Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan

PEMETAAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI KELURAHAN BELAWAN II KECAMATAN MEDAN BELAWAN SKRIPSI INTAN IKSAURA GINTING 090302030
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PEMETAAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI KELURAHAN BELAWAN II KECAMATAN MEDAN BELAWAN
SKRIPSI INTAN IKSAURA GINTING
090302030
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan

Nama Mahasiswa : Intan Iksaura Ginting


NIM

: 090302030

Program Studi

: Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si Ketua

Desrita, S.Pi, M.Si Anggota

Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Tanggal Seminar : 18 Desember 2013
Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun, Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Januari 2014 Intan Iksaura Ginting NIM. 090302030
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 05 Mei 1992. Anak pertama dari tiga bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Bapak Salmon Ginting (Alm) dan Ibu Minah Sinuhaji. Penulis menamatkan pendidikan ke SMA Budi Murni 2 Medan dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Studi Baru, terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti perkuliahan dan aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Perairan (HIMASPERA), sebagai asisten praktikum Ikhtiologi tahun 2012-2013 di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pusat Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dari tanggal 12 Juli 2012 – 10 Agustus 2012. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan”.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi dengan judul. “Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan-Belawan”, yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari selesainya skiripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Salmon Ginting (Alm) dan Ibu Minah Sinuhaji, yang penuh pengorbanan dalam membesarkan, curahan kasih sayang, dukungan moril maupun material serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta saudara saya Raja Hizkia Ginting dan Grace Angelita Ginting terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan ilmu bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi M,Si dan Pindi Patana S.Hut, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen
Universitas Sumatera Utara

Sumberdaya Perairan. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Camat Medan Belawan, Bapak Lurah dan staf pegawai Kelurahan Belawan II yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk pengambilan data dalam melakukan penelitian.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman MSP 09 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya. Teman-teman yang setia baik suka maupun duka Deliana Dongoran, Susanti Lawati Barus, Dayu Kurniawan, Rika Wirani, Fathul Kohiri, Desita br Ginting, Ghanang Dhika Arya, Tommy Patria Marbun, dan Dewi Roma Widya.
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan sumbangsinya dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis sampaikan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khusunya dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, Januari 2014

Penulis
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
INTAN IKSAURA GINTING. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan. Dibimbing oleh YUNUS AFFIFUDIN dan DESRITA. Aktivitas penduduk di Kelurahan Belawan II sangat memerlukan air dalam jumlah besar pada umumnya dengan memanfaatkan sumur bor guna mencukupi kebutuhan air yang diperlukan. Sumur bor merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan Indonesia. Tujuan dari penelitian adalah analisis salinitas air sumur bor, analisis pengaruh kedalaman sumur terhadap intrusi air laut dan analisis gambaran sebaran salinitas pada sumur bor. Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan Mei-Juni 2013. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan software ArcView GIS 3.3 untuk memperoleh peta sebaran salinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas air sumur bor di Kelurahan Belawan II bervariasi. Jumlah sumur bor yang termasuk dalam klasifikasi bagus (333mg/l) sebesar 4%, diijinkan (666-1333 mg/l) sebesar 27%, meragukan (1666-2000 mg/l) sebesar 46% dan berbahaya (2333-3000mg/l) 24%. Jenis air tawar sebesar 4%, sedang sebesar 27% dan payau sebesar 69%. Sumur bor pada kedalaman 65-100 meter yang termasuk dalam klasifikasi berbahaya sebanyak 47 sumur, meragukan sebanyak 36 sumur, diijinkan sebanyak 2 sumur dan bagus tidak ada. Sumur bor pada kedalaman >100 meter yang termasuk dalam klasifikasi berbahaya tidak ditemukan, meragukan sebanyak 18 sumur, diijinkan sebanyak 88 sumur dan bagus sebanyak 7 sumur. Hal ini menunjukkan bahwa air sumur bor sudah terjadi intrusi dan memiliki kualitas air yang jelek untuk bahan baku air minum. Selain faktor kedalaman sumur bor dapat juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Keadaan pemukiman penduduk yang sangat kotor dan terdapat sampah disekitar rumah hal ini dapat mempengaruhi kondisi air sumur bor penduduk. Kata Kunci: Intrusi. Pemetaan, Salinitas, Sumur Bor
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
INTAN IKSAURA GINTING. The Mapping Salinity On Drilled Wells In Of Belawan II Village, Subdistrict of Medan Belawan. Supervised by YUNUS AFFIFUDIN dan DESRITA. The activity of residents in the village of Belawan II in need of large amounts of water in general by making use of the well drill in order to fulfill the needs of water are necessary. Drill wells are the main source of water supply for the population living in rural and urban areas of Indonesia. The purpose of the research is the analysis of salinity water well drill, an analysis influence of the depth of the well against the intrusion of sea water and analytical overview of the distribution of salinity in the drill well. The research was conducted in the month of May-June 2013. The research was conducted in the village Belawan II , Sub District Medan Belawan, Province North Sumatra. This research uses the software ArcView GIS 3.3 to obtain a map of the spread of salinity. The results showed that the salinity of the water wells drilled in the Village of Belawan II varied. Number of wells drill included in the good classification (333mg / l) at 4%, is permitted (666-1333 mg / l) by 27%, doubtful at (1666-2000 mg / l) by 46% and dangerous (2333-3000mg / l ) at 24%. Types of fresh water by 4%, moderate by 27% and brackish water by 69%. Drill well at the depth of 65-100 meters included in the classification of dangerous 47 wells, dubious 36 wells, allowed as much as 2 wells and good there is no. Drill well at the depth of >100 meters included in the classification of dangerous there is no, dubious 18 wells, allowed 88 wells and good 7 wells. This matter show that water sumur bor already happening intrusion and having the quality of water for raw materials miscreated drinking water. The state of settlements, the extremely dirty and there are garbage around the house this can affect the condition the drill well water the population. Keywords : Intrusion, Mapping, Salinity, Drill Well
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................

