Jenis dan Karakteristik Koloni Kutudaun (Hemiptera:Aphididae) pada Tanaman Sayuran di Bogor dan Cianjur

JENIS DAN KARAKTERISTIK KOLONI
KUTUDAUN (HEMIPTERA: APHIDIDAE)
PADA TANAMAN SAYURAN DI BOGOR DAN CIANJUR

MUHAMMAD KEVIN BRAMANTYO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Jenis dan Karakteristik Koloni
Kutudaun (Hemiptera:Aphididae) pada Tanaman Sayuran di Bogor dan Cianjur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Muhammad Kevin Bramantyo
NIM A34090078

ABSTRAK
MUHAMMAD KEVIN BRAMANTYO. Jenis dan Karakteristik Koloni Kutudaun
(Hemiptera:Aphididae) pada Tanaman Sayuran di Bogor dan Cianjur. Dibimbing
oleh PURNAMA HIDAYAT.
Kutudaun merupakan hama penting pertanaman sayuran. Informasi
mengenai taksonomi dan karakteristik kutudaun pada tanaman sayuran di Bogor
dan Cianjur masih sangat sedikit. Penelitian tentang kutudaun di Pulau Jawa banyak
dilakukan oleh ilmuwan Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman dan karakter koloni kutudaun pada tanaman sayuran di Bogor dan
Cianjur. Kutudaun diperoleh dari 20 jenis tanaman sayuran. Pengamatan koloni
kutudaun meliputi jumlah individu dalam koloni, ukuran koloni, jumlah kutudaun
bersayap dan tidak bersayap, serta identifikasi semut yang berasosiasi dengan
koloni kutudaun. Tujuh spesies kutudaun yang ditemukan pada tanaman sayuran
yaitu Aphis gossypii, A. craccivora, A.nasturtii, Myzus persicae, Semiaphis dauci,

Lipaphis pseudobrassicae, dan Toxoptera aurantii. Sebagian besar kutudaun yang
ditemukan tidak bersayap. A. gossypii merupakan kutudaun yang paling sering
ditemukan pada tanaman sayuran di wilayah Bogor dan Cianjur. Solanaceae
merupakan famili tanaman yang paling banyak terserang oleh kutudaun. Tujuh
spesies semut yang berasosiasi dengan kutudaun pada pertanaman sayuran telah
diidentifikasi yaitu Anoplolepis gracilipes, Dolichoderus thoracicus, Lepisiota sp.,
Meranoplus sp., Myrmicaria brunnea, Monomorium sp.,dan Pheidole sp.. Kunci
identifikasi bergambar dibuat sebagai alat identifikasi kutudaun yang ditemukan
berasosiasi pada tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur.
Kata kunci: kutudaun, identifikasi, karakter morfologi, kunci bergambar kutudaun,
tanaman sayuran

ABSTRACT
MUHAMMAD KEVIN BRAMANTYO. Species and Colony Characteristic of
Aphids (Hemiptera: Aphididae) Associated with Vegetable Crops in Bogor and
Cianjur. Supervised by PURNAMA HIDAYAT.
Aphids are important pests of vegetable crops. Information on taxonomy
and colony characteristics of aphids associated with vegetable crops in Bogor and
Cianjur is very limited. Many taxonomical works on aphids in Java were done by
scientists from Netherland. The purpose of this research is to study the diversity and

colony characteristic of aphids associated with vegetable crops in Bogor and
Cianjur. Aphids were collected from 20 species of vegetable crops. Ants associated
with aphid colonies were collected for identification. Observation to the aphid
colonies were done including the size of colonies and the numbers of winged and
wingless aphids. Identification of aphids and ants was based on morphological
characters. There were 7 aphid species identified on vegetable crops in Bogor and
Cianjur, they were Aphis gossypii, Aphis craccivora, Aphis nasturtii, Myzus
persicae, Semiaphis dauci, Lipaphis pseudobrassicae, and Toxoptera aurantii.
Most of aphids found in the colonies were in the wingless form. A. gossypii was
the most abundant species collected from vegetable crops in Bogor and Cianjur.
Solanaceae was the most frequent family of vegetable crops attacked by aphids.
Seven species of ants associated with aphids in the vegetable crops were identified.
They were Anoplolepis gracilipes, Dolichoderus thoracicus, Lepisiota sp.,
Meranoplus sp., Myrmicaria brunnea, Monomorium sp., Pheidole sp.. A pictorial
key was constructed as an identification tool for the aphid species associated with
vegetable crops in Bogor and Cianjur.
Key words: aphids, identification, morphological characters, pictorial key of aphids,
vegetables crops

©


Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

JENIS DAN KARAKTERISTIK KOLONI
KUTUDAUN (HEMIPTERA: APHIDIDAE)
PADA TANAMAN SAYURAN DI BOGOR DAN CIANJUR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Jenis dan Karakteristik Koloni Kutudaun (Hemiptera:Aphididae)
pada Tanaman Sayuran di Bogor dan Cianjur
Nama
: Muhammad Kevin Bramantyo
NIM
: A34090078

Disetujui oleh

Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc.
Dosen Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta
umatnya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Dr. Ir.
Purnama Hidayat, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan pengarahan dan penjelasan dalam penyelesaian tugas akhir ini; Dr. Ir.
Abdul Muin Adnan, M.S selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik
dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi; Dra. Dewi Sartami, M.Si
sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama ini;

Bapak, Ibu dan keluarga, serta Seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB
baik Dosen Pengajar, Laboran, dan yang lainnya. Kepada teman-teman
Laboratorium Biosistematika Serangga dan Laboratorium Pengendalian Hayati
(Dony, Zulfahmi, Mansyur, Suryadi, Desy, Fathur, Winda, dan Mas Jalu), dan Enie
Setyo yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama melakukan
penelitian, serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis juga
berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan pengendalian
kutudaun pada tanaman sayuran.
Bogor, November 2013
Muhammad Kevin Bramantyo

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian

Bahan
Alat
Pengambilan Sampel Kutudaun dan Semut
Analisis Data
Pembuatan Preparat Slide Kutudaun
Identifikasi Morfologi Kutudaun
Pembuatan Kunci Identifikasi Bergambar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Pengambilan Sampel
Hasil Pengambilan Sampel Kutudaun
Karakteristik Koloni Kutudaun
Deskripsi Morfologi Kutudaun
Tribe Aphidini
Tribe Macrosiphini
Kunci Identifikasi Bergambar
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


1
1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
5
6
6
6
7
10
10

13
15
17
17
17
18
20

DAFTAR GAMBAR
1 Karakter identifikasi kutudaun pada bagian dorsal dan ventral
2 Jumlah kutudaun bersayap dan tidak bersayap yang ditemukan
pada tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur
3 Persentase ukuran koloni kutudaun yang ditemukan pada
tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur
4 Jumlah sampel tanaman sayuran yang menjadi inang kutudaun
di Bogor dan Cianjur
5 Semut yang berasosiasi dengan koloni kutudaun pada tanaman
sayuran di Bogor dan Cianjur
6 Karakter identifikasi A. gossypii
7 Karakter identifikasi A. nasturtii

8 Karakter identifikasi A. craccivora
9 Karakter identifikasi T. aurantii
10 Karakter identifikasi L. pseudobrassicae
11 Karakter identifikasi M. persicae
12 Karakter identifikasi S. dauci
13 Kunci identifikasi bergambar kutudaun tribe Aphidini
dan Macrosiphini
14 Kunci identifikasi bergambar kutudaun tribe Macrosiphini
yang ditemukan pada tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur
15 Kunci identifikasi bergambar kutudaun tribe Aphidini yang
ditemukan pada tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur

