Periode Pembungaan dan Aplikasinya dalam Taman

PERIODE PEMBUNGAAN POHON DAN APLIKASINYA
DALAM TAMAN

NURISKHA NOVIAWANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Periode Pembungaan
Pohon dan Aplikasinya dalam Taman adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Nuriskha Noviawanti
NIM A44090051

ABSTRAK
NURISKHA NOVIAWANTI. Periode Pembungaan Pohon dan Aplikasinya
dalam Taman. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Pohon merupakan salah satu vegetasi yang dapat menjadi daya tarik
terhadap suatu lanskap. Beberapa pohon ada yang menunjukan karakter kuat
terhadap warna yang dihadirkan dari bunga. Informasi dan studi mengenai jenis
pohon serta periode pembungaan masih terbatas. Salah satu studi yang dapat
dilakukan untuk mengetahui waktu pembungaan adalah studi fenologi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui masa pembungaan pada pohon berbunga serta
aplikasi penggunaannya dalam taman. Penelitian dilakukan selama 6 bulan
dengan menggunakan 10 jenis pohon dari berbagai jenis famili. Penelitian ini
menggunakan metode grid untuk menghitung persentase penutupan bunga pada
tajuk dan metode regresi linear untuk mengetahui hubungan antara periode
pembungaan dengan faktor iklim. Berdasarkan hasil analisis, 2 dari 10 jenis
pohon menunjukkan hubungan signifikan antara persentase pembungaan dengan
faktor iklim, yaitu spesies Samanea saman dan Tabebuia caraiba. Hasil tersebut
menunjukkan pembungaan S. saman secara signifikan dipengaruhi oleh faktor

iklim, antara lain, selisih suhu maksimum-minimum, lama penyinaran, dan hari
hujan. Peningkatan nilai selisih suhu maksmimum-minimum dan lama penyinaran
cenderung meningkatkan persentase bunga, sedangkan peningkatan hari hujan
cenderung menurunkan persentase bunga S. saman. Pembungaan T. caraiba juga
dipengaruhi secara signifikan oleh faktor iklim, yaitu lama penyinaran.
Peningkatan nilai lama penyinaran cenderung meningkatkan jumlah persentase
pembungaan T. caraiba. Hasil akhir dari penelitian ini berupa rekomendasi
pengaplikasian penataan pohon berbunga dalam suatu desain taman.
Kata kunci: desain taman, fenologi, periode pembungaan, pohon berbunga

ABSTRACT
NURISKHA NOVIAWANTI. Flowering Period of Trees and Application in The
Garden. Supervised by NIZAR NASRULLAH.
Trees is one of the vegetation that can be an attraction in landscape. Some
trees show a strong character in color which is presented by flower. Nowadays,
information and studies about the types of trees and flowering period is still
limited. One of the studies that can be conducted to determine the time of
flowering periode is phenology. This study aims to determine the flowering period
of trees and the application in site design. The study was conducted for 6 months
using 10 species of trees from the different types of families. This study used a

grid method to count percentage of coverage flowers in the canopy and linear
regression method to determine the relation between flowering periode and
climatic factors. Based on the results, Samanea saman and Tabebuia caraiba
showed there is a significant influence of climate factors to flowering percentage.

The result of this study showed the flowering of S. saman is significantly
influenced by climatic factors, such as maximum-minimum temperature
difference, daylight, and frequency of rain. The increasing of the temperature
difference between minimum and maximum and daylight tends to increase
flowers percentage of S. Saman, whereas the increasing of percentage frequency
of rain tend to decrease it. Flowers percentage of T. caraiba also significantly
influenced by daylight. The increasing of daylight tend to increase it flowers
percentage. The final product of this study is a recommendation of application of
flowering trees in a site design.
Keywords: flowering period, flowering tree, garden design, phenology

PERIODE PEMBUNGAAN POHON DAN APLIKASINYA DALAM
TAMAN

NURISKHA NOVIAWANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Judul Skripsi
Nama
NIM
Departemen

: Periode Pembungaan dan Aplikasinya dalam Taman
: Nuriskha Noviawanti
: A44090051
: Arsitektur Lanskap

Disetujui oleh

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr

Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Periode
Pembungaan Pohon dan Aplikasinya dalam Taman. Penelitian ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Institut
Pertanian Bogor.
Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama masa perkuliahan dan
penyusunan skripsi hingga terselesaikan;
2. Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.
3. Orang tua, kakak dan seluruh keluarga serta seluruh teman-teman ARL 46 atas
doa, semangat dan kasih sayangnya;
4. Teman-teman yang telah membantu dalam pengambilan data diantaranya,
Monika Agustia, Ramandini Puspita, Novita Tresna, Irma Lasmiana, Chika P,

Zuhad Syafril dan Indra Bachtiar.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat.
Bogor, Juni 2014
Nuriskha Noviawanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

v

ABSTRAK


v

PRAKATA

i

DAFTAR ISI

i

DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

i

DAFTAR LAMPIRAN


iii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Kerangka Pikir Penelitian

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian


3

Batasan Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Pembungaan dan Faktor-faktornya

3

Pohon Berbunga

4

Taman


9

METODOLOGI

10

Waktu dan Tempat

10

Alat dan Bahan

11

Metode Penelitian

11

Analisis Data

13

Perumusan Rekomendasi

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

16

Kondisi Umum Penelitian

16

Pembungaan

17

Rekomendasi

40

SIMPULAN DAN SARAN

53

Simpulan

53

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

56

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Jenis dan famili yang diamati
Matriks Area Penelitian dan Aspek Penilaian Fungsi
Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga C. surinamensis
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga C. citrinus
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga C. siamea
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga C. manghas
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga J. acutifolia
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga L. speciosa
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga P. rubra
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga S. Saman
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga S. campanulata
Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap
Bunga T. caraiba
Daftar Nama Tanaman pada Tapak
Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Barat
Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Utara
Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Timur
Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Selatan

11
13
14
Persentase
18
Persentase
20
Persentase
22
Persentase
25
Persentase
27
Persentase
29
Persentase
31
Persentase
34
Persentase
36
Persentase
38
41
43
44
44
45

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka Pikir Penelitian
Lokasi Penelitian dan Titik Lokasi Bahan Penelitian
Ilustrasi Sudut Pengambilan Gambar dan Pengambilan Gambar di
Lapang
Penggunaan Aplikasi Software dan Contoh Perhitungan
Pola Perubahan Suhu antara Maret 2013 – Agustus 2013
Lama Penyinaran dan Kelembaban Udara antara Maret 2013 – Agustus
2013
Curah Hujan dan Hari Hujan antara Maret 2013 – Agustus 2013
Persentase Pembungaan C. surinamensis
C. surinamensis saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak
Berbunga (kiri)