i

ABSTRAK ................................................................................................


iii

ABSTRACT ..............................................................................................

iv

DAFTAR ISI.............................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................... Perumusan Masalah ....................................................................... Kerangka Berpikir.......................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian .........................................................................


1 2 3 4 4

TINJAUAN PUSTAKA Air Tanah......................................................................................... Akuifer............................................................................................. Gerakan Air Tanah .......................................................................... Pengambilan Air Tanah Melalui Sumur .......................................... Penyebab Permasalahan Air Tanah ................................................. Kualitas Air Tanah........................................................................... Salinitas ........................................................................................... Intrusi Air Laut ................................................................................ Hubungan Sumur Dengan Salinitas................................................. Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG).................................

5 8 9 10 12 13 15 16 19 21

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat........................................................................... Alat dan Bahan ................................................................................ Metode Penelitian ........................................................................... Pengambilan Data .................................................................... Penentuan Sampel .................................................................... Prosedur Penelitian ..................................................................

23 23 23 23 24 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil................................................................................................. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas ......................................

28 28

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air...................................... Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Nilai Salinitas..... Pemetaan Salinitas ................................................................... Pembahasan ..................................................................................... Klasifikasi Air Berdasarkan Nilai Salinitas............................ Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air .................................... Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Nilai Salinitas .. Pemetaan Salinitas.................................................................. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air....................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

28 29 30 31 31 33 36 38 39
43 43

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran............................................................................. 2. Pergerakan Air Bawah Tanah .............................................................. 3. Kondisi Dimana Intrusi Air Laut Terjadi Karena Keseimbangan
Terganggu Akibat Pengambilan Air .................................................... 4. Pengambilan Air Tanah........................................................................ 5. Peta Kecamatan Medan Belawan ......................................................... 6. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas .................................................. 7. Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air.................................................. 8. Pengaruh Kedalaman Sumur Bor 65-100 meter .................................. 9. Pengaruh Kedalaman Sumur Bor >100 meter ..................................... 10. Pemetaan Sebaran Salinitas.................................................................. 11. Jumlah Penduduk Menurut Pemakaian Air ......................................... 12. Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Medan........................................... 13. Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera
Utara .....................................................................................................

3 9
20 21 25 28 28 29 29 30 34 40
41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Lokasi Penelitian.................................................................................... 2. Pengukuran Salinitas ............................................................................ 3. Alat dan Bahan....................................................................................... 4. Peta Penutupan Lahan Sumatera Utara .................................................. 5. Data Pengguna Sumur, Titik Koordinat, Salinitas, Klasifikasi,
Kedalaman Sumur, Jenis Air dan Kegunaan Sumur .............................

