Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggula

ANTARA News: Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggulangan ...

1 of 3

Peristiwa

Spektrum

Nusantara

Pumpunan

Mancanegara

Telaah

Ekubis

http://antaranews.com/berita/1293418189/makna-kesepakatan-cancun...

Olahraga


Hiburan

Iptek

Warta Bumi

Artikel

Foto

TV

E

Resensi

Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggulangan
Perubahan I klim
Senin, 27 Desember 2010 09:49 WI B | Artikel | Telaah | Dibaca 1836 kali


Fitrian Ardiansyah *)
Canberra (ANTARA News) - Setelah banyak yang kecewa dengan hasil perundingan
perubahan iklim di Kopenhagen pada Desember 2009, perundingan lanjutan yang
berlangsung di Cancun, Meksiko, pertengahan Desember 2010 menghembuskan napas
segar.

Fitrian
Ardiansyah.

Perubahan iklim yang berskala dunia tidak dapat dicegah dan ditanggulangi tanpa
kesepakatan yang mengikat dari warga dunia yang diwakili oleh pemerintahan dari
semua negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan I klim di Cancun, Meksiko, merupakan kali
ke-16 bagi negara-negara bernegosiasi di bawah Kerangka Konvensi PBB tentang Perubahan I klim.
Salah satu komponen krusial yang dibahas adalah pengaturan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
dari negara-negara maju setelah tahun 2012.
Secara alami, permukaan bumi diselimuti oleh selubung tipis GRK seperti karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), dan gas lainnya. Selimut tipis GRK ini sangat penting karena menjaga bumi tetap hangat

--mengatur pantulan radiasi matahari secara alami.
Hanya saja, aktivitas ekonomi dan keseharian manusia, seperti dari penggunaan bahan bakar minyak
bumi dan batu bara untuk listrik dan industri, serta karena penggundulan dan kebakaran hutan dan
lahan, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang kian hari kian "mempertebal" selimut GRK di atmosfer.
Bila konsentrasi GRK terus meningkat, lapisan GRK di atmosfer ini akan menghalangi sebagian radiasi
panas matahari yang semestinya kembali ke luar angkasa, malah dipantulkan balik ke bumi yang
menyebabkan bumi semakin panas!

Protokol baru
Sampai saat ini selain dari Konvensi, PPB mempunyai perjanjian yang mengikat yang dikenal sebagai
Protokol Kyoto. Namun, Protokol ini baru mengatur periode pertama (2008-2012) penurunan emisi gas
rumah kaca (GRK) dari negara-negara maju sekitar 5 persen dari tingkat emisi tahun 1990.
Oleh karena itu dibutuhkan perjanjian yang mengatur keberlanjutan periode kedua dari Protokol Kyoto
serta perjanjian baru yang mengatur seluruh negara untuk secara wajib maupun sukarela mempunyai
penurunan emisi besar-besaran.
Berdasarkan penelitian I PCC (Panel antar Pemerintah untuk Perubahan I klim), melalui perundingan di

1/18/2011 12:47 PM

ANTARA News: Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggulangan ...


2 of 3

http://antaranews.com/berita/1293418189/makna-kesepakatan-cancun...

tingkat PBB kenaikan suhu rata-rata muka bumi diharapkan tidak akan melebihi 2 derajat Celsius, suatu
ambang batas yang masih dianggap aman dan belum menimbulkan dampak parah akibat perubahan
iklim.
Untuk mencapainya, negara-negara maju berkewajiban menurunkan emisi GRK sekitar 25 hingga 40
persen pada tahun 2020 dibandingkan tingkat emisi tahun 1990.
Sementara itu, negara-negara berkembang secara sukarela menurunkan emisi sekitar rata-rata 30 persen
dibandingkan grafik proyeksi pembangunan seperti layaknya saat ini.
Paket perlindungan iklim (Climate protection packages) atau sebagai hasil yang dicapai pertengahan
Desember 2010 di Cancun memberikan landasan dasar untuk tercapainya kesepakatan dunia yang lebih
mengikat untuk penanggulangan perubahan iklim, yang diharapkan keputusan akhirnya bisa dicapai di
KTT Perubahan I klim Desember 2011 di Durban, Afrika Selatan.
Contohnya, negara-negara maju yang terikat di dalam Protokol Kyoto secara lebih tegas mengakui
tentang perlunya penurunan emisi GRK sekitar 25 hingga 40 persen pada 2020 dibandingkan tingkat
emisi tahun 1990.
Hanya tinggal Jepang dan Rusia yang masih belum sepakat akan hal ini.