2
10
11
12
16
16
17
17
18

10 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.
surinamensis
11 Persentase Pembungaan C. citrinus
12 C. citrinus saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak berbunga
(kiri)
13 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.
citrinus
14 Persentase Pembungaan C. siamea
15 C. siamea saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum
(kiri)
16 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.
siamea
17 Persentase Pembungaan C. manghas
18 C. manghas saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga
Minimum (kiri)
19 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.
manghas
20 Persentase Pembungaan J. acutifolia
21 J. acutifolia saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga
Minimum (kiri)
22 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan J.
acutifolia
23 Persentase Pembungaan L. speciosa
24 L. speciosa saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum
(kiri)
25 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan L.
speciosa
26 Persentase Pembungaan P. rubra
27 P. rubra saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum
(kiri)
28 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan P.
rubra
29 Persentase Pembungaan S. saman
30 S. saman saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Gugur Daun (kiri)
31 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan S.
saman
32 Persentase Pembungaan S. campanulata
33 S. campanulata saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga
Minimum (kiri)
34 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan S.
campanulata
35 Persentase Pembungaan T. caraiba
36 T. caraiba saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum
(kiri)
37 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan T.
caraiba
38 Masa Pembungaan Sepuluh Spesies Pohon yang diamati
39 Area Aspek Penilaian

19
20
20
21
22
22
23
24
24
25
26
26
27
28
28
29
30
31
32
33
33
34
35
35
36
37
37
38
40
42

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Penanaman pada Area bagian Barat
Penanaman pada Area bagian Utara
Penanaman pada Area bagian Timur
Penanaman pada Area bagian Selatan
Lokasi Segmen dan Hasil Analisis Penilaian Fungsi Tanaman
Rencana Tapak
Rencana Penanaman
Ilustrasi Penanaman di Gedung Graha widya Wisuda
Ilustrasi Penanaman di Area Academic Event Plaza
Ilustrasi Penanaman di Area Parkir bagian Utara GWW

43
43
44
45
45
48
49
50
51
52

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Lokasi, Diameter dan Tinggi Rata-rata Pohon
Data Iklim Wilayah Dramaga antara Bulan Maret 2013 - Agustus 2013
Persentase Pembungaan Sepuluh Spesies yang diamati antara Bulan
Maret 2013 - Agustus 2013

56
56
56

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vegetasi merupakan elemen penting dalam penataan suatu desain lanskap.
Karakteristik dari vegetasi sangat variatif tergantung dengan jenisnya, untuk itu
pemilihan jenis vegetasi dalam penataanya sangat penting karena mempengaruhi
visual dari lanskap tersebut, baik dari bentuk tajuk, tekstur, maupun warna daun
atau bunga. Pohon merupakan salah satu vegetasi yang dapat menjadi daya tarik
terhadap suatu lanskap, beberapa pohon ada yang menunjukan karakter kuat
dengan warna yang dihadirkan dari bunga. Variasi pohon dengan warna bunga ini
cukup banyak, tetapi untuk menentukan jenis pohon yang sesuai untuk suatu
taman masih sulit karena minimnya informasi dan studi mengenai jenis pohon
serta periode pembungaannya.
Salah satu studi yang dapat dilakukan untuk mengetahui waktu pembungaan
adalah studi fenologi. Fenologi adalah ilmu tentang periode fase-fase yang terjadi
secara alami pada tumbuhan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar
seperti, lama penyinaran, suhu dan kelembaban udara (Fewless 2006). Mekarnya
bunga dan flushing pada pohon merupakan kejadian fenologi yang dapat diamati
pada musim semi di daerah empat musim (Delahaut 2004). Fenologi pembungaan
suatu jenis tumbuhan adalah salah satu karakter penting dalam siklus hidup
tumbuhan karena pada fase itu terjadi proses awal bagi suatu tumbuhan untuk
berkembang biak. Suatu tumbuhan akan memiliki perilaku yang berbeda-beda
pada pola perbungaan dan perbuahannya, akan tetapi pada umumnya diawali
dengan pemunculan kuncup bunga dan diakhiri dengan pematangan buah (Tabla
dan Vargas 2004). Pembentukan bunga diinduksi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor umur dan
ukuran tanaman, sedangkan faktor eksternal mencakup respon pembungaan akibat
rangsangan lingkungan seperti panjang hari, suhu dan ketersediaan air (Erwin
2005). Faktor eksternal lain yang mempengaruhi diantaranya cahaya, kelembaban,
curah hujan dan unsur hara, dan faktor internal lainnya yang mempengaruhi
adalah faktor genetik dan fitohormon (Bermawie 2010).
Banyaknya bunga merupakan hal yang dapat diidentifikasi untuk
mengetahui periode pembungaan. Informasi mengenai periode pembungaan
pohon ini dapat diaplikasikan terhadap suatu lanskap atau taman seperti taman
kampus untuk memperkuat karakteristik dan identitasnya. Menurut Neuman dan
Kliment (2003) lanskap kampus haruslah menghasilkan identitas visual yang
berbeda, sehingga memperjelas daerah lingkungan kampus serta memudahkan
orientasi pengguna dalam menjelajahi kawasannya. Selain itu lanskap kampus
juga harus menyediakan lingkungan yang nyaman dan dapat memberikan
rangsangan positif kepada masyarakat dalam kampus.
Fungsi identitas dapat ditunjukan dari bentuk tajuk pohon dan warna
tanaman. Menurut Simonds (1983) bagian pohon yang paling menarik adalah
kanopi atau tajuk pohon, sedangkan warna tanaman dapat digunakan untuk
menciptakan pusat perhatian dan memiliki pengaruh langsung terhadap indera
penglihatan (Booth 1983). Warna pada bunga dan daun lebih mencolok secara
visual dibandingkan warna pada batang atau bagian lain, dan dapat mempengaruhi

