B. Kebutuhan Informasi
Menurut Belkin dalam Suwanto 1997, kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu akibat terjadinya kesenjangan gap dalam diri manusia antara
pengetahuan yang dimiliki dengan yang dibutuhkannya. Individu akan mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Informan Ali, Far, Lal, Nab, dan Sal
sepakat bahwa mereka membutuhkan informasi untuk memenuhi kegiatan belajarnya. Informasi yang dibutuhkan tersebut sangat beragam, hal itu dipengaruhi
oleh minat dan bakatnya, serta arahan dari fasilitator dalam menentukan atau memilih materi.
Kebutuhan informasi ini dapat diidentifikasi dengan adanya permintaan anak kepada fasilitator ataupun media mengenai suatu informasi yang ingin ia kuasai.
Ketika meminta kepada fasilitator, ia dapat bertanya ataupun mengungkapkan apa yang ingin ia kuasai, dan pada penggunaan media, dapat terlihat dengan subjek dari
bacaan yang ia pelajari, ataupun keyword yang ia ketikkan di mesin pencari.
1. Kebutuhan Informasi Minat dan Bakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakat adalah kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, sedangkan minat adalah kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu. Maka, dapat dipahami bahwa bakat adalah potensi yang anak bawa sejak ia lahir untuk menguasai suatu kemampuan tertentu, sehingga
membuatnya mudah untuk melakukan hal tersebut. Sementara minat adalah
keinginannya untuk menguasai suatu kemampuan, yang timbul dalam benak anak meskipun hal tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukannya, namun
membuatnya senang dalam mempelajarinya. Setiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing-masing. Tidak ada anak
yang tidak berbakat, namun untuk menyadari dan mencari tahu apa bakat yang dimiliki tersebut, tidak semua orang mau dan mampu. Dan masyarakat Indonesia
terlanjur tenggelam dalam stereotip bahwa anak pintar adalah anak yang unggul dalam kemampuan akademik, maka bakat anak dalam hal lain tidak mendapat
pengakuan. Sementara proses belajar dalam homeschooling adalah untuk mengembangkan bakat tersebut. Bakat pada anak dicari tahu, diakui dan difasilitasi
agar dapat berkembang. Namun, proses belajar dapat maksimal bukan hanya karena adanya bakat,
bila adanya minat anak untuk mempelajari sesuatu, hal tersebut dapat menjadikan sesuatu itu layak dan patut untuk dipelajari, karena anak akan bersungguh-sungguh
dalam mempelajarinya. Dan perlu dipahami bahwa minat dan bakat tiap individu akan berbeda dengan yang lain.
Dalam pembelajaran anak homeschooling, dikenal istilah kustomisasi pendidikan, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Maka dari
itu, setiap anak akan menjalankan pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Antara satu keluarga dengan keluarga lain, dan bahkan dalam satu
keluarga pun, program dan proses homeschooling bisa saja sangat berbeda.
Kesungguhan dalam menekuni hobi, minat, dan mengembangkan bakat adalah kekhasan anak homeschooling yang dibedakan dengan anak-anak sekolah.
Sumardiono, 2014:140 Informasi dibutuhkan untuk mempelajari minat dan mengembangkan bakat
tersebut. Kebutuhan informasi minat, yakni kebutuhan akan informasi untuk mempelajari apa yang menjadi keinginan anak tersebut. Kebutuhan ini dapat dikenali
dari permintaan anak kepada orang tuanya untuk mempelajari sesuatu. Sementara kebutuhan informasi bakat adalah kebutuhan akan informasi untuk mengembangkan
potensi yang anak bawa sejak lahir. Potensi ini dicari tahu dan dikenali oleh orang tua ataupun anak itu sendiri, dan untuk mengembangkan potensi ini, anak mencari
dan mempelajari suatu informasi tertentu. Dan kebutuhan informasi atas minat-minat dan bakat-bakat tersebut
tercermin dalam kegiatan anak homeschooling yang meliputi : Ali yang mengikuti les gitar, les vokal, dan les bahasa Jerman. Selain
mengikuti les tersebut, Ali juga belajar keyboard secara otodidak, dalam kesehariannya pun ia belajar vokal dan gitar secara otodidak untuk mengembangkan
apa yang telah dipelajarinya di tempat les. Sedangkan les bahasa Jerman ia ikuti karena ia memiliki ketertarikan pada Negara Jerman dan bercita-cita untuk kuliah di
sana. Jadi, kebutuhan informasi minat dan bakat Ali adalah untuk mempelajari musik, vokal dan bahasa. Hal tersebut penulis dapatkan dari jawaban ibu Ali,
“…Nanti lesnya tiap hari rabu itu les bahasa Jerman. Kalau kamis, dia les musik, gitar sama vokal di Kertanegara.”
