Pengembangan Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah

PENGEMBANGAN PERIKANAN PURSE SEINE
DI KECAMATAN SALAHUTU
KABUPATEN MALUKU TENGAH

STYLIA JOHANNES

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan
Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Stylia Johannes
NRP C452100091

RINGKASAN

STYLIA JOHANNES. Pengembangan Perikanan Purse Seine di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Dibimbing oleh SUGENG H WISUDO
dan TRI WIJI NURANI.
Kabupaten Maluku Tengah sebagai salah satu wilayah kepulauan sangat
mengandalakan sektor kelautannya. Sektor tersebut dianggap sebagai leading
sector pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya
dan nelayan pada khususnya. Hingga tahun 2010, Wilayah Maluku Tengah
memiliki potensi sumberdaya perikanan paling besar dibandingkan wilayah
lainnya.
Meskipun nelayan setempat telah lama melakukan kegiatan eksploitasi
terhadap sumberdaya ikan yang terbilang masih melimpah ini, tetapi tidak banyak

keuntungan yang dapat diterima oleh nelayan. Kehidupan masyarakat nelayan
khususnya nelayan purse seine yang ada di Wilayah Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah, dirasakan masih tergolong rendah. Pemanfaatan
sumberdaya perikanan tangkap setempat masih didominasi oleh usaha perikanan
rakyat dengan teknologi sederhana, jangkauan daerah penangkapan yang terbatas
di sekitar pantai, serta produktivitas yang relatif masih rendah.
Prinsip-prinsip biologi dan teknologi sumberdaya memegang peranan
penting dalam mengembangkan usaha perikanan purse seine di Wilayah
Kecamatan Salahutu, tetapi pada akhirnya keberhasilan dan keberlangsungan atau
daya tahan dari usaha tersebut juga bergantung pada prinsip-prinsip
ekonomi/finansial. Dibutuhkan pengelolaan yang berimbang atas ketiga prinsip
tersebut agar suatu kegiatan usaha perikanan purse seine dapat tetap bertahan.
Terkait dengan itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor produksi unit perikanan purse seine di Kecamatan Salahutu,
Kabupaten Maluku Tengah yang mempengaruhi produktivitas serta menganalisis
aspek finansialnya. Hasil penelitian menunjukkan produksi dalam setahun
berkisar antara 113,68 ton sampai 243,63 ton dengan rata-rata 173,75 ton. Sebesar
96% dari produksi hasil tangkapan purse seine dipengaruhi oleh faktor-faktor
produksi berupa ukuran kapal, luas jaring, jumlah ABK dan jumlah BBM. Usaha
perikanan purse seine memberikan keuntungan berkisar antara Rp. 412.000.000.sampai Rp. 902.234.000 dengan rata-rata Rp. 736.914.222, imbangan penerimaan

dan biaya yang berkisar antara 1,9 sampai 5,4 dan rata-rata 3,3. Waktu yang
diperlukan oleh usaha perikanan purse seine untuk mengembalikan dana yang
telah diinvestasikan berkisar antara 0,5 sampai 1,1 tahun dengan rata-rata 0,6
tahun. Kemampuan dari modal dalam usaha Perikanan Purse Seine untuk
menghasilkan keuntungan bersih berkisar antara 90,9% sampai 199,1% dengan
rata-rata 162,6%. Usaha perikanan purse seine merupakan usaha yang layak
dikembangkan karena memiliki nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga dan
Net B/C > 1.
Kata Kunci: Perikanan, Purse Seine, Salahutu, Maluku Tengah

SUMMARY

STYLIA JOHANNES. Purse Seine Fishery Development in Salahutu
Subdistrict, Central Maluku Regency. Supervised by SUGENG H WISUDO
and TRI WIJI NURANI.
Central Maluku regency as one of the archipelagic region rely heavily on
maritime sector. The sector is regarded as the leading sector development to
improve people's lives in general and the fishermen in particular. Until 2010,
Central Maluku region has the greatest potential of fisheries resources than other
regions.

Although local fishermen have long been conducting exploitation activities
of fish resources is still fairly abundant, but not a lot of advantages that can be
accepted by fishermen. The life of the fishing community, especially the purse
seine fishermen in the region Salahutu District of Central Maluku regency, felt
still relatively low. Local fisheries resources utilization is still dominated by the
folk fishing business with simple technology, the limited range of fishing grounds
around the coast, as well as the productivity is still relatively low.
Principles of biology and technology resources play an important role in
developing purse seine fisheries, but in the end the success and sustainability and
durability of these efforts also depend on economic principles. Associated with it,
has been done a study that aims to identify the factors of production of purse seine
fishing unit in Subdistrict Salahutu, Central Maluku Regency that affect the
productivity as well as analyzing the financial aspects. Results showed production
within a year ranged from 113,68 to 243,63 tons with the mean was 173,75 tons.
Amounting 98% of the production of purse seine catches are influenced by the
factors of production such as ship size, large nets, the number of crew and the
amount of fuel. Purse seine fisheries provide benefits ranging from Rp.
412.000.000 to Rp. 902.234.000 with the mean was Rp. 736.914.222, revenue-cost
ratio ranged from 1,9 to 5,4 with the mean was 3,3. The time required by the
purse seine fishery effort to return the invested funds have ranged from 0,5 to 1,1

years with the mean was 0,6 years. Ability of capital in the Purse seine Fishery to
produce net benefits ranged from 90,9 to 199,1% with the mean was 162,6%.
Purse seine fishery business is a decent effort to developed because NPV value >
0, IRR> discount rate and Net B / C> 1.
Keywords: Fishery, Purse Seine, Salahutu, Maluku Central

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGEMBANGAN PERIKANAN PURSE SEINE
DI KECAMATAN SALAHUTU
KABUPATEN MALUKU TENGAH


STYLIA JOHANNES

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sistem dan Permodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Mustaruddin, STP

Judul Tesis
Nama
NIM
Program Studi


: Pengembangan Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah
: Stylia Johannes
: C452100091
: Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sugeng H Wisudo, MSi
Ketua

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sistem dan Pemodelan
Perikanan Tangkap