2
kesan ruang yang didapat. Bunga pada pohon dapat ditonjolkan dengan
penanaman rapat dan teratur sampai jarak tertentu dan menggunakan warna
monochromatic (Lestari 2005).
Fungsi identitas yang dihadirkan dalam bentuk penataan vegetasi ini juga
dapat dimanfaatkan oleh kampus sebagai penanda acara atau perayaan yang
diselenggarakan setiap tahunnya. Hal ini memberi nilai tambah suatu lanskap,
dengan menyisipkan kenangan terhadap acara atau perayaan yang bertepatan
dengan mekarnya beberapa pohon yang ditanam. Menurut Carter (2003) bagian
penting dan menarik dari mengadakan acara di luar ruangan adalah keindahan
alam dan saat mekarnya bunga-bunga sehingga perlu adanya rencana penanaman
yang tepat agar suatu acara atau perayaan dapat menyatu dengan tapak, serta
pemilihan vegetasi menjadi nilai penting untuk menciptakan pengalaman yang
komperhensif.
Kerangka Pikir Penelitian
Periode pembungaan pohon dilakukan dengan mengamati 10 jenis pohon,
dengan menggunakan studi fenologi untuk melihat perkembangaan dari
pembungaan. Pengamatan pembungaan dilakukan selama satu periode dan hasil
pengamatan akan dianalisis hubungannya dengan unsur iklim. Hasil penelitian
akan menjadi rekomendasi suatu desain pada sebuah tapak. Berikut diagram alur
penelitian yang akan dilakukan.
Studi Fenologi

Periode Pembungaan
Faktor Pembungaan
Faktor Internal

Faktor Eksternal

Umur, Genetik dan Hormon

Faktor Iklim dan Stres Air
Faktor Iklim

Suhu, Curah Hujan, Lama Penyinaran, Kelembaban
Udara dan Hari Hujan
Analisis Pembungaan dengan Faktor Iklim
Lama Waktu dan Distribusi Pembungaan
Rekomendasi Jenis Pohon dalam Taman
Taman Kampus
Rencana Tapak
Rencana Penanaman
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masa pembungaan pada pohon
berbunga menarik dan pengaruh iklim terhadap pembungaan serta memberikan
rekomendasi aplikasi penggunaannya pada taman atau lanskap kampus.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini didapatnya data mengenai periode, karakter serta
jenis pembungaan pada pohon yang dapat digunakan dalam penataan suatu
lanskap dan juga dapat dijadikan acuan bagi para stakeholder dalam bidang
lanskap untuk memaksimalkan kualitas visual serta pengalaman yang berkesan
bagi pengguna pada suatu lanskap.
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pembuatan model sebagai rekomendasi dari
hasil studi. Jenis bahan penelitian yang digunakan juga dibatasi oleh jenis-jenis
pohon yang memiliki bunga menarik yang berada di lokasi penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembungaan dan Faktor-faktornya
Setiap tumbuhan yang masih dalam tahap vegetatif akan mengalami
perubahan ke tahap generatif yaitu tahap berbunga dan pada beberapa spesies
mempunyai musim berbunga yang tetap. Menurut Bleasdale (1981) beberapa
perubahan musim akan menginduksi tanaman dari fase vegetatif ke fase
pembungaan. Pada beberapa spesies lain, meskipun pada musim yang
memungkinkan untuk tumbuh, tidak terjadi pembungaan karena memerlukan
sejumlah pertumbuhan vegetatif tertentu. Pembungaan adalah suatu mekanisme
perubahan fase dari fase vegetatif ke vase reproduktif, dimana akan akan terjadi
kompleksitas dari perkembangan seperti pembentukan bunga, buah dan biji. Hal
tersebut ditandai dengan adanya proses-proses yang terjadi secara seksual dan
fisiologi pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi
meliputi suhu, fotoperiode dan curah hujan (Barus dan Syukri 2008).
Pembungaan pada setiap jenis tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal yang menghubungkan perkembangan reproduktif tanaman dan
lingkungannya. Faktor internal tersebut meliputi umur, hormon pertumbuhan, dan
genetis tanaman. Faktor tersebut akan mempengaruhi tanaman dan akan mencapai
fase pembungaan pada umur dan ukuran yang berbeda. Faktor eksternal yang
mempengaruhi pembungaan diantaranya suhu, curah hujan dan fotoperiodisme
(Bleasdale 1981). Selain itu, menurut Darjanto dan Satifah (1990) faktor yang
mempengaruhi pembungaan adalah cahaya, yang mencakup intensitas cahaya dan
fotoperiodisitas. Pada pembungaan yang normal, tanaman memerlukan intensitas
cahaya yang tidak boleh lebih rendah dari batas nilai tertentu.

4
Suhu
Suhu memberikan efek kualitatif dan kuantitatif terhadap perkembangan
bunga. Suhu tinggi biasanya meningkatkan laju perkembangan bunga yang
mengakibatkan anthesis dini (Kinet et al. 1985). Masa berbunga dapat
dipengaruhi oleh suhu siang-malam, suhu rendah, suhu optimum, satuan panas,
kuantitas dan kualitas cahaya atau panjang hari dan kombinasi dua atau lebih
faktor. Di kawasan tropis suhu pada awal fase pertumbuhan vegetatif sampai akhir
fase generatif relatif sama dan rata-rata lebih tinggi (terutama di dataran tinggi)
(Yahya dan Krisantini 1988). Batas suhu untuk tingkat pertumbuhan tergantung
pada jenis tanaman. Tanaman pada daerah tropis memiliki batas yang lebih tinggi
dibanding pada daerah subtropis (Aitken 1974). Selain itu, suhu juga dapat
menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian suatu tempat. Sebaliknya
semakin dekat dengan laut meningkatkan suhu moderat (Beverley 2004).
Curah Hujan
Curah hujan merupakan elemen iklim yang sangat penting bagi tanaman
karena mempengaruhi ketersedian sumber air dalam tanah. Musim hujan di
wilayah Jawa menurut gerakan ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) masuk
kedalam tipe monsoon, dengan intensitas curah hujan rendah pada bulan AprilSeptember dan tinggi antara bulan Oktober-Maret. Menurut Kinet et al. (1985)
turunnya hujan setelah kemarau dapat menginisiasi kuncup bunga. Ketersedian air
pada bulan dengan intensitas curah hujan rendah dapat menghambat laju
fotosintesis karena daun akan menutup stomata jika kadar air tanah berkurang
(Handoko 2009). Selain itu menurut Kozlowski (1965) cekaman air dari dalam
memiliki efek yang signifikan terhadap perkembangan reproduksi pada pohon.
Lama Penyinaran dan Panjang Hari
Lama penyinaran adalah periode (dalam jam) matahari bersinar cerah
sedangkan panjang hari adalah periode dari matahari terbit sampai terbenam yang
dihitung dalam jam. Lama penyinaran menentukan jumlah energi radiasi surya,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis.
Sebaliknya, panjang hari menentukan proses perkembangan tanaman melalui
respon fotoperiodisme, yang tidak bergantung pada intensitas energi radiasi surya
melainkan periode pencahayaannya mulai matahari terbit hingga terbenam. Faktor
panjang hari dapat mempengaruhi perbedaan fase pembungaan karena pada bulanbulan tertentu terdapat beberapa hari yang memiliki waktu siang lebih panjang.
Tanaman yang berasal dari lintang tinggi umumnya sensitif terhadap
fotoperiodisme, dapat berupa tanaman hari pendek atau tanaman hari panjang
(Handoko, 2009).
Pohon Berbunga
Tumbuhan berbunga adalah jenis kelompok terbesar tumbuhan yang hidup
di daratan. Kelompok tumbuhan ini disebut dengan Divisi Magnoliophyta yang
memiliki ciri menghasilkan organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga
sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem
pembuahan tertutup. Divisi magnoliophyta terdiri atas dua kelas yaitu
magnoliopsida (dikotil) dan liliopsida (monokotil). Flowering trees atau Pohon
berbunga termasuk kedalam divisi Magnoliophyta.

