3 Pembinaan  sebagaimana  dimaksud  dalam  ayat  1  dan  ayat  2  tidak  boleh
mengurangi  kebebasan  Hakim  dalam  memeriksa  dan  memutus  sengketa  Tata Usaha Negara.
BAB II SUSUNAN PENGADILAN
Bagian Pertama Umum
Pasal 8
Pengadilan terdiri atas : a.
Pengadilan Tata Usaha Negara, yang merupakan pengadilan tingkat pertama; b.
Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara,  yang  merupakan  pengadilan  tingkat banding.
Pasal 9
Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk dengan Keputusan Presiden.
Pasal 10
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dibentuk dengan undang-undang.
Pasal 11
1 Susunan  Pengadilan  terdiri  atas  Pimpinan,  Hakim  Anggota,  Panitera,  dan
Sekretaris. 2
Pimpinan Pengadilan terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua. 3
Hakim  anggota  pada  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara  adalah  Hakim Tinggi.
Bagian Kedua Ketua, Wakil Ketua, Hakim, dan Panitera Pengadilan
Paragraf 1 Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim
Pasal 12
1 Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman.
2 Syarat  dan  tata  cara  pengangkatan,  pemberhentian,  serta  pelaksanaan  tugas
Hakim ditetapkan dalam Undang-undang ini.
Pasal 13
1 Pembinaan  dan  pengawasan  umum  terhadap  Hakim  sebagai  pegawai  negeri,
dilakukan oleh Menteri Kehakiman. 2
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, tidak boleh mengurangi  kebebasan  Hakim  dalam  memeriksa  dan  memutus  sengketa  Tata
Usaha Negara.
Pasal 14
1 Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Hakim  pada  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara,
seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a.
warga negara Indonesia; b.
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c.
setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; d.
bukan  bekas  anggota  organisasi  terlarang  Partai  Komunis  Indonesia, termasuk  organisasi  massanya  atau  bukan  seseorang  yang  terlibat
langsung  ataupun  tak  langsung  dalam  Gerakan  Kontra  Revolusi G.30.SPKI atau organisasi terlarang lainnya;
e. pegawai negeri;
f. sarjana  hukum  atau  sarjana  lain  yang  memiliki  keahlian  di  bidang  Tata
Usaha Negara; g.
berumur serendah-rendahnya dua puluh lima tahun; h.
berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela. 2
Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Ketua  atau  Wakil  Ketua  Pengadilan  Tata  Usaha Negara  diperlukan  pengalaman  sekurang-kurangnya  sepuluh  tahun  sebagai
Hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 15
1 Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Hakim  pada  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha
Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a.
syarat-syarat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  14  ayat  1,  huruf  a huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf h;
b. berumur serendah-rendahnya empat puluh tahun;
c. berpengalaman  sekurang-kurangnya  lima  tahun  sebagai  Ketua  atau
Wakil  Ketua  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara,  atau  sekurang-kurangnya lima belas tahun sebagai Hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara.
2 Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Ketua  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara
diperlukan pengalaman sekurang-kurangnya sepuluh tahun sebagai Hakim pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara atau sekurang-kurangnya lima tahun bagi
Hakim pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara.
3 Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Wakil  Ketua  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha
Negara  diperlukan  pengalaman  sekurang-kurangnya  delapan  tahun  sebagai Hakim  pada  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara  atau  sekurang-kurangnya
tiga tahun bagi Hakim pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang pernah menjabat Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 16
1 Hakim diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul
Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung. 2
Ketua  dan  Wakil  Ketua  Pengadilan  diangkat  dan  diberhentikan  oleh  Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
Pasal 17
1 Sebelum  memangku  jabatannya,  Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  Pengadilan
wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaan; bunyi sumpah atau janji itu adalah sebagai berikut :
Saya  bersumpahberjanji  dengan  sungguh-sungguh  bahwa  saya  untuk memperoleh  jabatan  saya  ini,  langsung  atau  tidak  langsung,  dengan
menggunakan nama atau cara apa pun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga.
Saya  bersumpahberjanji  bahwa  saya,  untuk  melakukan  atau  tidak  melakukan sesuatu  dalam  jabatan  ini,  tidak  sekali-kali  akan  menerima  langsung  atau  tidak
langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian.