47 48 49 50
51

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
INTAN IKSAURA GINTING. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan. Dibimbing oleh YUNUS AFFIFUDIN dan DESRITA. Aktivitas penduduk di Kelurahan Belawan II sangat memerlukan air dalam jumlah besar pada umumnya dengan memanfaatkan sumur bor guna mencukupi kebutuhan air yang diperlukan. Sumur bor merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan Indonesia. Tujuan dari penelitian adalah analisis salinitas air sumur bor, analisis pengaruh kedalaman sumur terhadap intrusi air laut dan analisis gambaran sebaran salinitas pada sumur bor. Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan Mei-Juni 2013. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan software ArcView GIS 3.3 untuk memperoleh peta sebaran salinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas air sumur bor di Kelurahan Belawan II bervariasi. Jumlah sumur bor yang termasuk dalam klasifikasi bagus (333mg/l) sebesar 4%, diijinkan (666-1333 mg/l) sebesar 27%, meragukan (1666-2000 mg/l) sebesar 46% dan berbahaya (2333-3000mg/l) 24%. Jenis air tawar sebesar 4%, sedang sebesar 27% dan payau sebesar 69%. Sumur bor pada kedalaman 65-100 meter yang termasuk dalam klasifikasi berbahaya sebanyak 47 sumur, meragukan sebanyak 36 sumur, diijinkan sebanyak 2 sumur dan bagus tidak ada. Sumur bor pada kedalaman >100 meter yang termasuk dalam klasifikasi berbahaya tidak ditemukan, meragukan sebanyak 18 sumur, diijinkan sebanyak 88 sumur dan bagus sebanyak 7 sumur. Hal ini menunjukkan bahwa air sumur bor sudah terjadi intrusi dan memiliki kualitas air yang jelek untuk bahan baku air minum. Selain faktor kedalaman sumur bor dapat juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Keadaan pemukiman penduduk yang sangat kotor dan terdapat sampah disekitar rumah hal ini dapat mempengaruhi kondisi air sumur bor penduduk. Kata Kunci: Intrusi. Pemetaan, Salinitas, Sumur Bor
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
INTAN IKSAURA GINTING. The Mapping Salinity On Drilled Wells In Of Belawan II Village, Subdistrict of Medan Belawan. Supervised by YUNUS AFFIFUDIN dan DESRITA. The activity of residents in the village of Belawan II in need of large amounts of water in general by making use of the well drill in order to fulfill the needs of water are necessary. Drill wells are the main source of water supply for the population living in rural and urban areas of Indonesia. The purpose of the research is the analysis of salinity water well drill, an analysis influence of the depth of the well against the intrusion of sea water and analytical overview of the distribution of salinity in the drill well. The research was conducted in the month of May-June 2013. The research was conducted in the village Belawan II , Sub District Medan Belawan, Province North Sumatra. This research uses the software ArcView GIS 3.3 to obtain a map of the spread of salinity. The results showed that the salinity of the water wells drilled in the Village of Belawan II varied. Number of wells drill included in the good classification (333mg / l) at 4%, is permitted (666-1333 mg / l) by 27%, doubtful at (1666-2000 mg / l) by 46% and dangerous (2333-3000mg / l ) at 24%. Types of fresh water by 4%, moderate by 27% and brackish water by 69%. Drill well at the depth of 65-100 meters included in the classification of dangerous 47 wells, dubious 36 wells, allowed as much as 2 wells and good there is no. Drill well at the depth of >100 meters included in the classification of dangerous there is no, dubious 18 wells, allowed 88 wells and good 7 wells. This matter show that water sumur bor already happening intrusion and having the quality of water for raw materials miscreated drinking water. The state of settlements, the extremely dirty and there are garbage around the house this can affect the condition the drill well water the population. Keywords : Intrusion, Mapping, Salinity, Drill Well
Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelurahan Belawan II memiliki kepadatan penduduk yang tinggi maka
kebutuhan ruang untuk pemukiman juga akan bertambah, sehingga menyebabkan terjadinya pemukiman kumuh. Sekitar lingkungan banyak terdapat sampah sehingga dapat mempengaruhi kualitas air bersih. Kodoatie (1996) menyatakan bahwa daerah pantai merupakan daerah yang dimana populasi penduduk cukup padat. Segala aktivitas terkonsentrasi disana. Abad ke 20 telah diprediksi lebih dari tiga perempat penduduk dunia akan tinggal di daerah pantai, sehingga dapat meningkatkan dampak lingkungan yang cukup besar. Peningkatan penduduk dengan segala macam aktivitasnya akan proposional dengan peningkatan berbagai masalah. Kekurangan suplai air bersih, perubahan fisik kimia dan biologis, problem salinitas, degradasi kesehatan lingkungan dan dampak negatif yang lain menjadi masalah yang selalu aktual.
Aktivitas penduduk di Kelurahan Belawan II sangat memerlukan air dalam jumlah besar umumnya dengan memanfaatkan sumur bor guna mencukupi kebutuhan air yang diperlukan. Gunawan (2012) menyatakan bahwa kebutuhan air semakin lama semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Peningkatan tersebut dilihat dari dua hal yang saling tergantung satu sama lain yaitu sisi kualitas dan kuantitas, sedangkan pada sisi lain mempengaruhi jumlah air relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Pertambahan penduduk yang cepat banyak membawa dampak negatif terhadap sumberdaya air, baik kuantitas maupun
Universitas Sumatera Utara