5
Calliandra surinamensis Benth.
Memiliki nama umum Kaliandra dan berasal dari Suriname serta daerah
lainnya di Amerika bagian utara-selatan (Missouri Botanical Garden 2013,
Llamas 2003). Termasuk kedalam famili Fabaceae yang bentuknya berupa pohon
rendah 3-5 m. Kaliandra dapat tumbuh pada daerah beriklim tropis di dataran
rendah maupun tinggi. Daunnya majemuk berseling, menyirip, panjang 10-15 cm,
lebar 1-3 cm dan berwarna hijau. Bunganya majemuk, berada di ujung cabang,
bentuk bongkol, memiliki benang sari yang banyak, berbentuk rambu dan
berwarna merah, panjang 11-16 cm. Merupakan tanaman evergreen yang
berbunga sepanjang tahun, namun di daerah subtropis tanaman ini berbunga pada
akhir musim dingin dan musim semi (Llamas 2003). Tanaman ini membutuhkan
cahaya matahari penuh dan toleran terhadap tanah berjenis liat, lempung, pasir,
sedikit basa, asam dan berdrainase baik. Tanaman ini juga memiliki toleransi yang
tinggi terhadap kondisi kering (Gilman dan Watson 1993). Bunga kaliandra
biasanya dapat segar lebih lama dengan filtrasi sedikit cahaya dari kanopi pohon
yang lebih tinggi pada waktu tengah hari (Llamas 2003).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Calliandra
Spesies
: Calliandra surinamensis
Callistemon citrinus (Curtis) Skeels
Memiliki nama umum Sikat botol dan berasal dari daerah timur Australia
(Llamas 2003). Termasuk kedalam famili Myrtaceae yang bentuknya berupa
pohon rendah dengan tinggi 3-5 m. Sikat botol dapat tumbuh pada daerah tropis di
dataran rendah dan tinggi. Daunnya tunggal memiliki warna atas hijau tua dan
warna bawah hijau muda, pada waktu muda daun terlihat berwarna perunggu.
Bunganya berbentuk silinder, tanpa petal dengan stamen warna merah berujung
kuning, bentuknya seperti sikat. Tumbuh sebagai tanaman evergreen, berbunga
sepanjang tahun dan pada zona wilayah subtropis bunga tumbuh pada musim semi
dan musim panas. Adaptif terhadap kondisi tanah berdrainase baik, asam, sedikit
basa, dan jenis tanah liat, lempung, dan berpasir. Tumbuh baik dengan paparan
sinar matahari penuh dan toleran terhadap kondisi kering (Gilman dan Watson
1993).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Callistemon
Spesies
: Callistemon citrinus
Cassia siamea Lam.
Memiliki nama umum Johar dan berasal dari daerah asia selatan dan asia
tenggara. Penyebaran tanaman ini hingga daerah India dan Malaya (Missouri
Botanical Garden 2013). Termasuk kedalam famili Fabaceae dan masuk kategori

6
pohon sedang dengan ketinggian berkisar antara 10-12 m. Johar tumbuh subur
pada daerah beriklim tropis di dataran rendah hingga mencapai ketinggian 1300
mdpl. Daunnya majemuk dan menyirip ganda dengan panjang tangkai 15-30 cm.
Tiap helai daun terdiri dari 6-14 anak daun yang berbentuk bulat telur dan
berwarna hijau. Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting dengan panjang
15-60 cm, terbagi rata 10-60 kuntum dalam beberapa tangkai. Mahkota bunga
berwarna kuning cerah berjumlah 5 helai dan 10 benang sari dengan panjang
maksimal 1 cm. Tanaman ini mulai berbunga dan berbuah pada umur 2-3 tahun.
Merupakan jenis tanaman evergreen yang berbunga sepanjang tahun dan di
wilayah subtropis berbunga pada musim panas. Pohon Johar ini memiliki banyak
fungsi diantaranya digunakan sebagai tanaman hias, penaung, pengontrol erosi,
reklamasi lahan tambang dan juga banyak digunakan sebagai tanaman sela dalam
agroforestri serta industri kayu karena memiliki kayu yang kuat, serta daunnya
dapat dijadikan pakan ternak. Saat ini pohon Johar dalam dunia lanskap telah
banyak digunakan sebagai pohon peneduh di tepi jalan, pohon hias di tamantaman, bahkan untuk merehabilitasi lahan pertambangan (Joker 2000).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Senna
Spesies
: Cassia siamea
Cerbera manghas L.
Memiliki nama umum Bintaro dan berasal dari daerah tropis di Asia,
Australia, Madagaskar dan kepulauan sebelah barat samudra pasifik. Termasuk
kedalam famili Apocynaceae yang bentuknya berupa pohon sedang 6-12 m.
Bintaro dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi dan memiliki
toleransi terhadap salinitas yang tinggi. Daunnya berbentuk bulat telur (lonjong),
tepi rata, ujung dan pangkal meruncing, tipis, permukaan licin, pertulangan
menyirip, panjang 15-20 cm, lebar 3-5 cm, berwarna hijau tua, dan tersusun
berselingan. Bunga Bintaro bersifat majemuk, berkelamin dua, terletak di ujung
cabang, tangkai silindris, panjang 11 cm. Mahkota bentuk terompet, halus, putih,
bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3-5 cm dan berwarna putih
(Rohimatun dan Suriati 2011). Bintaro biasanya banyak digunakan sebagai
tanaman penghijauan daerah pantai serta peneduh kota, namun tanaman ini
ternyata memiliki kandungan racun cerberin yang dapat menyebabkan kematian
(Gaillard et al. 2004), sehingga penggunaan Bintaro pada suatu lanskap perlu
diperhatikan penempatannya demi keamanan penggunanya.
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Cerbera
Spesies
: Cerbera manghas