Saya  bersumpahberjanji  bahwa  saya  akan  setia  kepada  dan  akan mempertahankan  serta  mengamalkan  Pancasila  sebagai  pandangan  hidup
bangsa, dasar negara, dan ideologi nasional: Undang-Undang Dasar 1945, dan segala undang-undang, serta peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik
Indonesia.
Saya  bersumpahberjanji  bahwa  saya  senantiasa  akan  menjalankan  jabatan saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan
akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya ini sebaik-baiknya dan seadil- adilnya  seperti  layaknya  bagi  seorang  KetuaWakil  KetuaHakim  yang  berbudi
baik dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan.
2 Wakil  Ketua  dan  Hakim  pada  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara  diambil  sumpah
atau janjinya oleh Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara. 3
Wakil Ketua dan Hakim pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara serta Ketua Pengadilan  Tata  Usaha  Negara  diambil  sumpah  atau  janjinya  oleh  Ketua
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. 4
Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara diambil sumpah atau janjinya oleh Ketua Mahkamah Agung.
Pasal 18
1 Kecual  ditentuakan  lain  oleh  atau  berdasarkan  undang-undang,  Hakim  tidak
boleh merangkap menjadi : a.
pelaksana putusan pengadilan; b.
wali  pengampu,  dan  pejabat  yang  berkaitan  dengan  suatu  perkara  yang diperiksan olehnya;
c. pengusaha.
2 Hakim tidak boleh merangkap menjadi penasihat hukum.
3 Jabatan  yang  tidak  boleh  dirangkap  oleh  Hakim  selain  jabatan  sebagaimana
dimaksud  dalam  ayat  1  dan  ayat  2  diatur  lebih  lanjut  dengan  Peraturan Pemerintah.
Pasal 19
1 Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  diberhentikan  dengan  hormat  dari  jabatannya
karena : a.
permintaan sendiri; b.
sakit jasmani atau rohani terus-menerus; c.
telah  berumur  enam  puluh  tahun  bagi  Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim pada  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara  dan  enam  puluh  tiga  tahun  bagi
Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  pada  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha Negara;
d. ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.
2 Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  yang  meninggal  dunia  dengan  sendirinya
diberhentikan  dengan  hormat  dari  jabatannya  oleh  Presiden  selaku  Kepala Negara.
Pasal 20
1 Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  diberhentikan  tidak  dengan  hormat  dari
jabatannya dengan alasan : a.
dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan; b.
melakukan perbuatan tercela; c.
terus  menerus  melalaikan  kewajiban  dalam  menjalankan  tugas pekerjaannya;
d. melanggar sumpah atau janji jabatan;
e. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
2 Pengusulan  pemberhentian  tidak  dengan  hormat  dengan  alasan  sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 huruf b sampai dengan huruf e dilakukan setelah yang bersangkutan  diberi  kesempatan  untuk  membela  diri  di  hadapan  Majelis
Kehormatan Hakim.
3 Pembentukan,  susunan,  dan  tata  keda  Majelis  Kehormatan  Hakim  serta  tata
cara  pembelaan  diri  ditetapkan  oleh  Ketua  Mahkamah  Agung  bersama-sama Menteri Kehakiman.
Pasal 21
Seorang  Hakim  yang  diberhentikan  dari  jabatannya  tidak  dengan  sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri.
Pasal 22
1 Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  sebelum  diberhentikan  tidak  dengan  hormat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat 1, dapat diberhentikan sementara dari  jabatannya  oleh  Presiden  selaku  Kepala  Negara  atas  usul  Menteri
Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
2 Terhadap pengusulan pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam
ayat  1,  berlaku  juga  ketentuan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  20  ayat 2.
Pasal 23
1 Apabila terhadap seorang Hakim ada perintah penangkapan yang diikuti dengan
penahanan,  dengan  sendirinya  Hakim  tersebut  diberhentikan  sementara  dari jabatannya.
2 Apabila  seorang  Hakim  dituntut  di  muka  Pengadilan  Negari  dalam  perkara
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 4 Undang-undang Nomor 8  Tahun  1981  tentang  Hukum  Acara  Pidana  tanpa  ditahan,  maka  ia  dapat
diberhentikan sementara dari jabatannya.