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 27 Agustus 2014

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, kasih dan anugerah-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul
“Pengembangan Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah" dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si
selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu, serta memberikan

perhatian dan sumbangan pikiran dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Dr. Mustaruddin, STP selaku penguji luar komisi yang telah member
banyak masukkan bagi penyempurnaan penulisan tesis ini..
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap yang telah membantu kelancaran
penyelesaian tesis ini.
4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku beserta staf, Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah beserta staf, Kepala
Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku beserta staf yang telah membantu dalam
pengumpulan data sekunder.
5. Nelayan purse seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah yang
telah banyak membantu selama penelitian dan pengumpulan data primer
6. Keluarga Talarima-Pekomu serta keluarga Kayadoe atas tumpangan tempat
tinggal dan banyak membantu selama penelitian.
7. Rekan-rekan mahasiswa SPT dan TPT angkatan 2010 atas bantuan,
kebersamaan dan kerjasamanya selama masa studi.
8. Persatuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) serta Persekutuan Oikumene
Kampus dan Sekitarnya (POUKADS) atas kebersamaan dan bantuannya baik
berupa pelayanan fisik maupun doa tulus.
9. Rekan-rekan Sister Voice, Smile Crew, dan Malibu Kost atas dorongan

semangat dan doa tulus bagi penulis dalam melewati masa-masa sulit semasa
studi.
10. Kak Rico Taolin, Kak Eny Sulistyowati, Kak Beba Pablo atas banyak bantuan
dan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Keluarga terkasih, Ayahanda Ir. Johan Johannes, MT dan Ibunda Elisabeth
Leonora Johannes/Picauly, kakak Standy Johannes, ST, MT beserta istri Herlin
Matulessy, SE, kakak Wilma Johannes, A.Md, adik Lusye Johannes, SE, yang
telah banyak memberikan dorongan semangat, motivasi, doa, dan kasih sayang.
12. Suami Victor Jansens Hahury, S.Si dan anak Imanuella Quadelvylia Hahury
atas dorongan semangat, motivasi, doa dan kasih sayang tulus kepada penulis.

Bogor, Agustus 2014

Stylia Johannes

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xiv


DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
2
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perikanan Purse Seise
Alat Tangkap Purse Seine
Kapal Purse Seine
Nelayan Purse Seine
Fungsi Produksi
Analisis Kelayakan Finansial

4
4
4
6
7
8
8

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis Faktor Produksi
Analisis Kelayakan Finansial

9
9
10
10
10
10
12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas Wilayah
Keadaan Iklim
Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap

15
15
15
16

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Purse Seine di Kecamatan Salahutu
Kapal Purse Seine
Alat Tangkap Purse Seine
Tenaga Kerja
Hasil Tangkapan
Analisis Faktor Produksi Perikanan Purse Seine
Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Purse Seine Analisis Usaha
Analisis keuntungan
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C)
Analisis payback periode (PP)
Analisis return of investmen (ROI)
Net present value (NPV)

17
17
17
17
18
18
19
20
20
23
24
24
25

Internal rate of return (IRR)
Net benefit cost ratio (Net B/C)

25
26

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

27
27
27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6

Data dan informasi yang diperlukan menurut tujuan penelitian, jenis
data, sumber data dan metode analisis data.
Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Maluku
Tengah.
Anova Regresi Faktor Produksi
Komponen biaya investasi usaha perikanan purse seine di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
Komponen biaya tetap usaha perikanan purse seine di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
Komponen biaya variabel usaha perikanan purse seine di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah

15
16
19
20
21
21

DAFTAR GAMBAR

1
2

Bagan Alir Kerangka Pikir Penelitian
Bentuk umum jaring purse seine yang digunakan di Perairan Desa Waai
Kecamatan Salahutu
3 Kapal purse seine yang digunakan nelayan di Desa Waai Kecamatan
Salahutu
4 Hasil Tangkapan Bulanan Selama Tahun 2011
5 Biaya-biaya dalam usaha perikanan purse seine. Biaya Investasi (kiri
atas), Biaya Tetap (kanan atas) dan Biaya Variabel (bawah)
6 Penerimaan usaha perikanan purse seine
7 Keuntungan usaha perikanan purse seine
8 Imbangan penerimaan dan biaya usaha perikanan purse seine
9 Payback Period usaha perikanan purse seine
10 Return of Investment usaha perikanan purse seine
11 Nilai NPV usaha perikanan purse seine
12 Internal rate of return usaha perikanan purse seine

3
5
6
18
22
22
23
24
24
25
25
26

13 Net B/C usaha perikanan purse seine
14 NPV, IRR dan Net B/C

26
26

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3

Peta Lokasi Penelitian
Out put SPSS analisis regresi berganda
Perikanan purse seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah

30
30
31

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas wilayah Provinsi Maluku mencapai 712.479,65 km2 dimana
666.139,85 km2 (93,5 %) merupakan wilayah lautan dan 54.185 km2 (6,5 %)
wilayah daratan. Wilayah Provinsi Maluku meliputi 1.340 buah pulau dengan
panjang garis pantai 11.098,3407 km dan berhadapan langsung dengan Laut
Banda di bagian Selatan serta Laut Seram di bagian Utara. Kondisi wilayah
seperti ini, jelas mengandung berbagai potensi sumberdaya alam pesisir dan laut
yang cukup besar serta dapat menghasilkan produk dan jasa dengan daya saing
yang tinggi (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku 2008).
Terdapat tantangan tersendiri dalam memelihara sumberdaya ikan untuk
tujuan pembangunan perikanan. Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya ikan
bersifat terbuka untuk dimanfaatkan oleh siapa saja dan dikategorikan sebagai
sumberdaya yang dapat pulih, namun seringkali muncul pertanyaan seberapa
besarkah sumberdaya yang dapat dimanfaatkan tanpa harus menimbulkan dampak
negatif dikemudian hari. Keberlanjutan menjadi kata kunci dalam pembangunan
perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya serta
kesejahteraan masyarakat perikanan (Fauzi & Anna 2005).
Potensi sumber daya ikan Provinsi Maluku sendiri diperkirakan adalah
kurang lebih satu juta ton dengan jumlah tangkapan sekitar 80% per tahun (ZEEI
1998). Daerah tangkapan dibagi dalam 3 kawasan yaitu (1) Kawasan Laut Banda,
(2) Kawasan Laut Seram dan (3) Kawasan Laut Arafura. Sebesar 51,3% dari
jumlah potensi Perikanan Maluku tersebut merupakan potensi perikanan
Kabupaten Maluku Tengah dengan jumlah tangkapan kurang lebih 80% yang
diperbolehkan. Keseluruhan jumlah potensi perikanan tangkap Maluku hingga
tahun 2003 yang sudah dimanfaatkan sebesar 9,14% per tahun, berarti masih ada
90,9% yang belum dimanfaatkan. Hal ini merupakan peluang untuk
pengembangan kegiatan perikanan (Ririmasse 2007). Kegiatan eksploitasi/usaha
penangkapan ikan sendiri telah lama dikenal dan hal ini sangat akrab bagi
masyarakat Maluku.
Nelayan-nelayan di Maluku telah mengenal dan
menggunakan beberapa alat penangkapan ikan berskala perikanan rakyat seperti
pukat cincin (purse seine), jaring redi (beach seine), bagan apung (lift net), jaring
insang (gillnet), bubu (trap net), pancing (angling) dan sebagainya (Matakupan et
al. 2006). Meskipun nelayan setempat telah lama melakukan kegiatan
eksploitasi/usaha penangkapan terhadap sumberdaya ikan yang terbilang masih
melimpah ini, tetapi tidak banyak keuntungan yang dapat diterima oleh nelayan.
Kehidupan masyarakat nelayan khususnya nelayan purse seine yang ada di
Wilayah Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, dirasakan masih
tergolong rendah.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan tangkap yang
masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat ini, umumnya memiliki
karakteristik usaha skala kecil hingga menengah, teknologi sederhana, jangkauan
daerah penangkapan yang terbatas di sekitar pantai, serta produktivitas yang
relatif masih rendah. Menurut Barus et al. (1991 dalam Kurniawati 2005),
produktivitas nelayan yang rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya

2

keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun
perahu yang masih sederhana sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan
penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal.
Sasaran akhir dari suatu kegiatan usaha perikanan purse seine oleh
masyarakat nelayan di Kecamatan Salahutu bukan hanya pada produksi, tetapi
juga keuntungan. Produksi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan
keuntungan serta memungkinkan stabilitas usaha dapat dipertahankan sekaligus
dapat mengupayakan pengembangannya. Sekalipun prinsip-prinsip biologi dan
teknologi dari sumberdaya memegang peranan penting dalam mengembangkan
usaha perikanan purse seine di Wilayah Kecamatan Salahutu, tetapi pada akhirnya
keberhasilan dan keberlangsungan atau daya tahan dari usaha tersebut juga
bergantung pada prinsip-prinsip ekonomi/finansial.
Dibutuhkan pengelolaan yang berimbang untuk ketiga prinsip tersebut
hingga pada akhirnya suatu kegiatan usaha perikanan purse seine dapat
memperoleh keuntungan yang diharapkan. Terkait dengan itu, perlu dilakukan
kajian terhadap kegiatan perikanan purse seine yang ada di Wilayah Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah guna pengembangannya.
Perumusan Masalah
Peningkatan produksi dalam suatu kegiatan usaha merupakan hal yang
sangat penting untuk dapat dicapai, karena dengan meningkatnya produksi maka
sasaran lain dari kegiatan usaha tersebut yakni memperoleh keuntungan yang
lebih besar juga dapat dicapai. Peningkatan produksi erat kaitannya dengan
pengelolaan faktor-faktor produksi yang digunakan. Mengidentifikasi faktorfaktor produksi yang mempengaruhi keberhasilan usaha penangkapan penting
untuk dilakukan karena tidak semua faktor produksi memberikan pengaruh yang
sama. Efisiensi terhadap faktor-faktor produksi tertentu yang dketahui
memberikan pengaruh besar pada keberhasilan usaha penangkapan dapat
dilakukan sebagai input guna memperoleh hasil tangkapan atau output yang
optimal.
Nelayan sendiri cenderung memperbesar unit penangkapannya untuk
meningkatkan produksi dengan pemahaman bahwa semakin besar unit
penangkapan yang digunakan, maka semakin besar pula hasil yang bisa
didapatkan. Tetapi apakah dengan memperbesar unit penangkapan sebagai faktor
produksi dapat memberikan keuntungan finansial yang lebih tinggi? Semakin
besar unit penangkapan juga akan memperbesar biaya investasi, maupun biaya
tetap dan biaya variabel untuk setiap operasi penangkapan. Kenyataannya, ada
saat dimana hasil tangkapan sangat tinggi dan ada saat hasil tangkapan rendah.
Pertanyaannya, apakah keuntungan yang diperoleh saat hasil tangkapan tinggi
dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan selama hasil tangkapan rendah?
Kondisi pasar sendiri menunjukkan bahwa jika hasil tangkapan (produksi)
meningkat maka harga produk akan turun.
Terkait dengan itu, maka beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian
pengembangan perikanan purse seine di perairan wilayah Kecamatan Salahutu ini
ialah:

3

1) Faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas
alat tangkap purse seine yang ada di lokasi penelitian?
2) Bagaimana kondisi finansial usaha perikanan purse seine yang ada di lokasi
penelitian?
Dapat dilakukan beberapa pendekatan pemecahan masalah untuk
menyelesaikan masalah-masalah tersebut, yaitu dengan melakukan analisis fungsi
produksi dan analisis finansial usaha.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah di atas, dapat
dikemukakan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor produksi unit penangkapan purse seine di
Kecamatan Salahutu kabupaten Maluku Tengah yang berpengaruh terhadap
produktivitasnya.
2. Menganalisis aspek finansial usaha perikanan purse seine di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Memberikan informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku
usaha perikan purse seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
dalam mengembangkan usahanya.
2. Memberikan gambaran peluang usaha bidang perikanan purse seine.
Kerangka Pemikiran

Usaha Pemanfaatan
Perikanan Purse Seine
Faktor Produksi
Analisis Faktor Produksi
yang Mempengaruhi
Produktivitas Purse Seine

