Pola Pengolahan Tanah pada Lahan Sawah Menggunakan Traktor Tangan Bajak Rotari di Kecamatan Pangkalan Susu

POLA PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI
KECAMATAN PANGKALAN SUSU
SKRIPSI OLEH : GUNAWAN SINAGA
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas sumatera utara

POLA PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI
KECAMATAN PANGKALAN SUSU
SKRIPSI
OLEH :
GUNAWAN SINAGA 100308034/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan Penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si) Ketua

(Ainun Rohanah, STP, M.Si) Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Universitas sumatera utara

ABSTRAK
GUNAWAN SINAGA: Pola pengolahan tanah pada lahan sawah menggunakan traktor tangan bajak rotari di Kecamatan Pangkalan Susu. Dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan AINUN ROHANAH.
Pola pengolahan lahan meliputi kemampuan kerja traktor dalam mengolah lahan dengan menggunakan pola pengolahan untuk mengukur kapasitas kerja, efisiensi dan konsumsi bahan bakar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kapasitas olah dari traktor Quick Boxer G1000 pada lahan sawah di Kecamatan Pangkalan Susu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap non factorial pola pengolahan lahan yaitu pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Parameter yang diamati adalah kapasitas olah, konsumsi bahan bakar dan efisiensi tarktor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pengolahan berpengaruh nyata terhadap kapasitas, konsumsi bahan bakar dan efisiensi traktor. Hasil kapasitas olah terbesar diperoleh pada pola spiral. Kata kunci: traktor, lahan sawah, pola pengolahan
ABSTRACT
GUNAWAN SINAGA: Land Tillage Pattern on Rice Field Using rotary Flow Hand Tractor at Kecamatan Pangkalan Susu. Under the Supervision of LUKMAN ADLIN HARAHAP and AINUN ROHANAH.
Patterns of land management include the ability of the tratcor to cultivate the land using processing pattern to measure work capacity, efficiency and fuel consumption. The objective of this research was to know the capacity of Quick Boxer G1000 tractor on rice field at Kecamatan Pangkalan Susu. This research used non-factorial completely randomized design treatment pattern i.e. spiral pattern, side pattern, middle pattern and alfa pattern. Parameters measured were capacity, fuel consumption and tractor efficiency.
The result showed that treatment pattern affected significantly the capacity, fuel consumption, and tractor efficiency. The highest capacity was found in spiral pattern Keywords: tractor, rice field, treatment pattern.
Universitas sumatera utara

Universitas sumatera utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 13 Februari 1992 dari ayah Patar Sinaga dan ibu Rosliani Purba. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Pegagan Hilir dan pada tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai amggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Universitas Sumatera Utara dan pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (UKM-KMK UP FP USU).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II Sawit Seberang Langkat Sumatera Utara pada bulan Juli 2013.
i

Universitas sumatera utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Pengolahan Tanah pada Lahan Sawah Menggunakan Traktor Tangan dengan Bajak Rotari di Kecamatan Pangkalan Susu” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ainun Rohanah,STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Dan juga kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan moral dan moril sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermamfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, September 2014
Penulis
ii
Universitas sumatera utara

DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR TABEL............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................. 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 Mamfaat Penelitian .......................................................................................... 4 Batasan Penelitian ............................................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA Lahan Sawah .................................................................................................... 5 Jenis Tanah dan Kadar Air............................................................................... 6 Pengolahan Tanah ............................................................................................ 7 Pola Pengolahan Tanah dengan Traktor Tangan ............................................. 8
Pola Tengah........................................................................................... 9 Pola Tepi ............................................................................................... 10 Pola Alfa ............................................................................................... 10 Pola Spiral ............................................................................................. 11 Bajak Rotari atau Pisau Berputar ..................................................................... 12 Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah.................................................................. 17 Efisiensi Pengolahan Tanah ............................................................................. 23 Slip ................................................................................................................... 24 Efisiensi Penggunaan Bahan bakar .................................................................. 25 Efisiensi Termis ............................................................................................... 27 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ........................................................................................... 28 Bahan dan Alat................................................................................................. 28 Prosedur Penelitian........................................................................................... 28 Parameter Penelitian......................................................................................... 30 Lebar, Kedalaman, dan Slip Pengolahan Tanah .................................. 30 Kapasitas lapang efektif pengolahan tanah .......................................... 31 Konsumsi bahan bakar ......................................................................... 31 Efisiensi Termis ................................................................................... 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Lebar, Kedalaman, dan Slip pengolahan tanah................................................ 34 Kapasitas lapang efektif pengolahan tanah ...................................................... 37 Efisiensi traktor (Efisiensi mekanis dan efisiensi termis) ................................ 39 Konsumsi bahan bakar ..................................................................................... 43
iii
Universitas sumatera utara

