BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia saling bekerja sama
dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk dalam bentuk perilaku prososial. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, perilaku
prososial sangat luas cakupannya. Dengan kata lain, tidak hanya memberikan bantuan kepada korban bencana alam saja, namun juga dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat meringankan beban orang lain, misalnya ikut membantu membersihkan lingkungan, menyeberangkan anak kecil ataupun orang
tua di jalan raya, dan lain sebagainya. Perilaku prososial merupakan perilaku yang dapat terjadi pada siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, sampai pada orang
dewasa. Setiap individu berhak dan berkewajiban menolong sesama manusia termasuk remaja yang merupakan bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari
masyarakat, maka remaja dituntut untuk dapat memperlihatkan peran dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut Hurlock, 1996 secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua. Sebuah fase yang terjadi antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-
perubahan fisik umum, perkembangan kognitif, keadaan emosi, kemandirian, dan sosial. Pada masa ini remaja mengalami perubahan dari aspek fisik dan aspek
psikis. Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman- teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada
perilaku, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut tugas perkembangan remaja
antara lain mampu mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk berperan sebagai anggota masyarakat serta mampu
mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki masa dewasa. Hal ini juga berkaitan dengan munculnya minat pada
remaja. Salah satu minat yang biasanya muncul pada masa remaja adalah minat sosial yaitu untuk menolong orang lain. Hurlock, 1996.
Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari perilaku yang mencerminkan sikap tolong menolong seakan-akan tenggelam dengan munculnya pertikaian di
lingkungan sekolah maupun masyarakat. Misalnya para siswa yang suka membeda-bedakan teman bahkan membentuk geng dan hanya mau bergaul
dengan teman satu gengnya saja. Contoh pertikaian yang lain adalah di kalangan remaja sampai dewasa membentuk geng motor yang bisa meresahkan kehidupan
masyarakat dan bisa menjauhkan diri dari sikap prososial. Selain itu di kalangan remaja, agar dianggap bersahabat, remaja mau merokok, tawuran, membolos,
ataupun memalak temannya, bahkan mengkonsumsi narkoba.
Fenomena permasalahan perilaku prososial pada siswa kelas XI SMA N 1 Kutowinangun yang dijumpai pada fenomena yaitu mengenai perilaku prososial
mereka yang menurun, padahal menurut Hoffman dalam Goleman, 1997 menyatakan bahwa pada akhir masa kanak-kanak, tingkat empati paling akhir
muncul ketika anak-anak sudah sanggup memahami kesulitan yang ada dibalik situasi yang tampak dan menyadari bahwa situasi atau status seseorang dalam
kehidupan dapat menjadi sumber beban stres kronis. Pada tahap ini, mereka dapat merasakan kesengsaraan suatu golongan, misalnya kaum miskin, kaum tertindas,
mereka yang terkucil dari masyarakat. Pemahaman itu, dalam masa remaja dapat mendorong keyakinan moral yang berpusat pada kemauan untuk meringankan
ketidak beruntungan dan ketidakadilan Dalam kehidupan sehari-hari fenomena menipisnya perilaku prososial pada remaja dapat dilihat dari rendahnya perilaku
tolong menolong pada remaja. Goleman, 1997. Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang penulis lakukan kepada salah
satu Guru BK di SMA Kristen Purwodadi pada tanggal 3 Juni 2014, hasil wawancara menyatakan bahwa permasalahan rendahnya sikap prososial juga
terjadi di SMA Kristen Purwodadi, misalnya saat ada seorang teman yang akan meminjam catatan tetapi teman tersebut bukan merupakan teman dekat mereka,
maka mereka tidak mau meminjamkan catatan tersebut dengan alasan catatan tersebut akan dipakai untuk belajar. Demikian pula bila ada teman yang minta
tolong diajari mata pelajaran tertentu yang tidak mereka pahami, maka seringkali siswa yang dimintai tolong tersebut menolak dengan berbagai alasan. Hal tersebut
bila tidak diatasi bisa menyebabkan semakin rendahnya sikap anti sosial yang nantinya dapat mengakibatkan mereka tumbuh menjadi orang-orang yang
memiliki sifat individual tinggi dan tidak suka menolong tanpa pamrih. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa remaja cenderung melakukan perilaku
