Identifikasi Ulat Dan Kutudaun Pada Tanaman Gandum (Triticum Aestivum L.)

1

IDENTIFIKASI ULAT DAN KUTUDAUN PADA TANAMAN
GANDUM (Triticum aestivum L.) DI BOGOR
DAN KUNINGAN – JAWA BARAT

SURYADI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

ABSTRAK
SURYADI. Identifikasi Ulat dan Kutudaun pada Tanaman Gandum (Triticum
aestivum L.) di Bogor dan Kuningan – Jawa Barat. Dibimbing oleh Dewi Sartiami.
Gandum (Triticumaestivum L.) yang telah dibuat menjadi tepung merupakan
bahan dasar pangan kedua setelah beras. Roti dan mie merupakan makanan yang

bahan dasarnya terbuat dari tepung gandum. Pengembangan tanaman gandum di
Indonesia sudah dimulai pada tahun 1970-an dan Indonesia dapat memperoleh
panen perdana pada tahun 2002. Kenyataannya produksi gandum dalam negeri
belum dapat memenuhi kebutuhan gandum nasional dan bergantung pada produksi
gandum luar negeri. Salah satu penyebab terhambatnya pengembangan gandum
nasional adalah organisme pengganggu tanaman (OPT), keberadaan serangga
merupakan salah satunya. Ulat dan Kutudaun merupakan serangga yang dominan
menyerang tanaman gandum di Indonesia dan negara beriklim tropis lainnya.
Identifikasi pada kedua jenis serangga tersebut penting untuk dilakukan guna
mewaspadai keberadaan OPT ini pada lahan-lahan gandum di Indonesia. Sampel
diambil dari pertanaman gandum yang berada didaerah Cisarua-Bogor dan CilimusKuningan, Jawa Barat. Hasil identifikasi menunjukkan ulat adalah spesies
Mythimna unipuncta (Lepidoptera: Noctuidae), Creatonotos transiens
(Lepidoptera: Arctiidae), Cnaphalocrocis medinalis (Lepidoptera: Crambidae),
Paralecta sp. (Lepidoptera: Xylorictidae), Parnara bada (Lepidoptera:
Hesperiidae), Orthiostola sp. (Lepidoptera: Yponomeutidae), Spodoptera litura
(Lepidoptera: Noctuidae), dan Potanthus sp. (Lepidoptera: Hesperiidae).
Sementara itu, kutudaun yang diidentifikasi mencapai lima spesies yaitu
Oedisiphum compositarum (Hemiptera: Aphididae), Hysteroneura setariae
(Hemiptera: Aphididae), Sitobion miscanthi (Hemiptera: Aphididae), S. avenae
(Hemiptera: Aphididae), dan S. fragariae (Hemiptera: Aphididae).

Kata kunci: gandum, Triticum aesticum, Mythimna unipuncta, Sitobion,
kutudaun.

3

ABSTRACT
SURYADI. Caterpillar and Aphids Identification on Wheat Crops (Triticum
aestivum L.) at Bogor and Kuningan – West Java. Supervised by Dewi Sartiami.
Wheat (Triticum aestivum L.) as wheat flour is the basic ingredient of food
second after rice. Bread and noodles are essentially food ingredients made from
wheat flour. Wheat development in Indonesia was started in the 1970's and
Indonesia can get the first harvest in 2002. Wheat production in the country has not
been able to meet the needs of national needs and rely on overseas wheat
production. One of the causes of delays in the development of the national wheat is
the presence of plant pests, the presence of insect is one of them. Caterpillars and
Aphids are the dominant insect attacking wheat crops in Indonesia and other
tropical countries. Identify the two types of insect to be important to be aware of
the presence of plant pests on wheat fields in Indonesia. Samples were taken from
wheat plantation at Cisarua-Bogor and Cilimus-Kuningan, West Java. Caterpillar
identification results showed is Mythimna unipuncta (Lepidoptera: Noctuidae),

Creatonotos transiens (Lepidoptera: Arctiidae), Cnaphalocrocis medinalis
(Lepidoptera: Crambidae), Paralecta sp. (Lepidoptera: Xylorictidae), Parnara
bada (Lepidoptera: Hesperiidae), Orthiostola sp. (Lepidoptera: Yponomeutidae),
Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), dan Potanthus sp. (Lepidoptera:
Hesperiidae). Meantime aphids were identified as five species of Oedisiphum
compositarum (Hemiptera: Aphididae), Hysteroneura setariae (Hemiptera:
Aphididae), Sitobion miscanthi (Hemiptera: Aphididae), S. avenae (Hemiptera:
Aphididae), and S. fragariae (Hemiptera: Aphididae).
Keyword: Aphids, Lepidoptera, Triticum asetivum, Mythimna unipuncta, Sitobion,
wheat.

4

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

5

IDENTIFIKASI ULAT DAN KUTUDAUN PADA TANAMAN
GANDUM (Triticum aestivum L.) DI BOGOR
DAN KUNINGAN – JAWA BARAT

SURYADI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Program Studi Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

16
Identifikasi Hama pada Tanaman Gandum di Bogor dan Kuningan – Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Suryadi
NIM : A34090088

Disetujui oleh

Dra. Dewi Sartiami M.Si.
DosenPembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus :


i

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Identifikasi Ulat dan Kutudaun pada Tanaman Gandum
(Triticum aestivum L.) di Bogor dan Kuningan – Jawa Barat”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Giyanto, M.Si
selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya dari
pertama masuk di departemen ini, dan Ibu Dra. Dewi Sartiami, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah memberi pengarahan, bimbingan, kritik, dan
dukungan moril dalam penyelesaian skripsi ini, dan terima kasih kepada Ibu
Ir. Ivonne Oley Sumaraw, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran atas skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
Ibu Aisyah selaku laboran di Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman - IPB yang telah membantu penulis dalam
pembuatan preparat mikroskop kutudaun. Terima kasih yang sangat terdalam
juga kepada Bapak, dan Umi tercinta atas doa, nasihat, dan dorongan dalam

membimbing saya selama ini. saya ucapkan juga terima kasih kepada teman
seperjuangan (PTN 46) yang telah menemani dan memberikan dukungan
yang tiada henti untuk saya.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf dan
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun demikian
penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Suryadi

i

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAHAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan

Metode
Pengambilan Sampel
Penanaman Gandum sebagai Pakan Lepidoptera
Pemeliharaan Ulat Lepidoptera
Pembuatan Preparat Mikroskop Kutudaun
Identifikasi
Identifikasi Lepidoptera
Identifikasi Kutudaun
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Pertanaman Gandum
Serangan Serangga
Sampel Lepidoptera
Deskripsi Lepidoptera
Sampel Kutudaun
Deskripsi Kutudaun
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5

7
9
13
14
21
21
21
22
24
25

2

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi lahan gandum; Cisarua-Bogor (a), Cilimus-Kuningan (b).
2 Ulat Geometridae hijau terserang parasitoid; Ulat Geometridae hijau (a),
Parasitoid Tricolobus sp (b).
3 Ulat Geometridae cokelat terserang parasitoid; Ulat Geometridae
cokelat (a), Parasitoid Diphyus sp (b).
4 Gejala serangan ulat; Penulangan daun (a), kerusakan pada malai (b).

5 Mythimna unipuncta; Ulat (a), imago (b).
6 Spodoptera litura; Ulat (a), parasitoid Microplitis sp. (b).
7 Creatonotos transiens; Ulat (a), imago (b).
8 Cnaphalocrocis medinalis; Ulat (a), imago (b).
9 Paralecta sp.; Ulat (a), imago (b).
10 Orthiostola sp.; Ulat (a), imago (b).
11 Parnara Bada; Ulat (a), imago (b).
12 Potanthus sp.; Ulat (a), imago (b).
13 Serangan kutudaun pada tangkai malai tanaman gandum
14 Ciri morfologi Oedisiphum compositarum; Foto makroskopis (a), seta
pada kauda (b), seta pada tergit abdomen (c), kornikel (d), seta pada
antena (e), bentuk tubuh oval (f).
15 Ciri morfologi Hysteroneura setariae; Foto makroskopis (a), seta kauda
(b), kornikel (c), seta pada abdomen (d), antena (e).
16 Ciri morfologi Sitobion avenae; Foto makroskopis (a), kornikel dan
kauda (b), segmen 2 tarsus tungkai belakang dan tarsus segmen 3 (c),
antena (d), seta abdomen (e).
17 Ciri morfologi Sitobion fragareae; Foto makroskopis (a), antena (b),
kornikel dan kauda (c).
18 Ciri morfologi Sitobion miscanthi; Foto makroskopis (a), kornikel dan
kauda (b), tarsus tungkai belakang dan rostrum (c), seta pada abdomen
(d), antena (e).

5
8
8
9
9
10
11
11
12
12
13
13
14
15
16
17
18
18

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gandum (Triticum aestivum L.) adalah tanaman yang menghasilkan bahan
dasar pangan dunia. Bahan pangan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
berbagai makanan pokok terutama dinegara-negara maju yang berada di daerah
iklim subtropik seperti negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Di Indonesia
gandum (yang telah dijadikan tepung) merupakan bahan dasar pangan kedua
setelah beras. Berbeda halnya dengan beras yang dapat dikonsumsi langsung,
gandum perlu terlebih dahulu diolah menjadi tepung sebagai bahan baku berbagai
makanan diantaranya adalah mie dan roti. Pengembangan gandum di Indonesia
sudah dimulai pada tahun 1970-an, yaitu pada masa Prof. Dr. Ir. H. Thoyib
Hadiwijaya menjadi Menteri Pertanian. Penelitian tersebut bernama uji adaptasi
gandum, proyek ini dilaksanakan di Sumatera Utara menggunakan benih Cimmyt
yang berasal dari Meksiko (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan 2001). Beberapa
proyek pengembangan gandum lainnya terus dilakukan sampai dengan pada tahun
2002 Indonesia memperoleh panen perdana.
Kenyataan yang harus dihadapi oleh Indonesia kini yaitu, produksi dalam
negeri belum bisa memenuhi kebutuhan gandum nasional, hal ini berakibat
kenaikan jumlah impor gandum dari luar negeri, khususnya dari negara Australia
tiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2012, impor gandum Indonesia dari negara
tersebut menembus 4,4 juta metrik ton, dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang hanya 3,6 juta metrik ton (Aptindo 2012). Meningkatnya impor Indonesia ini
adalah akibat dari berbagai faktor penghalang pengembangan gandum. Salah satu
faktor penghalang penting dalam pengembangan gandum di Indonesia adalah
serangan hama dan penyakit. Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa
Indonesia mempunyai iklim tropik. Hama dan penyakit didaerah beriklim tropik
mampu berkembang biak secara optimal. Hama yang biasa menyerang gandum
adalah hama dari golongan Arthopoda seperti serangga. Serangga yang menjadi
hama penting gandum yang ditanam didaerah tropik biasanya adalah Ulat
(Lepidoptera), dan Kutu daun (Hemiptera) (Sood et al. 1970). Serangan penyakit
bisa diakibatkan beberapa patogen, diantaranya adalah oleh Bakteri, Cendawan,
Nematoda, dan virus (Wiese 1987).
Ulat adalah fase pradewasa dari kupu-kupu dan atau ngengat dari ordo
Lepidoptera. Aktivitas makan yang ulat-ulat itu lakukan merupakan alasan kenapa
serangga ini menjadi hama. Sebuah percobaan yang dilakukan di Pakistan
menghasilkan data bahwa satu ekor ulat dalam satu rumpun gandum, bisa
menghilangkan hasil panen sebesar 13,98% (Cheema dan Husein 1998).
Keragaman jenis ulat pada pertanaman gandum di Indonesia biasanya dipengaruhi
oleh tanaman samping yang ada disekitar pertanaman gandum tersebut, seperti
tanaman padi dan tanaman pangan lainnya yang biasa ditanam oleh petani
Indonesia. Hama kedua yang menyerang gandum adalah kutudaun atau aphids
(Hemiptera: Aphididae), seperti halnya serangga yang berasal dari ordo hemiptera,
hama ini menggunakan stiletnya untuk menghisap cairan tanaman gandum. Pada
percobaan terhadap kehilangan hasil panen gandum di Pakistan tercatat 4,5% hasil
panen hilang pada satu plot percobaan karena serangan kutudaun ini (Khan et al.
2012).