5
7
8
8
9
10
11
12
12
13
14
14
15
15
16

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kutudaun merupakan salah satu hama penting tanaman sayuran. Serangga ini
termasuk kedalam ordo Hemiptera, subordo Sternorrhyncha, famili Aphididae.
Kutudaun dapat dikenali dengan bentuk seperti persik yang khas dengan sepasang
kornikel pada ujung posterior abdomen. Kornikel kutudaun berupa struktur seperti
tabung timbul dari sisi dorsal abdomen ruas kelima dan keenam (Borror et al. 2005).
Kutudaun memiliki ukuran, bentuk, dan warna tubuh yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dipengaruhi faktor inang dan lingkungan (Irsan 2004). Kutudan juga
memiliki siklus hidup yang singkat dan tingkat keperidian yang tinggi. Siklus hidup
kutudaun berkisar 7 sampai 20 hari, dengan tingkat keperidian dari satu betina
mencapai 140 kutudaun dalam seminggu (Kranz et al. 1978).
Kutudaun telah lama diteliti karena menyebabkan kerugian ekonomi yang
besar serta memiliki peran yang sangat tinggi dan efisien sebagai vektor virus
tanaman (Brault et al. 2010). Kerugian yang ditimbulkan oleh kutudaun sebagai
hama berkisar 6-25%, sedangkan sebagai vektor dapat mencapai lebih dari 80%
(Miles 1987). Kepadatan populasi kutudaun juga berpengaruh terhadap perubahan
fisiologis tanaman seperti kelayuan, perubahan bentuk daun, matinya pucuk
tanaman, gugur daun, dan kematian tanaman (Darsono 1991).
Kepadatan populasi kutudaun dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah fertilitas yang tinggi dengan sistem reproduksi yang efisien (partenogenesis),
jumlah populasi kutudaun sebelumnya, dan perpindahan tempat ke inang lainnya
( Matis et al. 2008). Populasi kutudaun juga dipengaruhi oleh simbiosis dengan
semut. Simbiosis ini bersifat saling menguntungkan, eksresi embun madu yang
dikeluarkan kutudaun merupakan sumber makanan semut dan kehadiran semut
memberikan perlindungan bagi kutudaun dari serangan predator dan parasitoid
(Goggin 2007).
Kepadatan kutudaun dalam suatu koloni juga berpengaruh terhadap
pembentukan kutudaun bersayap (alate) dan tidak bersayap (aptera). Kutudaun
tidak bersayap pergerakannya terbatas di tumbuhan inang, sebaliknya kutudaun
bersayap dapat berpindah tempat dari satu tumbuhan inang ke tumbuhan inang yang
lain (Irsan et al. 2010).
Kutudaun sangat mudah berkembangbiak pada dataran rendah tropika, dan
beberapa tanaman dengan cepat terserang kutudaun tersebut. Menurut Kalshoven
(1981) reproduksi kutudaun di Indonesia (daerah tropis) selalu partenogenetik dan
vivipar, sehingga nimfa yang baru dilahirkan dapat berkembang cepat menjadi
imago dan siap melahirkan nimfa baru. Di pulau Jawa kutudaun dijumpai dalam
jumlah besar pada awal musim kemarau, kerusakan berat terutama disebabkan oleh
adanya embun madu yang dikeluarkan kutudaun sehingga timbulnya embun jelaga.
Di seluruh dunia terdapat lebih dari 4000 spesies kutudaun, 300 diantaranya
dapat menjadi vektor 300 jenis virus tanaman berbeda (Eastop 1977). Jenis-jenis
kutudaun di pulau Jawa sudah pernah dilaporkan sebelumnya oleh beberapa peneliti.
Van der Goot (1914) melaporkan 180 spesies kutudaun dan hanya 82 spesies
kutudaun yang berhasil diidentifikasi. Noordam (1986, 1991, 1994, 2004)
melaporkan 56 spesies Hormaphidinae, 33 spesies greenideinae, dan 85 spesies

2
Aphidinae. Di Jawa Barat, Irsan (1997) melaporkan 22 spesies kutudaun dari 14
genus berbeda pada 15 tanaman famili Solanaceae.
Informasi mengenai taksonomi, keanekaragaman, semut yang berasosiasi
dan kepadatan populasi kutudaun pada tanaman sayuran, khususnya di daerah
Bogor dan Cianjur masih sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan informasi
tentang jenis kutudaun dan inangnya pada tanaman sayuran, jenis semut yang
berasosiasi, serta pembuatan kunci identifikasi kutudaun yang ditemukan di Bogor
dan Cianjur.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies kutudaun,
tanaman inang, kepadatan populasi, ukuran koloni, dan semut yang berasosiasi
dengan kutudaun pada pertanaman sayuran di wilayah Bogor dan Cianjur dengan
cara identifikasi morfologi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang
keanekaragaman spesies kutudaun, tanaman inang, kepadatan populasi, ukuran
koloni dan semut yang berasosiasi dengan kutudaun pada pertanaman sayuran di
wilayah Bogor dan Cianjur.

3

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada berbagai macam lahan pertanaman sayuran di
wilayah Bogor dan Cianjur. Lokasi pengambilan sampel di sepuluh kecamatan yang
terletak di Kabupaten dan Kota Bogor serta dua kecamatan yang terletak di
Kabupaten Cianjur. Identifikasi kutudaun dan semut dilakukan di Laboratorium
Taksonomi dan Biosistematika Serangga serta Laboratorium Pengendalian Hayati,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Agustus 2013.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kutudaun
dari tanaman inang, alkohol 50%, 80%, 95%, 100%, akuades, larutan KOH 10%
untuk memudarkan warna kutudaun yang terlalu pekat, minyak cengkeh untuk
menghilangkan kadar air yang masih tersisa, serta kanada balsam sebagai media
perekat untuk pembuatan preparat slide permanen.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, tabung reaksi,
cawan sirakus, kaca objek, penutup preparat, kantung plastik, kompor listrik,
mikroskop stereo Olympus® SZ-ST, mikroskop cahaya Olympus® model
CX21FS1 yang dihubungkan dengan kamera (DinoEye ocular lens camera) dan
langsung terhubung ke komputer, perangkat lunak Dinocapture, perangkat lunak
GPS (Global Positioning System) Compass and Altitude pada Smartphone
Samsung® Galaxy Tab-P-1000, dan kamera digital Canon® PowerShot A800.
Pengambilan Sampel Kutudaun dan Semut
Pengambilan sampel dilakukan pada pertanaman sayuran di Bogor dan
Cianjur. Wilayah yang dijadikan pengambilan sampel mewakili sepuluh
Kecamatan yang berada di Bogor; Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Ciampea,
Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan
Cisarua, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Parung, dan
Kecamatan Tenjolaya. Serta dua Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur;
Kecamatan Cipanas dan Kecamatan Pacet. Posisi lintang geografis dan ketinggian
tempat lokasi survey diukur dengan menggunakan bantuan program GPS.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2013. Identifikasi
kutudaun dilakukan di Laboratorium Taksonomi dan Biosistematika Serangga,
sedangkan identifikasi semut dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati,
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak dari setiap pertanaman sayuran yang dituju. Sampel
kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik dan diberi label lokasi dan tanggal
pengambilan sampel. Jumlah individu dalam satu koloni kemudian dihitung dan
dipisahkan berdasarkan kategori kutudaun bersayap dan tidak bersayap.

