)

Gambar 7 Koloni A. gossypii; pada permukaan bawah daun jambu biji (a), pada
ranting jeruk nipis (b), dan pada bunga tanaman sirsak (c)
Pada tanaman sirsak, kutudaun ini ditemukan dalam koloni dengan jumlah
individu yang sangat banyak yaitu pada bagian bunga dan daun (Gambar 7c).
Banyaknya jumlah individu dalam koloni tersebut menyebabkan munculnya
kutudaun bersayap untuk memudahkan migrasi karena sulit untuk bertahan hidup.
Sirsak yang menjadi tanaman inang dari A. gossypii ditemukan pada lahan yang
tidak terawat sehingga memungkinkan bagi kutudaun untuk berkembangbiak
dengan sangat banyak karena tidak terganggu oleh tindakan pengendalian.
Banyaknya populasi kutudaun pada tanaman sirsak menyebabkan munculnya
gejala serangan berupa daun yang berwarna kekuningan.
Karakter taksonomi kutudaun ini adalah tuberkel antena kurang berkembang
(Gambar 8a), terminal proses memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
pangkal antena segmen terakhir (Gambar 8b), pada bagian abdomen tidak terdapat
pola tempelah hitam (Gambar 8c), dan ciri khas utama dari kutudaun ini adalah
warna kauda yang terlihat lebih pucat dibandingkan warna kornikel (Gambar 8d).

14

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 8 Karakter taksonomi A. gossypii; Tuberkel antena kurang berkembang
(a), terminal proses lebih panjang dari pangkal antena segmen terakhir
(b), pada abdomen tidak ada pola tempelan hitam (c), dan kauda
berwarna lebih pucat dari kornikel, dan kornikel berukuran lebih
panjang dari kauda (d)
Aphis spiraecola Patch. Kutudaun ini memiliki tubuh berwarna kuning
(Gambar 9a) atau hijau kekuningan dengan kepala berwarna kecoklatan. Kauda
dan kornikel kutudaun ini berwarna hitam dengan rambut sebanyak 8-19 pada
kauda. Panjang rambut pada femur bagian belakang adalah 29-78µ dan pada tibia
bagian belakang sepanjang 23-76µ (Noordam 2004). Karakter taksonomi
kutudaun ini hampir sama dengan A. gossypii yaitu pada bagian tuberkel antena
(Gambar 9b) dan abdomen (Gambar 9c), kecuali pada bagian kauda dan kornikel
keduanya memiliki warna yang sama yaitu berwarna gelap (Gambar 9d). Inang
utama dari kutudaun ini adalah tanaman jeruk, dan bisa menimbulkan kerugian
ekonomi dalam jumlah yang tinggi (Blackman & Eastop 1994). Kutudaun tidak
bersayap berukuran 1.2–2.2 mm, dan bersifat polifag terutama pada tanaman
semak dan tanaman kayu. Kutudaun ini bersifat partenogenetik pada inang kedua
dan juga dapat berperan sebagai vektor virus seperti Cucumber Mozaik Virus
(CMV), Citrus Tristeza Virus (CTV), dsb.
Dalam penelitian ini, A. spiraecola ditemukan pada empat jenis tanaman
inang, yaitu pada tanaman jeruk nipis, mangga, sirsak, dan srikaya. Pada ke empat
jenis tanaman inang tersebut, kutudaun ini ditemukan di bagian permukaan bawah
daun. Pada tanaman srikaya kutudaun ini ditemukan dalam koloni kecil dengan
jumlah yang sangat sedikit yaitu tiga individu, yang mana hanya terdiri dari
individu tidak bersayap saja. Sedikitnya jumlah individu kutudaun dalam koloni
mengakibatkan kutudaun tidak menimbulkan gejala kerusakan. Berdasarkan
record yang tercatat pada buku identifikasi kutudaun Blackman & Eastop (1994)