2
Penentuan spesies atau identifikasi pada kedua kelompok tersebut sangat
penting, karena dengan mengidentifikasi akan dicatat dengan jelas jenis OPT yaitu
ulat dan kutudaun yang menyerang pertanaman gandum pada suatu tempat guna
mewaspadai keberadaan serangga hama potensial ini pada lahan-lahan gandum di
Indonesia.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serangga ulat dan kutudaun
yang menyerang pertanaman gandum di Bogor dan Kuningan, Jawa Barat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai spesies serangga
hama dari ordo Lepidoptera dan Hemiptera dalam famili Aphididae yang
menyerang pertanaman gandum di Bogor, dan Kuningan - Jawa Barat.

16

BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi pertanaman gandum, yaitu CisaruaBogor dan Cilimus-Kuningan, Jawa Barat. Identifikasi serangga dilaksanakan di
Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Entomologi LIPI Cibinong.
Dimulai pada bulan Maret 2013 sampai Juli 2013.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel larva
Lepidoptera, dan imago kutudaun yang berasal dari pertanaman gandum didaerah
Cisarua-Bogor dan Cilimus-Kuningan, Jawa Barat. Benih gandum varietas Dewata
dan Selayar, polybag berisi tanah untuk menanam gandum dan pemeliharaan larva
Lepidoptera, alkohol 50% sampai dengan 100%, larutan KOH 10%, minyak
cengkeh, dan balsam kanada untuk persiapan preparat mikroskop kutudaun.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo
Olympus® SZ-ST, mikroskop cahaya Olympus® model CX21FS1 yang
dihubungkan dengan kamera (DinoEye® ocular lens camera) dan langsung
terhubung ke komputer dengan perangkat lunak Dinocapture®, kamera pada
smartphone Sony® Xperia J®, kuas serangga, kaca objek dan penutup preparat,
cawan sirakus, tabung reaksi, kompor listrik dan gelas ukur berisi akuades, pipet,
gunting, kurungan mika, selotip, kantung plastik, jarum serangga, kotak pemanas
serangga, elemen pengering, gelas dan botol plastik, alat tulis dan label.
Metode Penelitian
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari dua lokasi pertanaman gandum, Cisarura Bogor, dan
Cilimus Kuningan, Jawa barat. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan
dua kali pengambilan sampel, yaitu pada masa vegetatif dan generatif pada
pertanaman gandum didua lokasi.
Penanaman Gandum sebagai Pakan Lepidoptera
Benih gandum varietas Selayar dan Dewata ditanam pada polybag yang berisi
tanah, dalam waktu dua minggu siap untuk dijadikan pakan untuk pemeliharaan
ulat.
Pemeliharaan Ulat
Ulat yang diambil dari pertanaman gandum kemudian dipelihara pada
tanaman gandum yang ditanam pada polybag yang berisi tanah. Kemudian
dilakukan pengurungan dengan kurungan mika. Setelah ulat bermetamorfosis
menjadi pupa kemudian pupa dimasukan ke dalam gelas plastik lalu dibawa ke
laboratorium dan ditunggu sampai pupa bermetamorfosis menjadi imago,
kemudian diidentifikasi menggunakan buku identifikasi untuk kelompok
Lepidoptera. Sebelumnya dilakukan pengambilan gambar dari setiap ulat
menggunakan kamera.

4
Pembuatan Preparat Mikroskop Kutudaun
Spesimen kutudaun yang diperoleh dari lapangan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang di dalamnya sudah dimasukkan alkohol 95%, selanjutnya
tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam tabung ukur yang berisi air untuk
dipanaskan pada suhu 80-100 ºC selama 3 menit. Setelah itu, spesimen dan larutan
alkohol 95% dituangkan ke dalam cawan sirakus, kutudaun ditusuk kemudian
spesimen dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi KOH 10% dan
dipanaskan kembali. KOH berfungsi untuk melunakkan cairan tubuh kutudaun.
Tahap berikutnya, isi dari tubuh kutudaun dikeluarkan dengan menekan secara
perlahan bagian lingkar dorsal posterior spesimen hingga cairan tubuhnya keluar.
Larutan KOH 10% dibuang dengan menggunakan pipet hingga tidak ada sisa.
Selanjutnya akuades dimasukkan untuk mencuci sisa larutan KOH 10%,
pembersihan dengan akuades sebanyak 2 kali. Kutudaun direndam dalam alkohol
bertingkat 50, 80, 95, dan 100% masing-masing selama 10 menit dan dipindahkan
ke dalam cawan sirakus yang berisi minyak cengkeh dan direndam selama 10 menit.
Selanjutnya kutudaun diambil dan diletakkan di tengah kaca preparat, ditata lurus,
diteteskan balsam kanada secara merata dan ditutup dengan kaca penutup,
kemudian preparat dikeringkan ke dalam elemen pengering selama 2 bulan
(Blackman dan Eastop 2000).
Identifikasi
Identifikasi Lepidoptera. Identifikasi serangga hama ordo Lepidoptera
dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi
Tanaman dan Laboratorium Entomologi LIPI dengan bimbingan staf LIPI.
Identifikasi dilakukan berdasarkan fase imago dan menggunakan kunci identifikasi
Powell dan Opler (2009), Holloway (1987, 1988), Robinson et al. (1994), Fleming
(1978). Ulat yang terserang parasitoid juga dilakukan identifikasi terhadap jenis
parasitoidnya, identifikasi dilakukan di laboratorium Entomologi LIPI. Identifikasi
dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi Hymenoptera oleh Goulet dan
Huber (1984).
Identifikasi Kutudaun. Identifikasi kutudaun dilakukan di Laboratorium
Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman. Identifikasi dilakukan
sampai dengan tingkat spesies. Kunci identifikasi yang digunakan adalah kunci
identifikasi kutudaun Blackman dan Eastop (2000).
.