4
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan Microsoft® Excell 2013. Analisis
menggunakan tabel, grafik, dan diagram berdasarkan beberapa karakter koloni
kutudaun. Karakter yang diamati adalah perbandingan kutudaun bersayap dan tidak
bersayap, ukuran koloni kutudaun, jenis tanaman inang, dan keberadaan semut.
Pembuatan Preparat Slide Kutudaun
Pembuatan preparat slide kutudaun dilakukan dengan membuat preparat
permanen yang bertujuan mengidentifikasi dan menyimpan dalam waktu yang lama.
Pembuatan preparat permanen kutudaun didasarkan pada prosedur Blackman dan
Eastop (2000). Spesimen yang umumnya digunakan dalam pembuatan preparat
mikroskop kutudaun adalah imago.
Pembuatan preparat melalui 3 tahapan. Tahap pertama adalah perebusan dan
pengeluaran isi tubuh kutudaun. Kutudaun imago dipilih berdasarkan kelengkapan
karakter morfologi (antena, kepala, tungkai, siphunculi dan kauda) dan direbus pada
tabung reaksi berisi alkohol 95% selamat 3 menit. Spesimen yang telah direbus
diletakkan pada cawan sirakus, dan ditusuk bagian abdomennya menggunakan
jarum mikro. Penusukan ini bertujuan untuk mengeluarkan isi tubuh saat proses
perebusan. Spesimen kemudian direbus kembali menggunakan tabung reaksi yang
berisi larutan KOH 10% hingga transparan. Spesimen yang telah transparan dituang
kembali pada cawan sirakus dan dilakukan proses pengeluaran isi tubuh dengan
cara menekan bagian abdomen.
Tahap kedua adalah proses pencucian dan pengawetan kutudaun. Kutudaun
yang telah bersih kemudian dicuci menggunakan akuades sebanyak dua kali.
Selanjutnya proses pengawetan kutudaun menggunakan alkohol bertingkat (50%,
80%, 95%, dan 100%) selama masing-masing 10 menit. Penggunaan alkohol
bertingkat bertujuan untuk menghindari mengkerutnya spesimen. Spesimen
kemudian direndam kembali dalam minyak cengkeh selama 10 menit. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang masih tersisa.
Tahap terakhir adalah proses penataan dan pengeringan preparat kutudaun.
Spesimen yang telah direndam minyak cengkeh kemudian dikeluarkan dan
diletakkan pada kaca objek untuk direntang. Setelah itu spesimen dibubuhi balsam
kanada dan ditutup menggunakan cover glass. Preparat kutudaun yang telah selesai
dibuat, kemudian dikeringkan pada Hotplate Fischer Scientific Slider Warmer
selama 2 minggu.
Identifikasi Morfologi Kutudaun dan Semut
Identifikasi kutudaun berdasarkan pengamatan karakter morfologi imago
yang disusun oleh Blackman dan Eastop (2000, 2006). Identifikasi hanya dapat
diamati pada stadia imago karena memiliki bentuk morfologi yang telah sempurna.
Karakter umum yang menjadi ciri identifikasi adalah bentuk antenna, abdomen,
siphunculi, dan kauda.
Identifikasi semut berdasarkan pengamatan karakter antena, kepala, toraks,
dan abdomen. Karakter identifikasi diamati menggunakan buku Hashimoto (2003)
“Identification Guide to the Ant Genera of Borneo” dan dilakukan pada
Laboratorium Pengendalian Hayati.

5

Gambar 1

Karakter identifikasi kutudaun pada bagian dorsal dan ventral
(Blackman dan Eastop 2006)

Pembuatan Kunci Identifikasi Bergambar
Kunci identifikasi bergambar (pictorial key) kutudaun yang ditemukan pada
tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur dibuat dengan menggunakan gambar
karakter morfologi. Karakter morfologi tersebut didapatkan dari mikroskop digital
model Olympus CX21FS1 dan Dino-eye AM432U yang dihubungkan dengan
sebuah komputer PC.
Kunci identifikasi dibuat berasarkan karakter Sub famili, tribe, dan spesies.
Sub famili Aphidinae memiliki ukuran terminal proses yang lebih panjang dari
bagian dasar segmen antena terakhir. Setelah itu identifikasi dilakukan berdasarkan
perbedaan karakter tribe. Tribe Aphidini memiliki bentuk tuberkel antena yang
tidak berkembang dan ukuran siphunculi yang lebih panjang dari kauda. Sedangkan
Tribe Macrosiphini memiliki bentuk yang bervariasi mulai dari bentuk tuberkel
antena maupun panjang siphunculi dan kauda.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan mulai bulan Februrari hingga Juli 2013.
Jumlah populasi kutudaun yang ditemukan sangat sedikit pada bulan Februari
hingga April 2013 karena masih pada musim penghujan, sedangkan cuaca pada
bulan Mei hingga Juli 2013 sudah mulai mendukung karena memasuki musim
kemarau. Menurut Susniati et al. (2005) hujan secara langsung dapat
mempengaruhi populasi serangga, apabila hujan besar serangga banyak yang mati,
berpengaruh terutama pada pertumbuhan dan keaktifan serangga.
Hasil Pengambilan Sampel Kutudaun
Berdasarkan hasil pengambilan sampel kutudaun di Bogor dan Cianjur,
kutudaun yang diperoleh dari tanaman sayuran sebanyak 7 spesies yaitu: A.
craccivora, A. gossypii. A. nasturtii, M. persicae, S. dauci, L. pseudobrassicae, dan
T. aurantii. Spesies kutudaun yang paling sering ditemukan adalah A. gossypii.
Lokasi pengambilan sampel kutudaun memiliki ketinggian yang berbeda.
Berdasarkan data ketinggian tempat, lokasi dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu daerah rendah (1 - 500 m dpl), daerah sedang (501 - 1000 m dpl), dan
daerah tinggi (>1000 m dpl) (Karami 2012). Dari keseluruhan kutudaun yang
ditemukan, 848 kutudaun ditemukan pada daerah rendah, 448 kutudaun ditemukan
pada daerah sedang, dan 141 kutudaun ditemukan pada daerah tinggi. Banyaknya
kutudaun yang ditemukan pada daerah rendah diduga karena pengaruh suhu dan
keanekaragaman sayuran yang lebih banyak ditemukan.
Kutudaun yang ditemukan pada daerah rendah (1 - 500 m dpl) adalah A.
gossypii, A. craccivora, M. persicae, dan A. nasturtii. Spesies A. gossypii
ditemukan pada 15 kali pengambilan sampel di tanaman bayam tanah, cabai merah,
cabai rawit, daun katuk, ketumbar, terong ungu, timun, timun suri, paria, dan oyong.
A. craccivora ditemukan pada tujuh kali pengambilan sampel di tanaman kacang
panjang. M. persicae ditemukan pada dua kali pengambilan sampel pada tanaman
kubis dan kangkung. A. nasturtii ditemukan pada dua kali pengambilan sampel pada
tanaman daun katuk. Hasil pengambilan di daerah sedang (501 - 1000 m dpl)
ditemukan spesies A. gossypii pada tujuh kali pengambilan sampel di tanaman cabai
rawit, timun, terong hijau, oyong, dan leunca. Sedangkan T. aurantii, M. persicae,
A. nasturtii, L. pseudobrassicae, dan S. dauci hanya ditemukan pada satu tanaman
inang. Hasil di daerah tinggi (>1000 m dpl) ditemukan dua spesies kutudaun, yaitu
A. gossypii pada tanaman leunca dan M. persicae pada tanaman brokoli dan pak
choi (Lampiran 2).
Berdasarkan data yang diperoleh (Lampiran 1), A. gossypii memiliki kisaran
inang paling luas. Dari 20 tanaman inang yang didapat, A. gossypii dapat
menyerang 11 spesies tanaman pada 23 kali pengambilan sampel. Jumlah kutudaun
yang didapat cukup tinggi yaitu 766 kutudaun dan dapat ditemukan pada daerah
rendah, sedang, dan tinggi. Famili Solanaceae merupakan tanaman yang paling
banyak menjadi inang kutudaun tersebut. Herlinda et al. (2009) melaporkan bahwa
peningkatan populasi A. gossypii pada suatu tanaman terjadi pada fase generatif
berhubungan dengan semakin banyak dan semakin rimbun daun tanaman tersebut.