7
Jacaranda acutifolia Bonpl.
Memiliki nama umum Jakaranda, yang berasal dari Brazil dan telah
diintroduksi di negara tropis dan subtropis (Cowen 1950). Termasuk kedalam
famili Bignoniaceae yang bentuknya berupa pohon sedang dengan tinggi berkisar
antara 5-15 m. Jakaranda dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi pada
ketinggian 1-600 mdpl. Memiliki ciri, daun majemuk menyirip rangkap dua.
Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai pendek, rapat, paling
panjang 10 cm. Kelopak bunganya berbentuk mangkuk dan berukuran 1.5 cm.
Mahkota bunga setangkup tunggal dengan panjang 3-4 cm dan berambut. Pada
daerah subtropis tanaman ini berbunga pada saat pertengahan musim semi sampai
dengan musim panas. Pohon ini butuh waktu 10-15 tahun untuk tumbuh dari biji
hingga berbunga (Llamas 2003). Jakaranda biasanya banyak ditanam sebagai
tanaman pengarah jalan atau point of interest di suatu taman. Tanaman ini sangat
cantik dan atraktif ketika jumlah bunga melebihi daun dan pada saat gugur
bunganya seperti karpet berwarna ungu yang jatuh di hamparan rumput atau
perkerasan (Brown 2012).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Bignonia
Genus
: Jacaranda
Spesies
: Jacaranda acutifolia
Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.
Memiliki nama umum Bungur dan berasal dari Cina bagian selatan, dan
menyebar ke daerah Asia selatan (Llamas 2003). Termasuk kedalam famili
Lythraceae yang bentuknya berupa pohon tinggi dengan tinggi 12-18 m. Bungur
dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Memiliki ciri daun
tunggal, bertangkai pendek, letak daun berseling, helaian daun berbentuk elips dan
memanjang, tepi daun rata. Mahkota bunga bergelombang dan berwarna ungu
atau merah muda. Pada daerah subtropis tanaman ini berbunga pada musim panas.
Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari langsung dan tidak
ternaungi. Adaptif terhadap jenis tanah liat, lempung, berpasir, berasam,
beralkaline dan berdrainase baik. Toleransi terhadap kekeringan tinggi dan dapat
tumbuh pada kondisi perkotaan yang memiliki tingkat polusi udara tinggi (Gilman
dan Watson 1993).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Lythraceae
Genus
: Lagerstroemia
Spesies
: Lagerstroemia speciosa
Plumeria rubra L.
Memiliki nama umum Frangipani atau nama lokal Kamboja yang berasal
dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Brown 2012). Menyebar
luas ke daerah tropis dan masuk kedalam famili Apocynaceae. Kamboja masuk

8
kedalam kategori pohon sedang dengan tinggi sekitar 6-10 m. Pohon ini dapat
tumbuh di dataran rendah dan sedang. Memiliki ciri daun tunggal, berbentuk
lonjong dengan ujung yang runcing, panjang daun mencapai 40 cm dan lebar 7
cm, dan berkumpul di ujung tangkai. Warna bunga bervariasi diantaranya putih,
merah muda dan kuning. Jumlah mahkota bunga 5 dan memiliki aroma yang khas.
Toleransi terhadap kekeringan tinggi, dan dapat tumbuh pada kondisi terkena
cahaya matahari penuh, matahari parsial, atau teduh parsial (Gilman dan Watson
1994). Tajuk pohonnya sangat menarik dan bunganya tumbuh banyak sehingga
memberikan kesan semarak pada taman. Tanaman ini biasanya banyak digunakan
pada taman tropis seperti Taman Bali.
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Plumeria
Spesies
: Plumeria rubra
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Memiliki nama umum Ki Hujan atau Trembesi, dan berasal dari Amerika
Selatan (Staples dan Elvitch 2006). Termasuk kedalam famili Fabacea yang
bentuknya berupa pohon tinggi dengan tinggi 10-25 m. Ki Hujan dapat tumbuh
pada dataran rendah maupun dataran tinggi.. Memiliki ciri daun majemuk dan
menyirip ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang
antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata. Bunga berwarna
putih dengan bercak merah muda pada bagian bulu atasnya. Panjang bunga
mencapai 10 cm dari pangkal bunga hingga ujung bulu bunga. Tabung mahkota
berukuran 3,7 cm dan memiliki kurang lebih 20-30 benang sari yang panjangnya
sekitar 3-5 cm. Ki hujan biasanya banyak ditanam pada ruang terbuka seperti
taman-taman kota maupun pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Tajuknya
sangat lebar menyerupai payung menjadi daya tarik terhadap pohon ini. Selain itu
daya tarik Ki Hujan juga bertambah ketika saat musim berbunga, pohon ini dapat
menghasilkan bunga yang banyak dan cantik pada bulan-bulan kering dimana
curah hujan tidak terlalu besar (Staples dan Elvitch 2006).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Samanea
Spesies
: Samanea saman
Spathodea campanulata Beauv.
Memiliki nama umum Kembang Kecrutan, dan berasal dari daerah bagian
tropis Afrika (Cowen 1950, Llamas 2003, Brown 2012). Termasuk kedalam famili
Bignoniaceae yang bentuknya berupa pohon tinggi berkisar antara 8-18 m.
Kecrutan dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi hingga ketinggian 1000
mdpl. Memiliki ciri daun majemuk menyirip ganjil, helatan daun berbentuk bulat
telur memanjang, bertepi rata. Kelopak bunga menutup sebelum bunga mekar,