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... 46 Saran................................................................................................................. 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv

Universitas sumatera utara

Universitas sumatera utara

DAFTAR TABEL
Hal 1. Kecepatan putar rotary untuk pengolahan tanah 150-400 rpm ............... 15 2. Data penelitian secara umum .................................................................. 34 3. Persentase slip ban peralatan pengolahan tanah...................................... 36 4. Uji DMRT pengaruh pola pengolahan terhadap kapasitas lapang.......... 39 5. Uji DMRT pengaruh pola pengolahan terhadap efisiensi....................... 41 6. Uji DMRT pengaruh pola pengolahan terhadap efisiensi termis............ 43 7. Uji DMRT pengaruh pola pengolahan terhadap konsumsi bahan bakar 45
iv
Universitas sumatera utara

DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Pengolahan tanah pola tengah...................................................................... .. 9 2. Pengolahan tanah pola tepi........................................................................... .. 10 3. Pengolahan tanah pola alfa........................................................................... .. 11 4. Pengolahan tanah pola spiral........................................................................ .. 11 5. Lebar pengolahan tanah ............................................................................... .. 35 6. Kedalaman pengolahan tanah ...................................................................... .. 36 7. Pengaruh pola pengolahan terhadap kapasitas lapang .................................... 38 8. Pengaruh pola pengolahan terhadap efisiensi traktor...................................... 41 9. Pengaruh pola pengolahan terhadap efisiensi termis ...................................... 43 10. Pengaruh pola pengolahan terhadap konsumsi bahan bakar......................... 45
v
Universitas sumatera utara

DAFTAR LAMPIRAN
Hal 1. Diagram alir pelaksanaan penelitian ....................................................... 49 2. Pola pengolahan tanah............................................................................. 51 3. Data pengamatan kapasitas lapang.......................................................... 53 4. Data pengamatan efisiensi traktor........................................................... 54 5. Data pengamatan konsumsi bahan bakar ................................................ 56 6. Slip ban .................................................................................................. 57 7. Data perhitungan efisiensi termis dan efisiensi mekanis ........................ 58 8. Dokumentasi
vi
Universitas sumatera utara

ABSTRAK

GUNAWAN SINAGA: Pola pengolahan tanah pada lahan sawah menggunakan traktor tangan bajak rotari di Kecamatan Pangkalan Susu. Dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan AINUN ROHANAH.
Pola pengolahan lahan meliputi kemampuan kerja traktor dalam mengolah lahan dengan menggunakan pola pengolahan untuk mengukur kapasitas kerja, efisiensi dan konsumsi bahan bakar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kapasitas olah dari traktor Quick Boxer G1000 pada lahan sawah di Kecamatan Pangkalan Susu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap non factorial pola pengolahan lahan yaitu pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Parameter yang diamati adalah kapasitas olah, konsumsi bahan bakar dan efisiensi tarktor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pengolahan berpengaruh nyata terhadap kapasitas, konsumsi bahan bakar dan efisiensi traktor. Hasil kapasitas olah terbesar diperoleh pada pola spiral. Kata kunci: traktor, lahan sawah, pola pengolahan
ABSTRACT
GUNAWAN SINAGA: Land Tillage Pattern on Rice Field Using rotary Flow Hand Tractor at Kecamatan Pangkalan Susu. Under the Supervision of LUKMAN ADLIN HARAHAP and AINUN ROHANAH.
Patterns of land management include the ability of the tratcor to cultivate the land using processing pattern to measure work capacity, efficiency and fuel consumption. The objective of this research was to know the capacity of Quick Boxer G1000 tractor on rice field at Kecamatan Pangkalan Susu. This research used non-factorial completely randomized design treatment pattern i.e. spiral pattern, side pattern, middle pattern and alfa pattern. Parameters measured were capacity, fuel consumption and tractor efficiency.
The result showed that treatment pattern affected significantly the capacity, fuel consumption, and tractor efficiency. The highest capacity was found in spiral pattern Keywords: tractor, rice field, treatment pattern.
Universitas sumatera utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau
dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama dibidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi, dan teknis, maka pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan selektif. Yang dimaksud dengan sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat (Hardjosentono,et al., 1996).
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air (Rizaldi, 2006).
1
Universitas sumatera utara