15
dan Noordam (2004) tanaman rambutan merupakan inang baru bagi kutudaun ini
karena belum pernah dilaporkan sebelumnya baik di Indonesia maupun di negara
lain.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 9 Karakter taksonomi A. spiraecola; A. spiraecola pada tanaman srikaya
berwarna kuning (a), tuberkel antena kurang berkembang (b), tidak
memiliki pola tempelan hitam (c), dan kauda dan kornikel sama-sama
berwarna gelap (d)
Toxoptera aurantii (Boyer de Fonscolombe). Kutudaun tidak bersayap
berukuran agak kecil, berbentuk oval, dengan warna merah kecoklatan, coklat
kehitaman, atau hitam dengan antena berwarna hitam putih selang seling
(Gambar 10a) dan hitam pada bagian kauda dan kornikel. Serangga pradewasa
berwarna kecoklatan (Gambar 10b). Kutudaun bersayap memiliki abdomen
berwarna coklat gelap hampir hitam. Koloni dalam jumlah yang besar bisa
menimbulkan suara gesekan ketika terganggu. Kutudaun ini biasanya hidup pada
koloni padat dengan jumlah kutudaun yang banyak pada bagian tunas muda atau
di bagian permukaan bawah daun muda pada tanaman inang. Namun, pada
tanaman belimbing kutudaun ini hidup pada bagian bunga Gambar 10c).

(a)

(b)

(c)

Gambar 10 Individu T. aurantii pada tanaman; Belimbing (a), lemon (b), dan T.
aurantii pradewasa berwarna coklat (c)
Karakter taksonomi kutudaun ini adalah tuberkel antena kurang berkembang
(Gambar 11a). Pada bagian antena terminal proses lebih panjang 5 kali dari bagian

16
pangkal antena segmen terakhir (Gambar 11b). Kauda berbentuk lidah (Gambar
11c) dengan rambut sebanyak 10-26 dan lebih panjang dari bagian pangkal dilihat
dari bagian dorsal. Kornikel lebih panjang dari kauda (Gambar 11d) dan biasanya
berwarna lebih gelap dari warna tubuhnya keseluruhan bahkan pada bagian
pangkal. Memiliki stridulatory apparatus pada bagian dekat kornikel (Gambar
11e). Panjang tubuhnya tidak lebih dari 2 mm. Dalam penelitian ini, kutudaun ini
ditemukan pada tanaman alpukat, belimbing, jeruk, lemon, manggis, nangka,
pisang, dan sawo.

(a)

(b)

(d)

(c)

(e)

Gambar 11 Karakter taksonomi T. aurantii; Tuberkel antena kurang berkembang
(a), terminal proses lebih panjang 5.0 kali dari pangkal antena segmen
terakhir (b), kauda berbentuk seperli lidah (c), kornikel berukuran
lebih panjang dari kauda (d), dan stridulatory apparatus di bagian
dekat kornikel (e)
Toxoptera citricidus (Kirkaldy). Kutudaun tidak bersayap berukuran
sedang dengan warna tubuh coklat gelap hampir hitam (Gambar 12a). Antena
memiliki lebih banyak rambut dibandingkan T. aurantii. Kutudaun bersayap
memiliki abdomen berwarna hitam mengkilat. Kutudaun ini hidup dalam koloni
pada tanaman inang yang masih muda, pada daun yang menggulung, dan pada
tunas yang terhambat pertumbuhannya dan biasanya terdapat semut pada koloni
kutudaun tersebut. Ketika diganggu, kutudaun ini biasanya membuat gerakan
stridulatory dengan tungkai belakang tetapi tidak menimbulkan suara yang bisa
terdengar oleh manusia.
Karakter taksonomi kutudaun ini hampir sama dengan karakter T. aurantii.
Salah satunya terlihat pada bagian kauda (Gambar 12b). Namun karakter khas dari
kutudaun ini adalah pada bagian kauda terdapat rambut sebanyak 19-54 dengan
ukuran tubuh lebih dari 2 mm (Gambar 12c). Dalam penelitian ini kutudaun ini
hanya terdapat pada tanaman jeruk manis di Cipaku.

17

(a)

(b)

(c)