7

Jumlah kutudaun

Karakteristik Koloni Kutudaun
Pengamatan koloni kutudaun dibedakan berdasarkan 4 karakter koloni.
Karakter koloni pertama berdasarkan jumlah kutudaun bersayap dan tidak bersayap.
Hasil pengambilan sampel didapat kutudaun tidak bersayap lebih banyak
ditemukan daripada kutudaun bersayap (Gambar 2). Kutudaun tidak bersayap
dominan ditemukan pada spesies A. gossypii, A. craccivora, M. persicae, A.
nasturtii, S. dauci, dan L. pseudobrassicae. Kutudaun tidak bersayap dominan
ditemukan karena jumlah individu dalam suatu koloni relatif kecil. Ukuran koloni
berhubungan dengan ketersediaan makanan dan nutrisi bagi koloni kutudaun.
Ketersediaan makanan menyebabkan kutudaun imago tidak melahirkan kutudaun
bersayap pada suatu generasi. Selain itu, pembentukan kutudaun bersayap banyak
dipengaruhi oleh kerapatan individu, persaingan ruang, dan makanan (inang)
(Dixon 1971).
700

644

Tidak bersayap

600

468

500

Bersayap

400
300
200
100

118

122
52

0

14 1

13 0

3 1

0 1

0

Spesies kutudaun
Gambar 2 Jumlah kutudaun bersayap dan tidak bersayap yang ditemukan pada
tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur
Karakter koloni kedua adalah ukuran koloni kutudaun. Menurut Szpeiner
(2008), ukuran koloni kutudaun dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu koloni kecil
(1 - 10 individu), koloni sedang (11 - 50 individu), dan koloni besar (>50 individu).
Dari 41 sampel yang ditemukan, 46.35% koloni termasuk kedalam koloni kecil,
31.70% koloni termasuk kedalam koloni sedang, dan 21.95% koloni termasuk
kedalam koloni besar (Gambar 3). Ukuran koloni dapat dipengaruhi oleh faktor biotik
dan faktor abiotik. Faktor biotik tersebut yaitu tanamang inang (nutrisi), musuh alami
(predator dan parasitoid), dan genetik. Faktor abiotik yang mempengaruhi ukuran
koloni kutudaun yaitu lingkungan (suhu dan curah hujan) serta pengaruh pestisida.

8

21.95%

46.35%

31.70%
Koloni kecil (1-10 individu)
Koloni sedang (11-50 individu)
koloni besar >50 individu
Gambar 3 Persentase ukuran koloni kutudaun yang ditemukan pada tanaman
sayuran di Bogor dan Cianjur

Famili Tanaman

Karakter koloni ketiga adalah tanaman inang kutudaun. Berdasarkan data
yang diperoleh (Gambar 4), ditemukan 20 jenis tanaman sayuran yang tergolong
kedalam 8 famili tanaman berbeda (cabai merah, cabai rawit, kacang panjang, kubis,
oyong, daun katuk, terong hijau, terong ungu, timun, sawi, wortel, leunca, tomat,
caisin, kangkung, ketumbar, bayam hijau, timun suri, dan paria) yang menjadi inang
tujuh spesies kutudaun di Bogor dan Cianjur. Dari delapan famili tanaman sayuran
yang ditemukan (Amaranthaceae, Apiaceae, Brassicaceae, Cucurbitaceae,
Euphorbiaceae, Fabaceae, dan Solanaceae), Solanaceae merupakan famili tanaman
sayuran yang paling banyak ditemukan koloni kutudaun. Hal ini dikarenakan
tanaman Solanaceae dapat tumbuh pada kisaran ketinggian yang lebar (daerah
rendah, sedang, dan tinggi).

Amaranthaceae
Apiaceae
Convolvulaceae
Brassicaceae
Cucurbitaceae
Euphorbiaceae
Solanaceae
Fabaceae

1
2
1
5
7
3
15
7
0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jumlah sampel tanaman yang menjadi inang kutudaun
Gambar 4 Jumlah sampel tanaman sayuran yang menjadi inang kutudaun di Bogor
dan Cianjur
Karakter koloni keempat adalah jenis semut yang berasosiasi dengan koloni
kutudaun. Dari hasil pengambilan sampel, ditemukan tujuh spesies semut yang
berasosiasi dengan kutudaun yaitu Anoplolepis gracilipes, Dolichoderus thoracicus,
Lepisiota sp., Meranoplus sp., Myrmicaria brunnea, Monomorium sp., dan

9
Pheidole sp. (Tabel 1). Semut ditemukan pada tiga spesies kutudaun, yaitu A.
craccivora, A. gossypii, dan S. dauci. Semut yang paling sering ditemukan dan
dapat berasosiasi dengan tiga spesies kutudaun adalah A. gracilipes dari subfamili
Formicinae. Menurut Drescher (2011) A. gracilipes memiliki pola penyebaran yang
luas dan dapat masuk ke habitat yang berbeda dengan sangat cepat.
Semut ditemukan pada sembilan kali pengambilan sampel pada daerah
rendah dan sedang. Keberadaan semut pada koloni kutudaun dipengaruhi oleh
ukuran koloni tersebut. Ukuran koloni sedang dan besar cenderung ditemukan
keberadaan semut. Hal ini berhubungan dengan jumlah komposisi dan jumlah
embun madu yang dikeluarkan kutudaun tersebut (Fischer et al. 2002).
Tabel 1 Spesies semut yang ditemukan pada koloni kutudaun
No

Jenis Semut

Subfamili

Kutudaun

1
2

M. brunnea
Pheidole sp.

Myrmicinae
Myrmicinae

A. gossypii
A. gossypii

3
4
5
6
7

Meranoplus sp.
A. gracilipes
Lepisiota sp.
D. thoracicus
Monomorium sp.