Kelayakan Finansial

Analisis
Usaha

Analisis Kriteria
Investasi

Pengembangan Perikanan Purse seine
Gambar 1 Bagan Alir Kerangka Pikir Penelitian

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perikanan Purse Seine
Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang,
tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan
(pelagic fish). Purse seine adalah suatu alat penangkapan ikan yang digolongkan
dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets) (Martasuganda et al. 2004).
Menurut Ayodhyoa (1981), purse seine adalah alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan. Ikan yang menjadi
tujuan penangkapan dari purse seine ialah ikan-ikan pelagic shoaling species yang
berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat
dengan permukaan dan sangat diharapkan pula densitas shoal tersebut tinggi,
dengan kata lain jarak antara ikan haruslah sedekat mungkin.
Brandt (1984 dalam Ghaffar 2006) juga mengatakan bahwa purse seine
merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis di
sekitar permukaan air. Purse seine dibuat dengan dinding jaring yang panjang,
terkadang hingga kiloan meter dengan panjang jaring bagian bawah sama atau
lebih panjang dari bagian atas. Bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada
kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine dengan
karakteristiknya yang terletak pada cincin di bagian bawah jaring.
Dilihat dari segi konstruksi, maka komponen purse seine dapat
dikelompokkan dalam 5 bagian besar yaitu: (1) badan jaring, (2) tali kerut, (3)
cincin (ring), (4) pelampung dan pemberat, dan (5) tali selambar (Martasuganda et
al. 2004). Subani dan Barus (1989) menyatakan konstruksi purse seine terdiri
atas:
1) Bagian jaring, yang terdiri dari 3 bagian yaitu jaring utama, jaring sayap,
dan jaring kantong.
2) Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggir jaring yang berfungsi
untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu
penarikan jaring.
3) Tali temali, terdiri dari tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali
pemberat, tali kolor, dan tali selambar.
4) Pelampung
5) Pemberat
6) Cincin
Prinsip penangkapan ikan dengan purse seine ialah melingkari ikan dengan
jaring sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikian
gerakan ikan ke arah horisontal dapat dihalangi. Setelah itu bagian bawah jaring
dikerucutkan untuk mencegah ikan lari dan meloloskan diri ke arah bawah jaring
(Telussa 2006).
Sama halnya yang dinyatakan oleh Ayodhyoa (1981), bahwa prinsip
menangkap ikan dengan alat tangkap purse seine ialah melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring pada bagian bawah
dikerucutkan, dengan demikian ikan akan terkumpul pada bagian kantong atau

5

dengan kata lain memperkecil ruang gerak ikan sehingga ikan tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya tertangkap.
Jaring purse seine oleh masyarakat nelayan di Kecamatan Salahutu, disebut
dengan istilah “jaring bobo”. Menurut cerita, ini dikarenakan oleh kebiasaan
nelayan pada saat menarik jaring purse seine hingga posisi badan hampir
telentang.
Telussa (2006) menjelaskan bahwa, panjang keseluruhan jaring purse seine
yang digunakan di Perairan Waai Kecamatan Salahutu ialah 350 m dengan dalam
60 m. Jaring utama terbuat dari bahan nilon 210 D/9; diameter 1¼ inci, jaring
sayap juga dari bahan nilon 210 D/6; diameter 1¾ inci, dan jaring kantong yang
terbuat dari bahan polyamide 210 D/12; diameter 1 inci. Pelampung yang
digunakan berjumlah 2250 buah yang terbuat dari bahan synthetic rubber (SR)
yang terdiri dari pelampung Y-50 dipasang dibagian pinggir kiri dan kanan
sebanyak 500 buah dan pelampung Y-30 yang dipasang dibagian tengah sebanyak
1750 buah. Tali pelampung dan pemberat terbuat dari bahan PE berdiameter 10
mm masing-masing dengan panjang 400 m dan 420 m.

Sumber: Telussa 2006

Keterangan:
1. Pelampung tanda (light buoy)
2. Tali pelampung
3. Tal iris atas
4. Pelampung utama
5. Tali ris bawah

6.Tali kolor (purse line)
7. Tali pemberat
8. Pemberat cincin
9. Tali selambar

Gambar 2 Bentuk umum jaring purse seine yang digunakan di Perairan Desa
Waai Kecamatan Salahutu
Pemberat yang digunakan sebanyak 90 buah dengan berat keseluruhan 180
kg. Cincin yang digunakan terbuat dari timah hitam memiliki diameter lubang 11
cm dengan berat 50 kg. Tali ris atas dan tali ris bawah terbuat dari bahan PE
berdiameter 5 mm dengan panjang masing-masing 320 m dan 350 m, sedangkan
tali kolor/tali kerut terbuat dari bahan kuralon berdiameter 25 mm dengan panjang
350 m.

6

Telussa (2006) juga menyatakan bahwa jenis hasil tangkapan yang dominan
tertangkap dengan alat tangkap purse seine adalah jenis ikan tongkol (Euthynus
affinis), ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), ikan selar (Selaroides sp), dan
ikan layang (Decapterus macrosoma).
Kapal Purse Seine
Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah,
tempat bekerja (working area) dan sarana transportasi. Kapal ikan termasuk di
dalamnya. Kapal ikan memiliki kekhususan tersendiri yang disebabkan oleh
bervariasinya kerja yang dilakukan di kapal tersebut. Kerja pada kapal ikan
meliputi mencari fishing ground, mengoperasikan alat, mengejar ikan dan sebagai
wadah hasil tangkapan (Iskandar & Novita 1997).
Kapal ikan oleh Iskandar dan Pujiati (1995 dalam Iskandar dan Novita
1997), dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan metode pengoperasian
alat yang dioperasikan, yaitu:
1) Kapal yang mengoperasikan alat yang statik (static gear); gillnet, longline,
lift net, pole and line dll.
2) Kapal yang mengoperasikan alat yang ditarik (towed gear/dragged gear);
trawl, tonda dll.
3) Kapal yang mengoperasikan alat yang dilingkarkan (encircling gear); purse
seine, payang, dogol, dll.
4) Kapal yang mengoperasikan lebih dari 2 alat tangkap yang berbeda
pengoperasiannya (multi purpose).