2
Bajak rotari merupakan alat pengolahan tanah ke dua setelah bajak singkal dan bajak piringan. Bajak rotari dibedakan dari segi konstruksinya terhadap bajak piring maupun bajak singkal. Hasil pembajakan dengan bajak rotari memberikan hasil olah yang langsung hancur dan merata, karena bajak jenis ini terdiri dari pisau-pisau rotari putar yang menghancurkan tanah. Gerakan putar pisau diatur dengan sistem penyaluran tenaga dari poros mesin traktor. Bajak rotari umumnya sangat cocok digunakan pada tanah pasir atau tanah sawah (biasanya pada tanah sawah yang telah sering digunakan tiap musim tanam, hanya digunakan bajak rotari saja dan garu) (Yunus, 2004).
Kecamatan pangkalan susu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kabupaten Langkat dengan luas wilayah ± 151,35 km2 atau 3,34 % dari luas kabupaten Langkat. Kecamatan Pangkalan Susu berada pada ketinggian 4 m dpl dengan curah hujan 1,77 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 149 hari selama tahun 2012. Luas lahan pertanian di kecamatan Pangkalan Susu adalah seluas 120,79 km2, dimana luas lahan sawahnya adalah sekitar 29,84 km2 (Anonimous,2013).
Dengan luas lahan sawah sekitar 29,84 km2, kecamatan Pangkalan Susu sangat berpotensi besar menjadi salah satu penghasil beras di Sumatera Utara khususnya di kabupaten Langkat. Pengolahan tanah di kecamatan Pangkalan Susu sudah menggunakan traktor dengan berbagai macam bajak, tetapi sejauh ini belum pernah ada penelitian secara khusus tentang pola pengolahannya. Oleh karena itu perlu dilakukanpengujian traktor tanganbajakrotari dengan beberapa pola pengolahan tanah untuk mengetahui efisiensinya, sehingga diharapkan menghasilkan alternatif pola pengolahan tanah yang terbaik untuk membantu

2
Universitas sumatera utara

3
menyelesaikan persoalan yang dihadapi para petani sehingga dapat meningkatkan produksi, pendapatan petani dan mengurangi biaya produksi serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani khususnya di kecamatan Pangkalan Susu.
Penelitian sebelumnya telah pernah dilakukan oleh Ariesman (2012) pada lahan kering di kelurahan Salaka, kecamatan Pattalassang, kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, dengan parameter penelitian kapasitas pengolahan tanah, efisensi pengolahan tanah, konsumsi bahan bakar dan slip roda traktor. Pola pengolahan yang digunakan adalah pola tengah dan pola tepi. Lahan yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah lahan kering dengan tanaman holtikultura sebagai tanaman produktivnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariesman (2012) maka dapat disimpulkan bahwa pola pengolahan tanah yang cocok pada lahan kering di kelurahan Salaka, kecamatan Pattalassang, kabupaten Takalar adalah pola tengah, yang memiliki kapasitas lapang efektif atau kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan pengolahan pola tepi. Dengan perbandingan satu ha lebih cepat/baik dibanding pengolahan pola tepi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dimana terdapat empat pola pengolahan tanah dengan 3 kali pengulangan pada masingmasing pola, sehingga didapat 12 kali perlakuan yang akan diuji menggunakan One/way ANOVA. Pada penelitian ini yang digunakan adalah lahan basah (sawah) dimana lahan akan dibagi menjadi 12 bagian dengan ukuran dan bentuk yang sama.
Universitas sumatera utara

4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung lebar, kedalaman, slip,
kapasitas kerja, efisiensi pengolahan tanah, efisiensi termis, efisiensi penggunaan bahan bakar pada pola pengolahan tanah di lahan sawah kecamatan Pangkalan Susu. Mamfaat Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola pengolahan tanah.
3. Bagi masyarakat, untuk membantu petani dalam pengolahan tanah sawah khususnya di kecamatan Pangkalan Susu.
Batasan Masalah 1. Lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan basah (sawah) 2. Alat pengolahan tanah yang digunakan adalah bajak rotari 3. Traktor yang digunakan pada penelitian ini adalah traktor tangan merk Quick Boxer G1000 dengan Daya 7.5HP
4
Universitas sumatera utara


TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Sawah Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak
air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis sawah, antara lain adalah sebagai berikut :
- Sawah Irigasi, adalah sawah dengan pengairan yang teratur - Sawah Lebak, adalah sawah yang terletak pada dataran banjir - Sawah Tadah Hujan, adalah sawah yang pengairannya dari air hujan - Sawah Pasang Surut, adalah sawah yang terletak di muara sungai/tepi
pantai. (Tas, 2008) Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun begiliran dengan tanaman palawija. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Disamping itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibanding dengan tanaman lain, dengan demikian sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Ilham,2003). Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan mamfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan mamfaat yang bersifat sosial, lahan sawah memiliki fungsi yang sangat luas yang terkait dengan mamfaat langsung, mamfaat tidak langsung dan mamfaat bawaan. Mamfaat langsung berhubungan dengan penyediaan pangan, penyediaan kesempatan kerja, penyediaan sumber pendapatan bagi masyarakat
5
Universitas sumatera utara

6
dan daerah, sarana pelestarian kebudayaan tradisional, sarana pencegahan urbanisasi, serta sarana pariwisata. Mamfaat bawaan terkait dengan fungsinya sebagai sarana pendidikan, dan sarana untuk mempertahankan keragaman hayati (Ilham, 2003). Jenis Tanah dan Kadar Air
Jenis tanah di daerah kecamatan pangkalan susu sebagian besar adalah jenis tanah alluvial. Data ini didapatkan dari peta Badan Perencanaan Pembanguna Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Langkat.
Tanah Alluvial merupakan jenis tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembahlembah sungai dan dataran pantai. Tekstur tanah alluvial umumnya liat atau liat berpasir. Tanah Aluvial yang dipersawahan akan berbeda sifat morfologisnya dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan berstruktur granular. Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang dipersawahan tidak berstruktur (Hanafiah, 2009).
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan basis kering (dry basis). Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila
6
Universitas sumatera utara

7

dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering


yang tetap (Das, 1993).

Berdasarkan berat, persentase kadar air tanah dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:



=





100 %..................................................................

(1)

dimana :


KA = Kadar air tanah (%)

Wa = Berat tanah sebelum dikeringkan (g)

Wk = Berat tanah setelah dikeringkan (g)

Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
ditujukan menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyediakan tempat umbuh bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisasisa tanaman terbenam di dalam tanah dan memberantas gulma (Suripin, 2002).
Sedangkan menurut Mundjono (1989) Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha seminimum mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya dilakukan kegiatan ini perlu dilakukan dengan efektif dan efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu pengolahan tanah.
Pengolahan tanah merupakan bagian atau proses terberat dari keseluruhan proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari

Universitas sumatera utara

8
keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi energinya (Mundjono, 1989).
Secara spesifik cara pengolahan tanah menurut Hardjosentono,et al.,(2000) digolongkan dalam 3 hal,yaitu :
1. Alat pembuka (Primary tillage equipment) 2. Alat penghancur (Secondary tillage equipment) 3. Alat perata dan pembedeng ( Finishing tillage equipment)
Pola Pengolahan Tanah Pengolahan tanah perlu menggunakan pola –pola tertentu. Tujuan dari
pola pengolahan tanah ini menurut Dahono (1997) adalah : 1. Lebih efisien, dengan menggunakan pola yang sesuai dengan yang diharapkan : a. Waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implementasi pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin. b. Bahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah lebih efisien. 2. Lebih efektif, hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya, sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif.
Macam pola pengolahan tanah dapat disesuaikan dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan. Beberapa pola pengolahan tanah menurut Dahono (1987), antara lain :

8
Universitas sumatera utara

9 1.Pola Tengah
Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar kekanan dan membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kanan sampai ketepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
Gambar 1. Pengolahan Pola Tengah Pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow) yaitu alur bajakan yang saling berhadapan satu sama lain, sehingga akan terjadi penumpukan lemparan hasil pembajakan memanjang di tengah lahan. 2.Pola Tepi Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan, Berputar ke kiri sejajar sisi lahan sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar
Universitas sumatera utara

10 lahan. Pada akhir pengolahan operator akan kesulitan dalam membelokkan traktor. Pengolahan tanah pola tepi dapat dilihat pada Gambar 2 (Dahono, 1997).
Gambar 2. Pola Pengolahan Tepi Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul) (Dahono, 1997). 3. Pola Alfa Pada pola ini pengolahan tanah diawali dari tepi seperti bentuk alfa dan berakhir di tengah lahan. Hasil pembajakan terlempar keluar, sehingga tidak menumpuk di dalam lahan. Kekurangan dari pola ini adalah makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, sehingga efisien kerja dari alat tersebut akan berkurang.
10
Universitas sumatera utara