kualitasnya. Sebagian penduduk kurang mendapatkan pelayanan air, tetapi di sisi lain terdapat aktivitas dan kegiatan penduduk yang menggunakan air secara berlebihan dan cenderung memerlukan pemborosan air. Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup temasuk air tanah.
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di dunia menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat. Fenomena ini telah menyebabkan dampak negatif terhadap kuantitas maupun kualitas air bawah tanah antara lain : penurunan muka air bawah tanah, fluktuasi yang semakin besar, penurunan kualitas air bawah tanah dan terjadinya intrusi air laut di beberapa wilayah. Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air bersih, karena adanya intrusi air laut, maka terjadi degradasi mutu, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air bersih (Hendrayana, 2002).
Sehubungan dengan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan” apakah air sumur bor di Kelurahan Belawan II sudah terintrusi air laut.
Perumusan Masalah Pengambilan air tanah yang banyak dilakukan dengan menggunakan
sumur bor atau sumur dalam yang menggunakan pipa. Dampak dari pengambilan air tanah secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan tinggi muka air tanah sehingga terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi digunakan untuk keperluan sehari-hari. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Berapa salinitas yang terkandung dalam air sumur bor penduduk di Kelurahan
Belawan II?
Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana gambaran sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor penduduk di Kelurahan Belawan II?
3. Bagaimana pengaruh kedalaman sumur terhadap intrusi air laut?
Kerangka Pemikiran Pengambilan air tanah yang banyak dilakukan dengan menggunakan
sumur bor atau sumur dalam yang menggunakan pipa. Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan. Penelitian mengenai salinitas dan kedalaman sumur akan diperoleh aspek pemetaan dan pengelolaan. Berikut ini adalah bagan kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan:
Kepadatan Penduduk


Eksploitasi Air Bawah Tanah (sumur bor)

Kerusakan Hutan Mangrove

Penurunan muka air anah Fluktuasi semakin besar
Intrusi air laut
Degradasi kualitas air
Meningkatnya Kadar Garam
Pemetaan sebaran salinitas Strategi pengelolaan sumberdaya air
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Analisis salinitas air sumur bor di daerah penelitian. 2. Analisis pengaruh kedalaman sumur terhadap intrusi air. 3. Analisis gambaran sebaran salinitas pada sumur bor. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan gambaran kondisi sumur bor di Kelurahan Belawan II bagi pemerintah sehingga dapat dijadikan salah satu masukan dalam penyediaan air bersih.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Air Tanah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan sumber
kehidupan manusia. Sumberdaya air ini harus dapat dikelola secara profesional agar ketersediaan air tawar sepanjang tahun tetap tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Air mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi. Proses ini berawal dari permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara kemudian mengalami kondensasi yaitu berubah menjadi titik titik air yang mengumpul dan membentuk awan. Titik-titik air itu memiliki kohesi sehingga titik- titik air menjadi besar dan dipengaruhi gravitasi bumi sehingga jatuh disebut hujan. Air hujan yang jatuh dipermukaan bumi sebagian diserap tanah dan sebagian lagi mengalir melalui sungai menuju ke laut (Ginting, 2011).
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung, spring, atau sumur horizontal (Sitorus, 2011).
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori batuan dan berada di bawah muka air tanah. Akuifer merupakan suatu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang
Universitas Sumatera Utara

dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses penambahan (recharge), pengaliran, dan pelepasan (discharge) air tanah berlangsung. Potensi air tanah di suatu cekungan sangat tergantung pada porositas dan kemampuan batuan untuk melalukan dan meneruskan air. Air tanah mengalir dengan kecepatan yang berbeda pada jenis tanah yang berbeda. Pada tanah berpasir air tanah bergerak lebih cepat dibandingkan pada tanah liat (Rejekiningrum, 2009).
Adel (2011) menyatakan bahwa jenis sumber air bawah tanah terdiri atas air bawah tanah dangkal dan air bawah tanah dalam termasuk mata air : a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. b. Air tanah dalam
Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah
Universitas Sumatera Utara

pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. c. Mata air
Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air dapat dibedakan atas : • Mata air rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-lereng, • Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu dataran.
Potensi sumberdaya air bawah tanah tidak merata di seluruh daerah dan keberadaanya tidak dibatasi oleh wilayah administrasi maupun lahan kepemilikan. Nilai strategis sumber air bawah tanah tergantung dari keberadaan sumber air alternatif lainnya. Air bawah tanah di suatu lokasi mempunyai sifat yang strategis dan vital, apabila tidak ada sumber air alternatif lain yang dapat dipakai sebagai sumber air baku, misalnya air sungai ataupun air yang dipasok oleh jaringan air bersih (PDAM) sehingga air bawah tanah menjadi satu-satunya sumber air di lokasi atau daerah tersebut (KepMen, 2000).
Pengurangan potensi air tanah jika terjadi pada akuifer daerah pantai dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hidrostatis air tawar dan air asin. Tekanan hidrostatis air tawar berkurang maka terjadi intrusi air asin yang
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kadar garam pada akuifer. Persamaan matematika untuk kondisi keseimbangan hidrostatis, yang mana dalam persamaan tersebut permeabilitas tidak diperhitungkan. Permeabilitas ditentukan oleh keadaan geologi. Peningkatan kadar garam dapat juga disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan menjadi daerah permukiman, perkotaan dan jaringan jalan (Nasjono, 2010).
Akuifer Akuifer merupakan lapisan pembawa air yang mempunyai susunan

sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air. Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh lapisan air tanah seperti lapisan pasir atau lapisan krikil disebut lapisan permiabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah seperti lempung disebut lapisan kedap air, atau disebut juga impermeable. Formasiformasi yang berisi dan memancarkan air tanah disebut juga akuifer. Jumlah air tanah yang dapat diperoleh dari suatu daerah tergantung pada sifat-sifat akuifer yang ada di daerah serta pada luas cakupan dan frekuensi imbuhan. Karakteristik akuifer mempunyai peranan yang menentukan dalam proses pembentukan air tanah (Ginting, 2011).
Menurut Girsang dan Siddik (1992) dalam Sastra (2011) akuifer di Kota Medan terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok) antara lain: 1. Akuifer endapan aluvium berupa pasir dan kerikil berkelulusan sedang-tinggi,
dengan ketebalan 20-30 meter, debit air yang dapat dihasilkan kurang dari 1 l/detik, berkedudukan muka air tanah sekitar 3-4 m di bawah muka air tanah setempat. 2. Akuifer endapan kwarter berupa pasir, kerikil dan Formasi Medan berkelulusan sedang-tinggi, dengan ketebalan lebih dari 50 meter, debit air
Universitas Sumatera Utara

yang dapat dihasilkan kurang dari 1-2 liter/detik, berkedudukan muka air tanah sekitar 5-7 m di bawah muka air tanah setempat. 3. Akuifer endapan julurayeu dan seureula berupa batu pasir dan konglomerat berkelulusan sedang-tinggi, dengan ketebalan 225 meter, debit air yang dapat dihasilkan kurang dari 10 liter/detik.. Melihat derajat kelulusan dari ketiga akuifer di atas maka aquifer endapan julureyeu dan seureula memiliki debit air yang tertinggi dibandingkan kedua akuifer (akuifer endapan alluvium dan akuifer endapan kwarter. Gerakan Air Tanah
Air yang meresap ke dalam tanah akan mengalir mengikuti gaya gravitasi bumi. Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan pori-pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbedabeda. Air hujan bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air. Sejumlah air beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler disekeliling partikel-partikel tanah. Kapasitas retensi dari tanah telah habis, air akan bergerak kebawah kedalam daerah dimana poripori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh air ini disebut air bawah tanah (Lietha, 2012). Pergerakan air tanah dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pergerakan air bawah tanah
Universitas Sumatera Utara

Pengambilan Air Tanah Melalui Sumur Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan
membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal. Pengambilan yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5-8 meter di bawah permukaan air tanah (Sitorus, 2011).
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis dapat dibagi menjadi 2 jenis: 1. Sumur dangkal (shallow well)
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Putra, 2010).
Universitas Sumatera Utara