MRV
KTT Cancun juga menghasilkan kesepakatan akan unsur-unsur penting yang diperlukan untuk mencapai
kesepakatan yang lebih menyeluruh terutama dalam aspek pengukuran ( measurement ), pelaporan
( reporting ), dan verifikasi ( verification ) atau MRV dari pengurangan emisi GRK dan sokongan pendanaan.
Hal ini sangat penting karena aspek-aspek MRV yang akan menentukan apakah masyarakat dunia
benar-benar bisa dan tepat menurunkan emisi, dan apakah memang tersedia dana untuk mendukung
upaya tersebut.
Selain itu, yang juga berdampak penting untuk I ndonesia sebagai negara kepulauan, KTT di Cancun
berhasil membentuk Komite Adaptasi. Bagi negara-negara yang kemungkinan terkena dampak parah dari
perubahan iklim, kerja komite ini sangatlah ditunggu.
Hasil yang cukup menggembirakan lainnya adalah disepakatinya "pendanaan hijau tingkat dunia yang
baru" ( a new global green fund). Skema pendanaan ini menjadi penting dikarenakan penanggulangan
perubahan iklim di seluruh dunia tentulah tidak murah dan mudah.

REDD+
Bagi sebagian negosiator dan anggota Delegasi Republik I ndonesia dan penggiat lingkungan di tanah air,
salah satu hasil yang ditunggu adalah tentang REDD+ (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan).
Di Cancun, REDD+ disepakati sebagai bagian integral penanggulangan perubahan iklim dan kesepakatan

mengenai REDD+ memberikan landasan kuat untuk terus membangun program REDD+ yang lebih
kredibel terutama di negara-negara yang mempunyai hutan tropis seperti I ndonesia.
Setelah bernegosiasi selama dua pekan sejak awal Desember 2010, banyak perkembangan yang
menggembirakan yang dicapai di Cancun, Meksiko.
Tetapi, pekerjaan berat masih menanti di 2011 karena perjanjian atau kesepakatan yang mengikat masih
harus diperjuangkan sampai di Durban, Afrika Selatan nanti.

1/18/2011 12:47 PM

ANTARA News: Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggulangan ...

3 of 3

http://antaranews.com/berita/1293418189/makna-kesepakatan-cancun...

Kepemimpinan yang lebih nyata perlu dicontohkan oleh negara-negara besar terutama dari Uni Eropa,
Amerika Serikat (AS), I ndia dan Cina, termasuk I ndonesia.
Negara-negara ini, terutama Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, mempunyai peran untuk
membuktikan bahwa komitmen pengurangan emisi dalam negerinya berkontribusi nyata untuk
memastikan bahwa kenaikan suhu rata-rata muka bumi tidak melebihi 2 derajat Celsius.

Bagi I ndonesia, komitmen yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
menurunkan emisi GRK perlu diterjemahkan secara lebih serius ke dalam bentuk rencana dan program
pembangunan nasional yang mencakup antar-sektor dan daerah.
Komitmen itu juga perlu diikuti dengan rencana adaptasi yang lebih nyata sehingga masyarakat I ndonesia
siap menghadapi dampak perubahan iklim yang sudah semakin sering menyambangi.
Dengan rencana dan program nasional untuk pengurangan emisi dan adaptasi perubahan iklim yang
didukung sektor dan daerah, Pemerintah I ndonesia bukan hanya dapat berunding di tingkat PBB secara
lebih percaya diri, tetapi juga membuktikan kepada rakyatnya bahwa I ndonesia serius dalam
menanggulangi masalah ini. (* )

* ) Fitrian Ardiansyah adalah Penerima Australian Leadership Award dan Allison Sudradjat Award,
Penasihat Program Perubahan I klim dan Energi, WWF-I ndonesia, dan Kandidat Doktor di Australian
National University.
(T.N006/ T010/ P003)
COPYRI GHT © 2010

I kuti berita terkini di handphone anda http:/ / m.antaranew s.com
Baca Ketentuan

Versi Cetak


Beritahu Teman

5

Beri Komentar

I kuti di Twitter!

retweet

Ba ca Ju g a
PBB Akan Kirim 2.000 Tentara Lagi ke Pantai Gading
Jendral China Akan Pimpin Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Siprus
3 Pekerja PBB Diculik di Darfur Sudan
I ran: Pekan Depan Peluang Terakhir Barat
Obama Bertemu PM Lebanon Hari Rabu Bahas Tuduhan PBB
Saudi Dan Suriah Gagal Perantarai Perjanjian Libanon

Perist iwa

Tent ang Kam i

Mancanegara

Ekubis

Ket ent uan Penggunaan

Fot o

Copyright © 2011

1/18/2011 12:47 PM