11
Gbr. 3. Pola pengolahan Alfa 4.Pola Spiral
Mesin mengolah tanah dari tepi dan berakhir di tepi secara spiral. Kelebihan dari pola ini adalah hasil dari pengolahannya tidak terlempar kesamping, sedangkan kekuranganya adalah efisiensinya rendah, Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan pembajakan. Untuk mesin rotari cara ini juga dapat dilakukan.
Gbr. 4. Pola pengolahan Spiral
Universitas sumatera utara

12

Bajak Rotari Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik oleh traktor,maka Bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros berputar yang digerakkan oleh motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanian padi dan holtikultura (Smith dan Wilkes,1990).
Bajak rotari telah digunakan di eropa selama bertahun-tahun, sedangkan petani amerika tidak terlalu tertarik pada bajak tipe ini, yang menjadi sebab kurangnya minat ini adalah kurangnya biaya dan kebutuhan daya. Pada umumnya bajak rotari dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu mesin bantu tarik, digerakkan oleh daya disadap,serta tipe kebun swagerak. Bajak rotari ini sama sekali mempunyai desain yang berbeda dari bajak singkal dan bajak piring (Smith dan Wilkes,1990).
Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4, 5, 6 inchi dan memerlukan daya sebesar 90 daya kuda (Smith danWilkes, 1990).
Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20cm (Smith dan Wilkes, 1990).
12
Universitas sumatera utara

13
Salah satu masalah dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam tanah terdapat benda-benda keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan (dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya). Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu (Sakai dkk., 1998) :
1. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari PTO traktor, yang sekaligus traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Bagian-bagian bajak putar adalah (Sakai dkk., 1998). 1. Pisau, berfungsi untuk mencacah saat bajak putar beroprasi. Pisau ini juga
cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat menutupnya dengan tanah secara baik seperti jika menggunakan bajak singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan dengan daya penggerak dan keperluannya. 2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar. 3. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar. 4. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran tanah. 5. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman pengolahan tanah.
Universitas sumatera utara

14
Prinsip kerja bajak putar adalah pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada kedalaman dan kecepatan maju (Sakai dkk., 1998).
Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan dengan traktor besar, biasanya menggunakan universal joint (Sakai dkk., 1998).
Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang besar akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian pisau. Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus (Sakai dkk., 1998).

Untuk dapat merancang bangun pengolah tanah rotari harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu Suastawa dkk (2000) :
a. Alat Mesin mempunyai manuverabilitas tinggi sesuai dengan kondisi kerja yang lembab atau basah.
14
Universitas sumatera utara

15

b. Alat Mesin mampu mengolah tanah dengan kedalaman yang cukup untuk

membenamkan sisa tanaman dan mencampur lapisan tanah atas secara

vertikal.

c. Disain rotari dilengkapi pengatur guna mengatasi tanah basah dan sisa

tanaman.

d. Permukaan tanah hasil kerja rata, tanpa terbentuknya alur-alur atau

gundukan tanah.

e. Alat Mesin mempunyai ketahanan kerja, kekuatan konstruksi dan

pelindung bagian-bagian penting terhadap benturan benda keras.

Pengolahan tanah dengan rotari menghasilkan kualitas penghancuran dan

campuran yang sempurna antara cacahan gulma/sisa tanaman dengan tanah.

Gulma sisa tanaman yang terbenam dalam tanah tersebut akan membusuk dan

menjadi pupuk organic, sehingga menjadi media tumbuh yang optimum dan

menekan pertumbuhan gulma (Sakai dkk, 1998).

Kualitas pencampuran pada pengolahan tanah menggunakan rotari tidak

hanya tergantung pada sifat tanah, juga kecepatan putar rotari, bentuk dan posisi

dari pelindung rotari erat kaitannya dengan lemparan pertikel tanah. Kecepatan

putar rotari untuk pengolahan tanah 150 - 400 rpm tergantung pada sifat tanah

disajikan pada Tabel 1 (Sakai dkk, 1998).