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Pertanaman Gandum
Pertanaman gandum yang digunakan sebagai tempat penelitian ini terletak
pada dua lokasi dengan ketinggian berbeda, pertama yaitu Cisarua-Bogor yang
terletak pada ketinggian 705 m dpl. Lokasi kedua yaitu Cilimus-Kuningan yang
terletak pada ketinggian 418 m dpl. Masing-masing lahan tersebut memiliki luas
sekitar 2000 m2. Varietas tanaman gandum yang digunakan pada dua lahan tersebut
adalah varietas Dewata, Selayar, Oasis, Basribey, Rabe, Kasifbey, Munal, SBR,
SBD, Waxming, YMH, H2O, SO3, SO8, SO9, dan Nias. Tanaman samping pada
pertanaman gandum di Cisarua diantaranya tanaman padi, tanaman singkong,
tanaman pisang, dan pohon pinus, sedangkan tanaman samping di Cilimus adalah
tanaman padi, tanaman jagung, dan tanaman ubi jalar. Selama pengambilan sampel
berlangsung yaitu pada bulan Maret dan bulan Mei 2013 keadaan cuaca saat itu
cukup basah dengan curah hujan 301 mm (BMKG 2013).
a

b

Gambar 1 Kondisi lahan gandum; Cisarua-Bogor (a), Cilimus-Kuningan (b).
Serangan Serangga
Serangga pada tanaman gandum didua lokasi pertanaman gandum hasil dari
pengambilan sampel pada dua fase tanaman gandum meliputi empat ordo,
diantaranya serangga penggigit-pengunyah yaitu belalang dari ordo Orthoptera,
ulat dari ordo Lepidoptera, dan uret dari ordo Coleoptera, serta serangga penusukpenghisap dari ordo Hemiptera. Tanaman inang dari serangga hama diatas
kebanyakan merupakan tanaman dari famili Graminae (Kalshoven 1981). Tanaman
padi merupakan salah satu tanaman dari famili Graminae yang menjadi tanaman
samping pada kedua lahan pertanaman gandum. Tanaman padi inilah yang diduga
menjadi sumber infestasi dari hama-hama tersebut. Data disajikan pada tabel 1.

6
Tabel 1 Sampel serangga di Cilimus-Kuningan dan Cisarua-Bogor
Jumlah famili
Fase tanaman
Ordo
gandum
Cilimus, Kuningan
Cisarua, Bogor
Vegetatif
Orthoptera 1 (Acrididae)
1 (Acrididae)
Lepidoptera 2 (Noctuidae, Arctiidae)

Hemiptera

Generatif

2 (Pentatomidae,
Alydidae)
Orthoptera 1 (Acrididae)
Lepidoptera 2 (Noctuidae,
Nymphalidae)

Hemiptera
Coleoptera

Keterangan: - : tidak ditemukan

3 (Aphididae,
Pentatomidae,
Alydidae)
-

5 (Noctuidae,
Crambidae,
Hesperiidae,
Geometridae,
Lymantriidae)
2 (Aphididae,
Pentatomidae)
1 (Acrididae)
7 (Noctuidae,
Arctiidae,
Crambidae,
Hesperiidae,
Lasiocampidae,
Xylorictidae,
Yponomeutidae)
3 (Aphididae,
Pentatomidae,
Alydidae)
1 (Scarabaeidae)

Tabel di atas menunjukkan bahwa serangga hasil pengambilan sampel pada
dua fase tanaman gandum yang terbanyak jumlah familinya yang menyerang
tanaman gandum didua lokasi adalah serangga dari ordo Lepidoptera, dan
Hemiptera.
Serangga-serangga dari kedua ordo serangga di atas kemudian diidentifikasi
menggunakan literatur sesuai dengan masing-masing jenis serangga hama.
Identifikasi menghasilkan delapan spesies serangga ordo Lepidoptera dan lima
spesies kutudaun. Adapun beberapa famili ulat dari ordo Lepidoptera tidak dapat
diidentifikasi sampai dengan tingkat spesies dan hanya bisa diidentifikasi sampai
dengan tingkat famili dikarenakan serangga tersebut tidak berhasil menjadi imago
dalam fase pemeliharaan, diantaranya yaitu famili Hesperiidae, Nymphalidae,
Lasiocampidae, Lymantriidae, Geometridae, Crambidae, Arctiidae, dan Noctuidae.
Data hasil identifikasi ditampilkan pada tabel 2.

7
Tabel 2 Hasil identifikasi serangga ordo Lepidoptera dan Hemiptera di Cilimus dan
Cisarua
Jumlah sampel uji
Ordo
Famili
Spesies
CilimusCisaruaKuningan
Bogor
Lepidoptera
Xylorictidae
Paralecta sp.
1
Yponomeutidae Orthiostola sp.
1
Hesperiidae
Parnara bada
4
Hesperiidae
Potanthus sp.
2

Nymphalidae
1

Geometridae
4
Lasiocampidae —
1

Lymantriidae
3
Crambidae
Cnaphalocrocis
medinalis
1

Crambidae
3
Arctiidae
Creatonotos
transiens
1

1
Arctiidae
Noctuidae
Mythimna
unipuncta
5
17
Noctuidae
Spodoptera litura
13

Noctuidae
1
2
Hemiptera
Aphididae
Hysteroneura
setariae
4
Oedisiphum
compositarum
4
Sitobion avenae
5
Sitobion
fragareae
3
Sitobion miscanthi
4
Keterangan: — : tidak teridentifikasi
- : tidak ditemukan

Sampel Lepidoptera
Pengambilan sampel Lepidoptera pada dua lokasi pertanaman gandum
setelah diidentifikasi menghasilkan delapan spesies, enam diantaranya dari
kelompok ngengat, yaitu Mythimna unipuncta, Creatonotos transiens,
Cnapaclorocis medinalis, Orthiostola sp., Spodoptera litura, dan Paralecta sp.,
sedangkan dua sisanya adalah skipper, yaitu, Parnara bada, dan Potanthus sp. Pada
masa pemeliharaan ulat Spodoptera litura tidak ada satupun yang berhasil menjadi
imago, karena mati oleh musuh alaminya yaitu parasitoid Microplitis sp
(Hymenoptera: Braconidae). Selain Lepidoptera yang telah diidentifikasi sampai
dengan tingkat spesies, ada beberapa ulat yang tidak berhasil menjadi imago selama
masa pemeliharaan, dan hanya dapat diidentifikasi sampai dengan tingkat famili,
yaitu ulat famili Geometridae, Lymantriidae, Lasiocampidae, Noctuidae,
Crambidae, Arctiidae, dan Nymphalidae. Ulat famili Geometridae yang berasal dari
lahan gandum Cisarua-Bogor tidak berhasil menjadi imago dikarenakan terserang