Myrmicinae
Formicinae
Formicinae
Dolichoeinae
Myrmicinae

8

A. gracilipes

Formicinae

9

A. gracilipes

Formicinae

A. gossypii
A. gossypii
A. gossypii
A. gossypii
A.
craccivora
A.
300/Tenjolaya
craccivora
S. dauci
938/Cisarua

(b)

(a)

(d)

(e)

1 cm

Tanaman
Inang
Cabai rawit
Terong
ungu
Cabai rawit
Cabai rawit
Timun
Oyong
Kacang
panjang
Kacang
panjang
Wortel

(c)

1 cm

1 cm

Ketinggian
(mdpl)/
Kecamatan
683/Pamijahan
172/Bogor
barat
110/Parung
788/Cisarua
287/Tenjolaya
649/Tenjolaya
251/Ciampea

1 cm

(f)

1 cm

1 cm

Gambar 5 Semut yang berasosiasi dengan koloni kutudaun pada tanaman sayuran
di Bogor dan Cianjur: D. thoracicus (a), A. gracilipes (b), M. brunnea
(c), Pheidole sp. (d), Meranoplus sp. (e), Monomorium sp. (f)

10
Deskripsi Morfologi Kutudaun
Tribe Aphidini
Aphis gossypii (Glover). Kutudaun ini memiliki sinonim Aphis malvae, A.
cucurbiti, A. citrifolii, A. citrulii, A. cucumeris (Goot 1914). Serangga ini memiliki
warna tubuh yang bervariasi, diantaranya kuning dan hijau dengan panjang 1.7 1.9 mm (Gambar 6 a,b). Karakter identifikasi A. gossypii adalah tuberkel antena
tidak berkembang (Gambar 15a), kauda berbentuk seperti lidah, berwarna pucat
dengan 4 - 7 rambut (Gambar 6e). Abdomen bagian dorsal tidak memiliki pola
tempelan hitam luas (Gambar 6d) dan rambut femur tungkai belakang lebih pendek
dari diameter basal (Gambar 6f).
Kutudaun ini ditemukan pada daerah rendah, sedang, dan tinggi di 12
tanaman sayuran yaitu cabai merah (C. annuum) di desa Babakan (Dramaga) dan
Cinangka (Ciampea); cabai rawit (C. frutescens) di desa Waru jaya (Parung),
Babakan (Dramaga), Cikarawang (Ciampea), Gunung Bunder dan Gunung Picung
(Pamijahan), dan Jogjogan (Cisarua); daun katuk (S. androgynus) di desa Situ Gede
(Bogor barat); bayam tanah (A. blithum) di desa Cijujung (Cibungbulang); terong
ungu (S. melongena) di desa Semplak (Bogor barat) dan Cinangneng (Tenjolaya);
timun (C. sativus) di desa Cinangneng (Tenjolaya) dan Gunung picung
(Pamijahan); timun suri (C. melo var conomon) di desa Pasir jambu (Cibinong) dan
Situ gede (Bogor barat), terong hijau (S. melongena) di desa Gunung picung
(Pamijahan); oyong di desa Neglasari (Dramaga) dan Tapos 1 (Tenjolaya); paria
(M. charantia) di desa Cinangka (Ciampea), ketumbar (C. sativum) di desa
Cijujung (Cibungbulang); dan Leunca (S. nigrum) di desa Ciloto dan Cipanas
(Cipanas). Kutudaun dapat menyerang tajuk tanaman, daun, dan batang. Selain itu,
ditemukan 5 spesies semut yang berasosiasi dengan kutudaun ini, yaitu M. brunnea,
Pheidole sp., Meranoplus sp., A. gracilipes, Lepisiota sp., dan D. thoracicus.
(a)

1 mm

(d)

(c)

(b)

1 mm

(e)

(f)

Gambar 6 Karakter identifikasi A. gossypii. Berwarna kuning dan hijau (a,b), slide
mikroskop A. gossypii (c), abdomen bagian dorsal tidak memiliki pola
tempelan hitam(d), kauda berwarna pucat dengan 4-7 rambut (e),
panjang rambut femur tungkai belakang tidak melebihi diamter bagian
basal (f)

11
Aphis nasturtii (Kaltenbach). Kutudaun ini memiliki sinonim Aphis
abbreviata, A. acetosella, A. cathartica, A. githaginella, A. linguae, A. mathiolae,
A. neopolygoni, A. pedicularis dan A. polygoni (Eastop et al. 1997). Ciri morfologi
kutudaun ini adalah tubuh berwarna kuning kehijauan dan berukuran 1.5 - 1.7 mm.
Kauda dan siphunculi berwarna lebih gelap dari abdomen bagian drosal (Gambar
7a). Karakter identifikasi A. nasturtii menyerupai A. gossypii, kecuali panjang
rambut femur tungkai belakang yang melebihi diameter basal (Gambar 7e).
Kutudaun ini ditemukan pada daun katuk (S. androgynus) di desa Cijujung
(Cibungbulang) dengan ketinggian 197 m dpl, dan Gunung picung (Pamijahan)
dengan ketinggian 690 m dpl. Serangga ini ditemukan pada tajuk tanaman muda
dan bawah daun. Saat pengambilan sampel, tidak ditemukan keberadaan semut
pada koloni kutudaun.
(a)

(b)

1 mm

(c)

(d)

(e)

Gambar 7 Karakter identifikasi A. nasturtii. Berwarna hijau kekuningan (a), slide
mikroskop A. nasturtii (b), abdomen bagian dorsal tidak memiliki pola
tempelan hitam(c), kauda berwarna pucat dengan 4 - 7 rambut (d),
panjang rambut femur tungkai belakang melebihi diameter bagian basal
(e)
Aphis craccivora (Koch). Kutudaun ini memiliki sinonim Aphis medicaginis
(Noordam 2004). Ciri morfologi yaitu tubuh berukuran 1.7 - 1.9 mm, berwarna
hitam, dan terdapat sedikit lapisan lilin putih pada abdomen bagian dorsal (Gambar
8a). Karakter identifikasi A. craccivora adalah tuberkel antena tidak berkembang,
kauda berbentuk seperti lidah, berwarna hitam dengan 4 - 7 rambut (Gambar 8d).
Panjang kauda tidak melebihi siphunculi dan abdomen bagian dorsal dengan pola
tempelan hitam yang luas (Gambar 8c).
Serangga ini hanya ditemukan pada tanaman kacang panjang (V. Sinensis)
dari 6 pengambilan sampel di daerah rendah (76 – 300 m dpl), yaitu desa Cibentang
(Ciseeng), Situ gede (Bogor barat), Babakan (Dramaga), Cikarawang dan Cinangka
(Ciampea), serta Cinangneng (Tenjolaya). Saat pengambilan sampel, ditemukan
keberadaan semut yang berasosiasi dengan kutudaun ini, yaitu spesies A. gracilipes
dan Monomorium sp. Kutudaun ini dapat ditemukan pada tajuk tanaman muda,
permukaan bawah daun, batang, dan polong.