Tabel 1. Kecepatan putar rotari untuk pengolahan tanah 150-400 rpm

Rpm Kondisi tanah

KecepatanMaju (m/s)

150-200 200-300 300-400

Tanah pasir gembur basah Tanah biasa Tanah lengket Tanah sangat lengket

0.5-0.7 0.3-0,5 0.2-0.3

Universitas sumatera utara

16
Pengolahan tanah kedua atau sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah sampai kedalaman yang komparatif tidak terlalu dalam. Alat – alat yang biasa digunakan dalam pengolahan tanah sekunder adalah garu, penggembur dan pemberaan. Salah satu garu yang paling sering digunakan adalah garu rotari (Smith dan wilkes, 1990).
Daywin dkk (1999) menyatakan bahwa garu rotari merupakan garu yang berupa pisau-pisau yang dipasang pada suat poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor, kedalaman garu rotari berkisar antara 10-25 cm dan mempumyai kelebihan dapat membajak dan menggaru pada waktu yang bersamaan (Koga, 1988). Rotari merupakan mesin yang efisien karena dapat melakukan pengolahan tanah, pemecahan tanah,dan perataan tanah dalam satu proses. Sumber tenaga putar rotari didapatkan dari putaran PTO (Power Take Off) atau tempat pengambilan daya traktor. PTO merupakan keluaran daya dari mesin traktor yang berupa putaran yang bisa digunakan untuk menggerakkan peralatan lain.Poros PTO dihubungkan secara langsung dengan poros setelah kopling, kemudian PTO sendiri menggunakan persneling tersendiri untuk mengatur kecepatan putar PTO agar sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan dari penggunaan bajak rotari (Daywin dkk, 1999) adalah 1. Pengolahan dan penghancuran bongkahan dilakukan secara berurutan 2. Tanah tidak dapat berpindah 3. Pencampuran pupuk bisa lebih seragam dengan tanah 4. Biaya pengolahan menjadi lebih murah 5. Tidak memerlukan banyak penyetelan alat
16
Universitas sumatera utara

17
Roda traktor berguling akan mengalami gaya traksi, tahanan gelinding, gaya kemudi, gaya dukung tanah dan gaya akibat berat traktor. Traksi adalah gaya dorong yang dihasilkan oleh roda traktor atau alat traksi lainnya. Arah traksi adalah searah dengan arah gerak traktor dan berlawanan arah dengan tahanan gelinding. Tahanan gelinding akibat reaksi tanah saat roda bergerak (Liljedahl dkk, 1979).
Menurut Mandang dan Nishimura (1991) traksi dapat diperoleh sebagai reaksi dari roda penggerak melawan tanah, yang sangat tergantung pada keadaan kualitas tanah. Traksi bersih adalah gaya searah maju traktor yang dihasilkan oleh gaya traksi dipindahkan ke kendaraan (Sakai dkk, 1998). Pada kondisi tanah dan keadaan permukaan tanah tertentu maka faktor yang memengaruhi traksi dapat dilihat dari segi alat traksi adalah jenis dan keadaan alat traksi serta beban yang diterima (Gill dan Vanden Berg, 1968).
Besarnya tenaga maksimum yang dapat dikerahkan roda ke permukaan tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah terhadap roda sehingga memungkinkan roda menghasilkan tenaga tarik lebih besar. Hal ini tergantung pada ketahanan tanah terdapat keretakan, kohesi tanah (pada tanah liat) dan sudut gesekan dalam tanah (Gill dan Vanden Berg, 1968). Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah
Kapasitas kerja suatu alat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kerja suatu alat ataumesin memberikan hasil (hektar, kilogram, liter) per satuan waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu, sehingga satuannya adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar per jam per HP traktor (Suastawa dkk, 2000).
Universitas sumatera utara

18
Ada dua macam kapasitas pengolahan tanah yaitu kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan maju sepenuh waktunya (100 %) dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100 %).Waktu teoritis untuk setiap luasan adalah waktu yang digunakan untuk kapasitas lapang teoritis. Kapasitas lapang efektif atau aktual adalah rata-rata dari kemampuan kerja alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Kapasitas dari alat-alat pertanian dapat dinyatakan dalam acre perjam atau hektar per jam (Daywin,et al.,2008).
Menurut Rizaldi (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja alat pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
1. Ukuran dan bentuk petakan, ukuran petakan yang sempit akan mempersulit pembelokan alat dan jika betuknya berliku maka kapasitas pengolahan akan menjadi rendah.
2. Topografi wilayah,yaitu permukaan tanah, kemiringan tanah yang masih bisa dikerjakan traktor adalah 3 sampai 8 % dimana pengolahannya mengikuti garis kontur.
3. Keadaan traktor, maksudnya adalah apakah traktor masih baru atau sudah lama, menyangkut umur traktor itu sendiri.
4. Keadaan vegetasi, misalnya tumbuhan semak atau alang-alang mengakibatkan kemacetan akibat penggumpalan pada alat karena tertarik atau tidak terpotong.
5. Keadaan tanah, meliputi sifat-sifat fisik tanah (keadaan basah, kering, berlempung, liat atau keras).
18
Universitas sumatera utara