Pasal 24
Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemberhentain  dengan  hormat, pemberhentian  tidak  dengan  hormat,  dan  pemberhentaian  sementara,  serta  hak-hak
pejabat  yang  terhadapnya  dikenakan  pemberhentian,  diatur  dengan  Peraturan Pemerintah.
Pasal 25
1 Kedudukan protokol Hakim diatur dengan Keputusan Presiden.
2 Tunjangan  dan  ketentuan  lainnya  bagi  Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  diatur
dengan Keputusan Presiden.
Pasal 26
1 Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  dapat  ditangkap  atau  ditahan  hanya  atas
perintah  Jaksa  Agung  setelah  mendapat  persetujuan  dari  Ketua  Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman.
2 Dalam hal :
a. Tertangkap tangan melakukan tindak Pidana kejahatan, atau
b. disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati, atau c.
disangka  telah  melakukan  tindak  pidana  kejahatan  terhadap  keamanan negara.
Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  dapat  ditangkap  tanpa  perintah  dan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
Paragraf 2 Panitera
Pasal 27
1 Pada  setiap  Pengadilan  ditetapkan  adanya  kepaniteraan  yang  dipimpin  oleh
seorang Panitera. 2
Dalam melaksanakan tugasnya Panitera Pengadilan dibantu oleh seorang Wakil Panitera,  beberapa  orang  Panitera  Muda,  dan  beberapa  orang  Panitera
Pengganti.
Pasal 28
Untuk dapat diangkat menjadi Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. warga negara Indonesia;
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. serendah-rendahnya berijazah sarjana muda hukum;
e. berpengalaman  sekurang-kurangnya  empat  tahun  sebagai  Wakil  Panitera  atau
tujuh  tahun  sebagai  Panitera  Muda  Pengaditan  Tata  Usaha  Negara,  atau menjabat sebagai Wakil Panitera Pangadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Pasal 29
Untuk dapat diangkat menjadi Panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, huruf b, dan huruf c
b. berijazah sarjana hukum;
c. berpengalaman  sekurang-kurangnya  empat  tahun  sebagai  Wakil  Panitera  atau
delapan  tahun  sebagai  Panitera  Muda  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara, atau empat tahun sebagai Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 30
Untuk dapat diangkat menjadi Wakil Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, dan huruf d;
b. berpengalaman  sekurang-kurangnya  empat  tahun  sebagai  Panitera  Muda  atau
enam tahun sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 31
Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Wakil  Panitera  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, huruf b, dan huruf c;
b. berijazah sarjana hukum;
c. berpengalaman  sekurang-kurangnya  empat  tahun  sebagai  Panitera  Muda  atau
tujuh  tahun  sebagai  Panitera  Pengganti  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara atau empat tahun sebagai Wakil Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara, atau
menjabat sebagai Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 32
Untuk dapat diangkat menjadi Panitera Muda Pengadilan Tata Usaha Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, dan huruf d;
b. berpengalaman  sekurang-kurangnya  tiga  tahun  sebagai  Panitera  Pengganti
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 33
Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Panitera  Muda  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha  Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, dan huruf d;
b. berpengalaman  sekurang-kurangnya  tiga  tahun  sebagai  Panitera  Pengganti
Penpdilan Tinggi Tata Usaha Negara atau empat tahun sebagai Panitera Muda
atau delapan tahun sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara, atau menjabat sebagai Wakil Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 34
Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Panitera  Pengganti  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, dan huruf d;
b. berpengalaman  sekurang-kurangnya  lima  tahun  sebagai  pegawai  negeri  pada
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 35
Untuk  dapat  diangkat  menjadi  Panitera  Pengganti  Pengadilan  Tinggi  Tata  Usaha Negara, seorang, calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, huruf b, dan huruf d;
b. berpengalaman  sekurang-kurangnya  lima  tahun  sebagai  Panitera  Pengganti
Pengadilan  Tata  Usaha  Negara  atau  sepuluh  tahun  sebagai  pegawai  negeri pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Pasal 36
1 Kecuali  ditentukan  lain  oleh  atau  berdasarkan  undang-undang,  Panitera  tidak
boleh  merangkap menjadi  wali,  pengampu,  dan pejabat  yang  berkairan dengan perkara yang di dalamnya ia bertindak sebagai Panitera.