8
musuh alaminya yaitu parasitoid Tricolobus sp. (Gambar 2b) dan Diphyus sp.
(Gambar 3) (Hymenoptera: Ichneumonidae).
a

b

1 cm
Gambar 2 Ulat Geometridae hijau terserang parasitoid; Ulat Geometridae hijau
(a), Parasitoid Tricolobus sp (b).
a

b

1 cm
Gambar 3 Ulat Geometridae cokelat terserang parasitoid; Ulat Geometridae
cokelat (a), Parasitoid Diphyus sp (b).
Serangan Lepidoptera pada pertanaman gandum umumnya dilakukan oleh
fase pradewasanya yaitu ulat. Ulat ini ditemukan menyerang daun gandum yang
masih muda, daun muda ini akan membentuk daun yang memutar, bentuk daun
seperti ini membantu ulat untuk berlindung dari air hujan dan sekaligus melakukan
aktivitas makan pada sisi yang terlindungi. Gejala umum serangan ulat ini yang
ditemukan dilapang adalah window panning, penggulungan daun dan penulangan
pada daun gandum (Gambar 4a), selain itu gejala defoliasi juga sering ditemukan
yang umumnya dilakukan oleh ulat instar terakhir, akibat dari serangan ini proses
fisiologi tanaman gandum terganggu terutama proses fotosintesis. Kalshoven
(1981) menjelaskan bahwa gejala umum yang disebabkan oleh serangga ordo
Lepidoptera berupa penulangan dan defoliasi pada daun. Pada saat gandum
mengalami fase generatif dan bulir gandum sudah terisi ulat M. unipuncta akan
menuju bulir dan melakukan aktivitas makan dibulir tersebut akibatnya bulir
mengalami kerusakan (Gambar 4b).

9
a

b

Gambar 4 Gejala serangan ulat; Penulangan daun (a), kerusakan pada malai (b).
Deskripsi Lepidoptera
Mythimna unipuncta Haworth
Mythimna unipuncta Haworth adalah ngengat dari famili Noctuidae, sering
disebut dengan True Armyworm, karena perilakunya seperti tentara pada saat
menyerang tanaman, serta melakukan kerusakan pada tanaman berupa penulangan
dan defoliasi pada daun, serta pada tanaman fase generatif, ulat ini melakukan
aktifitas makan pada bulir gandum. Inang utamanya adalah tanaman dari famili
Graminae. Ngengat ini termasuk ke dalam serangga kosmopolitan, yaitu hidup
diberbagai tempat dibumi. Ulatnya berukuran sampai 5 cm berwarna hijau muda
dengan garis pinggir berwarna hijau tua yang tepiannya berwarna kuning pucat,
kepala berwarna jingga dan terdapat seta pada pinggir kepala (Gambar 5a).
Imagonya memiliki rentang sayap 3-4 cm berwana cokelat muda dengan pola di
sayap depan berupa titik putih yang dikelilingi oleh bercak hitam, selain itu ada
pola garis yang terbentuk dari gabungan titik-titik hitam pada pinggir sayap depan
(Gambar 5b) (Powell dan Opler 2009).
a

b

Gambar 5 Mythimna unipuncta; Ulat (a), imago (b).
Spodoptera litura Fabricius
Spodoptera litura Fabricius adalah serangga hama yang kita kenal sebagai
ulat gerayak, termasuk ke dalam famili Noctuidae. Sebutan ulat gerayak ini
diberikan karena ulat dari S. litura ini menyerang tanaman inang pada malam hari
secara bersama-sama dan berakibat hancurnya daun tanaman inang yang umumnya

10
adalah tanaman yang dibudidayakan oleh manusia. Kisaran inang S. litura ini luas
meliputi tanaman famili Araceae, sampai Graminae (jagung, padi dan gandum)
(Pathak 1977). Serangga hama ini termasuk ke dalam serangga kosmopolitan,
karena ditemukan hampir disemua bagian bumi. Ulat berukuran 2,5-3 cm, ciri
utama dari ulatnya yaitu terdapatnya bintik-bintik cokelat hitam pada kedua sisi
lateral, sedangkan pada bagian dorsalnya terdapat sepasang garis berwarna kuning
tua, pada kedua bagian toraksnya terdapat bintik hitam dan akan bersatu menjadi
bentuk seperti cincin hitam pada instar ketiga (Gambar 6a) (Pathak 1977). Ulat yang
didapat dari lapang tidak ada yang berhasil menjadi imago, dikarenakan terserang
oleh musuh alaminya, yaitu parasitoid Microplitis sp. (Gambar 6b) (Hymenoptera:
Braconidae) yang terbawa dari lokasi pertanaman gandum, hal tersebut
menandakan keberadaan musuh alami hama ini berfungsi baik di pertanaman
gandum Cilimus Kuningan.
b

a

1 mm

Gambar 6 Spodoptera litura; Ulat (a), parasitoid Microplitis sp (b).
Creatonotos transiens Walker
Creatonotos transiens Walker adalah spesies ngengat dari famili Arctiidae,
famili dengan ulat yang memiliki bulu pada seluruh badannya atau dikenal sebagai
ulat bulu. Ulatnya melakukan aktivitas makan dengan menggigit daun gandum
dimulai pada tepi daun sampai dekat dengan tulang daun, sehingga lembaran daun
akan patah dan akan mengganggu proses fotosistesis tanaman gandum. Hama ini
memiliki kisaran inang yang luas mulai dari tanaman famili Musaceae sampai
famili Graminae. Distribusi ngengat ini meliputi Jepang, China, India, dan wilayah
Asia Tenggara. Ulat seluruh tubuhnya diselimuti bulu berwarna gelap pada
dasarnya dan berwarna abu tua pada ujungnya, pada dorsal terdapat titik-titik
kuning (Gambar 7a). Imago memiliki rentang sayap 4-4,5 cm dengan sayap depan
dan belakang berwarna abu muda, pada sayap depan terdapat empat titik hitam,
abdomen berwarna kuning dengan titik-titik hitam sepanjang pinggirnya. Kepala
berwarna putih dengan antena filiform (Gambar 7b) (Holloway 1988).