Sementara Lal les gitar, renang, dan ballet. Lal mengikuti les gitar karena keinginannya sendiri, ia melihat temannya yang pandai bermain musik, lalu ia
memutuskan untuk mempelajarinya. Sedangkan les renang ia ikuti karena orang tuanya beranggapan bahwa renang membuat tubuh menjadi sehat dan banyak
penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan renang secara rutin. Dan karena bakatnya, ia kerap menang dalam perlombaan renang, kemudian secara rutin
mengikuti les renang dan les ballet untuk mendukung gerakan renang indahnya. Maka, kebutuhan informasi minat dan bakat Lal adalah kebutuhan informasi untuk
menguasai alat musik gitar dan renang. Kesimpulan tersebut penulis ambil dari wawancara yang penulis lakukan dengan ibu Lal dan Lal sendiri,
“Sebenarnya kalau ballet itu, dia kan kebetulan ikut renang, soalnya renang itu bikin sehat, semua sakit bisa dicegah kalau renang. Karena dia jago
renang itu, dia berkali-kali menang kejuaraan renang indah. Gerakan dasar renang itu kan ballet, makanya dia ikut les ballet.” Ibu Lal
“Dia juga les gitar, dia yang pengen. Yaudah turutin aja. Tugas orang tua kan cuma memfasilitasi.” Ibu Lal
“Dulu lihat Cheryl bisa main biola, makanya aku pengen bisa main musik juga.” Lal
Far belajar tentang hewan dan petualangan. Disebutkan dalam profil informan lihat Bab IV, bahwa bakat yang dimiliki oleh Far belum terlihat
menonjol, namun minatnya adalah untuk mempelajari hewan dan petualangan.
Namun untuk penjelasannya, akan penulis bahas di sub bab kebutuhan informasi pengetahuan umum.
Nab dan Sal mempunyai kompetensi di bidang menggambar, maka mereka belajar menggambar untuk mengasah kemampuan mereka. Namun dalam hal minat
bermusik, Nab dan Sal mempunyai perbedaan. Nab mempunyai ketertarikan pada piano, maka ia belajar piano, sedangkan Sal mempunyai ketertarikan pada gitar, ia
baru akan les gitar dan mencari guru yang tepat untuk mengajarinya bermain gitar. Sal juga mempunyai bakat dalam bidang menyanyi, ia berrencana untuk les
menyanyi, namun berbeda dengan Nab, Nab mengutarakan bahwa ia tidak dapat menyanyi. Kutipan dari wawancara yang penulis dapatkan yakni,
“Nanti habis akademik terus kompetensi. Kalau Nabila itu kompetensinya di piano, kalau Salma ke gitar, tapi baru nyari-nyari guru yang pas. Tapi kalau
kompetensi yang gambar sama aplikasi musik, sudah, saya lupa jadwalnya.” Ayah Nab Sal
“Aku nggak bisa nyanyi, yang bisa itu Kak Salma.” Nab “Pengennya les vokal, tapi masih nyari-nyari.” Sal
Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi bakat dan minat setiap anak berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan keunikan yang ada di
dalam diri anak pun berbeda-beda. Seperti Nab dan Sal yang berasal dari keluarga yang sama pun mempunyai perbedaan dalam ketertarikan dalam musik, dan
kemampuan dalam vokal, meskipun bakat dalam menggambar sama-sama dimiliki.
Maka, jika diambil kesimpulan, kebutuhan informasi minat dan bakat adalah kebutuhan informasi untuk menguasai suatu kemampuan tertentu yang disesuaikan
dengan potensi dan keinginan anak. Kemunculan kebutuhan informasi ini jika dikaitkan dengan kebutuhan pribadi menurut Morgan dan King dalam Wilson
1996, termasuk dalam kebutuhan kognitif, yakni kebutuhan untuk merencanakan, untuk belajar suatu keahlian, dan lain-lain. Mengambil teori dari Weigts yag dikutip
oleh Wilson 1996, kebutuhan kognitif tersebut kemudian memunculkan kebutuhan informasi atas informasi baru, dan kebutuhan untuk menjelaskan dan memperkuat
informasi yang diperoleh, informasi-informasi tersebut digunakan untuk meguasai suatu kemampuan tertenu yang disesuaikan dengan potensi dan keinginan anak.
2. Kebutuhan Informasi Pengetahuan Akademik