12
(b)

(a)

1 mm

(c)

(d)

Gambar 8 Karakter identifikasi A. craccivora. Berwarna hitam dengan sedikit
lapisan lilin pada abdomen bagian dorsal (a), slide mikroskop A.
craccivora (b), abdomen bagian dorsal terdapat pola tempelan hitam
luas (c), kauda berwarna hitam dengan 4-7 rambut (d)
Toxoptera aurantii (Boyer de Fonscolombe). Kutudaun ini memiliki sinonim
Aphis aurantii, A. camelliae, A. coffeae, Ceylonia theaecola, dan Toxoptera
theobromae (Goot 1914). Ciri morfologi kutudaun ini adalah tubuh berukuran 2
mm dan berwarna hijau kehitaman (Gambar 9a). Karakter identifikasi kutudaun ini
yaitu abdomen tanpa tempelan hitam, kauda berwarna pucat dengan 10 - 24 rambut
(Gambar 9d) dan terdapat stridulatory apparatus di dekat Siphunculi (Gambar 9e).
Serangga ini hanya ditemukan pada tanaman tomat (L. esculentum) di desa
Cipanas (Cipanas) dengan ketinggian 905 m dpl. Selain itu tidak ditemukan
keberadaan semut yang berasosiasi dengan kutudaun ini.
(b)

(a)

1 mm

(c)

(d)

(e)

Gambar 9 Karakter identifikasi T. aurantii. Berwarna hijau kehitaman (a), preparat
T. aurantii (b), abdomen bagian dorsal tidak memiliki pola tempelan
hitam(c), kauda berwarna pucat dengan 10 - 24 rambut (d), terdapat
stridulatory apparatus pada abdomen ruas ke 5 dan 6 (dekat siphunculi)
(e)

13
Tribe Macrosiphini
Lipaphis pseudobrassicae (Davis). Kutudaun ini memiliki sinonim Lipaphis
erysimi (Blackman dan Eastop 2006). Ciri morfologi kutudaun ini adalah tubuh
bagian abdomen berwarna kuning pucat dan berukuran 1.8 mm (Gambar 10a).
Karakter pada tuberkel antena tidak berkembang (Gambar 10c), siphunculi agak
kehitaman, dengan ukuran kurang dari 1.5 kali panjang kauda (Gambar 10d).
Serangga ini hanya ditemukan pada tanaman sawi putih (B. chinensis) di desa
Cibereum (Cisarua) pada ketinggian 938 m dpl. Selain itu tidak ditemukan adanya
gejala kerusakan dan keberadaan semut yang berasosiasi dengan kutudaun ini.
(b)

(a)

1 mm

(c)

(d)

(e)

Gambar 10 Karakter identifikasi L. pseudobrassicae. Berwarna kuning pucat pada
bagian abdomen (a), slide mikroskop L. pseudobrassicae (b),tuberkel
antena tidak berkembang (c), siphunculi tidak melebihi 1.5 kali panjang
kauda(d), kauda berwarna pucat dan berbentuk seperti lidah (e)
Myzus persicae (Sulzer). Kutudaun ini memiliki sinonim Aphis persicae, A.
dianthi, Rhopalosiphum persicae, R. dianthi, Megoura solani, Siphonophora
achyranthes, Myzus malvae, dan Myzoides persicae (Goot 1914). Ciri morfologi
serangga ini adalah tubuh berwarna hijau muda, berukuran 1.7 - 1.8 mm, dengan
antena melebihi panjang tubuh. (Gambar 11a). Karakter identifikasi M. persicae
adalah tuberkel antena sangat berkembang dengan penampakan yang paralel
(Gambar 13b). Siphunculi berwarna pucat dengan ukuran sedikit ramping pada
bagian tengah dan kauda bagian ujung biasanya mengalami penyempitan (Gambar
11c, d).
Kutudaun ini ditemukan pada daerah rendah, sedang, dan tinggi. Pada daerah
rendah, kutudaun ditemukan pada tanaman Kubis (B. oleracea var. capitata) di desa
Babakan (Dramaga) pada ketinggian 170 m dpl, dan Kangkung (I. aquatica) di desa
Cijujung (Cibungbulang) pada ketinggian 192 m dpl. Di daerah sedang dan tinggi,
kutudaun ditemukan pada tanaman Brokoli (B. oleracea var. italica) di desa
Cipanas dan Ciloto (Cipanas) pada ketinggian 905 dan 1137 m dpl, dan tanaman
Pak choi (B. Rapa) di desa Ciherang (Pacet) pada ketinggian 1137.

14
(b)

(a)

1 mm

(c)

(d)

Gambar 11 Karakter identifikasi M. persicae. Berwarna hijau muda (a), slide
mikroskop M. persicae (b), siphunculi berukuran 2.5 kali panjang
kauda (c), kauda mengalami penyempitan pada bagian ujung (d)
Semiaphis dauci (Fabricius). Kutudaun ini memiliki sinonim Aphis carotae
dan A. dauci (Ide et al. 2011). Ciri morfologi kutudaun ini adalah tubuh berwarma
hijau atau coklat dengan sedikit lapisan lilin putih pada abdomen bagian dorsal
(Gambar 12a, b). Tubuh berukuran 1.7 - 1.8 mm dengan antena tidak melebihi
panjang tubuh. Ukuran siphunculi lebih pendek dari kauda (Gambar 12e). Karakter
yang digunakan untuk mengidentifikasi S. dauci adalah antena, siphunculi, dan
kauda. Siphunculi dengan ukuran 0.67 kali panjang kauda dan 1.5 kali lebar basal
(gambar 12d) dan tidak terdapat suprakauda proses (Gambar 12f).
Kutudaun ini hanya ditemukan pada tanaman wortel (D. carota) di desa
Cibereum (Cisarua) pada ketinggian 938 m dpl. Saat pengambilan sampel,
ditemukan keberadaan semut spesies A. gracilipes yang berasosiasi dengan
kutudaun S. dauci. Serangga ini hanya ditemukan pada tajuk tanaman muda, dan
tidak terdapat adanya gejala kerusakan yang ditimbulkan.
(a)

(b)

1 mm

1 mm

(d)

(c)

(e)

(f)

Gambar 12 Karakter identifikasi S. dauci. Berwarna hijau atau coklat dengan
sedikit lapisan lilin pada abdomen bagian dorsal (a,b), preparat S.
dauci (c), tuberkel antena tidak berkembang (c), siphunculi berukuran
0.67 kali panjang kauda (d), tidak terdapat suprakaudal proses (e)

15
Kunci Identifikasi Bergambar

a
Terminal proses
melebihi panjang bagian basal

b
c
Siphunculi sedikit mengerucut
Siphunculi berbentuk tubular
(Tribe Aphidini)
(Tribe Macrosiphini)
Gambar 13
Kunci identifikasi bergambar kutudaun tribe Aphidini dan
Macrosiphini

a
Tuberkel antena
tidak berkembang

b
Tuberkel antena
sangat berkembang

c
d
Siphunculi kurang dari Siphunculi 0.67
1.5 panjang kauda kali panjang kauda

e
Siphunculi melebihi
2 kali panjang kauda

f
Kauda berbentuk
seperti lidah

g
Tidak terdapat
suprakaudal proses

h
Kauda mengalami
penyempitan

i
j
k
Lipaphis pseudobrassicae Semiaphis dauci
Myzus persicae
Gambar 14 Kunci identifikasi bergambar kutudaun tribe Macrosiphini yang
ditemukan pada tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur

16

a
Tuberkel antena tidak berkembang

b
Siphunculi lebih panjang dari kauda

c
Abdomen bagian dorsal
dengan tempelan hitam yang luas

e
Kauda hitam
dengan 4-7 rambut

d
Abdomen bagian dorsal
tidak memiliki tempelan hitam

f
Kauda pucat
dengan 4-7 rambut

g
Kauda pucat
dengan 10-26 rambut

h
i
j
Panjang rambut
Panjang rambut
Terdapat Stridulatory
femur tungkai belakang femur tungkai belakang
apparatus
kurang dari lebar basal lebih dari lebar basal

k
l
m
n
Aphis craccivora
Aphis gossypii
Aphis nasturtii Toxoptera aurantii
Gambar 15 Kunci identifikasi bergambar kutudaun tribe Aphidini yang ditemukan
pada tanaman sayuran di Bogor dan Cianjur

17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Tujuh spesies kutudaun yang ditemukan pada tanaman sayuran di Bogor dan
Cianjur adalah A. gossypii, A. craccivora, A. nasturtii, M. persicae, S. dauci, L.
pseudobrassicae, dan T. aurantii. Sebagian besar kutudaun yang ditemukan tidak
bersayap. Spesies A. gossypii merupakan kutudaun yang paling banyak ditemukan.
Delapan famili tanaman sayuran ditemukan menjadi inang kutudaun, famili
Solanaceae merupakan tanaman yang paling banyak terserang oleh kutudaun. Jenis
semut yang berasosiasi dengan kutudaun pada tanaman sayuran adalah A. gracilipes,
D. thoracicus., Lepisiota sp., Meranoplus sp., M. brunnea, Monomorium sp., dan
Pheidole sp.
Saran
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui berbagai aspek tentang
simbiosis antara semut dan kutudaun. Selain itu perlu dilakukan penelitian
mengenai tingkat kerusakan, baik kerusakan langsung maupun tidak langsung,
yang disebabkan oleh kutudaun pada tanaman sayuran.