11

a

b

Gambar 7 Creatonotos transiens; Ulat (a), imago (b).
Cnaphalocrocis medinalis Guenée
Cnaphalocrocis medinalis Guenée adalah ngengat famili Crambidae, spesies
ini dikenal sebagai hama putih palsu, hal ini dikarenakan ulat C. medinalis akan
meninggalkan berkas putih pada daun tanaman inangnya yang sudah digulung,
melakukan aktivitas makan didalam gulungan daun dengan memakan jaringan
daun. Akibat dari serangan C. medinalis ini tanaman gandum akan terganggu proses
fotosisntesisnya dan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman gandum.
Tanaman inang sebenarnya dari C. medinalis ini adalah padi, gandum merupakan
inang kedua. Distribusi C. medinalis ini meliputi wilayah Asia tenggara, termasuk
Australia. Ulat C. medinalis berwarna merah pucat dan tubuh agak transparan,
berukuran 1-2 cm hidup pada gulungan daun tanaman inangnya (Gambar 8a).
Imago C. medinalis memiliki rentang sayap 1,6 cm berwarna kuning-jingga dengan
dua garis melintang lengkap dan satu garis hitam terputus (Gambar 8b) (PPPTP
2009).
a

b

Gambar 8 Cnaphalocrocis Medinalis; Ulat (a), imago (b).
Paralecta sp.
Paralecta sp. adalah ngengat berasal dari famili Xylorictidae. Ulat ditumbuhi
bulu pada seluruh tubuhnya, berukuran kecil sekitar 0,8 cm, bulu pada pinggir tubuh
lebih panjang berwarna abu muda, tubuh bagian lateral berwarna merah pucat
sedangkan bagian tubuh ulat lainnya berwarna kuning pucat dengan kepala
berwarna hitam, pada dorsal terdapat dua titik hitam (Gambar 9a). Imago berukuran

12
kecil dengan rentang sayap 1 cm. Sayap berwarna abu-abu dengan dua garis
melintang membentuk kurva, pada sayap depan terdapat dua titik hitam (Gambar
9b) (Robinson et al. 1994).
a

b

Gambar 9 Paralecta sp.; Ulat (a), imago (b).
Orthiostola sp.
Orthiostola sp. adalah ngengat yang termasuk ke dalam famili
Yponomuetidae, ngengat ini berukuran kecil sehingga termasuk ke dalam kategori
(micromoth). Ulat ditumbuhi bulu pada seluruh tubuhnya, berukuran kecil sekitar
0,6 cm, ukuran bulu bervariasi, bulu terpanjang berwarna abu-abu dan bulu yang
berukuran kecil berwarna jingga dan hitam (Gambar 10a). Imago berukuran kecil
dengan rentang sayap 0,5 cm. Sayap berwarna putih dengan satu garis tebal
melintang berwarna kombinasi hitam dan cokelat, serta pola seperti segitiga pada
pangkal sayap depan berwarna cokelat (Gambar 10b) (Robinson et al. 1994).
a

b

Gambar 10 Orthiostola sp.; Ulat (a), imago (b).
Parnara bada Moore
Parnara bada Moore adalah Lepidoptera yang termasuk ke dalam kategori
skipper. Skipper adalah kategori Lepidoptera yang termasuk ke dalam famili
Hesperiidae. Ciri khas dari famili ini adalah antena yang ujungnya mengait dan
posisi sayap setengah terentang pada saat beristirahat. Ulat famili Hesperiidae
terkenal sebagai hama penggulung daun, dan pada spesies ini ulat menjadi hama
pada tanaman famili Graminae termasuk gandum didalamnya (Edwards et al.
2001). Ulatnya melakukan aktivitas makan didalam gulungan daun yang berakibat
terganggunya proses fotosisntesis yang dilakukan oleh daun dan menyebabkan

13
terhambatnya pertumbuhan tanaman gandum. Ulat berukuran kecil dengan tubuh
licin, tubuh berwarna hujau muda sedikit transparan, kepala berwarna hitam. Imago
berwarna cokelat tua, dengan pola titik-titik berwarna putih pada sayap depan
berjumlah 5 dengan 2 titik berbentuk poligonal berukuran agak besar dibandingkan
yang lainnya, pada sayap belakang berjumlah empat, berukuran hampir sama
(Fleming 1978).

a

b

Gambar 11 P. bada; Ulat (a), imago (b).
Potanthus sp.
Potanthus sp. adalah skipper famili Hesperiidae, sama halnya seperti P. bada.
ulat Potanthus sp. berukuran kecil yaitu 1-2,5 cm dengan tubuh licin dan kadangkadang dilapisi lilin putih, ulat ini berwarna hijau pucat agak transparan dengan
garis-garis membujur berwarna kuning pucat pada dorsalnya. Anal prolegnya
memiliki seta. Kepala dengan pola bergaris antara warna kuning pucat dengan
warna cokelat muda. Imago berwarna kuning tua dan hitam dengan corak khas
genus potanthus. Rentang sayap berukuran antara 2,5-3 cm dengan antena
berbentuk kait (Fleming 1978).
a

b

Gambar 12 Potanthus sp.; Ulat (a), imago (b).
Sampel Kutudaun
Pengambilan sampel kutudaun pada dua area pertanaman gandum setelah
dilakukan identifikasi menghasilkan lima spesies kutudaun. Empat spesies
kutudaun ini memang diketahui sebagai hama pada tanaman famili Graminae.
Keempat spesies itu yaitu Hysteroneura setariae, Sitobion avenae, Sitobion
fragareae, dan Sitobion miscanthi. Sementara itu, satu spesies kutudaun yaitu
Oedisiphum compositarum merupakan kutudaun yang diketahui menyerang