Gambar 12 Karakter taksonomi T. citricidus; T. citricidus pada tanaman jeruk (a),
kauda berbentuk lidah (b), dan panjang tubuhnya lebih dari 2 mm (c)
Toxoptera odinae (van der Goot). Kutudaun tidak bersayap berukuran
kecil hingga besar dengan warna abu-abu kecoklatan hingga merah kecoklatan
(Gambar 13a). Kutudaun bersayap dan tidak bersayap memiliki panjang tubuh
1.3-2.4 mm. Pada umumnya terdpat semut di bagian permukaan bawah daun dari
tanaman inang atau pada koloni padat pada tunas muda. Dalam hidupnya
kutudaun ini hidup pada bagian atas daun yang keriting, bunga yang mau
berkembang, dan dibagian antara bunga dan buah (Noordam 2004). Kutudaun
bersayap memiliki abdomen berwarna coklat kemerahan hingga coklat gelap.
Dalam penelitian ini, kutudaun ini hanya ditemukan pada 1 tanaman inang yaitu
jeruk manis. Karakter taksonomi kutudaun ini hampir sama dengan T. aurantii
pada bagian tuberkel antena (Gambar 13b) dan kauda (Gambar 13c). Namun, pada
bagian kornikel, kutudaun ini memiliki kornikel yang lebih pendek dari kauda
(Gambar 13d).

(b)
(a)

(c)
(d)

Gambar 13. Karakter taksonomi T. odinae; T. odinae pada tanaman jeruk (a),
tuberkel antena tidak berkembang (b), kauda berbentuk seperti lidah
(c), dan kornikel lebih pendek dari kauda (d)
Tribe Macrosiphini
Brachycaudus helichrysi (Kaltenbach). Kutudaun tidak bersayap
memiiliki warna tubuh yang bervariasi mulai dari hijau, hijau kecoklatan, kuning
kecoklatan (Gambar 14a), kuning, dan juga ada yang berwarna hijau (AphID
2014). Kornikel berwarna kehitaman. Kauda kutudaun ini sangat pendek, yang
mana panjang dari kornikel adalah 1.5-2.0 kali panjang kauda. Karakter khusus
identifikasi kutudaun ini adalah kauda berbentuk seperti helm dengan panjang
tidak lebih panjang dari pangkalnya dilihat dari bagian dorsal (Gambar 14b).

18

(b)

(a)

Gambar 14 Karakter taksonomi B. helichrysi; Tubuhnya berwarna kuning
kecoklatan (a), dan kauda berbentuk helm dan kornikel berukuran
2.0 kali dari ukuran kauda (b)
Pentalonia nigronervosa Coquerel. Kutudaun ini berukuran kecil dengan
warna coklat kemerahan hampir hitam, berbentuk oval hidup di pangkal
permukaan bawah daun tua dari inangnya (AphID 2014). Antenanya berwarna
pucat kecuali pada bagian pangkal berwarna gelap. Imago bersayap memiliki
warna seperti imago tidak bersayap dan memiliki venasi sayap yang berwarna
coklat dengan pola venasi sayap yang tidak biasa. Kutudaun bersayap dan tidak
bersayap memiliki panjang tubuh 1.1-1.8 mm. Dalam penelitian ini, kutudaun ini
hanya ditemukan pada tanaman pisang dengan jumlah spesies sedikit yaitu 3
individu.

(a)

(b)

(c)

Gambar 15 Karakter taksonomi P. nigronervosa; panjang antena lebih panjang
dari panjang tubuh (a), kauda berbentuk lidah (b), dan kornikel
berwarna pucat pada bagian pangkal dan berwarna gelap pada bagian
ujungnya (c)
Karakter taksonomi kutudaun ini adalah antena lebih panjang dari panjang tubuh
(Gambar 15a). Tubuh nya berbentuk oval, kornikel berbentuk tabung dan kauda
berbentuk lidah (Gambar 15b). Kornikel berwarna pucat pada bagian pangkalnya
dan berwarna gelap pada bagian ujungnya (Gambar 15c).

19
Kunci Identifikasi Bergambar Kutudaun yang ditemukan pada Tanaman
Buah di Bogor
Karakter Imago Tidak Bersayap Subfamili Aphidinae
Terminal proses lebih panjang 2.5 kali dari pangkal antena
segmen terakhir

(a)

Tuberkel antena kurang
berkembang

(b)
Tribe Aphidini

Tuberkel antena berkembang

(c)
Tribe Macrosiphini

20
Karakter Taksonomi Imago Kutudaun Tidak Bersayap Tribe Aphidini

Tidak terdapat stridulatory apparatus

Terdapat stridulatory apparatus

(b)

(a)
Toxoptera sp.

Kornikel lebih
panjang dari
kauda

Aphis sp.
Kornikel lebih
pendek dari
kauda

(c)

Kauda lebih
pucat dari
kornikel

(d)
(e)

Ukuran
tubuh
>2mm

Ukuran
tubuh