18

DAFTAR PUSTAKA
Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the
Study of Insects. 7th ed. Ohio (US): The Ohio State University.
Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crops. Chicester (GB):
John Wiley & Sons.
Blackman RL, Eastop VF. 2006. Aphids on the World’s Herbaceous Plants and
Shrubs. Chicester (GB): John Wiley & Sons.
Braendle C, Davis GK, Brisson JA, Stern DL. 2006. Wing dimorpism in aphids.
Heredity. 97(2006):192-199. doi:10.1038/sj.hdy.6800863.
Brault V, Uzest M, Monsion B, Jacquot E, Blanc S. 2010. Aphids as transport
devices for plant viruses. Comptes Rendus Biologies. 333(2010):524-538.
doi:10.1016/j.crvi.2010.04.001.
Darsono S. 1991. Biologi dan perkembangan Aphis craccivora Koch.
(Homoptera:Aphididae) pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dixon AFG. 1971. The life-cycle and host preferences of the bird cherry-oat aphid
Rhopalosiphum padi L. and their bearing on the theories oh host alternation
in aphids. Ann. Appl. Biol. 68(2):135-147.
Drescher J. 2011. The ecology and population structure of the invasive yellow crazy
ant Anoplolepis gracilipes [disertasi]. Wuzburg (DE): Julius Maximillians
University.
Eastop VF. 1977. Worldwide Importance of Aphids as virus vectors. Harris KF,
Maramorosch K, editor. Aphids as Virus Vectors. New York (US): Academic
Press.
Eastop VF, Heie OE, Contreras EF, Pettersson J, Niemeyer HM. 1997. Notes on
two new aphid species (Hemiptera: Aphididae) detected in Chile. Rev.
Chilena Ent. 24(1997):81-84.
Fischer MK, Volkl W, Schopf R, Hoffmann KH. 2002. Age-specific patterns in
honeydew production and honeydew composition in the aphid Metepeurum
fuscoviridae: implications for ant-attendance. Journal of Insect Physiology.
48(2002):319-326.
Goggin FL. 2007. Plant-aphid interactions: molecular and ecological perspectives.
Plant Biology. 10(2007):399-408. doi: 10.1016/j.pbi.2007.06.004.
Goot VD. 1914. Zur Kenntnis Der Blattlause Java’s. Contributions a la Faune des
Indes Neerlandaises. Vol ke-1, Fasc. I. Inst. Sci. Buitenzorg (ID): Instituts
Scientifiques de Buitenzorg Lands Platentuin.
Ide S, Yuki VA, Takada HM, Delfino MA, Hojo H, Peront ALBG, Silva CRS,
Kuniyuki H, Bueno SCS, Yamakawa W. 2011. Semiaphis dauci (Fabricius)
(insecta, hemiptera, aphididae)-formal record of occurrence on arracacha
(Arracacia xanthorrhiza Bancr.) (Apiaceae) in Brazil, morphological
characterization, description of damages and arthropods associated to the
culture. Arq. Inst. Biol. 78(1):53-61.
Irsan C. 1997. Keragaman spesies kutudaun (Homoptera:Aphidoidea) pada
beberapa tumbuhan famili solanaceae di Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.

19
Irsan C. 2004. Tumbuhan inang parasitoid dan hiperparasitoid kutudaun Myzus
persicae (Sulzer) (Homoptera: Aphididae) di sekitar Bogor dan Cianjur, Jawa
Barat [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Irsan C, Wati C, Herlinda S, Pujiastuti Y. 2010. Biologi kutudaun Lipaphis erysimi
Kalt (Hemiptera: Aphididae) di tumbuhan inang yang berbeda. Seminar
Nasional PEI, 2010 Okt 2; Jogjakarta, Indonesia.
Hashimoto Y. 2003. Identification guide to the ant genera of borneo. Di dalam:
Hashimoto Y, Rahman H (editor). Inventory and collection. Kota kinabalu
(Mal). UMS-BBEC. hal 95-162.
Herlinda S, Irwanto T, Adam T, Irsan C. 2009. Perkembangan populasi Aphis
gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) dan kumbang lembing pada
tanaman cabai merah dan rawit di inderalaya. Seminar Nasional
Perlindungan Tanaman; 2009 Agu 5-6; Bogor, Indonesia.
Karami M. 2012. Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman hortikultura
di wilayah bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kranz J, Schmutter H, Koch W. 1978. Disease, pest and weeds in tropical crops.
Chichester (GB). John Wiley & Sons.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Matis JH, Kiffe TR, Matis TI, Chattopadhyay C. 2008. Generalized aphid
population growth models with immigration and cumulative-size dependent
dynamics.
Mathematical
Biosciences.
215(2008):137-143.
doi:
10.1016/j.mbs.2008.07.007.
Miles PW. 1987. Feeding process of Aphidoidea in relation of effects on their food
plants. Di dalam: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphids: Their Biology,
Natural Enemies and Control. Vol 2A. Amsterdam (NL): Elsevier. hlm 321340.
Noordam D. 1986. Aphids of Java. Part II: Sinomegoura Takahashi, 1960
(Homoptera:Aphididae), with a new species from Coffea. Zoologische
Verhandelingen Leiden. 296:1-284.
Noordam D. 1991. Hormaphidinae from Java (Homoptera: Aphididae).
Zoologische Verhandelingen Leiden. 270:1-525.
Noordam D. 1994. Greenideinae from Java (Homoptera: Aphididae). Zoologische
Verhandelingen Leiden. 296:1-284.
Noordam D. 2004. Aphids of Java. Part V: Aphidini (Homoptera: Aphididae).
Zoologische Verhandelingen Leiden. 346:7-83.
Susniati N, Sumeno H, Sudarjat. 2005. Bahan ajar ilmu hama tumbuhan. Bandung
(ID): Universitas Padjajaran.
Szpeiner A. 2008. Aphididae (Hemiptera) on ornamental plants in Cordoba
(Argentina). Rev. Soc. Entomol. Argent. 67(1-2):49-56.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil pengambilan kutudaun pada tanaman sayuran di wilayah Bogor dan Cianjur
No
1

Spesies
Kutudaun

Desa/
Kecamatan/Kabupaten
Waru jaya/
A. gossypii
Parung/Bogor
Semplak/Bogor Barat/
Bogor
Babakan/
Dramaga/Bogor
Babakan/
Dramaga/Bogor
Pasir Jambu/
Cibinong/Bogor
Situ gede/
Bogor Barat/Bogor
Situ gede/
Bogor Barat/Bogor
Cijujung/
Cibungbulang/Bogor
Cijujung/
Cibungbulang/Bogor
Babakan/
Dramaga/Bogor