14
tanaman famili Compositae atau sekarang dikenal dengan famili Asteraceae
(Blackman dan Eastop 2000), tanaman dari famili Asteraceae ini yaitu Wedelia
biflora banyak ditemukan disekitar pertanaman gandum Cilimus-Kuningan, dan
bisa dikategorikan sebagai gulma.
Kutudaun ditemukan menyerang tanaman gandum tidak hanya pada daun
saja, dilapang kutudaun ditemukan menyerang batang pada saat tanaman gandum
pada fase vegetatif. Setelah tanaman gandum memasuki fase generatif, kutudaun
ditemukan menyerang tangkai bulir (Gambar 13), dan setelah bulir gandum terisi
maka kutudaun akan berpindah dari tangkai menuju bulir dan menghisap isi bulir.
Kerusakan yang terjadi adalah keringnya tangkai dan bulir gandum sebelum waktu
panen tiba, karena cairan tanaman gandum berupa fotosintat dihisap oleh kutudaun.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Singh (1986) menunjukkan bahwa S.
avenae adalah spesies yang paling merusak pada pertanaman gandum di India.
Kerusakan sekunder yang dapat diakibatkan oleh kutudaun yaitu serangan virus
tanaman, dan embun tepung. Virus tanaman dapat menyerang tanaman inang yang
diserang oleh kutudaun karena kutudaun berperan sebagai vektor (Blackman dan
Eastop 2000). Sementara itu, embun jelaga berperan dalam simbiosis mutualisme
dengan kutudaun, yaitu pada saat kutudaun mengsekresikan cairan manis seperti
madu dari tubuhnya dan menetes pada bagian tanaman inang, maka embun jelaga
akan memanfaatkan tetesan cairan tersebut untuk hidup dan berkembang yang akan
berakibat pada terganggunya proses fotosintesis tanaman inang (Rossing dan Wiel
1990).

Gambar 13 Serangan kutudaun pada tangkai malai tanaman gandum
Deskripsi Kutudaun
Oedisiphum compositarum Goot
Oedisiphum compositarum Goot secara makroskopis kutudaun ini memiliki
ciri morfologi sebagai berikut, yaitu bentuk tubuh oval, berwarna cokelat muda
dengan warna mata merah (gambar 14a), secara mikroskopis kutudaun ini memiliki
ciri morfologi sebagai berikut, yaitu seta pada kauda (gambar 14b) lebih panjang
dibandingkan dengan seta pada tergit abdomen (gambar 14c), kornikel pendek yaitu
lebih pendek dibandingkan dengan jarak antar dasarnya (gambar 14d), seta
terpanjang pada antena segmen 3 lebih pendek dibandingkan dengan diameter
segmennya (gambar 14e), tubuh oval (gambar 14f) (Blackman dan Eastop 2000).

16

15

a

0,4 mm

b

c

d

0,4 mm

e

f

Gambar 14 Ciri morfologi O. compositarum; Foto makroskopis (a), seta pada
kauda (b), seta pada tergit abdomen (c), kornikel (d), seta pada antena
(e), bentuk tubuh oval (f).
Hysteroneura setariae Thomas
Hysteroneura setariae Thomas secara makroskopis kutudaun ini memiliki
ciri morfologi sebagai berikut, yaitu bentuk tubuh membulat, berwarna hijau tua
dengan warna mata merah (gambar 15a), secara mikroskopis kutudaun ini memiliki
ciri morfologi sebagai berikut, yaitu kauda berwarna lebih pucat dibandingkan
dengan kornikel dan memiliki hanya empat seta pada bagian tengahnya (gambar
15b), kornikel pendek, lebih pendek dari setengah jarak antara dasarnya (Gambar
15c), seta pada abdomen berukuran pendek (gambar 15d), antena dengan terminal
proses yang lebih panjang dibandingkan dengan dasarnya pada segmen terakhir
dengan gradasi warna pada ujungnya (Gambar 15e) (Blackman dan Eastop 2000).

16

a

0,4 mm
c

b

0,4 mm
d

e
Gambar 15 Ciri morfologi H. setariae; Foto makroskopis (a), seta kauda (b),
kornikel (c), seta pada abdomen (d), antena (e).
Sitobion avenae Fabricius
Sitobion avenae Fabricius secara makroskopis kutudaun ini memiliki ciri
morfologi sebagai berikut, yaitu bentuk tubuh memanjang, berwarna hijau dan
berubah menjadi warna cokelat setelah direndam dengan alkohol, warna mata hitam
(gambar 16a), secara mikroskopis kutudaun ini memiliki ciri morfologi sebagai
berikut, yaitu kornikel berwarna lebih gelap dibandingkan dengan kaudanya,
dengan panjang kornikel tidak lebih panjang 1,4 kali kauda (Gambar 16b), segmen
2 tarsus tungkai belakang 1,25 kali panjangnya dari segmen terakhir rostrum
(Gambar 16c), antena dengan terminal proses yang lebih panjang dibandingkan
dengan dasarnya pada segmen terakhir (Gambar 16d), seta pendek pada abdomen
(Gambar 16e) (Blackman dan Eastop 2000).

17

a

0,4 mm

b

c

d

e

0,4 mm

Gambar 16 Ciri morfologi S. avenae; Foto makroskopis (a), kornikel dan kauda
(b), segmen 2 tarsus tungkai belakang dan tarsus segmen 3 (c), antena
(d), seta abdomen (e).
Sitobion fragareae Walker
Sitobion fragareae Walker secara makroskopis kutudaun ini memiliki ciri
morfologi sebagai berikut, yaitu bentuk tubuh seperti buar pir, berwarna cokelat tua
dengan gradasi warna pada tungkai dan antena (gambar 17a), secara mikroskopis
kutudaun ini memiliki ciri morfologi sebagai berikut, yaitu kornikel memiliki
panjang 1,25-2,25 lebih panjang dari kauda dengan warna yang lebih gelap dan
memiliki zona retikulasi poligonal pada subapikalnya dan memiliki pangkal yang
bulat (Gambar 17b), antena segmen 3 dan 4 berwarna lebih pucat dibandingkan
dengan warna pada segmen 5 dan 6 (Gambar 17c) (Blackman dan Eastop 2000).