19
6. Tingkat keterampilan operator, operator yang berpengalaman dan terampil akan memberikan hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik.
7. Pola pengolahan tanah, berhubungan dengan waktu yang hilang pada saat pembelokan pada saat mengolah tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas lapang menurut Darun dan
Sumono (1983)adalah : 1. Kinerja Lapang Alat Mesin Pertanian
Dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan menghitung biaya pengerjaan dan efisiensi dalam pengolahan lahan. Dalam hal ini ada beberapa istilah yang digunakan yaitu:
a. Kapasitas lapang teoritis sebuah alat, merupakan kecepatan penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100% waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100% lebar kerja teoritisnya.
b. Waktu per hektar teoritis, merupakan waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang teoritis tersebut.
c. Waktu kerja efektif, merupakan waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
d. Kapasitas lapang efektif, suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, presentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan.
Universitas sumatera utara

20
Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang, pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan keterampilan operator. e. Efisiensi lapang, merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin. f. Efisiensi kinerja, merupakan suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya persentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen. 2. Waktu Hilang Untuk Belok Belok di ujung suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan180o per putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90o perputaran. Waktu yang diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik, juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di headland, kekasaran daerah belok dan lebar alat. Waktu per belokan pada head-land halus
20
Universitas sumatera utara

21
rata-rata hampir 5% lebih besar pada pemanen atau penyiang 4 larik dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20 - 25% pada head-land kasar. Alat yang lebih lebar, mendapatkan bahwa waktu per belokan rata-rata 40 - 50% lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik dibanding 4 larik.
Pengoperasian traktor saat melintasi ujung-ujung suatu lapang biasanya menghasilkan kehilangan waktu yang sering tak terhindarkan jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam lapang-lapang yang pendek. 3. Waktu hilang yang sebanding dengan Luas
Saat pengolahan tanah dengan traktor ada beberapa waktu yang hilang, karena saat istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat, biasanya cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu lapang total) jika kecepatan kerja atau lebar alat ditambah. Pengoperasian tidak bekerja saat melintasi ujung lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja normal dipertahankan saat melintasi ujung.
Kehilangan waktu yang lain, disebabkan oleh halangan, penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan pengisian tabung semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas daripada dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok, kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan pengosongan hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping sebanding dengan luasnya.
Waktu hilang yang cenderung sebanding dengan luas menjadi makin penting bila lebar atau kecepatan alat dinaikkan, karena waktu hilang tersebut
Universitas sumatera utara

22
akan terhitung dengan presentase yang lebih besar dengan berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian, mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat menaikkan keluaran cuma 30% bukannya 50%. 4. Waktu hilang berkenaan dengan kehandalan mesin
Peluang kerusakan alat, yang akan berakibat hilangnya waktu di lapang adalah berbanding terbalik dengan kehandalan mesin. Kehandalan keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berfungsinya suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu sepanjang periode waktu tertentu. Kehandalan pemakaian waktu pada mesin individual menjadi makin penting jika beberapa mesin atau beberapa bagian mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang sebesar 5 atau 10% karena kerusakan, penyetelan, pembetulan, penyumbatan/penggumpalan, atau berhenti yang lain berkaitan dengan mesin, umumnya tidak dianggap serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing dengan kehandalan pemakaian waktu 98%, digunakan secara berurutan, kehandalan pemakaian waktu keseluruhan gabungan waktu berurutan tersebut akan terkurangi sampai menjadi 66% Kehandalan pemakaian waktu. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang gabungan tersebut.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas lapang menurut Yunus (2004), adalah sebagai berikut : 1. Kapasitas Lapang Teoritis
KLT = 0,36 (VxLP)........................................................... (2) Dimana :
22
Universitas sumatera utara

23

KLT = Kapasitas lapang teoritis (ha/jam)

LP = Lebar kerja alat (m)

V= 0.36 =

Kecepatan (m/jam) Faktor konversi(1 m2/s =0.36 ha/jam)

2. Kapasitas Lapang Efektif

KLE

=



.............................................................