Altitude
Nama Umum
(m dpl) Tanaman Inanga
110
Cabai rawit (6)
172

Terong ungu (83)

174

Cabai merah (37)

174

Cabai rawit (23)

190

Timun suri (1)

194

Daun katuk (1)

194

Timun suri (1)

197

Ketumbar (1)

211

Bayam tanah (1)

213

Cabai merah (34)

Nama Ilmiah;
Famili Tanaman Inang
Capsicum frutescens;
Solanaceae
Solanum melongena;
Solanaceae
Capsicum annuum;
Solanaceae
Capsicum frutescens;
Solanaceae
Cucumis melo var. conomon;
Cucurbitaceae
Sauropus androgynus;
Euphorbiaceae,
Cucumis melo var. conomon;
Cucurbitaceae
Coriandrum sativum;
Apiaceae
Amaranthus blitum;
Amaranthaceae
Capsicum annuum;
Solanaceae

Koordinat Lokasi
6°46' 1.34"S 107°3'23.46"E
6° 32’ 5.55”S 106°45’ 39.78”E
6° 33’ 4.17”S 106°42’ 50.99”E
6° 33’ 4.17”S 106°42’ 50.99”E
6° 32’ 11.55”S 106°48’ 43.58”E
6° 33’ 21.27”S 106°44’ 44.53”E
6° 33’ 21.27”S 106°44’ 44.53”E
6° 33’ 8.13”S 106°39’ 39.25”E
6° 33’ 13.67”S 106°39’ 30.79”E
6° 33’ 50.15”S 106°43’ 31.63”E

21
Lanjutan lampiran 1 Hasil pengambilan kutudaun pada tanaman sayuran di wilayah Bogor dan Cianjur
No

Spesies

Desa/
Kecamatan/Kabupaten
Neglasari/
Dramaga/Bogor
Cikarawang/
Ciampea/Bogor
Cinangka/
Ciampea/Bogor
Cinangka/
Ciampea/Bogor
Cinangneng/
Tenjolaya/Bogor
Cinangneng/
Tenjolaya/Bogor
Tapos 1/
Tenjolaya/Bogor
Gunung Bunder/
Pamijahan/Bogor
Gunung Picung/
Pamijahan/Bogor
Gunung Picung/
Pamijahan/Bogor
Gunung Picung/
Pamijahan/Bogor
Jogjogan/
Cisarua/Bogor

Altitude Tanaman Inanga
(m dpl)
225
Oyong (1)
251
262
262
287
336
649
683
685
685
690
788

Nama Ilmiah;
Famili
Luffa acutangula;
Cucurbitaceae
Cabai rawit (16)
Capsicum frutescens;
Solanaceae
Cabai merah (1)
Capsicum annuum;
Solanaceae
Paria (8)
Momordica charantia;
Cucurbitaceae
Timun (86)
Cucumis sativus;
Cucurbitaceae
Terong ungu (1) Solanum melongena;
Solanaceae
Oyong (7)
Luffa acutangula;
Cucurbitaceae
Cabai rawit (117) Capsicum frutescens;
Solanaceae
Cabai rawit (46)
Capsicum frutescens;
Solanaceae,
Timun (156)
Cucumis sativus;
Cucurbitaceae
Terong hijau (7)
Solanum melongena;
Solanaceae
Cabai rawit (31)
Capsicum frutescens;
Solanaceae

Koordinat Lokasi
6° 34’ 41.76”S 106°43’ 52.39”E
6° 34’ 42.18”S 106°42’ 1.47”E
6° 35’ 18.89”S 106°41’ 51.44”E
6° 35’ 18.89”S 106°41’ 51.44”E
6° 36’ 06.01”S 106°42’ 09.01”E
6° 36’ 32.66”S 106°41’ 55.50”E
6° 39’ 44.83”S 106°41’ 30.74”E
6° 40’ 57.07”S 106°40’ 23.23”E
6° 40’ 14.1”S 106°40’ 24.4”E
6° 40’ 14.1”S 106°40’ 24.4”E
6° 40’ 12.1”S 106°40’ 39.9”E
6° 39’ 49 .22”S 106°55’ 50.36”E

21

22

22

Lanjutan lampiran 1 Hasil pengambilan kutudaun pada tanaman sayuran di wilayah Bogor dan Cianjur
No

2

3

4

5

Spesies

Desa/
Kecamatan/Kabupaten
Cipanas/
Cipanas/Cianjur
Ciloto/
Cipanas/Cianjur
A.
Cibentang/
craccivora Ciseeng/Bogor
Situ Gede/
Bogor Barat/Bogor
Babakan/
Dramaga/Bogor
Cikarawang/
Ciampea/Bogor
Cinangka/
Ciampea/Bogor
Tapos/
Tenjolaya/Bogor
A.
Cijujung/
nasturtii
Cibungbulang/Bogor
Gunung picung/
Pamijahan/Bogor
L.
Cibeureum/
pseudobra Cisarua/Bogor
ssicae
M.
Babakan/
persicae
Dramaga/Bogor

Altitude Tanaman Inanga
(m dpl)
905
Leunca (1)
1137
76

Leunca (101)

197

Kacang panjang
(20)
Kacang panjang
(13)
Kacang panjang
(21)
Kacang panjang
(83)
Kacang panjang
(287)
Kacang panjang
(95)
Daun katuk (3)

690

Daun katuk (11)

938

Sawi putih (4)

170

Kubis (23)

186
213
251
262
300

Nama Ilmiah;
Famili
Solanum nigrum;
Solanaceae
Solanum nigrum;
Solanaceae
Vigna sinensis;
Fabaceae
Vigna sinensis;
Fabaceae
Vigna sinensis;
Fabaceae
Vigna sinensis;
Fabaceae
Vigna sinensis;
Fabaceae
Vigna sinensis;
Fabaceae
Sauropus androgynus;
Euphorbiaceae
Sauropus androgynus;
Euphorbiaceae
Brassica chinensis;
Brassicaceae

Koordinat Lokasi
6° 42’ 53.52”S 107°4’ 2.77”E
6° 42’ 35.07”S 107°1’ 18.82”E
6° 26’ 29.83”S,106°40’ 53.89”E
6° 33’ 6.35”S 106°44’ 36.68”E
6° 33’ 50.15”S 106°43’ 31.63”E
6° 34’ 42.18”S 106°42’ 1.47”E
6° 35’ 18.89”S 106°41’ 51.44”E
6° 39’ 4.25”S 106°41’ 45.6”E
6° 33’ 8.13”S 106°39’ 39.25”E
6° 40’ 12.1”S 106°40’ 39.9”E
6° 41’ 33.8”S 106°55’ 44.01”E

Brassica oleracea var. capitata; 6° 41’ 33.8”S 106°55’ 44.01”E
Brassicaceae

23
Lanjutan lampiran 1 Hasil pengambilan kutudaun pada tanaman sayuran di wilayah Bogor dan Cianjur
No

a

Spesies

6

S. dauci

7

T. aurantii

Desa/
Kecamatan/Kabupaten
Cijujung/
Cibungbulang/ Bogor
Ciherang/
Pacet/Cianjur
Ciloto/
Cipanas/Cianjur
Cipanas/
Cipanas/Cianjur
Cibeureum/
Cis