2. Sumur dalam (deep well) Pengambilan air tanah dilakukan dengan membuat sumur dalam (deep
well) atau yang lazim disebut sumur bor. Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah: a. Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30-40 m sudah memperoleh air. Biasanya
airnya naik 5-7 m dari permukaan tanah b. Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40-60 m akan diperoleh air yang baik
dan air akan naik mencapai 7 m dari permukaan tanah c. Tanah berkapur: biasanya sumur dengan kedalaman di atas 60 m
kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bias naik ke atas dengan sendirinya. d. Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 100 m atau diatas 200 m kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh sukar/tidak bias naik ke atas dengan sendirinya
Air tanah yang disedot secara besar-besaran sehingga terjadi ketidak seimbangan antara pengambilan/ pemanfaatan dengan pembentukan air tanah. Hal ini dapat menyebabkan menurunkan air tanah, di daerah pesisir penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan (intrusi), karena tekanan air tanah menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan air laut (Ginting, 2011).
Pembuatan sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam atau lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin (Putra, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Penyebab Permasalahan Air Tanah Menurut Putranto dan Kristi (2009) menyatakan bahwa penyebab
timbulnya masalah air tanah yaitu: 1. Pengambilan air tanah
Pengambilan air tanah terjadi karena adanya pengaruh dari pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi, hal ini mengakibatkan kebutuhan akan air semakin besar. Kebutuhan air yang besar mendorong manusia untuk mencari pengganti air sungai yang merupakan sumber utama air bersih mulai tercemar oleh berbagai macam limbah. Pengganti air sungai, penduduk beralih menggunakan air tanah sebagai air baku untuk kebutuhan hidup. Imbas dari peralihan penduduk yang menggunakan air sungai ke air tanah sebagai air bersih, maka muncul banyak sumur-sumur gali dan dilakukan pemboran sumur untuk kegiatan industri yang memerlukan banyak air untuk melakukan proses produksi. 2. Kependudukan
Sejalan dengan laju pertumbuhan dan pertambahan penduduk, maka kebutuhan air bersih akan semakin meningkat. Menyeimbangkan antara angka pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air bersih yang terus meningkat, harus mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut. Air tanah yang merupakan sumber utama air bersih penduduk akan mulai tercemar oleh limbah-limbah berbahaya bagi kesehatan 3. Reklamasi pantai
Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat sementara lahan atau wilayah yang ada tidak bertambah akan memberikan dampak kepadatan penduduk, yang akhirnya muncul perebutan penguasaan lahan, kebutuhan air, maupun dampak sosial lainnya. Dewasa ini daerah pantai digunakan untuk berbagai kepentingan seperti perumahan, pertanian, perdagangan, industri, dan pariwisata, dan juga
Universitas Sumatera Utara

sebagai basis kegiatan maritim seperti perkapalan, perikanan, dan pertambangan bawah laut. 4. Perkembangan kawasan industri
Kawasan industri merupakan kawasan yang paling banyak menggunakan air tanah untuk melakukan proses produksi. Daerah sekitar kawasan industri ini meupakan kawasan padat penduduk. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan akan air bersih juga akan berkembang sejalan dengan pertumbuhan penduduk pada daerah tersebut. Membuat penduduk sangat membutuhkan air bersih, padahal air tanah pada kawasan industri rawan terjadi pencemaran oleh limbah sisa hasil produksi.
Kualitas Air Tanah Pencemaran kualitas air tanah dijumpai di daerah yang berbatasan dengan
pantai dalam bentuk intrusi air laut ke dalam sumur-sumur penduduk. Dampak yang berkaitan dengan kuantitas air tanah umumnya dijumpai selama musim kemarau, yaitu tinggi muka air tanah yang semakin jauh dari permukaan sumur. Amblasan-amblasan (land subsidences) yang terjadi di sepanjang ruas jalan atau bangunan serta semakin jauh intrusi air laut juga dapat dijadikan indikator semakin berkurangnya jumlah air tanah (Asdak, 2007).
Kualitas sumberdaya air bawah tanah tergantung pada komposisi batuan yang membentuk akuifer serta pengaruh dari luar, misalnya air laut dan sumber pencemaran. Secara umum kualitas air dibedakan menjadi dua yaitu : a. Kualitas baik untuk bahan baku air minum b. Kualitas jelek untuk bahan baku air minum
Universitas Sumatera Utara

Kualitas air jelek misalnya mempunyai kadar salinitas yang tinggi sehingga bersifat payau ataupun asin atau tidak layak untuk dijadikan bahan baku air minum (KepMen, 2000).
Kualitas air tanah tergantung pada perpaduan antara air yang masuk ke dalam tanah, batuan yang dilewati dan pada akhirnya mencapai lapisan air tanah yang ada dalam akuifer. Kualitas air tanah ditentukan oleh materi yang dilewati, yaitu jenis tanah, dan batuan, jenis aliran dan proses perubahan fisik, kimia maupun biologi air. Konsentrasi material yang terlarut dalam air tanah dapat meningkat atau turun sejalan dengan pergerakan air dalam siklus hidrologi. Jadi kualitas air tanah ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi selama dalam perjalanan (Husni dan Roh, 2012).
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan seharihari manusia (Gunawan, 2012).
Husni dan Roh (2012), penyusupan air laut akan bergerak menjauh dari garis pantai selama pemompaan untuk pemasoknya di tempat-tempat yang terdekat dengan daerah batas air tawar dan air asin. Selain itu meskipun pemompaan tidak melebihi pemasoknya, penyusupan air laut akan tetap terjadi, hanya saja akan berhenti tetap di suatu tempat tertentu, jika tercapai pada keadaan tetap (stady state).
Universitas Sumatera Utara