antisosial yang mengarah pada tindakan kriminal. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan apalagi bagi kalangan remaja yang menjadi generasi penerus
bangsa. Jadi perilaku prososial memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari- hari. Adapun indikator dari perilaku prososial seperti empati, suka bekerja sama,
membantu orang lain, dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Faktor yang bisa mempengaruhi seseorang dalam bersikap prososial
tergantung pada situasi yang meyakinkan dan mendorong seseorang dalam bersikap prososial tersebut. Salah satu aspek yang berperan dalam bersikap
prososial adalah locus of control yang ada pada diri seseorang. Menurut Klausmeirer 1995 locus of control merupakan disposisi antara sikap dan
perilaku yang akan ditampilkan melalui cara pandang individu dalam menanamkan keyakinan dirinya terhadap usaha yang kuat pada saat menanggapi
situasi. Locus of control berperan sebagai keinginan yang tinggi untuk berhasil dalam mencapai sesuatu yang membentuk kepercayaan diri dan pengendalian diri
yang tinggi pada individu. Locus of control akan membuat individu berani mengambil keputusan serta resiko yang ada. Dalam setiap keputusan yang
diambil oleh siapapun, pasti akan mengandung resiko yang berbeda-beda.
Penelitian yang telah menunjukan bahwa locus of control memiliki peran dalam munculnya perilaku prososial yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Gregory A.Guagnano 1995 yang berjudul “Locus of Control, Prococial
behaviour and Agentic Disposition Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara locus of control internal dalam disposisi sikap terhadap
perilaku prososial. Mereka menjelaskan bahwa individu yang memilki locus of control internal yang tinggi lebih cenderung kemungkinanya untuk dapat
bersikap independent terhadap situasi lingkungan. Individu yang locus of control internalnya tinggi memilki keyakinan yang kuat dari dalam dirinya untuk
berperilaku tanpa dipengaruhi oleh orang lain serta faktor lingkungan. Bierhoff, Klein, dan Kramp dalam Goleman, 1997 menjelaskan bahwa
locus of control internal termasuk dalam karakteristik individu yang berperilaku prososial. Locus of control internal merupakan kepercayaan individual bahwa dia
dapat memilih untuk berperilaku dalam cara memaksimalkan akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk. Jika situasi menghendaki mereka berperilaku
menolong maka individu yang cenderung memilki locus control internal akan berusaha berperilaku baik dan meminimalisir terjadinya hal yang buruk.
Sedangkan bagi individu yang cenderung memilki locus control eksternal percaya bahwa apa yang mereka lakukan tidak relevan dan bermanfaat untuk
kebaikan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifatul Mahmudah 2010
dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan antara Locus Of Control dengan
Perilaku Prososial pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara locus of control dengan perilaku prososial yaitu rx1 = 0.633 sig = .000 dan rx2 = 0.861 sig = .000. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedua orientasi locus of control yaitu internal dan eksternal dengan perilaku prososial pada mahasiswa fakultas
psikologi UIN Maliki Malang. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ervina 2010 dalam penelitiannya
yang berjudul Hubungan Antara Locus Of Control dengn Perilaku Prososial Pada Remaja Panti Asuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara Locus of control Internal dengan Perilaku Prososial yaitu nilai koefisien korelasi 0,523 dan p sebesar 0,001 . Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara locus of control internal dengan perilaku prososial pada remaja Panti Asuhan.
Penelitian yang bertolak belakang juga dilakukan oleh Nur Yuli Dwi Hapsari 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Locus of control
Internal dengan perilaku prososial di Unit Donor Darah PMI Surabaya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara locus of control
dengan intensi perilaku prososial, yaitu sebesar 0,135 dengan p sebesar 0,351. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara locus of control dengan intensi perilaku prososial di Unit Donor Darah PMI Surabaya.
Sehubungan dengan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Prososial Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran
2013 2014”.
1.2 Rumusan Masalah