2 Panitera tidak boleh merangkap menjadi penasihat hukum.
3 Jabatan  yang  tidak  boleh  dirangkap  oleh  Panitera  selain  jabatan  sebagaimana
dimaksud  dalam  rayat  1,  dan  ayat  2  diatur  lebih  lanjut  oleh  Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
Pasal 37
Panitera,  Wakil  Panitera,  Panitera  Muda,  dan  Panitera  Pengganti  diangkat  dari diberhentikan dari jabatannya oleh Menteri Kehakiman.
Pasal 38
Sebelum memangku jabatannya, Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti  diambil  sumpah  atau  janjinya  menurut  agama  atau  kepercayaannya  oleh
Ketua  Pengadilan  yang  bersangkutan;  bunyi  sumpah  atau  janji  itu  adalah  sebagai berikut:
Saya  bersumpahberjanji  dengan  sungguh-sungguh  bahwa  saya,  untuk  memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara
apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun. Saya  bersumpahbelanji  bahwa  saya,  untuk  melakukan  atau  tidak melakukan  sesuatu
dalam jabatan ini, tidak sekali-sekali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian.
Saya  bersumpahberjanji  bahwa  saya  akan  setia  kepada  dan  akan  mempertahankan serta  mengamalkan  Pancasila  sebagai  pandangan  hidup  bangsa,  dasar  negara,  dan
ideologi  nasional;  Undang-Undang  Dasar  1945,  dan  segala  undang-undang  serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.
Saya  bersumpahberjanji  bahwa  saya  senantiasa  akan  menjalankan  jabatan  saya  ini dengan jujur,  saksama dan  dengan tidak  membedakan  orang  dan  akan  berlaku  dalam
melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, seperti layaknya bagi seorang  PaniteraWakil  PaniteraPanitera  MudaPanitera  Pengganti  yang  berbudi  baik
dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan.
Pasal 39
Tugas  serta  tanggung  jawab,  susunan  organisasi,  dan  tata  kerja  keparliteraan Pengadilan diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung.
Bagian Ketiga Sekretaris
Pasal 40
Pada  setiap  Pengadilan  ditetapkan  adanya  sekretariat    yang  dipimpin  oleh  seorang Sekretaris dan dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris.
Pasal 41
Jabatan Sekretaris Pengadilan dirangkap oleh Panitera.
Pasal 42
Untuk dapat diangkat menjadi Wakil Sekretaris Pengadilan Tata Usaha Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. warga negara Indonesia;
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. serendah-rendahnya  berijazah  sadana  muda  hukum  atau  sarjana  muda
administrasi; e.
berpengalaman di bidang administrasi peradilan.
Pasal 43
Untuk dapat diangkat menjadi Wakil Sekretaris Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
syarat-syarat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  42  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, dan huruf e;
b. berijazah sadana hukum atau sarjana administrasi.
Pasal 44
Wakil Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Kehakiman.
Pasal 45
Sebelum  memangku  jabatannya,  Sekretaris,  Wakil  Sekretaris  diambil  sumpah  atau janjinya  menurut  agama  atau  kepercayaannya  oleh  Ketua  Pengadilan  yang
bersangkutan;  bunyi  sumpah  atau  janji  itu  adalah  sebagai  berikut  Saya bersumpahberjanji :
bahwa  saya,  untuk  diangkat  menjadi  SekretarisWakil  Sekretaris,  akan  setia  dan  taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah.
bahwa  saya  akan  menaati  segala  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku  dan melaksanakan  tugas  kedinasan  yang  dipercayakan  kepada  saya  dengan  penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. bahwa  saya  akan  senantiasa  menjunjung  tinggi  kehormatan  negara,  pemerintah,  dan
martabat  SekretarisWakil  Sekretaris,  serta  akan  senantiasa  mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan.
bahwa  saya  akan  memegang  rahasia  sesuatu  yang  menurut  sifatnya  atau  menurut perintah harus saya rahasiakan.
bahwa  saya  akan  bekerja  dengan  jujur,  tertib,  cermat,  dan  bersemangat  untuk kepentingan negara.
Pasal 46
1 Sekretaris  Pengadilan  bertugas  menyelenggarakan  administrasi  umum
Pengadilan. 2
Tugas  serta  tanggung  jawab,  susanan  organisasi,  dan  tata  kerja  sekretariat diatur lebih lanjut oleh Menteri Kehakiman.
BAB III KEKUASAAN PENGADILAN