9
membengkok, kemudian membelah berbetuk upih, panjangnya 4-7 cm. Mahkota
bunga setangkup tunggal, berbentuk lonceng lebar, panjang tabung bunga 5-6 cm.
Kecrutan membutuhkan paparan sinar matahari langsung untuk dapat tumbuh
dengan baik. Tanaman ini sering digunakan sebagai penaung atau framing karena
sangat atraktif dan memiliki warna bunga yang menarik serta ukuran bunga yang
besar sehingga mudah terlihat dari kejauhan (Gilman dan Watson 1994).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Bignonia
Genus
: Spathodea
Spesies
: Spathodea campanulata
Tabebuia caraiba (Mart.) Bureau
Memiliki nama umum Tabebuia dan berasal dari Brazil, Paraguay,
Argentina dan daerah Amerika Selatan lainnya (Llamas 2003). Termasuk kedalam
famili Bignoniaceae yang bentuknya berupa pohon sedang dengan tinggi 5-8 m.
Tabebuia dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi dan toleran
terhadap kekeringan. Daunnya berbentuk agak oval dan berwarna hijau yang
dilapisi beludru keabu-abuan, sehingga terlihat berwarna abu-abu keperakan dari
jauh. Bunga berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet berukuran sekitar 7
cm dan tumbuh bergerombol sebanyak tiga kuntum pada bagian pucuk tangkainya.
Tabebuia dapat tumbuh dengan baik, dengan persyaratan cahaya matahari penuh,
matahari parsial atau teduh parsial (Gilman dan Watson 1994).
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Bignoniaceae
Genus
: Tabebuia
Spesies
: Tabebuia caraiba
Taman
Taman merupakan lanskap yang dapat dinikmati oleh pengguna pada waktu
luang untuk bersantai, menghilangkan rasa jenuh, menikmati pemandangan
dengan kualitas visual yang baik serta menikmati suasana alami yang dapat
menyegarkan pikiran. Menurut Morrow (1987), garden merupakan sebuah lahan
yang dapat ditanam berbagai macam tanaman seperti sayuran, buah-buahan
ataupun tanaman hias dan biasanya berada dekat dengan sebuah bangunan yang
dikembangkan untuk kesenangan dan biasanya bersifat tertutup. Taman yang
terdapat pada sebuah gedung merupakan taman yang di tata dengan sangat baik
dan dengan pengelolaan yang tinggi untuk menjaga nilai estetika serta
fungsionalnya. Salah satu taman yang dapat dimanfaatkan ruangnya secara
maksimal adalah Taman kampus.
Taman kampus merupakan ruang terbuka dalam kampus yang didalamnya
menunjang aktifitas belajar, komunikasi sosial dan hubungan timbal balik dari
berbagai disiplin ilmu. Menurut Eckbo (1964) ruang terbuka dalam kampus

10
merupakan perlengkapan dan tempat kehidupan kampus. Oleh karena itu
didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan menyenangkan. Selain itu
fungsi taman pada kampus juga dapat menjadi ruang berkumpul dan
penyelenggaraan acara-acara kampus, salah satu contohnya adalah acara wisuda.
Untuk menambah kesan semarak dan kenangan pada acara-acara tersebut,
penataan ruang terbuka kampus sangatlah penting. Menurut Carter (2003)
kenangan manusia baik individu maupun kelompok begitu sering terlokalisasi
pada lanskap, bahkan ketika orang tidak dapat mengingat waktunya. Hal ini
karena tempat tidak dapat terpisahkan dari kejadian atau peristiwa dalam suatu
lanskap. Dalam penataannya, soft material dan hard material sangat berperan
dalam menumbuhkan kesan tersebut. Soft material berupa tanaman dapat
menciptakan suatu pengalaman yang komperhensif karena bagian menarik dari
mengadakan acara di luar ruangan adalah keindahan alam dan pada saat bungabunga bermekaran (Carter 2003). Menurut Carpenter et al. (1975) penggunaan
tanaman juga harus diperhatikan segi estetikanya dari bagian tanaman yang
mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri dari segi warna, aroma tekstur dan
bentuk.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Maret 2013 dan
berakhir bulan Agustus 2013. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga,
Bogor. Lokasi ini dipilih karena terdapatnya beberapa jenis vegetasi pohon
berbunga yang banyak digunakan pada lanskap-lanskap tertentu.

Gambar 2 Lokasi Penelitian dan Titik Lokasi Bahan Penelitian
(sumber : http://geospasial.bnpb.go.id, http://maps.google.com)

11
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengambilan data dan pengolahan data, antara
lain :
1 Kamera digital untuk pengambilan data
2 Software Adobe Photoshop untuk mengolah data dengan skala grid
3 Software SPSS untuk analisis regresi data
4 Software untuk mengolah gambar (Adobe Photoshop dan Google Sketchup)
Bahan yang digunakan adalah 10 jenis pohon dari berbagai famili
diantaranya : Caliandra surinamensis, Callistemon citrinus, Cerbera manghas,
Jacaranda acutifolia, Lagerstroemia indica, Plumeria rubra, Samanea saman,
Senna siamea, Spathodea champanulata, dan Tabebuia caraiba.
Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif yang bertujuan
membuat deskripsi tentang panjang masa pembungaan dan masa puncak berbunga
pohon yang diamati. Penelitian dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu
sampel yang akan diamati. Sampel pohon dipilih secara sengaja (purposive
sampling) dengan syarat habitat dan kondisi tertentu, yaitu : berada pada kondisi
relatif kering, tidak terendam, relatf terbuka dan soliter. Kondisi pohon yang
dicari adalah pohon dewasa, sudah pernah berbunga, sehat dan ukuran pohon
relatif seragam. Berikut tabel jenis pohon dan jumlah sampel yang diamati.
Tabel 1 Jenis dan famili yang diamati
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Spesies
Calliandra surinamensis Benth.
Callistemon citrinus (Curtis) Skeels
Cassia siamea (Lam.) Irwin & Braneby
Cerbera manghas L.
Jacaranda acutifolia Humb. & Bonpl.
Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.
Plumeria rubra L.
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Spathodea champanulata Beauv.
Tabebuia caraiba (Mart.) Bureau

Famili
Fabaceae
Myrtaceae
Fabaceae
Apocynaceae
Bignoniaceae
Lythraceae
Apocynaceae
Mimosaceae
Bignoniaceae
Bignoniaceae

Jumlah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Gambar 3 Ilustrasi Sudut Pengambilan Gambar dan Pengambilan Gambar di
Lapang

12
Pengamatan sampel dilakukan dengan mengamati pohon dan mengambil
gambar pohon dari sisi yang berbeda sebanyak 2 atau 3 kali, dengan jarak
pengamatan sesuai dengan tinggi pohon. Pengambilan gambar disesuaikan dengan
sudut pandang manusia yaitu 45o-70o. Gambar yang didapat kemudian diolah
dengan software adobe photoshop untuk menentukan jumlah grid bunga dan
jumlah grid tajuk (Gambar 3). Penerapan penggunaan software sebagai berikut.
Perhitungan dilihat berdasarkan persentase penutupan bunga yaitu bagian bunga
atau tajuk yang terproyeksikan ke dalam grid. Kemudian dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
∑ grid bunga
Persentase penutupan bunga =
x 100 %
∑ grid tajuk
Contoh perhitungan :
Tanda merah merupakan bunga yang muncul pada sisi pohon yang diamati
(Gambar 4). Sehingga persentase penutupan bunga dapat dihitung sebagai
berikut :
∑ grid bunga
=
x 100 %
∑ grid tajuk
217
=

x 100 %
376

= 57.7 %
Hasil nilai persentase penutupan bunga merupakan persentase pembungaan pada
pohon.