Salinitas Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat
yang terlarut dalam 1 kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium digantikan dengan khlor dalam jumlah yang setara, semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan semua zat organik dioksidasikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya dituliskan dalam ‰ atau ppt yaitu singkatan dari part-per thousand (ppm). Salinitas pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰ - 30‰, dan perairan laut 30‰ - 40‰. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai (Arief, 1984).
Salah satu alat ukur yang digunakan dalam mengukur salinitas adalah refraktometer. Refraktometer memerlukan contoh air laut antara beberapa tetes hingga sekitar 15 ml, tergantung pada jenis alatnya. Ketelitian alat ukur ini berkisar antara 0,5 ‰ hingga 0,05 ‰ Alat ukur ini ringkas dan sangat praktis untuk digunakan di lapangan. Prinsip kerja refraktometer berdasarkan cahaya yang menembus permukaan antara dua zat yang berbeda berat jenisnya akan mengalami pembelokan arah penjalarannya. Peristiwa ini dikenal dengan nama pembiasan cahaya. Perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut bias cahaya disebut indeks bias. Indeks bias air laut merupakan fungsi dari suhu dan salinitas serta panjang gelombang cahaya. Dengan mengukur suhu dan indeks bias air laut untuk suatu panjang gelombang cahaya tertentu, nilai salinitas air laut dapat ditentukan. (Arief, 1984).
Universitas Sumatera Utara

Intrusi Air laut Keseimbangan hidrostatik antara air tanah tawar dan air tanah asin di
daerah pantai terganggu, maka terjadi pergerakan air tanah asin/air dari laut ke arah darat. Intrusi air laut teramati di daerah Pantai Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan. Air tanah yang disedot secara besar-besaran sehingga terjadi ketidak seimbangan antara pengambilan/pemanfaatan dengan pembentukan air tanah. Hal ini dapat menyebabkan menurunkan air tanah, di daerah pesisir penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan (intrusi), karena tekanan air tanah menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan air laut (Hendrayana, 2002).
Pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan pengelolaan sumber-sumber air yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah, intrusi air laut, banjir dan penurunan muka tanah. Intrusi air laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak terjdinya pemanfaatan air tanah yang berlebih dan tidak terarah. Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka air tanah di bawah muka air laut, curah hujan yang kering, sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat meluluskan air, letaknya dekat dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya sangat pada (Husni dan Roh, 2012).
Penurunan muka air tanah yang berlebihan di beberapa wilayah akan mengakibatkan pembuatan pompa menjadi mahal dan tidak menghasilkan air. Masalah lain yang kemungkinan dapat terjadi lebih lanjut yakni apabila terjadi peningkatan salinitas sehingga mengakibatkan kualitas air tanah menurun. Adanya
Universitas Sumatera Utara

peningkatan salinitas akan mengakibatkan air tanah menjadi tidak layak untuk sumber irigasi bagi tanaman. Jika metode pendistribusian air tidak memadai dan penggunaan air di lahan tidak efisien, akan makin banyak air irigasi yang hilang melalui evaporasi. Kerusakan vegetasi penutup lahan juga dapat merusak struktur fisik dan kimia tanah, sehingga mengakibatkan air sulit meresap dan mengisi kembali (recharge) akuifer (Rejekiningrum, 2009).
Salinitas terjadi bilamana keseimbangan antara air laut dan air asin terganggu dengan sumber, baik itu dari air laut maupun dari aliran air tanah. Gangguan ini biasanya terjadi di daerah pantai dimana banyak penduduk tinggal. Semakin banyak manusia semakin banyak pula aktivitas yang dilakukan terhadap pantai khususnya dalam pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih. Pengambilan air tanah (terutama dengan sumur baik dangkal maupun dalam) secara tidak teratur akan menyebabkan jumlah air bersih yang mengalir ke laut akan berkurang, sehingga keseimbangan antara air laut dan air tawar terganggu. Hasilnya adalah bahwa intruksi air laut akan berkembang lebih ke hilir. Masyarakat yang tinggal di pantai akan menyadari ketika penggunaan air bersih (dari sumur) yang tadinya merupakan air tawar menjadi air asin (Kodoatie 1996).
Daerah pantai kendala yang dihadapi adalah aspek kualitas air, khususnya dengan adanya air asin. Kepadatan penduduk yang tinggi dan banyaknya industri menyebabkan tingginya pencemaran air di pusat kota (dataran pantai), sehingga penduduk di daerah pantai banyak yang menggunakan sumur bor dengan akuifer dalam sebagai sumber air tersebut. Konsep penyusupan air laut akan bergerak menjauh dari garis pantai selama pemompaan untuk pemasoknya di tempattempat yang terdekat dengan daerah batas air tawar dan air asin. Meskipun
Universitas Sumatera Utara