Sumber: Telussa 2006

Keterangan:
Panjang (L)
Lebar (B)
Tinggi (D)

= 21 m
= 3,20 m
=1,70 m

1. Ruang kemudi
2. Palka hasil tangkapan
3. Palka jangkar
4. Roller
Gambar 3 Kapal purse seine yang digunakan nelayan di Desa Waai Kecamatan
Salahutu

7

Menurut Kurniawati (2005), kapal purse seine adalah kapal yang secara
khusus dirancang dan dibangun untuk digunakan dalam penangkapan ikan dengan
alat tangkap jenis purse seine yang sekaligus dapat menampung, menyimpan,
mendinginkan, dan mengangkut hasil tangkapan. Kapal ini juga khusus
dioperasikan untuk menangkap Jenis ikan pelagis yang selalu bermigrasi dalam
bentuk schooling seperti ikan tongkol besar dan cakalang.
Tiap kapal purse seine ukuran di atas 30 GT seharusnya minimal dilengkapi
dengan power block yang berfungsi untuk membantu menarik jaring dari dalam
air ke atas dek kapal, atau pada kapal-kapal purse seine Indonesia fungsi power
block dapat diganti dengan capstan yang dipasang di atas dek kapal.
Pada umumnya kapal purse seine yang ada di Kecamatan Salahutu masih
tergolong tradisional dalam artian belum dilengkapi dengan fasilitas yang
mendukung efisiensi usaha penangkapan seperti peralatan navigasi fish finder
maupun echosounder sehingga operasi penangkapan belum sepenuhnya menjamin
kepastian serta optimalnya hasil tangkapan.
Menurut Telussa (2006), kapal purse seine yang merupakan salah satu
bagian dari objek penelitiannya di lokasi yang sama, berukuran 21 x 3,20 x 1,70
m. Alat penggerak yang digunakan ialah mesin dengan kekuatan 40 PK sebanyak
3 buah. Pada bagian atas kapal dilengkapi dengan lampu petromaks sebanyak 2
buah, lampu suklet berkekuatan 500 watt sebanyak 2 buah dan lampu neon
(Philips) berkekuatan 20 watt sebanyak 8 buah. Kapal ini juga dilengkapi dengan
1 buah katrol untuk membantu menarik jaring dari dalam air ke atas dek.
Nelayan Purse Seine
Nelayan adalah suatu kelompok mayarakat yang kehidupannya tergantung
langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun
budidaya. Nelayan pada umumnya tinggal di daerah tepi pantai, sebuah
lingkungan yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron 2003 dalam Ghandi
2010).
Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang juga
memegang peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan. Peran
nelayan tersebut didasarkan pada kemampuannya dalam menggunakan dan
mengoperasikan alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan daerah
penangkapan. Nelayan purse seine di Kecamatan Salahutu dibagi menjadi dua
yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh (ABK). Nelayan pemilik yakni nelayan
yang memiliki sarana produksi dan yang bertanggung jawab dalam pembiayaan
operasi penangkapan, sedangkan nelayan buruh (ABK) ialah nelayan yang
menyediakan tenaga untuk secara langsung melakukan operasi penangkapan.
Seringkali, nelayan pemilik juga ikut serta dalam melakukan operasi
penangkapan.
Menurut Telussa (2006), anak buah kapal (ABK) yang ikut dalam
pengoperasian jaring purse seine di Perairan Waai Kecamatan Salahutu berjumlah
25 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut:
1 orang sebagai nahkoda,
2 orang sebagai pembantu,
1 orang bertugas mengamati tali jaring, dan
21 orang bertugas menarik jaring

8

Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara produksi (output) dan
faktor-faktor produksi (input). Hubungan tersebut tanpa memperhatikan hargaharga, baik harga faktor-faktor produksi maupun produksi itu sendiri. Secara
matematis fungsi produksi dapat dinyatakan dengan Y = f (X 1, X2, X3,…,Xn),
sedangkan X1, X2, X3,…, Xn merupakan faktor input yang digunakan untuk
menghasilkan output (Y). Fungsi di atas menerangkan output yang dihasilkan
tergantung dari faktor-faktor input, tetapi belum memberikan hubungan kuantitatif
antara faktor-faktor input dengan output. Hubungan tersebut harus dinyatakan
dalam bentuk yang khas seperti fungsi linier,untuk dapat memberikan hubungan
kuantitatif (Sugiarta 1992 dalam Ghaffar 2006). Soekartawi (1993 dalam Ghaffar
2006) menyatakan bahwa analisis fungsi produksi sering dilakukan oleh para
peneliti, karena mereka menginginkan informasi tentang bagaimana sumberdaya
yang terbatas dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat
diperoleh. Kenyataannya, penggunaan masukan produksi masih dipengaruhi oleh
faktor lain di luar kontrol manusia seperti iklim dan faktor lingkungan.
Supranto (1983 dalam Ghaffar 2006) menyatakan bahwa diantara fungsi
produksi yang umum dipakai adalah fungsi linier dengan analisis regresi, apabila
dalam persamaan garis regresi tercakup dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan
variabel tak bebas. Oleh karena itu, Regresi ini dinamakan regresi linier berganda.
Variabel tak bebas (Y) dalam regresi linier berganda tergantung pada dua atau
lebih variabel bebas. X adalah variabel bebas yang nilainya diketahui, kemudian
pengaruhnya terhadap Y dapat diperkirakan sehingga nilai Y dapat diramal.
Model-model peramalan yang dilakukan berdasarkan variabel penjelas
(explanory farecasting models) yang umum digunakan adalah model-model
regresi. Secara umum, jika ada satu variabel tak bebas tergantung pada satu atau
lebih variabel bebas, maka hubungan diantara variabel-variabel itu dicirikan
melalui model peramalan yang disebut model regresi.
Model regresi berganda merupakan model regresi dengan dua atau lebih
variabel bebas. Analisis regresi berganda adalah suatu analisis regresi bersyarat
terhadap nilai-nilai tetap dari variabel-variabel bebas, maka akan diperoleh nilai
rata-rata dari Y untuk nilai-nilai tetap dari variabel X.
Analisis Kelayakan Finansial
Kadariah et al. (1978 dalam Ghandi 2010) menyatakan bahwa ada dua
macam analisis yang biasa digunakan dalam mengevaluasi kelayakan usaha, yaitu
analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah suatu kajian
terhadap biaya dan manfaat di dalam suatu usaha yang dilihat dari sudut badan
atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung
dalam usaha tersebut. Pada analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total
atau keuntungan yang diperoleh dari semua sumberdaya yang digunakan dalam
proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan.
Dikatakan juga bahwa pada prinsipnya, analisis investasi dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, tergantung pihak yang berkepentingan langsung dengan
proyek tersebut yaitu:

9

1) Analisis finansial; analisis ini dilakukan apabila yang berkepentingan
langsung dalam proyek adalah individu atau kelompok individu yang
bertindak sebagai investor. Dalam hal ini, maka kelayakan proyek dilihat
dari besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima investor tersebut.
2) Analisis ekonomi; analisis ini dilakukan apabila yang berkepentingan
langsung dalam proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara
keseluruhan. Dalam hal ini, maka kelayakan proyek dilihat dari besarnya
manfaat bersih tambahan yang diterima oleh masyarakat.
Ghandi (2010) mengatakan bahwa analisis finansial penting artinya dalam
mempertimbangkan insentif bagi orang yang turut serta dalam mensukseskan
pelaksanaan proyek, sebab tidak ada gunanya melaksanakan proyek perikanan
misalnya, yang menguntungkan bila dilihat dari sudut perekonomian secara
keseluruhan, jika nelayan yang menjalankan aktivitas produksi tidak bertambah
baik keadaanya.
Pada analisis ekonomi, yang diperhatikan adalah hasil total atau
produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa
melihat pihak mana yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan pihak mana
dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut. Bagi para pengambil
keputusan, yang penting adalah mengarahkan penggunaan sumber-sumber yang
langka kepada proyek-proyek yang dapat memberikan hasil terbanyak untuk
perekonomian sebagai keseluruhan, artinya yang menghasilkan social return atau
economic returns yang paling tinggi.
Terkait untuk mencari suatu ukuran menyeluruh
sebagai dasar
penerimaan/penolakan atau pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan
berbagai macam cara yang dinamakan investment criteria atau kriteria investasi.
Kriteria investasi yang sering digunakan dalam menilai kelayakan proyek adalah
NPV, Net B/C dan IRR.
Sesuai ketentuan yang berlaku dalam analisis finansial (NPV, IRR dan Net
B/C), biaya penyusutan dan bunga modal (jika modal sendiri) tidak
diperhitungkan sebagai pengeluaran atau tidak masuk dalam komponen biaya,
sedangkan nilai sisa (salvage value) dimasukkan sebagai penerimaan pada akhir
umur usaha.

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan sejak Bulan November 2011 dimulai dengan
kegiatan pengumpulan data lapangan. Adapun pengumpulan data dibagi dalam 2
tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data sekunder pada bulan November
hingga Desember 2011 di beberapa instansi terkait yang masing-masing berada di
Kota Ambon Provinsi Maluku dan Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah.
Tahap kedua adalah pengumpulan data primer pada bulan Januari hingga April
2012 yang difokuskan pada desa nelayan yang berada di wilayah Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah yakni Desa Waai dan Desa Liang.

10

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei. Metode survei bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah
variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan
sebelumnya (Ghaffar 2006). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ialah
jenis data sekunder dan data primer.
Data sekunder diperoleh dari publikasi resmi yang dikeluarkan oleh instansi
terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Maluku Tengah
dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku. Data primer diperoleh dari
hasil wawancara terhadap nelayan perikanan purse seine yang ada di Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah serta beberapa pihak terkait lainnya.
Penentuan sampel untuk mengumpulkan data primer dilakukan dengan
menggunakan metode total sampling atau sensus. Metode sensus digunakan
apabila dalam penelitian seluruh anggota populasi diambil sebagai sumber data.
Metode ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau.
Penggunaan metode pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung
lebih mendekati nilai sesungguhnya dan dapat pula memperkecil terjadinya
kesalahan atau penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman & Akbar 2008).
Dalam penelitian ini, jumlah populasi unit usaha perikanan purse seine relatif
sedikit dan mudah dijangkau yaitu, ada 9 unit purse seine yang beroperasi di
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, 7 diantaranya ada di Desa Waai
dan 2 lainnya di desa Liang. Responden yang dipilih untuk dapat memberikan
informasi atau data adalah nahkoda dan atau pemilik dari 9 unit usaha tersebut.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analisis faktor produksi dan analisis kelayakan finansial usaha. Berikut ini
penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing analisis yang digunakan tersebut.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang
diteliti. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
kondisi umum lokasi penelitian yang termasuk di dalamnya kondisi perikanan di
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah serta karakteristik unit perikanan
purse seine setempat (kapal purse seine, jaring purse seine, tenaga kerja dan hasil
tangkapan purse seine).
Analisis Faktor Produksi
Hubungan teknis antara produksi yang dihasilkan per satuan waktu dengan
faktor-faktor produksi yang digunakan tanpa memperhatikan harga-harga baik
harga faktor produksi maupun produksi disebut fungsi produksi (Ghaffar 2006).
Hubungan antara faktor-faktor produksi dapat diketahui dengan menggunakan
fungsi produksi regresi linier berganda dengan formula sebagai berikut:

11

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
dimana :
Y
b0
b1
X1
b2
X2
b3
X3
b4
X4
e

(1)

: Hasil produksi (ton tahun-1)
: Intersep
: Koefisien regresi ukuran kapal
: Ukuran kapal (m3)
: Koefisien regresi luas jaring
: Luas jaring (m2)
: Koefisien regresi jumlah ABK
: Jumlah ABK (orang)
: Koefisien regresi jumlah BBM
: Jumlah BBM (liter/tahun)
: Galat