(3)

Dimana :

KLE

= Kapasitas Lapang Efektif (ha/jam)

L = Luas Lahan (ha)

WK = Waktu Kerja (jam)

Kecepatan maju merupakan salah satu metode untuk meningkatkan

kapasitas kerja alat pertanian yaitu dengan menambah kecepatan maju berarti

meningkatkan kapasitas kerja alat pengolah tanah tanpa harus menambah berat

dan jumlah unit tenaga penggerak yang membebani tanah (Yunus, 2004).

Efisiensi Pengolahan Tanah

Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan

kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara

kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam

bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pengolahan

tanah adalah sebagai berikut:

Efisiensi = X 100% .......................................................................... (4)

Dimana :

KLE = Kapasitas Lapang Efektif

Universitas sumatera utara

24
KLT = Kapasitas Lapang Teoritis (Yunus, 2004)
Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut, atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi (Yunus, 2004). Slip
Intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena beban operasipada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi dengan beban dibandingkan dengan kecepatan teoritis. Slip roda traktor merupakan salah satu faktor pembatas bagi pengoperasian traktor-traktor pertanian. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik pada saat menarik beban maupun saat tidak menarik beban (Liljedahl dkk, 1989).
Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat dikenai beban dengan jarak tempuh traktor tanpa beban pada putaran roda penggerak yang sama (Wanders, 1978).
Ada beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi slip, menurut Sembiring dkk (1990) adalah sebagai berikut :
a) Beban pada roda traksi b) Jenis, ukuran, dan kondisi roda traksi
24
Universitas sumatera utara

25

c) Jenis dan kondisi tanah/landasan traksi

Slip roda traksi pada traktor dapat dihitung dengan persamaan :



=





100%.......................................................

(5)

dimana :

St = Slip roda traksi (%)

So = Jarak yang ditempuh untuk 5 kali putaran roda traktor tanpa

mengolah tanah

Sb = Jarak yang ditempuh untuk 5 kali putaran roda traktor dengan

mengolah tanah

(Suastawa dkk, 2000).

Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan menaikkan

tenaga tarik taktor. Perbedaan kecepatan dan transmisi yang digunakan juga dapat

memberikan pengaruh pada slip. Efisiensi tenaga tarik yang tertinggi dalam

mengolahan tanah adalah pada tingkat slip antara 15-25%. Pada tanah liat yang

basah, tenaga terbesar untuk menarik mungkin dicapai pada slip sekitar 35%

(Sembiring dkk, 1990).

Tanah basah atau becek slip dapat terjadi sampai 60% dan hanya

menghasilkan tanah sekitar 10-20%. Hal ini berarti banyak tenaga yang hilang

untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda serta hasil yang didapat berupa

proses pelumpuran oleh roda. Dalam penggunaan traktor pada tanah liat basah

atau lumpur, harus diperhatikan luas kotak permukaan roda dengan tanah untuk

menaikkan tarikan. Makin luas permukaan, maka tarikan akan makin baik

(Sembiring dkk,1990).

Universitas sumatera utara

26
Efisiensi Penggunaan Bahan Bakar Motor bakar adalah suatu sistem perubah tenaga dari tenaga panas menjadi
tenaga gerak. Sebagai sumber tenaga panas dapat berasal dari kayu, batubara, minyak tanah, bensin dan sebagainya. Tenaga yang dihasilkan motor bakar jika dibandingkan dengan tenaga manusia atau hewan jauh lebih besar. Tenaga yang dapat dihasilkan oleh motor bisa mencapai ratusan kilo watt (KW) tergantung dari besar kecilnya motor. Untuk motor bensin dan diesel (motor bakar dalam) lebih praktis penggunaannya di lapangan jika dibandingkan dengan motor listrik. Tetapi motor bensin dan motor diesel memberikan dampk yang buruk bagi lingkungan karena akan menyebabkan polusi udara (Rizaldi, 2006)
Motor bensin 4 tak menggunakan bensin murni,sedangkan motor bakar dua tak menggunakan bensin campuran, yaitu bensin murni dicampur oli SAE 30 dengan perbandingan 20 : 1 atau 25 : 1 tergantung pada spesifikasi motor. Perbandingan tersebut adalah perbandingan volume, (Hardjosentono,dkk, 2000).
Motor diesel menggunakan bahan bakar solar, pemilihan bahan bakar yang baik sangat perlu, karena dapat menghindari kesulitan :
1. Menghidupkan motor 2. Kerusakan pada pompa injeksi 3. Pengaus