pemompaan tidak melebihi pemasoknya, penyusupan air laut akan tetap terjadi, hanya saja akan berhenti tetap di suatu tempat tertentu, jika tercapai pada keadaan tetap (stady state) (Siswanto, 2011).
Intrusi air laut terjadi melalui tiga cara yaitu: 1. Pergeseran batas air laut dan air tawar (interface) di daerah pantai. Pergeseran
ini terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga menurunkan muka air tanah. 2. Pemompaan air tanah semi tertekan yang berlebihan di daratan. Akibatnya air yang tersedot bukan lagi air tawar tetapi air asin. Akibatnya air asin yang tersedot akan menyebar dan mencemari air tanah bebas di sekitar pemompaan. 3. Intrusi melalui muara sungai. Intrusi air laut pada air sungai menyebabkan air berkadar garam tinggi ini bergerak dan mengisi air tanah disekitarnya. Akibatnya air tanah di sekitar sungai berkadar garam tinggi. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari (Purba, 2009). Peningkatan kecepatan terjadi intrusi air laut menurut Dinas KLH ESDM Kota Medan (2003) dalam Sastra (2011) disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah: 1. Pemanfaatan dan penggunaan air bawah tanah yang berlebihan tanpa memperhatikan faktor lingkungan yang terjadi di Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan Marelan. Pemompaan sejumlah air bawah tanah yang lebih besar akan mengakibatkan terjadinya kekosongan pori pada akuifer yang semakin besar sehingga tekanan pada akuifer semakin berkurang, dengan kondisi demikian maka akan memungkinkan air laut menerobos akuifer.
Universitas Sumatera Utara

2. Perubahan fungsi lahan mangrove di Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan Marelan yang kemudian berubah fungsi menjadi lahan tambak, pemukiman tanpa izin dan kegiatan industri.
3. Penebangan hutan bakau yang berfungsi sebagai penahan air laut dan mencegah terjadinya abrasi saat ini semakin sering dilakukan karena dapat digunakan sebagai bahan baku kayu arang namun tanpa diikuti dengan penanaman pohon bakau kembali.
Hubungan Sumur Dengan Salinitas Pengambilan air bawah tanah yang melebihi kapasitas menyebabkan
hilangnya air di pori-pori tanah dan berkurangnya tekanan hidraulik. Akibatnya terjadi kerusakan tata air tanah. Hal tersebut ditunjukkan adanya penurunan muka air tanah, semakin meluasnya sebaran zona air tanah payau/asin (intrusi air laut), dan amblesan tanah disekitar kawasan pesisir pantai yang merupakan kawasan padat industri atau padat pemukiman yang menggunakan air tanah dengan frekuensi yang cukup besar. Pengambilan air bawah tanah yang dilakukan dengan cara membuat sumur bor yang melebihi kapasitas mengakibatkan terjadi kerusakan tata air tanah, kerusakan yang terjadi meliputi kualitas air tanah itu sendiri. Air tanah bisa terasa payau bahkan asin. Hal ini dikarenakan air laut masuk melalui pori pori batuan yang air tanahnya dieksploitasi secara besarbesaran (Putronto dan Kristi, 2009).
Waktu belum ada pengambilan air tanah maka akan terjadi keseimbangan antara air tawar dan air laut di dalam tanah. Ketika terjadi pengambilan air tawar dari sumur dengan cara pengemboran maka terjadi gangguan keseimbangan air, air laut akan mendesak lebih ke hulu seperti pada Gambar 3 (Kodoatie 1996).
Universitas Sumatera Utara

Pengambilan air tanah yang berlebihan
Gambar 3. Kondisi dimana intrusi air laut terjadi karena keseimbangan terganggu akibat pengambilan air
Daerah pantai, penurunan tinggi muka air tanah dapat mengakibatkan terjadinya intrusi laut. Ilustrasi proses terjadinya intrusi air dapat dilihat pada Gambar 4 (a). Di zona akifer air tanah bebas yang terletak di dekat permukaan air laut, air tanah tawar terletak di bagian atas air laut. Oleh adanya beda berat jenis antara air tawar dengan air laut, kedalaman air tawar yang terletak di bagian bawah permukaan air laut kurang lebih sama dengan 40 kali tinggi muka air tanah yang terletak diatas permukaan air laut. Dengan demikian, terjadilah keadaan keseimbangan antara air tawar dan air dengan laju resapan dan aliran air tanah ke arah laut. Pengambilan lebih (over exploitation) air tanah di daerah pantai dapat mengakibatkan melengkungnya tinggi muka air tanah (atas dan bawah) di sekitar sumur seperti pada Gambar 4 (b). Perkembangan lebih lanjut dari kegiatan pengambilan air tanah secara berlebih akan mengakibatkan terjadi intrusi air laut ke arah sumur (Asdak, 2007).
Universitas Sumatera Utara

(a)
Gambar 4. Pengambilan air tanah (a) sebelum, (b) sesudah

(b)

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis (SIG) / Geographic Information