Pada analisis ini, dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap menjadi
parameter penentu nilai produksi. Model regresi berganda merupakan model
regresi dengan dua atau lebih variabel bebas. Analisis regresi berganda merupakan
suatu analisis bersyarat terhadap nilai-nilai tetap dari variabel-variabel bebas,
dengan demikian, akan diperoleh nilai rata-rata Y untuk setiap nilai variabel X.
Hubungan atau korelasi antara nilai-nilai X dan Y dapat diketahui sebagai berikut
(Walpole 1977):
1) Apabila nilai R2 (determinasi) mendekati nilai positif satu (+1) atau negative
satu (-1), hubungan linier antara X dan Y kuat dan terdapat korelasi yang
tinggi antara kedua variabel tersebut.
2) Apabila nilai R2 (determinasi) mendekati nol, hubungan linier antara X dan
Y sangat lemah atau tidak ada sama sekali.
Pendugaan hubungan antara faktor produksi dengan produktivitas hasil
tangkapan diuji menggunakan uji statistik. Uji F digunakan untuk mengetahui
pengaruh seluruh faktor produksi (X) secara bersama-sama terhadap produksi (Y),
sebagai berikut:
Ho : bi = 0 (untuk i = 1, 2, …, n), ini berarti bahwa antara Y dan Xi tidak
ada hubungan
H1 : minimal ada salah satu bi ≠ 0 (untuk I = 1, 2, …, n), ini berarti
bahwa Y tergantung terhadap Xi secara bersama-sama.
Jika F hitung > F tabel = Ho ditolak
Jika F hitung < F tabel = Ho diterima
Sementara itu, untuk pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis
produksi dapat dilakukan dengan uji lanjut seperti uji t, sebagai berikut:
Ho : bi = 0 (untuk i = 1, 2, …, n), ini berarti bahwa antara Y dan Xi tidak
ada hubungan
H1 : bi ≠ 0 (untuk i = 1, 2, …, n), ini berarti bahwa antara Y dan Xi
terdapat hubungan.
Jika t hitung > t tabel = Ho ditolak
Jika t hitung < t tabel = Ho diterima

12

Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji kemungkinan
keuntungan (profitability) atau kerugian yang diperoleh dari suatu usaha. Ada dua
macam analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kelayakan usaha, yaitu
analisis finansial dan analisis ekonomi (Kadariah et al. 1999). Analisis kelayakan
usaha dalam penelitian ini menggunakan analisis finansial yang meliputi analisis
usaha dan analisis kriteria investasi.
1)

Analisis Usaha
Menurut Hermanto (1989 dalam Laitupa 2013), komponen yang dipakai
dalam melakukan analisis usaha meliputi biaya produksi, penerimaan usaha dan
pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Terdapat beberapa analisis yang
dilakukan dalam analisis usaha yaitu analisis keuntungan, analisis imbangan
penerimaan dan biaya (revenue cost ratio), analisis payback period (PP) dan
analisis return of investment (ROI).
a)

Analisis Keuntungan
Menurut Djamin (1984 dalam Laitupa 2013), analisis keuntungan
bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu
kegiatan usaha yang dilakukan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
keuntungan yaitu:
π = TR - TC

dimana
π
TR
TC

(2)

:
: Keuntungan
: Total penerimaan
: Total biaya

dengan kriteria :
Jika TR > TC : kegiatan usaha mendapatkan keuntungan
Jika TR < TC : kegiatan usaha tidak mendapatkan keuntungan
Jika TR = TC : kegiatan usaha berada pada titik impas (usaha tidak
untung atau rugi)
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (revenue-cost ratio)
Analisis revenue-cost ratio (R/C) dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan
usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya
(Hermanto 1989 dalam Laitupa 2013). Kegiatan usaha yang memiliki nilai
R/C paling besar berarti kegiatan usahanya paling menguntungkan. Rumus
untuk menghitung R/C yaitu:

b)

R/C =

TR
TC

dengan kriteria :
Jika R/C > 1 : kegiatan usaha mendapatkan keuntungan
Jika R/C < 1 : kegiatan usaha menderita kerugia
Jika R/C = 1 : kegiatan usaha tidak mendapatkan untung atau rugi

(3)

13

Analisis Payback Period (PP)
Sutojo (2002) menyatakan bahwa payback period adalah waktu yang
diperlukan oleh suatu usaha untuk mengembalikan jumlah dana yang telah
diinvestasikan dalam usaha tersebut. Semakin pendek payback period,
semakin kecil resiko investasi yang dihadapi. Perhitungan PP dapat
dilakukan dengan rumus:
c)

PP =

Investasi
Keuntungan

× 1 Tahun

(4)

Analisis Return of Investment (ROI)
Return of investment (ROI) adalah kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bersih. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROI yaitu:
d)

ROI =

Keuntungan
Investasi

× 100%

(5)

2)

Analisis Kriteria Investasi
Analisis investasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis Net
Present Value (NPV), Internal Rate of return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan
purse seine di desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku tengah untuk
waktu 10 tahun ke depan.
Net Present Value (NPV)
Net present value digunakan untuk menilai manfaat investasi, yaitu
berapa nilai kini dari manfaat bersih usaha yang dinyatakan dalam rupiah.
Usaha dinyatakan layak untuk dilanjutkan apabila NPV > 0, dan bila NPV <
0 maka investasi dinyatakan tidak menguntungkan yang berarti bahwa usaha
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan bila nilai NPV = 0
berarti pada usaha tersebut hanya kembali modal atau tidak untung dan juga
tidak rugi. Rumus yang digunakan yaitu:

a)

NPV =
dimana
Bt
Ct
i
t

n Bt - Ct
t=1 (1 + i)

(6)

:
: Keuntungan usaha pada tahun ke-t
: Biaya dari usaha pada tahun ke-t
: Tingkat suku bunga yang berlaku
: Periode atau umur teknis usaha

Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return merupakan suku bunga maksimal sehingga
NPV bernilai sama dengan nol berada dalam batas untung rugi. IRR dapat
disebut sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu usaha
sama dengan nol. Oleh sebab itu IRR juga dianggap sebagai tingkat
keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang positif ditanam
b)

14

kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang
sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek (Kurniawati 2005). Adapun
rumus IRR yaitu:
IRR = DfP +
dimana
DfP
DfN
PVP
PVN

PVP
PVP-PVN

- DfN - DfP

(7)