18

a

0,4 mm

b

c

0,4 mm
Gambar 17 Ciri morfologi S. fragareae; Foto makroskopis (a), antena (b),
kornikel dan kauda (c).
Sitobion miscanthi Takahasi
Sitobion miscanthi Takahasi secara makroskopis kutudaun ini memiliki ciri
morfologi sebagai berikut, yaitu bentuk tubuh memanjang, berwarna hiaju gelap
dengan gradasi warna pada tungkai dan kornikelnya (gambar 18a), secara
mikroskopis kutudaun ini memiliki ciri morfologi sebagai berikut, yaitu kornikel
memiliki panjang 1,4 lebih panjang dari kauda dengan warna yang lebih gelap dan
memiliki zona retikulasi poligonal pada subapikalnya (Gambar 18b), segmen 2
tarsus tungkai belakang 1,3 kali panjangnya dari segmen terakhir rostrum (Gambar
18c), seta pendek pada abdomen (Gambar 18d), antena dengan terminal proses yang
lebih panjang dibandingkan dengan dasarnya pada segmen terakhir (Gambar 18e)
(Blackman dan Eastop 2000).

19

a

0,4 mm

b

c

d

e

0,4 mm

Gambar 18 Ciri morfologi S. miscanthi; Foto makroskopis (a), kornikel dan kauda
(b), tarsus tungkai belakang dan rostrum (c), seta pada abdomen (d),
antena (e).

20

21

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil identifikasi menunjukkan pada pertanaman gandum di Cisarua-Bogor
terdapat tujuh spesies Lepidoptera yang menyerang tanaman gandum, yaitu
Mythimna unipuncta, Creatonotos transiens, Cnaphalocrocis medinalis, Paralecta
sp, Parnara bada, Orthiostola sp., dan Potanthus sp., dan pada pertanaman gandum
di Cilimus-Kuningan terdapat dua spesies, yaitu M. unipuncta dan Spodoptera
litura. Kutudaun yang ditemukan adalah empat spesies pada pertanaman gandum
di Cisarua-Bogor, yaitu Hysteroneura setariae, Sitobion avenae, Sitobion
fragareae, dan Sitobion miscanthi. Sementara itu, hanya satu spesies yang
ditemukan menyerang pertanaman gandum di Cilimus-Kuningan, yaitu
Oedisiphum compositarum.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat populasi dan serangan
serangga hama tersebut, serta penelitian terhadap serangga hama pada pertanaman
gandum lainnya di Indonesia.

16

DAFTAR PUSTAKA
[Aptindo] Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia. 2012. Pertumbuhan
Indonesia 2012 2030 dan Overview Industri Tepung Terigu Nasional Tahun
2012. Jakarta (ID): Aptindo
Blackman RL, dan Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop: An Idenfication
and Information Guide. 2nd ed. London (UK): The Natural History Museum.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2013. Buletin analisis
hujan bulan mei 2013. Bogor (ID): BMKG
Cheema MS and Hussain M. 1998. Items from Pakistan: Agronomic Reaserch
Station Bahawalpur, Pakistan. Annual Wheat Newsletter. [Internet].
[Diunduh
pada
2013-06-21].
Volume
46.
Tersedia
pada:
http://wheat.pw.usda.gov/ggpages/awn/46/Textfiles/PAKISTAN.html
[DBPTP] Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan. 2001. Teknologi Produksi
Gandum. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Edwards ED, Newland J, Regan L. 2001. Lepidoptera: Hesperioidea,
Papilionoidae. Volume (31). Melbourne (AUS): Csiro Publishing.
Fleming WA. 1978. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Volume (2). Kuala
lumpur (Mas): Longman.
Goulet H, dan Huber JF. 1993. Hymenoptera of the World: an Identification Guide
to Families. Ottawa (CA): Agricultural Canada Publication
Holloway JD, Bradley JD, dan Carter DJ. 1987. Cie Guides to Insects of Importanca
to Man: 1. Lepidoptera. Wellingford (GB): British Museum Natural History.
Holloway JD. 1988. The Moths of Borneo: Family Arctiidae, Subfamilies
Syntominae, Euchromiinae, Arctiinae; Noctuidae misplaced in
Arctiidae (Camptoloma, Aganainae). 101pp. Kuala Lumpur (MAS):
Southdene.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Khan AM, Khan AA, Afzal M, Iqbal MS. 2012. Wheat Crop Yield Losses Caused
by the Aphids Infestation. J Biofertil Biopestici. 3:122. doi:10.4172/21556202.1000122
Pathak MD. 1977. Insect Pest of Rice. Manila (PH): IRRI
Powell JA, dan Opler PA. 2009. Moths of Western North America. California
(USA): University of California press.
[PPPTP] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2009. Hama Putih
Palsu Cnaphalocrocis medinalis (Geunee). Jakarta (ID): Deptan
Robinson GS, Tuck KR, Shaffer M. 1994. A Field Guide To The Smaller Moths Of
South-East Asia. London (GB): British Museum Natural History.
Rossing WAH, van de Wiel LAJ. 1990. Simulation of damage in winter wheat
caused by the grain aphid Sitobion avenae. 1. Quantification of the effects
of honeydew on gas exchange of leaves and aphid populations of different
size on crop growth. J Plant Pathology. 96:343-364.
Singh V. S. 1986. Management of insect and mite pests of wheat - Twenty five
years of co-ordinated wheat research 1961-86. New Delhi (IN): Wheat
Project Directorate.

23

23

Sood NK, Rathore VS, Raghuwanshi RK. 2009. Wheat Pest Situation in Madhya
Pradesh, India. Pest Articles & News Summaries. Volume (16), Issue 2. doi:
10.1080/09670877009411785.
Wiese MV. 1987. Compendium Of Wheat Diseases. 2nd ed. Minnesota (USA): APS
Press.

16

LAMPIRAN
Lembar hasil identifikasi dari LIPI

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, pada tanggal 27 November 1989. Penulis sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara oleh pasangan Bapak Mad Ishak dan Ibu Maryani.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan di SMA Kornita IPB, lulus pada tahun
2009. Penulis melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2009 masuk melalui jalur UTMI (Ujian Talenta Mandiri IPB).
Selama di perkuliahan, selain tugas pokoknya belajar akademik, penulis juga aktif
mengikuti beberapa kegiatan diluar akademik untuk memperoleh pengalaman.
Penulis aktif pada Fotografi club yang ada di Departemen Proteksi Tanaman.
Penulis juga pernah menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman
pada periode 2011-2012.