Gambar 4 Penggunaan Aplikasi Software dan Contoh perhitungan
Pengambilan data dilakukan dua kali dalam sebulan pada minggu kedua
dan minggu keempat selama 6 bulan untuk masing-masing sampel pohon dan
menjadi rata-rata untuk data bulan. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui
pengaruh unsur iklim yang terdiri dari suhu, lama penyinaran, curah hujan,
kelembaban dan hari hujan terhadap pembungaan.

13
Analisis Data
Tahap pengolahan data dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian
dengan menggunakan analisis regresi dan untuk memberikan model aplikasi
periode pembungaan maka dilakukan analisis kondisi tapak yang telah
diinventarisasi menggunakan analisis penilaian fungsi tanaman.
Analisis Hubungan Pembungaan Pohon dengan Faktor Iklim
Analisis hubungan pembungaan pohon dengan faktor iklim dilakukan
menggunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan software SPSS
Statistics 17.0. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk melihat
hubungan yang terjadi diantara variabel bebas (independen) yaitu faktor iklim
diantaranya suhu, lama penyinaran, curah hujan, hari hujan dan kelembaban udara
dengan variabel terikat (dependen) yaitu persentase pembungaan pohon. Berikut
model persamaan regresi sederhana :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Jumlah persentase pembungaan pada pohon
a = Konstanta regresi
b = Koefisien
X = Variabel faktor iklim
Berdasarkan hasil analisis akan didapat nilai R2 dan P-value. Nilai R2 atau
koefisien determnasi adalah besarnya keragaman di dalam variabel Y yang dapat
dijelaskan oleh model regresi. Nilai R 2 berkisar antara 0-1 dan jika nilai dikalikan
100% maka hal ini menunjukan persentase keragaman variabel Y dapat dijelaskan
oleh model regresi. Semakin besar nilai R2, semakin baik model regresi yang
diperoleh, sedangkan jika model regresi menunjukan angka signifikansi atau Pvalue sebesar < 0.05, maka persamaan regresi dapat dipergunakan untuk
memprediksi nilai Y.
Analisis Penilaian Fungsi Tanaman
Analisis penilaian fungsi tanaman dilakukan untuk menentukan nilai
efektifitas tanaman yang sudah terpenuhi di lapangan dan yang belum, sehingga
dapat diketahui jenis vegetasi yang dapat dipertahankan dan dapat diganti dengan
rekomendasi vegetasi hasil pengamatan. Penilaian aspek fungsi tanaman
dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang yaitu
di daerah sekitar Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) dan pelataran Academic
Event Plaza (AEP). Tabel 2 menunjukan dominansi aspek yang dinilai pada area
studi yang telah ditentukan. Selanjutnya penilaian fungsi tanaman ditentukan
dengan metode skoring dengan kriteria pada tabel 3. Kriteria ini dibuat
berdasarkan kriteria ideal dalam penentuan fungsi tanaman yang mengacu pada
Carpenter (1975) dan Desyana (2011).
Tabel 2 Matriks Area Penelitian dan Aspek Penilaian Fungsi
Area
Aspek Penilaian
Barat
Utara
Timur Selatan
Penaung




Pengarah


Pembatas visual (Screen)

Estetika





14
Tabel 3 Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman
Penilaian di Nilai
No. Fungsi
Kriteria Penilaian
Bobot
Lapangan ideal
1. Penaung 1. Pohon mempunyai bentuk tajuk
1-4
4
20
bulat, kubah atau spread
2. Tajuk pohon bersinggungan
1-4
4
20
3. Sesuai
orientasi
penanaman
1-4
4
20
terhadap arah sinar matahari
4. Tinggi pohon dari sedang sampai
1-4
4
10
tinggi
5. Tidak mempunyai buah besar
1-4
4
20
6. Pohon tidak gugur daun
1-4
4
10
Jumlah
6-24
24 100%
2. Pengarah 1. Pohon mempunyai tajuk kolumnar
1-4
4
10
jalan
atau batang tegak dan tampak jelas
2. Pohon ditanam berjejer ditepi jalan
1-4
4
20
3. Jarak antar tanaman teratur
1-4
4
20
4. Berbaris kontinu menunjukan arah
1-4
4
20
5. Memudahkan orientasi
1-4
4
20
6. Tinggi pohon dari pendek sampai
1-4
4
10
tinggi
Jumlah
6-24
24 100%
3. Pembatas 1. Massa daun rapat
1-4
4
40
visual
2. Ditanam berbaris atau membentuk
1-4
4
40
(screen)
massa
3. Tajuk pohon bersinggungan
1-4
4
20
Jumlah
3-12
12 100%
4. Estetika 1. Terdapat ciri fisik yang menarik,
1-4
4
10
bunga, warna daun atau tekstur
yang menarik
2. Ciri fisik yang menarik tampak
1-4
4
10
dengan jelas, karena jumlah
tanaman tidak terlalu sedikit
3. Tertata memenuhi kaidah penataan
1-4
4
20
untuk estetika, terutama terdapat
unity/tema
4. Tertata memenuhi kaidah penataan
1-4
4
20
untuk
estetika,
terdapat
pengulangan dan gradasi
5. Tertata memenuhi kaidah penataan
1-4
4
20
untuk estetika, terdapat efek
spesial/ kontras
6. Tertata memenuhi kaidah penataan
1-4
4
20
untuk
estetika,
terlihat
harmonis/seimbang
Jumlah
6-24
24 100%
Sumber kriteria penilaian: Desyana 2011 yang telah disesuaikan

15
Penilaian skoring dilakukan dengan membandingkan luas area tapak dengan
kriteria penilaian yang terpenuhi di lapang sesuai standar penilaian yaitu:
nilai 1 : Sangat jelek, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati <
40%;
nilai 2 : Jelek, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati 41 < 60%;
nilai 3 : Cukup baik, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati 61 <
80%;
nilai 4 : Sangat baik, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati >
81%.
Nilai yang telah didapatkan dihitung sesuai bobot masing-masing kriteria yang
telah ditetapkan. Penilaian dari masing-masing kriteria tersebut dijumlahkan
sehingga didapat nilai total untuk setiap komponen aspek. Nilai total yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai ideal atau total maksimum yang
diperoleh dari masing-masing komponen aspek lalu diubah dalam bentuk
persentase sehingga didapat total bobot penilaian atau efektifitas fungsi tanaman
yang dikelompokkan kembali menjadi 4 kategori sebagai berikut:
 Sangat buruk, bila pemenuhan kriteria ≤ 40%
 Buruk, bila pemenuhan kriteria 41 ≤ 60%
 Baik, bila pemenuhan kriteria 61 ≤ 80%
 Sangat baik, bila pemenuhan kriteria ≥ 81%
Perumusan Rekomendasi
Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyusunan hasil analisis yang
disusun dalam bentuk site plan yang berisi rekomendasi penataan jenis pohon
yang telah diamati untuk lanskap kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di
Gedung Graha Widya Wisuda dan pelataran Academic Event Plaza. Rekomendasi
ini diharapkan dapat digunakan sebagai contoh pengembangan desain untuk
membentuk identitas serta menambah kualitas visual lanskap kampus.