:
: Discount factor yang menghasilkan present value positif
: Discount factor yang menghasilkan present value negative
: Present value positif
: Present value negatif

dengan kriteria :
Jika IRR > tingkat suku bunga (i) berarti investasi pada usaha layak
dilaksanakan
Jika IRR < tingkat suku bunga (i) berarti investasi pada usaha tidak
layak dilaksanakan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah
kini dari keuntungan bersih pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih
bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. Rumus yang
digunakan adalah:

c)

Net B/C =
dimana
B
C
i
t

B -C
∑nt=1 t t Bt - Ct > 0
1+i
n Bt - Ct
∑t=1
1+i

(8)

Bt - Ct < 0

:
: Keuntungan
: Biaya
: Discount rate
: Periode

dengan kriteria :
Jika Net B/C ratio > 1 : maka investasi layak dilaksanakan
Jika Net B/C ratio < 1 : maka investasi tidak layak dilaksanakan
Jika Net B/C ratio = 1 : maka keputusan pelaksanan tergantung pada
investor.
Data dan informasi yang mendukung untuk menjawab tujuan dari rencana
penelitian ini, disertai sumber data dan metode analisisnya disajikan pada Tabel 1.

15

Tabel 1 Data dan informasi yang diperlukan menurut tujuan penelitian, jenis data,
sumber data dan metode analisis data.
Tujuan

Jenis Data

Sumber

Metode Analisis

Mengidentifikasi faktor
produksi unit perikanan
purse seine yang
berpengaruh terhadap
produktivitas tangkapan

Teknis unit
penangkapan purse
seine

Data primer:
pelaku usaha
(nelayan)

Analisis fungsi
produksi

Menentukan tingkat
kelayakan finansial usaha

Ekonomi perikanan
purse seine

Data primer:
pelaku usaha
(nelayan)

Analisis nilai
kriteria NPV,
IRR, Net B/C

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas Wilayah
Kabupaten Maluku Tengah Secara geografis terletak antara 127 0 – 1300
Bujur Timur dan 20 – 70 Lintang Selatan dan berbatasan dengan Laut Seram di
sebelah utara, Laut Banda di sebelah selatan, Kabupaten Seram Bagian Barat di
sebelah barat, serta Kabupaten Seram Bagian Timur di sebelah timur. Luas
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah adalah 275.907 km2, dimana sebesar 95,8%
ialah luas lautan dengan panjang garis pantai 1 375.529 km (BPS 2010).
Kabupaten Maluku Tengah sendiri terbagi ke dalam 14 wilayah kecamatan, salah
satu diantaranya ialah Kecamatan Salahutu.
Kecamatan Salahutu terletak pada 3,150 – 3,400 Lintang Selatan dan 126,300
– 1270 Bujur Timur dan berbatasan langsung dengan Teluk Ambon Baguala di
sebelah selatan, Selat Seram di sebelah utara, Selat Haruku di sebelah timur, dan
Leihitu di sebelah Barat. Luas wilayah Kecamatan Salahutu seluruhnya kurang
lebih 151.082 km2. Kecamatan Salahutu seluruhnya (99,99%) berada di Pulau
Ambon sedangkan 0,01% adalah Pulau Pombo yang tidak berpenghuni dan
dijadikan lokasi wisata. Kecamatan Salahutu terbagi atas 6 desa, 2 desa
diantaranya ialah Desa Waai dan Desa Liang yang menjadi lokasi basis kegiatan
penelitian lapang. Desa Waai dan Desa Liang memiliki luas wilayah masingmasing 4.830 Ha dan 4.600 Ha (BPS 2010).
Keadaan Iklim
Iklim di Kepulauan Maluku termasuk iklim laut tropis dan iklim musim,
karena wilayah Provinsi Maluku sebagian besar dikelilingi lautan sehingga iklim
di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung seirama dengan
iklim musim yang berlaku (BPS 2010). Berdasarkan datangnya angin musim,
daerah Maluku mengenal dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Kedua
musim ini diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi antara kedua
musim tersebut. Musim barat berlangsung antara bulan Desember hingga
Februari, sedangkan musim timur berlangsung antara bulan Juni hingga Agustus.

16

Kedua musim relatif tidak homogen artinya setiap musim yang berlangsung di
Maluku memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautan.
Jumlah rata-rata curah hujan di Maluku tercatat 262 mm, dengan curah
hujan tertinggi mencapai 1.386 mm pada bulan Juni atau musim timur. Kecepatan
angin rata-rata tercatat 4,5 knot sedangkan kecepatan tertinggi mencapai 13,5 knot
(BPS 2010). Keadaan angin biasanya mempunyai kecepatan lebih besar pada
musim barat. Kecepatan terbesar pada musim ini biasanya datang dari arah Barat
Daya terutama pada bulan Desember dan Januari. Pada musim timur biasanya
angin tidak terlalu kencang. Angin yang cukup kencang di musim ini datang dari
arah tenggara terutama pada bulan Juni dan Juli.
Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap
Kabupaten Maluku Tengah sebagai salah satu wilayah kepulauan dengan
luas laut yang lebih besar dari daratan, sangat mengandalakan sektor kelautannya.
Sektor tersebut dianggap sebagai leading sector pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya dan nelayan pada
khususnya. Hingga tahun 2010, Wilayah Maluku Tengah memiliki potensi
sumberdaya perikanan paling besar yaitu 835.400 ton, diikuti Wilayah Seram
Bagian Barat 592.008.7 ton, Ambon 224.941.9 ton, dan Seram bagian Timur
42.636,87 ton (BPS 2010).
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tengah sejak tahun 2006
hingga 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 produksi perikanan hanya
61.801,4 ton kemudian meningkat hingga mencapai 101.826,4 ton di tahun 2008.
Namun Angka produksi ini mengalami penurun di tahun 2009, sebelum akhirnya
kembali naik di tahun 2010 sebesar 82.971,1 ton. Sama halnya dengan produksi,
nilai produksi yang dihasilkan pun mengalami fluktuasi yang seirama dengan nilai
terbesar pada tahun 2008 yakni sebesar Rp.271.978.656.000,-.
Di Kecamatan Salahutu sendiri, jumlah produksi pada tahun 2010 mencapai
10.883,3 ton dengan nilai produksi sebesar Rp.31.129.290.000,- dengan jumlah
armada penangkapan sebanyak 1.078 unit b