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah
2.437.636 Ha dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Kecamatan
Rancabungur, sebelah Selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah
Barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah Timur dengan Kecamatan Bogor
Barat. Kecamatan Darmaga berada pada ketinggian 142-200 mdpl dan memiliki
tipe iklim Af (tropika basah) menurut klasifikasi Koppen dengan ciri-ciri sebagai
berikut : suhu udara rata-rata bulan terdingin 18.3 oC (A), tidak ada bulan dengan
rata-rata curah hujan < 60 mm (f) dan suhu udara rata-rata bulanan terpanas > 22
o
C (a). Tanah di daerah kecamatan Dramaga umumnya termasuk dalam golongan
Latosol cokelat kemerahan (Asmawati 2005).
Suhu rata-rata selama waktu penelitian sebesar 26 oC, dengan suhu udara
maksimum sebesar 32 oC dan suhu udara minimum sebesar 22.8 oC. Kelembaban
udara rata-rata sebesar 82-85 % dan lama penyinaran sebesar 64 % (Stasiun
Klimatologi Darmaga 2013).
34
32
Suhu (OC)

30
28

Min

26

Maks

24

Rata-rata

22
20
M

A

M
J
Bulan

J

A

Gambar 5 Pola Perubahan Suhu antara Maret 2013 – Agustus 2013
90
80
70
%

Lama
Penyinaran

60

Kelembaban
udara

50
40

M

A

M
J
Bulan

J

A

Gambar 6 Lama Penyinaran dan Kelembaban Udara antara Maret 2013 – Agustus
2013

30

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

25

20
15
10
5

Hari Hujan (Hari)

Curah Hujan (mm)

17

Curah
Hujan
Hari
Hujan

0
M

A

M
J
Bulan

J

A

Gambar 7 Curah Hujan dan Hari Hujan antara Maret 2013 – Agustus 2013
Pembungaan
Pembungaan pada masing-masing spesies dilihat berdasarkan hasil
persentase pembungaan yang dihitung. Persentase pembungaan yang dimaksud
dalam pembahasan ini adalah persentase penutupan bunga terhadap tajuk. Hasil
pengamatan menunjukan pada puncak pembungaan bunga hanya muncul pada
sebagian area tajuk, tidak ada spesies yang pada puncak pembungaan menutupi
seluruh tajuk permukaan.
Calliandra surinamensis Benth.
C. surinamensis merupakan tanaman yang berbunga sepanjang tahun.
Selama periode pengamatan dari Bulan Maret 2013 sampai Agustus 2013
Kaliandra mengalami pembungaan setiap bulannya dan memiliki persentase 530.2 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Mei dan Agustus 2013,
sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan April sebesar 5 % (Gambar
8). Pada saat puncak tertinggi pembungaan pada bulan Mei, curah hujan pada
bulan tersebut sangat tinggi yaitu sebesar 399.3 mm. Berdasarkan hasil analisis
regresi (Tabel 4), persentase pembungaan C. surinamensis tidak nyata dipengaruhi
faktor iklim.
35

30.22

30

% Bunga

25

20.67

20
15
10

9.12

7.6

6.07

5

5

0
M

A

M

J

J

A

Bulan

Gambar 8 Persentase Pembungaan C. surinamensis

18

Gambar 9 C. surinamensis saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak
Berbunga (kiri)
Kaliandra memiliki warna bunga yang menarik dengan dominasi berwarna
putih pada bagian bawah dan warna merah muda pada bagian ujungnya.
Berdasarkan hasil pengamatan bunga Kaliandra muncul satuan pada ujung cabang
dan distribusi pembungaan menyebar keseluruh tajuk.
Tabel 4 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga
C. surinamensis
Faktor iklim
(Tmax-Tmin)
T rata-rata
Curah hujan
Lama penyinaran
Hari hujan
RH

Regresi
y = 3.091x - 15.733
y = -3.764x + 111.097
y = 0.05x - 0.076
y = 0.344x - 8.936
y = -0.723x + 28.409
y = 3.633x - 293.285

R2
0.058
0.021
0.347
0.168
0.144
0.189

Sig. F
0.645
0.782
0.219
0.419
0.458
0.389

Berdasarkan grafik hubungan (Gambar 10) didapatkan peningkatan hari
hujan cenderung menurunkan persentase pembungaan, sedangkan peningkatan
curah hujan, lama penyinaran dan kelembaban udara cenderung meningkatkan
persentase pembungaan. Peningkatan unsur lama penyinaran dengan pembungaan
Kaliandra pada bulan Mei dan Agustus menunjukkan nilai yang cukup besar
untuk mempengaruhi jumlah bunga pada bulan tersebut. Menurut Llamas (2003)
Kaliandra sangat menyukai paparan sinar matahari penuh untuk tumbuh optimal
dan umumnya tanaman yang mendapat cahaya lebih banyak dapat lebih mudah
berbunga dibanding dengan tanaman yang kekurangan cahaya (Darjanto dan
Satifah 1990).

y = 3.091x - 15.733
R2 = 0.058

% Bunga

% Bunga

19

T rata-rata (oC)

% Bunga

% Bunga

(Tmax-Tmin) (oC)

y = 0.05x - 0.076
R2 = 0.347

Hari hujan

y = 0.344x - 8.936
R2 = 0.168

Lama penyinaran (%)

% Bunga

% Bunga

Curah hujan (mm)

y = -0.723x + 28.409
R2 = 0.144

y = -3.764x + 111.097
R2 = 0.021

y = 3.633x - 293.285
R2 = 0.189

RH (%)

Gambar 10 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.
surinamensis
Callistemon citrinus (Curtis) Skeels
Pembungaan C. citrinus terjadi setiap bulan selama periode pengamatan d